bahan lkn lomba

  • Upload
    iidajha

  • View
    67

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

2222

Citation preview

Proses Pembelajaran dan Silabus Pelajaran KUM Madya InsaniPada proses pembelajaran KUM di PKBM Madya Insani terdapat beberapa tahap dalam prosesnya. Namun, yang paling dasar dilakukan adalah pembuatan silabus pelajaran KUM. Proses pembelajaran yang di arahkan adalah partisipasi. Terciptanya proses belajar mengajar yang dua arah akan menyukseskan proses pembelajaran tersebut. Selain itu juga, pada pembelajaran KUM yang paling utama ditekankan adalah penerapan keterampilan sehingga warga belajar dapat mandiri dengan berwirausaha.Waktu pembelajaran di tentukan oleh warga belajar sendiri, dan waktu yang dipilih adalah rabu dan sabtu pukul 15.00 WIB. Proses belajar mengajar sendiri dilakukan di PKBM Madya Insani. Proses belajar mengajar dilakukan selama 60 menit sehingga selama 3 bulan waktu belajarnya adalah 24 jam dengan materi yang dipadatkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat silabus pelajaran KUM yang dilaksanakan oleh PKBM madya Insani.

3.3 EVALUASI DAN MONITORINGEvaluasi dilakukan selama 3 kali dalam proses pembelajaran, yaitu evaluasi awal yaitu pada bulan pertama dilaksanakannya proses belajar, evaluasi kedua yaitu 2 bulan setelah dilaksanakannya dan evaluasi akhir. Evaluasi awal dilakukan untuk melihat sejauh mana, warga belajar lancar dalam menulis, membaca dan berhitung. Dan pada tahap ini, warga belajar akan di berikan ujian menulis,berhitung dan membaca.Evaluasi tahap dua dilaksanakn setelah proses praktek telah usai. Evaluasi disini untuk melihat seberapa paham warga belajar dam menguasai proses pembuatan sabun cair,karbol,minyak wangi dan kaporit. Evaluasi akhir di laksanakan untuk melihat potensi warga belajar untuk merintis usaha sabun cair. dan pada akhirnya hanya beberapa orang saja warga belajar yang mencoba untuk merintis usaha sabun cair ini.Pada pelaksanaan KUM 2010, PKBM Madya Insani telah didatangin oleh sejumlah mahasiswa Unimed jurusan PLS dalam rangka pelaksanaan program KUM tersebut. Selain itu juga, monitoring juga dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Medan untuk meninjau terlaksananya program KUM Madya Insani.

3.4 PENDAMPINGAN DAN KERJASAMA DENGAN MITRAProses pendampingan dilakukan bagi warga belajar yang berkeinginan untuk membuat usaha mandiri dari keterampilan yang diberikan pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk saat ini, ada beberapa warga belajar yang membuka usaha sabun cair dan karbol. Disini PKBM Madya Insani mendampingi dalam proses distribusi dengan berbagai pihak untuk dapat ikut memasarkan produknya tersebut.Bantuan modal juga diberikan oleh PKBM Madya Insani melalui simpan pinjam KSU Madya Insani. Dengan margins yang ringan sehingga warga belajar keaksaraan fungsional yang mengikuti program pendidikan keaksaraan usaha mandiri dapat berwirausaha melalui keterampilan yang telah diterima.

3.5 PUBLIKASI HASIL PRODUKUntuk lebih memperluas pemasaran hasil produk, tutor bekerjasama dengan pengelola PKBM Madya Insani berupaya untuk mensosialisasikan dan mempublikasikan hasil produk kepada masyarakat luas melalui pertemuan-pertemuan majelis taklim (seperti perwiritan) atau pertemuan-pertemuan di tingkat kelurahan.Selain itu juga dalam rangka publikasi, PKBM Madya Insani juga sering mengikuti pameran yang diadakan oleh Dinas Pendidikan. Pada pameran tersebut, produk hasil warga belajar dijual dan dipamerkan kepada masyarakat luas.Publikasi hasil produk juga dilakukan dengan jalan membuat brosur yang akan dibagikan kepada masyarakat sehingga pengguna produk sabun cair yang dilakukan oleh warga belajar keaksaraan fungsional PKBM Madya Insani dapat berjalan lancar sesuai dengan keinginan warga.Dalam pembelajaran keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar keaksaraan fungsional yang telah mendapatkan sertifikat SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara), tutor bukan hanya mengajarkan pengenalan bahan-bahan dan bagaimana cara pembuatan produk, tetapi tutor juga mengajarkan bagaimana memasarkan produk sekaligus tatacara memperkenalkan produk kepada masyarakat, sehingga produk dapat dipasarkan secara luas.Publikasi produk juga dilakukan dengan cara mempromosikan produk ke dunia maya, yaitu melalui wibesite PKBM Madya Insani. Tutor dan pengelola berharap produk yang dihasilkan oleh warga belajar dapat dipasarkan dengan baik. Karena itu selain publikasi, PKBM Madya Insani saat ini sedang berupaya untuk membuat kemasan yang lebih baik serta pengurusan izin dari dinas kesehatan.

3.6 KENDALA YANG DIHADAPISetiap program yang terlaksana tentunya mempunyai kendala, akan tetapi kendala tersebut bukan menjadi penghalang untuk terus beraktifitas tetapi menjadi bahan motivasi dan evaluasi untuk mengarah ke-arah yang lebih baik. Adapun kendala yang dihadapi saat pembelajaran KUM ini adalah sebagai berikut ;1. Masih ada warga belajar yang belum lancar membaca dan menulis, sehingga fokus untuk pendidikan keterampilan sedikit terkendala dengan tambahan program CALISTUNG.2. Warga belajar tidak seluruhnya berminat untuk memilih jenis keterampilan yang telah ditetapkan menjadi jenis keterampilan yang diajarkan. Karena dari awal kurang berminat, maka hasil tidak maksimal.3. Disiplin warga belajar adalah kendala utama dalam penyampaian pendidikan keaksaraan usaha mandiri. Kurangnya disiplin warga belajar membuat pembelajaran tidak maksimal, namun masih ada beberapa warga yang serius maka pembelajaran dilakukan secara maksimal.4. Kemasan yang kurang menarik ( hanya dalam sebuah botol air mineral) dan tidak adanya lebel Dinas Kesehatan adalah salah satu kendala untuk memasarkan hasil produk. Karena itu pemasaran yang dijalankan masih di lingkup daerah sekitar warga belajar. Tutor dan warga belajar berharap pemasaran dapat dilakukan secara luas sehingga menambah pendapatan warga belajar. Harapan yang sangat besar adalah bagaimana produk dapat dipasarkan secara luas sehingga warga belajar dapat memperoleh keuntungan dan menambah pendapatan perkapita keluarga.3.7 BELAJAR DARI PENGALAMANSetiap kendala yang dihadapai harus dicarikan solusi, karena untuk lebih memajukan program pembelajaran KUM kepada warga belajar yang lainnya, maka tutor harus belajar dari pengalaman.Belajar dari pengalaman adalah guru yang baik dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Sesuai dengan pemaparan di atas, salah satu kendala adalah proses belajar CALISTUNG bagi warga Keaksaraan yang belum lancar, maka solusi yang diberikan adalah pada saat akan mengawali program, tutor akan mengelompokkan terlebih dahulu warga belajar dari tingkat kelancaran membaca dan menulis, Sehingga jadwal pembelajaran dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.Kendala mengenai minat yang berbeda di antara warga belajar, tutor menawarkan solusi dengan cara memusyawarahkan jenis keterampilan yang akan dijalankan. Hasil musyawarah akan dijadikan sebagai jenis keterampilan yang diajarkan, yang terlebih dahulu dibuat kesepakatan bersama, maka seluruh warga KUM yang mengikuti proses pembelajaran harus serius mengikuti sampai tuntas.Untuk kendala tentang disiplin warga belajar, tutor menyarankan kepada pengelola untuk menseleksi peserta pendidikan keaksaraan sesuai dengan kebutuhan warga belajar. Untuk mengikuti program harus ada surat pernyataan untuk aktif mengikuti pembelajaran. Jika sudah di buat surat pernyataan berikut sanksi yang harus diberikan, tindaklanjutnya adalah ketegasan dari tutor. Tutor harus tegas dengan sanksi yang telah disepakati secara bersama-sama.Sementara itu, untuk kendala pemasaran yanmg kurang karena kemasan, tutor telah mengusulkan kepada pengelola untuk membuat kemasan serta mengurus izin dari dinas kesehatan sehingga hasil produk dapat dipasarkan secara luas. Semoga apa yang menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan dapat menjadi wujud nyata sehingga program dapat berjalan dengan baik. Penulis sebagai tutor di PKBM Madya Insani berupaya secara maksimal untuk melaksanakan program dengan baik akan tetapi juga harus didukung oleh warga belajar dengan keseriusannya.

KESIMPULANSetelah memaparkan ide pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri bagi warga keaksaraan fungsional yang telah memperoleh SUKMA, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut ;1. Program Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri adalah tindak lanjut dari program keaksaraan fungsional dasar. Setelah warga belajar memperoleh SUKMA maka program dilanjutkan ke program KUM dengan orientasi keberhasilan warga belajar memperoleh pengetahuan kewirausahaan.2. Program Keaksaraan Usaha Mandiri adalah program pengembangan ekonomi yang harus didampingi tutor untuk pengembangan usaha sehingga warga belajar mampu mandiri dengan keterampilan yang dimiliki dari pembelajaran.3. Kendala utama dalam proses pembelajaran bagi warga belajar keaksaraan fungsional adalah disiplin, hal itu terjadi karena warga belajar tidak memahami sepenuhnya fungsi dari pendidikan yang diterimanya. Persoalan itu menjadi tantangan besar tutor untuk mencari solusi yang lebih baik.SARAN Dari kesimpulan yang dipaparkan, maka penulis sebagai tutor di PKBM Madya Insani, memberikan saran sebagai berikut;1. Pengelola harus selektif memilih warga belajar yang akan mengikuti program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri, karena yang diutamakan dalam pembelajaran ini bukan CALISTUNG tapi bagaimana warga aksara dapat memperoleh pembelajaran keterampilan dan kewirausahaan. Selektif yang dimaksud adalah warga yang mengikuti program memang kemauan sendiri bukan karena paksaan, karena kemauan akan memotivasi diri untuk lebih aktif dan berhasil dalam program.2. Saran yang lain ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kota Medan, yaitu dana untuk program KUM sangat kecil sehingga tutor harus berupaya keras untuk mencari jenis keterampilan yang cukup dengan biaya yang minim tersebut, sehingga pembelajaran tidak maksimal karena danannya terlalu minim.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 1BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPendidikan mempunyai peranan yang strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia , dan merupakan hak bagi semua warga negara dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Batang tubuh UUD 1945 Pasal 33 Ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan, dan Pasal 28 B Ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar.Si stem Pendidikan Nasional mengama natkan tentang penyelenggaraan pendidikan dalam bentuk formal (persekolahan) dan nonformal yang berlangsung diluar sistem sekolah, dan bahkan ada yang berlangsung didalam rumah tangga, sehingga dijadikan sebagai suatu landasan hukum penyelenggaraan pendidikan diIndonesia. Pada umumnya pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan di luar sistem persekolahan dan diarahkan agar dapat berperan sebagai pengganti, penambah, dan / atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Kegiatan pendidikan nonformal diharapkan dapat berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU No. 20 tahun 2003). Salah satu program pendidikan nonformal yang sementara digalakkan saat ini dalam rangka untuk memberi layanan pendidikan secara adil kepada seluruh BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 2warga masyarakat, utamanya bagi warga masyarakat penyandang buta aksaraadalah penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan. Namun realitas dilapangan, khususnya didesa Sumberejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, bahwa masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar masih sulit keluar dari jerat kebodohan dan kemiskinan. Bahkan terjadi pada lulusan yang pernah mendapatkan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA), masih mengalami penurunan kemampuan menjadi buta aksara kembali. Hal ini disebabkan karena warga belajar masih belum mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan keaksaraannya mereka untuk meningkatkan kualitas diri dalam kehidupannya. Untuk itu warga belajar yang telah selesai mengikuti pendidikan keaksaraan dasar perlu dikembangkan lagi kompetensi keaksarannya supaya dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh warga belajartersebut, sehingga diharapkan mereka dapat memenuhi / meningkatkan kebutuhan kehidupannya secara mandiri. Melihat kondisi desa Sumberejo yang merupakan daerah perbatasan antara Kabupaten Kendal dengan Kabupaten kota Semarang yang letak geografinya ratarata datar serta lokasinya jauh dari aktifitas perdagangan dan jauh dari pusat keramaian ditambah sebagian masyarakatnya masih buta aksara, tidak memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan yang cukup rendah jauh dari rata-rata pendapatan yang layak menjadikan desa Sumberejo banyak didirikan pabrikpabrik yang mengakibatkan munculnya masalah limbah disekitar desa. Terutama limbah karpet sisa pemot ongan yang dibiarkan menggunung dari sebuah perusahaan pengelola karpet didukuh Mlaten Sumberejo. Hal ini juga sangatmengganggu keindahan desa, apabila dibiarkan terus menerus dapat menjadikan rusaknya lingkungan karena pencemaran terjadi dimana-mana. Sesuai BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 3(http://duniaparapelajar.wordpress.com/tag/pengertian-pencemaran-lingkungan/)Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena itu, permasalahan didesa Sumberejo perlu ditangani pengelolaannya secara ekstra khususnya dibidang sumber daya manusianya.Berdasarkan uraian diatas, maka Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pemberdayaan penduduk buta aksara melalui peningkatan pengetahuan sikap, keterampilan untuk berusaha secara mandiri, diharapkan dapat meningkatkan mutu dan taraf hidup warga belajarnya yang diperoleh melalui kemampuan membaca, menulis, berhitung serta pengembangan pendidikan keterampilan yang ditandai dengan adanya peningkatan pendapatan dan kemampuan warga belajar untuk dapat memanfaatkan kemampuan baca-tulis dan hitung tersebut dalam melak sanakan fungsi-fungsi sosialnya danmampu memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu warga belajar yang telah mencapai kompetensi keaksaraan tingkat dasar selayaknya perlu dilanjutkan dengan program tersebut dengan harapan agar warga belajar dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk berusaha secara mandiri, sehingga pemberdayaan mereka untuk memiliki kecakapan hidup (life skill) supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya minimal dapat teratasi.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 4B. MASALAH DAN TUJUAN1. PERMASALAHANDari latar belakang diatas dapat ditarik sebuah permasalahan didesa Sumberejo. Adapun permasalahan yang cukup menonjol ada 3 aspek yang ratarata dialami oleh sebagian wilayah desa Sumberejo, yaitu :a) Bagaimana meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) didesa Sumberejo yang berhubungan dengan limbah karpet?b) Bagaimana teknik pemasaran hasil pengelolaan limbah karpet tersebut yang dapat mendatangkan rejeki?c) Apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari pengelolaan karpet yang ada didesa Sumberejo ? 2. TUJUANTujuan penulisan ini adalah untuk menyampaikan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam perumusan masalah diatas yaitu :a) Untuk meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) didesa Sumberejo yang berhubungan dengan limbah karpet.b) Untuk mengetahui teknik pemasaran hasil pengelolaan limbah karpet tersebut yang dapat mendatangkan rejeki.c) Untuk mengetahui apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari pengelolaan karpet yang ada didesa Sumberejo.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 5C. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH1. ALASAN PEMILIHAN STRATEGI METODE PBLModel adalah pola, contoh, acuan, ragam. Sedangkan yang dimaksud model pembelajaran ini adalah penyederhanaan program Keaksaraan Usaha Mandiri sebagai proses yang aktual yang memungkinkan warga belajar bertindak berdasarkan model PBL ( Problem Based Learning ) atau pembelajaran berbasis masalah.Berdasarkan pasal 1 butir 20 UU no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Arti pendidikan mengacu pada pendidikan dalam arti sempit adalah pembelajaran pendidikan yang diartikan sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang belajar, makna pembelajaran disini adalah proses interaksi edukasi warga belajar dengan tutor dalam program pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri dengan model PBL ( Problem Based Learning ) .Standar kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai warga belajar setelah mengikuti suatu proses pembelajaran dan ketrampilan uasaha mandiri pada satuan pendidikan keaksaraan, minimal meliputi kemampuan memilih jenis usaha, merancang usaha, melaksanakan usaha dan memelihara kelangsungan usaha.Menurut Arends (Trianto, 2007:68) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah :1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi warga belajar. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 62. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya warga belajar meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.3. Penyelidikan autentik. Warga belajar dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer.5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh warga belajar yang bekerjasama satu dengan yang lainnya.Sedangkang PBL disini adalah metode yang menghubungkan dunia pembelajaran dengan dunia nyata yang mengelilingi warga belajar keaksaraan. Lingkungan warga belajar yang nyata menuntut pemenuhan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan baru setelah mengalami proses pembelajaran.2. DESKRIPSI STRATEGI PENGGUNAAN METODE PBLDengan melihat kondisi warga belajar didesa Sumberejo yang telah diuraikan diatas ketika pelaksanaan Keaksaraan Fungsional secara garis besartemuan yang muncul adalah :1. Warga belajar kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat miskin, disamping itu juga masih buta aksara dikarenakan pada beberapa lulusan yang pada program Keaksaraan Fungsional pernah mendapatkan Surat Keterangan BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 7Melek Aksara (SUKMA), masih mengalami penurunan kemampuan menjadi buta aksara kembali, disamping itu belum memiliki ketrampilan berkerja, berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya2. Walapun pembelajaran Keaksaraan Fungsional tidak memunggut biaya namunkebanyakan warga tidak mengikuti pembelajaran, karena mereka berusaha mencari nafkah yang saling gonta ganti pekerjaan / tidak tetap, sehingga efektifitas waktu belajarnya sangat kurang.3. Warga belajar kurang memahami secara jelas tujuan belajar / manfaat belajar setelah mengikuti pembelajaran Keaksaraan Fungsional untuk kehidupan mereka dimasa datang.4. Program pembelajaran pendidikan Keaksaraan Fungsional selama ini hanya menitikberatkan pada baca, tulis dan hitung (calistung) saja.5. Usia penduduk desa Sumberejo kebanyakan sudah dewasa dan tua sehingga tidak mudah dibelajarkan. Oleh karena itu Strategi dan pendekatan pembelajaran yang kami lakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa (Andragogi), adapun yang dimaksud adalah: Pembelajaran harus berorientasi pada masalah (problem oriented). Pembelajaran harus berorientasi pada pengalaman pribadi warga belajar (experiences oriented). Pembelajaran harus memberi pengalaman yang bermakna (meaningfull)bagi warga belajar. Pembelajaran harus memberi kebebasan bagi warga belajar sesuai dengan minat, kebutuhan dan pengalamannya.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 8Maka dari gambaran diatas, kiranya diperlukannya model pembelajaran keaksaraan yang sesuai dengan kondisi warga belajar didesa Sumberejo yaitu dengan model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning ) atau pembelajaran berbasis masalahBUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 9BAB IIPEMBAHASANA. PROSEDUR PELAKSANAANKegiatan pembelajaran keaksaraan usaha mandiri di desa Sumberejo dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2012 yang sumber anggaranya berasal dari bantuan Program KUM dana APBN. Dimana pelaksanaan program ini cukup sederhana dalam merealisasikannya, cukup me mberitahukan kepada warga belajar KF melalui bantuan pihak desa yang kemudian disosialisasikan oleh PKK Desa dan diteruskan ke PKK RW sampai Dasa Wisma.Di desa Sumberejo terdapat 3 lokasi yang dipakai untuk menyelenggarakan kegiatan keaksaraan usaha mandiri bagi warga desa setempat, dimana secara umum tempat yang dipakai adalah rumah salah satu warga setempat yang jarak keterjangkauannya dari warga belajar relatif lebih dekat. Ini merupakan bukti partisipasi masyarakat dalam menyukseskan program berantas buta aksara. Umunya disetiap tempat hanya ada satu tutor yang menangani satu kelompok, adapun data tutor dan warga belajar yang dapat penulis sajikan adalah warga belajar yang penulis tangani. Berikut adalah data yang ada di desa SumberejoNo Nama Tutor Tempat/Tanggal Lahir Pekerjan Alamat1 Endang Sawitri Klaten, 01 Maret 1969GuruPAUDGedangan 01/06 Sumberejo2 Ubaidah Kendal, 04 April 1976GuruPAUDGedangan 01/06 Sumberejo3 Ani Riyansih Kendal, 27 Mei 1988GuruPAUDKlangsen 01/08 SumberejoBUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 10No Nama Warga Belajar Jenis Kelamin Pekerjaan1 Rupiatun P Buruh2 Fatonah P Petani3 Satun P Petani4 Jurotun P Petani5 Fusilat P Buruh6 Mariyatun P Petani7 Jumini P Petani8 Rumini P Buruh9 Mariyati P Petani10 Jumik P Ibu Rumah TanggaB. HASIL PELAKSANAAN KEGIATANSecara garis besar, pelaksanaan kegiatan yang penulis tangani dapat diklarifikasikan dalam 5 tahap, yaitu :1. Tahap I Orientasi warga belajar pada masalahSebelum melangkah pada pembelajaran, tutor keaksaraan di desa Sumberejo telah melakukan sebuah penelitian dengan beberapa sampel dan data dari PKK RT maupun RW, hasil yang muncul dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul pada warga rata-rata berupa permasalahan ekonomi dan pengangguran. Hal ini yang kemudian dijadikan pijakan bagi tutor untuk melakukan langkah-langkah pembelajaran yang tepat terhadap warga belajar.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 112. Tahap II Mengorganisasikan warga belajar untuk belajarTutor KUM desa Sumberejo membantu warga belajar mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Hal ini dilakukan dengan cara pendekatan antar individu , kemudian dibahas bersamasama dalam sebuah kelompok belajar. Ide-ide bermunculan ketika tutor menstimulasi dengan keadaan kondisi lingkungan sekitar yang ada. Berawaldengan pembahasan munculnya ide kreatif terhadap sebuah usaha, namun harus terbengkelai ketika berbicara masalah cara pembuatannya. Disinilah peran tutor untuk mengarahkan warga belajar untuk senantiasa melek aksara dikarenakan dengan melek aksara mereka bisa membaca buku maupun artikel apapun untuk membuat suatu produk.3. Tahap III Membimbing penyelidikan kelompokTutor membantu warga belajar untuk mengumpulkan informasi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, mencari potensi yang belum tergarap dengan biaya murah serta kebutuhan waktu yang mencukupi. Disiniwarga belajar menginformasikan beberapa hal berdasarkan pengalaman yang dimilikinya, ternyata terdapat sebuah prioritas terhadap ide kreatif yang muncul dari warga belajar sendiri dengan memanfaatkan limbah karpet yang ada di perusahaan sekitar lingkungan mereka. Ide tersebut berawal dengan pembuatan keset, namun akhirnya berkembang dengan pembuatan lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 124. Tahap IV Mengembangkan dan menyajikan hasil karyaTutor membantu warga belajar dalam merencanakan dan menyiapkan karya. Dengan mencari buku ketrampilan, tutor mulai mencoba mengadopsikan polapola dalam buku ketrampilan tersebut menjadi sebuah produk yang sesuai dengan ide awal yaitu pembuatan keset, lamp ing, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone dari sisa limbah karpet. Kemudian tutor menyajikan tata cara pembuatan produk tersebut dalam bentuk teks yang harus dipelajari oleh warga belajar. Dari sinilah kemudian proses belajar mengajar dimulai dengan beberapa keilmuan untuk menciptakan sebuah produk. Adapun beberapa keilmuan yang harus dipelajari oleh warga belajar adalah sebagai berikut : Belajar anyaman dasar Anyaman adalah hasil dari menganyam yaitu mengatur bilah bambu atau bahan lain secara tindih menindih atau silang menyilang (Joko Santoso, 2010:6) Belajar tehnik menjahitMenjahit merupakan proses dalam menyatukan bagian-bagian kain yang telah digunting berdasarkan pola dengan benang (Tuti Siswanti, 2004:5) Belajar aneka kerajinan kain percaBerkreasi dengan kain perca adalah menyatukan lapisan-lapisan kain perca menjadi satu paduan yang unik dan indah. Keberagaman kain perca baik dari segi warna, corak, maupun bahan justru membuat satu kesatuan tekstur yang mempesona (E Kristin Siregar, 2009:6)BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 13 Belajar berkreasi dengan barang bekasDalam pemanfaatan barang bekas, kreativitas merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan nilai akhir dari suatu barang. Dengan daya kreativitas yang berbeda dari setiap orang sering kali menghasilkan benda baru dan bernilai lebih. Hal ini karena kreativitas merupakan sebuah kelebihan yang dimiliki oleh semua orang. Setiap orang mempunyai daya kreasi yang tidak terbatas yang membuat dia dapat bertahan di lingkungan yang terbatas (Sisdiati, 2010:9) Belajar ketrampilan wadah-wadah kreatifDisekitar kita masih banyak barang yang dapat didaur ulang. Dengan sedikit kreatifitas barang-barang tersebut dapat diwujudkan menjadi kerajinan dan hasta karya (Bagas Shinugi, 2009:6)setelah memahami pembelajaran teori yang cukup banyak memakan waktu dan ketlatenan barulah menginjak pada pembelajaran praktek.5. Tahap V Menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaranTutor membantu warga belajar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil belajar dengan cara memberikan test berupa soal cara membuat produk yang telah mereka buat beserta ukuran-ukuranya dari sinilah dapat dilihat keberhasilan proses belajar mengajar yang telah tutor laksanakan. Bentuk evaluasi ini sesuai dengan peningkatan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) Kemudian setelah dirasa cukup tutor menyampaikan sebuah apresiasi terhadap hasil belajar dan ditindaklanjuti dengan penyampaian pengetahuan tentang :BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 14 Kualitas produkkualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.(http://dedylondong.blogspot.com/2011/11/kualitas-produk.html)Warga belajar desa Sumberejo mulai menerapkan konsep mutu / kualitas pada produknya walaupun belum memiliki acuan standar yang dipergunakan. Tehnik pemasaranPemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar(http://fauzijonhar4.blogspot.com/2012/12/pengertian-pemasaran.html)Pengetahuan warga belajar tentang teknik pemasaran hasil pengelolaan limbah karpet didesa Sumberejo dibuktikan dengan kemajuan pengetahuan tentang metode pemasaran yang diawali dari metode sederhana berupa menjual hasil produknya dengan cara ditawarkan kepada tetangga dan lingkungan sekitar mereka. Peran koperasi untuk usaha kecil menengahMenurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut: BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 15a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.e. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar bangsa.Dalam hal ini warga belajar belum muncul keinginan menjadi anggota koperasi, dikarenakan dengan pertimbangan penghasilan yang masih belum menentu. Sehingga keterlibatan koperasi untuk untuk berperan menuntaskan warga belajar didesa Sumberejo masih dalam wacana.C. KENDALA YANG DIHADAPIHakikat pembelajaran keaksaraan berpusat pada masalah, minat dan kebutuhan warga belajar itu sendiri. Substansi materi belajarnya didasarkan pada kegiatan untuk membantu mereka dalam mengimplementasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 16belajar apa yang mereka ingin pelajari, sehingga usaha untuk membebaskan mereka dari buta aksarapun harus menemui kendala, antara lain :1. Proses pelaksanaanya membutuhkan cukup banyak waktu untuk memulaipersiapan pembelajaran.2. Keterbatasan pengetahuan mereka terhadap kompetisi usaha menjadikan cara berinovasi produknya lebih banyak menjiplak / mengcopi daripada menciptakan kreasi baru.3. Keterbatasan alat kerja yang dimiliki warga belajar untuk membuat produk, sehingga harus membuat produk secara konvensional.4. Persaingan harga produk diluar yang sangat ketat menjadikan keuntungan penjualan produk sangat minim.D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNGDalam pelaksanaan Keaksaraan Usaha Mandiri didesa Sumberejo banyak juga hal yang menjadikan faktor pendukung terlaksananya program pemberantasan buta aksara. Hal ini menjadi salah satu penunjang keberhasilan program tersebut didesa Sumberejo. Ada 3 faktor pendukung yang dimiliki, yaitu :1. Potensi LokalDi desa Sumberejo, yang merupakan desa perbatasan antara kabupaten Kendal dengan kabupaten kota Semarang dimana rata-rata penduduknya berprofesi sebagai petani, buruh pabrik dan buruh borongan. Keadaan geologinya yang datar dan jauh dari aktifitas perdagangan menjadikan desa ini banyak dilirik pengusaha besar untuk mendirikan pabrik-pabrik. Salah satu hal yang penulis sorot adalah keberadaan pabrik karpet yang hasil limbahnya belum terkelola BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 17secara intensif, padahal memiliki potensi ekonomi yang bagus karena dapat dibuat sebagai produk yang layak jual.2. Disain lokalSumberejo merupakan wilayah desa dengan taraf pendidikan rata-rata relatif rendah yang kebanyakan masyarakatnya lebih banyak waktu dirumah menjadikan salah satu alasan penulis untuk memunculkan ide-ide kreatif disela-sela waktu mereka sehingga nantinya dapat menstimulasi warga belajar untuk lebih bisa berkreasi mendesain produk-produk lain yang nantinya dapatmenjadi sebuah ciri desain lokal. Dari praktek keaksaraan usaha mandiri yang telah di laksanakan di desa Sumberejo, Warga belajar dapat menciptakan produk keset, lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone yang merupakan hasil bentuk kreatifitas dari warga belajar.3. Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah DesaSeperti halnya program-program pemerintah yang lainnya, tentunya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan tanpa adanya partisipasi dari masyarakat, baik warga belajar maupun pihak-pihak lain yang terkait. Terbukti pada saat sosialisasinya program keaksaraan usaha mandiri di desa Sumberejo, respon dari pemerintah desa, Tim Penggerak PKK desa sampai Dasa Wisma serta masyarakat cukup mendukung terlaksananya program tersebut. Dari sini dapat dilihat bahwa kepedulian dan kebersamaan merupakan salah satu factor pendukung yang dimiki desa Sumberejo.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 18E. RENCANA TINDAK LANJUTUntuk mengantisipasi perubahan eksternal dan dinamika hidup yang semakin hari tantanganya semakin besar, setiap warga belajar dituntut untuk selalu belajar secara mandiri agar mampu mengantisipasi jauh sebelumnya sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dalam mencapai masa depan yang lebih baik minimal dapat diwujudkan. Hal tersebut diharapkan akan mampu mengasah kemampuan warga belajar itu sendiri yang ditandai dengan terus meningkatnya keinginan untuk selalu berinovasi dan memperbaiki kwalitas produknya, karena individu yang selalu mau balajar merupakan prasyarat bagi terciptanya masa depan yang lebih baik. Dengan melihat kondisi warga belajar yang mayoritas warga miskin tentunya untuk membuka usaha secara instan tidak akan mampu untuk dilaksanakan. Rencana penulis akan menggandeng BKM Desa untuk mengadakan program pembinaan terhadap warga belajar yang berkeinginan membuka usaha melalui program-program yang digelontorkan PNPM Mandiri. Kedepanya setelah kemandirian warga belajar sudah menunjukkan peningkatan yang positif bukan tidak mungkin sebuah kelompok usaha dapat dibentuk.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 19BAB IIISIMPULAN DAN REKOMENDASIA. KESIMPULANBerdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :1. Adanya peningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) didesa Sumberejo yang berhubungan dengan limbah karpet. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan warga belajar ketika mengerjakan test evaluasi yang didalam test tersebut terdapat kompetensi membaca, menulis dan berhitung (calistung).2. Adanya pengetahuan teknik pemasaran hasil pengelolaan limbah karpet tersebut yang dapat mendatangkan rejeki. Hal ini dibuktikan dengan kemajuan pengetahuan tentang metode pemasaran yang diawali dari metode sederhana berupa menjual hasil produknya dengan cara ditawarkan kepada tetangga dan lingkungan sekitar mereka. 3. Adanya pengetahuan apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari pengelolaan karpet yang ada didesa Sumberejo. Hal ini ditunjukkan dengan varian produk yang tidak hanya satu macam saja, melainkan berbagai macam seperti keset, lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 20B. REKOMENDASIBeberapa hasil yang dipandang penting untuk dicermati dan menjadi rekomendasi berdasarkan hasil karya ini, adalah hal-hal sebagai berikut :1. Rekomendasi Bagi Pemerintah (Pengambil Kebijakan) Pemerintah memberikan rambu-rambu agar tujuan pembelajaran, bahan ajar, media dan strategi pembelajaran harus dikemas secara kreatif oleh tutor, pendamping dan penyelenggara program. Perlu dukungan dari pemerintah untuk memotivasi warga belajar secara langsung secara periodik melalui kegiatan monitoring ke lokasi pembelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah yang telah dilaksanakan di desa Sumberejo dapat dijadikan khasanah kekayaan dalam pendidikan keaksaraan. Model pembelajaran berbasis masalah cukup efektif mampu meningkatkan ketercapaian kompetensi keaksaraan usaha mandiri.2. Rekomendasi Bagi Praktisi Pendidikan Keaksaraan Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri memerlukan komitmen manajerial dari semua pihak terutama pengelola program, dan ditindaklanjuti dengan pengelolaan yang tepat dengan cara keterlibatan secara utuh baik pengelola maupun tutor. Peran praktisi pendidikan sebagai kunci, memerankan kedudukannya sebagai agen pembaharu dalam program pemberdayaan masyarakat khususnya pendidikan keaksaraan, sehingga diperlukan pemahaman teoritis dan praktis tentang pemberdayaan masyarakat.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 213. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut. Hasil karya ini baru dilaksanakan pada kelompok belajar Keaksaraan Usaha Mandiri didesa Sumberejo. Untuk menguji efektifitasnya, maka perlu dilakukan penelitian pada kelompok belajar yang dilaksanakan didaerah/wilayah lain.BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 22DAFTAR PUSTAKAUU No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknashttp://duniaparapelajar.wordpress.com/tag/pengertian-pencemaran-lingkungan/Trianto . 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta : Prestasi PustakaSantoso, Joko. 2010. Terampil Membuat Kerajinan Tangan. Solo : PT. Inti Prima AksaraSiswanti, Tuti. 2004. Tehnik Menjahit Pakaian Wanita Dan Anak. Semarang : Aneka IlmuSiregar, Kristin, E, 2009. Aneka Kerajinan Dari Kain Perca. Bandung : PT. Karya KitaSisdiati. 2010. Berkreasi Dengan Barang Bekas. Jakarta : CV. PamularsihShinugi, Bagas. 2009. Wadah-Wadah Kreatif. Jakarta : PT. Mediantara Semestahttp://dedylondong.blogspot.com/2011/11/kualitas-produk.htmlhttp://fauzijonhar4.blogspot.com/2012/12/pengertian-pemasaran.htmlUU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasianBUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 23PKBM MELATI Senin, 16 September 2013BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangPelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional merupakan penyempurnaan pendekatan bagi program pemberantasan buta aksara yang menitikberatkan pada proses dari, oleh dan untuk peserta didik dengan strategi pendidikan melalui diskusi, membaca, menulis, berhitung dan aksi. Keaksaraan fungsional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan membaca, menulis dan berhitung dengan harapan peserta didik dapat menggunakannya untuk pemecahan masalah dalam kehidupannya sehari-hari dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Keaksaraan fungsional juga merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis, membaca, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar peserta didik. Keaksaraan fungsional berpusat pada bagaimana cara masyarakat menggunakan keterampilan keaksarannya dalam kehidupan sehari-hari..Pada mulanya tidak mudah untuk menjalankan program ini. Sebab masyarakat pada umumnya merasa malu untuk belajar ataupun tidak berminat sama sekali untuk dapat melek huruf. Mau tidak mau, pihak PKBM Melati yang ada di wilayah kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi yang harus turun tangan langsung menyosialisasikan program ini. Beruntung, setelah sosialisasi dan pendekatan terhadap warga tidak sedikit masyarakat yang bergabung di PKBM Melati.Kebanyakan peserta orang dewasa yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.Ibu rumah tangga yang mengikuti program ini, murni atas dasar kemauan mereka sendiri. Bahkan ada yang telah berusia 60 tahun lebih, namun usia bukanlah menjadi kendala untuk mereka menimba ilmu. Mereka menyadari sangat krusialnya kemampuan baca tulis.Karena keterbatasan tersebut, acap kali mereka mengalami prilaku tidak menyenangkan.Mereka menyadari pentingnya dapat membaca sehingga mereka mempunyai rasa percaya diri kemanapun pergi dan dimanapun mereka tinggal tidak akan ada yang diperlakukan atau dibodohi oleh orang lain.Dengan membaca tentu banyak manfaat yang di dapat seperti yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1. Manfaat membacaDalam pelaksanaan kegiatan pembelajarann Keaksaraan di kelompok belajar PKBM Melati secara umum warga belajar dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok buta huruf murni dan kelompok yang sudah mengenal huruf.Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar terdapat kesesuaian antara materi pembelajaran dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan warga belajar.Selain fokus pada kegiatan pengenalan huruf .Kelompok yang buta aksara murni berasal dari masyarakat yang tidak menyeyam pendidikan sekolah dasar atau Warga Belajar yang DO di kelas satu SD.Menurut data yang ada di PKBM Melati lulusan keaksaraan fungsional tingkat dasar yang diselenggarakan oleh lembaga tersebut dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sebanyak 360 orang . Sekitar 40% dari mereka adalah buta aksara murni. Bagi anak sekolah kegiatan membaca, menulis, dan berhitung sudah jadi kerjaan sehari-hari.Tapi berbeda dengan pelajar dewasa.Mereka yang tidak mengenyam dunia pendidikan, tidak membutuhkan teori calistung seperti anak sekolah. Mereka ingin belajar calistung ketika itu bisa meningkatkan kualitas hidup dan berguna dalam kegiatannya sehari-hari.Selain memilih metode pembelajaran yang tepat tentu saja harus didukung oleh media / alat pembelajaran yang efektif guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.Tahun 2005 Priode Bulan Januari Juli 005 adalah tahun pertama penulis menjadi tutor keaksaraan dengan jumlah Warga Belajar sebanyak 20 orang warga belajar tempat pembelajaran di Kampung Cimenteng Desa Gunungguh , Tahun 2007 Priode Bulan Juli Desember 2007 menjadi tutor di kelompok Kujang 1 Kampung Legoknyenang Desa Cikujang, Tahun 2008 Priode Bulan Juli Desember 2008 menjadi tutor di kelompok belajar Bentang 3 Kampung Bojong Duren Desa Cibentang , Selama 4 kali jadi tutor penulis merasa banyak kekurangan dalam melaksanakan proses pembelajaran dan hasilnya kurang memuaskan karena masih ada Warga Belajar yang tidak hapal huruf ,atau tertukar mengucapkan huruf (huruf b dibaca d , huruf p dibaca b dan huruf yang lainnya ).Masah seperti ini terjadi pada warga belajar yang buta aksara murni.Tahun 2009 penulis menjadi tutor di kelompok Bentang 3 Kampung Bojong Duren Desa Cibentang dengan jumlah warga belajar sebanyak 10 orang ,terdiri dari ibu-ibu rumah tangga .Usia termuda 22 tahun bernama Tita Rosita dan usia tertua 59 tahun bernama Eros Ruhyati.Saat itulah penulis menggunakan media pembelajaran yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yaitu menggunakan huruf-huruf yang terbuat dari kain perca.Dalam tulisan karya nyata ini penggunaan dan pembuatan media pembelajaran dari kain perca ditujukan untuk warga belajar yang buta aksara murni.Banyak limbah kain perca yang ada di PKBM Melati sisa produksi , bahan sisa kain yang tidak terpakai menumpuk di gudang .Mereka bisa membuat huruf alphabet atau angka dengan cara menggunting dan menjahit. Sehingga selesai program pendidikan keaksaraan mereka dapat mengajarkan membaca pada anak atau cucu mereka dengan menggunakan hasil karya mereka sendiri. Selain menjadi guru di rumah mereka , lulusan keaksaraan fungsional dapat bekerja sebagai pemasang kancing baju seragam sekolah yang dikelola oleh PKBM Melati seperti pada contoh gambar 1.2 Gambar 1.2.Pemasangan kancing baju oleh lulusan KFHarga pemasangan kancing baju seragam sekolah Rp.500,- per baju, Rata-rata mereka dapat menyelesaian 30 40 buah baju sehari.Biasanya dikerjakan oleh lulusan KF dibawah usia 50 tahun.Materi pembelajaran Keaksaraan Fungsional disesuaikan dengan kondisi alam , kompetensi belajar dan kebutuhan belajar WB yang dibelajarkan.Kondisi alam lingkungan Kecamatan Gunungguruh adalah pegunungan , pekerjaan mereka 40 % sebagai petani , 15% peternak ( domba ,ikan ), 20 % buruh bangunan atau meubeulair , 10 % wirausaha home industry membuat makanan dan menjahit pakaian sedangkan 15 % lagi bekerja di pabrik.Warga Belajar KeaksaraanFungsional rata-rata perempuan yang sudah tidak produktif untuk bekerja di pabrik ,lulusan keaksaraan diarahkan untuk menjadi wirausaha home industry makanan ringan, peternak atau penjahit. seperti yang terlihat pada gambar 1.2

Gambar 1.3.Grafik Pekerjaan Masy Kec.GunungguruhPokok bahasan yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan belajar WB KF PKBM Melati yaitu : Kesadaran Berwarganegara, Kesehatan Lingkungan, Keamana Lingkungan, Makanan Sehat,Mengenal Mata Uang, dan Mengenal penyakit berbahaya Sebagai seorang tutormelaksanakan proses pembelajaran dalam tentunya harus ingat pada rambu-rambu Pendidikan Keaksaraan yaitu :1. Tutor perlu memperhatikan karakteristik, sifat-sifat atau kebiasaan/perilaku peserta didik/warga belajar2. Tutor harus dapat menghargai perbedaan pendapat diantara sesama peserta didik/wargabelajar atau antara pesertadidik/warga belajar dengan tutor3. Tutor diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa4. Dalam proses pembelajaran tutor harus memperhatikan :Buku Saku Tutor Pendidikan Keaksaraan Keaksaraan 8a. Konteks lokal yaitu mempertimbangkan minat dan kebutuhan peserta didik/warga belajar,latar belakang, sosial budaya,adat-istiadat, agama, kondisigeografis, termasuk masalahkesehatan, mata pencaharian,pekerjaan dan sebagainya.b. Desain lokal yaitu proses pembelajaran merupakan respon(tanggapan) minat dankebutuhan peserta didik/wargabelajar yang dirancang sesuaidengan situasi dan kondisi darimasing-masing kelompok belajar.c. Proses partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkanpeserta didik/warga belajarsecara aktif denganmemanfaatkan keterampiland. keaksaraan yang sudah dimilikinya

Dari sekian banyak rambu Pendidikan Keaksaraan yang perlu mendapat perhatikan adalah .rambu nomor 4 sesuai dengan buku saku tutor nomor 8b yaitu Desain lokal yang menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan respon(tanggapan) minat dankebutuhan peserta didik/wargabelajar yang dirancang sesuai dengan situasi dan kondisi darimasing-masing kelompok belajar.Peserta didik atau Warga Belajar Keaksaraan Fungsional adalah orang dewasa kita tahu bahwa orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)Menghadapi orang dewasa lebih sulit dibandingkan dengan menghadapai anak anak.Kita harus mencari metode dan media yang tepat untuk melaksanakan proses pembelajaran.Metode dan teknik pembelajaran memegang peranan penting dalam penyusanan strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar membelajarkan.Teknik dapat diartikan sebagai prosedur atau langkah pembelajaran sesuai dengan pengorganisasian warga belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran.Pembelajaran adalah upaya yang direncanakan dan dilaksanakan dengan pengorganisasian warga belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran.

1.2 .Masalah dan Tujuan Di PKBM Melati Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi sering terjadi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh beberapa tutor keaksaraan dalam melaksanakan proses pembelajaran.Hal ini ditunjukkan dengan adanya :1.Kurangnya minat warga belajar ke tempat pembelajaran2.Hasil belajar kurang memuaskan3.Tidak tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan4.Tertundanya beberapa kegiatan pembelajaran Tujuan yang akan diperoleh yaitu :1.Mengetahui deskripsi manfaat pembuatan huruf alphabet dari kain perca yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional. 2.Mengetahui penerapan media huruf dan angka dari kain perca terhadap warga belajar keaksaraan fungsional buta aksara murni.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas penulis akan memaparkan pengalaman mengatasi hal tersebut di atas melalui tulisan mengenai proses pembelajaran keaksaraan dengan membuat sendiri media / alat pembelajaran dari kain perca di kelompok belajar PKBM Melati Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi.Pengalaman pembelajaran keaksaraan fungsional tersebut dituangkan kedalam karya nyata dengan judul Pembuatan Huruf Alphabet Dari Kain Perca Efektif Menjadi Media Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Buta Aksara Murni di PKBM Melati Kabupaten Sukabumi

1.3.Strategi Pemecahan MasalahMenurut Napitupulu (1998:4) mengatakan keaksaraan didefinisikan secara luas sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan oleh semua.Lebih lanjut dikatakan bahwa keaksaraan merupakan keterampilan yang diperlukan padadirinya dan salah satu fondasi bagi keterampilan-keterampilan hidup yang lain.Keaksaraan adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis dan berhitung.Kegiatan pembelajaran keterampilan fungsional diarahkan pada pemberian keterampilan yang bersifat ekonomi produktif dan keterampilan sosial. Keterampilan fungsional menjadi tekanan pada kegiatan pendidikan keaksaraan fungsional karena sebagian besar warga belajar sasaran program penuntasan buta aksara adalah masyarakat miskin, sehingga secara ekonomi perlu diberdayakan. Bentuk pembelajaran keterampilan fungsional harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan warga belajar, serta bersifat fungsional seperti menjahit dan membuat kue.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan media pembelajaran.Pengertian Media Pembelajaran itu sendiri menurut Para Ahli- Media berasal dari kata Medium, yang berasal dari bahasa latin Medium yang berarti tengah atau sedang.Pengertian mediaini mengarah pada sesuatu yang menjadi penghantar untuk meneruskan suatu informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.Untuk mengajarkan calistung pada orang dewasa yang buta aksara murni tentu membutuhkan media yang dapat membuat kuat daya ingat WB dan tidak mudah lupa lagi pada huruf-huruf yang diajarkan.Calisung adalah singkatan dari membaca, menulis, dan berhitung. Calistung adalah tahapan dasar orang bisa mengenal huruf dan angka.Banyak pakar menganggap penting calistung untuk mempermudah komunikasi dalam bentuk bahasa tulis dan angka.Umumnya belajar calistung ini banyak disampaikan di pendidikan formal, yaitu sekolah.Fenomena muncul ketika ada masyarakat yang ternyata belum bisa mengenyam sekolah.Mereka tahu huruf-huruf dan angka tapi tidak bisa membaca.Mereka tahu uang tapi tidak bisa menghitungnya.Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu.Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yangpaling sesuai untuk pengalaman belajar.Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini:1. Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.2. Sebagai salah satu komponen yang saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.3. Mempercepat proses belajar.4. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.5. Mengkongkritkan yang abstrak sehingga dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

Alasan pemilihan strategi pemecahan masalah ( teoritis ) Menurut Y. Miarso : Media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa.Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalampembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap.Dalam memilihmedia pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada.Nana Sudjana menjelaskan beberapa kriteria dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran yaitu; (1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, (2) dukungannya terhadap isi bahan pelajaran, (3) kemudahan memperoleh media, (4) keterampilan guru menggunakannya, (5) tersedia waktu untuk menggunakannya, dan (6) sesuai dengan taraf pikir siswa(Sudjana, 2002).Dalam menggunakan media pembelajaran diperlukan komunikasi yang baik , agar semua pesan dapat tersampaikan. Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang artinya sama. Sama disini dimaksudkan adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2000:9). Menurut Goyer komunikasi adalah berbagai pengalaman, dapat diamati sebagai penelitian dimana respon penggerak dan penerima berhubungan secara sistematis untuk referensi stimulus (dalam Ardiyanto, 2007:19). Dalam pengertian ini komunikasi memberikan individu-individu untuk memahami dan merespon apa yang disampaikan, jika penyampaian dipahami dan dimengerti, maka komunikasi berjalan dengan baik dan sehat.

Deskripsi strategi pemecahan masalah yang dipilih Menghadapi orang dewasa yang buta aksara murni dalam mengajarkan membaca perlu pendekatan individual , memberikan motivasi agar mereka percaya diri dapat mengikuti pembelajaran.. Cara menumbuhkan kepercayaan inilah, tutor mencoba bukan hanya menggunakan metode ceramah saat mengajar, namun lebih tertantang untuk mengembangkan metode-metode baru dan menggunakan media pembelajaran yang berguna dalam penyampaian materi yang berhubungan dengan keperluan sehari hari . Pembuatan huruf alphabet dengan tujuan agar para ibu tidak bosan dan hanya mengangguk-angguk belaka setiap menerima materi , tetapi aktif ikut serta membuat alat peraga / media yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran. Metode yang digunakan untuk membaca yaitu Metode Abjad ( Method Alphabetic ), karena metode ini dianggap paling tepat digunakan dalam menyampaikan materi sehingga komunikasi dapat lancar dan semua pesan dapat tersampaikan .Bahasa yang digunakan dalam pembelajaran untuk buta aksara murni banyak menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa sunda. Untuk menghilangkan kejenuhan dan sifat verbalisme pada warga belajar keaksaraan buta aksara murni , warga belajar dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran terutama pada awal sampai pertengahan jadwal pembelajaran ( tiga bulan ) yaitu membuat huruf alphabet dari kain perca .Pola sudah disiapkan , warga belajar hanya tinggal menjahitkan saja dan mengisi ruang dengan limbah benang obras seperti pada gambar 1.4 Gambar 1.4.Huraf Alphabet dari kain perca yang dijahitUntuk usia di atas 50 tahun mereka hanya ditugaskan menggunting saja bentuk huruf dari kain perca tanpa harus dijahit.Hasilnya seperti yang terlihat dalam gambar 1.5Gambar 1.5.Huruf Alphabet dari Kain Perca tanpa dijahit

BAB IIPEMBAHASAN2.1.Metode dan Prosedur KerjaDalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, secara umum warga belajar dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok buta huruf murni dan kelompok yang sudah mengenal huruf.Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar terdapat kesesuaian antara materi pembelajaran dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan warga belajar.Selain fokus pada kegiatan pengenalan huruf.Metode pembelajaran membaca yang diimplementasikan pada pembelajaran KF kelompok Bentang 3 ini adalah Metode Abjad ( Alphabetic Method ).Metode pembelajaran tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kondisi warga belajar, kemampuan daya tangkap, dan latar belakang warga belajar.Ada dua kelompok belajar yang terpisah di dua desa tempat penelitian memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda. Pada kelompok belajar Melati 2 yang tempat pembelajarannya di Kampung Gunungguruh Rt 27/14 Desa Cikujang Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi , sebagian besar warga belajar sudah pernah belajar tetapi putus sekolah pada kelas 1, 2, 3 SD. Maka kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan multi metode karena mereka telah memiliki kemampuan mengenal huruf. Sedangkan di kelompok belajar Bentang 3 , sebanyak 40% warga belajar telah memiliki kemampuan awal, dan 60%nya termasuk buta aksara murni dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Jumlah Warga Belajar Dalam satu kelompokUntuk kelompok Melati 2 tutor yang mengajar di kelompok itu tidak mengalami kesulitan dalam mengajarkan membaca karena sebagian besar warga belajarnya sudah mempunyai kemampuan awal yaitu sudah mengenal huruf alphabet.Sedangkan untuk kelompok Bentang 3 , ketika pembelajaran sudah berlangsung 3 bulan warga belajarnya masih belum hapal huruf .Dan ketika diberi pekerjaan rumah untuk menuliskan huruf atau kata mereka menyuruh kepada anak atau cucunya.Dengan waktu yang tersisa 3 bulan lagi , maka tutor merasa perlu mencari media pembelajaran yang dapat membantu mereka dalam hal penghapalan huruf-huruf alphabet .Langkah langkah yang ditempuh dalam pembuatan media pembelajaran dari kain perca seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Langkah-langkah pembuatan huruf dari kain perca Huruf alphabet yang dibuat oleh warga belajar dipergunakan untuk proses pembelajaran membaca permulaan dengan mengenal huruf huruf.Adapun langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran dengan menggunakan Huruf alphabet dari kain perca adalah sebagai berikut :1.Tutor menyuruh WB mengambil hasil karyanya ( masing-masing diberi tugas yang berbeda )2.Tutor menyuruh WB untuk mengingat huruf yang dibuatnya sendiri3.Tutor menyuruh salah seorang WB menempelkan hasil karyanya di papan yang telah disiapkan.4.WB menyebutkan huruf yang ditempel oleh salah seorang WB bersama-sama ( contoh huruf A )5.Tutor menanyakan pada WB binatang apa yang dimulai dengan huruf A6.Tutor menuliskan di papan tulis setiap jawaban yang diucapka WB7.Tutor mengambil salah satu nama binatang ( contoh : AYAM )8.Tutor dan WB melakukan Tanya jawab tentang cara memelihara ayam yang sehat bagi lingkungan sekitar .9. Menanyakan berapa jumlah ayam yang dipelihara (pada WB yang memelihara ayam )10.Tutor menuliskan di papan tulis angka yang disebutkan oleh salah seorang WB.12.WB dan Tutor bertanya jawab yang berkaitan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan .Contoh soal :Ahmad memelihara ayam 10 mati 3 Berapa ayam Ahmad yang masih hidup ?13.Tutor menyuruh salah seorang WB menuliskan jawabnya di papan tulis14.Tutor meminta WB membuat kata AYAM huruf yang dipegangnya , maju ke depan secara bergantian menyusun huruf-huruf menjadi kata .15.Kegiatan tersebut berlangsung dengan menyusun kata yang lainnya ( APEL, ANI dan sebagainya )16. Tutor memnta WB membaca kata kata yang ada di papan tulis17 Tutor meminta WB menuliskan satu kata yang dipakai untuk tema pembelajaran hari itu sebanyak 45 kata ke samping dan 10 baris ke bawahContoh :AYAM AYAM AYAM AYAM AYAMAYAM AYAM AYAM AYAM AYAM dan seterusnya

Untuk lebih jelasnya langka-langkah pembelajaran membaca yang dilaksanakan di kelompok belajar Bentang 3 seperti ditunjukkan dalam gambar 2.3 Gambar 2.3.Langkah Kegiatan Pmbelajaran Menggunakan Metode Abjad

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalahstandar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitandengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapaikompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran padasatuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara KesatuanRepublik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan prosespembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaranuntuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didikdalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajibanmenyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsungsecara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didikuntuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisikserta psikologis peserta didik.RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kalipertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuanyang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.Komponen RPP adalah :1. Identitas mata pelajaranIdentitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlahpertemuan.2. Standar kompetensiStandar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didikyang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yangdiharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu matapelajaran.3. Kompetensi dasarKompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai pesertadidik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indicator kompetensi dalam suatu pelajaran.4. Indikator pencapaian kompetensiIndikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasiuntuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadiacuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi dirumuskandengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.5. Tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkandicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.6. Materi ajarMateri ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, danditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaiankompetensi.7. Alokasi waktuAlokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD danbeban belajar.8. Metode pembelajaranMetode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atauseperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajarandisesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik darisetiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap matapelajaran.9. Kegiatan pembelajarana. PendahuluanPendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuanpembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi danmemfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalamproses pembelajaran.b. IntiKegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatanpembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, sertamemberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandiriansesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis pesertadidik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proseseksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.c. PenutupPenutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitaspembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman ataukesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.10. Penilaian hasil belajarProsedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan denganindikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.11. Sumber belajarPenentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensidasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Tujuan dan manfaat pembuatan RPP yaitu; untuk memberikan landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator, memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek, karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap pengembangan individu warga belajar.Seperti yang tercantum di atas bahwa menurut Y. Miarso : Media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswaTidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalampembelajaran.Dalam pelaksanaan pembelajaran media menjadi alat bantu yang dapat membuat suanan pembelajan jadi menyenangkan, apalagi yang dihadapi adalah orang dewasa , bila dalam penyajian pembelajaran tidak menarik dapat berakibat warga belajar mengantuk atau menggangguk-angguk kepala .Oleh sebab itu dalam membuat RPP perlu memilih media yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar.Dan menurut pendapat Nana Sudjana ada beberapa kriteria dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran diantaranya yaitu; kemudahan memperoleh media.Karena tidak disiapkan dana khusus atau bantuan untuk pengadaan alat peraga/ media pembelajaran , maka dalam hal ini tutor dituntut untuk kreatif .Kain perca mudah di dapat di PKBM Melati dan dari para penjahit yang ada di lingkungan Pemanfaatan kain perca yang dijadikan bahan pembuatan alat peraga membaca di PKBM Melati sangat efektif dan tepat guna .Selain menjadi media pembelajaran juga dapat merangsang ide-ide warga belajar tentang pemanfaatan sampah / limbah yang tidak terpakai.Ditangan orang yang kreatif sampah menjadi sumber pendapatan karena memiliki nilai ekonomi.Mereka dibimbing tidak hanya dalam pemanfaatan kain perca untuk mentuk pembuatan huruf alphabet saja , tetapi untuk dibuat kerajinan tangan lainnya seperti pembuatan keset , taplak, lap , bunga untuk pajangan, dan masing banyak lagi jenis kerajinan tangan yang dapat dibuat dari kain perca.Kain perca ternyata bisa menjadi barang yang bernilai ekonomi , ide / gagasan dari beberapa warga keaksaraan fungsional muncul setelah melihat hasil karya orang lain yang memanfatkan kain perca , sehingga merekapun berinisiatif untuk membuat bros dari kain perca.Keaksaraan adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis dan berhitung.Kegiatan pembelajaran keterampilan fungsional diarahkan pada pemberian keterampilan yang bersifat ekonomi produktif dan keterampilan sosial.Seperti halnya pembuatan alat peraga dari kain perca , selain efektif untuk memudahkan pengenalan huruf dalam membaca, kain perca juga dapat dijadikan pokok bahasan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.Pokok Bahasan dipilih disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar seperti halnya di kelompok belajar Bentang 3 yang lingkungansekitarnya kumuh dan banyak sampah bertebaran, maka pokok bahasannya dipilih tentang kesehatan lingkungan. Maka dengan pemanfaatan kain perca sebagai media pembelajaran cocok diterapkan di kelompok belajar Bentang 3.

2.2.Hasil atau dampak yang dicapai dalam melaksanakan strategi yang dipilih

Penggunaan media huruf alphabet dari kain perca digunakan untuk warga belajar buta aksara murni.Merekamenjadi sadar bahwa lingkungan tempat mereka tinggal harus sehat. Sampah tidak dibuang begitu saja , tetapi sampah sebelum dibuang bisa dipisahkan dulu mana yang harus dimusnahkan dan mana yang dapat dimanfaatkan menjadi barang baru yang bernilai ekonomi.Dalam kegiatan pembelajaran mereka lebih aktif mengikuti proses pembelajaran , karena dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.Mereka merasa bangga karena hasil karya mereka dihargai dan dapat menjadi multi guna.Selain dipakai untuk media belajar sendiri dapat juga digunakan untuk mengajarkan membaca pada anak atau cucu mereka yang masih bersekolah di SD.Kebanggaan tersendiri bagi mereka karena dapat menjadi guru di keluarga mereka.Dengan keterampilan membaca dan menulis mereka tidak lagi membutuhkan orang lain ketika berurusan dengan pengisian data dari desa / kelurahan.Sebelum mengikuti pembelajaran Keaksaraan Fungsional calon warga belajar PKBM Melati diberi tes awal, dengan tujuan untuk pengelompokan WB KF dan untuk mengetahui kemampuan awal .Contoh format penilaian awal membaca untuk keaksaraan fungsional dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1Penilaian Awal Membaca Keaksaraan Fungsional

NoKeterampilan MembacaBisaKet

BMembaca

1Belum mengenal huruf

2Kenal huruf tetapi belum dapat merangkai huruf menjadi kata

3Membaca kata dengan dieja

4Membaca kalimat sederhana denganbenar

Penggunaan media huruf dari kain perca dapat memudahkan warga belajar mengingat huruf-huruf . Karena dibuat sendiri dan dapat dipajangkan sehingga tidak mudah lupa, sehari warga belajar diminta untuk membuat 1 atau 2 huruf yang berbeda.Khusus untuk warga belajar yang usianya di atas 44 tahun diminta hanya memasukkan limbah obras atau kapas ke dalam ruang huruf yang telah dijahit oleh tutor.Hasil pembelajaran yang dicapai dengan menggunakan media pembelajaran dari kain perca meningkat.Mereka lebih cepat mengenal huruf alphabetberbeda dengan hasil pembelajaran kelompok lain yang tidak menggunakan media pembelajaran huruf dari kain perca.Hasil karya mereka berupa huruf alphabet dari kain perca yang mengingatkan selalu bentuk-bentuk huruf alphabet .Dengan demikian mereka dapat merangkaikan huruf menjadi kata, dan merangkaikan kata menjadi kailmat . Penerapan media huruf alphabet dari kain perca dalam pembelajaran dapat mempermudah pengauatan daya ingat mereka terhadap huruf alphabet. Dari setiap huruf yang dikenalkan dapat dirangkai menjadi suku kata atau kata, Untuk mempermudah menyampaikan pesan dari kata-kata yang dikembangkan menjadi kalimat secara lisan , maka penulis menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa sunda sesuai dengan bahasa yang digunakan sehari hari oleh warga belajar.Setelah semua huruf alphabet dari kain perca dikenalkan dan semua warga belajar telah hafal, maka untuk lebih menarik minat baca huruf alphabet dirangkaikan menjadi suku kata / kata atau kalimat sederhana.Huruf alphabet dari kain perca dikembangkan menjadi suku kata/ kata dan kalimat sederhana di tulis dengan spidol warna terang agar terbaca jelas oleh warga belajar seperti terlihat pada gambar 2.4Gambar 2.4.Salah seorang WB KF Kelompok Belajar Bentang 3 sedang membacaSelain calistung warga belajar juga dituntut untuk trampil berkomunikasi dengan bahasa lisan , dengan menggunakan huruf alphabet dari kain perca warga belajar dapat mendeskrpisikan cara membuat keterampilan lain dari kain perca yang dapat menghasilkan nilai uang seperti membuat keset , alas panas atau lap . Mereka dapat diajak berhitung berapa kilo kain perca yang dibutuhkan untuk membuat satu keset , berapa modal yang dikeluarkan dan berapa keuntungannya.. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penggunaan media pembelajaran sangatlah penting untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Di bawah ini adalah hasil pengamatan dari dua kelompok pembelajaran yang ada di PKBM Melati Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi yaitu antara kelompok Bentang I dan kelompok belajar Bentang 3, Kedua kelompok berasal dari dua kelompok buta aksara murni :Tabel 2.2Hasil Pengamatan Membaca Kelompok Kujang 1 dan Bentang 3Nama KelompokWaktu yang diibutuhkan

HafalHuruf - huruf

Membaca suku kataMembaca kalimat pendek

Bentang 1( tidak menggunakan media huruf dari kain perca2-3 bulan24 x pertemuan5 bulan40 x pertemuan6 bulan 48 x pertemuan

Bentang 3( menggunakan media huruf dari kain perca1-2 bulan16 x pertemuan3 bulan24 x pertemuan4 bulan32 x pertemuan

Dampak baik bagi warga belajar dengan penggunaan media huruf alphabet dalam proses pembelajaran dapat menghilangkan verbalisme , semua huruf mudah untuk diingat , tidak mudah lupa, dapat digunakan untuk membimbing anak / cucu di rumah . Dampak baik bagi Tutor dengan adanya media huruf alphabet adalah untuk mempermudah membimbing warga belajar membaca Tahun 2009 salah satu Warga Belajar Keaksaraan Fungsional kelompok belajar dari PKBM Melati atas nama Eros Ruhyati terpilih menjadi Warga Belajar Berprestasi . Ternyata usia tidak menjadikan ukuran manusia untuk tidak semangat belajar. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya warga belajar berprestasi pada Pendidikan Keaksaraan Fungsional dari kelompok belajar Bentang 3 .Usia Ibu Eros Ruhyati saat menerima penghargaan berusia 63 tahun , ketika diwawancara oleh Televisi Sukabumi dapat menjawab pertanyaan dan membaca teks bacaan dengan baik seperti yang terlihat pada gambar 2.5Gambar 2.5 Ibu Eros Ruhyati di tes membaca kalimat sederhana2.3 Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih Kendala yang ditemukan pada pembuatan huruf dari kain perca adalah saat menjahitkan atau menyambung potongan kain perca. Faktor usia yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan ini. Karena rata rata mereka dari kalangan masyarakat miskin jadi walaupun seharusnya sudah memakai kacamata, sehingga mereka sulit untuk memasukan benang ke dalam jarum . Kelompok Belajar Bentang 3 berjumlah 10 orang , 8 orang usianya di atas 44 tahun sedangkan yang usia di bawah 44 tahun hanya 2 orang saja.Yang dapat melakukan kegiatan menjahit huruf dari kain perca berjumlah 6 orang , sedangkan 4 orang lainnya hanya memasukkan kapas/ limbah benang obras ke dalam jahitan huruf atau hanya menggunting pola huruf alphabet saja.

2.4. Faktor factor pendukung Faktor faktor pendukung dalam pembuatan media huruf alphabet dari kain perca diantaranya :1.Banyaknya kain perca yang tidak terpakai2.Kepedulian Instruktur Menjahit PKBM Melati3.Terdapat mesin jahit milik PKBM Melati4.Semangat belajar yang ada pada warga belajar.5.Adanya alat dan perlengkapan menjahit seperti gunting, meteran , benang dll

2.5.Tindak Lanjut Setelah berhasil dalam melaksanakan proses pembelajaran membaca dengan memenggunakan huruf yang terbuat dari kain perca, strategi pembelajaran ini di pakai untuk pembelajaran keaksaraan fungsional pada kelompok belajar priode selanjutnya. Selesai mengikuti pembelajaran Keaksaraan dasar dan mendapatkan SUKMA I , maka kelompok belajar ini diprogramkan mengikuti program Keaksaraan Usaha Mandiri , Karena dengan melanjutkan program KUM kualitas sumber daya manusia yang ada di lingkungan kecamatan Gunungguruh dapat meningkat, Selain peningkatan sumber daya manusia tentunya dibarengi dengan peningkatan ekonomi keluarga . Pada program keaksaraan usaha mandiri warga belajar diarahkan untuk menjadi wirausahawan ,dan setiap kelompok diberi dana keterampilan untuk dikembangkan. Untuk kelompok ibu-ibu yang usianya di atas 50 tahun usaha yang dikembangkan adalah membuat kue tradisional ranginang dan rangining, Omset penjualan cukup lumayan terutama dalam menghadapi hari hari besar keagamaan dan keperluan hajatan. Untuk Keaksaraan Tingkat Dasar sebelum mereka terjun belajar usaha home industry kelompok atau perorangan tentunya mereka perlu diajarkan dahulu cara menghitung laba rugi dan mencatatnya .Hasil produksi harus dikemas cantik dan menarik , oleh sebab itu untuk pengemasan dan pemasaran hasil produksi tetap dibantu oleh tutor PKBM Melati .Ketika mereka mengikuti Program Keaksaraan Usaha Mandiri mereka sudah siap usaha.Mereka dapat meminta bantuan ke PKBM Melati untuk pengemasan yang diberi hara dan lebel PKBM seperti gambar 2.6

2.6 .Ranginang yang sudah siap di

Sedangkan untuk ibu-ibu yang usianya di bawah 50 tahun dapat memilih usaha lainnya seperti menjahit baju seragam sekolah pembuatan log jamur tiram, menbuat aneka souvenir dan keterampilan usaha lainnya.PKBM Melati membantu mereka dalam hal promosi dan penjualannya, sehingga dapat menguntungkan kedua belah pihak .Usaha ini telah berlanjut cukup lama seusia dengan adanya program Keaksaraan Fungsional.Untuk pemasaran selain dipasarkan sendiri atau dititipkan di pasar / toko juga ikut serta pameran . PKBM Melati setiap tahunnya berpartisipasi pada acara Pameran dalam rangka memperingati Hari Aksara Internasional seperti gambar di bawah 2.7Gambar 2.7. Pameran Hasil Produksi PKBM Melati pada acara HAI tahun 2011 di Pelabuhan Ratu Sukabumi

Setelah lulus KF Tingkat Dasar , tutor membimbing dan memantau alumni lulusan KF Dasar bersedia datang ke Taman Bacaan yang ada di PKBM Melati, mereka dapat meminjam buku bacaan yang sesuai dengan keinginan mereka seperti tampak pada gambar 2.8

Gambar 2.8.Lulusan KF mengunjungi perpustakaan Fajar Insani

BAB IIISIMPULAN DAN REKOMENDASI3.1 SimpulanBerdasarkan pembahasan maka kesimpulannya adalah :1. Media pembelajaran merupakan salah satu alat peraga yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran. Apalagi alat / media pembelajaran tersebut di buat sendiri oleh warga belajar .Dengan mengerjakan sendiri pembuatan media / alat peraga tentu daya ingat warga belajar akan kuat, tidak seperti hanya mendengarkan atau melihat saja apa yang disampaikan oleh tutor.2. Pemanfaatan kain perca yang dijadikan bahan pembuatan alat peraga membaca di PKBM Melati sangat efektif dan tepat guna . Selain menjadi media pembelajaran juga dapat merangsang ide-ide warga belajar tentang pemanfaatan sampah / limbah yang tidak terpakai.Ditangan orang yang kreatif sampah menjadi sumber pendapatan karena memiliki nilai ekonomi. 3. Dampak baik dari media huruf alphabet dalam proses pembelajaran dapat menghilangkan verbalisme , semua huruf mudah untuk diingat , tidak mudah lupa, dapat digunakan untuk membimbing anak / cucu di rumah . Dampak baik bagi Tutor dengan adanya media huruf alphabet adalah untuk mempermudah membimbing warga belajar membaca

3.2.RekomendasiPembuatan huruf alphabet dari kain perca sangat efektif terhadap kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional di kelompok belajar PKBM Melati kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi.Dan dapat digunakan untuk media pembelajaran pada kelompok belajar keaksaraan fungsional yang buta aksara murni kelompok lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Winarto, ( 2003 ) , Perencanaan Pembelajaran . Jakarta : Departemen Pendidikan NasionalPurwanto,Ngalim (1990), Psykologi Pendidikan . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional( 2003 )Pedoman Penyelenggaraan Program Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional( 2004) Pedoman Penilaian Kemajuan dan Hasil Belajar Pendidikan Keaksaraan, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Tim Keaksaraan BP-PLSP Regional Jayagiri ,Panduan Pembelajaran Calistung Permulaan pada Pendidikan, Bandung :AlbamaPendidikan merupakan hak asasi setiap manusia. Hal ini seperti dituangkan pada amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan. Namun, karena berbagai kondisi sosial, ekonomi dan budaya amanat tersebut tidak dapat terlaksana. Terbukti dengan masih banyaknya penduduk yang buta aksara dan anak putus sekolah.Penduduk buta aksara yang berusia 15 tahun keatas pada tahun 2008 berjumlah 9.753.256 orang sekitar 64% diantaranya adalah perempuan. Dari jumlah tersebut sebahagian besar tinggal di pedesaan seperti petani kecil, buruh, nelayan dan kelompok miskin perkotaan yaitu buruh berpenghasilan rendah atau penggangguran. Mereka juga tertinggal dalam keterampilan, pengetahuan serta sikap mental pembaharuan dalam pemberdayaan.Untuk mengatasi permasalah buta aksara sejak tahun 1997/1998, pemerintah sudah menggerakkan program pemberantasan buta aksara yang untuk sekarang di sebut pendidikan keaksaraan fungsional. Dengan adanya program ini diharapakan dapat menurunkan angka buta aksara di Indonesia sehingga dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Berdasarkan sensus yang dilakukan BPS tahun 2010, Sumatera Utara mendapat urutan nomor 9 untuk penduduk buta aksara. Dan dari perbedaan jenis kelamin, 67% penduduk yang buta aksara adalah perempuan. Ada banyak alasan yang membuat perempuan menjadi penduduk yang dominan dalam buta aksara antara lain faktor budaya, sosial dan ekonomi.Tindakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan digalakkannya program pendidikan keaksaraan fungsional. Dimana diharapkan dari program tersebut, dapat mengurangi angka buta aksara di Indonesia dan juga dapat memfungsionalkan kembali masyarakat sehingga dapat mensejahterakan dirinya dan keluarganya.Setelah menyelesaikan pendidikan keaksaraan fungsional dan mendapatkan SUKMA, maka pendidikan lanjutan yang diberikan adalah keaksaraan usaha mandiri. Dimana pada pendidikan ini, warga belajar lebih diarahkan pada proses kemandirian dalam berwirausaha. PKBM Madya Insani telah menjalankan program keaksaraan fungsional sejak tahun 2007. Pada tahun 2010 yang lalu, program yang dijalankan adalah keaksaraan usaha mandiri. Pada proses pembelajaran, penulis sebagai tutor menerapkan metode demosntrasi pada pembelajaran KUM. Dimana warga belajar belajar dengan melihat langsung proses pembuatan sabun cair,karbol,minyak wnagi dan sabun crim tersebut.Pada perjalanan proses belajar mengajar, warga belajar juga diberikan pengetahuan mengenai bagaimana melakukan manajemen pemasaran dan pengelolaan keuangan. Sehingga di harapkan, ketika warga belajar telah mampu untuk berwirausaha sendiri mereka tidak kesulitan dalam melakukan manajemen.Dalam proses pendampingan, ada beberapa warga belajar yang membuka usaha home industry sabun cair. Pihak PKBM mendampingin dalam perintisan usahanya, membantu dalam manajemen pemasaran hingga pembuatan label produk. Hal ini dilakukan untuk memandirikan warga belajar sehingga mereka dapat memfungsionalkan dirinya.Pada tuliasan ini, penulis sebagai tutor juga memaparkan metode pembelajaran yang inovatif pada pendidikan keaksaraan usaha mandiri. Semoga dari pemaparan ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca.

KAJIAN LITERATUR

2.1 PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONALKeaksaraan secara sederhana diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Keaksaraan didefenisikan secara luas sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan untuk semua warga negara dan salah satu pondasai bagi penguasaan kecakapan kecakapan hidup yang lain. Sedangkan secara terminologi atau istilah fungsional dalam keaksaraan berkaitan erat dengan fungsi dan atau tujuan dilakukannya pembelajaran di dalam program pendidikan kesetaraan, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya benar-benar bermakna, bermanfaat, berfungsi atau fungsional bagi peningkatan mutu dan taraf hidup warga belajar dan masyarakatnya (Depdikbud, 1998). Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri merupakan kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan bagi warga belajar yang telah mengikuti dan atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar, melalui pembelajaran keterampilan usaha (kewirausahaan) yang dapat meningkatkan produktivitas warga belajar, baik secara perorangan maupun kelompok sehinggga diharapkan dapat memiliki mata pencaharian dan penghasilan dalam rangka peningkatan taraf hidupnya (Dikmas,2010).Adapun sasaran layanan program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri adalah warga belajar yang telah mengikuti dan atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar (pasca program pendidikan keaksaraan dasar) atau masyarakat yang berpendidikan keaksaraan rendah dan miskin.

2.2 WARGA BELAJARWarga belajar merupakan peserta didik dalam pelaksanaan program pendidikan keaksaraan yang karena sesuatu hal mereka tidak memperoleh pendidikan atau putus SD/MI pada kelas 1 3 (Depdikbud, 1998).

2.3 INOVASISudah banyak buku dan orang yang membahas tentang inovasi. Ada yang mengatakan bahwa inovasi berbeda dengan kreatifitas, mencakup lebih daripada sekedar perbaikan, mencari dan mengambil resiko yang besar, tentang gagasan besar dan perubahan radikal dari peraturan standar, membuang sistem lama, sesuatu yang memerlukan biaya besar dan pengertian-pengertian yang lain.Menurut Matthew E. May (Penasehat Senior Universitas Toyota) dalam bukunya berjudul THE ELEGANT SOLUTION-Rumus Sukses Toyota Menguasai Inovasi, mengatakan bahwa pendapat-pendapat di atas itu bersifat membatasi dan membuat orang biasa tidak bisa ikut berinovasi.Definisi terbaik tentang Inovasi adalah seperti yang dikatakan David Neeleman (Pendiri dan CEO JetBlue) yaitu Berupaya Mencari Cara Untuk Melakukan Sesuatu Dengan Lebih Baik Daripada Sebelumnya (Widianto, www.smart-businessman.com)

2.4 KEWIRAUSAHAANSeperti kita tahu kewirausahaan berasal dari kata dasar wirausaha dan wirausaha terdiri dari 2 kata yaitu, wira yang berarti kesatria, pahlawan, pejuang, unggul, gagah berani, sedangkan satu lagi adalah kata usaha yang berarti bekerja, melakukan sesuatu.Dengan demikian pengertian dari wirausaha ditinjau dari segi arti kata adalah orang tangguh yang melakukan sesuatu. Tetapi kalau definisi kewirausahaan yang lebih detail disini akan kita ambil dari beberapa sumber.Mengacu dari Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa:1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.Kewirausahaan atau dalam bahasa perancis disebut entrepreneurship dan kalau diterjemahkan secara harfiah punya pengertian sebagai perantara, diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal.Stoner, James: kewirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja dan modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lain (http://revolsirait.com/definisi-kewirausahaan)

2.5 METODE PEMBELAJAARANMetode Pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: Metode adalah cara yang digunakan oleh guru/peserta didik dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi (http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2116317-pengertian-metode-pembelajaran/#ixzz1LUAQwC4z).Dengan demikian dalam proses pembelajaran terdapat hubungan yang erat antara strategi dan metode. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Pada saat menetapkan strategi yang digunakan, guru harus cermat memilih dan menetapkan metode yang sesuai.

PEMBAHASAN

3.1 REKRUITMEN WARGA BELAJARRekruitment warga belajar di lakukan dengan beberapa cara yaitu, melibatkan tokoh setempat dan mapping data. Rekruitmen ini dilakukan Sebelum melaksanakan program belajar mengajar untuk pendidikan keaksaran Usaha Mandiri terlebih dahulu seorang tutor harus dapat mengidentifikasi warga belajarnya berdasarkan tingkat pemahaman Calistung, dan keterampilan. Hal ini untuk memudahkan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Peserta KUM yang sudah mendapat SUKMA awal harus diuji kembali,apakah mereka masih dapat membaca, menulis dan berhitung. Sehingga tutor dapat menyesuaikan jadwal pelajaran berdasarkan kemampuan warga belajarnya.Selain itu juga, harus dibuat surat pernyatan calon warga belajar. Hal ini untuk menghindarin ketidakdisiplinan warga belajar. Sehingga, tidak ada kata pemaksanaan dalam proses pembelajaran. Walaupun warga belajar sudah membuat surat pernyataan bersedia untuk mengikuti program KUM secara aktif, namun tetap saja masih ada warga belajar yang membandel dan tidak disiplin.

3.2 METODE PEMBELAJARAN3.2.1 Metode DemonstrasiMetode pembelajaran yang diterapkan adalah metode demostrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Peragaan yang dilakukan adalah proses pembuatan sabun cair, karbol, minyak wangi dan sabun crim. Metode ini digunakan pada pembelajaran KUM dengan asumsi bahwa, warga belajar akan lebih mudah untuk memahami dan gampang diingat karena warga belajar dapat melihat langsung bagaimana proses pembuatannya.Dan pada akhirnya, metode ini lebih disukai dan warga belajar dapat dengan mudah untuk mengingat nama-nama bahan,bagaimana mencapurnya dan lainn