bahasa anak 1

Embed Size (px)

Citation preview

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses belajar di usia sekolah. Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial. Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol. Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana bahasa bisa digunakan untuk berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori . Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja ia dapat mengucapkan satu kata dengan jelas tetapi tidak dapat menyusun dua kata dengan baik, atau sebaliknya seorang anak mungkin saja dapat mengucapkan sebuah kata yang sedikit sulit untuk dimengerti tetapi ia dapat menyusun katakata tersebut dengan benar untuk menyatakan keinginannya. Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang tidak normal (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan. Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf, sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf tersebut sehingga menimbulkan kesan cara bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara. Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang). Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan laring. Terdapat kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.

Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia pra sekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokalkonsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.

B. Rumusan Masalah Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas. 1. Bagaimana perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi ? 2. Bagaimana kata-kata pertama yang digunakan dalam bahasa anak ditinju dari segi semantik ? 3. Bagaimana perkembangan kosa kata yang cepat dalam pembentukan kalimat awal ? 4. Mengapa dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan ? 5. Apakah pemerolehan semantik berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan ? C. Tujuan Penelitian Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi menjadi salah satu tujuan yang penting dalam membahas aspek perkembangan bahasa anak yang ditinjau darisegi semantik. Berikut beberapa tujuan yang menjadi tujuan penulisan: 1. Mengetahui perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi. 2. Membahas proses percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan. 3. Mengetahui pemerolehan semantik berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. D. Manfaat Penelitian Selama usia pra sekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem semantik tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan kata mana yang dipakai untuk membedakan makna. Berikut beberapa manfaat yang didapat dari penulisan ini 1. Memberikan pengetahuan bahwa perkembangan bahasa anak di bidang semantik memberikan makna yang berbeda. 2. Mampu menginterpretasikan perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi yang dimengerti dalam semantik. 3. Memberikan komunikasi timbal balik yang saling dimengerti sesuai dengan teori.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Proses Fisiologi Bicara Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung. Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara. Proses reseptif Proses dekode

Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal dari sisi telinga yang berlawanan. Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean tersebut. Proses ekspresif Proses encode Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara. Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik. B. Perkembangan Bahasa pada Anak Usia di Bawah 5 Tahun Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Secara keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah sangat cepat dalam 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena mielinisasi atau pembentukan selubung sistem saraf. Proses mielinisasi ini dikontrol oleh hormon seksual, khususnya estrogen. Hal ini menjelaskan kenapa proses perkembangan bahasa lebih cepat pada anak perempuan. Pada usia sekitar 2 bulan, korteks motorik di lobus frontal menjadi lebih aktif. Anak memperoleh lebih banyak kontrol dalam perilaku motor volusional. Korteks visual menjadi lebih aktif pada usia 3 bulan, jadi anak menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun yang jauh. Selama separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus menjadi lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk mengingat stimulasi dan hubungan awal antara kata dan keseluruhan. Pengalaman dan interaksi bayi akan membantu anak mengatur kerangka kerja otak. Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi. Selanjutnya maturasi otak berbeda dan terefleksikan pada perilaku bayi saat lahir. Selama masa prenatal batang otak, korteks primer dan korteks somatosensori bertumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum dan hemisfer serebri juga tumbuh bertambah cepat terutama area reseptor visual. Ini menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Traktus asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum

sepenuhnya matur sampai periode akhir usia pra sekolah. Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Reduplikasi babbling menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks motor. Maturasi jalur asosiasi auditorik seperti fasikulus arkuatum yang menghubungkan area auditori dan area motor korteks tidak tercapai sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi keterbatasan dalam intonasi bunyi dan bicara.31,32 Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak akan mempengaruhi kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak perempuan. Tahap perkembangan bahasa di atas hampir sama dengan pembagian menurut Bzoch yang membagi perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium. 1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik. 0-3 bulan. Periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya intervensi direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara. 2. Kata-kata pertama : transisi ke bahasa anak. 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak. 3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal. 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak, dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja. 4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang dan peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem dewasa. Perkembangan bahasa anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut komponenkomponennya. C. Perkembangan Semantik Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa pra sekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak

akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan 5 kata perhari di usia 18 bulan sampai 6 tahun.Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat di usia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. Proses pemerolehan bahasa merupakan bagian yang penting dalam perkembangan kemampuan bahasa setiap individu. Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya( Abdul Chaer, 2005:161). Proses pemerolehan bahasa inilah yang menentukan kemampuan setiap individu dalam menguasai bahasa pertamanya. Setiap anak mengalami perkembangan bahasa yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya setiap anak yang normal mulai berbicara antara umur dua puluh sampai dua puluh delapan bulan. Hal tersebut terjadi karena organ-organ bicara yang dimiliki setiap anak sudah mulai berkembang dan terprogram untuk memperoleh bahasa. Salah satu bidang bidang pemerolehan bahasa pada anak menyangkut bidang semantis. Bidang semantik meliputi kemampuan anak dalam memahami ujaran lawan bicaranya. seperti kemampuan memahami kata yang di ucapkan oleh lawan bicaranya. Salah satu golongan kosakata yang dikuasai oleh anak adalah golongan kelas kata nomina terutama yang akrab dengan tempat tinggalnya. Beberapa peneitian tentang pemerolehan bahasa anak sudah banayak dilakukan, diantaranya oleh Soejono Dardjowidjojo, beliau melakukan penelitian terhadap cucunya yang bernama Echa. Penelitian yang dilakukannya bersifat longitudinal(dari satu waktu ke waktu yang lain/berkelanjutan). Hasilnya menekankan bahwa jadwal kemunculan bunyi adalah jadwal biologis dan bukan kronologis. Menurutna mugkin saja seorang anak mampu mengucapkan bunyi /r/ jauh lebih awal dari umur 49 bulan seperti yang dinyatakan oleh Jacobson. Selain itu menurut beliau bahwa dari mulai usia dua tahun seorang anak sudah mampu memahami beberapa kosa kata yang di ucapkan lawan bicaranya. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami suatu tuturan tergantung perkembangan psikologis anak. Namun terkadang walaupun mereka sudah memahami sebuah kosakata ketika mereka mengucapkannya kata yang mereka ucapkan mengalami pergeseran sehingga tidak sesuai dengan acuan(referentnya). Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Kontempasi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performasi yang terdiri dari dua buah proses yakni proses pemahaman dan proses penerbitran atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan atau kepandaian mengamati atau keampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar . Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau meneritkan kalimatkalimat sendiri. Kedua jenis proses proses kompetensi ini apabila telah dikuasai kanak-kanak akan menjadi kemampuan linguistik kanak-kanak itu. Jadi kemampuan linguistik terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan atau menerbitkan kalimat-kalimat baru. Melaui bahasa, seorang anak belajar untuk menjadi angota masyarakat. Bahasa pertama(B1) menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian dan sebagainya, dalam bentukbentuk bahasa yang dianggap wajar oleh anggota-angota masyarakat di mana anak itu tinggal. Sebelum mampu memahami tuturan lawan bicaranya secara sempurna, sejak usia satu tahun seorang anak mulai

belajar memahami tuturan lawan biaranya dalam bentuk yang sederhana. Biasanya mereka mulai memahami kosakata yang diujarkan lawan bicaranya yang berkategori nomina seperti kata mamah, bapa, baju, domba, dsb. Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuk-bentuknya benar bukan, ini belum berarti ia telah menguasai bahasa pertamanya itu, karena dapat saja ia memberi arti yang lain pada kalimat-kalimat yang diucapkanya itu. Namun sebaliknya ada juga kecendurungan, walaupun seorang anak sudah memahami tentang arti suatu kata tetapi ia mengucapkan kosa kata tersebut menjadi berbeda atau tidak sesuai dengan kosakata yang sebenarnya. Contohnya ketika peneliti menunjukan sebuah benda yang disebut sepatu, anak tersebut tidak mengucapkan sapatu(sepatu) tetapi dia mengucapkan kata sopato. Padahal si anak sudah mengetahui bahwa benda yang ditunjukan adalah sapatu, keterpahaman itu ditunjukkan ketika suatu saat ditanyakan kembali si anak mengucapkan kata sapatu. Dalam hal ini terjadi penyimpanagan tuturan karena kosakata yang di ucapkan tidak sesuai dengan dengan referentnya(acuannya). Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian dan lokasi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat, dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk

BAB III HASIL PENELITIAN

OLEH : SURYA HADIDI NIM : 208311125 KELAS: B EKSTENSI BIODATA ANAK : NAMA : ADI SYAHPUTRA GINTING JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI TT.LAHIR : MEDAN, 29 OKTOBER 2005 UMUR : 17 BULAN (SATU TAHUN 5 BULAN) ANAK KE : TIGA DARI TIGA BERSAUDARA BIODATA ORANGTUA ANAK: NAMA AYAH : DARSIM ANTONI GINTING IBU : REHULINA BR SEMBIRING PENDIDIKAN TERAKHIR AYAH : S1 IBU : D3 PEKERJAAN ORANGTUA AYAH : GURU IBU : IBU RUMAH TANGGA ALAMAT : POKOK MANGGA, PALES VII B. MEDAN

A. Semantik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2007), Semantik adalah 1) ilmu tentang kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata. 2) Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. Dalam kajian semantik bahasa anak dibawah 5 tahun, Definisi kata benda anak usia ini meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran ,warna dan bunyi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. guguk => menyatakan anjing(kt,benda) berdasarkan bunyi yang dikeluarkan bem-bem => menyatakan motor/mobil(berdasarkan bunyi yang dikeluarkan) yang melah mau Oty => ( Oky mau yang merah) menyatakan kata benda(celananya) berdasarkan warna

B. Daftar Kosa Kata yang Diucapkan 1. Mam = makan 2. Mimik = Minum 3. Wang = uang 4. seyibu = seribu 5. Sayatus = seratus 6. Buyung = burung 7. enjen = Jeni 8. Naik Kreta = Brum 9. Nana = Celana 10. cucu = Susu 11. Kerupuk = Keyupuk 12. Itan = Ikan 13. Puyang = Pulang 14. Joyok = jorok 15. boya = Bola 16. Bakco = Bakco 17. Cing = Kucing C. Analisi Berdasarkan Semantik 1. Mam Dari bahasa inggris artinya adalah ibu, tetapi segi semantic kata mam artinya adalah makan apabila diucapkan oleh seorang anak apabila ia merasa lapar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan percakapan mak mam ibunya langsung mengambilkan makan kepada anaknya. 2. Mimik Dari arti sebenarnya kata mimik ini adalah raut muka seseorang, tetapi Dari segi semantic kata mimik artinya adalah minum, apabila kata ini diucapkan seorang anak apabila dia haus. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan percakapan mak mimik dan ibunya langsung mengambilkan minum kepada anaknya. 3. Wang Menurut penelitian saya terhadap seorang anak kata wang deri segi semantic berarti kata uang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan pak, pak wang seyibu ( meminta uang seribu kepada bapaknya) bapaknya langsung mengasi uang seribu. 4. Seyibu Dari segi semantik kata seyibu artinya adalah seribu apabila yang mengucapkan kata itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan pak, pak wang seyibu ( meminta uang seribu kepada bapaknya) bapaknya langsung mengasi uang seribu. 5. Seyatus Dari segi semantik kata seyatus artinya adalah seratus apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan pak seyatus ketika melihat uang seratus logam. 6. Buyung

Dari segi semantik kata buyung artinya adalah burung apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan pak tu buyung sambil menunjuk burung yang terbang. 7. Nana Dari segi semantik kata nana artinya adalah celana apabila yang menyebutkannya adalah seorang anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan mak nana sambil menunjuk celana dan ibunya mengambilkan celana. 8. Cucu Dari segi semantik kata cucu artinya adalah susu apabila disebutka oleh anak-anak yang baru bias berbica bukan berarti cucu yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan mimic cucu yang artinya minum susus. 9. Joyok Dari segi semantik kata joyok adalah jorok yang apabila yang menyebutkannya adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan mak tangan iki joyok dan langsung membersihkannya. 10. Olang Dari segi semantik kata olang berarti menyebutkan kata orang. Ini hanya disebutkan oleh anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan pak olang mananya itu anak itu bermaksud menyatakan orang. 11. Boya Dari segi semantik kata boya artinya adalah bola apabila yang menyebutkannya itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan pak main boya padahal maksunya adalah bermain bola. 12. Bakco Dari segi semantik kata bakco artinya adalah bakso apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bisa berbicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan mak bli bakco sambil menunjuk bakso yang sebenarnya 13. Pempuan Dari segi semantik kata pempuan artinya adalah perempuan apabila yang menyebutkannya adalah anakanak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan pung pempuan datang disebutakn oleh seorang anak yang situasinya ompung perempuannya datang. 14. Pung Dari segi semantik kata pung adalah ompung apabila yang menyebutkan kata itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan pung pempuan datang disebutakn oleh seorang anak yang situasinya ompung perempuannya datang. 15. Cing Kata cing dari segi semantik adalah kencing. Ini dapat terjadi karena anak yang saya teliti ketika ia ingin kencing selalau mengatakan cing, hal ini dapat dilihat dalam percakapan berikut: Anak : mak cing,cing! Ibu : (langsung membukakan celananya)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa: 1. Anak telah dapat memproduksi bentuk yang dekat bunyinya dengan bentuk orang dewasa dan dapat mengaitkan bentuk dengan makna meskipun kata-kata yang diucapkan masih belum sempurna. 2. Dari segi semantik bahwa kata-kata yang diucapkan anak yang umur 4 tahun kebawah masih terdapat penyimpangan makna. Dimana kata yang di ucapkan tidak sama dengan makna yang senenarnya. 3. Dalam penelitian tersebut diperoleh gambaran bahwa pada usia tersebut ada beberapa fonem yang belum sempurna diucapkan yaitu Fonem /r/ digantikan dengan fonem /l/, /ng/, hal tersebut disebabkan bahwa pada usia tersebut organ-organ penghasil tuturan terutama lidah belum sepenuhnya lentur.

DAFTAR PUSTAKA Daulay, Syahnan. 2010. Pemerolehan dan Pembelajaran bahasa. Bandung: Citapustaka Media Perintis http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/ http://aiman-khairul.blogspot.com/2010/03/pada-dasarnya-seluruh-manusia-belajar.html Dardjowidjojo, Soejono, Jaya Atma Unika.2003.Psikolinguistik.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06/tahap pemerolehan bahasa.html http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerolehan_bahasa

Dr Widodo Judarwanto SpA CHILDREN ALLERGY CLINIC PICKY EATERS CLINIC (Klinik kesulitan makan) Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol. Berbahasa itu sendiri merupakan proses kompleks yang tidak terjadi begitu saja. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana manusia bisa menggunakan bahasa sebagai cara berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa.. Lebih rumit dan luas mengingat ada lebih dari seribu bahasa yang ada di seluruh dunia. Bahasa adalah bentuk aturan atau sIstem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.

Lundsteen membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap :1. Tahap pralinguistik - 0-3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok. - 3-12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba. 2. Tahap protolinguitik - 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300). 3. Tahap linguistik - 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah. Tahap perkembangan bahasa di atas hampir sama dengan pembagian menurut Bzoch yang membagi perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium. 1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik. 0-3 bulan. Periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya intervensi direncanakan

untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara. 2. Kata kata pertama : transisi ke bahasa anak. 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti katakata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak. 3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal. 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak, dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja. 4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 1836 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang dan peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem dewasa

Perkembangan bahasa anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut komponen-komponennya.Perkembangan Pragmatik Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis sehingga kemudian bayi akan menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya. 30 Usia 3 minggu bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya wajah seseorang, tatapan mata, suara dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial. Usia 12 minggu mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya memberi tanggapan Usia 2 bulan bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya. Usia 5 bulan bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk ekspresi wajah. Pada usia 6 bulan bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehinga komunikasi menjadi komunikasi ibu, bayi dan benda-benda. Usia 7-12 bulan anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini akan berkembang disertai

dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai konsisten. Pada masa ini sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan satu suku kata. Usia 2 tahun anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat 2 kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai memperkenalkan atau merubah topik dan mulai belajar memelihara alur percakapan dan menangkap persepsi pendengar. Perilaku ibu yang fasilitatif akan membantu anaknya dalam memperkenalkan topik baru. Lewat umur 3 tahun anak mulai berdialog lebih lama sampai beberapa kali giliran. Lewat umur ini, anak mulai mampu mempertahankan topik yang selanjutnya mulai membuat topik baru. Hampir 50 persen anak 5 tahun dapat mempertahankan topik melalui 12 kali giliran. 30 Sekitar 36 bulan, terjadi peningkatan dalam keaktifan berbicara dan anak memperoleh kesadaran sosial dalam percakapan. Ucapan yang ditujukan pada pasangan bicara menjadi jelas, tersusun baik dan teradaptasi baik untuk pendengar.2 Sebagian besar pasangan berkomunikasi anak adalah orang dewasa, biasanya orang tua. Saat anak mulai membangun jaringan sosial melibatkan orang di luar keluarga, mereka akan memodifikasi pemahaman diri dan bayangan diri dan menjadi lebih sadar akan standar sosial. Lingkungan linguistik memiliki pengaruh bermakna pada proses belajar berbahasa. Ibu memegang kontrol dalam membangun dan mempertahankan dialog yang benar. Ini berlangsung sepanjang usia pra sekolah. 2,30 Anak berada pada fase mono dialog, percakapan sendiri dengan kemauan untuk melibatkan orang lain. Monolog kaya akan lagu, suara, kata-kata tak bermakna, fantasi verbal dan ekspresi perasaan. 2 Perkembangan Semantik Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa pra sekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan 5 kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun..2 Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat di usia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. 2 Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian dan lokasi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat, dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk. Perkembangan Sintaksis Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa kalimat satu kata sebelumnya yang disebut masa holofrastis. 30 Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita

menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut.2,30 Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.

Tahap perkembangan sintaksis secara singkat terbagi dalam :1. Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun 2. Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun 3. Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun 4. Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun. Lewat usia 3 tahun anak mulai menanyakan hal-hal yang abstrak dengan kata tanya mengapa, kapan. Pemakaian kalimat kompleks dimulai setelah anak menguasai kalimat empat kata sekitar 4 tahun. 9 Perkembangan Morfologi Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata, yang diukur dalam morfem. Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. 2,30 Perkembangan Fonologi Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa. Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia pra sekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna. 2 Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.2 Perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif Myklebust membagi tahap perkembangan bahasa berdasarkan komponen ekspresif dan reseptif sebagai berikut 34: 1. Lahir 9 bulan : anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian berkembanglah pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal.

2. Sampai 12 bulan : anak berbahasa reseptif auditorik; belajar mengerti apa yang dikatakan, pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik, misalnya, dada, muh, kemudian menjadi mama, papa. 3. Sampai 7 tahun : anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi auditorik kata-kata dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan bicara dan penguasaan pasif kosa kata sekitar 3000 buah. 4. Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa reseptif visual (membaca). Pada saat masuk sekolah ia belajar membandingkan bentuk tulisan dan bunyi perkataan. 5. Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa ekspresif visual (mengeja dan menulis).

A. Pengertian Perkembangan Bahasa Remaja Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial. Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (anak bayi) dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial. Bahasa juga merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau symbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan pikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan memebentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Dan kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescence) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanakkanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanakkanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001). Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, mm mmm, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi maem-maem. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat

berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tandatanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain. B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.

Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat

terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik. Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti permainan diganti dengan mainan, pekerjaan diganti dengan kerjaan. Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif. C. Faktor yang Mempengaruhi Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda. Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir. Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.

Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Umur anak Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakangerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik. b. Kondisi lingkungan Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan. Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya. c. Kecerdasan anak Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak. d. Status sosial ekonomi keluarga Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.

d. Kondisi fisik

Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.

D. Permasalahan yang Muncul Semakin zaman berkembang, pola pikir anak akan semakin pesat dan lebih modern. Remaja akan lebih bervariasi, mulai dari berpakaian, cara berfikir, sampai berbicara/berbahasa. Bahasa pada remaja sekarang sudah mulai bervariasi dan lebih sulit difahami. Hampir tidak ada lagi bahasa baik atau bahasa indonesia baku yang dipergunakan remaja sehari hari. Remaja sekarang lebih sering menggunakan bahasa gaul untuk berbicara. Begitu juga dengan bahasa daerah. Sudah sekitar dua ratus bahasa daerah indonesia yang punah. Hal ini juga dikarenakan para remaja atau generasi penerus dari sebuah suku yang menggunakan bahasa daerah tersebut sudah melupakan dan juga bergeser kiblat ke arah bahasa asing yang disebut bahasa gaul tersebut. Bahasa kehidupan sehari hari masyarakat indonesia sekarang sudah bergeser menjadi bahasa bahasa baru yang muncul. Remaja sudah tidak mau lagi berbahasa yang baik. Menurut mereka bahasa indonesia yang baku tidak layak untuk digunakan. Mereka akan merasa aneh apabia mendengar bahasa baku, bahkan sampai ada yang tidak mengerti arti dari bahasa baku tersebut. Apabila hal ini terus akan berlangsung, bukan tidak mungkin kalau bahasa indonesia yang baku juga akan punah seiring berkembangnya zaman dan enggannya remaja menggunakan bahasa yang baik.

Aspek-aspek perkembangan anak tk berdasarkan kurikulum 2004 antara lain: 1. Usia 4-5 tahun Anak usia 4-5 tahun sangat aktif dan energik. Waktunya dihabiskan untuk bermain, seperti berlari, Pada usia ini, ide-ide anak mulai berkembang. Anak juga mulai dapat berteman dan ada keinginan untuk bergabung dengan kelompok. Manfaat Permainan anak sesuai perkembangan anak tk 1. Aspek pengembangan fisik Aspek perkembangan fisik ini meliputi: 1. Pengembangan motorik kasar, yaitu gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot besar, yang meliputi:

Berjalan dengan berbagai variasi. Naik-turun tangga tanpa berpegangan. Memanjat dan bergelantungan/berayun. Menaiki, menuruni, dan berjalan di papan titian dengan jarak 40 cm. Berlari dengan stabil. Senam dengan gerakan sendiri. Menendang, menangkap dan melempar bola dari jarak 3-4 meter.

1. Pengembangan motorik halus, yaitu gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot halus dan koordinasi mata serta jari-jari tangan yang meliputi:

Mencontoh bentuk +, x, lingkaran, bujur sangkar, segitiga secara bertahap. Membuat garis lurus, vertikal, melengkung. Membedakan permukaan 7 jenis benda melalui perabaan. Melipat kertas lebih dari satu lipatan. Menggambar bebas dengan menggunakan beragam media.

1. Aspek pengembangan kognitif Aspek pengembangan kognitif meliputi:

Mengelompokkan, memasangkan benda yang sama dan sejenis atau sesuai pasangannya. Menyebutkan 7 bentuk. Membedakan beragam ukuran. Membedakan rasa, bau. Menyebutkan bilangan 1-10. Mencoba menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur, biji ditanam, balon ditiup dll.

1. Aspek pengembangan bahasa Aspek pengembangan bahasa meliputi:

Membedakan berbagai jenis suara. Mengenal masing-masing bunyi huruf. Menyatakan dengan 6-10 kata. Mengerti dan melaksanakan 1-2 perintah. Menjawab dengan kalimat lengkap. Menyebutkan nama benda, fungsi serta sifatnya. Berbicara lancar dengan kalimat sederhana. Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang disediakan. Bercerita tentang kejadian di sekitarnya.

1. Aspek pengembangan sosial emosional Aspek pengembangan sosial emosional meliputi:

Mematuhi etika dan jadwal makan. Bergaul dengan sopan. Terbiasa menggunakan WC atau kamar mandi. Berani ke sekolah tanpa diantar. Dapat memilih kegiatan sendiri. Bangga dengan hasil pekerjaannya. Menunjukkan ekspresi yang wajar sesuai perasaannya. Menjadi pendengar dan pembicara yang baik. Mengembalikan alat/benda pada tempatnya semula. Sabar menunggu giliran. Terbiasa antri. Mulai mengerti aturan main dalam suatu permainan. Mengerti akibat jika melakukan kesalahan atau melanggar peraturan. Menjaga kerapian diri. Dapat memimpin kelompok kecil.

1. Aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama Aspek ini meliputi:

Menyanyikan lagu keagamaan. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan Bersikap yang benar saat berdoa. Membedakan ciptaan Tuhan dengan buatan manusia. Mengenal sifat-sifat Tuhan. Mengucapkan salam. Mengucapkan terimakasih setiap menerima sesuatu. Mengucapkan kata-kata santun.

Menolong teman apabila kesulitan. Menunjukkan rasa sayang dan cinta dengan membelai/merangkul.

6. Aspek Pengembangan seni Aspek ini meliputi:

Mengekspresikan gerakan dengan irama yang bervariasi. Membentuk irama dengan bertepuk atau membunyikan benda-benda. Memainkan alat musik. Melukis dengan alat yang bervariasi.

B. Usia 5-6 Tahun Anak usia 5-6 tahun adalah anak yang periang dan imajinatif. Mereka tiada hentinya bergerak dan berbuat sesuatu. Dunia sekitar mereka seakan mengundang mereka, menunggu untuk ditemukan, dikuasai dan penuh tantangan. Untuk itulah perlu disediakan suatu lingkungan yang baik, yang kaya dengan stimulus untuk membantu mereka mengembangkan seluruh aspek dirinya. Manfaat Permainan anak tk 1. Aspek pengembangan fisik. a. Aspek pengembangan fisik untuk motorik kasar meliputi:

Merayap dengan berbagai variasi. Merangkak dengan berbagai variasi. Berjalan lurus, berjingkat, mengangkat tumit dll. Berlari: lurus, berjingkat, mengangkat tumit dll. Berjingkat dengan satu atau dua kaki. Berjalan di atas papan titian dengan membawa cangkir berisi air tampa tumpah Melompat dengan menggunakan satu dan dua kaki dengan alat/tanpa alat secara bervariasi. Meloncat dari ketinggian 20-50 cm sambil menghadap ke arah tertentu.

b. Aspek pengembangan fisik untuk motorik halus meliputi:

Mencontoh bentuk +, X, Lingkaran, bujur sangkar, segi tiga. Menjiplak angka, bentuk-bentuk lain. Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang woll dll. Memasukkan surat ke dalam amplop. Membentuk dengan plastisin. Memasukkan benang ke dalam jarum Menggunting mengikuti bentuk Menganyam.

1. Aspek pengembangan kognitif Aspek ini meliputi:

Menyebut urutan bilangan 1-20. Menguasai konsep bilangan. Mengenal lambang bilangan. Menyebutkan semua jenis bentuk-bentuk. Mengelompokkan benda dengan berbagai cara. Mengenal perbedaan benda berdasarkan ukuran, ciri-ciri fisik benda dll. Mengenal sebab akibat.

1. Aspek pengembangan bahasa Aspek ini meliputi:

Menirukan 2-4 urutan angka, kata (latihan pendengaran) Mengukuti 2-5 perintah sekaligus. Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, di mana, berapa, bagaimana dll. Menceritakan kembali isi cerita yang sudah diceritakan guru. Memberikan keterangan tentang suatu hal. Memberikan batasan beberapa kata/benda. Berbicara lancar dengan kalimat yang kompleks. Memecahkan masalah dengan berdialog.

1. Aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama Aspek ini meliputi:

Memnyayikan lagu keagamaan. Selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan sikap berdoa yang benar. Dapat melakukan ibadah. Membedakan ciptaan tuhan dengan buatan manusia. Memnyayangi semua ciptaan tuhan. Mengucapkan kata-kata santun. Menolong teman bila kesulitan. Menunjukkan rasa sayang, cinta dengan membelai dan merangkul. Menghargai teman. Tidak memaksakan kehendak. Menunjukkan prilaku atas dasar keyakinan adanya tuhan. Mengucapkan salam. Selalu mengucapkan terimakasih setiap menerima sesuatu.

1. Aspek pengembangan sosial emosional.

Aspek ini meliputi:

Mematuhi etika dan jadwal makan. Bermain bersama dan bergantian menggunakan alat permainan. Terbiasa menggunakan wc atau kamar mandi. Berani ke sekolah tanpa diantar. Terbiasa antri. Mengerti aturan main dalam suatu permainan. Mengerti akibat jika melakukan kesalahan. Menjaga kerapian diri. Dapat memimpin kelompok kecil. Mengetahui hak dan kewajibannya. Dapat memilih kegiatan sendiri. Bangga dengan hasil pekerjaannya. Menunjukkan ekspresi yang wajar sesuai perasaannya. Menjadi pendengar dan pembicara yang baik Mengembalikan alat atau benda ke tempat semula. Sabar menunggu giliran.

1. Aspek pengembangan seni Aspek ini meliputi:

Menari sesuai dengan irama musik. Memainkan alat musik. Melukis dengan bahan bervariasi. Bertepuk tangan membentuk irama.

Jenis Permainan Yang Sesuai Dengan Aspek-Aspek Pengembangan Anak Tk 1. Permainan berdasarkan tinggi rendahnya keterlibatan anggota tubuh. 1. Kegiatan bermain aktif. Kegiatan bermain jenis ini sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

Kesehatan Jenis kelamin. Alat permainan. Lingkungan tempat. Penerimaan sosial dari kelompok teman bermain. Tingkat kecerdasan anak.

Macam-macam kegiatan bermain aktif:

Bermain bersama teman. Bermain dengan kelompok.

1. Kegiatan bermain pasif. Manfaat dari bermain pasif yaitu :

Sebagai sumber pengetahuan. Menambah perbendaharaan kata. Belajar mematuhi peraturan. Belajar memusatkan perhatian terhadap apa yang dilihat. Beberapa jenis hiburan dapat menghasilkan ilham untuk berkreasi. Melakukan identifikasi dengan contoh-contoh cerita. Membantu anak menangani masalah emosional yang dialaminya. Penyaluran kebutuhan dan keinginan anak yang tidak mungkin diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Macam-macam kegiatan bermain pasif:

Membaca Mendengarkan radio Mendengarkan musik. Menonton film

1. Permainan berdasarkan kemampuan dan ketrampilan yang dikembangkan anak 1. Bermain untuk pengembangan kemampuan kognitif 2. Bermain drama sebagai latihan pengembangan berbahasa. 3. Bermain untuk pengembangan kemampuan seni. 4. Bermain sebagai penumbuhan aspek morsl dan nilai-nilai kehidupan. 5. Bermain sebagai latihan koordinasi gerakan motorik (fisik). 6. Bermain konstruktif untuk pengembangan kemampuan kognitif dan ketrampilan motorik halus. Program Bermain Yang Sesuai Dengan Aspek-Aspek Pengembangan Anak Tk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bermain pasir. Bermain alat manipulatif. Sudut rumah tangga. Bermain di perpustakaan. Bermain di luar. Bermain air. Bermain balok.

Bahasa bisa mengacu kepada kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau kepada sebuah instansi spesifik dari sebuah sistem komunikasi yang kompleks. Kajian ilmiah terhadap bahasa dalam semua indra disebut dengan linguistik. Sekitar 3000-6000 bahasa yang digunakan oleh manusia sekarang adalah suatu contoh yang menonjol, tapi bahasa alami dapat juga berdasarkan visual daripada rangsangan pendengaran, sebagai contoh pada bahasa isyarat dan bahasa tulis. Kode dan bentuk lain dari sistem komunikasi artifisial seperti yang digunakan untuk pemrograman komputer juga dapat disebut bahasa. Bahasa dalam konteks ini adalah sebuah sistem isyarat untuk enkoding dan dekoding informasi. Kata bahasa Inggris "language" diturunkan secara langsung dari Latin lingua, "language, tongue", lewat bahasa Prancis Tua. [1] Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" mengacu pada kemampuan kognitif yang membuat manusia dapat belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks. Bahasa sebagai sistem komunikasi dikatakan pada dasarnya berbeda dari dan lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada spesies lain dimana ia berdasarkan pada sebuah sistem kompleks dari aturan yang berkaitan dengan simbol dan makna, sehingga menghasilkan sejumlah kemungkinan penyebutan yang tak terbatas dari sejumlah elemen yang terbatas. Bahasa dikatakan berasal sejak hominid pertama kali mulai bekerja sama, mengadopsi sistem komunikasi awal yang berdasarkan pada isyarat ekspresif yang mengikutkan teori dari pikiran dan dibagi secara sengaja. Perkembangan tersebut dikatakan bertepatan dengan meningkatnya volume pada otak, dan banyak ahli bahasa melihat struktur bahasa telah berkembang untuk melayani fungsi komunikatif tertentu. Bahasa diproses pada otak manusia dalam lokasi yang berbeda, tetapi secara khusus berada di area Broca dan area Wernicke. Manusia mengakuisisi bahasa lewat interaksi sosial pada masa balita, dan anak-anak sudah dapat berbicara secara fasih sekitar umur tiga tahun. Penggunaan bahasa telah berakar dalam kultur manusia dan, selain digunakan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, ia juga memiliki fungsi sosial dan kultural, seperti untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial dan untuk dandanan sosial dan hiburan. Kata "bahasa" juga dapat digunakan untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membuat ia bisa ada, atau sekumpulan penyebutan yang dapat dihasilkan dari aturan tersebut. Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan sebuah isyarat dengan sebuah makna tertentu. Bahasa lisan dan isyarat memiliki sebuah sistem fonologikal yang mengatur bagaimana suara atau simbol visual digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan sebuah sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata dan morfem digunakan membentuk frasa dan penyebutan. Bahasa tulis menggunakan simbol visual untuk menandakan suara dari bahasa lisan, tetapi ia masih membutuhkan aturan sintaks yang memproduksi makna dari urutan kata-kata. Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi setiap waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa modern untuk menentukan ciri-ciri mana yang harus dimiliki oleh bahasa pendahulunya untuk perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai keluarga bahasa. Bahasa yang digunakan dunia sekarang tergolong pada keluarga IndoEropa, yang mengikutkan bahasa seperti Inggris, Spanyol, Rusia dan Hindi; Bahasa Sino-Tibet, yang melingkupi Bahasa Mandarin, Cantonese dan lainnya; bahasa Semitik, yang melingkupi Arab, Amhar dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi Swahili, Zulu, Shona dan ratusan

bahasa lain yang digunakan di Afrika. Empat puluh persen bahasa di dunia terancam dan ada kemungkinan menjadi punah. [2]

berkembangnya kemahiran bahasa peserta didikOPINI | 18 December 2010 | 18:49 Dibaca: 857 Komentar: 0 Nihil

Pengertian BahasaSantrock dan Yussen mengidentifikasikan bahasa sebagai berikut; 1. Words, setiap bahasa mempunyai kata-kata (words). Kata-kata merujuk pada objekobjek, orang ,kejadian dll. 2. Sequencing, merupakan karakteristik yang dikehendaki dalam suatu bahasa. 3. Infinitife generativity, merupakan suatu kemampuan individu dalam menghasilkan sejumlah kalimat bermakna yang terbatas dalam menggunakan suatu himpunan kata dan aturan yang terbatas sehingga menjadi bahasa yang sangat kreatif. 4. Displacement, merupakan penggunaan bahasa untuk mengkomunikasikan informasi tentang sesuatu tempat dan waktu yang lain. 5. Rule systems (grammar atau tatabahasa), merupakan aspek yang sangat penting sebagai karakteristik suatu bahasa. Wujud bahasa yang ada sungguh bervariasi, contoh: bahasa jawa, bahasa betawi dll. Namun setiap bahasa memiliki karakteristik bervariasi, dan setiap bahasa memiliki karakteristik yang umum. Urutan kata-kata merupakan karakteristik yang dikehendaki dalam suatu bahasa. Bahasa dapat diartikan sebagai suatu system symbol dan urutan kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pengertian bahasa menurut beberapa ahli ada banyak sekali, namun secara keseluruhan, bahasa adalah suatu kode atau system symbol dan urutan kata-kata yang diterima secara konvensional untuk menyampaikan konsep-konsep atau ide-ide dan berkomunikasi melalui penggunaan symbol-simbol yang di sepakati dan kombinasi symbol-simbol yang di atur oleh ketentuan yang

ada. Pada dasarnya, bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara melainkan juga dapat di wujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuhnya.

KOMPONEN BAHASAForm (bentuk) yang meliputi: a. Morfologi, berkenaan dengan organisasi kata kata secara internal. Kata terdiri dari satu unit atau lebih dari satu unit yang disebut morfem. Morfem adalah unit grammatical yang paling kecil dan tidak dapat di bagi lagi. Misalnya, mobil, kursi,meja, dll. Tempo perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan, yang diukur dalam morfem. Panjang ucapan, mean length of Utterance (MLU) adalah alat ramalan kompleks bahasa pada anak yang berbahasa Inggeris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. b. Sintaksis, yaitu penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu. c. Fonologi, adalah aspek bahasa yang berkenaan dengan ketentuan yang mengatur struktur, distribusi,dan urutan bunyi ucapan dan bentuk-bentuk ucapan.ketentuan finologis mengatur distribusi dan pengukuran fonem. Fonem yaitu unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk membedakan arti dari satu kata. Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara. d. Semantic, mempelajari arti dan makna dari suatu bahasa yang dibentuk dalam suatu kalimat.

Bahasa Sebagai Warisan Biologis dan LingkunganPerkembangan bahasa dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain sebagau berikut. 1. Faktor Biologis

Evolusi Biologis, berkenaan dengan evolusi biologis, otak, sistem syaraf dan sistem vokal berubah selama beratus-ratus ribu tahun sehingga diperkirakan manusia mendapat bahasa bervariasi selama beribu tahun yang lalu. Ikatan Bilogis, anak-anak dilahirkan di dunia dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa (language acquisition device=LAD) yaitu ikatan biologis yang memungkinkan anak mendeteksi bahasa tertentu. LAD merupakan suatu kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang mendasari semua bahasa manusia. Peranan Otak dalam Perkembangan Bahasa, berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry (Santrock & Yussen), proses bahasa itu dikontrol oleh belahan otak sebelah kiri. Jadi apabila seseorang mengalami gangguan otak kiri, dia akan sulit untuk melakukan perkembangan bahasa. Tanya kenapa??? Karena pada otak kiri terdapat suatu area yang bernama wernicks area, fungsinya untuk pemahaman bahasa. Apabila kerusakan otak pada seseorang terjadi pada area ini akan sering timbul ocehan-ocehan atau pembicaraan yang tidak berarti. Apakah Binatang Memiliki Bahasa?, beberapa binatang mempunyai sistem komunikasi yang menakjubkan dan sederhana, serta komunikasinya adaptif dalam memberikan tanda bahaya, memberikan tanda ada makanan dan memberi tanda karena adanya kebutuhan seksual. Periode Kritis Belajar Bahasa, pada usia sebelum 12 tahun sangat memungkinkan berkembangnya kemahiran bahsa seseorang. Mengajarkan bahasa pada anak harus dari usia dini, dengan memperhatikan faktor biologis dan faktor lingkungan. 2. Faktor Lingkungan, beberapa hal yang penting dalam perkembangan bahasa yaitu perubahan kultural dan konteks sosiokultural bahasa, dukungan terhadap bahasa dan pandangan behavioral. Perubahan Kultural dan Konteks Sosiokultural Bahasa Kekuatan sosial membuat manusia untuk lebih mengembangkan cara berkomunikasi dengan orang lain. Konteks sosiokultural memainkan suatu peranan penting dalam perkembangan bahasa akhir-akhir ini. Vygotsky mengemukakan bahwa peranan orang dewasa sangat penting untuk membantu perkembangan bahasa anak. Brunner juga menekankan bahwa orang dewasa atau orang tua sangat penting unutk mengembangkan

komunikasi anak . Jadi, peran orang tua, atau guru dalam perkembangan bahasa anak cukup besar. Dukungan Sosial untuk Perkembangan Bahasa a) Motherese, cara seorang ibu berkomunikasi dengan bayi, dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana. Motherese mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak sejak usia dini. b) Recastin, membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda. c) Echoing, mengulangi apa yang akan dikatakan kepada kita, d) Expanding, menyatakan kembali apa yang anak telah katakan kepada kita dengan linguistik yang lebih baik. Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam perkembangan bahasa anak, karena mereka berperan sebagai model bahasa dan pengoreksi atas kesalahan anak. 3. Pandangan Behavioral Para ahli menyakini bahwa bahasa anak itu diperoleh dari proses belajar pengukuhan ( Skinner, 1957) dan imitasi ( Bandura, 19977). Mekanisme pengukuhan dan imitasi tidak dapat menjelaskan secara sempurna ucapan anak. Roger Brown dan Noam Chomsky, mengemukakan bahwa pengukuhan dan imitasi tidaklah terlalu bertanggung jawab dalam perkembangan bahasa namun dunia sosiokulturallah yang dilalui anak dalam belajar bahasa. Kedua teori tersebut tidak dapt dikeatahui nilai kebenarannya, karena faktor biologis maupun pengalaman saling bekerja sama dalam menghasilkan perkembangan bahasa yang optimal.

Peran Kognisi dalam Perkembangan BahasaSantrock dan Yusen (1992), menegaskan bahwa tuntutan dasar teori kognitif adalah intelegensi anak yang tumbuh dan keinginan untuk mengekspresikan maksud bersama-sama dengan masukan bahasa dari orang tua, mendorong pemerolehan bahasa. Fokus pandangan kognitif lebih pada tingkat semantik dan pragamatik bahasa dibandingkan tingkat sintaksis, morpologis, dan fonologis.

Bukti pandangan kognitif adalah ungkapan anak pada usia dini nampak menunjukkan pengetahuan kategori semantik, daripada kategori linguistic. Bukti lainnya diperoleh melalui studi terhadap anak-anak tuna rungu. Beberapa dari mereka tidak memiliki komentar baik terhadap bahasa tertulis maupun terhadap bahasa isyarat. Selama bahasa lisan itu tidak meninggalkan bekas fisik, maka usia bahasa manusia itu sulit ditentukan. Namun menurut beberapa perkiraan bahwa bahasa berkembang dari 10.000 sampai dengan100.000 tahun yang lalu. Berdasarkan perspektif evolusionair, kognisi itu jauh lebih tua dari bahasa manusia. Begitu pentingnya hubungan antara bahasa dengan kognisi, sehingga terdapat rumusan kalimat hikmat, yaitu bahasa adalah pakaian pikiran.

Tahap Perkembangan Bahasa Anaka. Perkembangan Bahasa Usia Bayi Ucapan bayi pertama kali terjadi pada usia 10 sampai 6 bulan, ada juga bayi yang membutuhkan waktu lebih lama dari itu. Sebelum mengucapkan kata-kata, mereka membuat celotehan atau ocehan dengan ucapan: baa, maa, paa, dsb. Hal ini terjadi pada usia sekitar 3 sampai 6 bulan. Celotehan ini ditentukan oleh kematangan biologis, bukan pengukuhan atau kemampuan mendengar. Kejadian inipun terjadi pada anak tuna rungu. Tujuan komunikasi pada usia dini adalah untuk menarik perhatian orang tua dan orang lain yang berada di lingkungan. Kata-kata pertama anak yang muncul diantaranya meliputi: nama orang penting (mama), binatang, kendaraan, permainan, makanan, bagian tubuh, bendabenda di sekitarnya atau ucapan selamat. Sulit menerjemahkan satu kata yang diucapkan seorang karena dapat timbul kemungkinan satu kata mengandung arti satu kalimat karena keterampilan kognitif dan linguistic yang terbatas yang sering dikenal dengan holophrase hypothese, yang artinya teori yang menganggap bahwa suatu kata tunggal digunakan untuk menjelaskan suatu kalimat sempurna. Anak mulai mengucapkan pernyataan dengan 2 kata pada usia 18-24 bulan. Pembicaraan telegrapik adalah penggunaan kata-kata yang pendek dan tepat untuk berkomunikasi, yang di karakteristikan dengan ungkapan anak-anak. b. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, perubahan bahasa pada anak usia dini, antara lain:

1. berkenaan dengan fonologi, beberapa anak usia pra sekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan (misalnya, huruf S, T, R, seperti kata strika ). 2. berkenaan dengan morfologi, pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata setiap kalimatnya. 3. berkenaan dengan sintaksi, anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditemukan pada tingkat sintaksis. 4. berkenaan dengan semantic, begitu sudah mampu menggunakan kalimat lebih dari kata, anak-anak sudah mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan cepatnya. c. Perkembangan Bahasa Usia Sekolah Robert E. Owens (1996), mengatakan bahwa usia-usia sekolah adalah periode yang sangat kreatif dalam perkembangan bahasa. Usia sekolah dikarakteristikan dengan pertumbuhan dalam semua aspek bahasa. Perkembangan pragmatic dan semantic nampak sangat lazim dalam perkembangan bahsa anak usia dini. Ringkasan Perkembangan Pragmatik dan Semantik Usia Sekolah 1. Usia 5 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, diantaranya: 1. Sangat sering menggunakan bahasa untuk mengajukan permintaan 2. Mengulang untuk perbaikan 3. Mulai untuk menggunakan topik tentang gender 2. Usia 6 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, diantaranya: 1. Mengulang dengan cara elaborasi untuk pembetulan 2. Menggunakan kata-kata keterangan 3. Usia 7 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, diantaranya: 1. Menggunakan dan memahami sebagian besar istilah deintik 2. Membuat plot-plot naratif yang mempunyai pengantar, akhir persoalan dan resolusi. Serta mengalami perkembangan semantik, diantaranya: 1. Menggunakan kiri atau kanan ,belakang atau depan. 2. Berubahdari kata tunggal ke jamak.

4. Usia 8 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, diantaranya: 1. Mengenal makna yang non literal dalam bentuk permintaan langsung. 2. Mulai dengan mempertimbangkan maksud-maksud lainnya. 5. Usia 9 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, yaitu memelihara topic malalui beberapa perubahan. Secara keseluruhan perkembangan bahasa itu lambat, tetapi perbedaan individu sangat besar karena pengalaman tiap individu. 1) Perkembangan Pragmatik, selama usia sekolah, prosese kognitif non egocentrisme dan decentration maningkat dan terjadi kombinasi sehingga anak dimungkinkan menjadi komunikator yang lebih efektif. Nonegocentrisme adalah kemampuan untuk memahami pandangan orang lain, sedangkan decentartion adalah proses bergerak dari diskripsi objek dan kejadian yang laku dan percakapan. Dua aspek penting dalam penggunaan bahasa yaitu narasi dan percakapan. Contoh narasi antara lain: recounts, eventcast, accounts dan cerita fiksi. 2) Perkembangan Semantik, selama masa sekolah individu meningkatkan jumlah perbendaharaan dan spesifikasi defansi. Pada masa ini mereka ingin manifestasikan rasa ingin tahunya, keseluruhan proses pertumbuhan semantic yang bermutu pada tahun awal sekolah itu dikaitkan dengan keseluruhan perubahan kognitif (Robert E. Owens (1996)) 3) Perkembangan Sintaksis dan Morpologik, perkembangan bahasa pada usia sekolah atas pengembangan sintaksis yang ada dan pemerolehan bentuk-bentuk secra simultan. Secara berulang dan berkelanjutan anak-anak mengembangkan kalimat dengan mengelaborasikan kata benda dan kata kerja. Secara hipotitik, perkembangan morpologi pada anak kelas awal SD dapat ditandai dengan penggunaan kata imbuhan, awalan berikutnya berkembang ke penggunaan akhiran dan yang terakhir penggunaan sisipan. d. Perkembangan Membaca dan Menulis, mwmbaca adalah sintesa jaringan tindakan perceptual dan kognitif yang komplek. Umumnya, penulis yang baik adalah pembaca yag baik pula dan sebaliknya.

Implikasi bagi Kegiatan Belajar Mengajar1. ciptakan KBM yang efektif agar perkembangan bahasa anak dapat berjalan secara optimal. 2. Gunakan bahasa yang komunikatif agar semua pihak terlibat dalam interaksi belajar mengajar yang dapat berperan secara aktif dan produktif. 3. Ciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bahasa sejak dini karena lingkungan kondusif dapat tercipta sesuai dengan kebutuhan anak untuk perkembangan bahasa pada saatnya, akan berdampak sangat positif terhadap perkembangan bahasa anak, tidak hanya sebagai pengguna bah

Manusia berbahasa ibarat burung bersayap, demikian kata George H. Lewis. Bahasa tak terlepas dari hakikat keberadaan manusia karena itulah yang menjadi piranti komunikasi antar manusia. Pada ungkapan di atas nampak bahwa manusia tanpa bahasa sama seperti burung tanpa sayap, karena sayaplah yang mecirikan burung dan bahasalah yang mencirikan manusia. Noam Chomsky, bapak Linguistik dunia, menyebutkan bahwa jika kita mempelajari bahasa maka pada hakikatnya kita sedang mempelajari esensi manusia, yang menjadikan keunikan manusia itu sendiri. Manusia dirancang untuk berjalan, tetapi tidak diajari agar bisa berjalan. Demikian pula dalam berbahasa, tidak seorangpun bisa diajari bahasa karena manusia diciptakan untuk berbahasa. Dalam artian bahwa pada kenyataannya manusia akan berbahasa tanpa bisa dicegah agar dia tidak memperoleh bahasa. Bahasa dikatakan menjadi keunikan yang mencirikan manusia dan membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Pernyataan ini tidak berarti bahwa hanya manusia yang memiliki piranti komunikasi. Binatang disebut tidak berbahasa tapi tetap bisa berkomunikasi. Ocehan burung kakatua yang bisa menyerupai ucapan manusia; perintah duduk atau kejar yang dipahami anjing; kemampuan monyet untuk memahami perintah ujaran manusia; nyanyian burung yang berirama; tempo bunyi yang didengungkan lebah; suara-suara yang dikeluarkan ikan paus; semua itu adalah contoh piranti komunikasi binatang. Piranti ini tidak serta merta disebut bahasa walaupun memang menyerupai bahasa. Contoh piranti komunikasi di atas tidak menyandang sebutan bahasa karena tidak memenuhi prasyarat bahasa seperti: unsur pertukaran pesan dari pembicara pada pendengar dan sebaliknya; adanya umpan-balik dari pembicara; kebermaknaan dan pembedaan unit-unit kosakata; adanya proses transmisi kultural yang melatarbelakangi ujaran; munculnya kreatifitas dan kemampuan pemolaan unit bahasa; pengendalian maksud bicara dan peralihan giliran bicara, serta penggunaan ungkapan yang bukan bermakna literal. Ciri-ciri di atas dicetuskan pertama kali oleh Charles Hockett (1963) yang kemudian melahirkan prokontra seputar pengistilahan bahasa. Linguis lain menyebutkan bahwa keutamaan bahasa adalah pada kebermaknaan dan fungsi komunikatifnya. Namun demikian kompleksitas berbahasa kurang menjadi titik tekannya. Field kemudian mengkategorikan ciri-ciri tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang meliputi saluran bahasa, ciri-ciri semantis, pembelajaran, struktur, dan fungsi (Field, 2003:40). Dari paparan di atas, nyatalah bahwa hanya manusia yang layak disebut berbahasa mengingat kompleksnya kebahasaan itu sendiri. Kembali pada pendapat Chomsky tadi, manusia sejak lahir akan mempelajari bahasa dengan sendirinya, meski serumit apapun anak akan memperoleh bahasa. Proses pemerolehan ini berlangsung secara alami, tidak dengan cara menghapalkan kosakata, aturan-aturan gramatika, dan aplikasi secara sosial. Kamus bahasa dalam otak anak tersusun secara otomatis tanpa teori, sedangkan kemampuan gramatika anak terasah dari pemerolehan yang disimaknya. Perihal pemerolehan bahasa dan seluk beluknya menjadi tema kajian Psikolinguistik yang merupakan studi psikologi bahasa yang mengulas proses mental yang terjadi pada penggunaan dan pemerolehan bahasa. Studi ini terkait dengan disiplin ilmu lainnya, misalnya: linguistik, yang mengkaji struktur dan perubahan bahasa; neurolinguistik, yang mempelajari hubungan antara otak dan bahasa; serta sosiolinguistik, yang membahas tentang hubungan antara bahasa dan perilaku sosial (Field, 2003:40). Dalam pembahasan berikut ini akan dikupas perkembangan bahasa pada anak yang kemudian mengarah pada paparan tentang pemerolehan bahasa pertama dan kedua pada anak sebelum pada akhirnya mengangkat tentang gangguan berbahasa. Perkembangan Bahasa pada Anak dan Ragamnya Perkembangan bahasa merupakan salah satu mata rantai pertumbuhan anak selain perkembangan lain seperti perkembangan motorik kasar, perkembangan pemecahan masalah visuo-motor yang merupakan gabungan fungsi penglihatan dan motorik halus, serta perkembangan sosial. Perkembangan bahasa sering menjadi tolok ukur tingkat intelejensi anak meskipun pada hakikatnya perkembangan seorang anak merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Artinya seorang anak tidak dapat dikatakan cerdas jika dia hanya bisa memecahkan masalah visuo-motor dan fasih berbahasa tanpa diimbangi kemampuan bersosialisasi.

Setiap anak yang normal pertumbuhan pikirannya akan belajar B1 atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama dalam hidupnya, dan proses ini terjadi hingga kira-kira umur 5 tahun. Sesudah itu pada masa pubertas (sekitar 12-14 tahun) hingga menginjak dewasa (sekitar 18-20 tahun), anak itu akan tetap belajar B1. Sesudah pubertas ketrampilan bahasa anak tidak banyak kemajuannya, meskipun dalam beberapa hal, umpamanya dalam kosakata, ia belajar B1 terus menerus selama hidupnya. Pemerolehan B1 kita anggap bahasa yang utama bagi anak karena bahasa ini yang paling mantap pengetahuan dan penggunaannya. Ketika seorang anak sedang memperoeh bahasa B1-nya, terjadi dua proses, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performasi yang menyangkut proses pemaham dan proses memproduksi ujaran. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mempersepsi kalimat yang didengar. Sedangkan proses memproduksi ujaran menjadi kemapuan linguistik selanjutnya. Fungsi berbahasa merupakan fungsi yang paling kompleks di antara seluruh faset perkembangan sebagaimana yang dijabarkan di atas. Indikator perkembangan bahasa ini meliputi fungsi reseptif yaitu kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan suara dan akhirnya kata-katadan fungsi ekspresif, yaitu Kemampuan anak mengutarakan keinginannya dan pekirannya. Fungsi ekspresif ini dipengaruhi fungsi reseptif dan merupakan kemampuan yang lebih kompleks mengingat anak memulai dengan komunikasi preverbal, dilanjutkan komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pada akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal (Pusponegoro, 1997:80). Tabel berikut meringkas tahapan perkembangan bicara pada anak yang meliputi fungsi reseptif dan ekspresif dimulai sejak bayi baru lahir hingga berumur 4 tahun.Tabel.1 Tahap perkembangan bicara pada anak Fungsi reseptif Perkembangan Bereaksi terhadap suara Tersenyum sosial Orientasi terhadap suara Menoleh pada suara bel - Fase I - Fase II - Fase III Mengerti perintah tidak boleh Mengerti perintah ditambah mimic Mengerti perintah tanpa mimik Menunjuk 5 bagian badan yang disebutkan Da-da tanpa arti 8 bulan 11 bulan 14 bulan 17 bulan Ma-ma tanpa arti Dada Mama, kata pertama Kata kedua dan ketiga 4 6 kata 7 10 kata Kalimat pendek 2 kata 50 kata, kalimat terdiri dari 2 kata 8 bulan 10 bulan 11 bulan 12 13 bulan 15 bulan 17 bulan 21 bulan 2 tahun Usia lahir 5 minggu 4 bulan Oooo-ooo Guu-guu A-guu, a- guu Mengoceh 5 bulan 7 bulan Dadada (menggumam) 9 bulan 6 bulan Fungsi ekspresif Perkembangan Usia 6 minggu 3 bulan 4 bulan 46 bulan

250 kata, kalimar terdiri dari 3 kata Kalimat terdiri dari 4-5 kata, bercerita Menanyakan arti kata Menghitung sampai 20 3 tahun

4 tahun

Dengan mengacu pada tabel perkembangan bicara di atas, maka anak dikatakan mengalami keterlambatan bicara atau kesulitan berbahasa jika kemampuannya menyimpangan dari standar tersebut. Keterlembatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat berbicara. 30% dari anak dengan keterlambatan ringan akan sembuh -atau menjadi normal- dengan sendirinya. Sisanya, 70% akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai, atau mengalami kesulitan belajar lainnya. Penyebab keterlambatan bicara dan berbahasa secara umum sangat beragam, diantaranya: 1) retardasi mental yang menyebabkan kurangnya kepandaian anak dibandingkan anak lain seusianya, 2) gangguan pendengaran, 3) kelainan organ bicara, 4) mutisme selektif atau ketidakmauan berbicara pada keadaan tertentu, 5) deprivasi atau kurangnya stimuli dari lingkungan, 6) kekurangan gizi yang mengakibatkan kelainan saraf, dan 7) autisme atau deviansi komunikasi baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku yang sedang tren dibicarakan saat ini (Sutardi, 1997:67). Kajian tentang keterlambatan atau gangguan bicara di beberapa literatur psikologi bahasa masih terbatas pada kesulitan berbicara dalam tataran umum. Kesulitan berbicara yang megkerucut pada kemampuan berbahasa dari tinjauan sitaksis dan pragmatis belum banyak diangkat. Carrol (1986:30) menggolongkan gangguan bicara menjadi 4 (empat), yaitu: 1) gangguan bicara pada anak dengan keterlambatan mental, 2) gangguan bicara pada anak-anak penderita tunarungu, 3) gangguan bicara pada anak penyandang autisma, dan 4) gangguan bicara pada anak yang mengalami cidera otak. Pemerolehan Bahasa Pertama pada Masa Awal Pemerolehan bahasa pada anak yang baru lahir berawal dari suara tangisnya yang menjadi bentuk respon terhadap stimuli dari lingkungannya. Caranya merespon akan berkembang seiring kematangan mentalnya. Selanjutnya anak akan terus menyimpan stimuli bahasa pada memorinya. Pemerolehan bahasa pertama, atau yang kerap disebut bahasa ibu, merupakan proses kreatif dimana aturan-aturan bahasa dipelajari anak berdasarkan input yang diterimanya dari bentuk tersederhana hingga bentuk yang paling kompleks. Anak akan lebih cepat menguasai bahasa jika ia memperoleh bahasa dalam masa emas atau periode ideal (critical age) yaitu usia 6-15 tahun. Pada teori lain diasumsikan bahwa usia kritis tersebut berkisar 0-6 tahun, namun pada intinya batasan periode ideal yang dimaksud adalah prapubertas. Menurut Lanneberg (dalam Subyakto, 1992) pada masa emas otak manusia masih sangat elastis sehingga memungkinkan seorang anak memperoleh bahasa pertama dengan mudah dan cepat. Adapun pada usia pubertas telah dicapai kematangan kognitif pada saat selesainya fungsi-fungsi otak tertentu, khususnya fungsi verbal yang menjadi mantap di bagian otak sebelah kiri. Hal inilah yang disebut lateralisasi. Masa kritislah yang bertanggung jawab atas lateralisasi yang membuat proses pemerolehan bahasa secara alamiah akan berkurang hingga akhirnya hilang sama sekali. Efektifnya pemerolehan bahasa pada usia tersebut telah diujikan dalam beberapa penelitian. Hipotesis bahwa periode usia di atas disebut masa emas pemerolehan bahasa diperkuat oleh beberapa kasus keterlambatan bicara pada orang dewasa yang memperoleh bahasa di atas usia 15 tahun. Sebut saja beberapa nama seperti Amila dan Kayla yang ditemukan di belantara India pada tahun 1920; Genie yang terisolir dari kehidupan m