bahan materi filsafat

  • Upload
    isya

  • View
    37

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ilmu

Citation preview

lmu Barat Sekuler pra dan pasca-Tarnas

Resume ini mencoba untuk mengungkapkanpandangan-pandangan kritis terhadap sains moderndariRichard TarnasdanHerman Soewardi, yangmelukiskan bahwa Sains Modern yang mainstream nya barat sentris, memliki sisi-sisi kelemahan,dan kenyataannya tidak mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan yang fundamental, maka diperlukanmainstreambaru yang lebih baik dan benar.

Albert Einsten, pernah berkata, bahwa dalam peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan menjegal. Dalam perdamaian dia membuat kita dikejar waktudan tak menentu. Mengapa ilmu yang indah ini, yang membuathidup kita lebih mudah hanya membawa kebahagian yang sedikit sekali kepada kita

Kemajuan ilmu yang pesat tetap tidak bisa menerangkan apa yang disebutmateri, energidanether.Sebuah kenyataan bahwa ilmu Barat tidak mampu memecahkan masalah-masalah yang fundamental. Misalnya tentang getaran cahaya, tentang sejumlah penyakit (kanker, diabetes, alergi, asma, ginjal, aids, dll), tentang resistensi terhadap jasad renik dan terhadap insekta.

Ilmu Barat awalnya dimaksudkan untuk menundukkan alam (kenikmatan hidup manusia), namun kini berubah menjadipemerkosaan alam, termasuk pula pembelahan (fission) nuklir yang disertai timbulnya radioaktifitas yang menyeluruh. Maka sebenarnya tidak ada kekuatanself correctingdidalam ilmu Barat itu sendiri, yang ada justruinconsistencyantar disiplin ilmu. Dan yang terjadi adalah kebingungan mana yang benar dan yang salah, maka inilah kelemahan fundamental ilmu Barat.

Ada satu masalah lagi seputar ilmu Barat ini, yaitu Benarkah ilmu Barat itu, seperti yang dikemukakan oleh Max Weber, NETRAL ? dalam artian kenetralan ilmu itu mutlak diperlukan?.Ilmu dan logika harus jauh-jauh disingkirkan dari etika. Doktrin Weber itu adalahkenetralan etisartinya bahwa jika etika ikut campur dalam ilmu, maka ia tidak akan sampai pada sebab akibat yang jitu. Sebab akibat mengikuti hukum inferensi (implikasi) dan menurut hukum itu, bila sebabnya X, maka implikasinya harus Y. Menurut pandangan Weber, dengan turut campurnya etika, maka sebab nya itu bukan X dan akibatnya itu menjadi bukan Y.

Para antropolog menyatakan bahwa tidak ada ilmu yang etis netral, tetapi semua ilmu itu dimuati oleh etika (value laden). Maka semua cara pendekatan adalah dimuati oleh suatu etika tertentu.

Kelemahan ilmu Barat itu terletak pada segi epistemologisnya yang keliru, sains itu berfungsi sebagai explanatory (menjelaskan), sedangkan normatif berfungsi menetapkan mana yang benar dan yang salah. Maka keduanya tidak bisa campur, karena merupakan dunia yang sama sekali berbeda. Kausal sifatnya tidak normatif, sedangkan yang normatif itu bukan sebab akibat, pandangan ini sangat keliru !. Menurut Herman, normatif itu dari Allah SWT yaitu nomotetik (kausal) yang paling benar.

Kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk menemukan sebab akibat itu dengan akal, yaitu;

1. Wahyu (Al-Quran dan Hadits yang dituangkan dalam bentk nas-nas) adalah premis-premis bagi sains empirikal.

2. Wahyu-wahyu inilah yang memandu inferensi kearah mana premis-prmis itu dideduksi.

3. Hasil deduksi, setelah diverifikasi (berdasarkan pada data-data empirikal) perlu divalidasi kembali oleh nas-nas Al-Quran dan Hadits.

Hal tersebut dapat kita uraikan sebagai berikut :

Premis, yaitu pemula pemikiran, artinya suatu kebenaran yang terhadapnya kita tidak syak lagi akan kebenarannya. Arah pengembangan, yaitu upaya mendeduksi premis-premis itu. Kita menyatakan bahwa semua proposisi memberkan implikasi pada proposisi yang lain. Validasi, yaitu didasarkan pada wahyu.

Dalam konteks pemenuhan kebutuhan misalnya, kita mengenal istilah3R, yaituResah, RenggutdanRusak. Resah untuk dirinya sendiri, Renggut bagi orang lain dan Rusak bagi alam semesta.

Tarnas The Crisis of Modern Science

Tahun 1933, Tarnas menulis buku dengan judul The Passion of the Western Mind , yang dalam buku tersebut ada satu bab yang menarik perhatian publik, dengan judul The Crisis of Modern Science . Buku tersebut memperinci kesalahan-kesalahan ilmu Barat sekuler, yaitu :

1. Postulat dasar ilmu Barat adalah space, matter, causality dan observation, ternyata semuanya salah.

2. Dianutnya pendapat Kant bahwa orang yang mengatakan jagat raya bukan jagat raya yang sebenarnya, tapi jagat raya yang diciotakan oleh manusia.

3. Deterministik Newton kehilangan dasar, maka orang mulai dengan stochastic.

4. Partikel-partikel sub atomik terbukau untuk interpretasi spiritual.

5. Prinsip uncertainty sebagaimana yang ditemukan oleh Heinsberg.

6. Kerusakan ekologi dan atmosfir yang menyeluruh yang disebutnya planetary ecological crisis.

Kesalahan-kesalahan pada postulat dasar, adalah :

1. Tentang space atau jagat raya. Pandangan yang sekarang berlaku adalah bahwa space itu terbatas (finite), tapi lepas; bentuknya lengkung/tidak linier, sehingga garis edar/orbit benda-benda angkasa berbentuk elips, bukan karena tertarik oleh gaya gravitasi ke matahari, tapi memamng bentuknya lengkung. Kemudian kini berlaku empat dimensi space time, bukan hanya tiga seperti pada Eucledian geometry.

2. Tentang matter atau materi. Baik Democritus maupun Newton memandang materi itu solid, tapi ternyata itu kosong. Mekanika kuantum membuktikannya.

3. Causality ternyata terlalu simplistik. Kini ditemukan bahwa partikel-partikel saling mempengaruhi hubungan kausality diantara mereka.

4. Dengan ditemukannya prinsip uncertainty oleh Heinsberg, ternyata observasi terhadap elektron hanya dapat dilakukan kepada salahsatu posisi atau kecepatannya. Selain itu observer tidak bisa mengobservasi objeknya tanpa merusak objeknya itu.

Maka, kata Tarnas, pikiran modern kini terpaksa harus mereevaluasi sains secara sepenuh hati.

Runtuhnya kepercayaan kepada sains modern (Barat).

Dari empat kesalahan pada postulat dasarnya, masalah observasi merpakan masalah yang harus dipecahkan untuk kelanjutan sains dari ilmu modern, karena observasi adalah landasan bagi timbulnya pengetahuan. Ini pandangan Empirikal, atau pandangan Aristoteles, dengan landasannya categories. Maka bila observasi tidak absah, pengetahuan yang diperoleh pun tidak absah. Jadi menurut Herman, ilmu empirikal (dengan observasi/penginderaan sebagai landasannya) secara apriori salah, karena tidak ada kepastian bahwa fenomena yang sudah disaring itu akan memberikan hasil yang dapat dipercaya. Singkat kata, biang kerok dari ini semua terletak pada paradigma yang dianut, bukan cara mengobservasinya.

Masalah terpelik daripada ilmu sekarang ini adalah bahwa ilmu sudah kehilangan kepastian. Pertama bahwa postulat-postulat dasar dalam ilmu modern klasikal terbukti keliru. Karena itu orang modern sekarang terpaku untuk merenungkan kembali kepercayaannya terhadap rasionalitas Yunani (Greece), yaitu Logos/Reason. Artinya kebenaran sains sama sekali tidak mutlak juga tidak objektif dan kini terbebas dari segala dasar yang solid.

Pengetahuan sekarang dianggap relatif, pengetahuan yang diberikan oleh sains secara relatif tergantung kepada observer, kepada konteks fisiknya, kepada paradigma sebelumnya dan asumsi-asumsi teoritis yang menjadi pegangannya. Hal tersebut dipengaruhi oleh kultur, sisitem kepercayaan, oleh konteks sosialnya dan presisposisi psiokologisnya. Kemudian kebenarannya segera dapat dinyatakan salah pada setiap langkah dengan timbulnya bukti baru yang bertentangan. Misalnya tentang teori evolusi Darwin yang kini banyak mendapat tekanan dari data-data yang bertentangan dan teori-teori alternatif.

Skeptisisme sains modern.

Skeptisisme merupakan sifat dasar dari ilmu Barat dan sammpai sekarang itu tetap ada, karena paham barat tidak mempercayai apapun sebagai kebenaran. Karena itu sekeptisisme hanya dikuatkan atau dilumerkan.

Dampak-dampak sains Barat

Dampak buruk sains Barat tampak dimana-mana pada alam, pada masyarakat manusia dan pada manusia itu sendiri, yang oleh Tarnas disebut planetory ecological crisis, pengobatan penyakit-penyakit, penurunan laju kematian, dan teknologi produksi pangan yang menjadi canggih ternyata menibulkan kelebihan penduduk diseluruh dunia. Budaya ilmiah juga menimbulkan stres terhadap jalinan sosial, timbuknya kepunahan rasa kemanusiaan dibawa ke arah kerusakan oleh kejeniusannya sendiri.

Apa itu ilmu ?

Ilmu adalah suatu bentuk ciptaan Tuhan. Orang tidak menciptakan ilmu, mengungkapkan ilmu, atau mencari ilmu.

Dalam filsafat ilmu, sains atau ilmu dibagi dalam tiga bagian, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi adalah segala sesuatu yang bertalian dengan terbentuknya ilmu, epistemologi berkaitan dengan makna ilmu, yaitu tentang seluk beluk ilmu itu sendiri, apap kemampuannya dan apa keterbatasannya. Aksiologi adalah segi gunalaksana dari ilmu, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

Ilmu sangat erat dengan kebenaan. Kita percaya bahwa kebenaran mutlak diwahyukan Tuhan kepada manusia, sedangkan kebenaran yang dicapai itu sifatnya relatif. Kebenaran relatif ini terdir dari filsafat yang bersifat spekulatif dan sains yang bersifat positif.

Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia menyembah Tuhan (QS:Adz-Dzariah : 56). Manusia diciptakan Tuhan dengan nalar yang kreatif. Dalam Al-Quran dikisahkan sebuah kompetisi antara para malaikat dengan Adam. Ada mampu menunjukkan sifat-sifat banyak hal, sedangkan malaikat tidak (QS:Al-Baqarah : 30).

Dalam sains (yang tidak mendasarkan diri pada Tuhan), keberadaan sains ditetapkan dengan empat dasar asumsi ilmu, yaitu

1. Bahwa dunia ini ada

2. Kita bisa mengetahui dunia

3. Kita mengetahui dunia melalui pancra indera

4. Phenomena-phenomena terkait secara kausal

Namun bagi kita sebagai orang beragama, kita cukup berpaling kepada Al-quran, yaitu;

1. Bahwa dunia itu ada : Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada dibumi untukmu. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi semuanya (sebagai suatu Rahmat) daripada-Nya.

2. Kita dapat mengeahui dunia,(QS : Al-Baqarah : 30)

3. Kita mengetahui dunia melalui pancaindera (QS : Al-Araf : 179)

4. Phenomena-phenomena terkait secara kausal (QS : Ar-Rad : 11), yang merupakan kausalitas

Tuhan memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam semesta (QS:Al-Imran:190-191) dan QS:Al-Ghasiyah:17-20).

Mengetahui merupakan kebahagiaan dan kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan sebagai rahmat kepada manusia. Manusia mengetahui melalui alat yang disebut rasio/akal dan kalbu/rasa.

Kemampuan rasio terletak pada membedakan/menyamakan dan menggolongkan, serta menyatakan secara kuantitatif dan kualitatif tentang hubungan-hubungan dan mendeduksinya, juga menginduksinya

Kemampuan rasa terletak pada kreatifitas yang merupakan kegaiban, karena itu langsung berhubungan dengan Tuhan. Kreatifitas inilah yang merupakan pemula disegala bidang, nalar, ilmu, etika dan estetika.

The Knower, knowing, knowledge

The Knower

Secara analitik, kemampuan untuk mengetahui itu dapat diuraikan sebagai berikut;

1.Kognitif, kemampuan untuk mengetahui (lebih dalam dari mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang diketahui itu, landasannya adalah rasio/akal.

2.Afektif,kemampuan untuk merasakan tentang yang diketahuinya, yaitu rasa dan estetika. Afeksi sudah tidak netral lagi, karena keduanya merupakan kontinum dengan ujungnya bersifat poler (cinta-benci, indah-buruk).

3.Konatif,kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan itu. Konasi adalah will /karsa (kemauan, hasrat, keinginan) yaitu daya dorong untuk mencapai/menjauhi segala apa yang didiktekan oleh rasa.

Satu lagi sifat manusia sebagai The Knower adalah kesadaran manusia yang merupakan dasar yang lebih dalam bagi dapat berfungsinya ketiga kemampuan diatas.

Kesadaran berdasarkan pandangan para pakar ;

1.Freud; oleh Martindale (1960) digolongkan sebagai irrational idealisme mengikuti Schopenhauer dan Nietzsche, yang berpandangan bahwa lebih dasar dari rasionalitas manusia itu adalah emosi dan naluri.

2.Marx, menyatakan bahwa kelaslah yang memberi bentuk kesadaran manusia. Ada dua kelas menurut Marx, yaitu memeras dan yang diperas.

3.James,menentang pandangan bahwa kesadaran merupakan suatu kesatuan/entity. Pikiran/thoughts timbul atau dibuat dari objek-objek material yang benar-benar ada, tapi tidak ada satu original being yang sama seperti objek-objek itu yang menimbulkan pikira tersebut.

4.Al-Ghazali,menafsirkan Al-Quran dan melihatnya bahwa kesadaran itu bertingkat-tingkat, dari tingkat terendah hingga tertinggi, yang terendah adalah kesadaran inderawi (menipu/bertalian dengan hawa nafsu amarah), tingkat kedua yaitu kesadaran akali yang mengoreksi kesadran inderawi (berkaitan dengan nafsu lawwamah,masih bisa menipu dalam maslah moral), dan terakhir adalah kesadaran tertinggi yaitu kesadaran ruhani yang tidak bisa berbohong (bertalian dengan nafsu mutmainah).

5.Fazlur Rahman, menafsirkan Al-quran dan berbeda dengan Al-Ghazali, ia sampai pada kesimpulan yang lain. Bagi Fazlur, ucapan seperti al-nafs al-mutmainah dan al-nafs al-lawwamah (jiwa yang merasa puas dan jiwa yang mengutuk) sebaiknya kita pahami sebagai keadaan-keadaan, aspek-aspek, watak-watak, atau kecenderungan-kecenderungan dari pribadi manusia.

Knowing/nalar/berpikir.

Kesadaran adalah landasan untuk nalar / berpikir. Berpikir tentang experience disebut berpikir empirikal, berpikir tentang dunia gaib disebut berpikir transedental, yang diperoleh melalui pemberitaan/wahyu disebut divine revelation, yang menyangkut kedua-duanya adalah empirikal dan transedental.

Logika, matematika dan statistika.

Ketiganya merupakan media nalar dan sekaligus untuk mengkomunikasikannya, ia mempunyai patokan/rules, menggunakan tanda-tanda/sinyal yang diberi definisi yang ketat. Deduksi adalah rules bagi logika dan matematika, dan induksi adalah rules bagi statistika. Deduksi disebut juga inference. Logika maupun matematika berbentuk form sebagai wadah bagi berbagai content/isi. Rules berlaku untuk form dan kebenarannya adalah kebenaran form. Kebenaran/keberadaan isi tergantung dari premis-premis. Karena itu adalah kosong (form without content is empty).

Peristilahan dalam logika

1. Propositional calculus ; cabang logika yang paling dasar/elementer, dan dasar bagi yang lain, untuk memberikan presisi pada kalimat-kaimat, kata penghubung/connectives ; dan, atau, bila, maka, dll.

2. Sistem logistik/ kalkulus ; bagian yang murni dari bahasa yang diformalkan, merupakan abstraksi dari setiap pengertian/interpretasi.

3. Catagorocal proposition

Affirmatif ; all S is P

Negative ; no S is not P

Universal ; some S is P

Particular ; some S is not P

4. Apposition, immediate inference ; contradictory, contrary, sub contrary, subalterm.

5. Categorical sylogisme.

Beberapa hal tentang matematika

1. Geometrika euclidian ; axiomatika

2. Geometrika non-euclidian ; postulat yang diubah memberikan teorema yang lain.

3. Teorema goedel ; bila patokan/game/matematika itu benar-benar konsisten, kenyataan konsisten itu tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan permainan/game itu sendiri.

Beberapa hal tentang induksi (statistika)

1. Pengertian ; a passage from individuals to universals

Summative ; complete, conclusive argument

Ampliatise ; incomplete, from the known to the unknown

2. Tempatnya dalam sains ; testingnya hypothesis adalah dengan induksi.

Knowlegde

Berhubungan dengan kepercayaan ; reliabilitas dan soliditas dari dunia eksternal yang kita ketahui melalui sense perception, pertaliannya dengan ingatan/memory dan pengenalan dengan objek.

Masalah-masalah

1. Tentang eksternal word ; berkisar pada apa yang diketahui/knowability dalam rangka pengujian hipotesis.

2. Persepsi dan memori ; merupakan warisan dari empiris

3. Analisis bahasa ; masalah antara objek material dengan kata yang bertalian dengan objek material itu.

4. Komunikasi ; apa yang sebenarnya dikomunikasikan, pengetahuan atau pengalaman ?

Apa yang diajarkan Allah SWT kepada manusia ?

Telaah sejarah secara sepintas dalam pengembangan filsafat dan sains ;

1. Periode Yunani kuno

2. Periode Muslim

3. Periode Barat sekuler,

maka kita dapat mengetahui, bahwa ;

1. Yunani adalah timbulnya benih untuk nalar

2. Muslim adalahyang benar

3. Barat sekuler adalah yang salah

Al-Quran surat Al-Alaq :

Ayat 4 : yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam

Ayat 5 : Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Artinya, untuk mengajar, supaya menyerap, orang harus tahu yang benar dan salah.

Rasio dan Rasa

Tuhan menciptakan dua alat pada manusia, yaitu Rasio dan Rasa

Ilmu Nomoteikal

Yaitu ilmu rasio yang berlandaskan pada hukum-hukum sebab akibat, segala sesuatu memerlukan penyebab agar maujud, ada asap pasti ada apinya.

Sunnatullah atau disebut juga hukum kausalitas, nampak pada QS: Al-Fushilat : 11

kemudian dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi ; datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan sukahati atau terpaksa, keduanya menjawab kami datang dengan sukahati

Dunia Rasa

Idealisme Irrasional; tidak memandang dunia melalui kemampuan rasional, tetapi melalui keinginan, sebagai landasan untuk menerangkan seperti apa wujud dunia ini.

Etika dan hukum

Etika ;membahas tentang baik/good, buruk/bad, seyogyanya/ought, benar/right, dan salah/wrong. Yang paling menonjol adalah tentang baik/good dan teori tentang kewajiban/obligation, keduanya bertalian dengan hati dan bernaung dibawah filsafat moral.

Hukum; berlandaskan pada moral. Moral harus dijadikan hukum dengan mengundangkannya. Dala Islam terjalin erat antar etika/moral, agama dan hukum. Namun hal itu tidak terjalin di negara-negara sekuler.

Kesimpulan Akhir

Dalam ilmu sejarah, barat memandang perjalanan sejarah dunia berlandaskan pada paradigma mereka, sedangkan di timur, merekapun memandang, bahwa barat banyak mengadopsi paradigma timur. Adapun Allah SWT "Dia mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya" Al-Alaq : 5. Bagaimana rasio ilmu manusia terhadap ilmu Allah.

Evolusi di dunia itu ada dan itu adalah qudrat yaitu pergerakan dari simpel ke kompleks dan gerak itu selalu diayomi oleh Allah. Hal ini dibuktikan dengan diturunkannya para Nabi sebagai pengayom yang meluruskan kehidupan manusia di tiap periode. Puncak pengayoman adalah lahirnya Nabi Muhammad SAW dan kitab Al-Qur'an, untuk mengayomi manusia modern.

Ilmu alamiah bersifat; phenomena dapat konseptualisasikan dengan tegas, pengukuran konsep dapat rasional atau mutlak, sistem komputasi menggunakan statistik para metrik. Adapun ilmu sosial bersifat; phenomena konsep bersifat overlapping, skala pengukuran nominal (A beda dengan B atau biru, putih, hijau), ordinal (A lebih besar dari B), interval (berbeda berskala).

Tujuan fungsi Al-Qur'an; Nur Mubin (cahaya pembimbing, 4 : 17-40, Hudan (penyuluh/petunjuk), Shyifa (obat), Rohmah (rahmat), Ma'idzoh (nasehat, 10 : 57), Basyir (berita, pesan), Nadzir (peringatan, 41 : 3-4).

Prestasi Nabi Muhammad; kecil sebagai yatim, ia hidup prihatin dan jadi penggembala maka berjiwa sayang lingkungan, muda menjadi pengusaha sukses, kenal dengan konglomerat dan tokoh kabilah, menjadi penengah pertikaian politik antara suku Quraisy saat membangun Ka'bah, berhasil membangun Negara Madinah.

Golongan Jabariah, memandang bahwa manusia tidak berdaya karena dosa ada di tangan Tuhan, adapun Mu'tazillah menundukkan hukum naqli kepada hukum akal, karena alam dapat dipahami oleh akal manusia.

Kelahiran faham freedom (kebebasan) dituntut kekuatan psikis yang memerlukan "nerving" (pembarnian), yang melahirkan "new scurity" yaitu sukses dalam pengumpulan harta merupakan keterpilihan, pengejaran harta merupakan perintah agama (berkembang di Eropa).

Abad filsafat (abad 17) dan sains modern, Descartes memulai dengan pola pemikiran dedukatif dan Francis Bacon memulai dengan pemikiran induktif.

Kemajuan Eropa meningkat (abad 18) pada abadenlightenment(pencerahan) yaitu untuk mencapai efektifitas pemikiran maka kukungan gereja sekalipun harus terlepas. Bidang eknomi, Adam Smith berpandangan bahwa kebangkitan ekonomi harus dilecit oleh self-interest.

Abad 19 berkembang utilitarianisme (hedonisme) dimana dikatakan Marshall "the Good (moral) is resistance to pleasure" atau moral itu penghalang untuk tercapainya kenikmatan, lalu "variety is the spice of life" bahwa kebutuhan orang itu tidak ada batasnya. Ekonomi modern menjadi "wants" yaitu berbagai keinginan dan bukan "needs" atau kebutuhan.....

.

*) resume bukuNALAR:KONTEMPLASI dan REALITA, karanganProf. Herman Soewardi