92
A. Latar Belakang Nama : Rahma Metalia NIM: 04101003046 BAHAYA KERJA BIOLOGI DI TEMPAT PENGUMPULAN BARANG BEKAS DI LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN INDERALAYA (BAHAYA KERJA BIOLOGI HEWAN PENGERAT : TIKUS) Pekerjaan mengumpulkan barang bekas atau barang yang masih memiliki nilai jual untuk dapat di daur ulang telah banyak dilakukan di kalangan masyarakat. Selain digunakan sebagai mata pencaharian yang dapat menunjang ekonomi keluarga juga dapat membantu mengurangi jumlah sampah di lingkungan sekitar. Barang-barang bekas seperti koran bekas, buku yang tidak lagi digunakan, kaleng bekas, besi atau paku yang telah berkarat, gelas plastik, galon bekas, dan lainnya merupakan barang-barang yang masih dapat di daur ulang. Dalam setiap pekerjaan baik di bidang apapun itu, memiliki potensi untuk terjadinya bahaya kesehatan kerja, termasuk pada pekerja pengumpul barang-barang bekas. Di lorong pasar pagi, Timbangan, Inderalaya terdapat sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat pengumpulan barang bekas oleh salah satu warga bernama bpk.U. Barang-barang bekas ini bertumpuk di sekeliling halaman rumah yang dibiarkan terbuka, sehingga apabila hujan, tanah yang menjadi alas untuk barang-barang bekas ini akan basah dan mengotori barang-barang bekas yang

Bahaya Kerja Biologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahaya Kerja Biologi

Citation preview

Page 1: Bahaya Kerja Biologi

A. Latar Belakang

Nama : Rahma Metalia

NIM : 04101003046

BAHAYA KERJA BIOLOGI DI TEMPAT PENGUMPULAN BARANG BEKAS DI

LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN

INDERALAYA

(BAHAYA KERJA BIOLOGI HEWAN PENGERAT : TIKUS)

Pekerjaan mengumpulkan barang bekas atau barang yang masih memiliki nilai jual untuk

dapat di daur ulang telah banyak dilakukan di kalangan masyarakat. Selain digunakan

sebagai mata pencaharian yang dapat menunjang ekonomi keluarga juga dapat membantu

mengurangi jumlah sampah di lingkungan sekitar. Barang-barang bekas seperti koran

bekas, buku yang tidak lagi digunakan, kaleng bekas, besi atau paku yang telah berkarat,

gelas plastik, galon bekas, dan lainnya merupakan barang-barang yang masih dapat di daur

ulang.

Dalam setiap pekerjaan baik di bidang apapun itu, memiliki potensi untuk terjadinya

bahaya kesehatan kerja, termasuk pada pekerja pengumpul barang-barang bekas. Di

lorong pasar pagi, Timbangan, Inderalaya terdapat sebuah tempat yang digunakan sebagai

tempat pengumpulan barang bekas oleh salah satu warga bernama bpk.U. Barang-barang

bekas ini bertumpuk di sekeliling halaman rumah yang dibiarkan terbuka, sehingga

apabila hujan, tanah yang menjadi alas untuk barang-barang bekas ini akan basah dan

mengotori barang-barang bekas yang ada. Barang-barang bekas yang berada di tempat

bpk.U berupa galon bekas, kumpulan koran dan kertas bekas, sepeda bekas, dan masih

banyak yang lainnya. Tumpukan barang-barang bekas yang tidak teratur dan kotor dapat

menjadi tempat berkembang biak yang baik untuk mikroorganisme patogen dan binatang

pengerat. Binatang pengerat dalam kasus ini adalah tikus.

Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo Rodentia, sub ordo Myormopha, famili

Muridae. Spesies tikus paling dikenal adalah mencit (Mus Spp.) serta tikus got (Rattus

norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme

model yang penting dalam biologi. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, seekor induk

tikus dapat melahirkan anak 6 ekor setiap kali kehamilan.

Page 2: Bahaya Kerja Biologi

Tikus biasanya membuat sarang pada tempat-tempat yang berdekatan dengan sumber

makanan, air, dan tempat yang terlindung seperti di premis makanan, gudang, tempat

pembuangan sampah, longkang dan dapur yang kotor. R.novergicus (Tikus got)

membangun sarangnya dari rumput, kertas bekas, tali-tali bekas, dan bahan lain yang

cocok.

Tikus termasuk hewan pemakan segala. Tikus menghasilkan kotoran 10 kali lebih banyak

dari pakan yang dimakan dengan kotoran, urin, dan bulunya. Tikus berperan sebagai tuan

rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai rodent borne disease,

penyakit yang termasuk sebagai rodent borne disease antara lain seperti penyakit pes

(plague), leptospirosis, scrub thypus, murine thypus, rat bite fever, salmonellosis,

lymphocytic choriomeningitis, rabies dan beberapa penyakit lainnya. Penyebaran penyakit

dari tikus ke manusia terutama disebabkan oleh bermacam-macam bakteri yang

terkandung dalam feces dan urine tikus.

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang muncul akibat bahaya kerja biologi karena

hewan pengerat (tikus) perawat berperan dalam hal kesehatan kerja di lingkungan kerja

pengumpulan barang bekas dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan

yang berkaitan dengan penyakit-penyakit yang sering timbul akibat tikus, tanda dan gejala

penyakit serta pencegahannya. Selain itu perawat juga berperan dalam memberikan

penyuluhan akan pentingnya penggunaan alat pelindung diri selama bekerja seperti

masker dan sarung tangan serta hygiene diri yang baik. Perawat bekerja sama dengan

Puskesmas juga berperan dalam menyaring atau melakukan diagnosa sedini mungkin pada

pekerja di lingkungan kerja pengumpulan barang bekas agar para pekerja yang memiliki

tanda dan gejala penyakit yang muncul akibat tikus dapat diberikan perawatan sedini

mungkin. Penting juga untuk perawat memberikan pendidikan kesehatan kerja untuk

mengendalikan hewan pengerat seperti dengan merapihkan barang-barang bekas dan

memberikan alas dan tutup yang baik serta pemberantasan sarang tikus, sehingga

lingkungan kerja menjadi lebih terkendali dan meminimalisir bahaya biologi yang muncul.

Nama : Dian Gustie Aprimavista

NIM : 04101003019

Page 3: Bahaya Kerja Biologi

BAHAYA KERJA BIOLOGI DI TEMPAT PENGUMPULAN BARANG BEKAS DI

LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN

INDERALAYA (Bakteri E.coli)

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,

keselamatan dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi

proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan kerja. K3 juga

melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen dan orang lain yang juga mungkin

terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Dalam hal ini kesehatan dan keselamatan kerja pada

pengumpulan barang bekas atau sampah.

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini

masih tetap menjadi “PR” besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan sampah.

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas

manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Salah satu bahaya dari sampah yaitu bahaya biologi. Bahaya biologi adalah organisme

atau zat yang berasal dari organisme, yang menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia

atau hewan. Hal ini dapat mencakup limbah medis, sampel dari mikroorganisme, virus,

atau racun (dari sumber biologis) yang dapat berdampak pada kesehatan manusia. Kondisi

lingkungan kerja bisa berakibat negatif jika dilakukan dengan adanya kontaminan

biologis.

Salah satu cara pemanfaatan sampah adalah dengan mendaur ulang. Hal ini yang

mendorong warga untuk mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang dari tempat-

tempat sampah, mengumpulkan di halaman rumah dan selanjutnya dijual lagi untuk didaur

ulang. Hal ini bukan tanpa resiko, seperti diketahui sampah merupakan habitat ideal bagi

bakteri penyebab penyakit atau patogen. Bakteri yang hidup ditempat sampah diantaranya,

Salmonella, Clostridia, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Vibrio

parahaemolyticus.

Escherichia coli atau biasa disingkat E. Coli adalah salah satu spesies utama bakteri gram

negatif. Pada umumnya bakteri ini diketahui terdapat secara normal dalam alat pencernaan

Page 4: Bahaya Kerja Biologi

manusia dan hewan. Keberadaan E. Coli di luar tubuh manusia menunjukkan suatu tanda

sanitasi yang tidak baik karena E. Coli bisa berpindah dengan kegiatan tangan ke mulut.

Aktivitas pengumpulan sampah plastik sering dilakukan dengan tangan tanpa sarung

tangan. Hal ini memungkinkan perpindahan E. Coli dari tangan ke mulut terlebih akibat

cuci tangan yg tidak bersih. E.coli yang terdapat pada makanan atau minuman yang masuk

ke dalam mulut manusia dapat menyebabkan gejala seperti kholera, disentri,

gastroenteritis, diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lainnya.

Kontaminasi atau perpindahan E.coli dari tangan ke mulut dapat di cegah dengan tetap

menjaga sanitasi lingkungan, mengunakan sarung tangan saat memegang sampah dan

mencuci tangan dengan benar dan bersih menggunakan sabun dan air bersih dan mengalir.

Tidak hanya akibat perpindahan E.coli dari tangan ke mulut, sanitasi air untuk kebutuhan

sehari-hari pun perlu diperhatikan yaitu dengan memastikan air tidak tecemar oleh

kumpulan sampah serta jarak tempat pengumpulan sampah dengan sumber air yang tidak

terlalu dekat. Ada baiknya tempat pengumpulan sampah terpisah dari tempat tinggal.

Peran perawat disini sebagai penyuluh kesehatan, memberikan penyuluhan mengenai cara

memelihara kesehatan mengenai anjuran mencuci tangan setelah bekerja dan memberikan

pengetahuan mengenai dampak dari sampah.

Nama : Poppy Judika Nababan

NIM : 04101003019

Bahaya Kerja Biologi Ditempat Pengumpulan Barang Bekasdi Lorong Pasar Pagi Timbangan Indralaya

 Lingkungan kerja merupakan keadaan yang mempengaruhi pekerja yang dapat berupa

kondisi, alat & bahan kerja, cara kerja, tempat kerja, dll yang terkadang dapat

menimbulkan bahaya. Sehingga dalam keadaan tertentu yang berisiko bahaya harus

dilakukan tindakan pengendalian baik oleh pekerja maupun pengusaha.

Page 5: Bahaya Kerja Biologi

Bahaya (Hazard), merupakan suatu kondisi dimana dapat menimbulkan kerusakan harta

benda, penyakit, ataupun penurunan kemampuan dalam melaksanakan fungsi yang telah

ditetapkan, atau suatu kondisi yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan / kerugian.

Dalam dunia kerja ada beberapa bahaya dari lingkungan tempat kerja itu. Baik bahaya

biologi , bahaya fisika, dan bahaya kimia. Bahaya biologi adalah potensi bahaya yang

berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal

dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu. Salah

satu diantaranya adalah virus dengue. Virus dengue yang diturlarkan oleh nyamuk dapat

menyebabkan Demam Berdarah. Nyamuk yang menularkan virus ini bersarang di

genangan air. Tempat pengumpulan sampah dapat menyebabkan terjadinya genagan air

yang dapat menjadi sarang bagi nyamuk penyebar virus dengue penyebab penyakit

Demam Berdarah.

Epidemiologi Demam Berdarah

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia.

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayahnya. Insiden

DBD di di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995); dan pernah

meningkat tajam hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas

DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.

Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya

tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi,

kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu: 1)

vektor: perkembangbiakan, kebiasaan menggigit, kepadatan di lingkungan, jenis serotipe,

transportasi dari satu tempat ke tempat lain. 2) pejamu: terdapat penderita di lingkungan

keluarga, paparan terhadap nyamuk, status gizi, usia (>12 tahun cenderung untuk DBD)

dan jenis kelamin (perempuan > laki-laki). 3) lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan

kepadatan penduduk.

Penularan infeksi virus dengue terjadi mellaui vektor nyamuk genus Aedes (Ae. aegypti

dan Ae. albopictus). Dari kedua nyamuk ini yang paling dominan untuk menjadi vektor

adalah Ae. aegypti. Nyamuk betina paling sering mencari makanan pada siang hari.

Page 6: Bahaya Kerja Biologi

Manusia merupakan hospes primer. Ketika nyamuk ini membawa virus setelah menghisap

darah dari pasien. Virus dengue dengan mudah dapat ditularkan jika nyamuk tersebut

menghisap darah orang lain. Hal ini disebabkan karena virus berada dalam kelenjar ludah

nyamuk. Sebelumnya virus akan bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk selama 8-12

hari. selain itu, nyamuk Aedes memiliki waktu hidup yang cukup panjang sekitar 15-65

hari sehingga penularan masih bisa terjadi.

Ketika virus telah masuk ke tubuh pejamu, virus akan memasuki periode inkubasi selama

3-14 hari. Selama itu virus akan bereplikasi di target sel dendritik dan belum menunjukkan

onset. Infeksi pada sel target seperti, sel dendritik, hepatosit, dan sel endotelial,

mengakibatkan pembentukan respon imun seluler dan humoral terhadap infeksi virus

pertama dan berikutnya.

Patogenesis Demam Berdarah

Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti kuat bahwa mekanisme imunopatologis

berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.

Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah:

a. Respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses

netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas yang

dimediasi oleh antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat

replikasi virus pada monosit atau makrofag. Ini yang disebut dengan antibody

dependent enhancement (ADE).

b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun

seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi

interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL6

dan IL-10.

c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi.

Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi

sitokin oleh makrofag

d. Selain itu terjadi juga aktivasi komplemen oleh kompleks imun.

Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang

menyatakan bahwa DBD terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe

Page 7: Bahaya Kerja Biologi

yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga

mengakibatkan konsentrasi kompleks imun meninggi.

Kurane dan Ennis (1994) merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain; menyatakan

bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis

kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di dalam makrofag.

Terjadinya infeksi makrofag menyebabkan aktivasi Th dan Ts sehingga diproduksi

limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga

disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF alfa, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang

mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Ini juga

diperkuat oleh peningkatan C3a dan C5a.

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:

- Supresi sumsum tulang

- Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.

Melihat resiko tempat kerja dan kurangnya pengetahuan pekerja tentang resiko tempat

kerja dari bidang biologi, maka peran perawat untuk mencegah resiko tersebut sangat

dibutuhkan. Adapun peran perawat adalah sebagai berikut :

1. Berikan penkes :

- Beritahukan kepada pekerja untuk mencegah munculnya genangan air pada tempat

pengumpulan sampah

- Buang kaleng dan botol bekas ditempat sampah yang tertutup.

- Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air.

- Jaga saluran air supaya tidak tersumbat.

- Ratakan permukaaan tanah untuk mencegah timbulnya genangan air.

2. sebagai panutan

Perawat disini berperan memberikan contoh dalam bidang kesehatan. Perawat harus

mampu menunjukkan perilaku seperti penkes yang telah diberikan.

3. sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan

pekerja. Misal tindakan kolaborasi dengan pekerja dalam mncegah perkembangan

nyamuk aedes aegypti, supaya tidak terjadi penyakit DBD. Genangan air yang dapat

menjadi sarang nyamuk aedes aegypti

Page 8: Bahaya Kerja Biologi

Nama : Melly Indah Purwanti

NIM : 04101003015

BAHAYA BIOLOGI (ANTRAKS) YANG TERDAPAT PADA PETERNAK SAPI

POTONG DI DESA TANJUNG PERING, INDERALAYA

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah

mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan

kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan

lingkungan disekitarnya. Selain itu, telah dijelaskan dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003,

dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk mem-peroleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan

yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.

Semua organisasi yang memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang

lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.Praktek K3 meliptui

pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan

untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan

ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan,

psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

Page 9: Bahaya Kerja Biologi

Bahaya di tempat kerja, bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas

yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan ataupenyakit akibat kerja

(PAK)  definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima) faktor

bahaya K3 di tempat kerja, antaralain : faktor bahaya biologi, faktor bahaya kimia, faktor

bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis.

Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-sumber

biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan

dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi

menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat

non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi

biogenik.

a.  Bahaya infeksi

Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang

potensial mengalaminya : pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga

binatang, dokter hewan dll.Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella,

tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci.

b.  Bahaya Non-Infeksi

1)  Organisme viable dan racun biogenic.

Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun

biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.Perkembangan produk bakterial

dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh.

Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage &

sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, “grain fever”, Legionnaire’s disease.

2)  Alergi Biogenik

Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.Bahan alergen

dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein

dari urine dan feaces binatang.Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses

fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai

di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan). Pada orang yang sensitif,

pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis

atau asma. Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung

bawang dsb.

Page 10: Bahaya Kerja Biologi

Salah satu bahaya infeksi yaitu pekerja yang bekerja di pertakan sapi adalah

antrax.Penyakit antrax adalah jenis penyakit yang umumnya meyerang hewan herbivore

seperti sapi, kerbau, kambing dan kuda. Namun tak jarang penyalkit ini juga menyerang

mamalia lain termasuk manusia. Penyakit ini Bersifat zoonosis atau dapat menulari

manusia, tapi belum pernah ditemukan penularan nya dari manusia ke manuisia.Penyakit

ini meyebabkan kematian yang tinggi pada ternak.Antrax di sebabkan oleh bacillus

antharxis, sejenis bakteri yang bersifat aerob (memerlukan oksigen untuk hidup). Bila

kontak dengan udara bebas,bakteri ini dapat membentuk spora yang dapat tahan sampai

puluhan tahun didalam tanah. Masuknya bibit penyakit biasanya melalaui luka atau dari

udara yang tercemar bakteri.Pada hewan ternak banyak terjadi pada saat ternak makan

rumput.Dun-daun atau ranting yang keras dapatmelukai mulut atau kaki ternak.Bakteri

kemudian masuk melalui luka tersebut atau pun melalui makanan yang tercemar bakteri.

Gejala Klinis pada hewan :

1. Demam, gelisah, lemah, paha gemetar, nafsu makan hilang dan rubuh.

2. Keluar darah dari dubur, mulut dan lubang hidung. Darah berwarna merah tua seperti

kecap atau ter, agak berbau amis dan busukserta sulit membeku.

3. Pembengkakan di daerah leher, dada, sisi lambung, pinggang dan kelamin luar.

4. Kematian dalam waktu singkat tanpa disertai tanda-tanda sebelumnya.

Anthrax pada manusia

Proses penularan anthrax pada manusia bisa terjadi bila manusia kontak langsung dengan

spora anthrax yang ada di dalam tanah, pada tanaman ataupun produk-produk hewan yang

terjangkit anthrax. Penularan bisa juga terjadi melalui udara yang mengandung spora

anthrax dan Gigitan vektor atau pembawa kuman Anthrax, misalnya lalat piteuk (Tabanus

sp.) Tak heran para pekerja di sektor pengolahan kulit atau pejagalan liar pun rentan

terhadap serangan penyakit ini.

Tipe Anthrax:

1. Anthrax Kulit : Kulit biasanya terlihat melepuh seperti luka bakar, disertai deman dan

sakit kepala

2. Antrhax saluran pencernaan : rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak napsu

makan, suhu badan meningkat, hematemesis.

3. Anthrax paru-paru: ditandai dengan gejala lesu, lemah, batuk dan gangguan saluran

pernafasan

Page 11: Bahaya Kerja Biologi

4. Antraks meningitis : terjadi bila kuman anythrax telah menyrang otak, sakit kepala

hebat, kejang dan penurunan kesaaran biasanya menyertainya.

Peran utama perawat yaitu sebagai pendidik, memberikan pendidikan kepada komunitas,

keluarga, dan individu bagaimana cara pencegahan terjadinya penyakit antrax.

Langkah-langkah preventif sebaiknya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

Membiasakan diri dengan cara hidup bersih dan sehat ,Cuci tangan dengan sabun sebelum

makan, Cuci sayuran atau buah-buahan sebelum dimakan. Hindari kontak langsung

dengan bahan makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena antrax, Memasak

daging sampai matang sempurna dan Vaksinasi antrax.Pemerintah juga sebaiknya

menutup rumah potong hewan tidak resmi yang banyak beroperasi.Pemotongan hewan

tanpa pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan sangat rentan menularkan penyakit-

penyakit zoonosis.

Kasus-kasus Anthrax biasanya terjadi pada daerah-daerah yang dalam sejarahnya memang

pernah mengalami kasus serupa.Spora anthrax dalam tanah bisa hidup selama puluhan

tahun. Ketika kasus merebak, semua pihak terlihat sibuk melakukan penanganan, tapi

setelah mereda mereka kembali ke kebiasaan semula. Sosialisasi tentang gejala dan

penanganan penyakit ini sebenarnya sudah sering dilakukan, tapi kecenderungan

masyarakat yang “mudah lupa”, membuat kasus seperti ini selalu terulang. Pemotongan

hewan yang mati mendadak kemudian memakannya sudah biasa di masyarakat kita. Ada

dikalangan peternak, mereka baru makan daging jika hewan sakit atau mereka yang

sakit.Jika mereka sakit, barulah mereka memaksakan diri untuk makan enak, atau jika

hewannya sakit barulah disembelih untuk dimakan.

Pemotongan hewan yang terjangkit anthrax merupakan tindakan yang sangat berbahaya,

baik bagi manusia maupun bagi lingkungan di sekitar. Darah hewan yang kontak dengan

udara akan dengan mudah berubah menjadi spora yang akan menyebar dan mengendap

dalam tanah. Bahaya laten yang tersembunyi dalam tanah ini akan keluar meyerang bila

lingkungan nya kondusif. Air yang tergenang merupakan lingkungan yang cocok untuk

bangkitnya bakteri ini.

Pengendalian Bahaya di Tampat Pertenakan Sapi (Alat pelindung diri)

Page 12: Bahaya Kerja Biologi

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling

tidak efektif dalam pengendalian bahaya, dan APD hanya berfungsi untuk mengurangi

seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari

ketergantungan hanya mengandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap

pekerjaan.Alat pelindung diri adalah antara lain:, Masker, Sarung tangan, pakaian

(Uniform) dan sepatu.

NAMA : AFEN SIDIK

NIM : 04101003041

BAHAYA BIOLOGI YANG TERDAPAT DI PETERNAK SAPI POTONG DI DESA TANJUNG PERING

INDRALAYA UTARA KAB. OGAN ILIR (T. Saginata)

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer.

Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang

artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3

adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya

pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja

dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi

hal demikian sedangkan menurut Rijanto (2010) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau

memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan

kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan

bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis

dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin

terjadi.

Salah satu kelompok kerja yang ada di wilayah Desa Tanjung Pering Kabupaten Ogan Ilir

adalah kelompok kerja peternak sapi potong. Berternak sapi memerlukan pengetahuan

seperti cara perawatan sapi, perawatan kandang , analisa penyakit pada sapi , lingkungan,

pemberian obat pada sapi yang sakit dan pengontrolan makan dan minum sapi. Salah satu

Page 13: Bahaya Kerja Biologi

masalah yang sering muncul adalah pencemaran lingkugan. Pencemaran lingkungan ini

didapat dari pengelolaan kotoron sapi yang tidak tepat, lokasi pembuangan yang minim,

dan area yang terlalu dekat dengan pemukiman warga. Hal ini dapat menciptakan dampak

buruk bagi lingkungan seperti pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran ini dapat

menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakt sekitar.

Salah satu faktor resiko bagi pekerja kelompok ternak sapi dalam masalah kesehatan

adalah terinfeksi parasit yang ada di tubuh sapi, salah satunya adalah penyakit Taeniasis.

Taeniasis adalah penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing pita dari genus Taenia

dan infeksi oleh larvanya disebut Sistiserkosis (Estuningsih,2009). Penyakit ini ditularkan

melalui tinja sapi yang mengandung telur larva dari cacing pita atau untuk sapi T. Saginata

yang terbawa oleh lalat dan mengkontaminasi makanan , sayuran yang terkontaminasi

telur cacing pita, mengkonsumsi daging sapi yang tidak dimasak dengan baik dan

kurangnya personal hygin seperti cuci tangan sebelum mengkonsumsi sesuatu.

Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian kasus

tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi

mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak

pada lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun,

sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar), pusing, diare, dan pruiritus ani (gatal pada

lubang pelepasan). Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan

eosinofil (eosinofilia).

Penyakit taneasis dapat dicegah dengan dua cara yaitu:

1. Pada hewan dapat ditekan dengan cara mengobati induk semang definitif yang

menderita Taeniasis dan hewan ternak dilarang kontak langsung dengan feses

manusia( Estuningsih,2009).

2. Pada manusia dapat dilakuan dengan menghindari makanan daging yang kurang

matang, baik pada daging babi (untuk T. Solium) dan daging sapi (untuk T. Saginata),

daging yang terkontaminasi harus dimasak dahulu dengan suhu diatas 56 derajat celcius

(Estuningsih,2009), melakukan snitasi yang baik terutama tempat penampungan limbah

defikasi binatang ternak, menggunakan sarung tangan dan sepatu saat membersihkan

Page 14: Bahaya Kerja Biologi

kandang maupun membersihkan kandang dan cuci tangan sebelum mengkonsumsi

sesuatu.

Peran perawat yang dapat dilakukan pada kelompok kerja peternak sapi potong adalah

usaha promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif. Dalam melaksanakan-nya, perawat

akan terlibat dalam kerja sama dengan berbagai bidang keahlian lain, seperti dokter

hewan, serta berbagai departemen/dinas pemerintahan (kesehatan, peternakan,

perindustrian, ekonomi, dll). Salah satu tindakan promotif dan preventif yang dapat

dilakukan oleh perawat adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan

penularan penyakit yang disebabkan olen T.solium dengan cara cuci tangan sebelum

mengkonsumsi makanan dan minuman, memasak daging sapi sampai matang,

menggunakan alat perlindungan diri saat bekerja, sanitasi linggkungan yang baik, dan

menganjurkan pemeriksaan kesehatan ternak.

Nama : Wenniarti

NIM : 04101003039

Bahaya Biologi yang Terkandung dalam Kotoran Sapi pada Pekerja Peternakan

Sapi Potong ‘X’ di Wilayah Tanjung Pering Indralaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan

pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta

orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang

mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang

mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya

yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. Upaya kesehatan

kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja

agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri

maupun masyarakat disekitarnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU

Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu

sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan

(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam

lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan

Page 15: Bahaya Kerja Biologi

kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal

demikian.

Kelompok kerja yang berada di Indralaya Tanjung Pering adalah kelompok kerja peternak

sapi potong. Beternak sapi tidaklah mudah dimulai dari pemberian makan, membersihkan

kandang, serta pengontrolan kesehatan sapi potong. Tenaga kerjanya terdiri dari 3 orang

dan semuanya adalah laki-laki. Kondisi di sekitar daerah peternakan sangat kotor banyak

terdapat kotoran sapi dimana kotoran tersebut hanya dibiarkan saja oleh para pekerja dan

tidak di bersihkan.

Pemeliharaan sapi potong erat hubungannya dengan pemeliharaan lingkungan dan

kesehatan. Salah satu sumber pencemaran terhadap lingkungan adalah peternakan sapi

potong melalui kotoran yang dikeluarkan setiap hari melalui defekasi. Kotoran sapi dalam

jumlah besar dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karenanya harus ditangani secara

serius untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap air, udara, tanah yang berdampak

timbulnya gangguan kesehatan manusia, oleh karena itu kotoran sapi potong sebaiknya

tidak dibiarkan bertumpuk atau dibuang ke sungai tetapi harus melalui pengolahan agar

bermanfaat bagi lingkungan.

Salah satu bakteri yang terkandung di kotoran sapi adalah Pseudomonas aeroginosa.

Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia antara lain infeksi yang

dapat terjadi di mata, telinga, kulit, serta saluran pernapasan (slamethandono, 2008),

bakteri ini juga menginfeksi kornea dan saluran kemih. (Jawetz, et al., 2001).

Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini kadang-

kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan

inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen opor-tunistik, yaitu

memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi.

Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada

usus normal dan pada kulit manusia. Pseudomonas aeruginosa bersifat patogen hanya bila

memasuki daerah dengan sistem pertahanan yang tidak normal, misalnya saat membran

mukosa dan kulit “robek” karena kerusa-kan jaringan langsung. Bakteri ini menempel dan

membentuk koloni pada membran mukosa atau kulit, menginfasi secara local, dan

menyebabkan penyakit sistemik. Paling sedikit dihasilkan 2 tipe protease yang

Page 16: Bahaya Kerja Biologi

menyebabkan lesi hemoragik kulit dan destruksi jaringan kornea mata. Tidak ada efek

letal. Nekrosis hemoragik kulit sering terjadi pada sepsis, dikelilingi oleh eritema dan

sering tidak berisi pus. Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan

tubuh normal, menimbulkan penyakit ialah: pili yang melekat dan merusak membran basal

sel yaitu polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak

menekan fagositosis.

Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada

Enterobacteriaceae. Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh

dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan.

Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain menyebabkan

gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik

dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua

toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada

EF-2. Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga

mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan

protease mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam

pembuluh darah.

Sebagai perawat fungsi preventif sangatlah dibutuhkan dalam hal ini karena pencegahan

yang paling baik adalah dengan memberikan pengetahuan kepada para pekerja bahwa

dengan alat perlindungan diri yang aman seperti memakai sepatu bot agar tidak terkena

langsung kotoran sapi, menjaga personal hygiene, mencuci tangan dengan benar serta

menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi dapat meminimalisir resiko terjadinya infeksi

akibat Pseudomonas aeroginosa.

NAMA: FALENTINA DWI CITRANIM: 04101003049

BAHAYA BIOLOGI (Escherichia coli ) PADA BUDIDAYA IKAN LELE

Dizaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, menuntut manusia

untuk bekerja lebih keras lagi. Dalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat banyak sekali

bahaya untuk kesehatan. Bahaya kesehatan kerja merupakan jenis bahaya yang berdampak

pada kesehatan yang menyebabkan ganggguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Jenis

Page 17: Bahaya Kerja Biologi

bahaya kesehatan antara lain: Bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya ergonomi, bahaya

biologi dan bahaya psikologi.

Bahaya biologi merupakan bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di

lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat patogen.

Sebagai contoh orang yang bekerja pada sektor perikanan yang berkontak langsung

dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja tidak selalu bersih dalam arti

bebas dari sumber-sumberyang berupa virus, bakteri, protozoa dan fungi.

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh

manusia. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk yang mudah didapat, harga

terjangkau dan memiliki nilai gizi yang cukup bagi manusia (Tim Karya Tani Mandiri :

2009). Ikan termasuk hewan yang habitatnya di air, air sungai, danau, laut dan air tawar.

Diantara ikan air tawar yang dibudidayakan, Siluruformes merupakan bagian dari

kelompok ikan-ikan penting di Asia Tenggara, antara lain famili Clariidae (Ikan lele)

merupakan penyumbang yang cukup berarti bagi produksi tahunan di wilayah ini, tak

kurang dari 70.000 ton dihasilkan pertahunnya (Tim Karya Tani Mandiri : 2009) hal ini

didukung dengan makin maraknya budidaya ikan lele.

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin.

Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan

arus air yang perlahan (kolam pekarangan) , rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang

air. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup sekalipun

kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat oksigen.

Air yang jelek, keruh dan kotor merupakan tempat berkembang biaknya bakteri-bakteri

yang sangat berbahaya bagi manusia yang terpaparnya. Penyakit yang ditularkan pada air

biasanya diakibatkan oleh bakteri coliform. Contoh dari bakteri coliform antara lain

adalah Salmonella spp, Escherichia coli, Enterobacter, klebsiellla dan lain-lain (Ghufran,

2004)

Page 18: Bahaya Kerja Biologi

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang pendek dan bersifat

anaerob. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung dan halus dengan tepi

yang nyata (Smith Keary, 1988 dalam Sri Agung 2010).

Lingkungan hidup ikan lele yang kotor merupakan tempat berkembang biaknya

Escherichia coli, dari tempat ini pekerja budidaya ikan lele dapat terinfeksi bakteri E. coli

terutama jika pekerja tidak memakai alat pelidung diri pada saat bekerja seperti sarung

tangan dan sepatu pelindung. Bakteri ini juga bisa menyebar melalui kontak manusia.

Biasanya ini terjadi bila tidak mencuci tangan bila menyentuh orang yang telah terinfeksi.

Setelah masuk ke dalam saluran pencernaan bakteri menempel di usus besar manusia.

Escherichia coli memproduksi racun yang bisa merusak sel darah merah. Rusaknya sel

darah merah bisa menyebabkan kegagalan ginjal yang kemudian bisa berakibat kematian

selain itu bakteri ini juga dapat mengakibatkan serangan jantung atau stroke dan tekanan

darah tinggi (Graha, 2011).

Sehubungan dengan permasalahan ini, peran perawat sebagai edukator yaitu memberikan

informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien serta meningkatkan tingkat

pengetahuan klien dan kemampuan mengatasi kesehatannya yaitu dengan cara

menyarankan pekerja budidaya ikan lele memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan

dan sepatu penutup serta setelah bekerja gunakan metode mencuci tangan yang benar

untuk membersikan tangan dengan saksama.

Nama : Lili Safitri

Nim : 04101003028

Bahaya Biologi Ikan Lele pada Peternak Lele (Pseudomonas sp)

Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses

kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit

dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi

disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit

non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan

penanganan (Afrianto & Liviawaty, 2003).

Page 19: Bahaya Kerja Biologi

Bahaya biologi terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus, dan bakteri patogen

lainnya. Budidaya ikan lele dengan metode kolam terpal yang berada ditimbangan kurang

terawat, terlihat dari air kolam indukan lele yang berumur 2 tahun berwarna keruh dan

sangat kotor. Kondisi air kolam yang seperti itu cenderung beresiko tinggi tercemar oleh

agen biologi seperti pseudomonas sp. Sejenis bakteri patogen. Ikan lele yang terinfeksi

bakteri pseudomonas sp akan mengalami perdarahan di kulit, hati, ginjal maupun limpa.

Perdarahan pada kulit tersebut akhirnya mengakibatkan luka borok pada tubuh ikan lele

dan lendir yang cukup banyak.

Pada peternak lele resiko terinfeksi sangatlah besar jika terpapar langsung dengan bakteri

pseudomonas sp, baik melalui lendir ataupun dengan mengonsumsi ikan lele tersebut. Hal

ini akan mengakibatkan infeksi dan gangguan pencernaan pada manusia, bahkan bisa

menyebabkan keracunan akibat toksik tersebut.

Dalam hal ini perawat sangat berperan dalam membantu para peternak lele guna menjaga

kesehatannya melalui penyuluhan-penyuluhan tentang perlindungan kesehatan kerja.

Terutama dalam hal menggunakan alat perlindungan diri seperti sarung tangan atau

menggunakan mantel panjang. Sarung tangan dan mantel panjang berfungsi untuk

melindungi tubuh dari paparan ikan lele yang terinfeksi. Selain itu lingkungan area kolam

juga harus dijaga kebersihannya dengan; (1)mengganti air kolam secara rutin jika sudah

keruh; (2)melakukan penggantian air kolam pada kolam yang sudah terinfeksi;

(3)memisahkan ikan yang terinfeksi dengan yang sehat; dan (4)melakukan pengontrolan

rutin pada air kolam.

Nama : Revi Afriyensi

Nim : 04101003013

BAHAYA BIOLOGI YANG TERDAPAT PADA BUDIDAYA IKAN LELE

KOLAM TERPAL (Bakteri Aeromonas.sp)

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat sering kita

dengar. Di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang

artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu

Page 20: Bahaya Kerja Biologi

suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya

pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja

dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif pada saat

bekerja.

Pada kelompok kerja budidaya ikan lele kolam terpal yang berada di Kelurahan

Timbangan kami lihat, kualitas air kolam kurang terawat. keadaan perairan yang kurang

terkontrol dan terawat serta pertahanan dalam tubuh ikan sedang buruk atau lemah,

penyakit ikan dapat dengan mudah menginfeksi ikan-ikan yang berada didalam kolam

terpal. Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah bakteri dan parasit. Bakteri

menurut Satyanegara (2009) adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang

sederhana bentuknya berbeda menurut genusnya. Ciri-ciri bakteri tersebut adalah dapat

tumbuh berkembangbiak dalam kelompok, berbentuk rantai dan benang, memiliki koloni

yang berwarna dan berkilau, atau tidak. Metabolismenya aerob atau anaerob. Aeromonas,

sp. dan Pseudomonas, sp. Adalah contoh bakteri yang sering ditemukan menginfeksi ikan

lele.

Salah satu factor resiko yang bisa terdapat pada kelompok kerja budidaya ikan lele kolam

terpal pada kelurahan timbangan adalah terinfeksi nya salah satu baketri yang berada di

dalam tubuh ikan lele. Bakteri Aeromonas, adalah Jenis bakteri yang bersifat patogen dan

dapat menyebabkan sistemik serta mengakibatkan kematian ikan secara masal. Cara

penularan dari bakteri tersebut terhadap ikan atau pun manusia melalui perantara air,

kontak bagian tubuh ikan atau peralatan tercemar. Gejala ringan yang timbul akibat infeksi

dari bakteri Aeromonas berupa demam dan kedinginan, tapi pada manusia yang sudah

terinfeksi berat (infeksi bakteri yang berlebihan) sering menampakkan gejala sakit perut,

mual, muntah-muntah, dan diare.

Pencegahan dalam budidaya kolam terepal dapat diberikan perawat melalui penyuluhan,

dengan beberapa langkah yaitu:

1. Hindari perpindahan ikan dari satu kolam ke kolam lain. Ikan secara bertahap

membangun resistansi terhadap bakteri local tapi dapat membawa organisme virulen

bila dipindahkan.

Page 21: Bahaya Kerja Biologi

2. Sediakan kondisi lingkungan optimal, berikan perhatian khusus pada mempertahankan

tingkat oksigen dan penanganan ikan yang hati-hati. Perawatan dengan menggunakan

alat sangat menolong saat mensortir, penanganan atau pemindahan bibit ikan.

3. Sebisa mungkin hindari penggunaan antibiotik, meskipun antibiotik dan disinfektan

seringkali terbukti ampuh digunakan dengan ditambahkan pada air sebanyak 2-4 ppm

seperti acriflavin dan prophylactic.

4. Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi pada patogen.

5. Sebagai pengganti antibiotik, gunakan vaksin yang bersifat spesifik Aeromonas,

probiotik, atau bioaktif yang terbukti ampuh untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan.

Nama : Pratiwi Arum Sari

Nim: 04101003023

Faktor Biologi : Virus Avian Influenza pada Peternakan Ayam

Kesehatan adalah faktor penting yang harus diperhatikan semua manusia khususnya para

pekerja. Baik pekerja pabrik, perusahaan, rumah sakit, peternakan, dsb. Kesehatan sebagai

suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-

faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk

mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak

menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat (Mily, 2009).

Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatian. Kondisi fisik harus maksimal dan

sehat agar tidak mengganggu proses kerja. Menurut ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan

kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan

fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan

Page 22: Bahaya Kerja Biologi

penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh 11 kondisi pekerjaan,

perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan

kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang

diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai

adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.

Kesehatan para pekerja dapat terganggu akibat dari lingkungan kerja mereka. faktor

lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya kerja adalah : faktor fisik, faktor kimia,

faktor biologi dan Ergonomi. Salah satu faktornya adalah faktor biologi. Bahaya biologi

dapat didefinisikan sebagai debu organic yang berasal dari sumber-sumber biologi yang

berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein, dari binatang atau bahan-bahan dari

tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.

Salah satu dari sumber biologi adalah virus. Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil

16-300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel

inangnya yang khas. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus : influenza, varicella,

hepatitis, HIV, flu burung, dll. Penyakit flu burung atau avian influenza adalah suatu

penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus H5N1 yang secara alami dapat mengifeksi

bangsa burung (Soedjono, 2005).

Penyakit ini telah terindentifikasi bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ternak ke

manusia. Semakin dekat jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan manusia,

maka peluang untuk menularnya virus semakin besar. Orang yang beresiko besar terkena

flu burung adalah pekerja perternakan unggas, penjual, penjamah sampai dokter hewan

yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Cara penularan virus pada

peternak yaitu melalui kontak langsung dengan unggas yang sakit atau produk unggas

yang sakit, udara atau peralatan yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari faeces atau

sekreta unggas yang terserang virus flu burung. Virus ini dapat menular melalui kontak

melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam

suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang

untuk menghindari penularan. (AI) (Akoso, 2006).

Page 23: Bahaya Kerja Biologi

Dari observasi yang dilakukan didapatkan, minimnya kesadaran pekerja peternakan dalam

pencegahan penularan penyakit. Saat bekerja, tidak memakai alat pelindung diri, misalnya

masker dan sarung tangan. Para peternak, khususnya peternak ayam sangat rentan

terjangkit virus jika minimnya upaya pencegahan dan kesadaran dari peternak. Upaya

yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan dan pemberian vaksin

terhadap hewan ternak, kebersihan lingkungan peternakan, pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) saat kerja dan ketika kontak langsung dengan hewan ternak, dan mencuci tangan

dengan antiseptic setelah kontak dengan hewan ternak.

Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha

pencegahan dan penanganan kasus Avian Influenza ini. Peran perawat dimulai dari usaha

promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitative. Dalam melaksanakannya, perawat akan

terlibat dalam kerja tim dengan berbagai bidang keahlian lain, seperti dokter hewan, serta

berbagai departemen/dinas pemerintahan (kesehatan, peternakan, perindustrian, ekonomi,

dll). Tindakan yang dapat dilakukan yaitu memberikan penyuluhan.

1. Mengenalkan pada peternak karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dan

tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati.

2. Sering mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen dan

alcohol 70%).

3. Bagi para peternak, petugas kesehatan dan peneliti harus menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD) seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, sepatu.

4. Bagi masyarakat yang memiliki unggas, penting untuk mengandangkan unggas guna

mencegah penularan pada hewan lain dan memudahkan jika dilakukan disinfeksi

maupun vaksinasi.

5. Bagi para pengusaha dan pekerja peternakan penting untuk menerapkan biosecurity

yang ketat, sehingga segala produk unggas dan hewan ternak aman dikonsumsi.

6. Peternak diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal penyakit dan

perujukan segera ke pelayanan kesehatan.

Nama : Annis Pertiwi

NIM : 04101003037

ASPEK BIOLOGI PADA PETERNAKAN AYAM ( Bakteri Salmonella )

Page 24: Bahaya Kerja Biologi

Potensi bahaya yang disebut hazard terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan

suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Hazard adalah setiap

keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan dan atau

penyakit akibat kerja, salah satunya adalah tempat kerja peternakan ayam. Salah satu

hazard pada peternakan ayam yakni terdiri dari bahaya biologis. Bahaya biologis meliputi

bakteri, virus, dan jamur yang terdapat di lingkungan kerja peternakan ayam. Bagian ini

saya akan membahas tentang bakteri. Bakteri merupakan bagian dari bahaya biologis yang

dapat di temukan dilingkungan peternakan ayam, contohnya seperti bakteri Salmonella.

Bakteri Salmonella muncul di peternakan berawal dimana anak ayam yang dipelihara

dalam kondisi komersial sangat rentan terhadap infeksi Salmonella karena mikroflora usus

lambat berkembang sehingga kalah bersaing jika ada serangan bakteri patogen enterik

(Nurmi dan Rantala, 1973 dalam Ferreira et al, 2003). Penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella disebut dengan salmonellosis. Salmonellosis merupakan penyakit yang

menular pada manusia (zoonosis). Sumber penularan berupa keluaran (eksresi) hewan dan

manusia baik dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Menurut www.oie.int

salmonellosis adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh

organisme dari 2 jenis salmonella (S. enteritica dan S. bongori), meskipun sebagai bakteri

yang terdapat di saluran pencernaan, salmonella menyebar luas di lingkungan, umumnya

ditemukan pada sampah dan bahan-bahan yang berhubungan dengan kontaminasi fekal.

Sebagai pekerja peternak ayam mereka adalah orang yang pertama sering terpapar

langsung menyentuh ayam, kotoran ayam dan lingkungan ayam yang terinfeksi, oleh

karena itu perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara langsung kepada

peternak ayam agar terhindar dari bakteri Salmonella tersebut.

Peran Perawat untuk Kesehatan Kerja Peternak Ayam

Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha

pencegahan dan penanganan kasus infeksi Bakteri Salmonella ini. Peran perawat dimulai

dari usaha promotif, preventif , kuratif, hingga rehabilitatif. Usaha promorif dan preventif

biasanya dilakukan oleh perawat komunitas.

Tindakan promotif dan preventif yang dapat dilakukan yaitu memberikan penyuluhan.

1. Mengenalkan pada masyarakat karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dan

tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati.

Page 25: Bahaya Kerja Biologi

2. Sering mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen dan

alkohol 70%) bila kontak dengan hewan yang sakit.

3. Bagi para peternak, petugas kesehatan, dan peneliti harus menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD) seperti sarung tangan (double hand scoon), masker, kaca mata pelindung

seperti kaca mata renang (goggles), sepatu.

4. Bagi masyarakat yang memiliki unggas, penting untuk mengandangkan unggas untuk

mencegah penularan pada hewan lain dan memudahkan jika dilakukan disinfeksi

maupun vaksinasi

5. Lebih baik membeli ayam yang sudah dipotong dan telah dihasilkan oleh rumah potong

ayam yang telah diawasi pemerintah

6. Masyarakat diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal Salmonellesis dan

perujukan segera ke pelayanan kesehatan

Tindakan Kuratif

Saat seseorang mulai mengalami gejala-gejala adanya infeksi Bakteri Salmonella hal

terbaik yang dilakukan untuk menyelamatkannya adalah perujukan segera ke RS maupun

puskesmas. Jika gejala klinis dan pemeriksaan klinis didapat semakin banyak mengarah ke

Salmonellesis maka perawatan intensif perlu segera dilakukan.

Tindakan Rehabilitatif

Jika kondisi pasien membaik maka pasien diperbolehkan pulang. Namun sebelum

dipulangkan, pasien diberikan informasi untuk menjaga dari ancaman infeksi bakteri

Salmonella berulang dan mempertahankan kesehatannya. Pembekalan informasi bagi

pasien dan keluarga pasien meliputi:

1. Penjagaan lingkungan dari ancaman penyebaran virus

2. Personal hygiene dan environment hygiene

3. Menjauhkan kandang ternak atau unggas dari rumah jika memelihara ternak atau

unggas

4. Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol ke poloklinik penyakit dalam

terdekat

5. Pengenalan tanda dan gejala Salmonellesis, pemeriksaan segera ke pelayanan kesehatan

Nama : Susi Lestari

Page 26: Bahaya Kerja Biologi

NIM : 04101003045

BAHAYA BIOLOGI PADA PETERNAK AYAM

Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri dari

setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim dimuka bumi, secara tidak sadar mereka

telahmengenal aspek keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya disekitar

lingkungan hidupnya. Pada masa itu, tantangan bahaya yang dihadapi lebih bersifat natural

seperti kondisi alam, cuaca, binatang buas, dan bahaya dari lingkungan hidup lainnya.

Kesadaran akan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sesungguhnya telah menjadi

komitmen dasar untuk terpenuhinya kemauan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan

memuaskan. Hanya saja dari kesadaran tersebut terkadang muncul kelalaian sehingga

menjadikan seseorang lupa akan komitmennya. Seperti yang ditemukan dilapangan.

Masyarakat telah mengetahui pentingnya kesadaran untuk menjaga kondisi agar tetap

optimal dalam bekerja. Dalam hal ini kesadaran untuk menerapkan kesehatan dan

keselamatan kerja. Ketika itu masyarakat lupa dikarenakan kelalaian yang dilakukan.

Dikarenakan keseringan lalai menyebabkan ia lupa dan mengabaikannya.

Potensi bahaya yang disebut hazard  terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan

suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja.  Hazard  adalah setiap

keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensiuntuk terjadinya kecelakaan dan atau

penyakit akibat kerja. Salah satu  Hazard  yakni terdiri dari Bahaya biologis. Bahaya

biologis meliputi bakteri, virus,dan jamur yang terdapat di lingkungan kerja

Sebagaimana pemilik usaha pernah mengalami kasus KLB ini dimana virus yang

mematikan sebagian besar unggas dan tentunya sangat merugikan bagi pemilik. Belum

lagi bahaya yang dapat ditimbulkan bagi manusia sendiri yang dapat menyebabkan

kematian.

Perhatian utamanya adalah untuk lingkungan hazard biologi karena sebagian besar

kontribusi dari limbah dari ternak. Bukan hanya berupa bakteri maupun virus, sering juga

ditemukan kutu ayam yang apabila menyerang manusia dapat menyebabkan gatal-gatal.

Page 27: Bahaya Kerja Biologi

Memang yang paling sering ditemukan pada ayam kampung di Indonesia adalah

kelompok kutu dengan nama ilmiah ornythonyssus bursa, atau dikenal dengan nama

tungau tropis, sieur atau gurem. Gurem ini dapat menyerang semua unggas, burung

merpati, burung gereja, dan bahkan dapat menyerang manusia.

Gurem merupakan parasit yang sering menyerang ayam pada waktu mengeram, sehingga

menimbulkan gejala gatal-gatal yang luar biasa disekujur tubuh.

Gurem yang telah dewasa, akan bereproduksi dengan meletakkan telurnya pada bulu-bulu

unggas dan sebagian besar diletakkan di sarang /kandang ayam. Pada saat mengerami

telur, suhu badan ayam meningkat, maka gurem memilih untuk bertelur pada tempat ayam

mengeram. Telur tungau dapat menetas dalam waktu 2-3hari.

Pada saat telur ayam menetas, sebagian besar telur kutu yang berada di sarang ayam juga

telah menetas berusaha mencari makanan(menghisap darah). Maka pada saat itu gurem

berusaha mencari induk semang, berupa unggas lain ataupun manusia. Sehingga pada

bekas tempat ayam mengeram telur banyak ditemukan gurem ini. Selama hidupnya,

tungau ini sangat membutuhkan induk semangnya. Apabila gurem ini berada di

lingkungan (tidak menempel pada badan unggas), dia hanya mampu bertahan hidup

selama 10hari.

Tungau ini hidup sebagai parasit dengan cara menghisap darah induk semangnya. Pada

kasus yang serius dapat menyebabkan unggas menjadi anemia atau kekurusan. Jika

menyerang manusia menyebabkan gatal, ruam, iritasi sampai dengan alergi, pada kulit

yang digigit gurem ini.

Para peternak gurem umumya beternak sekedar saja sesuai kebiasaan yang telah

diperolehnya. Hewan ternaknya hanya ditempatkan di kandang apa adanya yang biasanya

diletakkan di dekat rumah tinggal peternak. Sanitasi kurang diperhatikan. Kotoran

dibiarkan menggunung di kandang itu sehingga menimbulkan bau tak sedap dan

menggangu kesehatan peternak maupun hewan ternaknya sendiri.

Penularanya:

1. Kontak langsung dengan antara ayam yang sedang mengidap gurem dengan yang tidak.

2. Adanya angin yang membawa terbang gurem-gurem pada ayam yang sedang

mengeram ke kandang ayam lainya sehingga bisa menular terhadap manusia

Page 28: Bahaya Kerja Biologi

Peran perawat pada bahaya biologi pada lingkungan peternakan ayam :

1. Memberikan Pendidikan Kesehatan atau Penyuluhan kesehatan/latihan kepada peternak

ayam

Pendidikan kesehatan kepada pekerja sangat penting untuk keselamatan dalam bekerja,

sehingga pekerja tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya. Perawat dapat

memberikan Penyuluhan tentang :

a. Bahaya penyakit akibat kerja

b. Latihan tata kerja yang benar

c. Cara menghindar bahaya akibat kerja (bahaya bahan kimia dan zat-zat lainnya).

2. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap pekerja, apakah

ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan. Dapat dilakukan

setiap 1x 6 bulan, 1x setahun atau sesuai dengan kebutuhan.

3. Memberikan asuhan perawatan di klinik sesuai dengan perencanaan dan masalah yang

dihadapi pekerja

4. Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan medik dan pengobatan

5. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan atau penyakit akibat kerja

6. Melakukan rujukan medik ke rumah sakit bila terjadi keadaan gawat darurat.

Nama : Wenti Liana

Nim: 04101003048

Bahaya Biologi yang Disebabkan Oleh Parasit (Cacing Tambang) Dalam Kesehatan

Dan Keselamatan Kerja Pada Kelompok Tani di Tanjung Pering Indralaya

 Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian

penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani adalah kelompok kerja

terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun tiap tahunnya,

angkatan kerja pada sektor ini masih berjumlah sekitar 43% berdasarkan data BPS tahun

2002. Banyak wilayah di Indonesia yang mengandalkan pertanian sebagai penghasilan

utama, salah satunya kelompok tani di Tanjung Pring, Indralaya.

Page 29: Bahaya Kerja Biologi

Berbagai bahaya biologi yang menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

pada kelompok tani, salah satunya disebabkan oleh parasit yang menginsfeksi tubuh

manusia yaitu cacing tambang. Penyakit cacing tambang paling sering disebabkan oleh

Necator americanus, Ancylostoma duodenale. Cacing tambang ditularkan melalui tanah

yang terkontaminasi tinja yang mengandung larva infektif. Telur dihasilkan cacing betina

dan keluar melalui tinja. Bila telur tersebut jatuh di tempat yang hangat, lembab dan basah,

maka telur berpotensi menetas. Telur cacing yang ditemukan dalam tinja akan menetas

menjadi larva rhabditiform dalam 1-2 hari atau setelah 3 minggu. Larva rhabditiform

kemudian berubah menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit manusia. 

Wilayah kerja petani yang berhubungan langsung dengan tanah sebagai tempat penularan

dari cacing tambang akan menjadi pintu masuk (port entry) untuk kelompok tani

menderita penyakit ini. Beberapa dampak seperti anemia dan berbagai keluhan mudah

lelah serta diare paling sering dirasakan oleh petani yang terkena penyakit cacing.

Tingginya kelompok tani terpapar parasit cacing juga tak lepas dari kurangnya kesadaran

diri mereka tentang pentingnya mencuci tangan sebelum makan. Penyakit ini akan

menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh dalam beraktivitas karena cacing akan

menyerap makanan yang dibutuhkan, yang akan berdampak pada menurunnya

produktivitas petani jika tidak ditanggulagi secara tepat.

Peran perawat

Upaya kesehatan kerja (UKK) yang dapat dilakukan oleh perawatan adalah dengan

memberikan penyuluhan kesehatan tentang :

1. Memakai sepatu karet (boot) sebagai alat perlindungan diri (APD) bila hendak ke

sawah dan selalu gunakan sandal jika keluar rumah.

2. Buang air besar harus selalu di kakus.

3. Selalu mencuci tangan dengan benar sebelum makan.

4. Jika badan lesu, pucat, dan kurus tetapi makan banyak segera periksakan diri ke

puskesmas. Karena mungkin penyebabnya adalah cacingan.

Nama : Veranita

Nim : 04101003020

Page 30: Bahaya Kerja Biologi

Faktor Biologi Keselamatan Kesehatan Kerja Petani di Desa Tanjung Pering

Indralaya

Keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sangatlah penting untuk diperhatikan, sebab itu

merupakan hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Kesehatan dapat

mempengaruhi hasil kemampuan sesorang dalam bekerja, begitu pun juga dengan

pekerjaan dapat mempengaruhi kesehatan sesorang. Dengan adanya program kesehatan

kerja, diharapkan pekerja menjadi lebih produktif misalnya menjadi jarang absen atau

mangkir kerja. Oleh karena itu, gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan,

lingkungan kerja (misalnya suhu dan kelembapsn), dan lainnya perlu dihilangkan atau

diperkecil semaksimal mungkin. (Husein Umar, 2005:18)

Pada lingkungan kerja petani yang berada di sawah mempunyai resiko sangat tinggi

terhadap faktor biologi karena petani kontak secara langsung dengan vektor atau penyebab

penyakit yaitu tanah yang didalamnya terdapat berbagai sumber penyakit yaitu bakteri,

virus, jamur, parasit atau vektor lain. Di lingkungan pertanian sering terdapat jamur

dermatofit (dermatophytes) atau trikofiton (trichophyton rubrum) yaitu penyebab

terjadinya kutu air pada kaki atau sela-sela di jari-jari kaki.

Kutu air (trichophyton rubrum) adalah jamur dermatofia yang merupakan penyebab utama

dalam dermatofit kedua kaki dan kulit. Memiliki bentuk yang khas yaitu tekstur lilin,

gundul atau kapas, berwarna putih krem kekuningan terang atau merah-violet.

Trichophyton rubrum ini jamur yang banyak terdapat di tanah. (Thermo Scientific, 2012)

Seorang petani dalam bekerja di sawah selain menggunakan cangkul dan arit biasanya

dilengkapi dengan pemakaian topi dan sepatu boats yang terbuat dari plastik atau tidak

memakai alas kaki sama sekali. Petani yang menggunakan sepatu boats dalam waktu lama

atau memakai sepatu yang basah akan membuat kaki cenderung lembab sehingga akan

memicu pertumbuhan jamur. Apalagi petani yang tidak sama sekali memakai alas kaki,

cendrung memiliki resiko tinggi terinfeksi jamur karena kontak secara langsung dengan

tanah. Gejala kutu air meliputi kulit gatal, merah, kering, bersisik, rasa panas antara sela-

sela jari kaki dan telapak kaki, lepuh yang mungkin berisi nanah, serta pembengkakan

kulit. (Amazine, 2014)

Page 31: Bahaya Kerja Biologi

Keselamatan dan kesehatan petani dalam bekerja sangatlah beresiko tinggi terhadap jamur

kutu air. Petani yang terinfeksi jamur kutu air ini akan mempengaruhi produktivitasnya

dalam bekerja. Petani tidak akan fokus bekerja karena rasa gatal yang hebat serta tidak

nyaman. Jika petani tidak memperhatikan penggunaan dan pemakaian sepatu boats yang

tepat bahkan sama sekali tidak memakai alas kaki dalm bekerja akan cendrung terjadi nya

penyakit kutu air. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut

petani membiasakan diri menggunakan sepatu boats dalam bekerja. Sebelum memakai

sepatu boats petani hendaknya memeriksa sepatunya apakah dalam keadaan basah atau

lembab, jika lembab harus segera dicuci dan di jemur di terik matahari hingga benar-benar

kering. Setelah sepatu digunakan bekerja sepatu harus segera di bersihkan kembali agar

jamur tidak segera tumbuh dan berkembang biak. Biasakan mencuci kaki setelah bekerja

atau setelah pemakaian sepatu boats. Pengobatan kutu air ini dapat diberi obat olesan atau

salep yang ada di apotek.

Dalam hal ini peran perawat sebagai edukator dapat melakukan penyuluhan tentang

keselamatan kesehatan kerja petani mengenai kebiasaan buruk tidak memakai alas kaki

saat bekerja, memakai sepatu dalam keadaan lembab, dan kebershan diri. Langkah awal

pencegahan dapat mengurangi resiko terjadinya peyakit kulit seperti kutu air, sehingga

produktivitas petani dalam bekerja meningkat.

Nama : Atika

NIM : 04101003047

Bahaya Biologi di Tempat Kerja (Pekerja Sawah)

Leptospirosis

Setiap pekerjaan memiliki resiko atau dampak bagi kesehatan pekerjanya. Untuk itu perlu

adanya pemahaman yang mendalam mengenai hal tersebut. Saat ini, Organisasi Buruh

Internasional (ILO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Jeyaratnam, 2009,

kesehatan kerja didefiniskan sebagai peningkatan dan pemeliharaan keadaan kaum pekerja

dalam semua pekerjaan, baik secara fisik, mental, dan sosial pada derajat tertinggi. Hal ini

dikaitkan dengan kualitas kerja para pekerja di tempat kerja masing-masing. Dimana, jika

Page 32: Bahaya Kerja Biologi

terdapat gangguan atau masalah kesehatan pada pekerja akan dapat mempengaruhi

produktivitas kerja pekerja tersebut. Selain itu, juga akan mempengaruhi kesehatan

pekerja lainnya, dalam kata lain, dapat membahayakan kesehatan pekerja lainnya. Serta

dapat berisiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja akibat status kesehatan yang kurang

baik.

Bahaya-bahaya kerja yang dapat ditemukan di tempat kerja salah satunya adalah bahaya

biologi. Bahaya biologi merupakan gangguan kesehatan yang didapat dari tempat kerja

akibat terpapar oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, parasit, dan lain-lain

(Jeyaratnam, J. 2009).

Pada pekerja sawah atau petani bahaya biologi yang dapat ditemukan salah satunya adalah

leptospirosis. Dalam Jeyaratnam 2009, dijelaskan bahwa bahaya biologi dibedakan

berdasarkan cara transmisinya, salah satunya adalah bahaya kerja biologi yang terjadi

akibat penularan langsung dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung atau

melalui kontak dengan sekresi, eksresi, atau jaringan tubuh binatang yang terinfeksi.

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen Leptospira

interrogen. Prevalensi leptospirosis tinggi di negara-negara beriklim tropis dengan curah

hujan yang tinggi. Epidemik penyakit ini banyak terjadi pada musim hujan serta daerah-

daerah dengan banyak genangan air tawar yang merupakan kondisi nyaman untuk

berkembangnya bakteri leptospira. (Harrianto, R. 2009).

Bakteri leptospira biasanya sering menyerang hewan pengerat, yakni tikus. Di tempat

kerja para pekerja sawah tidak jarang dapat dijumpai hewan pengerat ini. Dalam

Harrianto, 2009, dijelaskan bahwa hewan yang terinfeksi menjadi carrier, akan menimbun

leptospira di traktus urogenitalis yang dapat mencemari lingkungan.

Pada pekerja sawah yang dengan pemahaman kurang terhadap bahaya kesehatan dan

keselamatan kerja akan sangat memungkinkan untuk dapat terinfeksi leptospira, baik itu

melalui transimisi / kontak langsung karna gigitan hewan pengerat yakni tikus, ataupun

melalui kontak tidak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine / sekret

genital hewan yang teinfeksi leptospira.

Page 33: Bahaya Kerja Biologi

Selain itu, pajanan pada klit yang utuh juga dapat terjadi, biasanya melalui telapak kaki

petani yang berjalan dengan kaki telanjang. Untuk itu, peran perawat dalam masalah ini

adalah melakukan pengendalian bahaya kesehatan, mulai dari tindakan preventif seperti

pengenalan terhadap bahaya kerja khususnya bahaya kerja biologi, penggunaan alat

pelindung diri di tempat kerja seperti menggunakan sepatu boot, juga memberikan arahan

apabila terpajan oleh bahaya kerja itu sendiri. Selain itu, perawat bersama tenaga

kesehatan lainnya juga berperan dalam pemantauan dan pengendalian penyebab serta

pemantauan terhadap status kesehatan pekerja. Hal ini diharapkan dapat mengurangi

resiko terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan serta penurunan produktivitas

pekerja.

B. Tinjauan Teoritis

Pengertian

Bahaya menurut KBBI adalah suatu keadaan yang mendatangkan kecelakaan (bencana,

kesengsaraan, kerugian, dsb). Sedangkan pengertian bahaya (hazard) menurut OHSAS

18001:2007 adalah semua sumber, situasi, ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan

cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK).

Bahaya biologi (Biohazard) didefinisikan sebagai agen infeksius atau produk yang

dihasilkan agen tersebut yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Sedangkan

agen biologi didefinisikan sebagai mikroorganisme, kultur sel, atau endoparasit manusia,

termasuk yang sudah dimodifikasi secara genetic, yang dapat menyebabkan infeksi, reaksi

alergi, atau menyebabkan bahaya dalam bentuk lain yang mengganggu kesehatan manusia.

Bahaya kerja biologi yaitu gangguan kesehatan/penyakit-penyakit yang didapat dari

tempat kerja akibat terpajan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, parasit, dan

lain-lain.

Klasifikasi Bahaya Kerja Biologi

Klasifikasi bahaya kerja biologi berdasarkan tipe agennya (Biological Agent) dapat

dikelompokkan menjadi :

1. Agen infeksius

a. Bakteri

Page 34: Bahaya Kerja Biologi

Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (coccus), lengkung dan batang

(basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang

buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak

dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh

bakteri yaitu anthrax, tuberculosis, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.

b. Virus

Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak

mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas.

Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV,

dan sebagainya

c. Jamur / Fungi

Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena

berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup

dari organisme atau hewan lain.

d. Mikroorganisme / Protozoa

Protozoa adalah gup organisme bersel satu yang sangat bervariasi dengan lebih dari

50.000 jenis. Banyak yang hidup secara soliter (sendiri), ada yang secara berkoloni.

Pada manusia, protozoa merupakan salah satu patogen dan dapat menyebabkan

penyakit seperti malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum.

2. Tumbuhan dan produknya

3. Hewan dan produknya

Sedangkan klasifikasi bahaya kerja biologi berdasarkan cara transmisinya pada manusia

dapat digolongkan menjadi :

1. Bahaya kerja biologi akibat kontak dengan individu yang terinfeksi, atau kontak

dengan sekresi, eksresi, atau jaringan tubuh manusia yang terinfeksi, misalnya hepatitis,

AIDS, tuberculosis, dan lain-lain. Keterpajanan biasanya terjadi pada para tenaga

kesehatan dan petugas laboratorium.

2. Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat penularan dari binatang yang menginfeksi

manusia secara langsung, atau melalui kontak dengan sekresi, eksresi, atau jaringan

tubuh binatang yang terinfeksi, atau melalui transmisi vector intervertebrata seperti

nyamuk, kutu, dan lain-lain, misalnya leptospirosis, antraks, toksoplasmosis, dan lain-

lain. Keterpajanan ini biasanya terjadi pada petani, penyayang binatang, perawat

binatang peliharaan, perawat binatang percobaan, dan pekerja konstruksi.

Page 35: Bahaya Kerja Biologi

3. Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat polusi udara yang mengandung

mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit. Keterpajanan ini biasanya terjadi

pada pekerja kantor yang menggunakan AC sentral, tenaga pembersih cerobong asap

pabrik, dan pabrik-pabrik yang menghasilkan debu kerja. Terdiri dari :

a. Inhalation fever (demam inhalasi) yaitu penyakit akibat pemajanan polusi udara

yang berat, sifatnya non-alergik misalnya, metal fume fever, polymer fume fever,

organic dusts fever, dan legionelosis.

b. Penyakit alergi akibat pemajanan polusi udara, misalnya asma akibat kerja, dan

pneumonitis hipersensitivitas.

Hubungan Bahaya Biologi dengan Pekerjaan

Para pekerja dapat mengalami kontak dengan bahaya biologi dalam beberapa macam

keadaan :

1. Intrinsik pada pekerjaan tertentu. (Misalnya pekerja konstruksi pada fasilitas

pengolahan limbah beresiko terpapar infeksi bakteri).

2. Insidental pada saat bekerja (bukan bagian dari aktivitas pekerjaan); Misalnya pekerja

yang menderita penyakit akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.

3. Terjadi pada bagian tertentu pada pekerjaan; Misalnya pekerja yang berpergian dari

atau ke tempat endemik tertentu.

4. Tidak spesifik untuk pekerjaan; Misalnya bakteri legionella dapat tersebar dengan

mudah di air dan tanah sehingga dapat menginfeksi beberapa macam pekerjaan, seperti

petugas maintenance sistem pengairan dan pekerja kantoran dengan air-conditioner.

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penularan ke Tubuh Manusia :

1. Mekanisme penularan

2. Jalur masuk / Port d’entree

3. Dosis

4. Virulensi (Derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya organisme yang

diperlukan untuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu).

5. Host

Tipe Pekerjaan yang Beresiko Tinggi Terpapar Biohazard :

1. Pekerjaan lapangan (outdoor).

Page 36: Bahaya Kerja Biologi

2. Pekerja yang kerjaannya berhubungan dengan hewan.

3. Pekerja yang terpapar darah atau cairan tubuh manusia.

4. Pekerja yang bekerja di lingkungan kerja tertentu.

Bahaya Biologi yang Dapat Ditemukan di Tempat Kerja

Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan

di tempat kerja, diantaranya :

1. Daerah pertanian : Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat

pekerja dapat terinfeksi seperti : tetanus, leptospirosis, cacing, gigitan ular, asma

bronkhiale atau keracunan mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.

2. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) : Di tempat kerja seperti ini,

mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit saluran

napas, seperti : tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala, atralagia, enokarditis),

bronchitis dan infeksi saluran pernapasan lainnya seperti pneumonia.

3. Daerah peternakan (terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari

hewan) : penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya

: anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, burcelosis

(sakit kepala, atralagia, enokkarditis), infeksi Salmonella Sp.

4. Di Laboratorium : Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar

terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan

yang megandung organisme pathogen.

5. Di Perkantoran (terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami) : Para

pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti Humidifier

fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan

organisme yang hidup pada air yang terdapat pada sistem pendingin, Legionnaire

disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih

berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.

Mengontrol Bahaya Kerja Biologi

Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan

pencegahan antara lain dengan :

1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu

yang mengandung organisme patogen.

2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi

Page 37: Bahaya Kerja Biologi

3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja

4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali

setiap bulan.

5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya

mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah

penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.

BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA SAWAH DI TANJUNG PERING

INDRALAYA

(Soal Tentang Kutu Air : Veranita, 04101003020)

Petani X bekerja di sawah seluas 1 hektar, bekerja mulai dari jam 07.00 sampai jam 14.00.

Kebiasaan petani X dalam bekerja ia langsung turun ke sawah tanpa alas kaki, kemudian saat

ia selesai bekerja ia mencuci kaki nya dengan air irigasi sawah dekat sawah tersebut.

1. Dari kasus di atas kebiasaan petani X yang tidak memakai alas kaki saat bekerja dapat

beresiko terjadi penyakit apa?

a. DBD

b. Malaria

c. Kutu air

d. Influenza

e. Leptosppirosis

Jawaban : C

2. Dari kasus diatas tanda dan gejala penyakit yang akan timbul adalah….

1. Kulit gatal

2. Kemerahan pada kulit

Page 38: Bahaya Kerja Biologi

3. Rasa panas disekitar sela-sela jari kaki

4. Lepuh yang berisi air

Jawaban : A (1, 2, dan 3 benar)

3. Dari kasus diatas tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah .....

1. Menggunakan sepatu boats saat bekerja

2. Periksa kondisi sepatu boats sebelum bekerja

3. Bersihkan sepatu boats setelah bekerja

4. Membiasakan diri mencuci kaki dengan air bersih setelah bekerja

Jawaban: E (1, 2, 3, dan 4 benar)

4. Dari kasus diatas peran perawat sebagai edukator adalah .....

1. Memberikan penyuluhan tentang kebersihan diri atau personal hygine

2. Memberikan pendidikan tentang dampak memakai sepatu yang lembab

3. Memberikan pendidikan tentang dampak buruk tidak memakai alas kaki saat bekerja

4. Memberikan pengobatan penyakit kutu air

Jawaban : A (1, 2, dan 3 benar)

(Soal Tentang Leptospira interrogen : Atika, 04101003047)

5. Berikut ini pernyataan yang benar mengenai Leptospirosis adalah . . .

1. Disebakan oleh bakteri Leptospira heterrogen

2. Disebakan oleh bakteri Leptospira interrogen

3. Epidemic pada musim kemarau

4. Prevalensi tinggi pada daerah tropis

Jawaban : C (2 dan 4 benar)

6. Berdasarkan cara transmisinya, leptospirosis ditularkan melalui . . .

a. Penularan secara tidak langsung

b. Polusi udara

c. Hewan yang terinfeksi

d. Kontak dengan individu yang terinfeksi

e. Inhalasi

Jawaban : C

7. Di bawah ini yang termasuk peran perawat dalam penanganan bahaya kerja biologi di

tempat kerja sawah, kecuali . . .

a. Pengendalian bahaya kesehatan

b. Pengenalan terhadap bahaya kerja

Page 39: Bahaya Kerja Biologi

c. Penyuluhan tentang penggunaan alat pelindung diri

d. Pemantauan dan pengendalian penyebab

e. Pemantauan status produktivitas kerja

Jawaban : E

8. Cacing tambang ditularkan melalui...

a. Tanah yang terkontaminasi tinja yang mengandung larva infektif

b. Darah yang terkontaminasi

c. Oral

d. Udara

e. Saliva

Jawaban : A

9. Gejala spesifik yang akan terlihat setelah infeksi cacing tambang adalah, kecuali...

a. Anemia

b. Mual

c. Sakit perut dan kembung

d. Diare

e. Flu

Jawaban : E

10. Untuk mencegah terjadinya penyakit cacing pada petani, perawat dapat melakukan

penyuluhan kesehatan tentang, kecuali...

a. Pentingnya memakai sepatu karet (boot) sebagai alat perlindungan diri (APD) bila

hendak ke sawah dan selalu gunakan sandal jika keluar rumah.

b. Buang air besar harus selalu di kakus.

c. Kebiasaan minum 8 gelas/hari

d. Kebiasaan mencuci tangan dengan benar sebelum makan, setelah BAB dan BAK.

e. Selalu mencuci bersih sayuran sebelum dimasak dan masak bahan makanan sampai

matang.

Jawaban : C

BAHAYA BIOLOGI PADA PETERNAK SAPI DI DESA TANJUNG PERING,

INDERALAYA

(Soal Tentang Pseudomonas aeroginosa : Wenniarti, 04101003039)

1. Menurut slamethandono penyakit yang dapat ditimbulkan dari kotoran sapi ialah….

Page 40: Bahaya Kerja Biologi

a. Infeksi mata, telinga, kulit, serta saluran pernapasan

b. Infeksi saluran kemih

c. Diare

d. Malaria

e. Demam Berdarah Dengue

Jawaban : A

2. Faktor yang menentukan daya patogen pada bakteri pseudomonas aeruginosa yang

terdapat pada kotoran sapi adalah..

a. LPS

b. ADP

c. NAD

d. Ribosil

e. Toksin

Jawaban : A

3. Pada bakteri pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat patogen oportunistik yang

artinya…

a. Bakteri yang menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang normal

b. Bakteri yang kadang-kadang mengkoloni pada manusia

c. Bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia

d. Bakteri yang berlaku sebagai saprofit pada usus manusia

e. Bakteri yang memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk

memulai suatu infeksi

Jawaban : E

4. Hasil kompleks dari ADP-ribosil-EF-2 pada bakteri pseudomonas aeruginosa yang

terdapat pada kotoran sapi adalah…

a. Inaktivasi sintesis karbohidrat

b. Inaktivasi sintesis lemak

c. Inaktivasi sintesis vitamin

d. Inaktivasi sintesis mineral

e. Inaktivasi sintesis protein

Jawaban : E

(Soal Tentang T. Saginata : Afen Sidik, 04101003041)

5. Taneasis merupakan penyakit yang dapat di sebabkan oleh?

Page 41: Bahaya Kerja Biologi

1. P.aeruginosa

2. E.colly

3. Sarcoptes scabei

4. T. Solium

Jawaban : D (4 benar)

6. Bagaimana cara mencegah penyakit taneasis?

1) Menghindari makanan daging yang kurang matang.

2) Mencuci tangan sebelum makan dengan sabun.

3) Sanitasi linggkungan yang baik.

4) Bukan salah satu diatas

Jawabannya : A (1, 2, dan 3 benar)

7. Gejala yang mungkin timbul oleh taneasis adalah kecuali?

1) Pusing, diare, dan pruiritus ani

2) Nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi

3) Rasa tidak enak pada lambung , nausea (mual), badan lemah

4) Mual, muntah, gatal pada sela jari.

Jawaban : D (4 benar)

(Soal Tentang Antraks : Melly Indah Purwanti, 04101003015)

8. Bahaya biologis dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-

sumber biologi yaitu .....

a. Virus

b. Bakteri

c. Jamur

d. Protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan

e. Benar semua

Jawaban : E

9. Antrax di sebabkan oleh Bacillus antrhaxis sejenis bakteri yang bersifat aerob, bila

kontak dengan udara bebas, bakteri ini dapat membentuk spora yang dapat tahan sampai

puluhan tahun, masuknya bibit penyakit ini melalui, kecuali .....

a. Udara yang mengandung spora anthrax dan gigitan vector atau pembawa kuman

anthrax

b. Makanan yang tercemar bakteri anthax

c. Melalui luka pada mulut dan kaki ternak yang terdapat bakteri anthrax

Page 42: Bahaya Kerja Biologi

d. Feces

e. Bukan salah satu di atas

Jawaban : D

10. Ditandai dengan gejala, rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan,

suhu badan meningkat, hematemesis. Termasuk tipe anthrax .....

a. Anthrax kulit

b. Anthrax saluranpencernaan

c. Anthrax paru-paru

d. Anthrax meningitis

e. Anthrax kelamin

Jawaban : B

BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA PETERNAKAN AYAM

(Soal Tentang Salmonella : Annis Pertiwi, 04101003037)

1. Bakteri Salmonella muncul di peternakan berawal darimana?

a. Kotoran ayam

b. Lingkungan yang kotor

c. Anak ayam

d. Bulu ayam

e. Makanan ayam

Jawaban : C

2. Sumber penularan utama bakteri Salmonellesis adalah?

a. Kotoran ayam

b. Lingkungan yang kotor

c. Anak ayam

d. Bulu ayam

e. Makanan ayam

Jawaban : A

3. Salmonellosis memperlihatkan tiga sindrom yang khusus yaitu?

a. Gatal, demam dan Septikemia

b. Septikemia, radang usus akut dan radang usus kronis

c. Septikemia, demam dan radang usus akut

d. Demam, radang usus akut dan radang usus kronis

Page 43: Bahaya Kerja Biologi

e. Demam, radang usus dan gatal

Jawaban : B

(Soal Tentang Virus Avian Influenza : Pratiwi Arum Sari, 04101003023)

4. Dibawah ini yang tidak termasuk penularan virus avian influenza adalah :

a. Kontak langsung dengan unggas yang sakit

b. Dari udara

c. Kontak antar manusia

d. Peralatan yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari faeces atau sekreta unggas

yang terserang virus flu burung

e. Virus ini dapat menular melalui kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan

Jawaban : B

5. Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan penularan virus adalah :

1. Pemeriksaan kesehatan dan pemberian vaksin terhadap hewan ternak,

2. Kebersihan lingkungan peternakan

3. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) saat kerja

4. Mencuci tangan dengan air biasa setelah kontak dengan unggas

Jawab : A (1, 2, dan 3 benar)

6. Peran perawat dalam pencegahan penyebaran virus avian influenza adalah :

a. Melakukan usaha promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitative

b. Mengenalkan pada peternak karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dan

tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati

c. Memberikan informasi kepada peternak untuk mengenali gejala-gejala awal penyakit

dan perujukan segera ke pelayanan kesehatan

d. Menginformasikan kepada peternak untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, dan sepatu saat bekerja

e. Semua benar

Jawaban : E

(Soal Tentang Gurem : Susi Lestari, 04101003045)

7. Gangguan gurem pada ternak ayam dan pemiliknya disebabkan oleh hal-hal berikut ini

kecuali,....

Page 44: Bahaya Kerja Biologi

a. Para peternak ayam umumya beternak sekedar saja sesuai kebiasaan yang telah

diperolehnya

b. Hewan ternaknya hanya ditempatkan biasanya diletakkan di dekat rumah tinggal

peternak

c. Penerangan yang kurang di lingkungan kerja 

d. Sanitasi kurang diperhatikan

e. Kotoran dibiarkan menggunung di kandang

Jawaban : D

8. Penularan kutu pada ayam ke peternak nya disebabkan oleh ...

a. Adanya angin yang membawa terbang gurem-gurem pada ayam yang sedang

mengeram ke kandang ayam lainya dan tertular ke manusia

b. Kotoran yang ada apabila dalam kondisi basah akan menyebarkan kutu yang menular

ke manusia

c. Penerangan yang kurang di lingkungan kerja menimbulkan kesan kotor,sehingga kutu

ayam mudah menular ke manusia.

d. Iklim kandang ayam yang terlalu lembab membuat kutu mudah tersebar ke badan

peternak

e. Tempat makan dan minum ayam yang kotor sehingga kutu mudah menyebar ke

peternak

Jawaban : A

9. Peran perawat pada bahaya biologi pada lingkungan peternakan ayam adalah....

a. Memberikan Pendidikan Kesehatan atau Penyuluhan kesehatan/latihan kepada

peternak ayam

b. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala

c. Memberikan asuhan perawatan di klinik sesuai dengan perencanaan dan masalah yang

dihadapi pekerja

d. Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan medik dan pengobatan

e. Semua Benar

Jawaban : E

10. Perawat dapat memberikan Penyuluhan kepada peternak ayam tentang....

a. Bahaya penyakit akibat kerja di peternakan ayam

b. Cara menghindar bahaya akibat kerja

c. Latihan tata kerja yang benar

d. Melakukan pemeriksaan gangguan kesehtan setiap 6 bulan sekali

Page 45: Bahaya Kerja Biologi

e. a,b dan c benar

Jawaban : E

KUMPULAN SOAL BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA BUDIDAYA

IKAN LELE

(Soal Tentang Eschericia coli : Falentina Dwi Citra, 04101003049)

1. Di bawah ini yang termasuk contoh dari bakteri jenis coliform adalah .....

1. Salmonella spp,

2. Escherichia coli

3. Enterobacter

4. klebsiellla

Jawaban : E (1, 2, 3, dan 4 benar)

2. Jenis – jenis bahaya kesehatan pada saat bekerja adalah .....

1. Bahaya biologi

2. Bahaya kimia

3. Bahaya fisik

4. Bahaya psikologi

Jawaban : E (1, 2, 3, dan 4 benar)

3. Perawat berperan sebagai apakah dalam memberikan informasi dan meningkatkan

perubahan perilaku klien serta meningkatkan tingkat pengetahuan klien dan kemampuan

mengatasi kesehatannya?

a. Edukator

b. Fasilitator

c. Advokat

d. Konsultan

e. Pembaharu

Jawaban : A

(Soal Tentang Pseudomonas sp: Lili Safitri, 04101003028)

4. Berikut ini yang bukan merupakan penyakit infeksi pada ikan akibat organisme

adalah .....

a. Parasit

b. Jamur

Page 46: Bahaya Kerja Biologi

c. Bakteri

d. Virus

e. Lingkungan

Jawaban : E

5. Ikan lele yang terinfeksi bakteri Pseudomonas sp memiliki ciri-ciri sebagai berikut.....

a. Perdarahan di kulit, hati, ginjal maupun limpa.

b. Kulit ikan lele mengelupas

c. Daging ikan lele berwarna merah segar

d. Lendir pada ikan lele semakin berkurang

e. Semua salah

Jawaban : A

6. Dampak ikan lele yang terinfeksi bakteri Pseudomonas sp pada manusia adalah.....

1. Keracunan

2. Perdarahan

3. Gangguan pencernaan

4. Penyakit Jantung Koroner

Jawaban: B (1 dan 3 benar)

7. Penatalaksanaan lingkungan bersih pada budidaya ikan lele kolam terpal adalah

1. Mengganti air kolam secara rutin jika sudah keruh

2. Melakukan penggantian air kolam pada kolam yang sudah terinfeksi

3. Memisahkan ikan yang terinfeksi dengan yang sehat

4. Melakukan pengontrolan rutin pada air kolam

Jawaban: E (1, 2, 3, dan 4 benar)

(Soal Tentang Aeromonas sp : Revi Afriyensi, 04101003013)

8. Bakteri yang terdapat dan sering ditemukan yang menginfeksi ikan lele adalah ..

a. Aeromonas

b. Pseudomonas

c. Staphylococcus

d. a dan b benar

e. Salah semua

Jawaban : D

9. Bakteri yang terdapat pada ikan lele yang dapat menyebabkan kematian masal pada ikan

lele tsersebut adalah ...

Page 47: Bahaya Kerja Biologi

a. Pseudomonas

b. Staphylococcus

c. Aeromonas

d. A dan c benar

e. Salah semua

Jawaban : C

10. Gejala ringan yang timbul akibat infeksi dari bakteri Aeromonas terhadap manusia

adalah...

a. Demam dan kedinginan

b. Sakit perut

c. Mual

d. Muntah-muntah

e. Diare

Jawaban : A

BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA PENGUMPUL BARANG BEKAS DI

LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN INDERALAYA

(Soal Tentang Tikus : Rahma Metalia, 04101003046)

1. Di bawah ini termasuk penyakit yang disebabkan oleh tikus adalah .....

1) Leptospirosis

2) Scrub thypus

3) Murine thypus

4) Salmonellosis

Jawaban : E (1, 2, 3, dan 4 Benar)

2. Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal

sebagai .....

a. Rodent borne disease

b. Mouse disease

c. Penyakit plague

d. Rate bite disease

e. Semua salah

Jawaban : A

3. Di bawah ini yang termasuk dalam peran perawat sebagai pendidik dalam bahaya kerja

biologi akibat tikus adalah memberikan penyuluhan tentang .....

Page 48: Bahaya Kerja Biologi

1) Penyakit-penyakit yang sering timbul akibat tikus

2) Memberikan asuhan keperawatan pada penyakit akibat tikus

3) Penggunaan alat pelindung diri selama bekerja

4) Bekerja sama dengan Puskesmas dalam screening

Jawaban : B (1 dan 3 benar)

4. Di bawah ini yang termasuk dalam bahaya kerja biologi pada pekerja pengumpul barang

bekas adalah ...

1) Tikus

2) Escherichia coli

3) Virus Dengue

4) Semuanya benar

Jawaban : E (1, 2, 3, dan 4 benar)

(Soal Tentang Escherchia coli : Dian G. Aprimavista, 04101003019)

5. Penyakit apa saja yang dapat disebabkan oleh E.coli, kecuali ?

a. Penyakit diare

b. Infeksi saluran kemih

c. Sepsis

d. Meningitis

e. ISPA

Jawaban : E

6. Bagaimana cara kontaminasi E.coli ke tubuh manusia?

1. Perpindahan dari tangan ke mulut.

2. Melalui udara yang terhirup

3. Menelan air yang tercemar E.coli.

4. Mengkonsumsi makanan yang dimasak.

Jawaban : B (1 dan 3 benar)

7. Bakteri E.coli dalam jumlah normal adalah normal ditemukan pada ?

a. Saluran perkemihan

b. Saluran pembuluh darah

c. Saluran pencernaan

d. Saluran pernapasan

e. Kulit manusia

Jawaban : C

Page 49: Bahaya Kerja Biologi

(Soal Tentang Virus Dengue : Poppy Judika Nababan, 04101003064)

8. Apa pengertian bahaya biologi kerja ?

1) Kondisi dimana dapat menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit, ataupun

penurunan kemampuan dalam melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan, atau suatu

kondisi yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan / kerugian.

2) Bahaya- bahaya hasil buatan manusia

3) Bahaya yang didapat dari lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh alat- alat yang ada

disekitar lingkungan kerja tersebut.

4) Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang

terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita

penyakit-penyakit tertentu

Jawaban : D (4 benar)

9. Berikut ini adalah salah satu contoh bahaya biologi dari lingkungan kerja, yaitu :

a. Demam berdarah

b. Tusukan benda tajam

c. Jatuh dari ketinggian

d. Kecelakaan kerja akibat bahan-bahan kimia.

e. Kebakaran di lingkungan kerja

Jawaban : A

10. Berikut ini adalah peran- peran perawat dalam mencegah bahaya biologi lingkungan kerja

.....

a. Memberikan penkes

b. Sebagai panutan

c. Sebagai kolaborator

d. Sebagai pengamat

e. Pemberi asuhan keperawatan

Jawaban : D

Page 50: Bahaya Kerja Biologi

KUMPULAN SOAL DARI OPONEN (KELOMPOK 2 : BAHAYA KERJA KIMIA)

BESERTA JAWABAN

BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA PENGUMPUL BARANG BEKAS DI

LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN, INDERALAYA

1. Bahaya Kerja Biologi : Tikus (Rahma Metalia, 04101003046)

Nama Oponen : Felia Nur Fitrianti, 04101003002

Pertanyaan : Tempat beresiko menimbulkan penyakit, apakah sudah ada masalah?

Seberapa besar penyakitnya? Contoh program pengendalian tikus seperti apa?

Jawaban :

Penyakit akibat tikus pada pekerja pengumpul barang bekas di lorong pasar pagi

Timbangan, Indralaya sampai saat ini belum pernah terjadi.

Program pengendalian tikus yang dimaksud di sini adalah upaya-upaya yang dilakukan

dalam mengendalikan tikus di tempat kerja, seperti :

a. Sanitasi lingkungan : Dilakukan dalam bentuk membersihkan semak-semak dan

rerumputan, membongkar liang dan sarang serta tempat perlindungan lainnya.

b. Fisik dan mekanis : Usaha pengendalian secara fisik maupun mekanis meliputi semua

cara secara fisik langsung membunuh tikus seperti dengan pukulan, menggunakan

perangkap tikus, penggunaan pagar plastik dan lain sebagainya.

c. Pemanfaatan musuh alami : Misalnya dengan memelihara kucing.

d. Penggunaan bahan kimia : Misalnya dengan menggunakan rodentisida, baking soda,

atau larutan cabai yang dicampur deterjen.

2. Bahaya Kerja Biologi : Eschericia coli (Dian Gustie Aprimavista, 04101003019)

Nama Oponen : Putri Pratiwi, 04101003026

Pertanyaan : Bagaimana cara Escherichia coli menyebabkan gangguan saluran

pencernaan ?

Jawab : E.coli masuk ke saluran pencernaan melalui perpindahan dari tangan ke mulut

akibat tangan yang kotor setelah memegang sampah/barang bekas dimana tidak mencuci

tangan dengan benar dan bersih. Selanjutnya E.coli menyerang langsung dinding saluran

pencernaan yakni menyerang sel-sel epitel mukosa usus (sel-sel pada permukaan dinding

usus bagian dalam) dan mengiritasinya serta mengganggu proses penyerapan air,

sehingga feses keluar dalam bentuk cair dan terjadilah gangguan saluran pencernaan.

Page 51: Bahaya Kerja Biologi

3. Bahaya Kerja Biologi : Virus Dengue (Poppy Judika N., 04101003064)

Nama Oponen : Syofwatun Ngulya, 04101003025

Pertanyaan :

a. Apakah dalam tempat pengumpulan barang bekas di lorong pasar pagi Indralaya

pernah dilaporkan kasus DBD?

b. Bagaimana pelaksanaan program 3M oleh perawat kepada para pekerja di

pengumpulan barang bekas?

c. Salah satu peran perawat adalah sebagai kolaborator. Jelaskan tindakan konkretnya!

Jawaban :

a. Sejauh ini kasus DBD belum pernah menyerang para pekerja di tempat pengumpulan

barang bekas di lorong pasar pagi Indralaya.

b. Dalam program 3M ini, perawat berperan memberikan pendidikan kesehatan dan

sekaligus dapat sebagai pelaksana (di sini perawat berkolaborasi langsung dengan

pekerja).

1) Pendidikan kesehatan yang menjadi sasaran penkes disini adalah pencegahan

primer yang dapat ditujukan pada faktor penyebab terjadinya DBD, yaitu kondisi

lingkungan. Tujuan dari pencegahan primer ini adalah agar tidak terjadi penyakt

DBD terhadap pekerja.

2) Pelaksana. Peran perawat sebagai pelaksana disini dilakukan dengan

berkolaborasi langsung dengan pekerja. Dalam hal ini melaksanakan 3M

(Menguras, Mengubur, Menutup)

c. Peran perawat sebagai kolaborator di sini adalah berkolaborasi dengan tenaga kerja

untuk mengatasi resiko DBD. Tindakan konkretnya adalah ikut turun tangan

(membantu) tenaga kerja dalam melakukan upaya 3M.

Page 52: Bahaya Kerja Biologi

BAHAYA BIOLOGI PADA PETERNAK SAPI DI DESA TANJUNG PERING, INDERALAYA

1. Bahaya Kerja Biologi : Antraks (Melly Indah Purwanti, 04101003015)

Nama Oponen : Dewi Ismarina, 04101003036

Pertanyaan : Bagaimana cara penanggulangan penyakit antraks?

Jawaban :

Negatif Positif

Bukan Penderita Antraks

Follow up :Bila perlu

rujuk ke rumah sakit

Pengamatan 2 minggu sesudah kasus terakhir

Penyuluhan terpadu ke masyarakat (dinkes dan disnak)

Petugas Lapangan Pertenakan :Pengambilan dan pengiriman specimen (hewan/produk hewan/ tanah) ke labPengawasan lalu lintas hewanPengobatan hewanVaksinasiDesinfeksiPengawasan hewan potong

DKK :Cari kasus tambahanPengambilan specimenPengobatan

BLK :Pengambilan specimen dan pengecatan gramPemeriksaan kultur

Masyarakat :Ada kasus antraks pada manusia/hewanAda kontak dengan hewan/produk hewan & lingkungan yang diduga terkontaminasi spora / basil antraks

Puskes :Menemukan adanya gejala klinis antraks suspek / tersangka antraks

Page 53: Bahaya Kerja Biologi

2. Bahaya Kerja Biologi : T. Saginata (Afen Sidik, 04101003041)

Nama Oponen : Riza Umami, 04101003004

Pertanyaan : Apakah pancaran darah sapi yang mengandung T. Saginata dapat

menjadi sumber penularan penyakit taneasis yang anda jelaskan?

Jawaban :

Untuk darah yang mengandung T. Saginata bukan sebuah penularan bila terkena

pada manusia karena cara penularan T. Saginata melalui konsumsi daging yang

mengandung larva T. Saginata, mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah

terkontaminasi oleh telur T. Saginata, dan melalui auto infeksi seperti saat seseorang

yang telah terinfeksi T. Saginata, ia menggaruk lubang pembuangan atau anus yang

terdapat telur cacing ini dan orang tersebut tidak menjaga kebersihan diri dengan

baik seperti tidak mencuci tangan saat makan maka dia dapat terinfeksi cacing

tersebut.

3. Bahaya Kerja Biologi : Pseudomonas aeroginosa (Wenniarti, 04101003039)

Nama Oponen : Ropiko, 04101003003

Pertanyaan : Sebutkan salah satu jenis penyakit pada mata yang disebabkan bakteri

Pseudomonas aeroginosa pada kotoran sapi dan bagaimana perawatannya?

Jawaban :

Salah satu jenis penyakitnya yaitu ulkus kornea. Perawatan jika terkena ulkus

kornea ini adalah jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang,

mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan

mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih, kelopak mata harus dijaga

kebersihannya lalu kolaborasi pemberian analgetik jika nyeri yaitu dapat diberikan

tetes pantokain atau tetrakain.

BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA BUDIDAYA IKAN LELE

1. Bahaya Kerja Biologi : Escherichia coli (Falentina Dwi Citra, 04101003049)

Nama Oponen : Nopriansyah, 04101003007

Pertanyaan : Apa gejala dari akibat terjangkit Escherichia coli dan berapa lama

bakteri Escherichia coli bisa menimbulkan gejala tersebut?

Bahaya Kerja Biologi | 53

Page 54: Bahaya Kerja Biologi

Jawaban :

Gejala infeksi akibat terjangkit bakteri Eschericia coli biasanya berupa diare, mual,

demam, dan muntah. Sementara, gejala infeksi paling serius berupa gagal ginjal akut

disertai kerusakan sel darah merah, gangguan syaraf, stroke, dan koma sehingga

tingkat kematiannya bisa sebesar 3-5 persen. Bakteri ini bisa menimbulkan gejala

pada tubuh manusia apabila masa inkubasi bakteri ini selama 6-24 jam.

2. Bahaya Kerja Biologi : Pseudomonas sp (Lili Safitri, 04101003028)

Nama Oponen : Vivi Mariana Wulandari, 041010030035

Pertanyaan : Apa yang terjadi pada ikan lele yang terserang bakteri Pseudomonas

sp? Lantas bagaimana dampaknya jika ikan lele tersebut dikonsumsi oleh manusia?

Jawaban :

Secara fisik, jika ikan lele terinfeksi bakteri pseudomonas akan mengalami

perdarahan di kulit, hati, ginjal maupun limpa. Perdarahan pada kulit tersebut

akhirnya mengakibatkan luka borok pada tubuh ikan lele dan lendir yang cukup

banyak.

Pada peternak lele resiko terinfeksi sangatlah besar jika terpapar langsung dengan

bakteri pseudomonas sp, baik melalui lendir ataupun dengan mengonsumsi ikan lele

tersebut. Hal ini akan mengakibatkan infeksi dan gangguan pencernaan pada

manusia, bahkan bisa menyebabkan keracunan akibat toksik tersebut.

3. Bahaya Kerja Biologi : Aeromonas sp. (Revi Afriyensi, 04101003013)

Nama Oponen : Yudo Pratama, 04101003011

Pertanyaan : Bagaimana cara penularan Aeromonas sp. terhadap manusia dan ikan

lele lainnya?

Jawaban :

Cara penularan dari bakteri tersebut terhadap ikan atau pun manusia melalui

perantara air, kontak bagian tubuh ikan atau peralatan tercemar. Maksudnya

peralatan tercemar di sini adalah peralatan yang sering digunakan untuk menangkap

ikan lele dari kolam yang tidak dibersihkan lagi setelah dipergunakan.

BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA PETERNAKAN AYAM

Bahaya Kerja Biologi | 54

Page 55: Bahaya Kerja Biologi

1. Bahaya Kerja Biologi : Virus Afian Influenza (Pratiwi Arum Sari,

04101003023)

Nama Oponen : Tira Rafflesia, 04101003006

Pertanyaan : Pada latar belakang dijelaskan bahwa semakin dekat jarak peternakan

dengan pemukiman maka, peluang untuk menularnya virus semakin besar, yang

ingin saya tanyakan, berapa jarak yang ditentukan pemerintah/standar untuk

pembuatan peternakan ayam dari pemukiman penduduk sehingga virus yang ada

pada peternakan ayam tidak menyebar di lingkungan rumah?

Jawab :

Lokasi peternakan dengan pemukiman penduduk harus terpisah, sehingga bahaya

biologi yang terdapat pada peternakan tidak menyebar ke lingkungan rumah

penduduk. Jarak antara peternakan dengan pemukiman yang ditetapkan Departemen

Kehutanan adalah minimal 500 meter dari pagar terluar rumah.

2. Bahaya Kerja Biologi : Salmonella (Annis Pertiwi, 04101003037)

Nama Oponen : Nurjana Rachmawati, 04101003009

Pertanyaan : Apa saja gejala-gejala seseorang terinfeksi bakteri Salmonella

(salmonellesis)?

Jawaban :

Gejala seseorang yang terjangkit salmonellesis antara lain : sering mengalami sakit

kepala, demam, diare, mual, dan muntah. Gejalanya sering timbul 6-7 jam (6hr)

setelah terinfeksi dan biasanya berlanjut selama 4-7 hari atau lebih.

3. Bahaya Kerja Biologi : Gurem (Susi lestari, 04101003045)

Nama Oponen : Amelia, 04101003005

Pertanyaan : Berapa jarak peternakan ayam dengan kediaman warga yang

dianjurkan agar tidak terserang kutu tersebut ? Tindakan apa yang pertama

dilakukan jika digigit kutu tersebut ?

Jawaban :

Syarat kandang yang baik : Jarak yang aman untuk pemeliharaan unggas menurut

SK Dirjen Peternakan Tahun 1993 No. 77, dari pemukiman minimal berjarak 250

Bahaya Kerja Biologi | 55

Page 56: Bahaya Kerja Biologi

meter, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup

baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan

atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang.

Tindakan yang pertama dilakukan jika digigit kutu tersebut cukup dengan segera

mandi menggunakan sabun dan merendam/mencuci pakaian yang digunakan.

Selanjutnya gatal, ruam, iritasi atau alerginya dapat dikonsultasikan dengan dokter

(spesialis kulit) terdekat dengan anda

BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA SAWAH DI TANJUNG PERING

INDRALAYA

1. Bahaya Kerja Biologi : Cacing Tambang (Wenti Liana, 04101003048)

Nama Oponen : Anisa, 04101003008

Pertanyaan : Membiasakan petani BAB di kakus. Bagaimana jika di daerah tersebut

tidak ada kakus atau hanya memiliki 1 kakus untuk banyak orang?

Jawaban :

Hal pertama yang harus di lakukan perawat adalah mengubah kebiasaan petani agar

mau BAB di kakus melalui penyuluhan kesehatan. Setelah petani sadar dan

mengetahui bahaya BAB sembarangan, perawat dan petani bisa membuat program

pembuatan kakus di area persawahan/perumahan yang dekat dengan sumber air.

Perawat juga bisa memberikan ide pembuatan kakus gabungan dari beberapa

persawahan/perumahan melalui gotong royong yang bisa digunakan bersama-sama

untuk petani yang kurang mampu. Jadi tidak masalah jika 1 kakus digunakan oleh

banyak orang, asal petani sadar dan mau mengubah kebiasaannya agar BAB di

kakus. Kuantitas kakus akan bertambah setiap tahunnya jika petani sudah

menganggap itu sebagai bagian dari kebutuhan.

2. Bahaya Kerja Biologi : Trichophyton rubrum (Veranita, 04101003020)

Nama Oponen : Mala Santika, 04101003010

Pertanyaan : Apakah kutu air bisa menular dan bagaimana cara pengobatan kutu air?

Jawaban :

Bahaya Kerja Biologi | 56

Page 57: Bahaya Kerja Biologi

Kutu air termasuk penyakit menular yang dapat menyebar dari manusia ke manusia.

Penularannya dapat terjadi ketika kontak langsung dengan penderita. Jamur kutu air

ini dapat menyebar dari berbagai medium. Sebagai contoh, penularan jamur bisa

terjadi dari air kolam renang, air mandi, dan air sawah. Tidak hanya itu,

penularannya juga dapat dengan cara pemakaian pakaian atau handuk milik orang

yang terinfeksi jamur kutu air.

Penyembuhan kutu air dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor penyebab

penyakit ini dan melakukan pengobatan yang tepat. Penyakit ini akan cepat sembuh

tetapi akan mudah kembali lagi. Obat anti jamur yang biasanya digunakan di

masyarakat adalah kalpanax. Kalpanax ada 2 jenis, yaitu kalpanax cair dan

kalpanax krim. Kalpanax cair mengandung salicylic acid, benzoid acid dan

povidone iodine. Sedangkan kalpanax krim mengandung miconazolnitrate.

Kalpanax cair dikemas dalam bentuk botol dan pengobatan dengan bentuk cair akan

terasa perih. Kalpanax krim dikemas dalam bentuk tube berukuran kecil. Jenis

kalpanax krim sangat disenangi karena tidak memberikan efek perih dan tidak

membuat kulit terbakar sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan keindahan

kulit serta efek anti jamurnya lebih bagus, sekali oles rasa sakit dan gatal akan

hilang dengan lebih cepat.

3. Bahaya Kerja Biologi : Leptospira interrogen (Atika, 04101003047)

Nama Oponen : Herlinda Lestari (04101003017)

Pertanyaan : Kenapa prevalensi leptospirosis tinggi di daerah tropis? Bagaimana

peran perawat dalam kasus ini?

Jawaban :

Prevalensi leptospirosis tinggi di daerah tropis dikarenaka oleh Leptospira yang

bersifat aerob obligat dengan suhu pertumbuhan antara 28-30oC. Leptospira dapat

bertahan lama dalam air terutama pada ph alkali. Selain itu, genangan air tawar

merupakan kondisi nyaman untuk berkembangnya bakteri leptospira.

Peran perawat dalam masalah ini adalah melakukan pengendalian bahaya kesehatan,

mulai dari tindakan preventif seperti pengenalan terhadap bahaya kerja khususnya

bahaya kerja biologi, penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja seperti

menggunakan sepatu boot, juga memberikan arahan apabila terpajan oleh bahaya

Bahaya Kerja Biologi | 57

Page 58: Bahaya Kerja Biologi

kerja itu sendiri. Selain itu, perawat bersama tenaga kesehatan lainnya juga berperan

dalam pemantauan dan pengendalian penyebab serta pemantauan terhadap status

kesehatan pekerja. Hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan

kesehatan dan keselamatan serta penurunan produktivitas pekerja.

Bahaya Kerja Biologi | 58

Page 59: Bahaya Kerja Biologi

Daftar Pustaka

Harrianto, Ridwan. (2009). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC.

Bandung, Juju. (2013). Berternak ayam atau unggas di pemukiman (Online).

http://www.jujubandung.biz/2013/07/09/beternak-ayam-atau-unggas-di-

pemukiman/. Diakses tanggal 25 Februari 2014.

DEPTAN. Memilih lokasi kandang yang sesuai letak yang strategis (Online).

www.deptan.go.id. Diakses tanggal 25 Februari 2014.

Dinda. (2008). Leptospirosis. (Online).

http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/leptospirosis.html. Diakses tanggal 26

Februari 2014.

DIPERTA Jawa Barat. Pengendalian tikus (Online).

http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1069. Diakses tanggal 25

Februari 2014.

Hastono, Dwi & Sugeng. (2012). Apakah pengaruh terkena kutu bekas ayam bertelur

(Online). http://lampung.tribunnews.com/2012/01/28/apakah-pengaruh-

terkena-kutu-bekas-ayam-bertelur. Diakses tanggal 25 Februari 2014.

Hestiningsih, Rahayu. 2004. Perbandingan bakteri kontaminan pada lalat di

tempat

Pembuangan sampah akhir, Piyungan, Bantul, Yogyakarta (Online).

https://admisi.unimus. ac.id/ojsunimus/index.php/jkmi/article/view/375.

Diunduh pada tanggal 26 Februari

2014.

Matuwo, Almuqni. (2012). Kualitas Mikrobiologi Daging Ayam pada Pasar Modern

dan

Tradisional di Makasar

(Online).http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1479.

Diunduh tanggal 26 Februari 2014.

Rosdiana. (2013). Cara mengatasi hama tikus di persawahan (Online).

http://rhoesdiana.blogspot.com/2013/10/cara-mengatasi-hama-tikus-di-

persawahan.html. Diakses tanggal 25 Februari 2014.

Bahaya Kerja Biologi | 59

Page 60: Bahaya Kerja Biologi

Wahyudi, Arif. (2013). Jarak kandang ayam dengan pemukiman minimal 200

meter (Online). http://www.harianjogja.com/baca/2013/10/17/jarak-kandang-

ayam-dengan-pemukiman-minimal-200-meter-457059.

Yulianti, Fitri. (2011). Bakteri escherichia coli menyebar lewat 3 jalan ini (Online).

http://www.okezone.com. Diakses tanggal 25 Februari 2014.

http://www.depkes.go.id/downloads/Taeniasis.pdf (Online).

Bahaya Kerja Biologi | 60