15
VULNERALIBILITY AND COPING MECHANISM Disajikan oleh: Tim Peneliti Provinsi Aceh Elly Sufriadi Ida Ruwaida Noer Kurniawati Iskandar M. Nurun Najib Kholilullah Pasaribu Asrizal Luthfi

Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

VULNERALIBILITY AND COPING MECHANISM

Disajikan oleh: Tim Peneliti Provinsi Aceh

Elly Sufriadi Ida Ruwaida Noer Kurniawati Iskandar M. Nurun Najib Kholilullah Pasaribu Asrizal Luthfi

Page 2: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Gambaran Umum Sumber Kerentanan di Aceh

Bencana Alam

Sumber: BPS Aceh Tahun 2007

Banjir

Elemen berisiko yang rentan ketika terjadi banjir adalah lahan pertanian, peternakan, perdagangan dan jasa di 22 kabupaten/kota di Aceh, kecuali Kabupaten Simeulu. Kabupaten/kota yang memiliki risiko tinggi adalah Aceh Utara, Lhokseumawe, Tamiang, Aceh Besar, Bireuen dan Nagan Raya.

Daerah kabupaten/kota yang memiliki risiko rendah terjadinya banjir adalah Sabang, Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Subulussalam, Singkil, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Langsa.

Sumber kerentanan bencana banjir ini berasal dari pembalakan liar(illegal logging) di kawasan daerah aliran sungai (DAS) , pendangkalan sungai, rusak atau tersumbatnya saluran drainase, dan terjadinya perubahan fungsi lahan tanpa sistem tatakelola yang baik yang memperhatikan kapasitas DAS dalam menampung air.

Page 3: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Gambaran Umum Sumber Kerentanan di Aceh

Bencana Alam

Sumber: BPS Aceh Tahun 2007

Kekeringan

Bencana kekeringan merupakan bencana yang sering dialami penduduk di wilayah Aceh. Bencana kekeringan dapat ditandai dengan keringnya tanah, tanaman dan susutnya muka air di badan air hingga ke paras yang sangat rendah. Untuk wilayah Aceh, hujan yang tidak turun selama lebih dari 3 minggu di suatu kawasan yang luas, dapat berpotensi menimbulkan bencana kekeringan. Intensitas dan frekuensi terjadinya kemarau dapat saja menjadi lebih tinggi dan luas wilayah yang berdampak akibat terjadinya pemanasan global.

Dalam wilayah Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Bireuen merupakan wilayah yang berisiko tinggi terkena bencana kekeringan. Di samping itu, Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur merupakan wilayah kabupaten dengan tingkat risiko sedang.

Page 4: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Gambaran Umum Sumber Kerentanan di Aceh

Konflik

Sumber: BPS Aceh Tahun 2007

Pada konflik yang menjadi faktor utama terjadinya konflik adalah perilaku manusia. Profil ancaman ini yaitu terjadinya perubahan perilaku masyarakat seperti tidak adanya gotong royong  dan tidak ada saling menghormati, tolong menolong, emosional, egosentris, etnosentris dan saling curiga antara sesama.Biasanya ditandai dengan kekerasan fisik dan psikis yang mengakibatkan korban jiwa baik diculik, dibunuh dan pengungsian.

Frekuensi dan durasi periode ancaman ini tidak menentu. Sedangkan intensitasnya sering dan terjadi di seluruh wilayah kabupaten/ kota. Korban konflik yang pernah terjadi di Aceh pada dekade terakhir tercatat 22.353 korban meninggal, 14.932 orang cacat, 29.376 rumah terbakar dan 30.109 orang anak yatim.

Potensi resiko pada masyarakat seperti terjadinya pepecahan didalam masyarakat, hancurnya sendi-sendi sosial, banyaknya eksodus, tingkat kematian yang tinggi pada perempuan dan anak serta terjadinya beban ganda pada perempuan. Potensi risiko pada pemerintah seperti rusaknya sarana dan prasarana umum dan terhambat jalannya roda pemerintahan menjadi meningkat.

Page 5: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Populasi Penduduk yang Menjadi Objek Kerentanan

Aceh memiliki populasi berjumlah 4.622.798 jiwa yang tersebar di 23 Kabupaten Kota. Jika dilihat dari letak geografis dan batas administratif, penduduk Aceh tidak tersebar secara merata jika dibandingkan antara wilayah pesisir barat-selatan, pesisir timur-utara dan dataran tinggi.

Sebaran penduduk Aceh yang dimuat dalam Keputusan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam No. 140/860/2008 tanggal 15 Desember 2008 dapat dilihat dalam Gambar berikut.

Page 6: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Populasi Penduduk yang Menjadi Objek Kerentanan

Page 7: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Secara Umum, Kondisi Kerentanan Sosial di Aceh

Dari data kependudukan tahun 2007 ditemukan bahwa sebaran penduduk dengan klasifikasi miskin berada cukup merata dengan lebih dari 20% dari jumlah populasi diklasifikasikan miskin. Hanya Kota Banda Aceh yang mencatat persentase kemiskinan terendah (sekitar 6%).

Jumlah kepala keluarga perempuan yang miskin terbesar berada di Kabupaten Aceh Selatan (16.532 KK). Kepala Keluarga Perempuan dari keluarga miskin menjadikan kelompok ini menjadi diantara kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap bencana.

Data 2009 memperlihatkan bahwa dari usia sekolah penduduk Aceh (usia 5-24 tahun) persentase penduduk yang bersekolah berjumlah 70,95% dari 41,4% jumlah penduduk (Aceh Dalam Angka 2009).

Dari jumlah tersebut persentase penduduk usia sekolah, Laki-laki lebih banyak menikmati fasilitas pendidikan dibandingkan perempuan. Persentase buta huruf penduduk Aceh yang berumur di atas 10 tahun yang berada di pedesaan adalah 4.53% yang merupakan empat kali lebih besar daripada di perkotaan (1,35%).

Page 8: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Apa sajakah bentuk-bentuk utama resiko dan gejolak yang dihadapi dan/atau dialami oleh kelompok-kelompok berbeda dalam masyarakat?

Site 1:

Sarah

Panyang

•Kakao terkena wabah yang menyebabkan gagal panen selama bertahun-tahun

•Musim kering, sehingga sawah tadah hujan mereka tidak bisa berproduksi

Site 2:

Ujong

Tanoh

Darat

•Sawah gagal panen•Sawah tadah hujan sehingga tidak bisa ke sawah saat musim kering•Ketika musim hujan berkepanjangan masyarakat penderes karet tidak bisa bekerja

Site 3:

Gue Gaja

h

•Lahan sawah semakin sempit karena beralih fungsi•Lapangan kerja semakin sempit dengan masuknya tenaga kerja dari Medan

Page 9: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Apa sajakah jenis-jenis mekanisme bertahan (kolektif, individual, bantuan tunai atau bantuan dalam bentuk barang dsb.) yang dipersepsikan masyarakat sebagai yang paling efektif dalam menghadapi bentuk-bentuk gejolak yang berbeda (kovariat, idiosinkratik, pemasukan atau konsumsi)?

Site 1:

Sarah

Panyang

•Memberikan lapangan kerja untuk proyek-proyek fisik sumber dana PNPM, BKPG dan ADG;•Menyediakan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari PNPM

Site 2:

Ujong

Tanoh

Darat

•Menyediakan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari PNPM;•Memberikan bantuan dana sukarela selama 7 hari bagi keluarga yang ditimpa musibah kematian;

Site 3:

Gue Gaja

h

•Membagikan zakat harta, zakat fitrah dari keluarga mampu;

•Membagikan pakaian seragam sekolah setiap awal tahun ajaran baru;

•Menyediakan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari PNPM;

•Membangun Badan Usaha Milik Gampong (Desa) untuk modal usaha masyarakat kurang mampu

Kolektif

Page 10: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Apa sajakah jenis-jenis mekanisme bertahan (kolektif, individual, bantuan tunai atau bantuan dalam bentuk barang dsb.) yang dipersepsikan masyarakat sebagai yang paling efektif dalam menghadapi bentuk-bentuk gejolak yang berbeda (kovariat, idiosinkratik, pemasukan atau konsumsi)?

Site 1:

Sarah

Panyang

•Mengumpulkan pinang dari gunung;•Meminjam uang dari orang tua/saudara atau tetangga dekat; •Berhutang pada toko alat-alat pertanian di ibukota kecamatan;•Memanfaatkan bantuan pemerintah (Raskin); •Memanfaatkan bantuan pemerintah (Jankesmas, dan JKA) untuk membiaya pengobatan;

Site 2:

Ujong

Tanoh

Darat

•Menjadi buruh kebun dengan menderes karet;•Meminjam uang dari orang tua/saudara atau tetangga dekat; •Memanfaatkan dana SPP untuk modal usaha;•Memanfaatkan bantuan pemerintah (Raskin);•Memanfaatkan bantuan pemerintah (Jankesmas, dan JKA) untuk membiaya pengobatan;

Site 3:

Gue Gaja

h

•Mencari pekerjaan pada tetangga, seperti mencuci pakaian dan bertukang;

•Berdagang ikan keliling;

•Menjadi buruh pekerjaan proyek desa dari dana PNPM, BKPG dan ADG;

•Memanfaatkan dana bantuan pemerintah (Raskin);

•Memanfaatkan bantuan pemerintah (Jankesmas, dan JKA) untuk membiaya pengobatan;

Personal

Page 11: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Bagaimana dan sejauh mana BLT mempengaruhi jenis-jenis strategi bertahan yang diambil (misalnya apakah para penerima manfaat tetap menyekolahkan anak mereka atau tidak menjual asetnya, dibandingkan mereka yang bukan penerima manfaat)?

Site 1:

Sarah

Panyang

•Pada saat program BLT dilaksanakan Tahun 2005 dan 2008 di tingkat komunitas tidak terjadi pengaruh yang sangat signifikan terhadap keberadaan BLT, karena mekanisme pencairan dana yang sangat personal dan tidak melibatkan pemerintahan desa, sedangkan pagi rumah tangga dana BLT sedikit membantu mereka tetapi tidak bisa diandalkan karena hanya bertahan rata-rata 3 hari yang digunakan untuk belanja rumah tangga, member bibit padi dan ongkos traktor sawah

Site 2:

Ujong

Tanoh

Darat

•Secara komunitas dana ini dianggap tidak berpengaruh, karena keberadaannya tidak dipahami secara luas oleh publik, demikian pula pemanfaatannya.•Dana BLT bagi rumah tangga penerima dirasakan bermanfaat, tetapi karena dibagikan per 3 bulan, mereka tidak bisa menjadikan dana BLT sesuatu yang bisa diandalkan untuk jangka panjang, karena tidak bisa dijadikan modal usaha

Site 3:

Gue Gaja

h

•Dana BLT dirasakan tidak memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung bagi komunitas. Tetapi bagi rumah tangga miskin, dana BLT dianggap membantu disaat mereka mengalami krisis, walaupun pemanfaatan dana ini tidak terlalu berdaya guna karena hanya cukup untuk menopang kebutuhan rumah tangga selama lebih kurang satu minggu

Page 12: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

an

Bagaimana dan sejauh mana BLT mempengaruhi partisipasi dalam mekanisme saling membantu kolektif (seperti PNPM) yang memungkinkan bertahan dalam gejolak kovariat atau idiosinkratik? Apakah jender mempengaruhi dampak partisipasi?

Secara umum kondisi yang sama ditemukan di tiga lokasi penelitian, dimana sifat gotong royong dan partisipasi tidak signifikan disebabkan oleh adanya BLT, namun lebih ditunjang oleh faktor toleransi yang diturunkan secara turun temurun oleh generasi sebelumnya. Gejala yang berbeda ditemukan dalam hal tingkat partisipasi di 3 lokasi studi. Ujong Tanoh Darat (Poor) memiliki tingkat partisipasi dalam bentuk upaya balas jasa atas apa yang telah dikontribusikan pihak lain kepada sipelaku pada kurun waktu sebelumnya. Gejala ini semakin menonjol sejak pasca Tsunami akibat adanya program Cash for Work.

Pengaruh jender tidak terlalu besar memberikan dampak terhadap tingkat partisipasi, kecuali di site 3 (Gue Gajah/nearly poor), kelompok perempuan memberikan kontribusi besar dalam pembangunan nilai-nilai sosial dan kegotongroyongan, karena diberikan ruang yang lebih besar dalam pengembangan desa, termasuk dalam bidang ekonomi.

Page 13: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

Bagaimana dan sejauh mana BLT digunakan untuk melancarkan konsumsi rumah tangga (alih-alih digunakan untuk pembelanjaan buruk atau tidak produktif, seperti minuman keras atau tembakau)? Apakah jenis kelamin pengontrol uang tersebut memiliki pengaruh pada bagaimana uang tersebut dibelanjakan?Site

1: Sara

h Pany

ang

• Sebagian besar responden memberikan informasi bahwa dana BLT yang diterima digunakan untuk hal-hal yang positif, namun secara jujur mereka juga mengakui bahwa ada juga sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi yang tidak bermanfaat sperti rokok dan jajan anak

• Pengontrol rumah tangga tidak memberikan intervensi yang terlalu besar terhadap penggunaan dana, karena dianggap seperti uang kaget

Site 2:

Ujong

Tanoh

Darat

•Hampir keseluruhan dana yang diterima digunakan untuk hal yang bermanfaat, walaupun bukan untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, tetapi penerima yang memiliki suami juga menggunakan sebagian uang untuk membeli rokok, •Otoritas kepala rumah tangga tidak dimanfaatkan untuk memveto penggunaan dana BLT

Site 3:

Gue Gaja

h

•Dana BLT yang diterima murni digunakan untuk konsumsi rumah tangga, dan tidak yang menggunakan untuk aspek negatif•Ibu rumah tangga berperan besar dalam pengaturan penggunaan dana BLT karena suami tidak menggunakan dana ini untuk modal kerja usaha

Page 14: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

ah

Kesimpulan

Perubahan kebijakan Pemerintah tidak pernah menjadi Penyebab terjadinya “Shock” di kalangan masyarakat Aceh, kecuali pada masa konflik (Darurat Militer/Sipil)

Bencana Alam seperti banjir dan kekeringan menjadi faktor penyebab kerentanan terbesar di Aceh

Tidak ditemukan adanya kontribusi yang linear antara Keberadaan BLT dengan peningkatan Social Capital dalam masyarakat

BLT dirasakan memberikan manfaat bagi masyarakat di saat krisis, walaupun tidak sepenuhnya memberikan support dalam upaya keluar dari krisis

Page 15: Bahan Presentasi Provinsi Aceh

TERIMA KASIH

Sekian