26
Pengutipan dalam Karya Ilmiah I. Definisi Pengutipan ialah proses meminjam pendapat para ahli dalam disiplin ilmu tertentu baik langsung atau pun tidak langsung yang dituangkan dalam karya ilmiah.Hasil pengutipan karya ilmiah disebut kutipan. Fungsi kutipan ialah : (a) bukti untuk menunjang pendapat penulis (b) bukti tanggung jawab penulis (c) bukti bahwa tulisan itu ilmiah. II. Jenis-jenis Kutipan Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah itu dibagi atas dua jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. 2.1 Kutipan Langsung Kutipan langsung dapat diartikan meminjam pendapat para ahli secara utuh atau lengkap baik itu berupa frase atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris. 2.2 Kutipan Tidak Langsung Kutipan tidak langsung dapat diartikan meminjam pendapat para ahli tidak secara utuh. Penulis menulis

Bahasa Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bahasa Indonesia

Pengutipan dalam Karya Ilmiah

I. Definisi

Pengutipan ialah proses meminjam pendapat para ahli dalam disiplin ilmu tertentu baik langsung atau pun tidak langsung yang dituangkan dalam karya ilmiah.Hasil pengutipan karya ilmiah disebut kutipan.

Fungsi kutipan ialah :

(a) bukti untuk menunjang pendapat penulis

(b) bukti tanggung jawab penulis

(c) bukti bahwa tulisan itu ilmiah.

II. Jenis-jenis Kutipan

Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah itu dibagi atas dua jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

2.1 Kutipan Langsung

Kutipan langsung dapat diartikan meminjam pendapat para ahli secara utuh atau lengkap baik itu berupa frase atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris.

2.2 Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung dapat diartikan meminjam pendapat para ahli tidak secara utuh. Penulis menulis intinya atau topiknya saja, lalu dikembangkan dengan pendapat penulis.

Page 2: Bahasa Indonesia

III. Teknik Pengutipan

Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. kutipan ditulis langsung dengan teks;

2. spasi kutipan ialah 2 spasi;

3. memakai tanda petik dua di awal dan di akhir

kutipan;

4. awal kutipan memakai huruf kapital;

5. diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun

terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat

disajikan di awal atau di akhir kutipan.

Contoh: ----------------------------teks------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------

“………………………………………………….…………………...

………………………………………………kutipan……………….

…………………………” (Bedul, 1945: 6).

---------------------------------------------------------------teks--------------

-----------------------------------------------------------------------

Kutipan langsung yang lebih dari empat baris

dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. dipisahkan dari teks 2,5 spasi;

2 spasi

2 spasi

2 spasi

Page 3: Bahasa Indonesia

2. spasi dalam kutipan 1 spasi;

3. memakai tanda petik dua atau pun tidak

(opsional);

4. semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari

sebelah kiri teks;

5. awal kutipan memakai huruf kapital;

6. diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun

terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat

disajikan di awal atau di akhir kutipan.

Contoh :

----------------------------------teks----------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------

“………………………………………….………….

……………………………….kutipan…………...

………………………………………………….....

…………...........………………………………….

……………..”(Bedul, 1945: 6).

-----------------------------------------teks----------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------.

2 spasi

2 spasi

Page 4: Bahasa Indonesia

Prinsip-Prinsip Dasar

Prinsip-prinsip dasar dalam pengutipan ialah sebagai berikut.

1. Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan

judul buku.

2. Nama marga, tahun terbit, dan halaman buku

selalu berdekatan.

3. Kutipan tidak dibenarkan dicetak tebal atau

dihitamkan.

4. Kutipan dalam bahasa asing atau bahasa

daerah harus dicetak miring.

5. Kutipan dapat ditempatkan sesuai dengan kebutuhan baik di awal, tengah, atau akhir teks.

6. Jika nama pengarang ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu ditulis. Misalnya: J.S. Badudu dan M. Ramlan menjadi Badudu dan Ramlan.

7. Jika nama pengarang ada tiga atau lebih, nama akhir pengarang pertama yang ditulis dan diikuti dkk. Misalnya: J.S.Badudu, M. Ramlan, Gorys Keraf menjadi Badudu, dkk.

8. Apabila kutipan itu dirasakan terlalu panjang, penulis boleh mengambil bagian intinya saja dengan teknik memakai tanda apostrof […------------------------------ (Badudu, 1994:45)….], tetapi tidak boleh mengubah atau menggeserkan makna atau pesannya.

9. Jika mengutip pendapat ahli yang berasal dari kutipan karya ilmiah yang lain, bentuk penyajiannya ialah Menurut Badudu (dalam Djajasudarma, 1993: 56) bahwa ….

Page 5: Bahasa Indonesia

Catatan:

catatan kaki jarang atau sudah tidak dipakai lagi

dalam penulisan karya ilmiah karena dirasakan

kurang efektif.

Daftar Pustaka (Bibliografi)

Definisi

Daftar putaka ialah daftar atau senarai yang ada dalam karya ilmiah, misalnya, makalah atau skripsi yang berisikan identitas buku dan pengarang yang disusun secara alfabetis (setelah nama marga pengarang dikedepankan).

Ciri-Ciri Daftar Pustaka

Kepustakaan atau juga daftar pustaka memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Diambil dari buku, majalah, makalah, surat

kabar, internet, dan orasi dalam karya ilmiah;

b. Berisikan nama pengarang atau lembaga;

c. Memiliki identitas buku, yaitu judul, tahun terbit,

cetakan atau edisi, nama penerbit, dan tempat

terbit.

Page 6: Bahasa Indonesia

Fungsi Daftar Pustaka

Fungsi dari daftar pustaka ialah sebagai berikut:

a. Menunjukkan bahwa tulisan itu ilmiah (bersifat ilmu pengetahuan);

b. Menginformasikan bahwa karya ilmiah itu (penelitian) memiliki referensi dan akumulasi dari karya ilmiah sebelumnya;

c. Merupakan alat kontrol pada landasan teoretis atau tinjauan pustaka.

Teknik Penulisan

Teknik penulisan daftar pustaka ialah berikut:

a. Nama pengarang dibalikkan atau diputar dengan catatan nama yang dikedepankan, yaitu nama marga/unsur nama akhir yang dipisahkan oleh koma;

b. Setelah itu, nama pengarang disusun secara alfabetis;

c. Bila nama pengarang ada dua, yang dibalikkan ialah nama pengarang pertama;

Contoh: Emil Salim dan Philip Kotler menjadi

Salim, Emil dan Philip Kotler

d. Jika nama pengarang ada tiga atau lebih, nama pengarang pertamalah yang diputar dan diikuti oleh dkk.

Contoh: Emil Salim, Philip Kotler, Djoemad

Tjiptowardojo menjadi Salim, Emil.

dkk.

Page 7: Bahasa Indonesia

e. Bila tidak terdapat nama pengarang, nama departemen atau lembagalah yang ditulis; bila tidak ada kedua-duanya, tulislah tanpa pengarang, atau tanpa lembaga;

f. Gelar akademik pengarang tidak dicantumkan;

g. Judul buku harus dicetak miring dalam komputer atau digarisbawahi dalam mesin tik atau tulisan tangan;

h. Judul artikel, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum dibukukan diapit oleh tanda petik dua;

i. Bila ada edisi atau cetakan ditulis sesudah judul buku;

j. Jika buku tersebut merupakan terjemahan dari buku bahasa asing, penerjemah ditulis sesudah edisi;

k. Spasi dalam daftar pustaka satu spasi;

l. Perpindahan dari satu pengarang ke pengarang yang lain dua spasi.

m. Bila dalam satu buku diperlukan dua baris atau lebih, baris yang kedua atau selanjutnya dimulai dari 1 tabulasi (5-7 ketukan);

n. Jika seorang pengarang menuliskan lebih dari satu buku, nama pengarang ditulis satu kali; nama pengarang itu diganti dengan garis panjang atau tanpa garis panjang;

o. Bila ada dua atau lebih karya ilmiah (buku) yang ditulis oleh seorang pengarang, urutan penulisannya berdasarkan tahun terbit;

p. Bila ada dua atau lebih buku (karya ilmiah) dari seorang pengarang yang ditulis dalam tahun yang sama, urutan penulisannya diikuti nomor urut a, b, c, dsb.

q. Perhatikan urutan penulisan; nama marga dan nama kecil, (dipisahkan koma), (diakhiri titik), tahun terbit, (diakhiri titik), judul buku–anak judul, (diikuti titik dua dan diakhiri titik), cetakan (diakhiri titik), nama tempat (diakhiri titik dua), nama penerbit (diakhiri titik).

r. Contoh bentuk penulisan daftar pustaka.

Page 8: Bahasa Indonesia

Bentuk Pertama

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Cetakan III.Bandung: Eresco.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1989. “Tata Bahasa Kasus dan Valensi Verba”. Dalam PELLBA 2. Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. Jakarta: Kanisius.

Bentuk Kedua

Djajasudarma, T. Fatimah

1993a Semantik 2: Pemahaman Ilmu

Makna. Bandung: Eresco.

1993b Metode Linguistik: Ancangan Metode

Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.

Rujukan Elektronik

Boon, J. 2004. Anthropology of Religion. Melalui http://www.joe.org/june33/95.html. 7 Juni 2003.

Rujukan Majalah

Semiawan, Cony. 1989. “Perkembangan Sikap Persahabatan pada Anak-Anak”. Dalam Pertiwi 83. (Juni, III). Jakarta.

Rujukan Surat Kabar

Simanungkalit, Tohap. 1987. “Masih Belajar di Tingkat Dua Demokrasi Kita”. Dalam Prioritas. 4 Mei 1987.Jakarta.

Rujukan Antologi

Page 9: Bahasa Indonesia

Junus, Umar. 1986. “Kebudayaan Minangkabau”. Dalam Koenjaraningrat (Editor). Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Bahasa Karya Ilmiah

A. Ejaan

Penerapan ejaan dalam tulisan ilmiah di antaranya sebagai berikut.

Tanda koma diterapkan pada kata penghubung.

1.Tanda koma harus diletakkan sebelum kata penghubung kalimat majemuk setara berikut:

................., tetapi .......................

................., sedangkan ...............

................., melainkan ...............

......, ........., dan ..........................

Contoh: Dana itu tidak diberikan kepada perseorangan,tetapi diberikan kepada masyarakat.

2.Tanda koma tidak diletakkan sebelum kata penghubung kalimat majemuk bertingkat berikut (bila anak kalimat mendahului induk kalimat).

... , bahwa .... ... , agar .... ... , bila .... ... , sesudah ....

... , sehingga .... ... , supaya .... ... , jika .... ... , ketika ....

... , maka .... ... , kalau .... ... , walaupun .... ... , meskipun ....

... , kalau .... ... , setelah .... ... , sejak .... ... , saat ....

... , karena .... ... , sebab... ... , sungguhpun ....kendatipun....

Contoh: Gubernur mengatakan, bahwa rapat Walikota dan Bupati diundur.

3.Tanda koma harus diletakkan setelah kata penghubung berikut (di awal kalimat).

Page 10: Bahasa Indonesia

Jadi, ....Oleh sebab itu, ....

Namun, ....Oleh karena itu, ....

Memang, .... Di samping itu, ....

Selain itu, ....Akhirnya, ....

Dengan kata lain, .... Selanjutnya, ....

Selain itu, .... Berikutnya, ....

Walaupun demikian, ....Lagi pula, ....

Akan tetapi, .... Lain daripada itu, ....

Contoh: Oleh karena itu, informasi ini dapat kami pertanggungjawabkan.

4.Tanda koma dipakai untuk memisahkan nama dengan gelar akademik serta mengurutkan gelar di belakang.

Contoh: Prof. Dr. Livain, M. Hum., M.Si.

Huruf kapital atau huruf besar, di antaranya,

di pakai untuk hal-hal berikut:

1.unsur pertama nama orang;

Contoh: Rindu Asmarawati (bukan RINDU ASMARAWATI)

2.unsur pertama jabatan dan pangkat bila diikuti nama orang, instansi, atau tempat;

Contoh: Jenderal Ahmad, Direktur PT Lestari, Presiden Indonesia

3.unsur pertama nama geografi, negara, lembaga pemerintah,ketatanegaraan, dan dokumen resmi;

Contoh:

Jalan Merdeka, Republik Indonesia, Dewan

Perwakilan Rakyat, Departemen Pendidikan

Page 11: Bahasa Indonesia

Nasional, Undang-Undang Kepegawaian

4.unsur pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan;

Contoh:

buku Siti Nurbaya, majalah Tempo, surat kabar

Pikiran Rakyat, “Unsur Serapan dalam Bahasa Indonesia” (judul makalah)

5.huruf kapital tidak diterapkan pada singkatan umum berikut;

Contoh:

dll.dst. sda. dsb. hlm. a.n. u.b. s.d. d.a. u.p.

6.huruf kapital diterapkan pada akronim nama diri berupa gabungan huruf awal;

Contoh:

LAN Lembaga Administrasi Negara

PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

7.huruf kapital diterapkan pada akronim nama diri berupa gabungan huruf dan suku kata;

Contoh:Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

8.huruf kapital diterapkan pada akronim nama diri berupa gabungan suku kata.

Contoh:

Unpad Universitas Padjadjaran

Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional

Page 12: Bahasa Indonesia

B. Unsur Serapan

Unsur serapan harus diperhatikan dalam tulisan ilmiah. Unsur serapan itu ada yang baku (standar atau benar) dan nonbaku (tidak standar atau salah).

Page 13: Bahasa Indonesia

sistimatis, standarisasi, spirituil

sistematis, standardisasi, spiritual

16.

akomodir, dramatisir, legalisir

akomodasi, dramatisasi, legalisasi

15.

silahkan, persilahkan, taripsilakan, persilakan, tarif14.

kondwite, kongkrit, rizkikonduite, konkret, rezeki13.

kaedah, karir, nasehatkaidah, karier, nasihat12.

azas, atmosfir, cinderamataasas, atmosfer, cenderamata

11.

foto kopi, faksimili, ujudfotokopi, faksimile, wujud10.

subyek, obyek, projeksubjek, objek, proyek9.

Pebruari, Nopember, Januwari

Februari, November, Januari

8.

aktifitas, produktifitas, efektifitas

aktivitas, produktivitas, efektivitas

7.

jadual, seksama, sekedarjadwal, saksama, sekadar6.

prosentase, kwitansi, kwalitas, kwantitas

persentase, kuitansi, kualitas, kuantitas

5.

hipotesa, diagnosa, prosenhipotesis, diagnosis, persen4.

sistim, analisa, aktesistem, analisis, akta3.

metoda, tehnik, teoritismetode, teknik, teoretis2.

atlit, praktek, antri atlet, praktik, antre1.

NonbakuBakuNo

Page 14: Bahasa Indonesia

C. Bentukan Kata

Bentukan kata ialah kata-kata yang dibentuk melalui pengimbuhan, pengulangan, dan penggabungan kata.

pengrusakan, perletakan, berpetualangperusakan, peletakan, bertualang10.

mempublikasikanmemublikasikan9.

mempopulerkanmemopulerkan8.

mensukseskanmenyukseskan7.

mengolahragakanmemperolahragakan6.

mengenyampingkanmenyampingkan/mengesampingkan5.

berulang kaliberulang-ulang/ berkali-kali4.

dikarenakan, mempersilahkan, silahkan

disebabkan oleh, mempersilakan,silakan

3.

keberatanberkeberatan/ memiliki keberatan2.

perobahan, pemerentah, diketemukanperubahan, pemerintah, ditemukan1.

Bentukan NonbakuBentukan BakuNo

memitnah, memasilitasi, memokuskanmemfitnah, memfasilitasi, memfokuskan

20.

membom, menlas, mencormengebom, mengelas, mengecor19.

mempercayai, mempesona,memperkosa

memercayai, memesona,memerkosa

18.

mengkaderkan, mengkalkulasi, mempengaruhi

mengaderkan, mengalkulasi,memengaruhi

17.

memerotes, mengeritik, penglepasanmemprotes, mengkritik, pelepasan16.

menumbuhngembangkanmenumbuhkembangkan15.

terlantar, terlentang, terlanjurtelantar, telentang, telanjur14.

mengulur-ngulurmengulur-ulur13.

dilegalisirdilegalkan, dilegalisasikan12.

mengkoordinasikanmengoordinasikan11.

Page 15: Bahasa Indonesia

D. Pilihan Kata (Diksi)

Diksi ialah kosakata atau perbendaharaan kata yang sudah dipilih oleh seseorang agar informasi yang disampaikan berhasil guna (efektif).

diikuti bukan orangmemberitahukan11.

diikuti bukan orangmengabarkan10.diikuti orangmengabari9.

diikuti orangmemberitai atau memberi tahu8.diikuti bukan orangmenugaskan7.diikuti orangmenugasi6.diikuti benda/ bukan orangmemberikan5.diikuti orangmemberi4.diikuti benda/ bukan orangmengajarkan3.diikuti orangmengajari2.diikuti tempatmengajar1.

PenerapanDiksiNo

peristiwa dapat terjadi atau tidak terjadi

kalau, bila, jika30.

kejadian yang tidak mungkin terjadi

andaikata/ seandainya29.

waktu barusudah28.

waktu lamatelah27.

waktu ini/ sesaatsekarang26.

ada kaitan dengan waktu dulukini25.

perbandingandaripada24.

diikuti tempatdi23.

diikuti waktu, orang, kata benda abstrak

pada22.

menyisakan dua hal/ orangselain21.

menyisakan satu hal/ orangkecuali20.

diikuti sebuah namamenamakan19.

diikuti orangmenamai18.

berada di bawahmembawahi17.

menempatkan di bawahmembawahkan16.

membaca Al-Quranmengaji15.

menelaah atau menganalisismengkaji14.

diikuti tempattertinggal13.

diikuti bendaketinggalan12.

Page 16: Bahasa Indonesia

E. Kalimat

Kalimat dalam tulisan ilmiah, misalnya, dalam skripsi identik dengan kalimat yang baik dan benar (kalimat baku atau kalimat efektif).

Dalam kalimat yang baik dan benar, diungkapkan informasi secara efektif (berhasil guna) dan kalimat itu harus sesuai dengan kaidah aspek-aspek kebahasaan. Kalimat baku memiliki ciri-ciri, yaitu kefungsian, keparalelan, kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan, dan kepasifan.

1. Kefungsian

Kefungsian ialah setiap kalimat memiliki kejelasan fungsi-fungsi (S, P, O, pel., K); fungsi kalimat yang mutlak hadir ialah subjek dan predikat.

Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakian kata depan, misalnya, di, dalam, bagi, untuk, pada, kepada, menurut, dan dengan, di depan subjek.

Contoh:

(1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi harus membayar uang kuliah.

K P O

Agar kalimat menjadi baku, kata bagi harus dilesapkan.

(1a) Semua Mahasiswa perguruan tinggi harus membayar uang kuliah.

S P O

2. Keparalelan

Kepararelan atau kesejajaran ialah kesamaan bentuk kata yang diperlihatkan oleh pemakaian imbuhan. Jika bentuk pertama menggunakan imbuhan kata kerja (verba), yaitu me-, me–i, me-kan, di-, di-i, di-kan, ber-, ter-, ter-i, ter-kan, memper-, memper-i, memper-kan, diper-, diper-i, dan diper-kan, bentuk kedua dan seterusnya pun menggunakan imbuhan verba. Sebaliknya, jika bentuk pertama menggunakan imbuhan kata benda (nomina), yaitu pe-,

Page 17: Bahasa Indonesia

pe-an, per-an, ke-, ke-an, dan –an, bentuk kedua dan seterusnya pun menggunakan imbuhan nomina.

Contoh:

(2) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

Agar kalimat menjadi baku, penerapan imbuhan dalam kalimat itu harus disejajarkan.

(2a) Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

3. Kehematan

Kehematan dalam kalimat baku ialah hemat menerapkan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Penghematan dapat dilakukan dengan hal-hal berikut.

(a) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak mengulang subjek yang sama.

Contoh:

• Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Agar kalimat menjadi baku, hilangkan subjek pada anak kalimat.

(3a) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

(b) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata, misalnya, kata merah dengan warna dan kata pipit dengan burung.

Contoh:

(4a) Ia memakai baju merah.

(c) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat,misalnya, kata naik dengan ke atas, turun dengan ke bawah, hanya dengan saja, sejak dengan dari, agar dengan supaya, demi dengan untuk, adalah dengan merupakan atau ialah.

Contoh:

Page 18: Bahasa Indonesia

(5) Sejak dari pagi dia bermenung.

Agar kalimat menjadi baku, hilangkan satu dari dua sinonim kata itu. .

(5a) Sejak pagi dia bermenung.

(d) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang jamak, misalnya, para tamu-tamu, para hadirin, beberapa orang-orang seharusnya para tamu, hadirin, dan beberapa orang.

4. Kecermatan

Kecermatan ialah kalimat yang diungkapkan tidak menimbulkan makna ganda (ambigu).

Contoh:

(6) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

Agar kalimat tersebut menjadi baku, makna kalimat harus tunggal.

(6a) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah

5. Kepaduan

Kepaduan ialah keeratan antara hubungan predikat dan objek. Jika predikat berupa kata kerja transitif, antara predikat dan objek tidak disisipi kata depan.

Contoh:

Makalah ini akan membahas tentang desain interior.

(7) Agar kalimat tersebut menjadi baku, kata tentang harus dilesapkan.

(7a) Makalah ini akan membahas desain interior.

6. Kelogisan

Kelogisan ialah ide atau informasi kalimat itu dapat diterima oleh akal atau masuk akal.

(8) Waktu dan tempat kami persilakan.

Page 19: Bahasa Indonesia

Agar kalimat menjadi baku, subjek kalimat itu harus berupa manusia.

(8a) Bapak Menteri kami persilakan.

7. Kepasifan

Kepasifan ialah penerapan kalimat (bentuk pasif) yang disusun secara baik dan benar. Jika subjek kalimat aktif orang kesatu dan kedua, yaitu saya, aku, kami, kita, kamu, Anda, engkau, dan kalian, dalam kalimat pasif predikatnya tidak berimbuhan di-, tetapi cukup melesapkan imbuhan me- dari bentuk aktifnya.

Contoh:

(9) Laporan ini disusun oleh saya (bentuk aktifnya Saya menyusun laporan ini).

Bentuk pasif yang bakunya berikut.

(9a) Laporan ini saya susun.

berbeda dengan kalimat berikut

(10) Makalah itu diajukan (oleh) mereka (subjek kalimat itu bukan orang kesatu dan kedua).

Page 20: Bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal

1991. Penulisan Karya Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai

1991. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Badudu, J.S.

1991. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: Gramedia.

Brotowijdoyo, Mukayat D.

1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta : Akademika Pressindo.

Effendi, S.

1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian.

Jakarta: Pusat Bahasa.

Keraf, Gorys

1980. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.

Mustakim

1994. Membina Kemampuan Berbahasa Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: Gramedia.

Sugono, Dendy

1994. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.

Page 21: Bahasa Indonesia

DAFTAR KAMUS

Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain

1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Echols, John M. dan Hassan Shadily

1990. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti

1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Salim, Peter dan Yenni Salim

1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.