3
2. Bahan dan metode 2.1. Bahan Tomat segar dari varietas Rio Grande yang diperoleh dari petani local di kota Acipayam, Denizli pada pertengahan agustus dan seterusnya. Tomat dengan didinginkan hingga kering. Kadar air awal sampel 95,5 g/100 g yang ditentukan dengan metode AOAC. b-Carotene, lycopene dan asam askorbat standar yang dibeli dari Sigma (St Louis, MO, USA). Heksana, asetonitril, metanol dan diklorometana (Merck, Darmstadt, Jerman) dalam HPLC grade. 2.2. Metode a. Prosedur pengeringan Tomat dikeringkan dalam cabinet dryer (70x55x100 cm) dengan tray. Kabinet meliputi empat tray yang dapat dilepas (40x60 cm), yang terbuat dari kain kasa stainless steel yang dibentuk menjadi saringan halus. Tomat yang digunakan dalam batch untuk 50 kg; setiap batch meliputi tomat dengan kematangan yang seragam, warna dan ukuran. Setiap batch dibagi dalam dua bagian yang sama, lalu bagian ini dibagi menjadi lima bagian yang sama (5 kg), yang masing-masing dikeringkan pada lima temperatur yang berbeda (60, 70, 80, 90 dan 100 C). Satu kilogram digunakan untuk monitoring waktu berdasarkan penurunan berat badan. Sisanya digunakan untuk menentukan isi awal bahan kering dari tomat yang disimpan dalam suhu 20 C untuk analisis selanjutnya. Sebelum kering, tomat dipotong menjadi empat bagian secara membujur, dan sekitar 200-250 g perempat ditempatkan pada tray sebagai lapisan tunggal. Sampel diambil dari tray secara teratur untuk analisis lebih lanjut. Tomat dikeringkan hingga kadar airnya

Bahan Dan Metode

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahann metode

Citation preview

Page 1: Bahan Dan Metode

2. Bahan dan metode

2.1. Bahan

Tomat segar dari varietas Rio Grande yang diperoleh dari petani local di kota Acipayam, Denizli pada pertengahan agustus dan seterusnya. Tomat dengan didinginkan hingga kering. Kadar air awal sampel 95,5 g/100 g yang ditentukan dengan metode AOAC. b-Carotene, lycopene dan asam askorbat standar yang dibeli dari Sigma (St Louis, MO, USA). Heksana, asetonitril, metanol dan diklorometana (Merck, Darmstadt, Jerman) dalam HPLC grade.

2.2. Metode

a. Prosedur pengeringan

Tomat dikeringkan dalam cabinet dryer (70x55x100 cm) dengan tray. Kabinet meliputi empat tray yang dapat dilepas (40x60 cm), yang terbuat dari kain kasa stainless steel yang dibentuk menjadi saringan halus. Tomat yang digunakan dalam batch untuk 50 kg; setiap batch meliputi tomat dengan kematangan yang seragam, warna dan ukuran. Setiap batch dibagi dalam dua bagian yang sama, lalu bagian ini dibagi menjadi lima bagian yang sama (5 kg), yang masing-masing dikeringkan pada lima temperatur yang berbeda (60, 70, 80, 90 dan 100 C). Satu kilogram digunakan untuk monitoring waktu berdasarkan penurunan berat badan. Sisanya digunakan untuk menentukan isi awal bahan kering dari tomat yang disimpan dalam suhu 20 C untuk analisis selanjutnya. Sebelum kering, tomat dipotong menjadi empat bagian secara membujur, dan sekitar 200-250 g perempat ditempatkan pada tray sebagai lapisan tunggal.

Sampel diambil dari tray secara teratur untuk analisis lebih lanjut. Tomat dikeringkan hingga kadar airnya mencapai sekitar 15 g/100 g. Pada semua suhu, aliran udara konstan 0,2 m/s dan kelembaban relatif 20% konstan digunakan selama pengeringan. Sebelumnya cabinet dryer dioperasikan terlebih dahulu selama satu jam untuk menstabilkan suhu dan kelembaban relatif. Semua eksperimen dilakukan dalam 3 kali ulangan.

b. Analisis Lycopen dan b-Caroten

Untuk ekstraksi karotenoid digunakan metode yang disarankan oleh Lin dan Chen (2005) dengan beberapa modifikasi. Tujuh gram sampel tomat segar atau kering ditimbang dan dicampur dengan 70 ml larutan etanol-heksana (4:3, v/v) yang mengandung 1% BHT (b/v). Campuran dihomogenasikan dengan homogenizer lalu dipindahkan dalam tabung sentrifus PP. Sampel disentrifugasi pada 11.000x g dengan suhu 5 C selama 15 menit. Kemudian, supernatan dipindahkan ke botol

Page 2: Bahan Dan Metode

amber melalui pipet Pasteur kaca. Supernatan disaring melalui 0,45 mm filter membran sebelum dimasukan ke dalam peralatan HPLC.

Lycopene dan b-caroten yang terkandung dalam tomat segar dan kering dianalisis dengan menggunakan unit HPLC dengan system pompa kuartener, dtektor fotoioda array, degasser dan oven kolom. Kromatogram dianalisis dengan program software LCsolution. ACE 5 kolom C18 (250x4.6 mm, ID, 5 mm) digunakan dengan elusi isokratik fase gerak yang mengandung campuran asetonitril: metanol: diklorometana: heksana (40: 20: 20: 20, v / v / v / v) dengan laju alir 0,45 mL/menit pada 25 C. Volume injeksi adalah 20 mL sedangkan panjang gelombang deteksi sebesar 445 nm untuk b karoten dan 470 nm untuk lycopene.

c. Analisis Asam Askorbat

Asam askorbat merupakan konstituen hidrofilik tomat, dan untuk ekstraksi asam askorbat dalam sampel tomat, digunakan metode yang diusulkan oleh Giovanelli et al. (2002) dengan beberapa modifikasi. Sampel tomat segar atau kering dicampur dengan larutan asam metafosfat (1 g / 100 mL) pada rasio 1:10 (w / v), dan campuran dicampur hingga membentuk bubur dengan blender Waring. Sampel segera dipindahkan ke tabung sentrifus polypropylene untuk mencegah gangguan homogenitas dalam pulp sebagai akibat dari aktivitas esterase pektin metil pada tomat.

Sampel disentrifugasi pada 11.000xg selama 20 menit pada 4 C. Supernatan dipindahkan ke dalam botol amber melalui pipet Pasteur kaca. Sebelum dimasukan ke dalam peralatan HPLC, supernatannya disaring melalui 0,45 mm filter membran. ACE 5 kolom C18 (250 4,6 mm, ID 5 mm) digunakan dengan elusi isokratik fase gerak yang mengandung ultra-pure pada pH 3 (disesuaikan dengan H3PO4) dengan laju alir 0,5 mL/menit pada 35 C. Volume injeksi adalah 20 mL, dan panjang gelombang detektor sebesar 254 nm.