376
TINJAUAN MATA KULIAH Mata kuliah Agama Islam merupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi telah dirumuskan dan ditetapkan materinya berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi No 43/ DIKTI/Kep/2006 tanggal 2 Juni 2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Materi MPK ini berlaku pada seluruh perguruan tinggi baik universitas maupun sekolah tinggi. Manfaat mata kuliah Pendidikan Agama Islam terhadap mahasiswa adalah sebagai pedoman atau pegangan 1

Bahan Ajar PAI 2011

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PNUP

Citation preview

Page 1: Bahan Ajar PAI 2011

TINJAUAN MATA KULIAH

Mata kuliah Agama Islam merupakan

kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

(MPK). Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi telah

dirumuskan dan ditetapkan materinya berdasarkan

Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi

No 43/ DIKTI/Kep/2006 tanggal 2 Juni 2006 tentang

rambu-rambu pelaksanaan Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Materi MPK ini berlaku pada seluruh perguruan tinggi

baik universitas maupun sekolah tinggi.

Manfaat mata kuliah Pendidikan Agama Islam

terhadap mahasiswa adalah sebagai pedoman atau

pegangan dalam beraktifitas dan bergaul baik dalam

kampus maupun setelah kembali kepada masyarakat

sebagai alumni atau pekerja di perusahaan bahwa

sikap jujur, disiplin waktu dan disiplin kerja serta

saling menghargai antara satu dengan yang lain tanpa

melihat suku, ras dan agama mutlak diwujudkan agar

tercipta rasa persaudaraan dan persatuan.

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa

diharapkan mampu mengamalkan nilai-nilai dasar

agama Islam (aqidah, syari’ah dan akhlak) dan

1

Page 2: Bahan Ajar PAI 2011

kebudayaan serta kesadaran berbangsa dan bernegara

dalam menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni yang dikuasainya dengan rasa dan tanggungjawab

kemanusiaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam

mata kuliah ini akan dibahas sembilan bab yang terdiri

atas bab I membahas tentang Konsep Ketuhanan

dalam Islam, Bab II membahas tentang Konsep

Manusia Menurut Islam yang meliputi sifat-sifatnya,

martabat dan tanggungjawabnya sebagai hamba Allah

dan khalifah-Nya di bumi, Bab III membahas tentang

Hukum dan Hak Azasi Mansusia dalam Islam. Bab IV

membahas tentang Etika, moral dan akhlak, Bab V

membahas tentang Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan

Seni dalam Islam, bab VI membahas tentang

Kerukunan Antar Umat Beragama, Bab VII membahas

tentang Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat,

Bab VIII membahas tentang Kebudayaan Islam, dan

bab IX sebagai bab terakhir membahas tentang

Sistem Politik dan Demokrasi dalam Islam.

Materi pokok bahasan mata kuliah Pendidikan

Agama Islam di atas disampaikan kepada mahasiswa

pada pertemua pertama di kelas dalam bentuk kontrak

2

Page 3: Bahan Ajar PAI 2011

perkuliahan. Kontrak perkuiahan tersebut disebutkan

sebagai berikut.

KONTRAK PEMBELAJARAN

Nama Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Kode Mata Kuliah : 1011112

Pengajar : Drs. H. Muh. Tang, M. Pd.

Semester : Ganjil dan Genap/ tahun 2010

1. Manfaat Mata Kuliah

Diharapkan kepada mahasiswa dapat menjadikan

Alquran dan Hadis Nabi Saw yang sahih sebagai

sumber nilai dan pedoman hidup, sehingga

mereka dapat mengamalkan dan

mengembangkan profesi dan kepribadian Islami

dalam bekerja dan beraktifitas.

3

Page 4: Bahan Ajar PAI 2011

2. Deskripsi Perkuliahan

Mata kuliah Pendidikan Agama Islam di

Perguruan Tinggi merupakan kelompok Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian (MKPK). Dalam mata

kuliah ini akan dibahas mengenai Konsep Ketuhanan

dalam Islam; Konsep Manusia Menurut Islam;

Hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) dalam Islam;

Etika, Moral dan Akhlak; Ilmu Pengetahuan,

Teknologi dan Seni dalam Islam; Kerukunan Antar

Umat Beragama; Masyarakat Madani dan

Kesejahteraan Umat; Kebudayaan Islam; dan Sistem

Politik dan Demokrasi dalam Islam.

4

Page 5: Bahan Ajar PAI 2011

3. Tujuan Instruksional

Pada akhir perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan

dapat:

1. Menerangkan Kemahaesaan Tuhan

2. Menguraikan hakekat manusia sebagai hamba

dan khalifah Allah

3. Menerapkan hukum-hukum Islam dalam

bermasyarakat

4. Menerapkan nilai-nilai moral dalam

kehidupan

5. Menerapkan iptek dan seni dalam kehidupan

6. Menerapkan hidup rukun dalam

bermasyarakat

7. Menguraikan indahnya hidup dalam

masyarakat madani

8. Menguraikan indahnya kebudayaan bangsa

dalam berbangsa

9. Menerapkan etika berpolitik dan

berdemokrasi yang baik dan benar.

5

Page 6: Bahan Ajar PAI 2011

4. Strategi Perkuliahan

Proses perkuliahan Pendidikan Agama Islam

berlangsung dengan menggunakan metode ceramah

sebagai pengantar, dialog langsung dengan

mahasiswa serta metode diskusi kelompok yang telah

ditentukan materinya berdasarkan Silabus. Selain itu

memberikan tugas kepada mahasiswa baik tugas

mandiri maupun tugas kelompok.

5. Bacaan Perkuliahan

1. Abdul Baqy, Muhammad Fuad. 1986. Mu’jam al-Mufaras Li al-faaz al-Aayaat al-Quraan al-Kariim. Dar al-Fkr lith Thaba’ah wan-Nasyar wat Tauzi’

2. Ali, Muhammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakrta: Raja Grafindo Persada

3. Baiquni, Achmad. 1997. Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan. Yogjakarta: Dana Bhakti Primayasa.

4. -------, 1983. Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern. Jakarta: Pustaka

5. Culla, Adi Surya. 2002. Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori dan Relevansinya Dengan

6

Page 7: Bahan Ajar PAI 2011

Cita-Cita Reformasi. Jakarta: Raja Grapindo Persada.

6. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. 1991/1992. Kompilasi Hukum Islam DI Indonesia. Jakarta

7. Direktorat Ketenagaan Drjen Dikti. 2007. Acuan Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

8. Djatnika, Rahmat. 1987. Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia). Surabaya

9. Hamka. 1983. Filsafat Ketuhanan. Surabaya: Karunia

10. Hasan, M.Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah. Jakarta: Raja Grafindo Persada

11. Hasanah, Uswatun dkk. 2007. Acuan Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam. Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.

12. Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003. Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi

13. Majid, Nurchalis. 2000. Kehampaan Spritual

7

Page 8: Bahan Ajar PAI 2011

Masyarakat Modern: Respon dan Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani. Jakarta :Media Cita

14. ------. 1994. Demokrasi Politik, Budaya dan Ekonomi, Pengalaman Indonesia Baru. Jakarta: Temprit

15. -------. 1997. Tradisi Islam (Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan diIndonesia). Jakarta: Paramadina

16. Nurdin, K.H.Muslim, dkk. 1993. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: Alfabeta

17. Ralibi, Osman. Tanpa Tahun. Allah, Alam dan Manusia. Jakarta: Fajar

18. ---------,1981. Akal dan Wahyu. Jakarta: Media Dakwah

19. Suryana Af, A.Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara

20. Syalaby, Ahmad. Tanpa tahun. Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam.

21. Syihab, M.Qurais. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan

22. ---------, 1996, Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan

23. Umar, Akram Dhiyauddin. 1999. Masyarakat Madani, Terjemahan mun’in A.Sirry. Jakarta:

8

Page 9: Bahan Ajar PAI 2011

Gema Insani Presss

24. Poerwadarminta, W.J.S. 1983. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

25. Ya’qub, Hamzah. 1993. Etika Islam (Pembinaan Akhlaqul Karimah, Suatu Pengantar). Bandung: Diponegoro.

26. -------. 1984. Kode Etik dagang Menurut Islam. Bandung: Diponegoro.

27. Yunus, A.Saad. 1987. Hukum Kewarisan. Jakarta: Al Qushwa

28. Zuhdi, Masyfuk. A991. Masailul Fiqhiyah. Jakarta: Haji Mas Agung

6. Tugas

Proses perkuliahan mata kuliah Pendidikan

Agama Islam berlangsung dengan cara bertatap

muka dengan mahasiswa di kelas dan di diberikan

tugas kepada mahasiswa seperti tugas mandiri

yang meliputi menjawab lembar kerja setiap bab

dan tugas kelompok kemudian didiskusikan.

9

Page 10: Bahan Ajar PAI 2011

7. Kriteria Penilaian

Penilaian akan diberikan oleh pengajar kepada

mahaiswa dengan menggunakan kriteria sebagai

berikut:

Nilai Point Range

A 4 80-100

B 3 70-79

C 2 60-69

D 1 50-59

E 0 0-49

1. Tugas : 30 %

2. Ujian Tengah Semester : 30 % (materi bab I – IV)

3. Ujian Akhir Semester : 40 % (materi bab V – IX)

10

Page 11: Bahan Ajar PAI 2011

8. Jadwal Perkuliahan

Pertemuan ke-

Pokok Bahasan Bacaan

1 Penjelasan tentang kontrak perkuliahan, GBPP dan SAP mata kuliah Pendidikan Agama Islam

2 Konsep Ketuhanan dalam Islam

3 Konsep Manusia Menurut Islam

Senin, jam 13.00 z+Quis 1

4 Hukum dan HAM dalam Islam (Sumber Hukum Islam dan Hukum Nikah)

5 Quis pertama6 Hukum Kewarisan7 Hukum Bermuamalah

dengan Bank Konvensional, Asuransi dan Koperasi

8 Akhlak, Moral dan Etika9 Ujian Tengah Semester10 Iptek dan Seni dalam

Islam11 Kerukunan Antar Umat

Beragama12 Quis kedua13 Masyarakat madani dan

Kesejehateraan UmatKelompok 8

14 Kebudayaan dalam Islam15 Sistem Politik dan

11

Page 12: Bahan Ajar PAI 2011

Demokrasi dalam Islam16 Quis ketiga17 Tutup kuliah/Kisi2 final

PERKULIAHAN KE-2

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa

diharapkan mampu:

1. Menerangkan konsep ketuhanan dalam

Islam;

2. Menguraikan kemahaesaan Allah;

3. Menguraikan bukti-bukti keberadaan Allah.

Pokok BahasanKonsep Ketuhanan dalam Islam

Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini, mahasiswa

akan mempelajari tentang Konsep Ketuhanan dalam

Islam, Kemahaesaan Allah, dan Pembuktian

Keberadaan Allah sebagai Pencipta alam semesta

I. Bahan Bacaan:

12

Page 13: Bahan Ajar PAI 2011

1. Ali, Muhammad Daud. 1998. Pendidikan

Agama Islam. Jakrta: PT Raja Grafindo

Persada, bab 1

2. Hamka. 1983. Filsafat Ketuhanan. Surabaya:

Karunia, bab 1 dan 2

3. Hasanah, Uswatun dkk. 2007. Acuan

Pembelajaran Matakuliah Pengembangan

Kepribadian Pendidikan Agama Islam.

Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Nasional, bab 1

4. Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003.

Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi, bab 1

5. Nurdin, K.H.Muslim, dkk. 1993. Moral dan

Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta, bab 2

6. Ralibi, Osman. Tanpa Tahun. Allah, Alam dan

Manusia. Jakarta: Fajar, bab 1

7. Suryana Af, A.Toto, dkk. 1996. Pendidikan

Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara, bab 1

II. Pertanyaan Kunci:

1. Terangkan konsep ketuhanan dalam Islam!

2. Uraikan tujuh kemahaesaan Tuhan!

3. Uraikan bukti-bukti keberadaan Allah

13

Page 14: Bahan Ajar PAI 2011

BAB 1 KONSEP KETUHANAN

DALAM ISLAM

14

Page 15: Bahan Ajar PAI 2011

1.1. Pendahuluan

Pemahaman yang mendalam tentang Konsep

Ketuhanan dalam Islam perlu bagi manusia agar

menambah keyakinannya dalam meningkatkan

ketakwaan. Alam semesta beserta seluruh isinya dapat

dijadikan sebagai bahan renungan dan pembelajaran

tentang penciptaannya sekaligus sebagai bukti

kekuasaan Tuhan. Manusia diwajibkan menjadikan

Allah sebagai pengawasan melekat terhadap dirinya

dalam kehidupan agar tidak berbuat dosa dan

kejahatan di bumi.

Dalam bab pertama ini akan dibahas tentang:

1) Filsafat Ketuhanan dalam Islam 2) Hakikat Allah

dalam Kemahaesaan-Nya; 3). Pembuktian

Keberadaan Allah dengan memperhatikan alam

semesta.

1.2. Penyajian

A. Filsafat Ketuhanan dalam Islam

Filsafat adalah pengetahuan tentang yang

benar, meskipun kebenarannya relatif. Agama juga

mengandung kebenaran, tetapi kebenarannya mutlak.

15

Page 16: Bahan Ajar PAI 2011

Dalam kajian perpustakaan dikenal filsafat ketuhanan,

yaitu mengkaji kekuasaan Tuhan sampai ke akar-

akarnya atau dengan kata lain mengkritisi kekuasaan

Tuhan secara mendalam dan tuntas. Oleh karena itu,

Tuhan Yang Maha Esa oleh umat Islam diyakini

sebagai Tuhan Pencipta alam semesta dan memiliki

sifat-sifat dan nama-nama yang baik atau dikenal

dengan sebutan ”Asmaaullah al-husnaa” dijelaskan

oleh Muhammad Daud Ali (1998) dalam bukunya

“Pendidikan Agama Islam” mengatakan bahwa di

dalam Ilmu Tauhid, dijelaskan dua puluh sifat Tuhan,

yang disebut dengan sifat dua puluh. Sifat-sifat Allah

yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Ada, 2)

Awal, tidak ada permualaan-Nya, 3) Kekal abadi tidak

berkesudahan. 4) Bebrbeda dengan makhluk-Nya, 5)

Berdiri sendiri, 6) Maha Esa, 7) Berkuasa, Maha

Kuasa, 8) Berkehendak, 9) Maha Mengetahui, 10)

Hidup, 11) Maha Mendengar, 12) Maha Melihat, 13)

Maha Berkata-kata, 14) Dalam Keadaan berkuasa, 15)

Dalam keadaan Berkemauan, 16) Dalam Keadaan

Berpengetahuan, 17) Dalam Keadaan Hidup, 18)

Dalam Keadaan Mendengar, 19) Dalam Keadaan

Melihat, dan 20) Dalam Keadaan Berkata-kata.

16

Page 17: Bahan Ajar PAI 2011

Sebagai mahasiswa, yang perlu diketahui

adalah bahwa Allah, Tuhan yang Maha Esa itu

bersifat:

1. Hidup. Ini berarti Allah, Tuhan

Yang Maha Esa adalah TuhanYang Maha Hidup.

Hidupnya itu Maha Esa tanpa memerlukan

makanan dan minuman, istirahat dan sebagainya.

Konsekwensi keyakinan seperti itu adalah segala

sesuatu yang sifat hidupnya memerlukan makanan,

minuman, tidur dan sebagainya bagi seorang

muslim bukanlah Allah dan tidak boleh dipandang

sebagai Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

2. Berkuasa. Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kekuasaan-Nya Maha Esa, tiada bertara, tidak ada

tolok banding-Nya. Ia maha Kuasa tanpa

memerlukan pihak lain manapun juga dalam

kekuasaan-Nya. Ia Maha Kuasa dengan sendiri-

Nya. Konsekwensi keyakinan seperti itu adalah

seorang muslim harus teguh dalam keyakinannya

pada kekuasaan Allah, melampaui segala

kekuasaan selain dari kekuasaan Allah. Dan

sebagai akibatnya, seorang muslim tidak boleh

takut pada kekuasaan lain yang ada di alam ini,

17

Page 18: Bahan Ajar PAI 2011

baik kekuasaan berupa kekuatan-kekuatan

alamiah maupun kekuasaan-kekuasaan insaniah.

3. Berkehendak. Allah mempunyai kehendak.

Kehendak-Nya Maha Esa dan berlaku untuk

seluruh alam semesta, termasuk manusia di

dalamnya. Konsekwensi keyakinan yang demikian

adalah bahwa kehendak Allah Yang Maha Esa

wajib diikuti oleh setiap muslim. Kehendak Allah

yang masih asli tercantum dalam al-Quran yang

menjadi kitab suci umat Islam. Selain itu,

kehendak Allah dapat pula dijumpai pada ayat-

ayat kauniyah di alam semesta berupa sunnatullah

yaitu hukum-hukum Allah yang oleh para sarjana

disebut Nature of laws.

B. Hakikat Allah dalam Keesaan-Nya.

Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Zat

Yang Maha Mutlak di samping sebagai Tuhan Yang

Maha Esa, dan Pemelihara alam semesta. Segala

sesuatu mengenai Tuhan disebut ketuhanan.

Allah berfirman dalam Alquran surat Ali Imran ayat 3:

18

Page 19: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak

disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal

lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”

Osman Raliby (1980) mengatakan bahwa

konsep tentang Ketuhanan Yang Maha Esa disebut

Tauhid. Ilmunya adalah Ilmu Tauhid. Ilmu Tauhid

adalah ilmu tentang Kemahaesaan Tuhan. Dalam ilmu

Tauhid dikenal istilah tauhid uluhiyyah dan tauhid

rububiyyah. Tauhid uluhiyyah adalah hanya Allah

yang menerima semua ibadah manusia. Ketika

manusia menyembah selain Allah maka disebut

musyrik. Misalnya menyembah roh, pohon, batu,

gunung, kuburan, membawa sesajen ke sungai atau

istilah lain percaya kepada dinmisme dan animisme.

Mereka meyakini bahwa hal tersebut mempunyai

kekuatan yang dapat menyelamatkan dan melindungi.

Disebutkan dalam Alquran surat annisa’ ayat 36 Allah

berfirman:

19

Page 20: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”

Tauhid rububiyyah adalah meyakini bahwa

yang memelihara alam beserta isinya hanyalah Allah.

Perhatikan firman Allah dalam Alqurran Surat

Alfatihah ayat 2:

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan

semesta alam.”

20

Page 21: Bahan Ajar PAI 2011

Makna “Rabbul ‘alamin” mengandung makna

bahwa Allah adalah Tuhan Pemelihara alam semesta,

Tuhan yang mengatur manusia, tumbuh-tumbuhan

serta makhluk lainnya sesuai dengan kadarnya.

Muhammad Daud Ali (1998) mengutip pendapat

Osman Raliby yang mengemukakan tentang

Kemahaesaan Tuhan sebagai beikut:

1. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya

2. Allah Maha Esa dalam Sifat-Sifat-Nya

3. Allah Maha Esa dalam Perbuatan-Perbuatan-Nya

4. Allah Maha Esa dalam wujud-Nya

5. Allah Maha Esa dalam menerima ibadah

6. Allah Maha Esa dalam menerima hajat dan hasrat

manusia

7. Allah Maha Esa dalam memberi hukum

1. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya.

Kemahaesaan Allah dalam Zat-Nya dapat

dirumuskan dengan kata-kata bahwa Zat Allah tidak

sama dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun.

Dia Unik, berbeda dalam segala-galanya. Zat Tuhan

Yang Maha Esa itu bukanlah materi yang terdiri atas

beberapa unsur bersusun. Ia tidak dapat disamakan

21

Page 22: Bahan Ajar PAI 2011

atau dibandingkan dengan benda apa pun yang kita

kenal, yang menurut ilmu fisika terjadi dari susunan

atom, molekul dan unsur-unsur berbentuk yang takluk

kepada ruang dan waktu yang dapat ditangkap oleh

pancaindera manusia, yang dapat hancur musnah dan

lenyap pada suatu masa. Allah berfirman dalam

Alquran Surat Asyura ayat 11:

Artinya: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”

Keyakinan kepada Zat Allah Yang Maha Esa

seperti itu mempunyai konsekwensi. Konsekwensinya

adalah bagi umat Islam yang mempunyai aqidah

demikian, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh

pancaindera mempunyai bentuk tertentu, tunduk pada

ruang dan waktu, hidup memerlukan makanan dan

22

Page 23: Bahan Ajar PAI 2011

minuman seperti manusia biasa, mengalami sakit dan

mati, lenyap dan musnah, bagi seorang muslim

bukanlah Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

2. Allah Maha Esa dalam Sifat-Sifat-Nya.

Kemahaesaan Allah dalam sifat-sifat-Nya ini

mempunyai arti bahwa sifat-sifat Allah penuh

kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang

menyamai-Nya. Sifat-sifat Allah itu banyak dan tidak

dapat diperkirakan. Namun demikian, dari Alquran

dapat diketahui sembilan puluh sembilan nama Tuhan

yang biasanya disebut dengan al-Asmaaulllah al-

Husnaa.: Sembilan puluh sembilan nama-nama Allah

yang indah (Muhammad Daud Ali, 1998: 23; A.Toto

Suryana, 1996: 71; dan Muslim Nurdin dkk.,1993: 86-

91).

3. Allah Maha Esa dalam Perbuatan-Perbuatan-

Nya

Pernyataan ini mengandung arti bahwa kita

meyakini Tuhan Yang Maha Esa tiada bertara dalam

melakukan sesuatu, sehingga hanya Dialah yang dapat

berbuat menciptakan alam semesta ini. Perbuatan-Nya

itu unik, lain dari yang lain, tiada taranya dan tidak

sanggup pula manusia menirunya. Kagumilah,

23

Page 24: Bahan Ajar PAI 2011

misalnya, bagaimana Ia menciptakan diri kita sendiri

dalam bentuk tubuh yang sangat baik, yang

dlengkapinya dengan pancaindera, akal, perasaan,

kemauan, bahasa, pengalaman dan sebagainya.

Perhatikan pula susunan kimiawi materi-materi yang

ada di alam ini. Misalnya H20, susunan kimiawi

(materi) zat cair, C02, zat asam dan sebagainya.

Konsekwensi keyakinan bahwa Allah Maha Esa dalam

berbuat (perbuatan-Nya) adalah seorang muslim tidak

boleh mengagumi

perbuatan-perbuatan manusia lain dan karyanya

sendiri secara berlebihan. Manusia, baik perseorangan

maupun sebagai kolektivitas, betapapun genial (hebat)

, tidak boleh dijadikan obyek pemujaan apalagi kalau

disembah pula.

4. Allah Maha Esa dalam Wujud-Nya.

Allah Maha Esa dalam wujud-Nya. Ini berarti

bahwa ujud Allah berbedadengan wujud alam

semesta. Ia tidak dapat disamakan dan diserupakan

dalam bentuk apapun juga. Oleh karena itu,

Anthromorfisme (paham pengenaan ciri-ciri manusia

pada alam seperti binatang atau benda mati apalagi

pada tuhan) tidak ada dalam ajaran Islam. Menurut

24

Page 25: Bahan Ajar PAI 2011

keyakinan Islam, Allah Maha Esa. Demikian Esa-Nya

sehingga wujud-Nya tidak dapat disamakan dengan

alam atau bagian-bagian alam yang merupakan

ciptaan–Nya ini. Keberad Wajib. Karena itu Ia disebut

wajibul wujud . Pernyataan ini mempunyai makna

bahwaan Allahlah yang abadi dan wajib eksistensi atau

wujud-Nya. Selain Dia, semuanya mumkinul wujud.

Artinya boleh (mungkin) ada, boleh (mungkin) tiada

seperti eksistensi manusia dan seluruh alam semeseta

ini yang pada waktunya pasti akan mati atau hancur

binasa. Konsekwensi keyakinan yang demikian adalah

setiap manusia muslim sebagai bagian alam, harus

selalu sadar bahwa hidupnya hanyalah sementara di

dunia ini, tempat ia diuji mengenai kepatuhan dan

ketidakpatuhannya pada perintah-perintah dan

larangan-larangan-Nya. Pada suatu ketika kelak

seluruh alam akan hancur binasa dan akan muncullah

suatu hidup sesudah mati yang sifatnya lain sama

sekali dari apa yang kita lihat dan rasakan di dunia ini.

Pada waktu itu nanti di hadapan Allah Tuhan Yang

Maha Adil, masing-masing manusia harus

mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya selama

hidup di bumi ini. Celakalah manusia yang bergeliman

25

Page 26: Bahan Ajar PAI 2011

dalam dosa dan berbahagialah manusia yang beriman,

yang yakin kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan

taqwa: mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya.

5. Allah Maha Esa dalam Menerima Ibadah

Allah Maha Esa dalam Menerima ibadah

berarti bahwa hanya Allah sajalah yang berhak

disembah dan menerima ibadah. Hanya Dialah satu-

satunya yang patut dan harus disembah dan hanya

kepada-Nya pula kita meminta pertolongan. Yang

dimaksud dengan ibadah ialah segala perbuatan

manusia yang disukai Allah, baik dalam kata-kata

terucapkan maupun dalam bentuk perbuatan-perbuatan

lain, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.

Konsekwensi keyakinan ini adalah hanya Dialah Allah

yang wajib kita sembah, hanya kepada-Nya pula

seluruh salat dan ibadah yang kita lakukan, kita

niatkan dan kita persembahkan.

6. Allah Maha Esa dalam Menerima Hajat

Manusia

Bila manusia hendak menyampaikan maksud,

permohonan atau keinginannya kepada Allah

26

Page 27: Bahan Ajar PAI 2011

langsunglah sampaikan kepada-Nya, kepada Allah

sendiri tanpa perantara atau media apa pun namanya.

Tidak ada system rabbaniyah atau kependetaan dalam

Islam. Semua manusia, kecuali para Nabi dan Rasul,

mempunyai kedudukan yang sama dalam berhubungan

langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa. Konsekwensi

keyakinan ini adalah setiap muslim tidak memerlukan

orang lain di dunia ini dalam menyampaikan hajat dan

hasratnya kepada Allah.

7. Allah Maha Esa dalam Memberi Hukum

Allah Maha Esa dalam Memberi Hukum

berarti Allahlah satu-satunya Pemberi Hukum yang

tertinggi. Ia memberi hukum kepada alam, seperti

hukum-hukum alam yang selama ini kita kenal dengan

sebutan hukum-hukum Archimides, Boyle, Lavoisier,

hukum relativitas, thermodynamic dan sebagainya

(Ali, 1998). Ia pula memberi hukum kepada umat

manusia bagaimana mereka harus hidup di bumi-Nya

ini sesuai dengan ajaran-ajaran dan kehendak-Nya

yang dengan sendirinya sesuai pula dengan hukum-

hukum alam dan watak manusia, yang semuanya itu

adalah ciptaan Allah. Konsekwensi keyakinan seperti

ini adalah seorang muslim wajib percaya pada adanya

27

Page 28: Bahan Ajar PAI 2011

hukum-hukum alam (sunnatullah) baik alam fisik

maupun alam psikis dan spritual yang terdapat dalam

kehidupan, baik kehidupan individual maupun

kehidupan sosial. Sebagai muslim kita wajib taat dan

patuh serta meyakini kebenaran hukum syariat Allah

yang disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada

manusia dan menjadikannya sebagai jalan hidup kita.

Jalan hidup yang dikehendaki Allah, menurut aqidah,

adalah jalan hidup Islam.

Jalan hidup Islam itu disebut juga dengan

istilah syariat Islam.. Dan karena syariat Islam pula

adalah hukum Allah. Konsekwensinya adalah bagi

umat Islam yang secara teoritis dan praktis dengan

bebas telah memilih Islam sebagai agamanya, tidaklah

ada jalan lain yang lebih baik yang harus ditempuhnya

selain berusaha sekuat tenaga mengikuti jalan hidup

Islam itu sebaik-baiknya (Osman Raliby, 1980).

C. Pembuktian keberadaan Allah

Bukti keberadaan Allah menurut Hamka

(1983) dapat dilihat pada tiga pembuktian: 1) Dalil

28

Page 29: Bahan Ajar PAI 2011

kejadian, 2) Dalil peraturan dan pemeliharaan, dan 3)

Dalil gerak. Perhatiakan uraian berikut.

1. Dalil kejadian

Manusia telah ada di dunia, namun manusia

mengakui bahwasanya dia terjadi bukan atas

kehendaknya. Bukan dia yang menjadikan dirinya

sendiri. Bukan dia yang membuat anak. Bumi

tempat hidupnya pun bukan dia yang membuatnya.

Sejak manusia lahir sudah mendapati keberadaan

bumi. Langit pun telah menjadi atap tempat

berlindung, dan tangannya tidak pernah ikut

membinanya.

Segelintir manusia mengatakan aku tuhan,

meskipun mereka tidak mampu menjadikan seekor

nyamuk. Jelaslah bahwa segala sesuatu yang

terjadi, dari tidak ada menjadi ada, sebaliknya dari

yang ada menjadi tidak ada, semuanya dari Allah

sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, Dialah yang

merencanakan, mengadakan dengan berbagai

bentuk di alam ini.

29

Page 30: Bahan Ajar PAI 2011

Bangsa Arab yang mula-mula menerima

Alquran dalam masyarakat yang masih sederhana,

dianjurkan melihat unta, bagaimana dia dijadikan;

langit bagaimana ia ditinggikan; gunung-gunung

bagaimana ia dipancangkan; dan bumi bagaimana

ia dihamparkan. Perhatikan Q.S. Al-Ghasyiah: 17-

20:

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.”

Beberapa ayat disebutkan di atas mengandung

makna bahwa dengan melihat kejadian alam dan

sekitarnya, setiap orang yang berakal akan

bertanya: “Siapa yang menajdikan semua ini? Dan

30

Page 31: Bahan Ajar PAI 2011

jawabannya adalah Allah, Tuhan Yang Maha

Kuasa.

2. Dalil Peraturan dan Pemeliharaan

Ketika seseorang masuk ke rumah, dilihatnya

meja teratur, kamar tersusun,, makanan terhidang,

tempat tidur yang bersih, dan ada pula ruang

makan dan ruang tamu. Ada ruang kamar mandi

dan sebagainya. Apalagi kalau dilihat teraturnya

pekarangan dan tertatanya bunga. Maka

terlintaslah dalam pikiran orang itu bahwa semua

yang teratur dan tertata rapi, ini ada yang

mengaturnya. Lihatlah pula alam di sekitar kita,

misalnya tetumbuhan, hewan, air dan udara

semuanaya diperuntukkan kepada manusia.

3. Dalil gerak

Matahari bersinar setiap hari, bulan pun

bercahaya pada malam tertentu dan bintang yang

gemerlapan serta berbagai galaksi di angkasa luar,

semuanya berjalan dan berputar pada porosnya

mengikuti sunnatullah (hukum alam) yang telah

ditentukan oleh sang Pencipta, Tuhan Yang Maha

Kuasa tanpa mengalami kerusakan dan gesekan

sedikit pun. Manusia bertanya: ‘Siapakah yang

31

Page 32: Bahan Ajar PAI 2011

mengatur dan menggerakkan semua ini, begitu

indah dan tertib?. Jawaban atas pertanyaan tersebut

hanya satu dan singkat jawabannya, Dialah Allah

Swt.yang mengatur dan menggerakkan sampai

waktu yang telah ditentukan pula oleh-Nya.

1.3. Penutup.Kebenaran Alquran dan Hadis sahih Nabi atau

disebut dengan wahyu sifatnya mutlak atau tidak

diragukan kebenarannya, karena sumbernya dari

Allah. Lain halnya dengan kebenaran yang digali

dengan pemikiran yang mendalam dan radikal yang

disebut dengan kebenaran filsafat, sifatnya nisbi dan

relatif. Mungkin kebenaran yang kedua disebutkan

(kebenaran filsafat) berubah satu atau dua dasarwarsa

berikutnya.

32

Page 33: Bahan Ajar PAI 2011

Tugas:

Jawablah pertanyaan berikut ini.

1. Terangkan perbedaan “kebenaran” menurut filsafat dengan agama dan berikan contoh masing-masing!

2. Uraikan tujuh Kemaha Esaan Allah dengan singkat!

3. Terangkan bukti-bukti keberadaan Allah dan berikan contoh!

4. Tulis dan terjemahkan surat al-Ikhlas dan ayat Kursi, dan 99 Asmaullah Al Husna !

PERKULIHAN KE-3

33

Page 34: Bahan Ajar PAI 2011

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian manusia.

2. Menulis terminologi dan istilah manusia

menurut ilmuwan dan Al-Quran.

3. Menguraikan proses kejadian manusia, sifat-

sifatnya dan martabatnya.

4. Menguraikan peranan manusia sebagai

hamba Allah dan khalifah di bumi

Pokok Bahasan: Konsep Manusia Menurut

Islam

Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini,

mahasiswa akan mempelajari tentang pengertian

manusia dan istilahnya, proses kejadiannya, sifat-

sifatnya, martabatnya, dan peranannya sebagai

hamba Allah dan khalifah Allah di bumi.

I. Bahan Bacaan:

1. Hasanah, Uswatun dkk. 2007. Acuan Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam.

34

Page 35: Bahan Ajar PAI 2011

Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, bab 2

2. Poerwadarminta, WJS. 1983. Kamus Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

3. Rasyid N.A. 1983. Manusia dan Konsepsi

Alam. Jakarta: Karya Indah. bab 4

4. Syihab, M.Quraisy. 1992. Membuikan Al-

Quran. Bandung: Mizan.

5. -------. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung:

Mizan

6. Zaini, Syahminan. Tanpa Tahun. Mengenal

Manusia Lewat Al-Quran. Surbaya: PT Bina

Ilmu.

II. Pertanyaan Kunci:

1. Jelaskan pengertian manusia!

2. Tulislah terminologi dan istilah manusia

menurut Alquran dan ilmuwan!

3. Uraikan kejadian manusia, sifat-sifatnya dan

martabatnya di dunia!

4. Uraikan peranan manusia sebagai hamba Allah

dan khalifah-Nya!

35

Page 36: Bahan Ajar PAI 2011

BAB IIKONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM

36

Page 37: Bahan Ajar PAI 2011

2.1. Pendahuluan

Manusia dengan proses kejadiannya berjalan

berdasarkan dengan sunnatullah atau hukum alam.

Sumber penciptaan dan proses kejadiannya perlu

dipahami agar manusia hidup tidak sombong dan lupa

diri dalam beribadah dan sebagai khalifah Allah di

bumi.

Dalam bab ini akan dibahas tentang: 1) Konsep

manusia, 2) Terminologi dan Istilah manusia manurut

ilmuwan dan Al-Quran, 3). Proses kejadian manusia,

4) Sifat-sifat manusia, martabat dan peranannya

sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.

2.2. Penyajian

A. Konsep Manusia

Manusia sebagai ciptaan Allah yang

diamanahkan kepadanya sebagai khalifah juga sebagai

hamba-Nya. Poerwadarminta (1983) memberikan

pengertian manusia, yaitu makhluk yang berakal budi

(lawan dari pada binatang)…..Berbeda pengertian

manusia yang dikemukakan oleh Zakiyah Darajat dkk

37

Page 38: Bahan Ajar PAI 2011

(1994) bahwa manusia dalam pandangan kebendaan

hanyalah merupakan sekepal tanah di bumi. Dari bumi

asal kejadiannya, di bumi dia berjalan, dari bumi dia

makan dan ke dalam bumi pula dia kembali.

Pengertian manusia kedua di atas menguraikan

asal kejadian manusia, tempat dimana ia hidup dan ke

mana berakhir hidupnya pula. Pendapat yang sama

dikemukakan oleh Syahminan Zaini (1984) bahwa

manusia adalah bagian dari alam besar yang ada di

bumi, sebagian dari makhluk yang

bernyawa….Demikian pula Abbas Mahmud al-‘Aqqad

yang dikutip oleh Zaini bahwa manusia adalah orang

yang bertanggungjawab, diciptakan dengan sifat-sifat

ketuhanan.

Dari beberapa pengertian manusia yang

dikemukakan ilmuan di atas dapat disimpulkan bahwa

manusia adalah:

1. Makhluk yang diciptakan dari tanah

kemudian berproses mengikuti sunnatullah

(hukum alam);

2. Makhluk yang bertanggungjawabatas tugas-tugas

kekhalifahannya;

38

Page 39: Bahan Ajar PAI 2011

3. Makhluk yang mempunyai sifat-sifat ketuhanan

yang terbatas;

4. Makhluk yang berakal, sedhingga akal

manusialah yang membedakan dengan makhluk

lain.

B. Terminologi dan Istilah Manusia

Nama lain daripada manusia menurut ilmuwan

seperti yang dikutip oleh Syahminan Zaini (1984)

dalam bukunya Mengenal Manusia Lewat Al-Quran

dan Muhammad Daud Ali (1998) adalah sebagai

berikut.

1. Linneaus mengatakan: “Manusia adalah

“Homo Sapiens” = makhluk yang berbudi

(berakal);

2. Raves mengatakan bahwa manusia adalah

“Homo Loquen” = makhluk yang pandai

berbahasa dan menjelmakan pikiran dan perasaan

dalam kata-kata yang tersusun;

3. Bergson mengatakan bahwa manusia adalah

“Homo Faber” = makhluk yang pandai membuat

alat pertukangan;

39

Page 40: Bahan Ajar PAI 2011

4. Aristoteles mengatakan manusia adalah “Zoon

Politicon” = makhluk sosial;

5. Huizinga mengatakan bahwa manusia adalah

“Homo Ludens” = makhluk yang suka main.

Menurut Quraisy Syihab (1996); Khaerul

Umam (1986); ‘Abdul Baqi (1986) istilah manusia

menurut Al-Quran ada tiga, yaitu:

1. Menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun,

dan sin semacam insan, ins, nas, una, basyar, bani

Adam, dan dzurriyyat. Perhatikan : Q.S. al-‘Ashr:

2; Q.S. al-Zariyat: 56; dan Q.S. an-Nas: 1-3

sebagai berikut.

Artinya: “Sesungguhnya manusia itu benar-

benar dalam kerugian.”

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan

manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku.”

40

Page 41: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Katakanlah: "Aku berlidung kepada

Tuhan (yang memelihara dan menguasai)

manusia. Raja manusia. Sembahan manusia.”

2. Menggnakan kata basyar. Perhatikan: surat Al-

Kahfi: 110:

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."

41

Page 42: Bahan Ajar PAI 2011

3. Menggunakan kata “Bani Adam”.

Perhatikan Q.S. al-Isra’: 70

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

Alquran memandang manusia sebagai makhluk

biologis, psikologis, dan sosial. Manusia sebagai

basyar tunduk kepada takdir Allah sama dengan

makhluk lain. Manusia sebagai insan atau annas

bertalian dengan roh Ilahi, memiliki kekebabasan

dalam memilih tunduk atau membangkang

terhadap perintah Allah.

Murtadha Mutahhari (dalam Hasanah, 2007)

berpendapat bahwa manusia adalah makhluk serba

dimensi, yaitu: 1) secara fisik hampir sama dengan

hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat,

dan menikah supaya ia dapat hidup, tumbuh, dan

42

Page 43: Bahan Ajar PAI 2011

berkembang; 2) manusia memiliki sejumlah emosi

yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh

keuntungan dan menghindari kerugian; 3) manusia

mempunyai perhatian terhadap keindahan; 4)

manusia memiliki dorongan untuk menyembah

Allah; 5) manusia memiliki kemampuan dan

kekuatan yang berlipat ganda, karena ia dikarunia

akal, pikiran dan kehendak bebas, sehingga ia

mampu menahan hawa nafsu dan dapat

menciptakan keseimbangan dalam hidupnya; dan

6) manusia mampu mengenal dirinya sendiri. Jika

manusia mengenal dirinya, ia akan mencari dan

ingin mengetahui siapa penciptanya, mengapa ia

diciptakan, dari apa ia diciptakan, bagaimana

proses penciptaannya, dan untuk apa ia diciptakan.

C. Proses Kejadian Manusia

Kejadian manusia dalam pandangan Islam

tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia

pertama kata Quraisy Syihab (1996). Lebih lanjut

Rifyal Ka’bah (1978:34) dalam Panji Masyarakat no

252, 1 Agustus 1978 mengatakan bahwa Al-Quran

telah menyampaikan tentang proses kejadian manusia

43

Page 44: Bahan Ajar PAI 2011

secara ilmiah dan terinci. Al-Quran menguraikannya

dengan ungkapan yang simpel dan mudah dipahami

serta dalam waktu yang sama juga cocok dengan

penemuan baru.

Quraisy Syihab (1996) tidak sependapat

dengan Rifyal Ka’bah bahwa Al-Quran telah

menguraikan manusia secara rinci. Kata Quraisy

Syihab, Al-Quran

hanya menyampaikan bahwa proses kejadian manusia

dari segi bahan penciptaannya saja sebagai berikut:

1. Bahan awal manusia adalah tanah;

2. Bahan tersebut disempurnakan;

3. Setelah proses penyempurnaannya selesai,

ditiupkan kepada ruh Ilahi. Perhatikan: Q.S. al-

Hijr: 28-29:

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu

berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang

manusia dari tanah liat kering (yang berasal)

dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

44

Page 45: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Maka apabila Aku telah

menyempurnakan kejadiannya, dan telah

meniupkan ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah

kamu kepadanya dengan bersujud.”

Q.S. Shad: 71-72:

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu

berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya

Aku akan menciptakan manusia dari tanah."

Artinya: “Maka apabila telah Kusempurnakan

kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh

(ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur

dengan bersujud kepadanya."

Al-Quran menguraikan kejadian manusia

dalam dua tahap. Tahap pertama adalah kejadian

manusia dari tanah, Dan tahap kedua kejadian

manusia keturunan Adam.

45

Page 46: Bahan Ajar PAI 2011

a. Kejadian manusia pertama

Kejadian manusia pertama, al-Quran

menjelaskan sebagai berikut:

1. Allah menjadikan

seorang manusia, sesudah itu baru Allah

menjadikan isterinya dari bahan yang sama.

Dari kedua manusia inilah dikembang-biakkan

Allah keturunannya yang banyak, seperti

firman-Nya dalam Surat an-Nisaa ayat 1:

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

46

Page 47: Bahan Ajar PAI 2011

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

2. Penciptaan manusia pada awalnya adalah

jasadnya yang dijadikan dari tanah, seperti

firman-Nya dalam Surat as-Sajadah ayat 7 dan

Surat al-Hijr ayat 28:

Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang

Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai

penciptaan manusia dari tanah.

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu

berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya

Aku akan menciptakan seorang manusia dari

tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur

hitam yang diberi bentuk.”

47

Page 48: Bahan Ajar PAI 2011

3. Setelah jasad manusia sempurna Allah

meniupkan ruh ke dalam jasadnya, seperti

firman-Nya dalam Surat al-Hijr ayat 29: “Maka

apabila Aku telah menyempurnakan

kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalam ruh

(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya

dengan sujud.”

Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman:

“Tatkala ditiupkan ruh ke dalam jasad Adam,

bergerak dan terbanglah ruh itu kepada Adam,

sehingga ia bersin dan mengucapkan “al-Hamdu

lillah = segala puji bagi Allah”, lalu Allah

menjawab: Allah memberi rahmat kepadamu

(Hadis riwayat Ibnu Hibban, al-Hakim dan

Addhia”).

Jelaslah bahwa ruh ditiupkan ke dalam jasmani

setelah sempurna kejadiannya. Tetapi, dari apakah

ruh dijadikan Tuhan?, manusia tidak

mengetahuinya, karena masalah ruh urusan Allah.

Perhatikan Surat al-Israa ayat 85:

48

Page 49: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang

roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan

Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan

melainkan sedikit."

Karena itu, manusia tidak akan pernah dapat

mengetahui sifat, keadaan dan unsur pokok ruh itu.

Yang diketahui manusia dari ruh itu ialah bahwa

dengan ruh itu manusia dapat menemukan,

mengingat, berpikir, mengetahui, berkehendak,

memilih, mencintai, membenci. (Sayyid Sabiq,

1984: 366).

Pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa yang dapat

diketahui tentang ruh hanya gejala-gejalanya saja.

Atas dasar itulah disusun Ilmu Jiwa. Jadi, Ilmu

Jiwa bukanlah ilmu tentang hakikat ruh, melainkan

ilmu yang mengetahui gejala-gejalanya saja.

b. Kejadian manusia keturunan (dari manusia

pertama).

1) Keturunan manusia ini dijadikan oleh Allah dari

air mani, seperti firman- Nya dalam surat as-

Sajadah ayat 8:

49

Page 50: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Dia menjadikan keturunanya dari

saripati air yang hina (air mani).”

2) Tentang air mani. Al-Quran menjelaskan bahwa

ia dari air yang memancar, seperti firman-Nya

dalam Surat al-Qiyamah ayat 37:

Artinya: “Bukankah dia dahulu setetes mani

yang ditumpahkan (ke dalam rahim).”

Di ayat lain, surat al-insan ayat 2:

Artinya: “Kami menjadikannya dari air mani

yang bercampur.”.

Kata ”Sualalah” dalam ayat di atas,

dalam bahasa Arab berarti “sesuatu yang

dikeluarkan” atau “yang keluar dari yang lain”

atau ”suatu bagian yang terbaik”.

Penyebab sel telur yang mendatangkan

kehamilan adalah sel-sel yang sangat kecil

sekali, yang pangjangnya kira-kira 1,1000 mm.

50

Page 51: Bahan Ajar PAI 2011

Dari jutaan sel-sel yang keluar dari pria yang

normal hanya satu yang akan jadi bibit. Sel-sel

yang tidak berhasil menerobos dari jalan mulut

vagina melalui terowongan menuju ke rahim

tinggal di perjalanan dan penuh. Hanya satu sel

saja dari zat cair yang kompliket ini yang

kemudian bisa menjadi anak manusia.

Bagaimana kita tak akan takjub menyaksikan

begitu cocoknya pengetahuan modern dengan

uraian al-Quran (Panji Masyarakat, nomor 252,

1 Agustus 1978).

3) Kemudian al-Quran menjelaskan, bahwa sel

yang akan menjadi manusia itu di simpan

dalam suatu tempat (qaraar). Tempat ini

disekitar daerah kandungan ibu, seperti firman

Allah dalam surat al-Mukminun ayat 12-14:

51

Page 52: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah”. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”

”Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumapal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan duia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.”

4) Al-Quran menjelaskan pula bahwa Allah

menjadikan manusia sejodoh, laki-laki dan

perempuan, seperti firman-Nya dalam surat an-

Najmi ayat 45:

Artinya: “Dan bahwasanya Dialah yang

menciptakan berpasang-pasangan laiki-laki

dan perempuan.”

52

Page 53: Bahan Ajar PAI 2011

D. Sifat-Sifat Manusia, Martabat dan Peranannya

sebagai Hamba dan Khalifah Allah.

Berbagai rumusan tentang manusia telah pula

diberikan orang. Salah satu di antaranya, berdasarkan

studi isi Al-Quran dan Hadis berbunyi bahwa manusia

adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi

untuk beriman kepada Allah, dengan mempergunakan

akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu

serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggungjawab

atas segala perbuatannya dan berakhlak (Rasyid, 1983:

19) . Bertitik tolak dari rumusan tersebut, menurut

ajaran Islam, manusia dibandingkan dengan makhluk

lain, mempunyai berbagai ciri, antara lain ciri

utamanya menurut Muhammad Daud Ali (1998: 11-

19) adalah:

1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam

bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling

sempurna;

2. Manusia memiliki potensi beriman kepada

Allah;

53

Page 54: Bahan Ajar PAI 2011

3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi

kepada-Nya;

4. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi

khalifah-Nya;

5. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah

dengan perasaan dan kemauan;

6. Secara individual manusia bertanggungjawab

atas segala perbuatannya;

7. Berakhlak.

Uraian masing-masing unsur di atas adalah

sebagai berikut:

1). Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk

yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Manusia sebagai makhluk yang paling unik di

antara makhluk lainnya, seperti firman Allah

dalam Q.S. at-Tin: 4):

Artinya: “sesungguhnya Kami telah

menjadikan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya.”

54

Page 55: Bahan Ajar PAI 2011

Karena itu pula keunikannya dari makhluk

ciptaan Tuhan yang lain dapat dilihat pada bentuk

dan struktur tubuhnya, gejala-gejala yang

ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada

setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhannya

melalui tahap-tahap tertentu. Hubungan timbal

balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya,

ketergantungannya pada sesuatu, menunjukkan

adanya kekuasaan yang berada di luar manusia itu

sendiri. Manusia sebagai makhluk, karena itu

seyogyanya menyadari kelemahannya. Kelemahan

manusia berupa sifat yang melekat pada dirinya

disebutkan Allah dalam Al-Quran, di antaranya

adalah sebagai berikut.

a. Melampaui batas. Perhatikan Q.S.

Yunus ayat12:

Artinya: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan

55

Page 56: Bahan Ajar PAI 2011

berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.”

b. Zalim seperti firman Allah dalam Q.S.Ibrahim: 34

Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”

c. Tergesa-gesa seperti firman Allah dalam Q.S. Al-Isra’: 11

Artinya: “Dan manusia mendoa untuk

kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk

56

Page 57: Bahan Ajar PAI 2011

kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-

gesa.”

d. Suka membatah seperti firman Allah

dalam Q.S. al-Kahfi: 54

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah

mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al

Quran ini bermacam-macam perumpamaan.

Dan manusia adalah makhluk yang paling

banyak membantah.”

e. Berkeluh kesah dan kikir seperti firman

Allah dalam Q.S. al-Ma’arij: 19-21.

57

Page 58: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Sesungguhnya manusia diciptakan

bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia

ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. dan

apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.”

f. Ingkar dan tidak berterima kasih seperti

firman Allah dalam Q.S. Al-‘Adiyat: 6

Artinya: “sesungguhnya manusia itu sangat

ingkar, tidak berterima kasih kepada

Tuhannya.”

Namun untuk kepentingan dirinya sendiri

manusia harus senantiasa berhubungan dengan

penciptannya, dengan sesama manusia, dengan

dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya.

Oleh karena itu, manusia mempunyai beberapa

potensi sebagai berikut.

1) Manusia memiliki potensi (daya atau

kemampuan yang mungkin dikembangkan)

beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh

(ciptaan) Allah dipertemukan jasad di rahim

ibunya, ruh yang ada di alam gaib itu ditanyai

58

Page 59: Bahan Ajar PAI 2011

Allah, apakah mereka mengakui Allah sebagai

Tuhan mereka? = Alastu birabbikum. Ruh

menjawab: Balaa syahidnaa artinya Engkau

Tuhan kami. Dengan pengakuan seperti itu,

sesungguhnya sejak awal, dari tempat asalnya

manusia telah mengakui Tuhan, telah bertuhan,

berketuhanan. Pengakuan dan penyaksian

bahwa Allah adalah Tuhan ruh yang ditiupkan

ke dalam rahim wanita yang sedang

mengandung manusia itu berarti bahwa

manusia mengakui pula kekuasaan Tuhan,

termasuk kekuasaan Tuhan menciptakan

agama untuk pedoman hidup manusia di dunia

ini. Ini bermakna pula bahwa secara potensial

manusia percaya atau beriman kepada ajaran

agama yang diciptakan Allah Yang Maha

Kuasa.

2) Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi

kepada-Nya. Tugas manusia untuk mengabdi

kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya

dalam al-

Quran surat al-Zaariyaat ayat 56:

59

Page 60: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Tidak Kujadikan jin dan

manusia melainkan mengabdi kepada-

Ku.”

Mengabdi kepada Allah dapat

dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur

khusus dan jalur umum. Pengabdian melalui

jalur khusus dilaksanakan dengan melakukan

ibadah khusus yaitu segala upacara pengabdian

langsung kepada Allah yang cara dan

waktunya telah ditentukan oleh Allah sendiri.

Sedang rinciannya dijelaskan oleh Rasul-Nya,

seperti ibadah salat, zakat, shaum, dan haji.

Pengabdian melalui jalur umum dapat

diwujudkan dengan melakukan perbuatan-

perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri

dan masyarakat, dengan niat yang ikhlas

untuk mencari keridhaan Allah.

3) Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi

khalifah-Nya di bumi. Hal itu dinyatakan Allah

dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 30:

60

Page 61: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat tersebut menurut H.M. Rasyidi (1972) mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di muka bumi.

Dalam mengurus dunia, sesungguhnya

manusia diuji, apakah ia akan melaksanakan

tugasnya dengan baik atau sebaliknya mereka

malas. Mengurus dengan baik adalah mengurus

kehidupan dunia ini sesuai dengan kehendak

Allah, sesuai dengan pola yang telah

ditentukan-Nya, agar kemanfaatan alam

61

Page 62: Bahan Ajar PAI 2011

semesta dan segala isinya dapat dinikmati oleh

manusia dan makhluk lainnya. Kalau

sebaliknya, pengurusan itu tidak baik, artinya

tidak sesuai dengan pola yang telah ditetapkan

Allah. Malapetaka, sebagai akibat salah urus

akan dirasakan oleh manusia, juga oleh

lingkungan hidupnya.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya

menjadi kuasa atau khalifah Allah, manusia

diberi akal pikiran dan kalbu, yang tidak diberi

kepada makhluk lain. Dengan akal pikirannya

manusia mampu mengamati alam semesta,

menghasilkan dan mengembangkan ilmu,

yang benihnya telah “disemaikan” Allah

sewaktu mengajarkan nama-nama (benda)

kepada manusia (Adam) menjadi khalifah-Nya

di bumi ini dahulu. Perhatikan firman Allah

dalam Q.S. al-Baqarah ayat 31.

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

62

Page 63: Bahan Ajar PAI 2011

kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Dengan akal dan pemikirannya yang

melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

manusia diharapkan mampu mengembangkan

amanah sebagai khalifah-Nya di bumi.

Manusia diharapkan akan dapat mencapai

tujuan hidupnya memperoleh keridhaan Ilahi di

dunia ini, sebagai bekal mendapatkan

keridhaan Allah di akhitat nanti.

4) Di samping akal, manusia dilengkapi dengan

perasaan dan kemauan. Dengan akal dan

kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh

kepada Allah, menjadi muslim; tetapi dengan

akal dan kehendaknya juga manusia tidak

dapat dipercaya, tidak tunduk dan tidak patuh

kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-

Nya (kafir). Karena itu di dalam surat al-Kahfi

ayat 29 Allah berfirman:

63

Page 64: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Di ayat lain Surat al-Insan ayat 3 Allah

berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah

menunjukinya jalan yang lurus; ada (manusia)

yang bersyukur tapi ada pula yang kafir.”

Allah telah menunjukkan jalan kepada

manusia. Manusia dapat mengikuti jalan itu,

dapat pula tidak mengikutinya. Memang,

dengan kemauan atau kehendaknya yang bebas

manusia dapat memilih jalan yang akan

64

Page 65: Bahan Ajar PAI 2011

ditempuhnya. Namun tentang pilihannya itu,

manusia wajib mempertanggungjawabkannya

kelak di akhirat, pada hari perhitungan

mengenai baik buruknya perbuatan manusia di

dunia ini.

5) Secara individual manusia bertanggungjawab

atas segala perbauatannya. Ini dinyatakan

Tuhan dalam firman-Nya yang kini dapat

dibaca dalam Alquran surat Thur ujung ayat 21

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

6) Berakhlak.

Berakhlak adalah ciri utama manusia

dibandingkan dengan makhluk lain. Artinya,

manusia adalah makhluk yang diberi Allah

kemampuan untuk membedakan yang baik

65

Page 66: Bahan Ajar PAI 2011

dengan yang buruk. Dalam Islam kedudukan

akhlak sangat penting, menjadi komponen

ketiga agama Islam. Kedudukan itu dapat

dilihat dari Sunnah Nabi yang mengatakan

bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan

akhlak manusia. Suri teladan yang diberikan

Nabi semasa hayatnya merupakan contoh yang

seyogyanya diikuti oleh umat Islam. Selain

dari keteladanan beliau, butir-butir akhlak

banyak sekali terdapat dalam al-Quran. Ajakan

akhlak yang berasal dari al-Quran dan Hadis

berlaku abadi, selama-lamanya.

Perwujudannya kelihatan pada sikap yang

dilanjutkan dengan perbuatan baik atau buruk.

2.3. Penutup

Manusia pertama (Nabi Adam) diciptakan dari

tanah kemudian keturunannya berkembang dari

keturunan Adam dan Hawa. Dari kedua manusia

inilah, manusia berkembang biak mengikuti ketetapan

Allah, dan ditugaskan Allah sebagai khalifah di bumi

dengan berpedoman kepada hokum-hukum Allah dan

rasul-Nya.

66

Page 67: Bahan Ajar PAI 2011

Tugas:

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan pengertian manusia menurut bahasa, kamus, istilah dan ilmuwan!

2. Tulis dan terjemahkan istilah manusia menurut ilmuwan dan Al-Quran!

3. Tulis dan terjemahkan ayat-ayat tentang istilah manusia dalam Al-Quran!

4. Terangkan proses kejadian manusia menurut ajaran Islam!

5. Kemukakan sifat-sifat manusia, peranan dan martabatnya sebagai khalifah Allah di bumi!

67

Page 68: Bahan Ajar PAI 2011

PERKULIAHAN KE-4

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan

mampu:

1. Menguraikan sumber-sumber hukum

Islam;

2. Menerangkan hukum nikah;

3. Menerangkan hukum warisan;

4. Menerangkan hukum bermuamalah

dengan bank konvensional;

5. Menerangkan hukum bermuamalah

dengan asuransi;

6. Menerangkan hukum bermuamalah

dengan koperasi.

7. Menerangkan konsep HAM dalam Islam

68

Page 69: Bahan Ajar PAI 2011

Pokok Bahasan: Hukum dan HAM dalam

Islam

Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini, mahasiswa

akan mempelajari tentang, sumber-sumber hukum

Islam, hukum nikah, hukum warisan, hukum

bermuamalah dengan bank konvensional, hukum

bermuamalah dengan asuransi, dan hukum

bermuamalah dengan koperasi, dan konsep HAM

dalam Islam.

I. Bahan Bacaan

1. Ali, Muhammad Daud. 1998. Pendidikan

Agama Islam. Jakrta: PT Raga Grafindo

Persada, bab 3

2. Direktorat Pembinaan Badan peradilan Agama

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam Departemen Agama. 1991/1992.

Kompilasi Hukum Islam DI Indonesia. Jakarta.

3. Hasanah, Uswatun dkk. 2007. Acuan

Pembelajaran Matakuliah Pengembangan

Kepribadian Pendidikan Agama Islam.

69

Page 70: Bahan Ajar PAI 2011

Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Nasional, bab 3

4. Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003.

Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi.

5. Nurdin, K.H. Muslim dkk. 1996. Moral dan

Kognisi Islam., Bandung: Alfabeta, bab 3

6. Sabiq, Sayid. 1986. Fqhu as-Sunnah.

Diterjemahkan oleh Moh. Thalib dengan

judul: “Fikih Sunnah”. Bandung: PT al-Maarif.

7. Suryana, A. Toto dkk. 1996. Pendidikan

Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara, 3

8. Ya’cub, Hamzah. 1984. Kode Etik Dagang

Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup dalam

berekonomi). Bandung: CV Diponegoro.

9. Yunus, A.Saad. 1987. Hukum Kewarisan.

Jakarta: PT Al Qushwa

10. Zuhdi, Masyfuk. A991. Masailul Fiqhiyah.

Jakarta: CV Haji Mas Agung.

II. Pertanyaan Kunci:

1. Uraikan sumber-sumber hukum Islam secara

singkat yang saudara ketahui!

2. Terangkan hukum-hukum nikah dalam Islam!

70

Page 71: Bahan Ajar PAI 2011

3. Terangkan bagian-bagian warisan yang telah

ditetapkan Alquran!

4. Terangkan hukum bermu’amalah dengan bank

konvensional!

5. Terangkan hukum bermu’amalah dengan

asuransi!

6. Terangkan hukum bermuamalah dengan

koperasi!

7. Terangkan konsep HAM dalam Islam

71

Page 72: Bahan Ajar PAI 2011

BAB IIIHUKUM DAN HAM

DALAM ISLAM

3.1. Pendahuluan

72

Page 73: Bahan Ajar PAI 2011

Hukum atau peraturan yang telah ditetapkan

Allah dan Rasul-Nya wajib dijalankan oleh manusia

muslim agar hidupnya damai dan tertib. Selain hukum

Islam, manusia sebagai bangsa dan warga masyarakat

wajib mengikuti hukum yang telah ditetapkan oleh

ulil amri (pemerintah) selama aturan dan ketetapan

pemerintah tidak membawa masyarakat pada

kemudaratan atau kesesatan.

Dalam bab ini akan diuraikan: 1) Sumber-

Sumber Hukum Islam, 2) Hukum Nikah, 3) Hukum

Waris, 4) Hukum Bermuamalah dengan Bank

Konvensional, 5) Hukum Bermuamalah dengan

Asuransi, 6) Hukum Bermuamalah dengan Koperasi,

dan Hak Azasi Manusia. dalam Islam. Uraian masing-

masing sub pokok bahasan di atas adalah sebagai

berikut.

3.2. Penyajian

A. Sumber Hukum Islam

73

Page 74: Bahan Ajar PAI 2011

Syariah atau hukum Islam yang sumbernya

secara umum ada dua: Al-Quran dan Hadis. Di antara

ulama ada yang mengatakan tiga. Selain yang dua

disebutkan dimasukkan ijtihad. Sumber hukum yang

ketiga meliputi ijma’ dan qiyas. Agar jelas masing-

masing sub pokok bahasan di atas maka diuraikan

sebagai berikut.

1. Al Quran

Al-Quran adalah sumber ajaran Islam pertama

dan utama. Menurut keyakinan umat Islam yang

diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, al-Quran

adalah kitab suci yang memuat firman-firman Allah,

sama benar yang disampaikan oleh malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit

demi sedikit selama 22 tahun lebih, mula-mula di

Mekah kemudian di Madinah. Tujuannya, untuk

menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia

dalam hidup dan kehidupannya mencapai

kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan akhirat.

Al-Quran yang menjadi sumber nilai dan

norma umat Islam itu menurut Muhammad Daud Ali

(1998) terbagi ke dalam:

1. 30 juz (bagian)

74

Page 75: Bahan Ajar PAI 2011

2. 114 surat (bab)

3. 6666 ayat

4. 74.499 kata atau 325.345 huruf (atau

lebih tepat dikatakan 325.345 suku kata bila

dilihat dari sudut pandang bahasa Indonesia)

Nasaruddin Razak (dalam Daud Ali, 1998)

mengatakan bahwa Al-Quran tidak disusun secara

kronologis. Lima ayat pertama diturunkan di Gua

Hira’ pada malam 17 Ramadhan tahun pertama

sebelum hijrah atau pada malam nuzulul Quran

ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun,

sekarang kelima ayat itu terletak pada awal surat

al-‘Alaq 1-5.

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia

75

Page 76: Bahan Ajar PAI 2011

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Ayat terkahir diturunkan di ‘Arafah,

ketika Nabi Muahammad saw berusia 63 tahun

pada tanggal 9 Zulhijjah tahun ke-10 hijrah,

kini ayat itu terletak pada surat al-Maidah ayat

tiga. Perhatikan Q.S. al-Maidah ayat 3:

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan

76

Page 77: Bahan Ajar PAI 2011

(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa, karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat-ayat al-Quran turun dalam dua

periode, Mekah dan Madinah. Ayat atau surat

yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah

disebut ayat atau surat Makkiyah, sedangkan

ayat atau surat yang turun sesudah Nabi hijrah

ke Madinah disebut ayat atau surat Madaniyah.

Ciri-ciri kedua istilah tersebut:

1. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya

pendek-pendek. Jumlah juz, surat dan

ayatnya 19/30, 86/114, dan 4.780 ayat.

Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada

umumnya panjang-panjang. Jumlah juz,

77

Page 78: Bahan Ajar PAI 2011

surat dan ayatnya 11/30, 28/114 dan 1.456

ayat.

2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-

kata yaa ayyuhannaas (hai manusia)

sedangkan ayat Madaniyah dimulai dengan

kata-kata yaa ayyuhlladziina aamanuu (hai

orang-orang yang beriman).

3. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya

mengenai tauhid yakni keyakinan pada

Kemahaesaan Allah, hari kiamat, akhlak

dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu,

sedang ayat Madaniyah memuat masalah

hukum, keadilan, masyarakat dan

sebagainya.

4. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan selama 12

tahun lebih sedang ayat-ayat Madaniyah

selama 10 tahun lebih (Nasaruddin Razak,

1977: 90).

Sistematika penyusunan Al-Quran

ditetapkan oleh Allah sendiri melalui malaikat

Jibril yang disampaikan kepada Rasul-Nya

Muhammad, Dalam ilmu Usul Tafsir disebut

Tauqifi (Quraisy Syihab, 1996: 34).

78

Page 79: Bahan Ajar PAI 2011

Sistematika Al-Quran tidak seperti buku

(ilmiah), mengikuti metode tertentu. Oleh

karena itu, bila kita membaca al-Quran,

masalah akidah misalnya, berdampingan

dengan soal hukum, sejarah umat yang lalu

disatukan dengan nasihat, dorongan atau tanda-

tanda kebesaran Allah yang ada di alam

semesta. Soal perang berurutan dengan hukum

minuman-minuman yang memabukkan,

perjudian, pemeliharaan anak yatim dan

perkawinan dengan orang musyrik. Misalnya

surat al-Baqarah ayat 216 dan 221:

Artinya; “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

79

Page 80: Bahan Ajar PAI 2011

Menurut Quraisy Syihab (1996) dalam

bukunya “Membumikan Al-Quran” maksud

sistematika demikian adalah agar orang

mempelajari dan memahami al-Quran sebagai

satu kesatuan yang harus ditaati.

Selama 23 tahun Alquran diturunkan, jika

dikaji isinya, maka ada lima petunjuk isi al-

Quran secara garis besar:

a. Mengenai aqidah yang harus

diyakini oleh manusia;

b. Mengenai syari’ah = jalan yang

harus diikuti manusia dalam berhubungan

dengan Allah dan dengan sesama manusia

demi kebahagiaan hidupnya di dunia dan di

akhirat kelak.

c. Mengenai akhlak = yang baik dan

yang buruk manusia harus

mengindahkannya dalam kehidupan, baik

kehidupan individu maupun kehidupan

sosial.

d. Kisah-kisah umat manusia di zaman

lampau.

80

Page 81: Bahan Ajar PAI 2011

e. Berita-berita tentang zaman yang

akan datang.

2. Hadis

Hadis sumber ajaran Islam yang kedua.

Ayat-ayat al-Quran yang kandungannya umum

dirinci dalam hadis Nabi. Misalnya “Dirikan

salat dan keluarkan zakat”. Ayat ini hanya

memerintahkan mendirikan salat dan

mengeluarkan zakat, tetapi tidak dirinci salat

apa dan berapa rakaatnya, demikian pula zakat,

tidak dirinci kapan dan berapa kadar harta itu

dikeluarkan.

Hadis menurut pengertian kebahasaan

adalah berita atau sesuatu yang baru. Dalam

ilmu hadis istilah tersebut berarti segala

perkataan, perbuatan dan sikap diam Nabi

tanda setuju (taqrir). Para ahli hadis,

umumnya, menyamakan istilah hadis dengan

istilah sunnah. Namun, ada sementara ahli

hadis mengatakan bahwa istilah hadis

dipergunakan khusus untuk sunnah qauliyah

(perkataan Nabi), sedang sunnah fi’liyah

81

Page 82: Bahan Ajar PAI 2011

(perbuatan) dan sunnah taqririyah tidak

disebut hadis, tetapi sunnah saja. Dengan

demikian, sunnah lebih luas dan umum

dibandingkan dengan hadis. Sebab, sunnah

meliputi perkataan, perbuatan dan sikap diam

Nabi tanda setuju. Inilah sebabnya, mengapa

untuk semua yang datang dari Rasulullah

(perkataan, perbuatan, dan sikap diam beliau)

biasa dipergunakan perkataan hadis. Dalam

hubungan kajian ini, perlu ditambahkan, bahwa

sunnah atau hadis Nabi kini dihimpun dalam

berbagai kitab hadis.

Sebagai sumber agama dan ajaran

Islam, hadis mempunyai peranan penting

setelah al-Quran sebagai kitab suci dan

pedoman hidup umat Islam diturunkan pada

umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci

dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat

dipahami dan diamalkan. Di dalam Alquran,

Surat Al Hasyr ayat 7:

82

Page 83: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: ”Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

Ada tiga peranan hadis disamping al-

Quran sebagai sumber agama dan sumber

ajaran Islam:

1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang

terdapat dalam Alquran, misalnya

mengenai salat. Ketentuan itu ditegaskan

lagi pelaksanaannya dalam sunnah

Rasulullah. Contoh: mengenai shaum. Di

dalam Alquran terdapat ayat mengenai

83

Page 84: Bahan Ajar PAI 2011

puasa Ramadhan, tetapi pelaksanannya

ditegaskan dan dikembangkan lebih lanjut

oleh Nabi melalui sunnah beliau. Demikian

juga halnya dengan zakat dan haji.

2. Sebagai penjelasan isi Alquran. Dengan

mengikuti contoh di atas, misalnya

mengenai salat. Di dalam Alquran Allah

memerintahkan manusia mendirikan salat.

Namun, di dalam kitab suci itu tidak

dijelaskan mengenai banyaknya rakaat,

cara, rukun dan syarat mendirikan salat.

Nabilah yang menyebut sambil

mencontohkan jumlah rakaat setiap salat,

cara, rukun, dan syarat mendirikan salat.

Demikian juga halnya dengan shaum dan

haji.

3. Menambahkan atau mengembangkan

sesuatu yang tidak ada atau samar-samar

ketentuannya di dalam Alquran. Contoh:

adalah larangan Nabi mempermadu

(mengawini) sekaligus atau mengawini

pada waktu (bersamaan) seseorang

perempuan dengan bibinya. Larangan ini

84

Page 85: Bahan Ajar PAI 2011

tidak terdapat dalam larangan-larangan

perkawinan di surat an-Nisaa’ ayat 23.

Perhatikan ayat tersebut.

Artinya: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa

85

Page 86: Bahan Ajar PAI 2011

kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dilihat dari hikmah larangan itu jelas,

bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau

putusnya hubungan silaturrahmi antara dua

kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama

Islam.. Dengan larangan itu, Nabi seakan-akan

mengisi “kekosongan” mengenai larangan

perkawinan (Ali, 1998: 114-115).

Melalui kitab-kitab hadis yang memuat

sunnah Rasulullah, dikalangan Sunni terkenal

“kutubussittah” = enam kitab hadis, yaitu:

1. Kitab Sahih Bukhari

2. Kitab Sahih Muslim

3. Kitab Sunan Abu Daud

4. Kitab Sunan an-Nasaai

5. Kitab Sunan At-Turmudzy

6. Kitab Sunan Ibnu Majah

Tanpa Sunnah sebagian besar isi

Alquran akan tersembunyi dari mata manusia..

86

Page 87: Bahan Ajar PAI 2011

Di dalam Alquran tertulis misalnya perintah

untuk mengerjakan salat. Tanpa sunnah, orang

tidak akan tahu bagaimana cara

mengerjakannya.

Selain hadis Nabi, ada hadis yang

disebut dengan hadis Qudsi yang tidak menjadi

bagian al-Quran, tetapi di dalamnya Tuhan

berbicara melalui Nabi, disampaikan dengan

kata-kata Nabi sendiri. Hadis qudsi adalah

hadis yang disampaikan oleh Nabi Muhammad

saw yang maknanya dari Allah swt. sedang

membacanya tidak bernilai ibadah. Meskipun

hadis Qudsi jumlahnya sedikit, tetapi

peranannya sangat penting sehingga menjadi

dasar kehidupan spritual Islam bersama dengan

beberapa surat tertentu di dalam Alquran.

Isi hadis Qudsi kebanyakan tentang

hubungan langsung antara manusia dengan

Tuhan seperti tersirat dalam Hadis Qudsi yang

terkenal yang sering diucapkan berulang-ulang

oleh para sufi sepanjang masa: “Hambaku

tidak pernah berhenti mendekatkan dirinya

kepada-Ku melalui pengabdian yang bebas

87

Page 88: Bahan Ajar PAI 2011

sampai Kucintai dia. Dan apabila telah

kucintai dia, maka Akulah pendengaran

dengan apa ia dengar, mata dengan apa ia

lihat, tangan dengan apa ia berjuang, kaki

dengan apa ia berjalan”

3. Ijtihad

Sebagai sumber ajaran Islam yang

ketiga, kedudukan akal pikiran manusia

menjadi syarat penting dalam sistem ajaran

Islam. Di dalam kepustakaan, sumber ajaran

Islam yang ketiga ini disebut istilah ar-Ra’yu

atau sering juga disebut kata ijtihad. Istilah

terakhir disebutkan (ijtihad) diartikan dengan

“usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan

oleh seseorang atau beberapa orang yang

mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman

tertentu yang memenuhi syarat untuk mencari,

menemukan dan menetapkan nilai dan norma

yang tidak jelas atau tidak terdapat patokannya

di dalam Alquran dan Hadis.” (Ali, 1998).

Pengertian ijtihad menurut Suryana dkk (1996)

agak berbeda yang disampaikan Muhamad

Daud Ali di atas, yaitu: menggunakan seluruh

88

Page 89: Bahan Ajar PAI 2011

kesanggupan dan kemampuan untuk

menetapkan hukum syara’ dengan jalan

mengeluarkan dari Kitab dan Sunnah.

Selanjutnya, beliau mengatakan bahwa orang

yang melakukan ijtihad disebut “Mujtahid”

yaitu ahli fikhi yang menghabiskan seluruh

kesanggupannya untuk memperoleh

persangkaan yang kuat terhadap suatu hukum

agama dengan jalan istimbath (mengeluarkan)

hukum dari Alquran dan Sunnah.

Kebenaran hasil ijtihad tidaklah mutlak,

melainkan persangkaan yang kuat kepada

benar, karena itu mungkin saja antara satu

mujtahid dengan mujtahid yang lain hasilnya

berbeda, karena perbedaan pengalaman, ilmu

dan adat kebiasaan yang berpengaruh kepada

hasil ijtihad mereka.

Masalah yang dijtihadkan adalah

masalah:

1. Hukum yang tidak mempunyai dalil yang

pasti;

2. Bukan masalah hukum akal;

89

Page 90: Bahan Ajar PAI 2011

3. Bukan masalah yang berhubungan dengan

ilmu kalam;

4. Bukan masalah yang sudah mempunyai

dalil yang pasti.

Ijtihad ada dua macam: 1) ijtihad

perorangan dan 2) ijtihad kelompok. Ulama

mujtahid melakukan ijtihad dengan

memperhatikan dalil-dalil yang tinggi

tingkatannya kemudian berurut kepada

tingkatan berikutnya. Urutan tersebut sebagai

berikut:

1. Nash Alquran

2. Hadis mutawatir

3. Hadis Ahad (yang sahih)

4. Zhahir Quran dan Zhahir Hadis

Berijtihad tidak bisa dilakukan oleh

siapa saja, tetapi hendaklah orang yang

berijtihad itu memiliki kapasitas dan kualifikasi

ilmu yang memadai. Untuk itu, seorang

mujtahid harus memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1. Menguasai ayat-ayat dan hadis-

hadis hukum;

90

Page 91: Bahan Ajar PAI 2011

2. Menguasai bahasa Arab dan segala

gramatikalnya;

3. Menguasai kaedah-kaedah ilmu

Ushul;

4. Menguasai soal-soal ijma’

(kesepakatan ulama);

5. Menguasai ayat-ayat yang di-nasikh

dan ayat-ayat yang di-mansukhkan;

6. Menguasai ilmu Riwayah dan dapat

membedakan antara hadis sahih, hasan dan

dha’if.

Ijtihad dewasa ini, tidak hanya

dilakukan oleh pakar agama saja, tetapi juga

melibatkan pakar-pakar yang lain yang relevan

dengan masalah yang sedang dibahas,

Misalnya masalah kedokteran dan masalah

teknologi dan sebagainya.

Perlu diingatkan, bahwa fungsi hukum

Islam dalam kehidupan bermasyarakat meliputi

1) fungsi ibadah, 2) fungsi amar ma’ruf nahi

mungkar, 3) fungsi pengaturan, yaitu berfungsi

sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin

dan memperlancar proses interkasi sosial

91

Page 92: Bahan Ajar PAI 2011

sehingga terwujudlah masyarakat yang

harmonis, sejahtera, dan aman.

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan

penegakan hukum di Indonesia semakin jelas,

antara lain: 1) UU No 1 1974 tentang

Perkawinan; Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik,

UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama; Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun

1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, UU

Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat, UU Nomor 17 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Nomor 41

Tahun 2004 tentang Waqaf, dan UU Nomor 3

Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama.

B. Pernikahan

Sebelum menguraikan hukum-hukum nikah,

terlebih dahulu dijelaskan pengertian nikah, yaitu:

1. Pengertian Nikah

92

Page 93: Bahan Ajar PAI 2011

Nikah menurut bahasa berarti menghimpun,

sedangkan menurut istilah berarti akad yang

menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak

dan kewajiban antara keduanya. Pernikahan dalam arti

luas adalah suatu ikatan lahir dan batin antara dua

orang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama

dalam suatu rumah tangga dan untuk mendapatkan

keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-

ketentuan syariat Islam. (Kompilasi Hukum Islam,

1991/1992)

2. Hukum Nikah

Asal hukum pernikahan boleh, tetapi

selanjutnya hukum itu sangat tergantung kepada

kondisi atau keadaan orang yang bersangkutan, karena

itu hukum nikah bisa wajib, sunnat, mubah, makruh

dan haram (Suryana dkk, 1996: 95).

a. Nikah yang hukumnya wajib adalah nikah

bagi orang yang telah cukup sandang, pangan dan

papan dan dikhawatirkan terjerumus kepada

perzinaan.

b. Nikah yang hukumnya sunnat (boleh) adalah bagi

orang yang berkeinginan menikah serta memiliki

93

Page 94: Bahan Ajar PAI 2011

kemampuan sandang, pangan dan papan dan tidak

dikhawatirkan terjerumus kepada kemaksiatan.

c. Nikah yang makruh adalah nikah bagi orang yang

tidak mampu lahir dan tidak mampu batin.

d. Nikah yang hukumnya haram adalah nikah bagi

orang yang menikah bukan karena Allah, tetapi

karena hartanya saja, kecantikannya saja atau ada

niat balas dendam atau menyakiti wanita yang

dinikahinya.

3. Tujuan Nikah

Pernikahan dalam Islam bertujuan selain

menghalalkan hubungan seksual dua orang yang

berbeda jenis kelamin, mendapatkan keturunan, juga

bertujuan untuk dalam arti luas, yaitu bagaimana

mewujudkan generasi yang salih dan salihah serta

cerdas sebagai harapan kelangsungan pembangunan

agama, bangsa dan negara dari pasangan suami-isteri

yang sakinah. Perhatikan firman Allah dalam Alquran

Surat al-rum ayat 21:

94

Page 95: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Rasulullah bersabda: “Nikah itu sunnahku,

barang siapa membenci pernikahan, maka ia tidak

termasuk umatku.” Dalam hadis Nabi yang lain:

“Nikah itu setengah iman.”

4. Perempuan yang haram dinikahi

Adapun perempuan yang haram dinikahi

adalah:

a.. Diharamkan karena keturunan:

Ibu ke atas;

1). Anak perempuan dan seterusnya ke bawah;

2). Saudara perempuan sekandung, seayah dan

seibu;

3). Bibi (saudara ibu, baik sekandung atau

perantaraan ayah dan ibu);

4). Bibi (saudara ayah baik sekandung atau

dengan perantaraan ayah atau ibu)

95

Page 96: Bahan Ajar PAI 2011

5). Anak perempuan dari saudara laki-laki terus

ke bawah;

6). Anak perempuan dari saudara perempuan

terus kebawah.

b. Diharamkan karena susuan

a. Ibu yang menyusui

b. Saudara perempuan yang mempunyai

hubungan susuan

c. Diharamkan karena suatu perkawinan

a. Mertua dan seterusnya ke atas, baik ibu

dari keturunan maupun susuan

b. Anak tiri, jika sudah campur dengan ibunya

c. Isteri ayah dan seterusnya ke atas

d. Wanita-wanita yang pernah dikawini ayah,

kakek sampai ke atas

e. Menantu dan seterusnya

d. Diharamkan untuk sementara

a. Pertalian nikah, yaitu perempuan yang

masih dalam ikatan pernikahan, kalau

sudah dicerai dan habis masa iddahnya

boleh dinikahi

b. Talak baik kubra, yaitu perempuan

yang ditalak dengan talak tiga, haram

96

Page 97: Bahan Ajar PAI 2011

dinikahi oleh bekas suaminya, kecuali telah

dinikahi oleh laki-laki lain serta telah

dicampuri, apabila cerai dan habis masa

iddahnya boleh dinikah oleh bekas

suamniya yang pertama.

c. Menghimpun dua perempuan

bersaudara, apabila salah satu telah dicerai

atau meninggal, maka yang lainnya boleh

dinikah.

d. Menghimpun perempuan lebih dari

berlainan agama, apabila perempuan itu

masuk Islam boleh dinikah.

5. Pelaksanaan Nikah

Pernikahan dinyatakan sah apabila lengkap

rukun-rukunnya, yaitu 1) Kedua calon pengantin,

2) wali, 3) dua orang saksi, 4) mahar atau mas

kawin, 5) ijab kabul

Masing-masing rukun nikah tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

1) Calon pasangan sumai-isteri, yaitu laki-laki

muslim dan perempuan muslimah yang tidak

diharamkan untuk menikah

97

Page 98: Bahan Ajar PAI 2011

2) Wali, yaitu orang yang bertanggungjawab

menikahkan pengantin perempuan, baik wali

nasab maupun wali hakim.

Wali nasab adalah wali yang ada hubungan

darah dengan permpuan yang akan dinikahkan.

Urutan orang yang menjadi wali bagi

perempuan yang dinikahkan sebagai beriktu:

1. Ayah kandung

2. Kakek dari ayah

3. Saudara laki-laki sekandung

4. Saudara laki-laki seayah

5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki

sekandung

6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah

7. Saudara laki-laki sekandung dari ayah

8. Saudara laki-laki seayah dari ayah

9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu

se ayah dari ayah

10. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah

dari ayah

Urutan wali-wali di atas secara berurut

diberlakukan mulai pertama sampai ke bawah,

bila urutan pertama tidak ada atau berhalangan.

98

Page 99: Bahan Ajar PAI 2011

Sedangkan wali hakim adalah wali yang

diangkat untuk menikahkan perempuan yang

tidak memiliki atau karena sesuatu hal tidak

ada wali nasab.

3). Saksi, yaitu dua orang laki-laki dewasa yang

menjadi saksi atas terjadinya suatu pernikahan

untuk menguatkan akad nikah yang terjadi dan

menjadi saksi keabsahan keturunan yang lahir

dari pernikahan tersebut.

4). Mahar, yaitu pemberian pihak laki-laki kepada

perempuan pada saat pernikahan. Jumlah dan

jenis mahar tidak ditentukan oleh ajaran Islam,

tetapi dianjurkan untuk disesuaikan dengan

kemampuan laki-laki. Apabila pasangan itu

bercerai sebelum bercampur, maka laki-laki

memiliki hak untuk menerima pengembalian

maharnya sebanyak seperduanya, tetapi apabila

perceraian itu terjadi sesudah bercampur, maka

perempuan memiliki hak sepenuhnya terhadap

mahar yang diterimanya pada saat pernikahan.

Mahar adalah hak perempuan (isteri), karena

itu jika isteri tidak memberikan atau

menyetujui pemakainnya bersama-sama

99

Page 100: Bahan Ajar PAI 2011

dengan suaminya, maka harta yang diperoleh

dari mahar itu tetap menjadi milik isteri,

sehingga apabila terjadi perceraian di

kemudian hari, harta yang diberikan sebagai

mahar tidak dijadikan harta yang dibagi dengan

suaminya, atau apabila suami meninggal lebih

dahulu, maka mahar itu bukan harta pusaka

suami. Tetapi apabila isteri meridai harta

mahar itu digunakan untuk berdua, maka harta

itu menjadi milik bersama.

5). Ijab kabul. Ijab adalah ucapan penyerahan dari

wali perempuan kepada pihak laki-laki dan

qabul adalah ucapan penerimaan pihak laki-

laki atas penyerahan perempuan dari walinya.

Ucapan ijab qabul yang umum digunakan di

Indonesia antara lain sebagai berikut:

Wali: Aku nikahkan engkau dengan anakku

(disebut nama pengantin perempuan) dengan

mas kawin (sebut jenis, jumlah) tunai. Qabul

dari pengantin laki-laki: Aku terima nikahnya

(sebut nama perempuan) dengan mas kawin

(sebut jenis, jumlah) tunai.

100

Page 101: Bahan Ajar PAI 2011

Setelah ijab qabul dilakukan, maka sahlah

pasangan itu sebagai suami-isteri. Masing-masing

memiliki hak dan kewajiban, yaitu suami

berkewajiban memberikan nafkah lahir batin,

memberikan sandang pangan dan papan,

memberikan keamanan dan ketenteraman dalam

keluarga. Sementara itu ia pun memiliki hak

mendapatkan pelayanan dan ketaatan dari

isterinya. Sedangkan isteri memiliki kewajiban

untuk mentaati suami, mengelola nafkah dan

mengatur tata laksana rumah tangga dengan baik.

Hak dan kewajiban suami isteri pada dasarnya

seimbang dan bentuknya dapat dibicarakan dan

disepakati bersama. Suami adalah pemimpin dalam

keluarga yang membimbing dan memberi arah

yang jelas dalam mencapai tujuan keluarga. Dalam

memegang kepemimpinan tersebut suami dituntut

untuk berlaku adil dan mengembangkan

musyawarah dalam keluarga, sehingga dalam

keluarga terjadi komunikasi, saling

memperlihatkan dan saling memberikan kasih

sayang (A. Toto Suryana, 1996).

101

Page 102: Bahan Ajar PAI 2011

6. Hikmah Pernikahan

Hikmah pernikahan, secara garis besarnya

adalah:

1. Memelihara derajat manusia agar terhindar

dari sifat-sifat kebinatangan

2. Menjaga garis keturunan seperti yang

diperintahkan Rasul, bahwa “Aku bangga di

hari Kemudian kelak mempunyai umat yang

banyak”

3. Mengembangkan kasih sayang seperti firman

Allah: “Sebagian tanda-tanda kebesaran-Ku

adalah menciptakan manusia berpasang-

pasangan agar mereka rukun, sakinah penuh

cinta dan kasih sayang.

PERKULIAHAN KE-6

102

Page 103: Bahan Ajar PAI 2011

Perkauliahan keenam masih lanjutan dari bab

III (Hukum dan HAM dalam Islam).

C. Kewarisan Islam

Hukum kewarisan adalah hukum yang

mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta

peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa

yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya

masing-masing (Kompilasi Hukum Islam, 1991/1992:

89).

Mawaris menurut bahasa perpindahan dari

sesuatu kepada orang lain, baik perpindahan konkrit

maupun abstrak. Adapun perpindahan yang konkrit

misalnya perpindahan harta benda. Sedang

perpindahan abstrak seperti perpindahan ilmu

pengetahuan (Yunus, 1987: 1).

Menurut istilah mawaris adalah aturan yang

berkaitan dengan pembagian harta pusaka,

pengetahuan tentang cara perhitungan yang dapat

disampaikan kepada pembagi harta pusaka dan

pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari

harta peninggalan untuk setiap pemilik hak pusaka

(Suryana dkk, 1996: 111).

103

Page 104: Bahan Ajar PAI 2011

Selanjutnya, dalam buku tersebut dijelaskan

beberapa pengertian yang berkaitan dengan kewarisan

sebagai berikut:

1. Pewaris adalah orang yang pada saat

meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal

berdasarkan putusan Pengadilan Islam,

meninggalkan ahli waris dan harta

peninggalan.

2. Ahli waris adalah orang yang pada saat

meninggal dunia mempunyai hubungan darah

atau hubungan perkawinan dengan pewaris,

beragama Islam dan tidak terhalang karena

hukum untuk menjadi ahli waris.

3. Harta peninggalan adalah harta yang

ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa

harta benda yang menjadi miliknya maupun

hak-haknya.

4. Harta warisan dalah harta bawaan ditambah

bagian dari harta bersama setelah digunakan

untuk keperluan pewaris selama sakit sampai

meninggalnya, biaya pengurusan jenazah,

pembayaran hutang dan pemberian untuk

kerabat (hibah).

104

Page 105: Bahan Ajar PAI 2011

5. Wasiat adalah pemberian suatu benda dari

pewaris kepada orang lain atau lembaga yang

akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia.

6. Hibah adalah pemberian suatu benda secara

sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang

kepada orang lain yang masih hidup untuk

dimiliki.

7. Anak angkat adalah anak yang dalam hal

pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya

pendidikan dan sebagainya beralih

tanggungjawabnya dari orang tua asal kepada

orang tua angkatnya berdasarkan putusan

Pengadilan.

8. Baitul Mal adalah Balai Harta Keagamaan atau

kas negara..

Setelah mayat dikuburkan, keluarganya wajib

mengelola harta peninggalannya dengan langkah-

langkah: 1) Membiayai perawatan jenazahnya, 2)

Membayar zakatnya, jika si mayat belum

mengeluarkan zakat sebelum meninggal dunia, 3)

Membayar utang-utangnya apabila mayat

meninggalkan utang, 4) Membayar wasiatnya, jika si

mayat mewasiatkan sebelum meninggal dunia, dan 5)

105

Page 106: Bahan Ajar PAI 2011

Setelah dibayarkan semua, tentukan sisa harta

peninggalan milik mayat sebagai harta pusaka yang

dinamai tirkah atau harta yang akan dibagikan kepada

ahli waris masyat berdasarkan ketentuan hukum waris

Islam.

Seseorang berhak pusaka mempusakai disebabkan

oleh hal-hal berikut:

1. Perkawinan = adanya ikatan yang sah antara laki-

laki dan perempuan sebagai suami isteri. Keduanya

memiliki hak waris mewarisi yang tidak terhalang

oleh ahli waris manapun.

2. Kekerabatan = hubungan nasab antara orang yang

mewariskan dan orang yang mewarisi yang

disebabkan oleh kelahiran. Hubungan ini tidak

akan terputus, karena yang menjadi sebab adanya

seseorang tidak bisa dihilangkan.

3. Perwalian = kekerabatan yang timbul karena

membebaskan budak, dan kekerabatan yang timbul

karena adanya perjanjian tolong menolong dan

sumpah setia antara seseorang dengan orang lain.

Pembagian harta pusaka dalam Islam telah

ditentukan dengan rinci dan jelas.

Perincian dan penjelasannya sebagai berikut:

106

Page 107: Bahan Ajar PAI 2011

1. Pusaka dengan sebab perkawinan ada dua, yaitu

Isteri dan suami.

a. Bagian isteri ada dua macam: a) seperempat =

jika suami tidak mempunyai anak, baik laki-

laki maupun perempuan atau cucu perempuan

dari anak laki-laki terus ke bawah, b)

seperdelapan = jika suami mempunyai anak

(Dasar hukumnya: tugas anda, tulis dan

terjemahkan surat an-Nisaa’ ayat 12)

b. Bagian Suami: 1) seperdua = jika isterinya

tidak mempunyai anak, baik laki-laki maupun

perempuan atau cucu perempaun ke bawah, 2)

seperempat = jika isterinya meninggalkan anak

atau cucu. (dasar hukunya: tugas anda, tulis

dan terjemahkan surat an-Nisaa’ ayat 12)

2. Pusaka dengan sebab kekerabatan ada tiga, yaitu:

anak perempuan, anak laki-laki dan cucu

perempuan dari anak laki-laki.

a. Anak perempuan.

Bagian anak perempuan ada tiga

kemungkinan: 1). Seperdua = jika ia sendiri

saja, tidak ada saudaranya laki-laki (tugas

Anda: tulis dan terjemahkan sebagian surat an-

107

Page 108: Bahan Ajar PAI 2011

Nisaa’ ayat 11); 2) Dua pertiga = jika dua anak

perempuan ke atas dan tidak mempunyai

saudara laki-laki (tulis dan terjemahkan

sebagian surat an-Nisaa’ ayat 11); 3). ‘Ashabah

(sisa) = jika anak perempuan mempunyai

saudara laki-laki.

b. Anak laki-laki

Anak laki-laki tidak termasuk ahli waris

yang sudah ditentukan kadarnya, tetapi ia

termasuk ahli waris yang menerima sisa dari

seluruh harta pusaka apabila tidak ada

saudaranya seorang perempuan atau lebih.

Anak laki-laki adalah ahli waris utama,

kendatipun kedudukan dalam warisan sebagai

penerima sisa, tidak pernah dirugikan, sebab ia

dapat menghalangi ahli waris lain dengan hijab

hirman-nya (hijab total) atau mengurangi

penerimaan ahli waris lain dengan hijab

nuqshan-nya.

c. Cucu perempuan dari anak laki-laki

Bagian cucu perempuan dari anak laki-laki: 1)

Setengah = jika ia seorang diri, 2) Dua pertiga

= jika dua orang atau lebih dan tidak ada

108

Page 109: Bahan Ajar PAI 2011

saudara laki-laki, dan 3) Ashabah atau sisa, bila

ia bersama dengan saudara laki-laki yang

sederajat. Yang mendapat ashabah: 1) Cucu

laki-laki dari anak laki-laki, 2) Ia mendapatkan

semua harta warisan, jika tidak ada anak laki-

laki(ayahnya) dan tidak ada saudaranya

perempuan yang sederajat., dan 3) Mendapat

sisa dengan cara 2:1 jika ada saudara

perempuan yang sederajat.

d. Bagian ibu ada tiga macam: 1) Seperenam =

jika simayit mempunyai anak dan ahli waris

lain (surat an- Nisaa’ ayat 11, tulis dan

terjemahkan sepotong ayat tersebut), 2)

Sepertiga = jika simayit tidak mempunyai anak

dan tidak ada ahli waris lain dasar hukumnya

surat an-Nisaa’ ayat 11, tulis dan terjemahkan

sepotong ayat tersebut). Imformasi selanjutnya.

(baca: A.Toto Suryana, 1996: 120)

e. Bagian ayah ada tiga macam: 1) Seperenam =

jika si mayit mempunyai anak dan ahli waris

lain, 2) Seperenam dan ‘ashabah. Ayah

mendapatkan ‘ashabah jika si mayit tidak

109

Page 110: Bahan Ajar PAI 2011

mempunyai anak laki-laki maupun perempuan

ke bawah.

g. Bagian kakek ada tiga macam: 1) Seperenam =

jika si mayit mempunyai anak, 2) Seperenam

dan ‘ashabah, dan 3) ‘Ashabah (sama

kedudukannya dengan ayah di atas)

PERKULIAHAN KE-7

110

Page 111: Bahan Ajar PAI 2011

Perkauliahan ketujuh masih lanjutan dari bab

III (Hukum dan HAM dalam Islam).

D. Hukum Bermuamalah dengan Bank

Konvensional

Dewasa ini, umat Islam hampir tidak bisa

menghindari diri dari bermuamalah dengan bank

konvensional yang memakai system bunga itu dalam

segala aspek kehidupannya, termasuk kehidupan

agamanya. Misalnya ibadah haji di Indonesia, umat

Islam di Indonesia harus memakai jasa bank, apalagi

dalam kehidupan ekonomi tidak bisa lepas dari jasa

bank. Tetapi, akhir tahun 2003 yang lalu Majelis

Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa bahwa

bunga bank konvensioanl “haram” dengan melalui

penelitian dan pengawasan yang panjang.

Akibat fatwa MUI tersebut oleh masyarakat

Islam, khususnya para pakar dan cendikiawan muslim

terbagi kepada dua kelompok: 1) mereka setuju

dengan fatwa MUI. Dengan alasan bahwa lembaga

yang legal seperti MUI yang mengeluarkan fatwa itu

yang pengurusnya sarat dengan pakar-pakar atau

cendikiawan Muslim, 2) tidak sependapat. Dengan

alasan bahwa bank syari’ah atau bank Islam yang ada

111

Page 112: Bahan Ajar PAI 2011

sekarang belum sepenuhnya siap melayani para

nasabah, sekiranya mereka mentransfer dananya dari

bank konvensional ke bank Islam. Selain itu, fasilitas

yang dimiliki bank Islam belum selengkap yang

dimiliki bank konvensional.

Hemat kami sebagai dosen Pendidikan Agama

Islam di Politeknik Negeri Ujung Pandang

menyerahkan kepada masyarakat sebagai pengguna

jasa bank, mereka yang memilih dan menentukan

pilihannya, di lembaga keuangan mana yang

dikehendaki untuk bermuamalah dengan bank.

Pandangan ulama yang mengharamkan

bermuamalah dengan bank konvensional menurut

Masyfuk Zuhdi, 1991: 107-110) dan A. Toto Suryana,

1996: 184) adalah sebagai berikut:

Pendapat Abu Zahrah, Guru Besar Fakultas

Hukum Universitas Cairo Abul A’la al-Maududi

(Pakistan), Muhammad Abduh al-A’rabi, Penasehat

hukum pada Islamic Congres Cairo dan lain-lain

menyatakan bahwa bunga bank konvensional adalah

riba nasiah (riba langsung) yang dilarang Islam.

Karena itu umat Islam tidak boleh bermuamalah

dengan bank yang memakai sistem bunga, kecuali

112

Page 113: Bahan Ajar PAI 2011

kalau dalam keadaan darurat atau terpaksa. Dan

mengharapkan lahirnya bank Islam yang tidak

menggunakan sistem bunga sama sekali.

Sedang ulama yang membolehkan

bermuamalah dengan bank konvensional adalah

A.Hassan, pendiri dan pemimpin Pesantren Bangil

(Persis). Alasannya adalah bunga yang diberikan oleh

bank tidak berlipat ganda seperti yang diharamkan

dalam al-Quran surat Ali Imran ayat 130:

Ulama yang mengatakan bahwa bunga bank

konvensional hukumnya syubhat (tidak jelas kehalalan

dan keharamannya) seperti, Pendapat Majelis

Tarjihmuhammadiyah di Sidoarjo Jawa Timur tahun

1968. Sesuai dengan petunjuk Nabi dalam hadisnya

bahwa apabila kamu ragu-ragu terhadap sesuatu akan

kehalalannya dan keharamannya maka tinggalkanlah

atau jangan kamu lakukan. Tetapi jika sangat

dibutuhkan (terpaksa) maka bermuamalah dengan

bank konvensional sekadarnya.

113

Page 114: Bahan Ajar PAI 2011

E. Hukum

Bermuamalah dengan Asuransi

Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

d. Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima risiko disebut "penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan: ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh "tertanggung" kepada "penanggung" untuk risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya ditentukan oleh "penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif, dan keuntungan.

e. Contohnya, seorang pasangan membeli rumah seharga Rp. 100 juta. Mengetahui bahwa kehilangan rumah mereka akan membawa mereka kepada kehancuran finansial, mereka

114

Page 115: Bahan Ajar PAI 2011

mengambil perlindungan asuransi dalam bentuk kebijakan kepemilikan rumah. Kebijakan tersebut akan membayar penggantian atau perbaikan rumah mereka bila terjadi bencana. Perusahaan asuransi mengenai mereka premi sebesar Rp1 juta per tahun. Risiko kehilangan rumah telah disalurkan dari pemilik rumah ke perusahaan asuransi

Di kalangan ulama dan cendikiawan Muslim

ada empat pendapat tentang hukum asuransi menurut

Masyfuk Zuhdi (1991: 127-129) yang dikutip dari

Fiqhi Sunnah dan Kode Etik Dagang Menurut Islam

oleh Hamzah Ya’cub (1984: 295-310), yaitu

mengharamkan asuransi dalam segala macam

bentuknya sekarang ini, termasuk asuransi jiwa.

Ulama dalam kelompok ini adalah Sayyid Sabiq,

Abdullah al_Qalqili (mufti Yordania), Muhammad

Yusuf al-Qardhawi (pengarang buku al-Halal wal

Haram fil Islam), dan Muhammad Bakhit al-Muth’i

(mufti Mesir). Alasan-alasan mereka adalah:

1. Asuransi pada hakikatnya sama dengan

judi

2. Mengandung unsur tidak jelas dan tidak

pasti

115

Page 116: Bahan Ajar PAI 2011

3. Mengandung unsur riba

4. Mengandung unsur eksploitasi, karena

pemegang polis kalau tidak bisa melanjutkan

pembayaran preminya, bisa hilang atau dikurangi

premi yang telah dibayarkan.

5. Premi-premi yang telah dibayarkan

oleh para pemegang polis diputar dalam praktek

riba

6. Asuransi termasuk tukar menukar uang

tidak dengan tunai. Hidup dan mati manusia

dijadikan obyek bisnis, yang berarti mendahului

takdir Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ulama yang membolehkan semua asuransi

dalam prakteknya sekarang ini. Kelompok ulama yang

mendukung pendapat ini adalah Abdul Wahab Khallaf,

Mushthafa Ahmad Zarqa’ (Guru Besar Hukum Islam

pada Fakultas Syariah Universitas Syiria, Muhammad

Yusuf Musa (Guru Besar Hukum Islam pada

Universitas r Cairo Mesir, dan Abdurrahman ‘Isa

(Pengarang buku Al-Muamalat al-Haditsah wa

Ahkaamuhaa). Alasan mereka membolehkan asuransi

termasuk asuransi jiwa adalah:

116

Page 117: Bahan Ajar PAI 2011

1. Tidak ada nas al-Quran dan Hadis yang

melarang asuransi

2. Ada kesepakatan/kerelaan kedua belah

pihak

3. Saling menguntungkan kedua belah

pihak

4. Mengandung kepentingan umum, sebab

premi-premi yang terkumpul bisa diinvestasikan

untuk proyek-proyek yang produktif dan untuk

pembangunan.

Asuransi termasuk akad kerjasama bagi hasil

antara pemegang polis dengan pihak perusahaan

asuransi yang memutar modal atas dasar profit and

loss sharing. Mereka beralasan bahwa:

1. Asuransi termasuk koperasi

2. Disamakan dengan taspen.

3. Membolehkan asuransi yang bersifat

sosial dan mengharamkan asuransi yang semata-

mata bersifat komersial. Pendukung kelompok ini

adalah Muhammad Abu Zahrah (Guru Besar

Hukum Islam pada Universitas Cairo Mesir.

Alasan beliau membolehkan asuransi yang bersifat

sosial pada garis besarnya sama dengan alasan

117

Page 118: Bahan Ajar PAI 2011

pendapat kedua; sedangkan alasan yang

mengharamkan asuransi yang bersifat komersial

pada garis besarnya sama dengan alasan pendapat

pertama.

4. Menganggap asuransi itu syubhat (tidak

jelas hukumnya, antara halal dan haram).

Alasannya adalah tidak ada dalil-dalil syar’i yang

secara jelas mengharamkan ataupun menghalalkan

asuransi. Informasi selanjutnya, baca buku

“Masailul Fiqhiyah oleh Masyfuq Zuhdi, hal. 130-

132).

E. Hukum

Bermuamalah dengan Koperasi

Pengertian Koperasi adalah organisasi ekonomi

rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-

orang atau badan hukum koperasi yang merupakan

tata susunan ekonomi sebagai usaha berdasarkan

atas asas kekeluargaan.

Suryana dkk (1996: 185) mengatakan bahwa

koperasi sebagai lembaga ekonomi merupakan

aplikasi dari konsep ta’awun (kerja sama dan

tolong menolong) yang sangat dianjurkan oleh

ajaran Islam. Keberpihakan kepada kesejahteraan

118

Page 119: Bahan Ajar PAI 2011

anggota sebagai suatu keluarga adalah sifat

koperasi yang mulia, Jika koperasi ditata

sedemikian rupa dapat menjadi lembaga ekonomi

yang kuat, saling memajukan antar anggota,

sehingga pemerataan kesejahteraan dapat

dirasakan oleh masyarakat banyak.

Dalam penyelenggaraan koperasi yang baik

harus berdasarkan sendi koperasi secara umum,

yaitu:

a. Saling menolong

b. Tanggungjawab

c. Keadilan

d. Ekonomis

e. Demokrasi

f. Kemerdekaan

g. Pendidikan

Apabila salah satu di antara tujuh sendi

koperasi disebutkan di atas tidak terpenuhi,

misalnya tidak ada keadilan atau kejujuran bagi

pengurus koperasi maka lembaga ekonomi

seperti ini hilang berkahnya. Firman Allah

dalam sebuah Hadis Qudsi: “Aku memberikan

berkah kepada suatu lembaga yang

119

Page 120: Bahan Ajar PAI 2011

pengurusnya tetap berlaku adil dan jujur

dalam menjalankan kegiatannya, tetapi ketika

mereka berkhianat, maka Aku mencabut

berkahnya kegaiatan itu.”

Masyfuk Zuhdi (1991:13) dalam bukunya

“Masailul Fiqhiyah” mengutip pendapat

Mahmud Syaltut tentang bagian-bagian

koperasi, yaitu:

1. Syirkah abdan adalah kerja sama antara

dua orang atau lebih untuk melakukan

suatu usaha/ pekerjaan, yang hasilnya

dibagi antara mereka menurut perjanjian,

misalnya usaha konfeksi, bangunan, dan

sebagainya. Abu Hanifah dan Malik

membolehkan syirkah ini, sedangkan

Syafi’i melarangnya.

2. Syirkah mufawadah adalah kerja sama

antara dua orang atau lebih untuk

melakukan suatu usaha dengan modal uang

atau jasa dengan syarat sama modalnya,

agamanya, mempunyai wewenang

melakukan perbuatan hukum, dan masing-

masing berhak bertindak atas nama syirkah.

120

Page 121: Bahan Ajar PAI 2011

Para imam mazhab melarang syirkah

seperti ini, kecuali Abu Hanifah yang

membolehkannya.

3. Syirkah wujuh adalah kerja sama antara

dua orang atau lebih untuk membeli

sesuatu tanpa modal uang, tetapi hanya

berdasarkan kepercayaan para pengusaha

dengan perjanjian profit and loss sharing.

Keuntungan dibagi antara mereka sesuai

dengan bagian masing-masing). Ulama

Hanafi dan Hambali membolehkan syirkah

ini, sedangkan ulama Syafi’i dan Maliki

melarangnya, karena menurut mereka

syirkah hanya boleh dengan uang atau

pekerjaan, sedangkan uang dan pekerjaan

tidak terdapat dalam syirkah ini.

4. Syirkah ‘inan adalah kerja sama antara dua

orang atau lebihg dalam pemodalan untuk

melakukan suatu bisnis atas dasar profit

and loss sharing sesuai dengan jumlah

modalnya masing-masing. Dan syirkah

macam ini disepakati oleh ulama tentang

kebolehannya dilakukan.

121

Page 122: Bahan Ajar PAI 2011

G. Hak Asasi Manusia dalam Islam

Manusia sebagai makhluk sosial dianugerahi

hak dasar yang disebut hak azasi. Dengan hak azasi

manusia merupakan suatu hak dasar yang melekat

pada diri manusia, misalnya hak mendapatkan

perlindungan dan kemanan, hak mencari nafkah

dengan bebas, hak mendapatkan pendidikan (Hasanah,

2007: 19).

Hak azasi menurut Islam merupakan anugerah

Allah Swt, manusia diharapkan memanfaatkan

pemberian tersebut dengan baik. Oleh Karena itu,

kehendak dan petunjuk Allah sangat dibutuhkan

dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh manusia

berhak mendapatkan kebahagiaan dan keamanan

dalam hidupnya.

3.3 Penutup

Sumber hukum Islam ada empat: 1) Alquran,

2) hadis, 3) Ijma’, dan 4) Qiyas. Selanjutnya, tatacara

pernikahan dan kewarisan, cara dan tatacaranya telah

ditetapkan dalan Alquran dan Hadis Nabi yang sahih

(sah). Adapun hukum bermualamah dengan bank

122

Page 123: Bahan Ajar PAI 2011

konvensional, hukum bermuamalah dengan asuransi

dan hukum bermuamalah dengan koperasi termasuk

masalah ijtihad dan diperselisihi hukumnya oleh

ulama.

Tugas:

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Terangkan pengertian Al-Quran, Hadis dan

Ijtihad menurut bahasa dan istilah!

2. Terangkan rukun dan syarat-syarat nikah!

3. Terangkan siapa saja ahli waris dari pihak laki-

laki dan perempuan yang mendapatkan warisan

4. Berapa bagian masing-masing ahli waris!

5. Mengapa bagian anak-laki-laki lebih banyak

daripada bagian anak perempuan?

6. Terangkan hukum bermu’amalah dengan bank

konvensional!

7. Kemukakan pandangan ulama tentang bunga

bank Konvensional!

8. Terangkan hukum bermu’amalah dengan

asuransi!

9. Terangkan hukum bermuamalah dengan

asuransi dan koperasi!

123

Page 124: Bahan Ajar PAI 2011

PERKULIAHAN KE-8

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian akhlak, moral dan

etika

2. Menerangkan perbedaan akhlak dengan

moral

3. Menguraikan karakteristik akhlak dalam

Islam

4. Menguraikan aktualisasi akhlak dalam

124

Page 125: Bahan Ajar PAI 2011

kehidupan

Pokok Bahasan:

Akhlak, Moral dan Etika

Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini,

mahasiswa akan mempelajari tentang pengertian

akhlak dan moral, perbedaan akhlak dengan moral,

karakteristik etika Islam, dan aktualisasi akhlak

dalam kehidupan

I. Bahan Bacaan:

1. Ali, Muhammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakrta: PT Raga Grafindo Persada, bab 7

2. Djatnika, Rahmat. 1987. Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia). Surabaya: Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003. Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi.

3. Hasanah, Uswatun dkk. 2007. Acuan Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam. Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, bab 4

4. Nurdin, K.H.Muslim, dkk. 1993. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta, bab 7

125

Page 126: Bahan Ajar PAI 2011

5. Ya’qub, Hamzah. 1993. Etika Islam (Pembinaan Akhlaqul Karimah, Suatu Pengantar. Bandung: Deponegoro

II. Pertanyaan Kunci:

1. Jelaskan pengertian akhlak, moral dan etika!

2. Terangkan perbedaan akhlak dengan moral!

3. Uraikan karakteristik etika dalam Islam!

4. Uraikan aktualisasi akhlak dalam kehidupan

126

Page 127: Bahan Ajar PAI 2011

BAB IVAKHLAK, MORAL DAN

ETIKA

127

Page 128: Bahan Ajar PAI 2011

Pendahuluan

Akhlak atau moral sangat dibutuhkan manusia

dalam kehidupannya. Bila manusia tidak bermoral

maka ia akan sengsara bahkan celaka. Sebaliknya, bila

manusia bermoral yang baik akan dihargai atau

diohormati oleh orang lain. Dengan demikian, moral

sangat penting dimiliki oleh setiap orang.

Dalam bab ini akan dibahas tentang: 1) Pengertian

Akhlak, Moral dan Etika, 2) Perbedaan akhlak dengan

moral, 3) Karakteristik akhlak dalam Islam, dan 4)

Aktualisasi akhlak dalam kehidupan.

4.2. Penyajian

A. Pengertian Akhlak, Moral dan Etika

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia

berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaq, bentuk

jamak dari kata khuluq, yang secara etimologis

bermakna budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat (Rahmat Djatnika, 1987: 25). Selain istilah

akhlak dikenal pula istilah moral dan etika.

Perkataan moral berasal dari bahasa Latin

mores, jamak kata mos yang berarti adat kebiasaan.

128

Page 129: Bahan Ajar PAI 2011

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral diartikan

dengan ajaran tentang baik dan buruk yang

diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kewajiban, budi pekerti, akhlak (Muhammad Daud

Ali, 1998).

Hamzah Ya’cub (1993) mengatakan perkataan

etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti

kebiasaan. Yang dimaksud etika adalah kebiasaan

baik atau kebiasaan buruk. Dalam kepustakaan,

umumnya, kata etika diartikan sebagai ilmu.

Makna etika dalam Kamus Bahasa Indonesia

diartikan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang

buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau

akhlak.

B. Perbedaan Akhlak dengan Moral dan Etika.

Perbedaan akhlak dengan moral dapat dilihat

dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Terminologi Akhlak, Moral dan Etika

TERMINOLOGI

Akhlak adalah Suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan

129

Page 130: Bahan Ajar PAI 2011

menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Ahmad Amin)Moral adalah Istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai , kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar atau salah, baik dan buruk (Muhammad daud Ali)

Etika adalah Sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat. Sehubungan dengan itu yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia. (Rahmat Jatnika, 1992)

Sumber: Pendidikan Agama Islam oleh Daud Ali, 1998

C. Karakteristik Akhlak dalam Islam

Allah telah berkehendak bahwa akhlak dalam

Islam memiliki karakteristik yang berbeda dan

unik dari agama lain (Yahudi dan Nasrani).

Perbedaannya adalah dengan karakteristik yang

menjadikannya sesuai untuk setiap individu, kelas

sosial, ras, lingkungan, masa dan segala kondisi.

Yusuf Qardhawi (dalam Iberani, 2003: 115-119)

mengatakan bahwa dalam bukunya “Pengantar

Kajian Islam” ada tujuh karakter akhlak Islam,

yaitu: (1) Sebuah moral yang beralasan dan dapat

dipahami, (2) Moral universal, (3) Kesesuian

dengan Fitrah, (4) Memperhatikan Realita, (5)

Moral Positif, (6) Menyeluruh, dan (7)

130

Page 131: Bahan Ajar PAI 2011

Keseimbangan. Untuk jelasnya, perhatikan uraian

berikut:

1. Sebuah moral yang beralasan dan dapat

dipahami.

Moral Islam tidak bermakna dengan paham

ritual absolut dogmatis yang dikenal oleh

agama Yahudi, dan yang diasumsikan oleh

sebagian peneliti tentang moral sebagai suatu

konsekwensi langsung bagi bahasa dakwah

kepada moral dalam semua agama, namun

mereka tidak mengetahui bahwa Islam justru

kebalikan dari itu.

Sesungguhnya Islam selalu bersandar

pada penilaian yang logis dan alasan yang

dapat diterima oleh akal yang lurus dan naluri

yang sehat, yaitu dengan menjelaskan

kebaikan dibalik apa yang diperintahkannya

dan kerusakan dari terjadinya apa yang

dilarangnya. Disebutkan dalam Al-Quran surat

al-Angkabut ayat 45 Dan surat al-jumu’ah ayat

9:

131

Page 132: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

2. Moral Universal.

Moral dalam Islam berdasarkan karakter

manusiawi yang universal, yaitu larangan bagi

suatu ras manusia berlaku juga bagi ras lain,

132

Page 133: Bahan Ajar PAI 2011

bahkan umat Islam dan umat-umat yang lain

adalah sama dihadapan moral Islam yang

universal.

Dalam hal ini Al-Quran surat al-Maidah

ayat 8:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman

hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah,

menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu

kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak

adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih

dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada

Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.

Akhlak Islam bebas dari segala tendensi

133

Page 134: Bahan Ajar PAI 2011

rasisme kebangsaan, kesukuan maupun

golongan.

3. Kesesuian dengan Fitrah

Islam datang membawa apa yang sesuai

dengan fitrah dan tabiat manusia serta

menyempurnakannya. Islam mengakui

eksistensi manusia sebagaiamna yang telah

diciptakan Allah dengan segala dorongan

kejiwaan, kecenderungan fitrah serta segala

yang telah digariskan-Nya. Islam menjadikan

mulia dan membuat batasan hukum untuk-Nya

agar dapat memelihara kebaikan masyarakat

dan individu manusia itu sendiri.

Islam membolehkan manusia untuk

menikmati reski yang baik, perhiasan dan

mengesahkan kepemilikan pribadi. Namun

syariat Islam tidak membenarkan hasrat naluri

jika barang-barang dan hal-hal yang najis atau

merupakan perbuatan maksiat. Allah berfirman

dalam al-Quran surat al-A’raf ayat 32:

134

Page 135: Bahan Ajar PAI 2011

Artinya: “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”

Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari

Allah dan makanan yang baik itu dapat

dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang

beriman dan orang-orang yang tidak beriman,

sedang di akhirat nanti adalah semata-mata

untuk orang-orang yang beriman saja.

Islam dengan segala yang

diperbolehkannya demi menjaga tabiat

manusiawi telah meletakkan konsep aturan dan

batasan-batasan yang netral atau moderat,

sikap berlebih-lebihan dan ekstrim akan

menjurus kepada perangai binatang yang

tercelah.

135

Page 136: Bahan Ajar PAI 2011

4. Memperhatikan Realita

Di antara karakteristik moral Islam

merupakan akhlak realistik, tidak

mengeluarkan perintah dan larangannya

kepada orang-orang yang hidup di “menara

gading” atau orang-orang terbang melayang di

awan-awan idealisme, melainkan

memerintahkan kepada manusia yang memiliki

dorongan dan nafsu, keinginan dan cita-cita,

kepentingan dan kebutuhan, juga memiliki

kecenderungan dan hasrat biologis terhadap

kesenangan duniawi sebagaimana mereka juga

memiliki kerinduan jiwa kepada Allah yang

mengangkat derajat mereka.

Al-Quran tidak membebankan kepada

manusia suatu kewajiban untuk mencintai

musuh-musuhnya, karena hal ini merupakan

suatu hal yang tidak memiliki jiwa manusia,

akan tetapi al-Quran memerintahkan kepada

orang-orang mukmin untuk berlaku adil

terhadap musuh-musuhnya, supaya rasa

permusuhan dan kebencian mereka terhadap

musuh-musuhnya tidak mendorong untuk

136

Page 137: Bahan Ajar PAI 2011

melakukan pelanggaran terhadap musuh-

musuh mereka.

5. Moral Positif

Islam tidak merelakan orang yang telah

berhias dengan moral Islam untuk berjalan

mengikuti trend sisial, berjalan mengikuti arus,

atau bersikap lemah dan menyerah

menghadapi peristiwa yang mengendalikan

hidupnya. Moral Islam menganjurkan untuk

menggalang kekuatan, perjuangan dan

meneruskan amal usaha dengan penuh

keyakinan dan cita-cita, melawan sikap

ketidakberdayaan dan pesimisme, malas serta

segala bentuk penyebab kelemahan. Allah

berfirman dalam al-Aquran surat Maryam ayat

12

Artinya: “Wahai Yahya, Ambillah kitab itu

dengan sungguh-sungguh penuh kekuatan).”

Islam menolak sikap pasif dalam

menghadapi kerusakan moral dan politik,

dekadensi moral dan agama, bahkan Islam

137

Page 138: Bahan Ajar PAI 2011

memerintahkan kepada muslim untuk merubah

suatu kemungkaran dengan “tangan-nya”,

jika ia tidak mampu maka dengan lisan-nya,

jika tidak mampu lagi maka dengan hati-nya.

6. Menyeluruh

Jika sebagian orang menyangka bahwa

moral dalam agama berkisar pada pelaksanaan

ibadah-ibadah ritual seremonial, maka hal ini

tidak tepat untuk dipredikatkan kepada akhlak,

karena akhlak Islam tidak membiarkan

kegiatan manusia hanya dalam ibadah saja.

Islam telah menggambarkan sebuah konsep

moral dengan aturan tertentu, bahkan

menggariskan hubungan manusia dengan

dirinya sendiri dan hubungannya dengan

umatnya, maka akhlak Islam mencakup

hubungan manusia dengan alam semesta

secara global maupun detail dan untuk itu

akhlak Islam meletakkan apa yang dikehendaki

manusia dari adab susila yang tinggi dan ajaran

yang luhur.

138

Page 139: Bahan Ajar PAI 2011

7. Keseimbangan

Di antara karakteristik akhlak Islam

adalah keseimbangan yang menggabungkan

sesuatu dengan penuh keserasian dan

kaharmonisan, tanpa sikap yang berlebihan

maupun pengurangan. Contoh keseimbangan

adalah sikap seimbang antar hak tubuh dan hak

jiwa sehingga tidak merusak tubuh ataupun

menelantarkan ruh. Contoh lain adalah sikap

seimbang dalam mengejar dunia dan akhirat.

Islam menganggap dunia ini adalah ladang

untuk akhirat dan Allah telah menjadikan

manusia sebagai khalifah di bumi, maka

tidaklah pantas mereka merusak atau

menelantarkan kehidupan dunia, karena orang

yang bahagia adalah orang yang beruntung

dengan kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.

Firman Allah dalam al-Quran surat al-Baqarah

ayat 201:

Artinya: “Dan di antara mereka ada yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan

139

Page 140: Bahan Ajar PAI 2011

di dunia dan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”

D. Aktualisasi akhlak dalam

kehidupan

Akhlak tidaklah semata-mata perbuatan manusia yang

nampak atau lahiriah. Tetapi banyak aspek yang

berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran. Seperti

akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek,

yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia

sampai pola perilaku kepada alam. (Toto Suryana dkk,

1996: 148).

1. Pola Perilaku Kepada Allah

Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan

bertingkah laku yang terpuji terhadap-Nya. Baik

melalui ibadah langsung maupun melalui sikap

dan perilaku tertentu yang mencerminkan

hubungan atau komunikasi dengan Allah di luar

ibadah itu.

Berakhlak yang baik kepada Allah

antara lain:

140

Page 141: Bahan Ajar PAI 2011

a. Syukur, yaitu mengungkapkan rasa

syukur kepada Allah atas nikmat yang telah

diberikan-Nya. Ungkapan dalam bentuk kata-

kata adalah dengan mengucapkan hamdalah

setiap saat, sedangkan bersyukur dengan

perilaku adalah menggunakan nikmat Allah

susuai dengan kemestiannya, misalnya, nikmat

mata, maka bersyukur dengan nikmat itu

dilakukan dengan menggunakan mata untuk

melihat hal-hal yang baik, seperti membaca,

mengamati alam dan sebagainya yang

mendatangkan manfaat. Selain itu, beribadah

mahdah misalnya mendirikan salat dengan

tepat waktu, tidak menuda-nunda

pelaksanaannya, mengeluarkan zakat bila

memenuhi syarat. Zakat harta atau penghasilan

(gaji), nisabnya 96 gram emas 23 karat, harga

pergram mengukuti harga emas di pasar,

misalnya a Rp 200.000,-. Jadi 96 gram dikali

dengan Rp 200.000,- = Rp 19.800.000,-

pertahun, dikeluarkan zakatnya 2,5%. Bila

qadarnya tidak sampai kepada jumlah tersebut

tidak kena zakat, tetapi keluarkan infaq atau

141

Page 142: Bahan Ajar PAI 2011

sadaqah juga setiap tahun. Firman Allah Swt.

dalam Alquran surat Albaqarah ayat 110:

Artinya: ”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

b. Bertasbih, yaitu mensucikan Allah

dengan ucapan, yaitu memperbanyak

mengucapkan SUBHAANALLAH artinya Maha

suci Allah, serta menjauhkan perilaku yang

dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci,

misalnya kemusyrikan. Allah berfirman dalam

Alquran surat al-A’la ayat 1:

Artinya: ”Sucikanlah nama Tuhanmu Yang

Maha Tinggi.”

c. Istigfar, yaitu meminta ampun

kepada Allah atas segala dosa yang pernah

dibuat dengan mengucapkan

ASTAGFIRULLAAHAL ‘ADZIIM artinya aku

142

Page 143: Bahan Ajar PAI 2011

memohon ampun kepada Allah Yang Maha

Agung. Sedangkan istigfar melalui perbuatan

dilakukan dengan cara: (1) berjanji dalam hati

tidak mengulangi perbuatan jelek itu, (2)

menyesali perbuatan jahat yang dilakukan, (3)

meminta maaf langsung kepada orang yang

ditempati berbuat dosa, dan (4) mengikuti

perbuatan jahat itu dengan kebaikan.

d. Takbir, yaitu mengagungkan Allah

dengan membaca ALLAAHU AKBAR Artinya

Allah Maha Besar. Mengagungkan Allah

melalui perilaku adalah mengagungkan nama-

Nya dalam segala hal, sehingga tidak

menjadikan sesuatu melebihi keagungan Allah.

Tidak mengagungkan yang lain melampaui

keagungan Allah dalam berbagai konteks

kehidupan, baik melalui kata-kata maupun

dalam tindakan.

e. Do’a, yaitu meminta kepada Allah

apa saja yang diinginkan dengan

mengemukakan keinginan yang diharapkan itu

dengan cara yang baik sebagaimana yang

dicontohkan oleh Rasulullah. Doa adalah

143

Page 144: Bahan Ajar PAI 2011

pembuktian kelemahan manusia di hadapan

Allah. Karena itu berdoa merupakan inti dari

ibadah. Orang yang tidak suka berdoa adalah

orang yang sombong, sebab ia tidak mengakui

kelemahan dirinya di hadapa Allah.

2. Pola Perilaku kepada Manusia

Pola perilaku terhadap manusia terdiri

atas perilaku terhadap diri sendiri dan sesama

manusia. Akhlah kepada diri sendiri adalah

menyayangi diri sendiri dengan menjaga diri

dari perbuatan buruk. Berakhlak kepada diri

sendiri lebih banyak dilakukan dengan cara

menjaga dan memelihara hati agar memiliki

perasaan hati yang selalu ikhlas dan berhati

bersih. Membersihkan hati berupa menahan

dan mengendalikan keinginan-keinginan atau

dorongan-dorongan hati yang terbawa oleh

tarikan keburukan.

Hati yang bersih akan melahirkan

ucapan dan perilaku yang baik yang

merupakan gambaran akhlak yang mulia.

Ucapan yang baik digambarkan dalam tutur

kata yang sopan dan dapat menempatkan orang

144

Page 145: Bahan Ajar PAI 2011

lain lebih tinggi dari dirinya sendiri. Perilaku

yang baik ditampakkan dalam gerak-gerik dan

tingkah laku yang santun, firman Allah Q.S.

Luqman ayat 18:

Artinya: “Dan janglah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janglah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Pola perilaku yang baik terhadap orang

lain merupakan gambaran hasil pengendalian

diri. Jika hati telah bersih akan muncul

pikiran-pikiran yang selalu positif dan melihat

orang lain sebagai bagian dari dirinya, karena

itu akan lahir rasa kasih sayang sebagai dasar

hubungan antar manusia.

Hubungan atas dasar kasih sayang ini

akan melahirkan sikap yang baik kepada orang

145

Page 146: Bahan Ajar PAI 2011

lain dan sekaligus menghilangkan keresahan

dan kekecewaan diri sendiri.

c. Pola Perilaku Terhadap Alam

Seseorang muslim memandang alam sebagai

milik Allah yang wajib disyukurinya dengan cara

menggunakan dan mengelola alam sebaik-baiknya

agar dapat memberi manfaat bagi manusia.

Pemanfaatan alam yang diajarkan Islam adalah

pemanfaatan yang didasari sikap tanggungjawab,

tanpa merusakkannya. Alam yang memberikan

keuntungan tidak hanya diambil keuntungannya,

tetapi dijaga agar alam tetap utuh dan lestari

dengan cara memberikan kesempatan kepada alam

untuk melakukan rehabilitasi atau membantunya

untuk mempercepat pemulihannya kembali.

Berakhlak kepada alam berarti menyikapi alam

dengan cara memelihara kelestariannya. Karena itu

Allah memberikan isyarat agar manusia dapat

mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi

alam, sebab alam yang rusak akan dapat

merugikan bahkan menghancurkan manusia

sendiri. Akibatnya, banjir tidak dapat dielakkan

146

Page 147: Bahan Ajar PAI 2011

sehingga merusak tata kehidupan manusia baik

rumahnya maupun lingkungannya.

Firman Allah yang berkaitan dengan larangan

merusak alam adalah Q.S. Q.S. Al-A’raf ayat 56

dan 85:

Artinya: ”Dan janganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya

dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan

harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya

rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang

yang berbuat baik.”

147

Page 148: Bahan Ajar PAI 2011

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk

Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata:

"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali

tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.

Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti

yang nyata dari Tuhanmu. Maka

sempurnakanlah takaran dan timbangan dan

janganlah kamu kurangkan bagi manusia

barang-barang takaran dan timbangannya, dan

janganlah kamu membuat kerusakan di muka

bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang

demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul

kamu orang-orang yang beriman."

4.3. Pentutup

Manusia wajib berakhlak baik kepada Allah

sebagai Pencipta maupun kepada makhluk-Ny.

Sebaliknya, berbuat dosa, merugikan orang lain,

memaksakan kehendak dengan melanggar norma

agama dan peraturan pemerintah serta merusak

lingkungan seperti menebang hutan secara liar

dilarang agama.

148

Page 149: Bahan Ajar PAI 2011

Tugas:

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan pengertian akhlak dan moral menurut bahasa dan istilah serta ilmuwan!

2. Terangkan perbedaan akhlak dengan moral!3. Uraikan karakteristik etika Islam!4. Uraikan aktualisasi akhlak dalam kehidupan!5. Tulis dan terjemahkan satu ayat tentang

akhlak!

149

Page 150: Bahan Ajar PAI 2011

PERKULIAHAN KE-10

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian ilmu,

pengetahuan, teknologi dan seni

2. Menerangkan kedudukan akal dan wahyu

dalam Islam

3. Menguraikan klasifikasi dan karakteristik

Ilmu dalam Islam

4. Menerangkan kewajiban menuntut ilmu

5. Menguraikan peranan Ilmuwan terhadap

lingkungan

Pokok Bahasan: Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni

dalam IslamDeskripsi singkat: Dalam pertemuan ini, mahasiswa

akan mempelajari tentang pengertian iptek dan seni,

kedudukan akal dan wahyu dalam Islam, Klasifikasi

dan karakteristik Ilmu dalam Islam, Kewajiban

menuntu ilmu dan tanggungjawab ilmuwan terhadap

lingkungan

150

Page 151: Bahan Ajar PAI 2011

I. bahan Bacaan:

1. Ali, Muhammad Daud. 1998. Pendidikan

Agama Islam. Jakrta: PT Raga Grafindo

Persada, bab 9

2. Anshari, Saifuddin. 1986. Wawasan Islam

(Pokok-Pokok tentang Islam dan Umatnya).

Jakarta: Rajawali

3. Baiquni, Achmad. 1997. Al-Quran dan

Ilmu Pengetahuan. Yogjakarta: Dana Bhakti

Primayasa.

4. -------, 1983. Islam dan Ilmu Pengetahuan

Modern. Jakarta: Pustaka

5. Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat.

2003. Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi, bab

5

6. Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu

dalam Islam. Universitas Indonesia

7. -------, 1995. Islam Rasional.: Gagasan

dan Pikiran. Bandung: Mizan

8. -------, 1974. Islam Ditinjau Dari Berbagai

Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia.

9. Raliby, Osman. 1881. Akal dan Wahyu.

Jakarta: Dakwah

151

Page 152: Bahan Ajar PAI 2011

10. Syihab, M.Qurais. 1996. Wawasan Al-

Quran. Bandung: Mizan

11. -------, 1996. Membumikan Al-Quran

(Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat). Bandung: Mizan

II. Pertanyaan Kunci:

1. Jelaskan pengertian ilmu,

pengetahuan, teknologi dan seni!

2. Terangkan kedudukan akal dan

wahyu dalam Islam!

3. Uraikan klasifikasi dan karakteristik

Ilmu dalam Islam!

4. Terangkan, mengapa manusia wajib

menuntut ilmu!

5. Uraikan peranan Ilmuwan terhadap

lingkungan!

152

Page 153: Bahan Ajar PAI 2011

BAB VILMU PENGETAHUAN,

TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ISLAM

153

Page 154: Bahan Ajar PAI 2011

5.1 Pendahuluan

Menguasai dan mengamalkan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta seni bagi manusia

merupakan tugasnya sebagai khalifah dan hamba

Allah di bumi dalam meningkatkan kesejahteraan

hidupnya. Oleh karena itu, ketiga hal tersebut

merupakan soko guru dalam kehidupan baik dalam

lingkungan industri, kantor, perusahaan maupun dalam

dunia pertanian.

Dalam bab ini akan diuraikan: 1) Pengertian

Ilmu dan pengetahuan serta Seni, 2) Kedudukan akal

dan wahyu dalam Islam, 3) Klasifikasi dan

karakteristik Ilmu dalam Islam, 4) Kewajiban menunut

Ilmu, dan 5) Tanggungjawab ilmuwan terhadap

lingkungan. Uraian masing-maisng sub pembahasan di

atas akan dipaparkan berikut ini.

5.2. Penyajian

Uraian kelima sub pokok bahasan disebutkan

di atas adalah sebagai berikut.

A. Pengertian Ilmu, Pengetahuan, Teknologi dan

Seni

154

Page 155: Bahan Ajar PAI 2011

Kata “Iptek” terdiri atas tiga kata, ilmu,

pengetahuan, dan teknologi. Ilmu adalah

pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Ilmu

merupakan keistimewaan yang menjadikan

manusia lebih unggul dibanding dengan makhluk-

makhluk lain dalam menjalankan fungsi

kekhalifahannya. Menurut al-Quran ilmu tediri

atas dua macam. Pertama, ilmu ladunni, yaitu ilmu

yang diperoleh tanpa upaya manusia. Kedua ilmu

kasbi, yaitu ilmu yang diperoleh karena usaha

manusia. Pembagian ini terjadi karena al-Quran

memandang terhadap hal-hal yang “ada” tetapi

tidak diketahui melalui upaya manusia. Ada wujud

yang tidak tampak. Dengan demikian, obyek ilmu

meliputi materi dan nonmateri, fenomena dan

nonfenomena (Quraisy Syihab, 1998: 434-436)

Pengetahuan adalah pemahaman terhadap

suatu subyek mengenai obyek yang dibahas. Yang

dimaksud subyek adalah manusia sebagai

kesatuan berbagai macam kesanggupan (akal,

panca indera dan sebagainya) yang digunakan

untuk mengetahui sesuatu. Obyek di sini adalah

benda atau hal yang diselidiki, yang merupakan

155

Page 156: Bahan Ajar PAI 2011

realitas bagi manusia yang menyelidiki (Anshari,

1987: 43). Pengetahuan merupakan proses dari

usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu tersebut

adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan

pandai. Pengetahuan itu semua milik atau isi

pikiran, demikian penjelasan menurut Iberani

(2003: 99). Karena itu, ilmu dan pengetahuan suatu

kesatuan yang tak terpisahkan setelah melalui

beberapa proses usaha dan upaya manusia secara

sadar, terencana dan bertanggungjawab.

Teknologi adalah ilmu tentang cara

menerapkan ilmu pengetahuan untuk

memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan

kenyamanan manusia (Quraish Shihab, 1996: 441).

Berbeda pengertian teknologi yang dikemukakan

oleh Baiquni (1983: 7) bahwa teknologi ialah

penerapan sains secara sistematis untuk

memperngaruhi alam di sekeliling kita dalam suatu

proses produktif ekonomis untuk menghasilkan

sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia.

Dengan demikian mesin atau alat canggih yang

digunakan manusia bukanlah teknologi, tetapi

merupakan hasil dari teknologi, walaupun secara

156

Page 157: Bahan Ajar PAI 2011

umum sering diasosiasikan sebagai teknologi.

Ketersediaan lahan yang diciptakan Allah

mengantarkan manusia berpotensi untuk

memanfaatkan alam ini yang telah ditundukkan

Allah.

Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi

jiwa dan budaya manusia yang mengandung dan

mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi

terdalam manusia yang didorong oleh

kecenderungan kepada yang indah (Quraish

Shihab, 1996: 441). Kemampuan berseni

merupakan salah satu pembeda manusia dengan

makhluk lain. Dengan demikian, Islam mendukung

kesenian selama penampilannya mendukung fitrah

manusia yang suci atau penampilannya tidak

menyalahi syariat Islam (porno aksi).

B. Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam

Kata “akal” yang sudah menjadi bahasa

Indonesia itu berasal dari bahasa Arab, yaitu al’aql.

Artinya pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran

yang lebih tinggi berkenaan dengan ilmu

pengetahuan). Daud Ali (1998) mengatakan bahwa

157

Page 158: Bahan Ajar PAI 2011

kedudukan akal berarti peranan akal dalam Islam

tinggi sekali, karena akallah wadah yang menampung

aqidah, syari’ah serta akhlak dan menjelaskannya. Kita

tidak pernah memahami Islam tanpa mempergunakan

akal, Dan dengan mempergunakan akalnya secara baik

dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah, manusia

akan merasa selalu terikat dan dengan sukarela

mengingatkan diri pada Allah.

Dengan mempergunakan akalnya, manusia

dapat berbuat, memahami dan mewujudkan sesuatu.

Karena posisinya demikian , dapatlah dipahami kalau

dalam ajaran Islam ada ungkapan yang menyatakan:

akal adalah kehidupan, hilang akal berarti kematian

(Osman Ralibi, 1981: 37). Namun, kedudukan dan

peranan akal dalam ajaran Islam, tidak boleh bergerak

dan berjalan tanpa bimbingan wahyu yang

membetulkan akal dalam gerak-geriknya kalau ia

menjurus ke jalan yang nyata-nyata salah karena

berbagai pengaruh. Karena itulah Allah menurunkan

petunjuk-Nya berupa wahyu.

Kata “Wahyu” berasal dari kata bahasa Arab

al-wahy, artinya suara, api dan kecepatan. Disamping

itu wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat,

158

Page 159: Bahan Ajar PAI 2011

tulisan dan kitab. Selanjutnya al-wahy mengandung

makna pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan

cepat. Namun, dari sekian banyak arti itu, wahyu lebih

dikenal dalam arti “apa yang disampaikan Allah

kepada para Nabi.” Dengan demikian, dalam kata

wahyu terkandung arti penyampaian firman Allah

kepada orang pilihan-Nya agar diteruskan kepada

umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Firman

Tuhan itu mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman

yang diperlukan umat manusia dalam perjalanan

hidupnya baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Dalam Islam wahyu yang disampaikan kepada Nabi

Muhammad, semuanya tersimpan dengan baik dalam

al-Quran.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedudukan akal

dan wahyu merupakan sokoguru dalam ajaran Islam.

Namun, segera harus ditegaskan bahwa dalam sistem

ajaran agama Islam, wahyulah yang pertama dan

utama, sedang akal adalah yang kedua. Wahyulah,

baik yang langsung yang kini dapat dibaca dalam kitab

suci al-Quran maupun yang tidak langsung melalui

sunnah Rasulullah yang kini dapat dibaca dalam

kitab-kitab hadis sahih, yang memberi tuntunan, arah

159

Page 160: Bahan Ajar PAI 2011

dan bimbingan pada akal manusia. Oleh karena itu

pula, akal manusia harus dimanfaatkan dan

dikembangkan secara baik dan benar untuk memahami

wahyu dan berjalan sepanjang garis-garis yang telah

ditetapkan Allah dalam wahyu-Nya dan sunnah Rasul

dalam hadisnya.

C. Kalsifikasi dan Karakteristik Ilmu dalam Islam

Akal menghasilkan ilmu dan ilmu berkembang

dalam masa keemasan sejarah Islam. Supaya dapat

dipelajari dengan baik dan benar, ilmu perlu

diklasifikasikan. Muhammad Daud Ali (1998: 388)

mengatakan sejak al-Kindi di abad III H samapai

Syah Waliyullah dari Delhi pada abad ke-12,

generasi demi genearsi sarjana Muslim telah

mencurahkan pikiran dan kemampuannya untuk

membuat klasifikasi ilmu dalam Islam secara rinci.

Adapun klasifikasi ilmu yang telah dibuat oleh

para ilmuwan muslim dapat dilihat dalam tabel

berikut.

Tabel 1. Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu

160

Page 161: Bahan Ajar PAI 2011

KLASIFIKASI ILMU KARAKTERISTIK ILMU

161

Page 162: Bahan Ajar PAI 2011

Al-farabi:1. Ilmu Bahasa2. Logika3. Ilmu-Ilmu

Matematis4. Metafisika5. Ilmu politik,

Ilmu Fikhi dan Ilmu Kalam. (Masing-masing klasifikasi ilmu tersebut dirinci lagi dalam berbagai sub bagian)

1. Dimasukkan sebagai petunjuk umum ke arah bagian ilmu, sehingga para pengkaji dapat memilih subyek yang benar-benar membawa manfaat bagi dirinya.

2. Memungkinkan seseorang belajar tentang hirarki ilmu dst. (tugas, lihat: Muhammad Daud Ali, 1998: 390)

Algazali:1. Ilmu-ilmu

teoritis dan praktis

2. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai

3. Ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual,

4. Ilmu fardhu ‘ain (kewajiban setiap orang) dan ilmu fardhu kifayah (kewajiban masyarakat). Tugas: baca,

Tidak ada

162

Page 163: Bahan Ajar PAI 2011

Muhammad Daud Ali, 1998: 391 dan Osman bakar, 1997: 234-237)

Asy-Syirazi:1. Ilmu-ilmu

Filosofis (Ilmu-ilmu kefilsafatan)

2. Ilmu-Ilmu nonfilosofis. Selanjutnya tugas anda, baca, Pendidikan Agama Islam oleh Muhammad Daud Ali, halaman 393-394)

Tugas anda, baca, Pendidikan Agama Islam oleh Muhammad Daud Ali, halaman 393-394)

Sumber: Hasil Olahan buku ”Pendidikan Agama Islam”, oleh Daud Ali 2008

Menelusuri pandangan al-Quran tentang

teknologi, mengundang kita untuk melihat sekian

banyak ayat yang berbicara tentang alam semesta.

Menurut para ahli terdapat sekitar 750 ayat

al_Quran yang berbicara tentang alam materi dan

fenomenanya yang memerintahkan manusia untuk

mengetahui dan memanfaatkan alam. Secara tegas

dan berulang-ulang al-Quran menyatakan bahwa

163

Page 164: Bahan Ajar PAI 2011

alam semesta diciptakan dan ditundukkan bagi

kepentingan manusia, seperti yang disebutkan pada

awal surat al-Jatsiyah ayat 13:

Artinya:” Dan Dia menundukkan untukmu apa

yanga da di langit dan apa yang ada di bumi

semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya….”

Penundukan yang dimaksud dalam ayat

tersebut secara potensial, terlaksana melalui

sunnatullah (hukum-hukum yang ditetapkan Allah

pada alam) dan kemampuan yang dianugerahkan-

Nya pada manusia. Al-Quran menyebutkan sifat

dan ciri-ciri alam semesta, ditambahkan lagi antara

lain:

1. Segala sesuatu di alam semesta mempunyai

sifat, ciri dan hukum yang di dalam al-Quran

surat ar-Ra’du ayat 8 disebut ukuran.

2. Semua yang berada di alam semesta tunduk

kepada-Nya. “Hanya kepada Allah-lah tunduk

164

Page 165: Bahan Ajar PAI 2011

segala yang ada di langit dan yang ada di bumi

baik secara sukarela maupun secara terpaksa

(Q.S.ar-Ra’d ayat 15). Q.S. Fushshilat ayat 11;

Q.S. Al-Baqarah ayat 31. (tugas, tulis ayat dan

terjemahnya ayat-ayat tersebut).

Muhammad Daud Ali mengatakan bahwa al-

Quran memerintahkan manusia untuk terus

berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya.

Jangankan manusia (biasa) Nabi Muhammad pun

sebagai Rasulullah diperintahkan selalu berusaha

dan berdoa agar pengetahuannya bertambah.

Doanya dirimuskan Allah sendiri di ujung ayat 114

surat Thaha yang berbunyi: Rabbi Zidnii ‘ilman

warzuqenaa fahmaa. Yang artinya:”Ya Allah

tambahlah ilmuku”. Doa ini perlu selalu

diucapkan, dimohonkan kepada Allah agar ilmu

kita ditambah-Nya, sebab Dialah sumber segala

ilmu….Di samping itu pula perlu dikemukakan

bahwa manusia mempunyai naluri haus

pengetahuan, sebagaimana dilukiskan Rasulullah

dalam sunnahnya, “Ada dua keinginan yang tidak

pernah terpuaskan yaitu keinginan menuntut ilmu

165

Page 166: Bahan Ajar PAI 2011

dan keinginan memperoleh harta (Quraisy Syihab,

1996: 447).

Doa yang dipanjatkan hendaklah berulang-

ulang diungkapkan serta diiringi dengan usaha dan

kerja keras sambil bersabar menanti rahmat Allah.

Jangan tergesa-gesa mau melihat hasil dari doa

yang kita panjatkan kepada Allah. Renungkan

sebuah akronim berikut: DUIT (Doa, Usaha,

Ikhlas, Tawakkal).

E. Kewajiban Manuntut Ilmu

Kalau kita mengikuti pendapat Imam al-

Gazali tentang klasifikasi ilmu, maka menuntut

ilmu merupakan kewajiban manusia, laki-laki dan

perempuan, tua dan muda, orang dewasa dan anak-

anak menurut caa-cara yang sesuai dengan

keadaan, bakat dan kemampuan. Bahwa menuntut

atau mencari ilmu merupakan kewajiban bagi

setiap muslim dan muslimah (tanpa membedakan

jenis kelamin) dasarnya terdapat dalam Al-Quran

maupun dalam hadis Nabi.

Di dalam Al-Quran , pada awal penciptaan

manusia sebagai khalifah di bumi, Allah

166

Page 167: Bahan Ajar PAI 2011

mengajarkan kepada Adam semua nama-nama

benda adalah unsur-unsur pengetahuan, baik yang

duniawi maupun yang ukhrawi. Tatkala Allah

bertanya kepada para malaikat mengenai nama-

nama benda yang telah diketahui Adam dan ia

mampu menyebutnya, para malaikat mengaku

bahwa mereka tidak tahu nama-nama benda itu,

karena dengan jujur malaikat mengatakan bahwa

mereka hanya mengetahui apa yang diajarkan

Allah kepada mereka, tentang nama-nama benda

tidak diketahuinya. Karena Adam tahu dan mampu

menyebutnya, sedang malaikat tidak mempunyai

kemampuan seperti Adam, Allah memerintahkan

semua malaikat sujud, memebri hormat kepada

Adam. Penghormatan itu mereka lakukan, kecuali

iblis yang kendatipun tidak tahu nama-nama benda

yang ditanyakan Allah kepadanya dan karena itu

disuruh memberi hormat kepada Adam karena

keunggulannya, membangkang dan bersumpah

akan menggoda (mengganggu) Adam dan

keturunannya…(baca: Muhammad Daud Ali,

1998: 402-407)

167

Page 168: Bahan Ajar PAI 2011

F. Tanggungjawab Ilmuwan terhadap Alam

Kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling

berkaitan. Bila terjadi gangguan yang luar biasa

terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada

dalam lingkungan hidup itu pun akan terganggu pula.

Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam

keseimbangan dan keserasian. Oleh karena itu,

keseimbangan dan keserasian tersebut harus dipelihara

agar tidak mengakibatkan kerusakan.

Islam menegaskan bahwa manusia ditugaskan

Tuhan menjadi khalifah di muka bumi. Kekhalifahan

ini mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan,

kemudian ditambah unsur keempat yang berada di luar

jiwa manusia, namun sangat menentukan arti

kekhalifahan tersebut..

Ketiga unsur yang dimaksud menurut Quraish

Shihab (1996: 295) dalam bukunya “Membumikan Al-

Quran” adalah:

1. Manusia

2. Alam semesta

3. Hubungan antara manusia dengan alam dan

segala isinya.

168

Page 169: Bahan Ajar PAI 2011

4. Allah yang memberi penugasan kepada

manusia (khalifah).

Hubungan antar manusia dengan alam semesta

atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan

merupakan hubungan antara tuan dengan hambanya.

Hubungan tersebut merupakan hubungan kebersamaan

dalam ketundukan kepada Allah, karena kemampuan

manusia dalam mengelolah alam semesta, bukanlah

akibat kekuatan yang dimilikinya tetapi merupakan

anugerah Allah yang telah menundukkan alam semesta

untuk keperluan hidup.

5.3. Penutup

Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam

Islam merupakan kebutuhan manusia yang sangat

penting dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai

khalifah dan hamba Allah di bumi. Perlu diketahui

bahwa mengamalkan ilmu penting, tetapi jauh lebih

penting mengamalkannya dalam kehidupan

bermasyarakat.

Tugas:

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

169

Page 170: Bahan Ajar PAI 2011

1. Jelaskan pengertian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menurut bahasa, istilah dan ilmuwan!

2. Terangkan kedudukan akal dan wahyu dalam Islam!

3. Uraikan klasifikasi dan karakteristik Ilmu dalam Islam!

4. Terangkan kewajiban menuntut ilmu!5. Tulis dan terjemahkan satu ayat dan satu

hadis tentang kewajiban menunutut ilmu!6. Uraikan peranan Ilmuwan terhadap

lingkungan!

PERKULIAHAN KE-11

170

Page 171: Bahan Ajar PAI 2011

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian kerukunan

2. Menerangkan hubungan intern umat Islam

3. Menguraikan hubungan antar umat beragama

4. Menguraikan hubungan antar dan inter umat

beragama dengan pemerintah

Pokok Bahasan: Kerukunan Antar Umat Beragama

Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini, mahasiswa

akan mempelajari tentang pengertian kerukunan,

hubungan intern umat Islam, dan hubungan antar

umat beragama, dan hubungan antar dan intern umat

beragama dengan pemerintah.

I. Bahan Bacaan:

1. Toto Suryana dkk, 1996. Pendidikan Agama

Islam. Bandung: Tiga Mutiara, bab 6

2. Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003.

Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi, bab 6

3. Hasanah, Uswatun, dkk. 2007. Acuan

Pembelajaran Matakuliah Pengembangan

171

Page 172: Bahan Ajar PAI 2011

Kepribadian Pendidikan Agam Islam. Jakarta:

Direktorat Ketenagaan DIKTI Departemen

Pendidikan Nasional, bab 6

4. Syihab, M.Qurais. 1996. Wawasan Al-Quran.

Bandung: Mizan

II. Pertanyaan Kunci:

1. Jelaskan pengertian kerukunan!

2. Terangkan hubungan intern umat Islam!

3. Uraikan hubungan antar umat beragama!

4. Uraikan hubungan antar dan inter umat beragama dengan pemerintah!

172

Page 173: Bahan Ajar PAI 2011

BAB VIKERUKUNAN ANTAR

UMAT BERAGAMA

173

Page 174: Bahan Ajar PAI 2011

6.1. Pendahuluan

Hidup rukun dengan tetangga dan masyarakat

luas tanpa melihat suku, ras, dan agamanya

diperintahkan agama Islam. Kedamaian dan ketertiban

dalam berkehidupan senantiasa diperhatikan dan

dijaga agar keseimbangan, keselerasan dan keserasian

dalam bermasyarakat tumbuh dan berjalan dengan

dengan baik.

Dalam bab ini akan diuraikan tentang: 1)

Pengertian kerukunan, 2) Hubungan intern Imat Islam,

dan 3) hubungan antar umat beragama. Untuk jelasnya

perhatikan uraian berikut.

6.2. Penyajian

Uraian tentang kerukunan antar umat bergama

diawali dengan pemaparan sebagai berikut.

A. Pengertian Kerukunan

Kata “Kerukunan” menurut Poerwadarminta,

(1983: 836) berasal dari kata “Rukun’ yang berarti

“perihal hidup muslim; keragaman; kesepakatan;

perasaan rukun (bersatu hati) … Peter Salim dan

Yenni Salim (1991) memberikan pengertian

174

Page 175: Bahan Ajar PAI 2011

kerukunan yang sama dengan redaksi yang berbeda di

atas, yaitu : 1) hal hidup rukun. Semua orang

mengidamkan hidup rukun, 2) rasa rukun;

kesepakatan. Jadi, kerukunan adalah kesepakatan

hidup berdampingan dengan orang lain yang berbeda

agama untuk mewujudkan kedamaian. Hidup rukun

kepada siapa pun tetangga kita dianjurkan saling

menghormati, saling menghargai antara satu dengan

yang lain bahkan saling membantu dalam kegiatan

sosial kemasyarakatan.

B. Hubungan Intern Umat Islam

Agama Islam menekankan hubungan sesama

muslim berdasarkan kesamaan iman yang pada

kenyataannya jauh lebih kuat daripada hubungan darah

dan etnik, karena bagaimanpun iman merupakan dasar

keyakinan yang berpengaruh terhadap seluruh perilaku

seorang muslim.

Hubungan antara sesama muslim digambarkan

sebagai hubungan yang tak terpisahkan seperti halnya

anggota dalam satu tubuh yang saling berhubungan

dengan anggota tubuh lainnya, sebagaimana sabda

Nabi yang diriwayatkan Muslim dan Imam Ahmad:

175

Page 176: Bahan Ajar PAI 2011

“Seorang muslim dengan muslim lainnya bagaikan

satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh itu

terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit

(demam)nya.”

Firman Allah yang berkaitan dengan saling

menghargai, saling menghormati, tidak mengolok-

ngolok antara lain Q.S. Al-Hujurat ayat 11:

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman,

janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi

yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.

Dan jangan pula sekumpulan perempuan

merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi

yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah

suka mencela dirimu sendiri dan jangan

176

Page 177: Bahan Ajar PAI 2011

memanggil dengan gelaran yang mengandung

ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah

(panggilan) yang buruk sesudah iman dan

barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka

itulah orang-orang yang zalim.

Toto Suryana dkk (1996) mengatakan apabila

seorang muslim menderita kelaparan, muslim lainnya

akan merasakan penderitaannya, sekelompok muslim

teraniaya, kaum muslim lainnya akan merasakan

sakitnya. Demikian rasul mengajarkan umatnya untuk

saling memberikan perhatian dan kepedulian terhadap

sesama muslim, sehingga terwujud ukhuwah

Islamiyah yang penuh kasih sayang. Quraisy syihab

(1996) dalam bukunya Wawasan Al-Quran

memberikan pengertian “ukhuwah” Islamiyah, yaitu

persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan

oleh Islam

Ukhuwah atau persaudaraan lahir karena

adanya persamaan-persamaan, semakin banyak

persamaan semakin kuat persaudaraan itu. Ukhuwah

Islamiyah didasarkan kepada persamaan pada

persoalan yang paling mendasar dalam hidup, yaitu

persamaan aqidah. Persamaan ini melahirkan adanya

177

Page 178: Bahan Ajar PAI 2011

perhatian dan keakraban, sehingga derita yang dialami

satu pihak dirasakan oleh pihak lain. Perhatikan firman

Allah dalam Alquran surat surat al-Hujurat ayat 10:

Artinya: ”Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Kasih sayang yang ikhlas terlahir dari

kesamaan iman itu merupakan dasar utama pergaulan

di kalangan umat Islam. Kasih sayang tersebut akan

memancar dan membetuk pola hubungan antar kaum

muslimin yang memandang orang lain sebagaimana ia

memandang dirinya sendiri.

Rasulullah bersabda: “Tidak beriman

seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai

saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. “

(Hadis riwayat Bukhari dari Anas).

Syarat penilaian keimanan seseorang dapat

dilihat dari persaudaraannya, seperti yang dimaksud

178

Page 179: Bahan Ajar PAI 2011

dalam hadis Nabi di atas. Bila mereka tidak peduli

kepada saudaranya maka tidak dapat dinilai orang

yang beriman. Karena itu, landasan keimanan yang

kuat serta ukhuwah islamiyah yang erat, akan

membentuk sikap adil dalam menyikapi perbedaan-

perbedaan yang ada pada pendapat dan perilaku orang

lain, sebab berbeda pendapat dan sikap adalah hak

seseorang. Tetapi kadang-kadang perbedaan-

perbedaan melahirkan konflik tertentu di kalangan

umat Islam, sehingga ukhuwah Islamiyah menjadi

terganggu.

Perbedaan yang biasa muncul di kalangan

umat Islam adalah perbedaan pemahaman keislaman

yang bersifat fiqhiyah bukan persoalan aqidah (Toto

Suryana dkk, 1996: 165).

Selanjutnya, Toto Suryana dkk (1996)

mengatakan bahwa untuk memantapkan ukhuwah

Islamiyah menyangkut perbedaan pemahaman dan

pengamalan ajaran agama, para ulama menetapkan

tiga konsep:

1. Keragaman cara beribadah

2. Yang salah dalam berijtihad pun mendapat

ganjaran

179

Page 180: Bahan Ajar PAI 2011

3. Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum

upaya ijtihad belum dilakukan seseorang mujtahid

Konsep pertama disebutkan (keragaman cara

beribadah) di atas mengakui adanya keragaman yang

dipraktekkan Nabi dalam bidang pengamalan agama,

yang mengantarkan kepada pengakuan akan kebenaran

semua prakek keagamaan, selama merujuk kepada

Rasulullah. Keragaman dalam praktek beribadah

merupakan hasil dari interpretasi terhadap perilaku

Rasul yang ditemukan dalam hadis. Interpretasi

bagaimanapun melahirkan perbedaan-perbedaan,

karena itu menghadapi perbedaan ini hendaknya

disikapi dengan cara mencari rujukan yang menurut

kita atau menurut ahli yang kita percayai lebih dekat

kepada maksud yang sebenarnya. Terhadap orang

yang berbeda interpretasi kita kembangkan sikap

hormat dan toleransi yang tinggi dengan tetap

mengembangkan silaturrahmi.

Konsep kedua disebutkan (yang salah dalam

berijtihad pun mendapat ganjaran), mengandung arti

bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorang

ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi

ganjaran oleh Allah, walaupun hasil ijtihad yang

180

Page 181: Bahan Ajar PAI 2011

diamalkannya itu keliru. Perlu dicatat bahwa

wewenang untuk menentukan yang benar dan salah

bukan manusia, melainkan Allah. Kendatipun

demikian perlu diperhatikan pula bahwa yang

mengemukakan ijtihad maupun orang yang

pendapatnya diikuti, haruslah orang yang memiliki

otoritas keilmuan, yang disampaikannya setelah

melalui ijtihad. Perbedaan-perbedaan dalam produk

ijtihad adalah sesuatu yang wajar. Karena itu,

perbedaan yang ada hendaknya tidak mengorbankan

ukhuwah Islamiyah yang terbina di atas landasan

keimanan yang sama.

Konsep ketiga dimaksudkan adalah bahwa

persoalan-persoalan yang belum ditetapkan hukumnya

secara pasti, baik dalam Al-Quran maupun dalam

Hadis Nabi, maka Allah belum menetapkan

hukumnya. Oleh karena itu, umat Islam, khususnya

para mujtahid dituntut untuk menetapkannya melalui

ijtihad. Hasil dari ijtihad yang dilakukan itu

merupakan hukum Allah bagi masing-masing

mujtahid, walaupun hasil ijthiad itu berbeda-beda.

181

Page 182: Bahan Ajar PAI 2011

C. Hubungan Antar Umat Beragama

Agama Islam ditujukan untuk manusia dengan

segala keberagamaannya, karena itu ajaran Islam tidak

melarang umatnya berhubungan dengan umat agama

lain. Bahkan lebih tegas lagi Islam mengajarkan

umatnya senantiasa berpihak kepada kebenaran dan

keadilan termasuk di dalamnya terhadap orang-orang

non muslim. Sebagai contoh, Nabi bersabda:

”Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.” Hadis

tersebut memberikan petunjuk bahwa umat Islam yang

ingin belajar atau sekolah di negeri non muslim

dibolehkan selama aqidahnya dijaga dari kemusyrikan.

Dewasa ini, hubungan masyarakat dengan

masyarakat lain yang berbeda agama tidak dapat

dihindarkan, baik dalam bidang ekonomi, sosial

budaya maupun politik. Bagi umat Islam hubungan ini

tidak menjadi halangan, sepanjang dalam kaitan sosial

kemanusiaan. Bahkan dalam berhubungan dengan

mereka umat Islam dituntut untuk menampilkan

perilaku yang baik, sehingga dapat menarik mereka

untuk mengetahui lebih banyak tentang ajaran Islam.

182

Page 183: Bahan Ajar PAI 2011

D.Hubungan Antar dan intern Umat Beragama dengan

Pemerintah

Sebagai bangsa dan masyarakat wajib

membangung hubungan yang harmonis dan

berkesinambungan dengan pemerintah. Misalnya

ketaatan dan kepatuhan masyarakat terhadap Undang-

undang dan peraturan-peraturan pemerintah yang

telah menjadi hukum positif.

6.3. Penutup

Kehidupan yang damai, tenteram adalah

dambaan setiap orang. Karena itu, marilah

menciptakan kerukunan inter, antar dan dengan

pemerintah dalam bermasyarakat agar kehidupan

dinikmati bersama. Bermuamalah dengan umat yang

berbeda aqidah dengan kita sebagai umat Islam

dibolehkan, misalnya perniagaan, pendidikan, dan

sosial budaya lainnya dengan kewaspadaan yang

tinggii.

Tugas:

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

183

Page 184: Bahan Ajar PAI 2011

1. Jelaskan pengertian kerukunan menurut bahasa dan istilah serta ilmuwan!

2. Terangkan kerukunan intern umat Islam di Indonesia!

3. Uraikan hubungan antar umat beragama di Indonesia! Dan hubungan antar dan inter umat beragama dengan pemerintah!

4. Bagaimana sikap saudara terhadap tetangga non muslim yang mengadakan kebaktian sampai larut malam!

5. Tulis dan terjemahkan satu ayat tentang kerukunan antar umat beragama!

184

Page 185: Bahan Ajar PAI 2011

PERKULIAHAN KE-13

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian masyarakat madani

2. Menguraikan karakteristik masyarakat madani

3. Menerangkan cara mewujudkan masyarakat

madani

4. Menerangkan urgensi meningkatkan

kesejahteraan umat

185

Page 186: Bahan Ajar PAI 2011

Pokok Bahasan: Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat

Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini,

mahasiswa akan mempelajari tentang pengertian

masyarakat madani, karakteristik masyarakat

madani, dan cara mewujudkan masyarakat madani,

meningkatkan kesejahteraan umat.

I. Bahan Bacaan:

1. Culla, Adi Surya. 2002.

Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori dan

Relevansinya Dengan Cita-Cita Reformasi.

Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

2. Ibrani, Jamal Syarif dan M.M.

Hidayat. 2003. Mengenal Islam. Jakarta: El-

Kahfi, bab 7

3. Majid, Nurchalis. 1994.

Demokrasi Politik, Budaya dan Ekonomi,

Pengalaman Indonesia Baru. Jakarta: PT

Temprit

4. ---------, Nurchalis. 2000.

Kehampaan Spritual Masyarakat Modern:

Respon dan Transformasi Nilai-Nilai Islam

186

Page 187: Bahan Ajar PAI 2011

Menuju Masyarakat Madani. Jakarta:Media

Cita

5. Poerwadarminta, W.J.S. 1983.

Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

II. Pertanyaan Kunci:

1. Jelaskan pengertian masyarakat madani!

2. Uraikan karakterirtik masyarakat madani!

3. Terangkan cara mewujudkan masyarakat

madani!

4. Terangkan urgensi meningkatkan kesejahteraan

umat!

187

Page 188: Bahan Ajar PAI 2011

BAB VIIMASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN

UMAT

7.1 Pendahuluan

Masyarkat madani adalah masyarakat yang

beradab, masyarakat yang patuh dan tunduk pada

hukum dan aturan yang berlaku, baik yang dibuat oleh

Allah (samawi) maupun pemerintah (ardhi).

Dalam bab ini akan diuraikan: 1) Pengertian

masyarakat Madani, 2) Karakteristik Masyarakat

188

Page 189: Bahan Ajar PAI 2011

Madani, dan 3) Mewujudkan masyarakat Madani, dan

4) Kesejahteraan umat.

7.2. Penyajian

Uraian masing-masing sub pembahasan di atas

adalah sebagai berikut:

A. Pengertian Masyarakat

Madani

Perkataan ‘Masyarakat” berasal dari bahasa

Arab artinya pergaulan. Dalam bahasa Latin disebut

“Sosius”. Istilah Sosius berubah bentuknya menjadi

sosial yang berati segala sesuatu yang berhubungan

dengan pergaulan hidup. Poerwadarminta (1983: 636)

dalam kamusnya memberikan pengertian masyarakat:

“Pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang yang

hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-

ikatan aturan yang ditentukan), misalnya memperbaiki

masyarakat madani.” Jamal Syarif Iberani dan Hidayat

(2003) dalam bukunya: “Mengenal Islam” mengatakan

bahwa konsep masyarakat madani mencuat di

masyarakat Indonesia di awal tahun 90-an. Konsep

masyarakat madani di barat tersebut dikenal istilah

civil society.

189

Page 190: Bahan Ajar PAI 2011

Culla (2002) mengatakan bahwa istilah civil

society adalah lawan dari kelompok militer, yaitu

masyarakat sipil. Selanjutnya Ryas Rasyid

mengatakan bahwa istilah itu diartikan dengan

masyarakat yang berbudaya berarti suatu masyarakat

yang saling menghargai nilai-nilai sosial kemanusiaan.

Pengertian social society di atas dapat

disimpulkan bahwa sekelompok orang yang hidup

dengan tertib dan aman di bawah seperangkat nilai-

nilai atau aturan yang mengandung unsur saling

menghargai dan menghormati antara satu dengan yang

lain, jauh berbeda dengan penampilan hidup dan

kehidupan militer.

Masyarkat madani identik dengan masyarakat

Islam yang telah dibentuk Rasulullah di Madinah lima

belas abad yang lalu. Masyarakat Madinah adalah

masyarakat yang beradab, sopan, dan menghargai hak-

hak orang lain.

Syariati (1986: 159) mengatakan: “Masyarakat

Islam yang ideal disebut ummat. Kata ummat berasal

dari kata ‘amm yang bermakna jalan dan maksud.

Jadi, masyarakat madani (umat madani) yang beradab,

sopan, dan saling menghargai, saling menolong.

190

Page 191: Bahan Ajar PAI 2011

B. Karakteristik Masyarakat Madani

Masyarakat madani telah dibangun Nabi

Muhammad lima belas abad yang lalu berdasarkan

ajaran Islam, masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa

Masyarakat madani yang dibangun Rasul

mempunyai sebagai berikut:

a. Ukhuwwah (Persaudaraan). Yang dimaksud

dengan persaudaraan adalah ukhuwah Islamiyah

(seaqidah dan seiman). Wujud nyata nilai-nilai

persaudaraan antara lain: tolong-menolong, saling

menghargai antara satu dengan yang lain, saling

melindungi dari kejahatan orang lain bukan

sebaliknya saling memukul, saling memaki, saling

menyudutkan, saling menyerang, menyinggung

perasaan dan lain-lain. Nilai-nilai persdaudaraan

dalam masyarakat madani telah dicantumkan

dalam Al-Quran surat al-Hujurat ayat 10 yang

menyatakan bahwa orang mukmin itu bersaudara.

Konsep perasaudaraan itu, mengingatkan,

terutama, pada kejadian manusia berasal dari

sumber yang sama, baik laki-laki maupun

191

Page 192: Bahan Ajar PAI 2011

perempuan. Konsep persaudaraan yang disebut

dalam ayat di atas dijelaskan lebih lanjut oleh

Nabi Muhammad dalam sebuah hadis, yaitu

“Orang beriman itu terhadap sesamanya bagaikan

sebuah bangunan saling mengokohkan.. Ini berarti

bahwa dalam masyarakat madani disatukan oleh

satu keyakinan, persaudaraan yang Islami.

b. Musawamah (Persamaan). Yang dimaksud

musawamah (persamaan) adalah persamaan

kedudukan di sisi Allah yang membedakan hanya

ketaqwaannya. Baca dan tulis surat al-Hujurat

ayat 13 yang artinya menyatakan pada sisi Allah,

kedudukan manusia adalah sama. Yang

melebihkan seseorang dari yang lain.

c. Tasamuh (toleransi). Yang dimaksud dengan

tasamuh adalah sikap atau perbuatan yang dapat

membiarkan atau menghargai pendirian, pendapat

dan perbuatan orang lain, kendatipun tidak sama

dengan pendirian atau pendapat sendiri. Rumusan

ini menyangkut rumusan sosial. Dalam masyarakat

majemuk, kita dapat hidup berdampingan dengan

umat lain dalam batas-batas yang telah ditentukan,

192

Page 193: Bahan Ajar PAI 2011

tanpa mengorbankan aqidah yang telah diatur

secara jelas dan rinci dalam Al-Quran dan Hadis.

d. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Yang dimaksud

dengan amar ma’ruf nahi mungkar adalah sesama

muslim kita wajib saling mengingatkan untuk

berbuat kebajikan dan mencegah dari yang

mungkar dan memelihara hukum-hukum Allah.

Baca dan tulis ayat Q.S. at-Taubah ayat 112

e. Musyawarah. Dalam Al-Quran surat asy-syuura

ayat 38 dan surat Ali Imran ayat 159 (tulis dan

terjemahkan ayat tersebut) dijelaskan bahwa

untuk menyelesaikan segala urusan hendaknya

dengan cara musyawarah baik soal

kemasyarakatan maupun soal kehidupan social

lainnya, misalnya masalah kenegaraan.

f. Keadilan dan Menegakkan Keadilan. Ciri ini

sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan

sangat diutamakan dalam ajaran Islam. Sebab,

selain keadilan merupakan keinginan manusia,

juga merupakan kehendak Allah untuk

mewujudkan dalam kehidupan masyarakat.

Keadilan menurut ajaran Islam adalah titik tolak,

proses dan tujuan yang harus dicapai. Karena itu

193

Page 194: Bahan Ajar PAI 2011

banyak ayat dalam al-Quran menyebutkan

kewajiban orang untuk menegakkan keadilan, baik

keadilan hukum maupun keadilan sosial. Di antara

ayat itu adalah surat an-Nisaa ayat 135 dan Q.S.

Al-Maidah ayat 8 yang menyebutkan kewajiban

orang untuk menegakkan keadilan, menjadi saksi

yang adil kendatipun untuk diri sendiri, orang tua

dan kerabat, baik yang kaya maupun yang miskin

g. Keseimbangan. Yang dimaksud dengan

keseimbangan adalah keseimbangan antara 1) hak

dan kewajiban, 2) kewajiban individu dengan

individu, 3) kewajiban masyarakat dengan

masyarakat, 4) kepentingan individu dengan

kepentingan masyarakat (Muhammad Daud Ali,

1998: 183-189).

C. Mewujudkan Masyarakat Madani

Untuk mewujudkan masyarakat madani

membutuhkan waktu dan sosialisasi yang panjang.

Perlu ada pemahaman tentang apa itu masyarakat

madani atau masyarakat yang berdasarkan ajaran

Islam, dan kepada siapa akan diberi pemahaman

tentang itu.

194

Page 195: Bahan Ajar PAI 2011

Kelompok pertama dan utama yang diberi

pemahaman tentang masyarakat madani atau

masyarakat Islam adalah kelompok birokrat dan segala

yang berhubungan dengannya, misalnya pihak

kepolisian, pihak kejaksaan, pihak pengadilan dan

kepada masyarakat secara umum.

Sebagai contoh daerah Sulawesi Selatan, bila

diinginkan masyarakatnya bermasyarakat madani,

yang pertama-tama diusahakan adalah: otonomi

khusus, seperti daerah Istimewa Aceh; Kedua,

sosialisasi ajaran ke-madani-an itu sendiri kepada

mayarakat daerah atau bangsa, seperti yang telah

diajarkan Rasulullah atau dengan kata lain ajaran

syariat Islam.

D. Kesejahteraan umat

Untuk meningkatkan kesejahteraan umat

Islam dibutuhkan etos kerja yang tinggi, kerja keras

yang islami. Toto Tasmara (dalam Hasanah dkk

(2007) mengatakan etos kerja adalah totalitas

kepribadian diri dan cara mengekspresikan,

memandang, meyakini, dan memberikan makna

tentang sesuatu pekerjaan yang mendorong dirinya

195

Page 196: Bahan Ajar PAI 2011

untuk bertindak dan meraih amal yang optimis.

Disamping itu, etos kerja juga bermakna percaya,

tekun, dan senang pada pekerjaan yang sedang

dihadapi dengan tidak memandang apakah pekerjaan

itu sebagai buruh kasar atau memimpin suatu

perusahaan besar.

Kesejateraan hidup akan meningkatkan bila

memaksimalkan doa, kerja dan tawakkal. Ketiga aspek

tersebut mutlak diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari. Oleh karena itu, harus memotivasi diri untuk

berubah ke arah yang lebih baik seperti perubahan

kualitas ekonomi.

7.3. Penutup

Masyarakat madani identik dengan

masyarakat yang beradab, patuh dan tunduk pada

hukum dan aturan yang berlaku, hidup dalam

kedamaian dan ketertiban, saling menghargai,saling

menghormati, dan saling membantu antara satu

dengan yang lain.

196

Page 197: Bahan Ajar PAI 2011

Tugas:

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan pengertian masyarakat madani!

2. Uraikan karakteristik/Ciri-ciri masyarakat madani!

3. Terangkan cara mewujudkan masyarakat madani!

4. Tulis Piagam Madinah sebagai konstitusi pertama

dan tertua di dunia!

5. Apa manfaatnya jika masyarakat madani

terbentuk di Indonesia?

197

Page 198: Bahan Ajar PAI 2011

PERKULIAHAN KE-14

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian kebudayaan

2. Menguraikan prinsip-prinsip kebudayaan

3. Menerangkan karakteristik budaya dalam

Islam

4. Menerangkan nilai-nilai Islam dalam budaya

Indonesia

5. Menguraikan kehidupan sosial dalam

pemikiran Islam

198

Page 199: Bahan Ajar PAI 2011

Pokok Bahasan:Kebudayaan dalam Islam

Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini,

mahasiswa akan mempelajari tentang pengertian

budaya, Pinsip-prinsip kebudayaan, Nilai-nilai

Islam dalam budaya Indonesia dan Kehidupan

sosial dalam Pemikiran Islam.

I. Bahan Bacaan:

1. Hasanah, Uswatun dkk. 2007. Acuan

Pembelajaran Matakuliah Pengembangan

Kepribadian Pendidikan Agama Islam.

Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Nasional, bab 8

2. Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003.

Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi, bab 7

3. Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan

Islam: Studi Kritis dan refleksi Historis.

Yoyakarta: Titian Ilahi.

4. Majid, Nurchalis. 1994. Demokrasi Politik,

Budaya dan Ekonomi, Pengalaman Indonesia

Baru. Jakarta: PT Temprit

199

Page 200: Bahan Ajar PAI 2011

5. -------. 1997. Tradisi Islam (Peran dan

Fungsinya dalam Pembangunan diIndonesia).

Jakarta Paramadina

6. Syalaby, Ahmad. Tanpa tahun. Kehidupan

Sosial dalam pemikiran Islam. Jakarta: Amzah

II. Pertanyaan Kunci:

1. Jelaskan pengertian kebudayaan Islam!

2. Uraikan prinsip-prinsip kebudayaan Islam!

3. Terangkan nilai-nilai Islam dalam budaya

Indonesia!

4. Uraikan kehidupan sosial yang dibolehkan

Islam

200

Page 201: Bahan Ajar PAI 2011

BAB VIIIKEBUDAYAAN DALAM

ISLAM

8.1. Pendahuluan

Islam berkembang dari masa ke masa karena

budayanya, misalnya ilmu pengetahuan dan

klasifikasinya. Perlu diketahui bahwa bagaimanapun

perkembangan peradaban dan budaya manusia harus

diwarnai oleh ajaran Islam, dalam arti penggunaan

teknologi sesuai dengan peruntukannya, yaitu

meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan

manusia.

201

Page 202: Bahan Ajar PAI 2011

Dalam bab ini akan diuraikan: 1) Hakikat

kebudayaan, 2) Prinsip-prinsip Kebudayaan dalam

Islam, 3) Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia,

dan 4) Kehidupan Sosial dalam Pemikiran Islam.

Untuk jelsnya, perhatikan uraian berikut ini.

8.2. Penyajian

Uraian masing-masing sub pokok bahasan di

atas dipaparkan sebagai berikut.

A. Hakikat Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan tidak dapat

dipisahkan, saling terkait, karena kebudayaan

merupakan hasil karya, rasa kemudian menjadi adat

istiadat manusia sebagai khalifah di bumi. Tidak ada

kebudayaan bila tidak ada manusia dan sebaliknya,

tidak ada manusia bila mereka tidak berbudaya dalam

masyarakat dan lingkungannya.

Jamal Syarif Iberani dan Hidayat (2003: 89)

mengutip pendapat J.Verkuyl dan Koentjaraningrat

tentang pengertian budaya, yaitu:

a. J.Verkuyl mengatakan bahwa kebudayaan itu

berasal dari bahasa Sangsekerta, yakni budaya,

bentuk jamak dari budi yang berarti roh atau akal.

202

Page 203: Bahan Ajar PAI 2011

Kata “Kebudayaan” berarti segala sesuatu yang

diciptakan oleh manusia.

b. Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan berasal

dari bahasa Sangksekerta, yakni budhaya, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti

budi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan

sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi

dan akal.

Jadi, pengertian yang dikemukakan dua pakar

budaya di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan

adalah hasil karya dan rasa manusia melalui proses

pemikiran yang sungguh-sungguh berdasarkan

kerangka teoritis keilmuwan.

B. Prinsip-Prinsip Kebudayaan

Faisal Ismail (1997: 24) dalam bukunya

“Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan

Refleksi Historis” mengatakan kebudayaan adalah

manifestasi dan perwujudan segala aktivitas manusia

sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ia merupakan perwujudan dari ide, pemikiran,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma dalam bentuk

203

Page 204: Bahan Ajar PAI 2011

tindakan dan karya. Oleh karena itu kebudayaan

adalah suatu yang spesifik manusia.

Kebudayaan Islam merupakan salah satu

perwujudan dari fungsi manusia di bumi, yaitu sebagai

hamba dan khalifah Allah. Adapun prinsip kebudayaan

Islam adalah 1). menghormati akal, 2). memotivasi

untuk menuntut dan meningkatkan ilmu, 3).

menghindari taklid buta, 4). tidak membuat

kerusakan). Dalam Al-Quran prinsip-prinsip

kebudayaan tersebut dapat dibaca secara berurut dalam

surat, Ali Imran ayat 190; Surat al-Mujadalah ayat 11;

Surat al-Isra’ ayat 36 dan Surat al-Qashash ayat 77)

dan karakteristik kebudayaan Islam menurut Yusuf

Qardhawy (2001: 31-44) adalah sebagai berikut:

a. Rabbaniyah

Kebudayaan Islam bernuangsa ketuhanan. Ia

bercampur dengan keimanan secara umum dan

ketauhidan secara khusus.

b. Akhlaqiyah

Kebudayaan Islam tidak ada pemisahan antara

akhlak dengan ilmu, antara akhlak dengan

perbuatan, antara akhlak dengan ekonomi, antara

akhlak dengan politik, dan antara akhlak dengan

204

Page 205: Bahan Ajar PAI 2011

peperangan serta antara akhlak dengan semua segi

kehidupan lainnya.

c. Insaniyah

Kebudayaan Islam menghormati manusia,

memelihara fitrah, kemuliaan dan hak-haknya.

Kebudayaan Islam tegak atas asumsi bahwa

manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh

Tuhannya.

d. ‘Alamiyah

Selama kebudayaan Islam berlaku bagi setiap

manusia, maka dengan sendirinya ia pun bersifat

‘alamiyah. Ia bersifat terbuka untuk semua

kelompok manusia dan tidak menutup diri.

e. Tasamuh

Islam tidak mewajibkan non muslim yang hidup

dalam naungan kebudayaannya untuk menjalankan

syariat Islam dan tidak memaksakan orang lain

untuk masuk ke dalam lingkungan kebudayaan

Islam.

f. Tanawwu’

Kebudayaan Islam bersifat tanawwu’ (beraneka

warna). Ia tidak hanya memuat masalah-masalah

ketuhanan, tetapi terdapat juga masalah ilmu

205

Page 206: Bahan Ajar PAI 2011

pengetahuan, kemanusiaan, dan kealaman yang

beranega ragam.

g. Washatiyah

Kebudayaan Islam mencerminkan sistem

wasathiyah (pertengahan). Pertengahan antara

berlebihan dan kekurangan, antara jasmani dan

rohani, antara hak dan kewajiban, antara

kepentingan pribadi dan kepentingan bersama, dan

antara dunia dan akhirat.

h. Takamul

Takamul atau terpadu, saling mendukung antara

kebudayaan Islam yang satu dengan kebudayaan

Islam yang lain.

i. Bangga terhadap diri sendiri, yaitu bangga

terhadap sumber kebudayaan yang berketuhanan,

berkemanusiaan dan bernuangsa akhlak. Sifat

bangga ini menjadikan kebudayaan Islam enggan

untuk diwarnai atau dipengaruhi dengan yang lain

yang menyebabkan hilangnya keistimewaan dan

keasliannya..

C. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia

206

Page 207: Bahan Ajar PAI 2011

Bangsa Indonesia mempunyai dua budaya

secara umum: 1) budaya nasional dan 2) budaya

daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia

yang terdiri atas berbagai suku, ras dan etnik bangsa.

Sistem budaya nasional adalah suatu yang

relatif baru dan sedang berada dalam proses

pembentukan. Nilai-nilai yang terbentuk dalam sistem

budaya nasional ini bersifat menyongsong masa depan.

Di antara nilai-nilai budaya nasional itu berkaitan

antara lain dengan faktor-faktor:

1. Kepercayaan dan nilai-nilai agama

2. Ilmu pengetahuan

3. Penghargaan kepada kedaulatan rakyat

4. Toleransi dan empati terhadap budaya suku bangsa

yang bukan suku bangsanya sendiri (Iberani dan

Hidayat, 2003)

Wardiman Joyonegoro (1996) mengatakan

Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa

dengan sistem budaya yang beragam dari masing-

masing etnik lokal kemudian berkembang menjadi

tradisi atau adat istiadat yang berakar kuat dalam

masyarakat yang bersangkutan. Dalam rangka

perkembangan budaya nasional, kebudayaan seperti

207

Page 208: Bahan Ajar PAI 2011

ini seringkali berfungsi sebagai sumber dalam

penciptaan-penciptaan di bidang seni, tata masyarakat

dan teknologi serta bahasa yang kemudian ditampilkan

dalam kehidupan lintas budaya.

Di daerah-daerah, budaya Islam juga tampak

mewarnai kehidupan berbangsa baik budaya seni,

tradisi, maupun peninggalan fisik, misalnya perayaan

maulid, peringatan Isra’ mi’raj, halal bihalal,

pembacaan sejarah hidup Nabi (Barasanji) di berbagai

acara sosial.

D. Kehidupan Sosial dalam Pemikiran Islam

Ahmad Syalabi dalam bukunya ”Kehidupan

Sosial dalam Pemikiran Islam, Penerbit Amzah,

mengelompokkan kehidupan sosial masyarakat dalam

berbagai kelompok yang disertai dengan dalil dan

ulasan yang jelas dan transparan sehingga mudah

dipahami. Pengelompokan kegiatan sosial yang

dimaksudkan adalah sebagai berikut.

1. Masalah Sosial dalam Lingkungan keluarga

Perkawinan: dorongan, tujuan dan hukum

Islam

Pemilihan dalam perkawinan

Perkawinan dengan perempuan kitabi

208

Page 209: Bahan Ajar PAI 2011

Perkawinan dengan perempuan asing

Laki-laki yang masuk Islam, kawin dengan

perempuan yang beragama Islam

Pertunangan

Maskawin dan akad nikah

Anak-Anak: Pemberian dan pelayanan

sakasama di antara anak-anak

Ibu Tiri

Mertua

Khitan

Keluarga Berencana:

Pencegahan Hamil Permanen

Penangguhan hamil untuk Kemaslahatan anak

yang disusui

Penangguhan hamil bagi kesehatan Orang Tua

dan anak

Penangguhan hamil menurut persetujuan

suami-isteri

Kelebihan penduduk

Abortus

Anak yang bukan dari benih sendiri, anak

angkat, dan penanaman benih buatan

209

Page 210: Bahan Ajar PAI 2011

Pertanggungjawaban di antara anggota

keluarga:

Hak suami-Isteri

Pertanggungjawaban anatar ayah, ibu, dan

anak-anak

Kaum kerabat dan pertanggungjawabannya

Pembantu rumah tangga

Perempuan pekerja

Pewarisan menurut syara’ dan

pematuhannya

2. Masalah Sosial dalam Lingkungan Masyarakat:

Hari Raya

Nishfu Sya’ban

Malam lailatul qadri

Asyura

Hikmah Hari raya dan Upacara

Penyambutannya

Hari-Hari Penyambutan Khusus

Hiburan, Musik dan Nyanyian

Memperingati Orang Meninggal

Wali, Sambutan Maulid, Nazar, dan Majelis

Zikir

Hari-hari maulid

210

Page 211: Bahan Ajar PAI 2011

Menunaikan Nazar

Majelis Zikir

Pengeras Suara

Olahraga dan Hiburan

Sepak Bola dan Suporternya

Adu Kambing, Sabung Ayam, dan Matador

Sepatah Kata tentang judi

Kaum Wanita dalam Masyarakat:

Pakaian Wanita

Hijab

Wanita dan Pimpinan

Laki-laki menyerupai Wanita dan Sebaliknya

Khamar

Hukum bagi Peminum Khamar

Berobat dengan Khamar

Mabuk

Rokok

Perhatian Terhadap Hakikat dan Sejarah

Pengemis

Persamaan dan Hukum Bersuku-Suku

Qada dan Qadar

Pandangan Sekilas tentang Masyarakat

Ilmu dan Praktek

211

Page 212: Bahan Ajar PAI 2011

Manusia dan Suka Dukanya

Hubungan Sesama Manusia

Kikir dengan Kata lain:

Kebaikan Tidak Dinilai dengan Angka

Meniru Perbuatan Jahat dan Baik

Berbahagiakah Anda Sebab Sukses dan

menderita

Cara Menghapuskan Dengki

Masyarakat Islam yang Sebenarnya

Hak tetangga

3.`Masalah Sosial Di sekitar Keuangan

Dasar-dasar Pembahasan

Riba

Macam-Macam riba

Memberi dan Mengambil Riba

Bank

Bank-Bank Khusus

Simpanan dengan Bunga di Pos

dan Bank

Ke arah Pendirian bank Islam

Perkonsian Mudharabah

Pinjaman

Pesanan

212

Page 213: Bahan Ajar PAI 2011

Penjualan dengan Kredit

Pembelian Kembali

Bank Islam: Pendahuluan

Bank Islam Lokal:

Simpanan “Current Account”

Simpanan Penanaman Modal

Bank Islam Pusat

Perseoroan dan Saham

Bursa dan Makelar

Asuransi:

Pandangan Hukum Islam tentang Asuransi

dengan Asuransi Tetap itu

Kartu Undian

E. Mesjid sebagai Pusat Kebudayan Islam

Kata ”Mesjid” berasal dari kata ”Sajada”

artinya sujud, makna mesjid berarti tempat sujud,

tempat meyembah Allah, tempat beribadah khusus

kepada Allah. Arti lain dari kata sujud ialah

ketundukan, ketaatan manusia secara total (Hasanah,

dkk, 2007). Pada masa Nabi Muhammad saw

menyiarkan dakwahnya mesjid sebagai markaz atau

pusat berdakwah, informasi Islam disampaikan

213

Page 214: Bahan Ajar PAI 2011

melalui mesjid, karena salah satu tempat

berkumpulnya manusia adalah mesjid.

8.3. Penutup

Kebudayaan dan peradaban manusia

berkembang dan maju karena orang Islam yang

berpikir modern dan positif. Setiap kebudayaan atau

peradaban harus sesuai dengan petunjuk Islam.

Sebaliknya, setiap peradaban dan kebudayaan yang

bertentangan dengan ajaran Islam harus ditinggalkan

bila aqidah taruhannya. Tetapi, menghidupkan budaya

justru menambah wawasan keislaman, menambah

keyakinan, menyambung silaturrahmi boleh dilakukan

bahkan dikembangkan.

Tugas:

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan pengertian budaya menurut bahasa

dan istilah

2. Uraikan prinsip-prinsip kebudayaan!

3. Terangkan karakteristik budaya dalam Islam

4. Terangkan nilai-nilai Islam dalam budaya

Indonesia!

214

Page 215: Bahan Ajar PAI 2011

5. Uraikan kehidupan sosial dalam pemikiran

Islam!

6. Bagaimana pendapat saudara tentang

perkembangan budaya lewat TV dan imformasi

teknologi yang lain!

PERKULIAHAN KE-15

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian Politik

2. Menerangkan prinsip Dasar Politik Islam

3. Menerangkan Demokrasi dan Musyawarah

215

Page 216: Bahan Ajar PAI 2011

4. Menguraikan Kontribusi Umat Islam dalam

Perundang-Undangan di Indonesia

Pokok Bahasan: Sistem Politik dan Demokrasi dalam Islam

Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini, mahasiswa

akan mempelajari tentang pengertian politik, Prinsip

dasar politik Islam, Demokrasi dan Musyawarah,

dan Kontribusi Umat Islam dalam Perundang-

Undangan di Indonesia.

I. Bahan Bacaan:

1. Al-Maraghy, Ahmad Mushthafa. 1974. Tafsir

Al-Maraghy. Beirut: Darul Fikr.

2. Budiardjo, Meriam. 1993. Dasar-Dasar Ilmu

Politik. Jakarta: Gramedia

3. Hasanah, Uswatun dkk. 2007. Acuan

Pembelajaran Matakuliah Pengembangan

Kepribadian Pendidikan Agama Islam.

Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Nasional, bab 9

4. Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003.

Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi, bab 8

216

Page 217: Bahan Ajar PAI 2011

5. Majid, Nurchalis. 1994. Demokrasi Politik,

Budaya dan Ekonomi, Pengalaman Indonesia

Baru. Jakarta: PT Temprit

6. -------. 1997. Tradisi Islam (Peran dan

Fungsinya dalam Pembangunan diIndonesia).

Jakarta Paramadina

7. Noer., Deliar. 1981. Bunga Rampai dari

Negeri Kanguru. Jakarta: Panjimas

8. Salim.Abd. Muin. 1994. Fiqh Siyasah. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

9. Syihab, M.Quraisy. 1996. Wawasan Al-Quran.

Bandung: Mizan.

II. Pertanyaan Kunci:

1. Jelaskan pengertian politik Islam!

2. Terangkan prinsip dasar politik Islam!

3. Terangkan sistem demokrasi dan musyawarah

dalam Islam!

4. Uraikan kontribusi umat Islam dalam perundang-undangan di Indonesia!

217

Page 218: Bahan Ajar PAI 2011

218

Page 219: Bahan Ajar PAI 2011

BAB IXSISTEM POLITIK DAN DEMOKRASI DALAM

ISLAM

9.1. Pendahuluan

Kesuksesan seseorang tergatung siasat atau

strategi atau sistem politik yang dijalankan. Islam

memberikan petunjuk bahwa dalam berpolitik atau

mengatur pemerintahan di sebuah negara hendaklah

santun dan bersaing secara sehat, tidak saling

menghina, menyinggung antara satu dengan yang lain.

Bila ada masalah yang tidak dapat diselesaikan melalui

musyawarah dan mufakat maka kembalikanlah kepada

Allah dan rasul-Nya (Alquran dan Hadis Nabi).

219

Page 220: Bahan Ajar PAI 2011

Dalam bab ini akan diuraikan: 1) Pengertian

Politik, 2) Prinsip dasar politik Islam, 3) Demokrasi

dan Musyawarah, dan 4) Kontribusi umat Islam dalam

Perundang-Undangan di Indonesia.

9.2. Penyajian

Uraian masing-masing sub pokok bahasan di

atas dipaparkan sebagai berikut:

A. Pengertian Politik Islam

Perkataan politik berasal dari bahasa Latin dan

bahasa Yunani “Politicus” dan “Politicos, keduanya

berarti sesuatu yang berhubungan dengan warga

negara atau warga kota. Kedua kata itu berasal dari

kata polis maknanya kota. (Muhammad Daud Ali,

1998). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)

pengertian politik sebagai kata benda ada tiga

maknanya jika dikaitkan dengan ilmu artinya:

1. Pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau

kenegaraan (tentang sistem pemerintahan, dasar-

dasar pemerintahan);

2. Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan,

siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan

atau terhadap negara lain;

220

Page 221: Bahan Ajar PAI 2011

3. Kebijakan, cara bertindak (dalam

menghadapi atau menangani suatu masalah).

Pengertian politik menurut kamus di atas dapat

disimpulkan bahwa politik adalah ilmu tentang

ketatanegaraan, kebijaksanaan, siasat dan cara

bertindak menghadapi sesuatu masalah.

Pengertian politik menurut ilmuwan adalah

sebagai beikut.

a. Meriam Budiardjo (1993) mengatakan

ada lima unsur sebagai konsep pokok dalam

politik, yaitu:

1). Negara

2). Kekuasaan

3). Pengambilan keputusan

4). Kebijaksanaan

5). Pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam

masyarakat

Jadi, pengertian politik menurut beliau adalah

bermacam-macam kegiatan dalam suatu

system politik (negara) yang menyangkut

proses menentukan tujuan-tujuan itu.

b. Deliar Noer mengatakan bahwa politik

menggunakan dua pendekatan:

221

Page 222: Bahan Ajar PAI 2011

1). Pendekatan nilai

2) Pendekatan perilaku

Jadi, politik adalah segala aktivitas atau

sikap yang berhubungan dengan kekuasaan

untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah

atau mempertahankan suatu macam bentuk

susunan masyarakat.

c. Abd. Muin Salim (1994) memberikan

pengertian politik: “Perilaku manusia baik

berupa aktivitas maupun sikap, yang bertujuan

mempengaruhi atau mempertahankan tatanan

suatu masyarakat dengan mempergunakan

kekuasaan.

B. Prinsip Dasar Politik Islam

Prinsip-prinsip dasar politik Islam tercantum

dalam Al-Quran surat an-Nsaa’ ayat 58-59 (tugas,

tulis ayat dan terjemahnyanya). Kandungan kedua

ayat tersebut adalah 1) Prinsip menunaikan

amanah, 2) Prinsip keadilan, 3) Prinsip ketaatan

kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri, dan 4) Prinsip

merujuk kepada Allah dan Rasul jika terjadi

222

Page 223: Bahan Ajar PAI 2011

perselisihan. Uraian masing-masing prinsip

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prinsip menunaikan amanah

Prinsip ini mengandung kewajiban setiap orang

beriman baik ia sebagai pejabat (berkuasa)

maupun sebagai masyarakat biasa agar

menunaikan amanah yang menjadi

tanggungjawabnya, meskipun amanah itu dari

sesama manusia apa lagi dari Allah. Di sisi

lain, ayat empat surat an-Nisaa’ di atas

memperkenalkan prinsip tanggungjawab

kekuasaan politik.

Al-Maraghy (1974: 70) dalam tafsirnya

“Tafsir al-Maragy” mengklasifikasi amanah

sebagai berikut:

1). Tanggungjawab manusia kepada Tuhan

2). Tanggungjawab manusia kepada sesamanya

3). Tanggungjawab manusia kepada dirinya

sendiri

b. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan ini, menurut Islam berlaku

kepada semua makhluk di bumi ini, baik

223

Page 224: Bahan Ajar PAI 2011

manusia secara individu maupun secara

berkelompok, beriman atau tidak beriman,

kaya atau miskin, anak-anak atau orang

dewasa. Pendek kata. Prinsip keadilan ini

mutlak diiberlakukan dalam semua lini

kehidupan.

Dalam al-Quran, istilah yang dipakai

untuk makna keadilan adalah: 1) ‘Adl, al-qisth,

al-mizan, dan dengan menafikan kezaliman,

walaupun pengertian keadilan tidak selalu

menjadi antonim kezaliman (Iberani dan

Hidayat, 2003: 178)

M.Quraisy Syihab (1996: 112-113)

dalam bukunya “Wawasan Al-Quran”

mengatakan “Islam memandang kepemimpinan

sebagai perjanjian Ilahi yang melahirkan

tanggungjawab menentang kezaliman dan

menegakkan keadilan. Kepemimpinan dalam

pandangan Islam tidak hanya merupakan

hubungan dengan sesama manusia, tetapi juga

menjadi hubungan atau perjanjian antara Allah

dan sang pemimpin untuk

224

Page 225: Bahan Ajar PAI 2011

mempertanggungjawabkannya dengan berbuat

keadilan.

c. Prinsip ketaatan kepada Allah, Rasul dan

Ulil Amri

Abd. Muin Salim (1994: 231)

memberikan pengertian kalimat “Ulil Amri”

dengan makna “Pemilik Pemerintahan,”

menjalankan roda pemerintahan dan

kekuasaan. Karena itu, makna tersebut

mencakup setiap pribadi yang memegang

kendalli urusan kehidupan baik urusan

keluarga, tetangga, masyarakat dan negara.

Prinsip ketiga ini mengadung unsur

kesadaran untuk mentaati perintah, baik

perintah itu sumbernya dari Allah yang

tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul-

Nya maupun dari orang yang diberi kekuasaan

memerintah, selama yang diperintahkan

manusia tidak menyalahi syariat Islam.

d. Prinsip merujuk kepada Allah dan Rasul

jika terjadi perselisihan.

225

Page 226: Bahan Ajar PAI 2011

Perselisihan apa pun yang terjadi di

antara manusia hendaklah diselesaikan dengan

cara mengembalikan kepada Allah dan Rasul-

Nya (al-Quran dan Sunnah) sekiranya

masalahnya tidak dapat diselesaikan dengan

cara musyawarah dan mufakat. Di samping itu,

cara penyelesaian masalah berdasarkan wahyu

menjauhkan orang dari pertengkaran dan

perkelahian.

Iberani dan M. Hidayat (2003: 180)

mengatakan bahwa musyawarah adalah

pemberian kesempatan kepada anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan dan

hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan

keputusan yang mengikat, baik dalam bentuk

aturan-aturan hukum maupun kebijakan-

kebijakan politik

C. Demokrasi dan Musyawarah

Iberani dan Hidayat (2003) memberikan

pengertian “Demokrasi”, yaitu terdiri atas kata

“demos” yang berarti rakyat dan “cratia” yang berarti

pemerintahan. Jadi demokrasi artinya pemerintahan di

226

Page 227: Bahan Ajar PAI 2011

tangan rakyat atau kekuasaan ada di tangan rakyat.

Pendek kata, rakyat yang berkuasa, menentukan roda

pemerintahan dengan sistem perwakilan.

Dalam Islam, istilah demokrasi dikenal dengan

“Musyawarah” kemudian mengambil kemufakatan.

Ibnu Zakaria (1972) dalam bukunya “Mu’jam

Maqaayis Lughat” jilid III, memjelaskan makna

“Musyawarah,” yaitu merupakan bentuk mashdar

( kata kerja yang dibendakan) yang berarti

menampakkan dan menawarkan atau mengambil

sesuatu. Agak berbeda pengertian musyawarah

menurut Quraisy Syihab (1996) dalam bukunya

“Wawasan Al-Quran,” mengeluarkan madu dari

sarang lebah. Di samping itu, musyawarah juga berati

mengatakan atau mengajukan sesuatu.

Secara etimologi, musyawarah mempunyai arti

nasehat, konsultasi, perundingan, pikiran atau

konsideran permufakatan Secara terminology,

musyawarah adalah majelis yang dibentuk untuk

mendengarkan saran atau ide, bagaimana mestinya dan

terorganisir dalam urusan negara (Ibnu Mandzur,

1968). Misalnya: Majelis Permusyawaratan Rakyat

(MPR), Majelis Syura Muhammadiyah, Lembaga

227

Page 228: Bahan Ajar PAI 2011

Musyawarah Desa, Musyawarah Alim ‘Ulama,

Musyawarah Kerukunan Umat Beragama dan

sebagainya.

Dalam melaksanakan musyawarah ada empat

unsur penting diperhatikan:

1. Mustasyir adalah orang yang menghendaki

adanya musyawarah dan menginginkan suatu

pendapat yang benar atau mendekati kebenaran.

2. Mustasyar adalah orang yang diajak

bermusyawarah.

3. Mustasyar fih adalah permasalahan yang akan

dikaji atau dijadikan obyek musyawarah.

4. Ra’yu adalah pendapat bebas yang

argumentatif, mencermati esensi syari’at dan

terlepas dari perasaan nafsu.

Dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,

bernegara musyawarah merupakan sarana untuk

menyatukan hati, mensucikan jiwa, dan menghargai

pendapat orang lain selama empat unsur di atas

terpenuhi.

Ayat-ayat yang berkaitan langsung dengan

musyawarah, antara lain: Q.S. al-Baqarah ayat 233;

Q.S. Ali Imran ayat 159 dan asy-Syura ayat 38. Ketiga

228

Page 229: Bahan Ajar PAI 2011

ayat tersebut menjadi petunjuk bagi manusia untuk

menyelesaikan problem keluarga, masyarakat dan

negaranya (tugas anda, tulis dan terjemahkan ayat

tersebut ).

D. Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional

E.Dalam perjalanan sejarah pembanguan bangsa,

dari repelita ke repelita umat Islam banyak

memberikan sumbangsih terhadap perpolitikan di

Indonesia (Iberani dan Hidayat, 2003: 198) dalam

bukunya “Mengenal Islam” mengatakan sejak tahun

1930-an sampai akhir 1960, bahkan sampai sekarang

umat Islam tetap memberi warna dalam perpolitikan

bangsa, meskipun di antara mereka ada yang tidak

murni untuk perpolitikan Islam yang dijalankan, tetapi

masih banyak yang lain tetap konsisten dalam

menegakkan politik Islam, misalnya seorang politikus

sekaligus cendikiawan muslim dewasa ini adalah

Hidayat Nur Wahid bersama dengan kelompoknya,

Nurchalis Majid, Rektor Universitas Paramadina dan

lain-lain.

9.3. Penutup

229

Page 230: Bahan Ajar PAI 2011

Sebuah negara akan berkembang dan maju

serta baik pemerintahannya apabila menerapkan

sistem politik Islam dalam mengatur negara seperti

Nabi Muhammad membangun negara Islam di

Madinah pada tahun 622 M atau sekitar 1386

tahun yang lalu.

Tugas:

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan pengertian Politik menurut bahasa, kamus, istilah dan ilmuwan!

2. Terangkan prinsip Dasar Politik dalam Islam!3. Terangkan sistim Demokrasi dan Musyawarah

dalam Islam!4. Uraikan Konstribusi Umat Islam dalam

Perundang-Undangan di Indonesia!5. Tulis dan terjemahkan satu ayat tentang

politik!

DAFTAR PUSTAKA

230

Page 231: Bahan Ajar PAI 2011

Abdul Baqy, Muhammad Fuad. 1986. Mu’jam al-Mufaras Li al-faaz al-Aayaat al-Quraan al-Kariim. Dar al-Fkr lith Thaba’ah wan-Nasyar wat Tauzi’

Ali, Muhammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Al-Maraghy, Ahmad Mushthafa. 1974. Tafsir Al-Maraghy. Beirut: Darul Fikr

Baiquni, Achmad. 1997. Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan. Yogjakarta: Dana Bhakti Primayasa.

-------, 1983. Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern. Jakarta: Pustaka

Budiardjo, Meriam. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

Culla, Adi Surya. 2002. Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori dan Relevansinya Dengan Cita-Cita Reformasi. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. 1991/1992. Kompilasi Hukum Islam DI Indonesia. Jakarta: Depag RI.

Djatnika, Rahmat. 1987. Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia). Surabaya: Mutiara

231

Page 232: Bahan Ajar PAI 2011

Ibrani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003. Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi

Fuad, Muhammad Abdul Baqi. 1986. Mu’jam al-Mufahras li al-Faaz aayaatil Quran al-Kariim. Dar al-Fikr lith Thaba’ah wan-Nasyar wat-Tauzy.

Hamka. 1983. Filsafat Ketuhanan. Surabaya: Karunia

Hasanah, Uswatun dkk. 2007. Acuan Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam. Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.

Hasan, M.Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan refleksi Historis. Yoyakarta: Titian Ilahi.

Majid, Nurchalis. 1994. Demokrasi Politik, Budaya dan Ekonomi, Pengalaman Indonesia Baru. Jakarta: PT Temprit

---------, Nurchalis. 2000. Kehampaan Spritual Masyarakat Modern: Respon dan Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: Media Cita

Nurdin, K.H.Muslim, dkk. 1993. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta

232

Page 233: Bahan Ajar PAI 2011

Noer., Deliar. 1981. Bunga Rampai dari Negeri Kanguru. Jakarta: Panjimas

Poerwadarminta, WJS. 1983. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Ralibi, Osman. Tanpa Tahun. Allah, Alam dan Manusia. Jakarta: Fajar

Rasyid N.A. 1983. Manusia dan Konsepsi Alam. Jakarta: Karya Indah.

Salim.Abd. Muin. 1994. Fiqh Siyasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryana Af, A.Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.

Syalaby, Ahmad. Tanpa tahun. Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam. Jakarta: Amzah

Syihab, M.Quraisy. 1992. Membuikan Al-Quran. Bandung: Mizan

-------. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan

Umar, Akram Dhiyauddin. 1999. Masyarakat Madani, Terjemahan mun’in A.Sirry. Jakarta: Gema Insani Press.

Ya’qub, Hamzah. 1993. Etika Islam (Pembinaan Akhlaqul Karimah, Suatu Pengantar. Bandung: Deponegoro

233

Page 234: Bahan Ajar PAI 2011

--------, 1984. Kode Etik dagang Menurut Islam. Bandung: CV Diponegoro.

Yunus, A.Saad. 1987. Hukum Kewarisan. Jakarta: PT Al Qushwa

Zaini, Syahminan. Tanpa Tahun. Mengenal Manusia Lewat Al-Quran. Surbaya: PT Bina Ilmu.

Zuhdi, Masyfuk. A991. Masailul Fiqhiyah. Jakarta: CV Haji Mas Agung.

SENARAI

Filsafat = Berpikir mendalam dan radikal

Asmaaullah al-husnaa = Nama-nama Allah yang baik

234

Page 235: Bahan Ajar PAI 2011

Ilmu Tauhid = Ilmu tentang Kemahaesaaan Tuhan

Tauhid uluhiyyah = Hanya Allah menerima semua

ibadah manusia.

Tauhid rububiyyah = Hanya Allah memelihara alam

semesta

Rabbul ‘alamin = Tuhan yang memelihara alam

semesta

Anthromorfisme = paham pengenaan

ciri-ciri manusia pada

alam

wajibul wujud = wajib eksistensi atau

wujud-Nya

mumkinul wujud = boleh (mungkin) ada,

boleh (mungkin) tiada

syariat Islam = hukum atau aturan

dalam Islam

Konsekwensi = akibat

Tauhid = meng-Esa-kan Allah

Nature of Law = hukum alam

Wajibul wujud = wajib/mutlak ada

Mumkinul wujud = boleh/mungkin ada

Rabbaniyah =bernuangsah ketuhanan

Syariat Islam = hukum Islam

235

Page 236: Bahan Ajar PAI 2011

Dalil = keterangan

Khalifah = pengelolah/pemelihara

Homo Sapiens = makhluk yang berakal

Homo Loquen = makhluk yang pandai

berbahasa

Homo Faber = makhluk yang pandai

membuat alat

pertukangan

Homo Ludens = makhluk yang suka

humor dan bermain

Zoon Politicon = makhluk social

Insan,ins,nas,unas = manusia

Bansyar = manusia dewasa yang

tahu hak dan

kewajibannya

Bani Adam = anak cucu Adam

Zurriyyat Adam = anak cucu Adam

Karakteristik = ciri khas

Klasifikasi = pengelompokan

Universal = berlaku menyeluruh

Temporer = tidak selamanya

Karakter = watak, tabiat

Fitrah = suci

236

Page 237: Bahan Ajar PAI 2011

Trend sosial = perkembangan terkini

dalam masyarakat

Aktualisasi = penerapan

Subhaanallah = Maha Suci Allah

Astagfirullaah = mohon ampun kepada

Allah

Allahu Akbar = Allah Maha Besar

Ilmu Ladunni = ilmu yang diperoleh

tanpa upaya manusia

Ilmu Kasbi = ilmu yang diperoleh

dengan kerja keras

manusia

Kerukunan = kedamaian, rela hidup

berdampingan umat lain

Intern = urusan ke dalam

Ukhuwah = persaudaraan

Fiqhiyah = pemahaman ajaran

Islam

Madani = damai, tenang, aman,

sejahtera

Civil society = mayarakat yang

beradab dan berbudaya

237

Page 238: Bahan Ajar PAI 2011

Ummat =

kaum/kelompok masyarakat

Musyawarah = duduk bersama

membicarakan sesuatu

Musawamah = persamaan

Tasamuh = toleransi

Budaya = hasil cipta, karya dan

rasa manusia secadar

sadar

Motivasi = dorongan

Akhlaqiyah = sarat nilai baik dan

benar

Insaniyah = kemanusiaan

‘Alamiyah = terbuka/menyesuaikan

Tanawwu’ = beragam warnanya

Washathiyah = pertengahan/sederhana

Ayat Makkiyah = ayat yang turun

sebelum Nabi Hijrah ke

Madinah

Ayat Madaniyah = ayat yang turun

sesudah Nabi hijrah ke

Madinah

238

Page 239: Bahan Ajar PAI 2011

Tauqifi = penetapan dan

penyusunan ayat atas

kehendak Allah

Hadis qauliyah = perkataan Nabi

Hadis fi’liyah = perbuatan Nabi

Hadis taqririyah = persetujuan

Nabi/Diam-nya Nabi

Kutubussittah = enam kitab standar

Hadis

Ra’yu = menggunakan

akal/pikiran

Ijtihad = usaha yang sungguh-

sungguh

Mujtahid = orang yang

bersungguh-sungguh

mendapatkan hukum

agama dengan cara

mengeluarkan hukum

dari Al-Quran dan Hadis

Istimbath = mengeluarkan hukum

dari Al-Quran dan Hadis

Sahih/hasan

239

Page 240: Bahan Ajar PAI 2011

Nasikh = ayat yang menghapus

kandungan hukum ayat

yang turun terlebih

dahulu

Mansukh = ayat yang dihapus

kandungan hukumnya

oleh ayat yang datang

kemudian.

DRS. H. MUH. TANG, M.Pd.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

240

Page 241: Bahan Ajar PAI 2011

POLITEKNIK NEGERIUJUNG PANDANG

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ..................................... i

Sambutan Direktur ..................................... ii

Daftar Isi ................................................. iii

Daftar Tabel ................................................. iv

Tinjauan Mata Kuliah ......................... 1

241

Page 242: Bahan Ajar PAI 2011

Bab I Konsep Ketuhanan dalam Islam ........ 16

Bab II Konsep Manusia Menurut Islam ...... 38

Bab III Hukum dan HAM dalam Islam ....... 75

Bab IV Akhlak, Moral dan Etika ................. 130

Bab V Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan

Seni dalam Islam ............................ 156

Bab VI Kerukunan Antar Umat Beragama .... 175

Bab VII Masyarakat Madani dan Kesejehte-

raan Umat ..................................... 188

Bab VIII Kebudayaan dalam Islam ............. 200

Bab IX Sistem Politik dan Demokrasi dalam

Islam ............................................. 218

DAFTAR PUSTAKA ................................ 230

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt.

atas rahmat-Nya sehingga penyusunan Buku Ajar

Pendidikan Agama Islam (PAI) ini dapat diselesaikan

dengan baik. Salawat dan salam dikirimkan kepada

Nabi Muhammad Saw. Kepada keluarga dan segenap

sahabatnya.

242

Page 243: Bahan Ajar PAI 2011

Buku ajar Pendidikan Agama Islam ini

disusun berdasarkan Surat Keputusan Direktorat

Jenderal Perguruan Tinggi No 43/ DIKTI/Kep/2006

tanggal 2 Juni 2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan

Tinggi. Materi Mata Kuliah Pengembangan

Keperibadian (MPK) ini berlaku pada seluruh

perguruan tinggi di Indonesia baik tingkat universitas

maupun sekolah tinggi umum sebagai mata kuliah

umum.

Buku ajar ini digunakan dalam lingkungan

Politeknik Negeri Ujung Pandang pada dua tingkat

pendidikan mahasiswa, yaitu mahasiswa Diploma tiga

dan mahasiswa Diploma empat pada semua jurusan.

Keritikan dan saran dalam menyempurnakan

buku ajar ini kami harapkan kemudian diperbaiki

selanjutnya. Semoga bermanfaat kepada penulis dan

khususnya kepada pembaca, amin.

Makasar, Juli 2011

243

Page 244: Bahan Ajar PAI 2011

Penyusun,

Drs. H. Muh. Tang, M. Pd.

SAMBUTAN DIREKTUR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt. ,

salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi

Muhammad Saw. Kepada keluarga dan segenap

sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti sunnah

beliau. atas selesainya Buku Ajar Pendidikan Agama

Islam yang disusun oleh saudara Drs. H. Muh. Tang,

244

Page 245: Bahan Ajar PAI 2011

M.Pd. selaku dosen agama di Politeknik Negeri Ujung

Pandang.

Buku ajar Pendidikan Agama Islam ini

disusun berdasarkan Surat Keputusan Direktorat

Jenderal Perguruan Tinggi No 43/ DIKTI/Kep/2006

tanggal 2 Juni 2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan

Tinggi. Materi Mata Kuliah Pengembangan

Keperibadian (MPK) ini berlaku pada seluruh

perguruan tinggi di Indonesia baik tingkat universitas

maupun sekolah tinggi umum sebagai mata kuliah

umum.

Buku ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) ini

disusun dengan tujuan memperlancar prose

perkuliahan mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan

Agama Islam dan di diharapkan kepada mahasiswa

menjadikan buku ajar tersebut sebagai referensi atau

rujukan dalam pembelajaran di kelas.

Semoga bernilai ibadah dan menjadi amal

jariyah buku ajar pendidikan Agama Islam ini dan

menambah semangat belajar mahasiswa di Politeknik

Negeri Ujung Pandang.

245

Page 246: Bahan Ajar PAI 2011

Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada sadara penyusun atas

usaha yang dilakukan. Amin

Makassar, 28 Juli 2010

Direktur,

Dr. Pirman, M.Si.Nip 131 835 736

246

Page 247: Bahan Ajar PAI 2011

247