Upload
falentina-dwi-citra
View
60
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bahaya Kerja Biologi
Citation preview
A. Latar Belakang
Nama : Rahma Metalia
NIM : 04101003046
BAHAYA KERJA BIOLOGI DI TEMPAT PENGUMPULAN BARANG BEKAS DI
LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN
INDERALAYA
(BAHAYA KERJA BIOLOGI HEWAN PENGERAT : TIKUS)
Pekerjaan mengumpulkan barang bekas atau barang yang masih memiliki nilai jual untuk
dapat di daur ulang telah banyak dilakukan di kalangan masyarakat. Selain digunakan
sebagai mata pencaharian yang dapat menunjang ekonomi keluarga juga dapat membantu
mengurangi jumlah sampah di lingkungan sekitar. Barang-barang bekas seperti koran
bekas, buku yang tidak lagi digunakan, kaleng bekas, besi atau paku yang telah berkarat,
gelas plastik, galon bekas, dan lainnya merupakan barang-barang yang masih dapat di daur
ulang.
Dalam setiap pekerjaan baik di bidang apapun itu, memiliki potensi untuk terjadinya
bahaya kesehatan kerja, termasuk pada pekerja pengumpul barang-barang bekas. Di
lorong pasar pagi, Timbangan, Inderalaya terdapat sebuah tempat yang digunakan sebagai
tempat pengumpulan barang bekas oleh salah satu warga bernama bpk.U. Barang-barang
bekas ini bertumpuk di sekeliling halaman rumah yang dibiarkan terbuka, sehingga
apabila hujan, tanah yang menjadi alas untuk barang-barang bekas ini akan basah dan
mengotori barang-barang bekas yang ada. Barang-barang bekas yang berada di tempat
bpk.U berupa galon bekas, kumpulan koran dan kertas bekas, sepeda bekas, dan masih
banyak yang lainnya. Tumpukan barang-barang bekas yang tidak teratur dan kotor dapat
menjadi tempat berkembang biak yang baik untuk mikroorganisme patogen dan binatang
pengerat. Binatang pengerat dalam kasus ini adalah tikus.
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo Rodentia, sub ordo Myormopha, famili
Muridae. Spesies tikus paling dikenal adalah mencit (Mus Spp.) serta tikus got (Rattus
norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme
model yang penting dalam biologi. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, seekor induk
tikus dapat melahirkan anak 6 ekor setiap kali kehamilan.
Tikus biasanya membuat sarang pada tempat-tempat yang berdekatan dengan sumber
makanan, air, dan tempat yang terlindung seperti di premis makanan, gudang, tempat
pembuangan sampah, longkang dan dapur yang kotor. R.novergicus (Tikus got)
membangun sarangnya dari rumput, kertas bekas, tali-tali bekas, dan bahan lain yang
cocok.
Tikus termasuk hewan pemakan segala. Tikus menghasilkan kotoran 10 kali lebih banyak
dari pakan yang dimakan dengan kotoran, urin, dan bulunya. Tikus berperan sebagai tuan
rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai rodent borne disease,
penyakit yang termasuk sebagai rodent borne disease antara lain seperti penyakit pes
(plague), leptospirosis, scrub thypus, murine thypus, rat bite fever, salmonellosis,
lymphocytic choriomeningitis, rabies dan beberapa penyakit lainnya. Penyebaran penyakit
dari tikus ke manusia terutama disebabkan oleh bermacam-macam bakteri yang
terkandung dalam feces dan urine tikus.
Dalam mengatasi masalah kesehatan yang muncul akibat bahaya kerja biologi karena
hewan pengerat (tikus) perawat berperan dalam hal kesehatan kerja di lingkungan kerja
pengumpulan barang bekas dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan
yang berkaitan dengan penyakit-penyakit yang sering timbul akibat tikus, tanda dan gejala
penyakit serta pencegahannya. Selain itu perawat juga berperan dalam memberikan
penyuluhan akan pentingnya penggunaan alat pelindung diri selama bekerja seperti
masker dan sarung tangan serta hygiene diri yang baik. Perawat bekerja sama dengan
Puskesmas juga berperan dalam menyaring atau melakukan diagnosa sedini mungkin pada
pekerja di lingkungan kerja pengumpulan barang bekas agar para pekerja yang memiliki
tanda dan gejala penyakit yang muncul akibat tikus dapat diberikan perawatan sedini
mungkin. Penting juga untuk perawat memberikan pendidikan kesehatan kerja untuk
mengendalikan hewan pengerat seperti dengan merapihkan barang-barang bekas dan
memberikan alas dan tutup yang baik serta pemberantasan sarang tikus, sehingga
lingkungan kerja menjadi lebih terkendali dan meminimalisir bahaya biologi yang muncul.
Nama : Dian Gustie Aprimavista
NIM : 04101003019
BAHAYA KERJA BIOLOGI DI TEMPAT PENGUMPULAN BARANG BEKAS DI
LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN
INDERALAYA (Bakteri E.coli)
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan kerja. K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Dalam hal ini kesehatan dan keselamatan kerja pada
pengumpulan barang bekas atau sampah.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini
masih tetap menjadi “PR” besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan sampah.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Salah satu bahaya dari sampah yaitu bahaya biologi. Bahaya biologi adalah organisme
atau zat yang berasal dari organisme, yang menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia
atau hewan. Hal ini dapat mencakup limbah medis, sampel dari mikroorganisme, virus,
atau racun (dari sumber biologis) yang dapat berdampak pada kesehatan manusia. Kondisi
lingkungan kerja bisa berakibat negatif jika dilakukan dengan adanya kontaminan
biologis.
Salah satu cara pemanfaatan sampah adalah dengan mendaur ulang. Hal ini yang
mendorong warga untuk mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang dari tempat-
tempat sampah, mengumpulkan di halaman rumah dan selanjutnya dijual lagi untuk didaur
ulang. Hal ini bukan tanpa resiko, seperti diketahui sampah merupakan habitat ideal bagi
bakteri penyebab penyakit atau patogen. Bakteri yang hidup ditempat sampah diantaranya,
Salmonella, Clostridia, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Vibrio
parahaemolyticus.
Escherichia coli atau biasa disingkat E. Coli adalah salah satu spesies utama bakteri gram
negatif. Pada umumnya bakteri ini diketahui terdapat secara normal dalam alat pencernaan
manusia dan hewan. Keberadaan E. Coli di luar tubuh manusia menunjukkan suatu tanda
sanitasi yang tidak baik karena E. Coli bisa berpindah dengan kegiatan tangan ke mulut.
Aktivitas pengumpulan sampah plastik sering dilakukan dengan tangan tanpa sarung
tangan. Hal ini memungkinkan perpindahan E. Coli dari tangan ke mulut terlebih akibat
cuci tangan yg tidak bersih. E.coli yang terdapat pada makanan atau minuman yang masuk
ke dalam mulut manusia dapat menyebabkan gejala seperti kholera, disentri,
gastroenteritis, diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lainnya.
Kontaminasi atau perpindahan E.coli dari tangan ke mulut dapat di cegah dengan tetap
menjaga sanitasi lingkungan, mengunakan sarung tangan saat memegang sampah dan
mencuci tangan dengan benar dan bersih menggunakan sabun dan air bersih dan mengalir.
Tidak hanya akibat perpindahan E.coli dari tangan ke mulut, sanitasi air untuk kebutuhan
sehari-hari pun perlu diperhatikan yaitu dengan memastikan air tidak tecemar oleh
kumpulan sampah serta jarak tempat pengumpulan sampah dengan sumber air yang tidak
terlalu dekat. Ada baiknya tempat pengumpulan sampah terpisah dari tempat tinggal.
Peran perawat disini sebagai penyuluh kesehatan, memberikan penyuluhan mengenai cara
memelihara kesehatan mengenai anjuran mencuci tangan setelah bekerja dan memberikan
pengetahuan mengenai dampak dari sampah.
Nama : Poppy Judika Nababan
NIM : 04101003019
Bahaya Kerja Biologi Ditempat Pengumpulan Barang Bekasdi Lorong Pasar Pagi Timbangan Indralaya
Lingkungan kerja merupakan keadaan yang mempengaruhi pekerja yang dapat berupa
kondisi, alat & bahan kerja, cara kerja, tempat kerja, dll yang terkadang dapat
menimbulkan bahaya. Sehingga dalam keadaan tertentu yang berisiko bahaya harus
dilakukan tindakan pengendalian baik oleh pekerja maupun pengusaha.
Bahaya (Hazard), merupakan suatu kondisi dimana dapat menimbulkan kerusakan harta
benda, penyakit, ataupun penurunan kemampuan dalam melaksanakan fungsi yang telah
ditetapkan, atau suatu kondisi yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan / kerugian.
Dalam dunia kerja ada beberapa bahaya dari lingkungan tempat kerja itu. Baik bahaya
biologi , bahaya fisika, dan bahaya kimia. Bahaya biologi adalah potensi bahaya yang
berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal
dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu. Salah
satu diantaranya adalah virus dengue. Virus dengue yang diturlarkan oleh nyamuk dapat
menyebabkan Demam Berdarah. Nyamuk yang menularkan virus ini bersarang di
genangan air. Tempat pengumpulan sampah dapat menyebabkan terjadinya genagan air
yang dapat menjadi sarang bagi nyamuk penyebar virus dengue penyebab penyakit
Demam Berdarah.
Epidemiologi Demam Berdarah
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayahnya. Insiden
DBD di di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995); dan pernah
meningkat tajam hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas
DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.
Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi,
kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu: 1)
vektor: perkembangbiakan, kebiasaan menggigit, kepadatan di lingkungan, jenis serotipe,
transportasi dari satu tempat ke tempat lain. 2) pejamu: terdapat penderita di lingkungan
keluarga, paparan terhadap nyamuk, status gizi, usia (>12 tahun cenderung untuk DBD)
dan jenis kelamin (perempuan > laki-laki). 3) lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan
kepadatan penduduk.
Penularan infeksi virus dengue terjadi mellaui vektor nyamuk genus Aedes (Ae. aegypti
dan Ae. albopictus). Dari kedua nyamuk ini yang paling dominan untuk menjadi vektor
adalah Ae. aegypti. Nyamuk betina paling sering mencari makanan pada siang hari.
Manusia merupakan hospes primer. Ketika nyamuk ini membawa virus setelah menghisap
darah dari pasien. Virus dengue dengan mudah dapat ditularkan jika nyamuk tersebut
menghisap darah orang lain. Hal ini disebabkan karena virus berada dalam kelenjar ludah
nyamuk. Sebelumnya virus akan bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk selama 8-12
hari. selain itu, nyamuk Aedes memiliki waktu hidup yang cukup panjang sekitar 15-65
hari sehingga penularan masih bisa terjadi.
Ketika virus telah masuk ke tubuh pejamu, virus akan memasuki periode inkubasi selama
3-14 hari. Selama itu virus akan bereplikasi di target sel dendritik dan belum menunjukkan
onset. Infeksi pada sel target seperti, sel dendritik, hepatosit, dan sel endotelial,
mengakibatkan pembentukan respon imun seluler dan humoral terhadap infeksi virus
pertama dan berikutnya.
Patogenesis Demam Berdarah
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah:
a. Respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi oleh antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pada monosit atau makrofag. Ini yang disebut dengan antibody
dependent enhancement (ADE).
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun
seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi
interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL6
dan IL-10.
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi.
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi
sitokin oleh makrofag
d. Selain itu terjadi juga aktivasi komplemen oleh kompleks imun.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang
menyatakan bahwa DBD terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe
yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga
mengakibatkan konsentrasi kompleks imun meninggi.
Kurane dan Ennis (1994) merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain; menyatakan
bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis
kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di dalam makrofag.
Terjadinya infeksi makrofag menyebabkan aktivasi Th dan Ts sehingga diproduksi
limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF alfa, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang
mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Ini juga
diperkuat oleh peningkatan C3a dan C5a.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:
- Supresi sumsum tulang
- Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
Melihat resiko tempat kerja dan kurangnya pengetahuan pekerja tentang resiko tempat
kerja dari bidang biologi, maka peran perawat untuk mencegah resiko tersebut sangat
dibutuhkan. Adapun peran perawat adalah sebagai berikut :
1. Berikan penkes :
- Beritahukan kepada pekerja untuk mencegah munculnya genangan air pada tempat
pengumpulan sampah
- Buang kaleng dan botol bekas ditempat sampah yang tertutup.
- Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air.
- Jaga saluran air supaya tidak tersumbat.
- Ratakan permukaaan tanah untuk mencegah timbulnya genangan air.
2. sebagai panutan
Perawat disini berperan memberikan contoh dalam bidang kesehatan. Perawat harus
mampu menunjukkan perilaku seperti penkes yang telah diberikan.
3. sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan
pekerja. Misal tindakan kolaborasi dengan pekerja dalam mncegah perkembangan
nyamuk aedes aegypti, supaya tidak terjadi penyakit DBD. Genangan air yang dapat
menjadi sarang nyamuk aedes aegypti
Nama : Melly Indah Purwanti
NIM : 04101003015
BAHAYA BIOLOGI (ANTRAKS) YANG TERDAPAT PADA PETERNAK SAPI
POTONG DI DESA TANJUNG PERING, INDERALAYA
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya. Selain itu, telah dijelaskan dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003,
dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk mem-peroleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi yang memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang
lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.Praktek K3 meliptui
pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan
untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan
ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan,
psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
Bahaya di tempat kerja, bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas
yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan ataupenyakit akibat kerja
(PAK) definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima) faktor
bahaya K3 di tempat kerja, antaralain : faktor bahaya biologi, faktor bahaya kimia, faktor
bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis.
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-sumber
biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan
dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi
menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat
non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi
biogenik.
a. Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang
potensial mengalaminya : pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga
binatang, dokter hewan dll.Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella,
tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci.
b. Bahaya Non-Infeksi
1) Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.Perkembangan produk bakterial
dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh.
Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage &
sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, “grain fever”, Legionnaire’s disease.
2) Alergi Biogenik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.Bahan alergen
dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein
dari urine dan feaces binatang.Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses
fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai
di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan). Pada orang yang sensitif,
pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis
atau asma. Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung
bawang dsb.
Salah satu bahaya infeksi yaitu pekerja yang bekerja di pertakan sapi adalah
antrax.Penyakit antrax adalah jenis penyakit yang umumnya meyerang hewan herbivore
seperti sapi, kerbau, kambing dan kuda. Namun tak jarang penyalkit ini juga menyerang
mamalia lain termasuk manusia. Penyakit ini Bersifat zoonosis atau dapat menulari
manusia, tapi belum pernah ditemukan penularan nya dari manusia ke manuisia.Penyakit
ini meyebabkan kematian yang tinggi pada ternak.Antrax di sebabkan oleh bacillus
antharxis, sejenis bakteri yang bersifat aerob (memerlukan oksigen untuk hidup). Bila
kontak dengan udara bebas,bakteri ini dapat membentuk spora yang dapat tahan sampai
puluhan tahun didalam tanah. Masuknya bibit penyakit biasanya melalaui luka atau dari
udara yang tercemar bakteri.Pada hewan ternak banyak terjadi pada saat ternak makan
rumput.Dun-daun atau ranting yang keras dapatmelukai mulut atau kaki ternak.Bakteri
kemudian masuk melalui luka tersebut atau pun melalui makanan yang tercemar bakteri.
Gejala Klinis pada hewan :
1. Demam, gelisah, lemah, paha gemetar, nafsu makan hilang dan rubuh.
2. Keluar darah dari dubur, mulut dan lubang hidung. Darah berwarna merah tua seperti
kecap atau ter, agak berbau amis dan busukserta sulit membeku.
3. Pembengkakan di daerah leher, dada, sisi lambung, pinggang dan kelamin luar.
4. Kematian dalam waktu singkat tanpa disertai tanda-tanda sebelumnya.
Anthrax pada manusia
Proses penularan anthrax pada manusia bisa terjadi bila manusia kontak langsung dengan
spora anthrax yang ada di dalam tanah, pada tanaman ataupun produk-produk hewan yang
terjangkit anthrax. Penularan bisa juga terjadi melalui udara yang mengandung spora
anthrax dan Gigitan vektor atau pembawa kuman Anthrax, misalnya lalat piteuk (Tabanus
sp.) Tak heran para pekerja di sektor pengolahan kulit atau pejagalan liar pun rentan
terhadap serangan penyakit ini.
Tipe Anthrax:
1. Anthrax Kulit : Kulit biasanya terlihat melepuh seperti luka bakar, disertai deman dan
sakit kepala
2. Antrhax saluran pencernaan : rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak napsu
makan, suhu badan meningkat, hematemesis.
3. Anthrax paru-paru: ditandai dengan gejala lesu, lemah, batuk dan gangguan saluran
pernafasan
4. Antraks meningitis : terjadi bila kuman anythrax telah menyrang otak, sakit kepala
hebat, kejang dan penurunan kesaaran biasanya menyertainya.
Peran utama perawat yaitu sebagai pendidik, memberikan pendidikan kepada komunitas,
keluarga, dan individu bagaimana cara pencegahan terjadinya penyakit antrax.
Langkah-langkah preventif sebaiknya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Membiasakan diri dengan cara hidup bersih dan sehat ,Cuci tangan dengan sabun sebelum
makan, Cuci sayuran atau buah-buahan sebelum dimakan. Hindari kontak langsung
dengan bahan makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena antrax, Memasak
daging sampai matang sempurna dan Vaksinasi antrax.Pemerintah juga sebaiknya
menutup rumah potong hewan tidak resmi yang banyak beroperasi.Pemotongan hewan
tanpa pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan sangat rentan menularkan penyakit-
penyakit zoonosis.
Kasus-kasus Anthrax biasanya terjadi pada daerah-daerah yang dalam sejarahnya memang
pernah mengalami kasus serupa.Spora anthrax dalam tanah bisa hidup selama puluhan
tahun. Ketika kasus merebak, semua pihak terlihat sibuk melakukan penanganan, tapi
setelah mereda mereka kembali ke kebiasaan semula. Sosialisasi tentang gejala dan
penanganan penyakit ini sebenarnya sudah sering dilakukan, tapi kecenderungan
masyarakat yang “mudah lupa”, membuat kasus seperti ini selalu terulang. Pemotongan
hewan yang mati mendadak kemudian memakannya sudah biasa di masyarakat kita. Ada
dikalangan peternak, mereka baru makan daging jika hewan sakit atau mereka yang
sakit.Jika mereka sakit, barulah mereka memaksakan diri untuk makan enak, atau jika
hewannya sakit barulah disembelih untuk dimakan.
Pemotongan hewan yang terjangkit anthrax merupakan tindakan yang sangat berbahaya,
baik bagi manusia maupun bagi lingkungan di sekitar. Darah hewan yang kontak dengan
udara akan dengan mudah berubah menjadi spora yang akan menyebar dan mengendap
dalam tanah. Bahaya laten yang tersembunyi dalam tanah ini akan keluar meyerang bila
lingkungan nya kondusif. Air yang tergenang merupakan lingkungan yang cocok untuk
bangkitnya bakteri ini.
Pengendalian Bahaya di Tampat Pertenakan Sapi (Alat pelindung diri)
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling
tidak efektif dalam pengendalian bahaya, dan APD hanya berfungsi untuk mengurangi
seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari
ketergantungan hanya mengandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap
pekerjaan.Alat pelindung diri adalah antara lain:, Masker, Sarung tangan, pakaian
(Uniform) dan sepatu.
NAMA : AFEN SIDIK
NIM : 04101003041
BAHAYA BIOLOGI YANG TERDAPAT DI PETERNAK SAPI POTONG DI DESA TANJUNG PERING
INDRALAYA UTARA KAB. OGAN ILIR (T. Saginata)
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang
artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3
adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya
pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi
hal demikian sedangkan menurut Rijanto (2010) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau
memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan
kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis
dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin
terjadi.
Salah satu kelompok kerja yang ada di wilayah Desa Tanjung Pering Kabupaten Ogan Ilir
adalah kelompok kerja peternak sapi potong. Berternak sapi memerlukan pengetahuan
seperti cara perawatan sapi, perawatan kandang , analisa penyakit pada sapi , lingkungan,
pemberian obat pada sapi yang sakit dan pengontrolan makan dan minum sapi. Salah satu
masalah yang sering muncul adalah pencemaran lingkugan. Pencemaran lingkungan ini
didapat dari pengelolaan kotoron sapi yang tidak tepat, lokasi pembuangan yang minim,
dan area yang terlalu dekat dengan pemukiman warga. Hal ini dapat menciptakan dampak
buruk bagi lingkungan seperti pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran ini dapat
menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakt sekitar.
Salah satu faktor resiko bagi pekerja kelompok ternak sapi dalam masalah kesehatan
adalah terinfeksi parasit yang ada di tubuh sapi, salah satunya adalah penyakit Taeniasis.
Taeniasis adalah penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing pita dari genus Taenia
dan infeksi oleh larvanya disebut Sistiserkosis (Estuningsih,2009). Penyakit ini ditularkan
melalui tinja sapi yang mengandung telur larva dari cacing pita atau untuk sapi T. Saginata
yang terbawa oleh lalat dan mengkontaminasi makanan , sayuran yang terkontaminasi
telur cacing pita, mengkonsumsi daging sapi yang tidak dimasak dengan baik dan
kurangnya personal hygin seperti cuci tangan sebelum mengkonsumsi sesuatu.
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian kasus
tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi
mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak
pada lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun,
sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar), pusing, diare, dan pruiritus ani (gatal pada
lubang pelepasan). Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan
eosinofil (eosinofilia).
Penyakit taneasis dapat dicegah dengan dua cara yaitu:
1. Pada hewan dapat ditekan dengan cara mengobati induk semang definitif yang
menderita Taeniasis dan hewan ternak dilarang kontak langsung dengan feses
manusia( Estuningsih,2009).
2. Pada manusia dapat dilakuan dengan menghindari makanan daging yang kurang
matang, baik pada daging babi (untuk T. Solium) dan daging sapi (untuk T. Saginata),
daging yang terkontaminasi harus dimasak dahulu dengan suhu diatas 56 derajat celcius
(Estuningsih,2009), melakukan snitasi yang baik terutama tempat penampungan limbah
defikasi binatang ternak, menggunakan sarung tangan dan sepatu saat membersihkan
kandang maupun membersihkan kandang dan cuci tangan sebelum mengkonsumsi
sesuatu.
Peran perawat yang dapat dilakukan pada kelompok kerja peternak sapi potong adalah
usaha promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif. Dalam melaksanakan-nya, perawat
akan terlibat dalam kerja sama dengan berbagai bidang keahlian lain, seperti dokter
hewan, serta berbagai departemen/dinas pemerintahan (kesehatan, peternakan,
perindustrian, ekonomi, dll). Salah satu tindakan promotif dan preventif yang dapat
dilakukan oleh perawat adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan
penularan penyakit yang disebabkan olen T.solium dengan cara cuci tangan sebelum
mengkonsumsi makanan dan minuman, memasak daging sapi sampai matang,
menggunakan alat perlindungan diri saat bekerja, sanitasi linggkungan yang baik, dan
menganjurkan pemeriksaan kesehatan ternak.
Nama : Wenniarti
NIM : 04101003039
Bahaya Biologi yang Terkandung dalam Kotoran Sapi pada Pekerja Peternakan
Sapi Potong ‘X’ di Wilayah Tanjung Pering Indralaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan
pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta
orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang
mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang
mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya
yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. Upaya kesehatan
kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat disekitarnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU
Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu
sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian.
Kelompok kerja yang berada di Indralaya Tanjung Pering adalah kelompok kerja peternak
sapi potong. Beternak sapi tidaklah mudah dimulai dari pemberian makan, membersihkan
kandang, serta pengontrolan kesehatan sapi potong. Tenaga kerjanya terdiri dari 3 orang
dan semuanya adalah laki-laki. Kondisi di sekitar daerah peternakan sangat kotor banyak
terdapat kotoran sapi dimana kotoran tersebut hanya dibiarkan saja oleh para pekerja dan
tidak di bersihkan.
Pemeliharaan sapi potong erat hubungannya dengan pemeliharaan lingkungan dan
kesehatan. Salah satu sumber pencemaran terhadap lingkungan adalah peternakan sapi
potong melalui kotoran yang dikeluarkan setiap hari melalui defekasi. Kotoran sapi dalam
jumlah besar dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karenanya harus ditangani secara
serius untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap air, udara, tanah yang berdampak
timbulnya gangguan kesehatan manusia, oleh karena itu kotoran sapi potong sebaiknya
tidak dibiarkan bertumpuk atau dibuang ke sungai tetapi harus melalui pengolahan agar
bermanfaat bagi lingkungan.
Salah satu bakteri yang terkandung di kotoran sapi adalah Pseudomonas aeroginosa.
Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia antara lain infeksi yang
dapat terjadi di mata, telinga, kulit, serta saluran pernapasan (slamethandono, 2008),
bakteri ini juga menginfeksi kornea dan saluran kemih. (Jawetz, et al., 2001).
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini kadang-
kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan
inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen opor-tunistik, yaitu
memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi.
Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada
usus normal dan pada kulit manusia. Pseudomonas aeruginosa bersifat patogen hanya bila
memasuki daerah dengan sistem pertahanan yang tidak normal, misalnya saat membran
mukosa dan kulit “robek” karena kerusa-kan jaringan langsung. Bakteri ini menempel dan
membentuk koloni pada membran mukosa atau kulit, menginfasi secara local, dan
menyebabkan penyakit sistemik. Paling sedikit dihasilkan 2 tipe protease yang
menyebabkan lesi hemoragik kulit dan destruksi jaringan kornea mata. Tidak ada efek
letal. Nekrosis hemoragik kulit sering terjadi pada sepsis, dikelilingi oleh eritema dan
sering tidak berisi pus. Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan
tubuh normal, menimbulkan penyakit ialah: pili yang melekat dan merusak membran basal
sel yaitu polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak
menekan fagositosis.
Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada
Enterobacteriaceae. Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh
dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan.
Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain menyebabkan
gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik
dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua
toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada
EF-2. Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga
mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan
protease mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam
pembuluh darah.
Sebagai perawat fungsi preventif sangatlah dibutuhkan dalam hal ini karena pencegahan
yang paling baik adalah dengan memberikan pengetahuan kepada para pekerja bahwa
dengan alat perlindungan diri yang aman seperti memakai sepatu bot agar tidak terkena
langsung kotoran sapi, menjaga personal hygiene, mencuci tangan dengan benar serta
menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi dapat meminimalisir resiko terjadinya infeksi
akibat Pseudomonas aeroginosa.
NAMA: FALENTINA DWI CITRANIM: 04101003049
BAHAYA BIOLOGI (Escherichia coli ) PADA BUDIDAYA IKAN LELE
Dizaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, menuntut manusia
untuk bekerja lebih keras lagi. Dalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat banyak sekali
bahaya untuk kesehatan. Bahaya kesehatan kerja merupakan jenis bahaya yang berdampak
pada kesehatan yang menyebabkan ganggguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Jenis
bahaya kesehatan antara lain: Bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya ergonomi, bahaya
biologi dan bahaya psikologi.
Bahaya biologi merupakan bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di
lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat patogen.
Sebagai contoh orang yang bekerja pada sektor perikanan yang berkontak langsung
dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja tidak selalu bersih dalam arti
bebas dari sumber-sumberyang berupa virus, bakteri, protozoa dan fungi.
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh
manusia. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk yang mudah didapat, harga
terjangkau dan memiliki nilai gizi yang cukup bagi manusia (Tim Karya Tani Mandiri :
2009). Ikan termasuk hewan yang habitatnya di air, air sungai, danau, laut dan air tawar.
Diantara ikan air tawar yang dibudidayakan, Siluruformes merupakan bagian dari
kelompok ikan-ikan penting di Asia Tenggara, antara lain famili Clariidae (Ikan lele)
merupakan penyumbang yang cukup berarti bagi produksi tahunan di wilayah ini, tak
kurang dari 70.000 ton dihasilkan pertahunnya (Tim Karya Tani Mandiri : 2009) hal ini
didukung dengan makin maraknya budidaya ikan lele.
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin.
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan
arus air yang perlahan (kolam pekarangan) , rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang
air. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup sekalipun
kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat oksigen.
Air yang jelek, keruh dan kotor merupakan tempat berkembang biaknya bakteri-bakteri
yang sangat berbahaya bagi manusia yang terpaparnya. Penyakit yang ditularkan pada air
biasanya diakibatkan oleh bakteri coliform. Contoh dari bakteri coliform antara lain
adalah Salmonella spp, Escherichia coli, Enterobacter, klebsiellla dan lain-lain (Ghufran,
2004)
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang pendek dan bersifat
anaerob. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung dan halus dengan tepi
yang nyata (Smith Keary, 1988 dalam Sri Agung 2010).
Lingkungan hidup ikan lele yang kotor merupakan tempat berkembang biaknya
Escherichia coli, dari tempat ini pekerja budidaya ikan lele dapat terinfeksi bakteri E. coli
terutama jika pekerja tidak memakai alat pelidung diri pada saat bekerja seperti sarung
tangan dan sepatu pelindung. Bakteri ini juga bisa menyebar melalui kontak manusia.
Biasanya ini terjadi bila tidak mencuci tangan bila menyentuh orang yang telah terinfeksi.
Setelah masuk ke dalam saluran pencernaan bakteri menempel di usus besar manusia.
Escherichia coli memproduksi racun yang bisa merusak sel darah merah. Rusaknya sel
darah merah bisa menyebabkan kegagalan ginjal yang kemudian bisa berakibat kematian
selain itu bakteri ini juga dapat mengakibatkan serangan jantung atau stroke dan tekanan
darah tinggi (Graha, 2011).
Sehubungan dengan permasalahan ini, peran perawat sebagai edukator yaitu memberikan
informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien serta meningkatkan tingkat
pengetahuan klien dan kemampuan mengatasi kesehatannya yaitu dengan cara
menyarankan pekerja budidaya ikan lele memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan
dan sepatu penutup serta setelah bekerja gunakan metode mencuci tangan yang benar
untuk membersikan tangan dengan saksama.
Nama : Lili Safitri
Nim : 04101003028
Bahaya Biologi Ikan Lele pada Peternak Lele (Pseudomonas sp)
Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses
kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi
disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit
non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan
penanganan (Afrianto & Liviawaty, 2003).
Bahaya biologi terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus, dan bakteri patogen
lainnya. Budidaya ikan lele dengan metode kolam terpal yang berada ditimbangan kurang
terawat, terlihat dari air kolam indukan lele yang berumur 2 tahun berwarna keruh dan
sangat kotor. Kondisi air kolam yang seperti itu cenderung beresiko tinggi tercemar oleh
agen biologi seperti pseudomonas sp. Sejenis bakteri patogen. Ikan lele yang terinfeksi
bakteri pseudomonas sp akan mengalami perdarahan di kulit, hati, ginjal maupun limpa.
Perdarahan pada kulit tersebut akhirnya mengakibatkan luka borok pada tubuh ikan lele
dan lendir yang cukup banyak.
Pada peternak lele resiko terinfeksi sangatlah besar jika terpapar langsung dengan bakteri
pseudomonas sp, baik melalui lendir ataupun dengan mengonsumsi ikan lele tersebut. Hal
ini akan mengakibatkan infeksi dan gangguan pencernaan pada manusia, bahkan bisa
menyebabkan keracunan akibat toksik tersebut.
Dalam hal ini perawat sangat berperan dalam membantu para peternak lele guna menjaga
kesehatannya melalui penyuluhan-penyuluhan tentang perlindungan kesehatan kerja.
Terutama dalam hal menggunakan alat perlindungan diri seperti sarung tangan atau
menggunakan mantel panjang. Sarung tangan dan mantel panjang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari paparan ikan lele yang terinfeksi. Selain itu lingkungan area kolam
juga harus dijaga kebersihannya dengan; (1)mengganti air kolam secara rutin jika sudah
keruh; (2)melakukan penggantian air kolam pada kolam yang sudah terinfeksi;
(3)memisahkan ikan yang terinfeksi dengan yang sehat; dan (4)melakukan pengontrolan
rutin pada air kolam.
Nama : Revi Afriyensi
Nim : 04101003013
BAHAYA BIOLOGI YANG TERDAPAT PADA BUDIDAYA IKAN LELE
KOLAM TERPAL (Bakteri Aeromonas.sp)
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat sering kita
dengar. Di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang
artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu
suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya
pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif pada saat
bekerja.
Pada kelompok kerja budidaya ikan lele kolam terpal yang berada di Kelurahan
Timbangan kami lihat, kualitas air kolam kurang terawat. keadaan perairan yang kurang
terkontrol dan terawat serta pertahanan dalam tubuh ikan sedang buruk atau lemah,
penyakit ikan dapat dengan mudah menginfeksi ikan-ikan yang berada didalam kolam
terpal. Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah bakteri dan parasit. Bakteri
menurut Satyanegara (2009) adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang
sederhana bentuknya berbeda menurut genusnya. Ciri-ciri bakteri tersebut adalah dapat
tumbuh berkembangbiak dalam kelompok, berbentuk rantai dan benang, memiliki koloni
yang berwarna dan berkilau, atau tidak. Metabolismenya aerob atau anaerob. Aeromonas,
sp. dan Pseudomonas, sp. Adalah contoh bakteri yang sering ditemukan menginfeksi ikan
lele.
Salah satu factor resiko yang bisa terdapat pada kelompok kerja budidaya ikan lele kolam
terpal pada kelurahan timbangan adalah terinfeksi nya salah satu baketri yang berada di
dalam tubuh ikan lele. Bakteri Aeromonas, adalah Jenis bakteri yang bersifat patogen dan
dapat menyebabkan sistemik serta mengakibatkan kematian ikan secara masal. Cara
penularan dari bakteri tersebut terhadap ikan atau pun manusia melalui perantara air,
kontak bagian tubuh ikan atau peralatan tercemar. Gejala ringan yang timbul akibat infeksi
dari bakteri Aeromonas berupa demam dan kedinginan, tapi pada manusia yang sudah
terinfeksi berat (infeksi bakteri yang berlebihan) sering menampakkan gejala sakit perut,
mual, muntah-muntah, dan diare.
Pencegahan dalam budidaya kolam terepal dapat diberikan perawat melalui penyuluhan,
dengan beberapa langkah yaitu:
1. Hindari perpindahan ikan dari satu kolam ke kolam lain. Ikan secara bertahap
membangun resistansi terhadap bakteri local tapi dapat membawa organisme virulen
bila dipindahkan.
2. Sediakan kondisi lingkungan optimal, berikan perhatian khusus pada mempertahankan
tingkat oksigen dan penanganan ikan yang hati-hati. Perawatan dengan menggunakan
alat sangat menolong saat mensortir, penanganan atau pemindahan bibit ikan.
3. Sebisa mungkin hindari penggunaan antibiotik, meskipun antibiotik dan disinfektan
seringkali terbukti ampuh digunakan dengan ditambahkan pada air sebanyak 2-4 ppm
seperti acriflavin dan prophylactic.
4. Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi pada patogen.
5. Sebagai pengganti antibiotik, gunakan vaksin yang bersifat spesifik Aeromonas,
probiotik, atau bioaktif yang terbukti ampuh untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan.
Nama : Pratiwi Arum Sari
Nim: 04101003023
Faktor Biologi : Virus Avian Influenza pada Peternakan Ayam
Kesehatan adalah faktor penting yang harus diperhatikan semua manusia khususnya para
pekerja. Baik pekerja pabrik, perusahaan, rumah sakit, peternakan, dsb. Kesehatan sebagai
suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-
faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk
mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak
menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat (Mily, 2009).
Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatian. Kondisi fisik harus maksimal dan
sehat agar tidak mengganggu proses kerja. Menurut ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan
kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh 11 kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai
adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.
Kesehatan para pekerja dapat terganggu akibat dari lingkungan kerja mereka. faktor
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya kerja adalah : faktor fisik, faktor kimia,
faktor biologi dan Ergonomi. Salah satu faktornya adalah faktor biologi. Bahaya biologi
dapat didefinisikan sebagai debu organic yang berasal dari sumber-sumber biologi yang
berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein, dari binatang atau bahan-bahan dari
tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.
Salah satu dari sumber biologi adalah virus. Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil
16-300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel
inangnya yang khas. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus : influenza, varicella,
hepatitis, HIV, flu burung, dll. Penyakit flu burung atau avian influenza adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus H5N1 yang secara alami dapat mengifeksi
bangsa burung (Soedjono, 2005).
Penyakit ini telah terindentifikasi bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ternak ke
manusia. Semakin dekat jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan manusia,
maka peluang untuk menularnya virus semakin besar. Orang yang beresiko besar terkena
flu burung adalah pekerja perternakan unggas, penjual, penjamah sampai dokter hewan
yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Cara penularan virus pada
peternak yaitu melalui kontak langsung dengan unggas yang sakit atau produk unggas
yang sakit, udara atau peralatan yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari faeces atau
sekreta unggas yang terserang virus flu burung. Virus ini dapat menular melalui kontak
melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam
suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang
untuk menghindari penularan. (AI) (Akoso, 2006).
Dari observasi yang dilakukan didapatkan, minimnya kesadaran pekerja peternakan dalam
pencegahan penularan penyakit. Saat bekerja, tidak memakai alat pelindung diri, misalnya
masker dan sarung tangan. Para peternak, khususnya peternak ayam sangat rentan
terjangkit virus jika minimnya upaya pencegahan dan kesadaran dari peternak. Upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan dan pemberian vaksin
terhadap hewan ternak, kebersihan lingkungan peternakan, pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) saat kerja dan ketika kontak langsung dengan hewan ternak, dan mencuci tangan
dengan antiseptic setelah kontak dengan hewan ternak.
Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha
pencegahan dan penanganan kasus Avian Influenza ini. Peran perawat dimulai dari usaha
promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitative. Dalam melaksanakannya, perawat akan
terlibat dalam kerja tim dengan berbagai bidang keahlian lain, seperti dokter hewan, serta
berbagai departemen/dinas pemerintahan (kesehatan, peternakan, perindustrian, ekonomi,
dll). Tindakan yang dapat dilakukan yaitu memberikan penyuluhan.
1. Mengenalkan pada peternak karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dan
tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati.
2. Sering mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen dan
alcohol 70%).
3. Bagi para peternak, petugas kesehatan dan peneliti harus menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, sepatu.
4. Bagi masyarakat yang memiliki unggas, penting untuk mengandangkan unggas guna
mencegah penularan pada hewan lain dan memudahkan jika dilakukan disinfeksi
maupun vaksinasi.
5. Bagi para pengusaha dan pekerja peternakan penting untuk menerapkan biosecurity
yang ketat, sehingga segala produk unggas dan hewan ternak aman dikonsumsi.
6. Peternak diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal penyakit dan
perujukan segera ke pelayanan kesehatan.
Nama : Annis Pertiwi
NIM : 04101003037
ASPEK BIOLOGI PADA PETERNAKAN AYAM ( Bakteri Salmonella )
Potensi bahaya yang disebut hazard terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan
suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Hazard adalah setiap
keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan dan atau
penyakit akibat kerja, salah satunya adalah tempat kerja peternakan ayam. Salah satu
hazard pada peternakan ayam yakni terdiri dari bahaya biologis. Bahaya biologis meliputi
bakteri, virus, dan jamur yang terdapat di lingkungan kerja peternakan ayam. Bagian ini
saya akan membahas tentang bakteri. Bakteri merupakan bagian dari bahaya biologis yang
dapat di temukan dilingkungan peternakan ayam, contohnya seperti bakteri Salmonella.
Bakteri Salmonella muncul di peternakan berawal dimana anak ayam yang dipelihara
dalam kondisi komersial sangat rentan terhadap infeksi Salmonella karena mikroflora usus
lambat berkembang sehingga kalah bersaing jika ada serangan bakteri patogen enterik
(Nurmi dan Rantala, 1973 dalam Ferreira et al, 2003). Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella disebut dengan salmonellosis. Salmonellosis merupakan penyakit yang
menular pada manusia (zoonosis). Sumber penularan berupa keluaran (eksresi) hewan dan
manusia baik dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Menurut www.oie.int
salmonellosis adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh
organisme dari 2 jenis salmonella (S. enteritica dan S. bongori), meskipun sebagai bakteri
yang terdapat di saluran pencernaan, salmonella menyebar luas di lingkungan, umumnya
ditemukan pada sampah dan bahan-bahan yang berhubungan dengan kontaminasi fekal.
Sebagai pekerja peternak ayam mereka adalah orang yang pertama sering terpapar
langsung menyentuh ayam, kotoran ayam dan lingkungan ayam yang terinfeksi, oleh
karena itu perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara langsung kepada
peternak ayam agar terhindar dari bakteri Salmonella tersebut.
Peran Perawat untuk Kesehatan Kerja Peternak Ayam
Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha
pencegahan dan penanganan kasus infeksi Bakteri Salmonella ini. Peran perawat dimulai
dari usaha promotif, preventif , kuratif, hingga rehabilitatif. Usaha promorif dan preventif
biasanya dilakukan oleh perawat komunitas.
Tindakan promotif dan preventif yang dapat dilakukan yaitu memberikan penyuluhan.
1. Mengenalkan pada masyarakat karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dan
tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati.
2. Sering mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen dan
alkohol 70%) bila kontak dengan hewan yang sakit.
3. Bagi para peternak, petugas kesehatan, dan peneliti harus menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) seperti sarung tangan (double hand scoon), masker, kaca mata pelindung
seperti kaca mata renang (goggles), sepatu.
4. Bagi masyarakat yang memiliki unggas, penting untuk mengandangkan unggas untuk
mencegah penularan pada hewan lain dan memudahkan jika dilakukan disinfeksi
maupun vaksinasi
5. Lebih baik membeli ayam yang sudah dipotong dan telah dihasilkan oleh rumah potong
ayam yang telah diawasi pemerintah
6. Masyarakat diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal Salmonellesis dan
perujukan segera ke pelayanan kesehatan
Tindakan Kuratif
Saat seseorang mulai mengalami gejala-gejala adanya infeksi Bakteri Salmonella hal
terbaik yang dilakukan untuk menyelamatkannya adalah perujukan segera ke RS maupun
puskesmas. Jika gejala klinis dan pemeriksaan klinis didapat semakin banyak mengarah ke
Salmonellesis maka perawatan intensif perlu segera dilakukan.
Tindakan Rehabilitatif
Jika kondisi pasien membaik maka pasien diperbolehkan pulang. Namun sebelum
dipulangkan, pasien diberikan informasi untuk menjaga dari ancaman infeksi bakteri
Salmonella berulang dan mempertahankan kesehatannya. Pembekalan informasi bagi
pasien dan keluarga pasien meliputi:
1. Penjagaan lingkungan dari ancaman penyebaran virus
2. Personal hygiene dan environment hygiene
3. Menjauhkan kandang ternak atau unggas dari rumah jika memelihara ternak atau
unggas
4. Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol ke poloklinik penyakit dalam
terdekat
5. Pengenalan tanda dan gejala Salmonellesis, pemeriksaan segera ke pelayanan kesehatan
Nama : Susi Lestari
NIM : 04101003045
BAHAYA BIOLOGI PADA PETERNAK AYAM
Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri dari
setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim dimuka bumi, secara tidak sadar mereka
telahmengenal aspek keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya disekitar
lingkungan hidupnya. Pada masa itu, tantangan bahaya yang dihadapi lebih bersifat natural
seperti kondisi alam, cuaca, binatang buas, dan bahaya dari lingkungan hidup lainnya.
Kesadaran akan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sesungguhnya telah menjadi
komitmen dasar untuk terpenuhinya kemauan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
memuaskan. Hanya saja dari kesadaran tersebut terkadang muncul kelalaian sehingga
menjadikan seseorang lupa akan komitmennya. Seperti yang ditemukan dilapangan.
Masyarakat telah mengetahui pentingnya kesadaran untuk menjaga kondisi agar tetap
optimal dalam bekerja. Dalam hal ini kesadaran untuk menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja. Ketika itu masyarakat lupa dikarenakan kelalaian yang dilakukan.
Dikarenakan keseringan lalai menyebabkan ia lupa dan mengabaikannya.
Potensi bahaya yang disebut hazard terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan
suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Hazard adalah setiap
keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensiuntuk terjadinya kecelakaan dan atau
penyakit akibat kerja. Salah satu Hazard yakni terdiri dari Bahaya biologis. Bahaya
biologis meliputi bakteri, virus,dan jamur yang terdapat di lingkungan kerja
Sebagaimana pemilik usaha pernah mengalami kasus KLB ini dimana virus yang
mematikan sebagian besar unggas dan tentunya sangat merugikan bagi pemilik. Belum
lagi bahaya yang dapat ditimbulkan bagi manusia sendiri yang dapat menyebabkan
kematian.
Perhatian utamanya adalah untuk lingkungan hazard biologi karena sebagian besar
kontribusi dari limbah dari ternak. Bukan hanya berupa bakteri maupun virus, sering juga
ditemukan kutu ayam yang apabila menyerang manusia dapat menyebabkan gatal-gatal.
Memang yang paling sering ditemukan pada ayam kampung di Indonesia adalah
kelompok kutu dengan nama ilmiah ornythonyssus bursa, atau dikenal dengan nama
tungau tropis, sieur atau gurem. Gurem ini dapat menyerang semua unggas, burung
merpati, burung gereja, dan bahkan dapat menyerang manusia.
Gurem merupakan parasit yang sering menyerang ayam pada waktu mengeram, sehingga
menimbulkan gejala gatal-gatal yang luar biasa disekujur tubuh.
Gurem yang telah dewasa, akan bereproduksi dengan meletakkan telurnya pada bulu-bulu
unggas dan sebagian besar diletakkan di sarang /kandang ayam. Pada saat mengerami
telur, suhu badan ayam meningkat, maka gurem memilih untuk bertelur pada tempat ayam
mengeram. Telur tungau dapat menetas dalam waktu 2-3hari.
Pada saat telur ayam menetas, sebagian besar telur kutu yang berada di sarang ayam juga
telah menetas berusaha mencari makanan(menghisap darah). Maka pada saat itu gurem
berusaha mencari induk semang, berupa unggas lain ataupun manusia. Sehingga pada
bekas tempat ayam mengeram telur banyak ditemukan gurem ini. Selama hidupnya,
tungau ini sangat membutuhkan induk semangnya. Apabila gurem ini berada di
lingkungan (tidak menempel pada badan unggas), dia hanya mampu bertahan hidup
selama 10hari.
Tungau ini hidup sebagai parasit dengan cara menghisap darah induk semangnya. Pada
kasus yang serius dapat menyebabkan unggas menjadi anemia atau kekurusan. Jika
menyerang manusia menyebabkan gatal, ruam, iritasi sampai dengan alergi, pada kulit
yang digigit gurem ini.
Para peternak gurem umumya beternak sekedar saja sesuai kebiasaan yang telah
diperolehnya. Hewan ternaknya hanya ditempatkan di kandang apa adanya yang biasanya
diletakkan di dekat rumah tinggal peternak. Sanitasi kurang diperhatikan. Kotoran
dibiarkan menggunung di kandang itu sehingga menimbulkan bau tak sedap dan
menggangu kesehatan peternak maupun hewan ternaknya sendiri.
Penularanya:
1. Kontak langsung dengan antara ayam yang sedang mengidap gurem dengan yang tidak.
2. Adanya angin yang membawa terbang gurem-gurem pada ayam yang sedang
mengeram ke kandang ayam lainya sehingga bisa menular terhadap manusia
Peran perawat pada bahaya biologi pada lingkungan peternakan ayam :
1. Memberikan Pendidikan Kesehatan atau Penyuluhan kesehatan/latihan kepada peternak
ayam
Pendidikan kesehatan kepada pekerja sangat penting untuk keselamatan dalam bekerja,
sehingga pekerja tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya. Perawat dapat
memberikan Penyuluhan tentang :
a. Bahaya penyakit akibat kerja
b. Latihan tata kerja yang benar
c. Cara menghindar bahaya akibat kerja (bahaya bahan kimia dan zat-zat lainnya).
2. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap pekerja, apakah
ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan. Dapat dilakukan
setiap 1x 6 bulan, 1x setahun atau sesuai dengan kebutuhan.
3. Memberikan asuhan perawatan di klinik sesuai dengan perencanaan dan masalah yang
dihadapi pekerja
4. Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan medik dan pengobatan
5. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan atau penyakit akibat kerja
6. Melakukan rujukan medik ke rumah sakit bila terjadi keadaan gawat darurat.
Nama : Wenti Liana
Nim: 04101003048
Bahaya Biologi yang Disebabkan Oleh Parasit (Cacing Tambang) Dalam Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja Pada Kelompok Tani di Tanjung Pering Indralaya
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian
penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani adalah kelompok kerja
terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun tiap tahunnya,
angkatan kerja pada sektor ini masih berjumlah sekitar 43% berdasarkan data BPS tahun
2002. Banyak wilayah di Indonesia yang mengandalkan pertanian sebagai penghasilan
utama, salah satunya kelompok tani di Tanjung Pring, Indralaya.
Berbagai bahaya biologi yang menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja
pada kelompok tani, salah satunya disebabkan oleh parasit yang menginsfeksi tubuh
manusia yaitu cacing tambang. Penyakit cacing tambang paling sering disebabkan oleh
Necator americanus, Ancylostoma duodenale. Cacing tambang ditularkan melalui tanah
yang terkontaminasi tinja yang mengandung larva infektif. Telur dihasilkan cacing betina
dan keluar melalui tinja. Bila telur tersebut jatuh di tempat yang hangat, lembab dan basah,
maka telur berpotensi menetas. Telur cacing yang ditemukan dalam tinja akan menetas
menjadi larva rhabditiform dalam 1-2 hari atau setelah 3 minggu. Larva rhabditiform
kemudian berubah menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit manusia.
Wilayah kerja petani yang berhubungan langsung dengan tanah sebagai tempat penularan
dari cacing tambang akan menjadi pintu masuk (port entry) untuk kelompok tani
menderita penyakit ini. Beberapa dampak seperti anemia dan berbagai keluhan mudah
lelah serta diare paling sering dirasakan oleh petani yang terkena penyakit cacing.
Tingginya kelompok tani terpapar parasit cacing juga tak lepas dari kurangnya kesadaran
diri mereka tentang pentingnya mencuci tangan sebelum makan. Penyakit ini akan
menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh dalam beraktivitas karena cacing akan
menyerap makanan yang dibutuhkan, yang akan berdampak pada menurunnya
produktivitas petani jika tidak ditanggulagi secara tepat.
Peran perawat
Upaya kesehatan kerja (UKK) yang dapat dilakukan oleh perawatan adalah dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang :
1. Memakai sepatu karet (boot) sebagai alat perlindungan diri (APD) bila hendak ke
sawah dan selalu gunakan sandal jika keluar rumah.
2. Buang air besar harus selalu di kakus.
3. Selalu mencuci tangan dengan benar sebelum makan.
4. Jika badan lesu, pucat, dan kurus tetapi makan banyak segera periksakan diri ke
puskesmas. Karena mungkin penyebabnya adalah cacingan.
Nama : Veranita
Nim : 04101003020
Faktor Biologi Keselamatan Kesehatan Kerja Petani di Desa Tanjung Pering
Indralaya
Keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sangatlah penting untuk diperhatikan, sebab itu
merupakan hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Kesehatan dapat
mempengaruhi hasil kemampuan sesorang dalam bekerja, begitu pun juga dengan
pekerjaan dapat mempengaruhi kesehatan sesorang. Dengan adanya program kesehatan
kerja, diharapkan pekerja menjadi lebih produktif misalnya menjadi jarang absen atau
mangkir kerja. Oleh karena itu, gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan,
lingkungan kerja (misalnya suhu dan kelembapsn), dan lainnya perlu dihilangkan atau
diperkecil semaksimal mungkin. (Husein Umar, 2005:18)
Pada lingkungan kerja petani yang berada di sawah mempunyai resiko sangat tinggi
terhadap faktor biologi karena petani kontak secara langsung dengan vektor atau penyebab
penyakit yaitu tanah yang didalamnya terdapat berbagai sumber penyakit yaitu bakteri,
virus, jamur, parasit atau vektor lain. Di lingkungan pertanian sering terdapat jamur
dermatofit (dermatophytes) atau trikofiton (trichophyton rubrum) yaitu penyebab
terjadinya kutu air pada kaki atau sela-sela di jari-jari kaki.
Kutu air (trichophyton rubrum) adalah jamur dermatofia yang merupakan penyebab utama
dalam dermatofit kedua kaki dan kulit. Memiliki bentuk yang khas yaitu tekstur lilin,
gundul atau kapas, berwarna putih krem kekuningan terang atau merah-violet.
Trichophyton rubrum ini jamur yang banyak terdapat di tanah. (Thermo Scientific, 2012)
Seorang petani dalam bekerja di sawah selain menggunakan cangkul dan arit biasanya
dilengkapi dengan pemakaian topi dan sepatu boats yang terbuat dari plastik atau tidak
memakai alas kaki sama sekali. Petani yang menggunakan sepatu boats dalam waktu lama
atau memakai sepatu yang basah akan membuat kaki cenderung lembab sehingga akan
memicu pertumbuhan jamur. Apalagi petani yang tidak sama sekali memakai alas kaki,
cendrung memiliki resiko tinggi terinfeksi jamur karena kontak secara langsung dengan
tanah. Gejala kutu air meliputi kulit gatal, merah, kering, bersisik, rasa panas antara sela-
sela jari kaki dan telapak kaki, lepuh yang mungkin berisi nanah, serta pembengkakan
kulit. (Amazine, 2014)
Keselamatan dan kesehatan petani dalam bekerja sangatlah beresiko tinggi terhadap jamur
kutu air. Petani yang terinfeksi jamur kutu air ini akan mempengaruhi produktivitasnya
dalam bekerja. Petani tidak akan fokus bekerja karena rasa gatal yang hebat serta tidak
nyaman. Jika petani tidak memperhatikan penggunaan dan pemakaian sepatu boats yang
tepat bahkan sama sekali tidak memakai alas kaki dalm bekerja akan cendrung terjadi nya
penyakit kutu air. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
petani membiasakan diri menggunakan sepatu boats dalam bekerja. Sebelum memakai
sepatu boats petani hendaknya memeriksa sepatunya apakah dalam keadaan basah atau
lembab, jika lembab harus segera dicuci dan di jemur di terik matahari hingga benar-benar
kering. Setelah sepatu digunakan bekerja sepatu harus segera di bersihkan kembali agar
jamur tidak segera tumbuh dan berkembang biak. Biasakan mencuci kaki setelah bekerja
atau setelah pemakaian sepatu boats. Pengobatan kutu air ini dapat diberi obat olesan atau
salep yang ada di apotek.
Dalam hal ini peran perawat sebagai edukator dapat melakukan penyuluhan tentang
keselamatan kesehatan kerja petani mengenai kebiasaan buruk tidak memakai alas kaki
saat bekerja, memakai sepatu dalam keadaan lembab, dan kebershan diri. Langkah awal
pencegahan dapat mengurangi resiko terjadinya peyakit kulit seperti kutu air, sehingga
produktivitas petani dalam bekerja meningkat.
Nama : Atika
NIM : 04101003047
Bahaya Biologi di Tempat Kerja (Pekerja Sawah)
Leptospirosis
Setiap pekerjaan memiliki resiko atau dampak bagi kesehatan pekerjanya. Untuk itu perlu
adanya pemahaman yang mendalam mengenai hal tersebut. Saat ini, Organisasi Buruh
Internasional (ILO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Jeyaratnam, 2009,
kesehatan kerja didefiniskan sebagai peningkatan dan pemeliharaan keadaan kaum pekerja
dalam semua pekerjaan, baik secara fisik, mental, dan sosial pada derajat tertinggi. Hal ini
dikaitkan dengan kualitas kerja para pekerja di tempat kerja masing-masing. Dimana, jika
terdapat gangguan atau masalah kesehatan pada pekerja akan dapat mempengaruhi
produktivitas kerja pekerja tersebut. Selain itu, juga akan mempengaruhi kesehatan
pekerja lainnya, dalam kata lain, dapat membahayakan kesehatan pekerja lainnya. Serta
dapat berisiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja akibat status kesehatan yang kurang
baik.
Bahaya-bahaya kerja yang dapat ditemukan di tempat kerja salah satunya adalah bahaya
biologi. Bahaya biologi merupakan gangguan kesehatan yang didapat dari tempat kerja
akibat terpapar oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, parasit, dan lain-lain
(Jeyaratnam, J. 2009).
Pada pekerja sawah atau petani bahaya biologi yang dapat ditemukan salah satunya adalah
leptospirosis. Dalam Jeyaratnam 2009, dijelaskan bahwa bahaya biologi dibedakan
berdasarkan cara transmisinya, salah satunya adalah bahaya kerja biologi yang terjadi
akibat penularan langsung dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung atau
melalui kontak dengan sekresi, eksresi, atau jaringan tubuh binatang yang terinfeksi.
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen Leptospira
interrogen. Prevalensi leptospirosis tinggi di negara-negara beriklim tropis dengan curah
hujan yang tinggi. Epidemik penyakit ini banyak terjadi pada musim hujan serta daerah-
daerah dengan banyak genangan air tawar yang merupakan kondisi nyaman untuk
berkembangnya bakteri leptospira. (Harrianto, R. 2009).
Bakteri leptospira biasanya sering menyerang hewan pengerat, yakni tikus. Di tempat
kerja para pekerja sawah tidak jarang dapat dijumpai hewan pengerat ini. Dalam
Harrianto, 2009, dijelaskan bahwa hewan yang terinfeksi menjadi carrier, akan menimbun
leptospira di traktus urogenitalis yang dapat mencemari lingkungan.
Pada pekerja sawah yang dengan pemahaman kurang terhadap bahaya kesehatan dan
keselamatan kerja akan sangat memungkinkan untuk dapat terinfeksi leptospira, baik itu
melalui transimisi / kontak langsung karna gigitan hewan pengerat yakni tikus, ataupun
melalui kontak tidak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine / sekret
genital hewan yang teinfeksi leptospira.
Selain itu, pajanan pada klit yang utuh juga dapat terjadi, biasanya melalui telapak kaki
petani yang berjalan dengan kaki telanjang. Untuk itu, peran perawat dalam masalah ini
adalah melakukan pengendalian bahaya kesehatan, mulai dari tindakan preventif seperti
pengenalan terhadap bahaya kerja khususnya bahaya kerja biologi, penggunaan alat
pelindung diri di tempat kerja seperti menggunakan sepatu boot, juga memberikan arahan
apabila terpajan oleh bahaya kerja itu sendiri. Selain itu, perawat bersama tenaga
kesehatan lainnya juga berperan dalam pemantauan dan pengendalian penyebab serta
pemantauan terhadap status kesehatan pekerja. Hal ini diharapkan dapat mengurangi
resiko terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan serta penurunan produktivitas
pekerja.
B. Tinjauan Teoritis
Pengertian
Bahaya menurut KBBI adalah suatu keadaan yang mendatangkan kecelakaan (bencana,
kesengsaraan, kerugian, dsb). Sedangkan pengertian bahaya (hazard) menurut OHSAS
18001:2007 adalah semua sumber, situasi, ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan
cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK).
Bahaya biologi (Biohazard) didefinisikan sebagai agen infeksius atau produk yang
dihasilkan agen tersebut yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Sedangkan
agen biologi didefinisikan sebagai mikroorganisme, kultur sel, atau endoparasit manusia,
termasuk yang sudah dimodifikasi secara genetic, yang dapat menyebabkan infeksi, reaksi
alergi, atau menyebabkan bahaya dalam bentuk lain yang mengganggu kesehatan manusia.
Bahaya kerja biologi yaitu gangguan kesehatan/penyakit-penyakit yang didapat dari
tempat kerja akibat terpajan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, parasit, dan
lain-lain.
Klasifikasi Bahaya Kerja Biologi
Klasifikasi bahaya kerja biologi berdasarkan tipe agennya (Biological Agent) dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Agen infeksius
a. Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (coccus), lengkung dan batang
(basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang
buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak
dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri yaitu anthrax, tuberculosis, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
b. Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak
mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV,
dan sebagainya
c. Jamur / Fungi
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena
berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup
dari organisme atau hewan lain.
d. Mikroorganisme / Protozoa
Protozoa adalah gup organisme bersel satu yang sangat bervariasi dengan lebih dari
50.000 jenis. Banyak yang hidup secara soliter (sendiri), ada yang secara berkoloni.
Pada manusia, protozoa merupakan salah satu patogen dan dapat menyebabkan
penyakit seperti malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
2. Tumbuhan dan produknya
3. Hewan dan produknya
Sedangkan klasifikasi bahaya kerja biologi berdasarkan cara transmisinya pada manusia
dapat digolongkan menjadi :
1. Bahaya kerja biologi akibat kontak dengan individu yang terinfeksi, atau kontak
dengan sekresi, eksresi, atau jaringan tubuh manusia yang terinfeksi, misalnya hepatitis,
AIDS, tuberculosis, dan lain-lain. Keterpajanan biasanya terjadi pada para tenaga
kesehatan dan petugas laboratorium.
2. Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat penularan dari binatang yang menginfeksi
manusia secara langsung, atau melalui kontak dengan sekresi, eksresi, atau jaringan
tubuh binatang yang terinfeksi, atau melalui transmisi vector intervertebrata seperti
nyamuk, kutu, dan lain-lain, misalnya leptospirosis, antraks, toksoplasmosis, dan lain-
lain. Keterpajanan ini biasanya terjadi pada petani, penyayang binatang, perawat
binatang peliharaan, perawat binatang percobaan, dan pekerja konstruksi.
3. Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat polusi udara yang mengandung
mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit. Keterpajanan ini biasanya terjadi
pada pekerja kantor yang menggunakan AC sentral, tenaga pembersih cerobong asap
pabrik, dan pabrik-pabrik yang menghasilkan debu kerja. Terdiri dari :
a. Inhalation fever (demam inhalasi) yaitu penyakit akibat pemajanan polusi udara
yang berat, sifatnya non-alergik misalnya, metal fume fever, polymer fume fever,
organic dusts fever, dan legionelosis.
b. Penyakit alergi akibat pemajanan polusi udara, misalnya asma akibat kerja, dan
pneumonitis hipersensitivitas.
Hubungan Bahaya Biologi dengan Pekerjaan
Para pekerja dapat mengalami kontak dengan bahaya biologi dalam beberapa macam
keadaan :
1. Intrinsik pada pekerjaan tertentu. (Misalnya pekerja konstruksi pada fasilitas
pengolahan limbah beresiko terpapar infeksi bakteri).
2. Insidental pada saat bekerja (bukan bagian dari aktivitas pekerjaan); Misalnya pekerja
yang menderita penyakit akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.
3. Terjadi pada bagian tertentu pada pekerjaan; Misalnya pekerja yang berpergian dari
atau ke tempat endemik tertentu.
4. Tidak spesifik untuk pekerjaan; Misalnya bakteri legionella dapat tersebar dengan
mudah di air dan tanah sehingga dapat menginfeksi beberapa macam pekerjaan, seperti
petugas maintenance sistem pengairan dan pekerja kantoran dengan air-conditioner.
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penularan ke Tubuh Manusia :
1. Mekanisme penularan
2. Jalur masuk / Port d’entree
3. Dosis
4. Virulensi (Derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya organisme yang
diperlukan untuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu).
5. Host
Tipe Pekerjaan yang Beresiko Tinggi Terpapar Biohazard :
1. Pekerjaan lapangan (outdoor).
2. Pekerja yang kerjaannya berhubungan dengan hewan.
3. Pekerja yang terpapar darah atau cairan tubuh manusia.
4. Pekerja yang bekerja di lingkungan kerja tertentu.
Bahaya Biologi yang Dapat Ditemukan di Tempat Kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan
di tempat kerja, diantaranya :
1. Daerah pertanian : Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat
pekerja dapat terinfeksi seperti : tetanus, leptospirosis, cacing, gigitan ular, asma
bronkhiale atau keracunan mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
2. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) : Di tempat kerja seperti ini,
mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit saluran
napas, seperti : tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala, atralagia, enokarditis),
bronchitis dan infeksi saluran pernapasan lainnya seperti pneumonia.
3. Daerah peternakan (terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari
hewan) : penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya
: anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, burcelosis
(sakit kepala, atralagia, enokkarditis), infeksi Salmonella Sp.
4. Di Laboratorium : Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar
terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan
yang megandung organisme pathogen.
5. Di Perkantoran (terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami) : Para
pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti Humidifier
fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan
organisme yang hidup pada air yang terdapat pada sistem pendingin, Legionnaire
disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih
berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.
Mengontrol Bahaya Kerja Biologi
Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan
pencegahan antara lain dengan :
1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu
yang mengandung organisme patogen.
2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi
3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja
4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali
setiap bulan.
5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin.
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah
penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.
BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA SAWAH DI TANJUNG PERING
INDRALAYA
(Soal Tentang Kutu Air : Veranita, 04101003020)
Petani X bekerja di sawah seluas 1 hektar, bekerja mulai dari jam 07.00 sampai jam 14.00.
Kebiasaan petani X dalam bekerja ia langsung turun ke sawah tanpa alas kaki, kemudian saat
ia selesai bekerja ia mencuci kaki nya dengan air irigasi sawah dekat sawah tersebut.
1. Dari kasus di atas kebiasaan petani X yang tidak memakai alas kaki saat bekerja dapat
beresiko terjadi penyakit apa?
a. DBD
b. Malaria
c. Kutu air
d. Influenza
e. Leptosppirosis
Jawaban : C
2. Dari kasus diatas tanda dan gejala penyakit yang akan timbul adalah….
1. Kulit gatal
2. Kemerahan pada kulit
3. Rasa panas disekitar sela-sela jari kaki
4. Lepuh yang berisi air
Jawaban : A (1, 2, dan 3 benar)
3. Dari kasus diatas tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah .....
1. Menggunakan sepatu boats saat bekerja
2. Periksa kondisi sepatu boats sebelum bekerja
3. Bersihkan sepatu boats setelah bekerja
4. Membiasakan diri mencuci kaki dengan air bersih setelah bekerja
Jawaban: E (1, 2, 3, dan 4 benar)
4. Dari kasus diatas peran perawat sebagai edukator adalah .....
1. Memberikan penyuluhan tentang kebersihan diri atau personal hygine
2. Memberikan pendidikan tentang dampak memakai sepatu yang lembab
3. Memberikan pendidikan tentang dampak buruk tidak memakai alas kaki saat bekerja
4. Memberikan pengobatan penyakit kutu air
Jawaban : A (1, 2, dan 3 benar)
(Soal Tentang Leptospira interrogen : Atika, 04101003047)
5. Berikut ini pernyataan yang benar mengenai Leptospirosis adalah . . .
1. Disebakan oleh bakteri Leptospira heterrogen
2. Disebakan oleh bakteri Leptospira interrogen
3. Epidemic pada musim kemarau
4. Prevalensi tinggi pada daerah tropis
Jawaban : C (2 dan 4 benar)
6. Berdasarkan cara transmisinya, leptospirosis ditularkan melalui . . .
a. Penularan secara tidak langsung
b. Polusi udara
c. Hewan yang terinfeksi
d. Kontak dengan individu yang terinfeksi
e. Inhalasi
Jawaban : C
7. Di bawah ini yang termasuk peran perawat dalam penanganan bahaya kerja biologi di
tempat kerja sawah, kecuali . . .
a. Pengendalian bahaya kesehatan
b. Pengenalan terhadap bahaya kerja
c. Penyuluhan tentang penggunaan alat pelindung diri
d. Pemantauan dan pengendalian penyebab
e. Pemantauan status produktivitas kerja
Jawaban : E
8. Cacing tambang ditularkan melalui...
a. Tanah yang terkontaminasi tinja yang mengandung larva infektif
b. Darah yang terkontaminasi
c. Oral
d. Udara
e. Saliva
Jawaban : A
9. Gejala spesifik yang akan terlihat setelah infeksi cacing tambang adalah, kecuali...
a. Anemia
b. Mual
c. Sakit perut dan kembung
d. Diare
e. Flu
Jawaban : E
10. Untuk mencegah terjadinya penyakit cacing pada petani, perawat dapat melakukan
penyuluhan kesehatan tentang, kecuali...
a. Pentingnya memakai sepatu karet (boot) sebagai alat perlindungan diri (APD) bila
hendak ke sawah dan selalu gunakan sandal jika keluar rumah.
b. Buang air besar harus selalu di kakus.
c. Kebiasaan minum 8 gelas/hari
d. Kebiasaan mencuci tangan dengan benar sebelum makan, setelah BAB dan BAK.
e. Selalu mencuci bersih sayuran sebelum dimasak dan masak bahan makanan sampai
matang.
Jawaban : C
BAHAYA BIOLOGI PADA PETERNAK SAPI DI DESA TANJUNG PERING,
INDERALAYA
(Soal Tentang Pseudomonas aeroginosa : Wenniarti, 04101003039)
1. Menurut slamethandono penyakit yang dapat ditimbulkan dari kotoran sapi ialah….
a. Infeksi mata, telinga, kulit, serta saluran pernapasan
b. Infeksi saluran kemih
c. Diare
d. Malaria
e. Demam Berdarah Dengue
Jawaban : A
2. Faktor yang menentukan daya patogen pada bakteri pseudomonas aeruginosa yang
terdapat pada kotoran sapi adalah..
a. LPS
b. ADP
c. NAD
d. Ribosil
e. Toksin
Jawaban : A
3. Pada bakteri pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat patogen oportunistik yang
artinya…
a. Bakteri yang menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang normal
b. Bakteri yang kadang-kadang mengkoloni pada manusia
c. Bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia
d. Bakteri yang berlaku sebagai saprofit pada usus manusia
e. Bakteri yang memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk
memulai suatu infeksi
Jawaban : E
4. Hasil kompleks dari ADP-ribosil-EF-2 pada bakteri pseudomonas aeruginosa yang
terdapat pada kotoran sapi adalah…
a. Inaktivasi sintesis karbohidrat
b. Inaktivasi sintesis lemak
c. Inaktivasi sintesis vitamin
d. Inaktivasi sintesis mineral
e. Inaktivasi sintesis protein
Jawaban : E
(Soal Tentang T. Saginata : Afen Sidik, 04101003041)
5. Taneasis merupakan penyakit yang dapat di sebabkan oleh?
1. P.aeruginosa
2. E.colly
3. Sarcoptes scabei
4. T. Solium
Jawaban : D (4 benar)
6. Bagaimana cara mencegah penyakit taneasis?
1) Menghindari makanan daging yang kurang matang.
2) Mencuci tangan sebelum makan dengan sabun.
3) Sanitasi linggkungan yang baik.
4) Bukan salah satu diatas
Jawabannya : A (1, 2, dan 3 benar)
7. Gejala yang mungkin timbul oleh taneasis adalah kecuali?
1) Pusing, diare, dan pruiritus ani
2) Nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi
3) Rasa tidak enak pada lambung , nausea (mual), badan lemah
4) Mual, muntah, gatal pada sela jari.
Jawaban : D (4 benar)
(Soal Tentang Antraks : Melly Indah Purwanti, 04101003015)
8. Bahaya biologis dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-
sumber biologi yaitu .....
a. Virus
b. Bakteri
c. Jamur
d. Protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan
e. Benar semua
Jawaban : E
9. Antrax di sebabkan oleh Bacillus antrhaxis sejenis bakteri yang bersifat aerob, bila
kontak dengan udara bebas, bakteri ini dapat membentuk spora yang dapat tahan sampai
puluhan tahun, masuknya bibit penyakit ini melalui, kecuali .....
a. Udara yang mengandung spora anthrax dan gigitan vector atau pembawa kuman
anthrax
b. Makanan yang tercemar bakteri anthax
c. Melalui luka pada mulut dan kaki ternak yang terdapat bakteri anthrax
d. Feces
e. Bukan salah satu di atas
Jawaban : D
10. Ditandai dengan gejala, rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan,
suhu badan meningkat, hematemesis. Termasuk tipe anthrax .....
a. Anthrax kulit
b. Anthrax saluranpencernaan
c. Anthrax paru-paru
d. Anthrax meningitis
e. Anthrax kelamin
Jawaban : B
BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA PETERNAKAN AYAM
(Soal Tentang Salmonella : Annis Pertiwi, 04101003037)
1. Bakteri Salmonella muncul di peternakan berawal darimana?
a. Kotoran ayam
b. Lingkungan yang kotor
c. Anak ayam
d. Bulu ayam
e. Makanan ayam
Jawaban : C
2. Sumber penularan utama bakteri Salmonellesis adalah?
a. Kotoran ayam
b. Lingkungan yang kotor
c. Anak ayam
d. Bulu ayam
e. Makanan ayam
Jawaban : A
3. Salmonellosis memperlihatkan tiga sindrom yang khusus yaitu?
a. Gatal, demam dan Septikemia
b. Septikemia, radang usus akut dan radang usus kronis
c. Septikemia, demam dan radang usus akut
d. Demam, radang usus akut dan radang usus kronis
e. Demam, radang usus dan gatal
Jawaban : B
(Soal Tentang Virus Avian Influenza : Pratiwi Arum Sari, 04101003023)
4. Dibawah ini yang tidak termasuk penularan virus avian influenza adalah :
a. Kontak langsung dengan unggas yang sakit
b. Dari udara
c. Kontak antar manusia
d. Peralatan yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari faeces atau sekreta unggas
yang terserang virus flu burung
e. Virus ini dapat menular melalui kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan
Jawaban : B
5. Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan penularan virus adalah :
1. Pemeriksaan kesehatan dan pemberian vaksin terhadap hewan ternak,
2. Kebersihan lingkungan peternakan
3. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) saat kerja
4. Mencuci tangan dengan air biasa setelah kontak dengan unggas
Jawab : A (1, 2, dan 3 benar)
6. Peran perawat dalam pencegahan penyebaran virus avian influenza adalah :
a. Melakukan usaha promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitative
b. Mengenalkan pada peternak karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dan
tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati
c. Memberikan informasi kepada peternak untuk mengenali gejala-gejala awal penyakit
dan perujukan segera ke pelayanan kesehatan
d. Menginformasikan kepada peternak untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, dan sepatu saat bekerja
e. Semua benar
Jawaban : E
(Soal Tentang Gurem : Susi Lestari, 04101003045)
7. Gangguan gurem pada ternak ayam dan pemiliknya disebabkan oleh hal-hal berikut ini
kecuali,....
a. Para peternak ayam umumya beternak sekedar saja sesuai kebiasaan yang telah
diperolehnya
b. Hewan ternaknya hanya ditempatkan biasanya diletakkan di dekat rumah tinggal
peternak
c. Penerangan yang kurang di lingkungan kerja
d. Sanitasi kurang diperhatikan
e. Kotoran dibiarkan menggunung di kandang
Jawaban : D
8. Penularan kutu pada ayam ke peternak nya disebabkan oleh ...
a. Adanya angin yang membawa terbang gurem-gurem pada ayam yang sedang
mengeram ke kandang ayam lainya dan tertular ke manusia
b. Kotoran yang ada apabila dalam kondisi basah akan menyebarkan kutu yang menular
ke manusia
c. Penerangan yang kurang di lingkungan kerja menimbulkan kesan kotor,sehingga kutu
ayam mudah menular ke manusia.
d. Iklim kandang ayam yang terlalu lembab membuat kutu mudah tersebar ke badan
peternak
e. Tempat makan dan minum ayam yang kotor sehingga kutu mudah menyebar ke
peternak
Jawaban : A
9. Peran perawat pada bahaya biologi pada lingkungan peternakan ayam adalah....
a. Memberikan Pendidikan Kesehatan atau Penyuluhan kesehatan/latihan kepada
peternak ayam
b. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
c. Memberikan asuhan perawatan di klinik sesuai dengan perencanaan dan masalah yang
dihadapi pekerja
d. Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan medik dan pengobatan
e. Semua Benar
Jawaban : E
10. Perawat dapat memberikan Penyuluhan kepada peternak ayam tentang....
a. Bahaya penyakit akibat kerja di peternakan ayam
b. Cara menghindar bahaya akibat kerja
c. Latihan tata kerja yang benar
d. Melakukan pemeriksaan gangguan kesehtan setiap 6 bulan sekali
e. a,b dan c benar
Jawaban : E
KUMPULAN SOAL BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA BUDIDAYA
IKAN LELE
(Soal Tentang Eschericia coli : Falentina Dwi Citra, 04101003049)
1. Di bawah ini yang termasuk contoh dari bakteri jenis coliform adalah .....
1. Salmonella spp,
2. Escherichia coli
3. Enterobacter
4. klebsiellla
Jawaban : E (1, 2, 3, dan 4 benar)
2. Jenis – jenis bahaya kesehatan pada saat bekerja adalah .....
1. Bahaya biologi
2. Bahaya kimia
3. Bahaya fisik
4. Bahaya psikologi
Jawaban : E (1, 2, 3, dan 4 benar)
3. Perawat berperan sebagai apakah dalam memberikan informasi dan meningkatkan
perubahan perilaku klien serta meningkatkan tingkat pengetahuan klien dan kemampuan
mengatasi kesehatannya?
a. Edukator
b. Fasilitator
c. Advokat
d. Konsultan
e. Pembaharu
Jawaban : A
(Soal Tentang Pseudomonas sp: Lili Safitri, 04101003028)
4. Berikut ini yang bukan merupakan penyakit infeksi pada ikan akibat organisme
adalah .....
a. Parasit
b. Jamur
c. Bakteri
d. Virus
e. Lingkungan
Jawaban : E
5. Ikan lele yang terinfeksi bakteri Pseudomonas sp memiliki ciri-ciri sebagai berikut.....
a. Perdarahan di kulit, hati, ginjal maupun limpa.
b. Kulit ikan lele mengelupas
c. Daging ikan lele berwarna merah segar
d. Lendir pada ikan lele semakin berkurang
e. Semua salah
Jawaban : A
6. Dampak ikan lele yang terinfeksi bakteri Pseudomonas sp pada manusia adalah.....
1. Keracunan
2. Perdarahan
3. Gangguan pencernaan
4. Penyakit Jantung Koroner
Jawaban: B (1 dan 3 benar)
7. Penatalaksanaan lingkungan bersih pada budidaya ikan lele kolam terpal adalah
1. Mengganti air kolam secara rutin jika sudah keruh
2. Melakukan penggantian air kolam pada kolam yang sudah terinfeksi
3. Memisahkan ikan yang terinfeksi dengan yang sehat
4. Melakukan pengontrolan rutin pada air kolam
Jawaban: E (1, 2, 3, dan 4 benar)
(Soal Tentang Aeromonas sp : Revi Afriyensi, 04101003013)
8. Bakteri yang terdapat dan sering ditemukan yang menginfeksi ikan lele adalah ..
a. Aeromonas
b. Pseudomonas
c. Staphylococcus
d. a dan b benar
e. Salah semua
Jawaban : D
9. Bakteri yang terdapat pada ikan lele yang dapat menyebabkan kematian masal pada ikan
lele tsersebut adalah ...
a. Pseudomonas
b. Staphylococcus
c. Aeromonas
d. A dan c benar
e. Salah semua
Jawaban : C
10. Gejala ringan yang timbul akibat infeksi dari bakteri Aeromonas terhadap manusia
adalah...
a. Demam dan kedinginan
b. Sakit perut
c. Mual
d. Muntah-muntah
e. Diare
Jawaban : A
BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA PENGUMPUL BARANG BEKAS DI
LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN INDERALAYA
(Soal Tentang Tikus : Rahma Metalia, 04101003046)
1. Di bawah ini termasuk penyakit yang disebabkan oleh tikus adalah .....
1) Leptospirosis
2) Scrub thypus
3) Murine thypus
4) Salmonellosis
Jawaban : E (1, 2, 3, dan 4 Benar)
2. Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal
sebagai .....
a. Rodent borne disease
b. Mouse disease
c. Penyakit plague
d. Rate bite disease
e. Semua salah
Jawaban : A
3. Di bawah ini yang termasuk dalam peran perawat sebagai pendidik dalam bahaya kerja
biologi akibat tikus adalah memberikan penyuluhan tentang .....
1) Penyakit-penyakit yang sering timbul akibat tikus
2) Memberikan asuhan keperawatan pada penyakit akibat tikus
3) Penggunaan alat pelindung diri selama bekerja
4) Bekerja sama dengan Puskesmas dalam screening
Jawaban : B (1 dan 3 benar)
4. Di bawah ini yang termasuk dalam bahaya kerja biologi pada pekerja pengumpul barang
bekas adalah ...
1) Tikus
2) Escherichia coli
3) Virus Dengue
4) Semuanya benar
Jawaban : E (1, 2, 3, dan 4 benar)
(Soal Tentang Escherchia coli : Dian G. Aprimavista, 04101003019)
5. Penyakit apa saja yang dapat disebabkan oleh E.coli, kecuali ?
a. Penyakit diare
b. Infeksi saluran kemih
c. Sepsis
d. Meningitis
e. ISPA
Jawaban : E
6. Bagaimana cara kontaminasi E.coli ke tubuh manusia?
1. Perpindahan dari tangan ke mulut.
2. Melalui udara yang terhirup
3. Menelan air yang tercemar E.coli.
4. Mengkonsumsi makanan yang dimasak.
Jawaban : B (1 dan 3 benar)
7. Bakteri E.coli dalam jumlah normal adalah normal ditemukan pada ?
a. Saluran perkemihan
b. Saluran pembuluh darah
c. Saluran pencernaan
d. Saluran pernapasan
e. Kulit manusia
Jawaban : C
(Soal Tentang Virus Dengue : Poppy Judika Nababan, 04101003064)
8. Apa pengertian bahaya biologi kerja ?
1) Kondisi dimana dapat menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit, ataupun
penurunan kemampuan dalam melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan, atau suatu
kondisi yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan / kerugian.
2) Bahaya- bahaya hasil buatan manusia
3) Bahaya yang didapat dari lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh alat- alat yang ada
disekitar lingkungan kerja tersebut.
4) Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang
terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita
penyakit-penyakit tertentu
Jawaban : D (4 benar)
9. Berikut ini adalah salah satu contoh bahaya biologi dari lingkungan kerja, yaitu :
a. Demam berdarah
b. Tusukan benda tajam
c. Jatuh dari ketinggian
d. Kecelakaan kerja akibat bahan-bahan kimia.
e. Kebakaran di lingkungan kerja
Jawaban : A
10. Berikut ini adalah peran- peran perawat dalam mencegah bahaya biologi lingkungan kerja
.....
a. Memberikan penkes
b. Sebagai panutan
c. Sebagai kolaborator
d. Sebagai pengamat
e. Pemberi asuhan keperawatan
Jawaban : D
KUMPULAN SOAL DARI OPONEN (KELOMPOK 2 : BAHAYA KERJA KIMIA)
BESERTA JAWABAN
BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA PENGUMPUL BARANG BEKAS DI
LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN, INDERALAYA
1. Bahaya Kerja Biologi : Tikus (Rahma Metalia, 04101003046)
Nama Oponen : Felia Nur Fitrianti, 04101003002
Pertanyaan : Tempat beresiko menimbulkan penyakit, apakah sudah ada masalah?
Seberapa besar penyakitnya? Contoh program pengendalian tikus seperti apa?
Jawaban :
Penyakit akibat tikus pada pekerja pengumpul barang bekas di lorong pasar pagi
Timbangan, Indralaya sampai saat ini belum pernah terjadi.
Program pengendalian tikus yang dimaksud di sini adalah upaya-upaya yang dilakukan
dalam mengendalikan tikus di tempat kerja, seperti :
a. Sanitasi lingkungan : Dilakukan dalam bentuk membersihkan semak-semak dan
rerumputan, membongkar liang dan sarang serta tempat perlindungan lainnya.
b. Fisik dan mekanis : Usaha pengendalian secara fisik maupun mekanis meliputi semua
cara secara fisik langsung membunuh tikus seperti dengan pukulan, menggunakan
perangkap tikus, penggunaan pagar plastik dan lain sebagainya.
c. Pemanfaatan musuh alami : Misalnya dengan memelihara kucing.
d. Penggunaan bahan kimia : Misalnya dengan menggunakan rodentisida, baking soda,
atau larutan cabai yang dicampur deterjen.
2. Bahaya Kerja Biologi : Eschericia coli (Dian Gustie Aprimavista, 04101003019)
Nama Oponen : Putri Pratiwi, 04101003026
Pertanyaan : Bagaimana cara Escherichia coli menyebabkan gangguan saluran
pencernaan ?
Jawab : E.coli masuk ke saluran pencernaan melalui perpindahan dari tangan ke mulut
akibat tangan yang kotor setelah memegang sampah/barang bekas dimana tidak mencuci
tangan dengan benar dan bersih. Selanjutnya E.coli menyerang langsung dinding saluran
pencernaan yakni menyerang sel-sel epitel mukosa usus (sel-sel pada permukaan dinding
usus bagian dalam) dan mengiritasinya serta mengganggu proses penyerapan air,
sehingga feses keluar dalam bentuk cair dan terjadilah gangguan saluran pencernaan.
3. Bahaya Kerja Biologi : Virus Dengue (Poppy Judika N., 04101003064)
Nama Oponen : Syofwatun Ngulya, 04101003025
Pertanyaan :
a. Apakah dalam tempat pengumpulan barang bekas di lorong pasar pagi Indralaya
pernah dilaporkan kasus DBD?
b. Bagaimana pelaksanaan program 3M oleh perawat kepada para pekerja di
pengumpulan barang bekas?
c. Salah satu peran perawat adalah sebagai kolaborator. Jelaskan tindakan konkretnya!
Jawaban :
a. Sejauh ini kasus DBD belum pernah menyerang para pekerja di tempat pengumpulan
barang bekas di lorong pasar pagi Indralaya.
b. Dalam program 3M ini, perawat berperan memberikan pendidikan kesehatan dan
sekaligus dapat sebagai pelaksana (di sini perawat berkolaborasi langsung dengan
pekerja).
1) Pendidikan kesehatan yang menjadi sasaran penkes disini adalah pencegahan
primer yang dapat ditujukan pada faktor penyebab terjadinya DBD, yaitu kondisi
lingkungan. Tujuan dari pencegahan primer ini adalah agar tidak terjadi penyakt
DBD terhadap pekerja.
2) Pelaksana. Peran perawat sebagai pelaksana disini dilakukan dengan
berkolaborasi langsung dengan pekerja. Dalam hal ini melaksanakan 3M
(Menguras, Mengubur, Menutup)
c. Peran perawat sebagai kolaborator di sini adalah berkolaborasi dengan tenaga kerja
untuk mengatasi resiko DBD. Tindakan konkretnya adalah ikut turun tangan
(membantu) tenaga kerja dalam melakukan upaya 3M.
BAHAYA BIOLOGI PADA PETERNAK SAPI DI DESA TANJUNG PERING, INDERALAYA
1. Bahaya Kerja Biologi : Antraks (Melly Indah Purwanti, 04101003015)
Nama Oponen : Dewi Ismarina, 04101003036
Pertanyaan : Bagaimana cara penanggulangan penyakit antraks?
Jawaban :
Negatif Positif
Bukan Penderita Antraks
Follow up :Bila perlu
rujuk ke rumah sakit
Pengamatan 2 minggu sesudah kasus terakhir
Penyuluhan terpadu ke masyarakat (dinkes dan disnak)
Petugas Lapangan Pertenakan :Pengambilan dan pengiriman specimen (hewan/produk hewan/ tanah) ke labPengawasan lalu lintas hewanPengobatan hewanVaksinasiDesinfeksiPengawasan hewan potong
DKK :Cari kasus tambahanPengambilan specimenPengobatan
BLK :Pengambilan specimen dan pengecatan gramPemeriksaan kultur
Masyarakat :Ada kasus antraks pada manusia/hewanAda kontak dengan hewan/produk hewan & lingkungan yang diduga terkontaminasi spora / basil antraks
Puskes :Menemukan adanya gejala klinis antraks suspek / tersangka antraks
2. Bahaya Kerja Biologi : T. Saginata (Afen Sidik, 04101003041)
Nama Oponen : Riza Umami, 04101003004
Pertanyaan : Apakah pancaran darah sapi yang mengandung T. Saginata dapat
menjadi sumber penularan penyakit taneasis yang anda jelaskan?
Jawaban :
Untuk darah yang mengandung T. Saginata bukan sebuah penularan bila terkena
pada manusia karena cara penularan T. Saginata melalui konsumsi daging yang
mengandung larva T. Saginata, mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi oleh telur T. Saginata, dan melalui auto infeksi seperti saat seseorang
yang telah terinfeksi T. Saginata, ia menggaruk lubang pembuangan atau anus yang
terdapat telur cacing ini dan orang tersebut tidak menjaga kebersihan diri dengan
baik seperti tidak mencuci tangan saat makan maka dia dapat terinfeksi cacing
tersebut.
3. Bahaya Kerja Biologi : Pseudomonas aeroginosa (Wenniarti, 04101003039)
Nama Oponen : Ropiko, 04101003003
Pertanyaan : Sebutkan salah satu jenis penyakit pada mata yang disebabkan bakteri
Pseudomonas aeroginosa pada kotoran sapi dan bagaimana perawatannya?
Jawaban :
Salah satu jenis penyakitnya yaitu ulkus kornea. Perawatan jika terkena ulkus
kornea ini adalah jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang,
mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih, kelopak mata harus dijaga
kebersihannya lalu kolaborasi pemberian analgetik jika nyeri yaitu dapat diberikan
tetes pantokain atau tetrakain.
BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA BUDIDAYA IKAN LELE
1. Bahaya Kerja Biologi : Escherichia coli (Falentina Dwi Citra, 04101003049)
Nama Oponen : Nopriansyah, 04101003007
Pertanyaan : Apa gejala dari akibat terjangkit Escherichia coli dan berapa lama
bakteri Escherichia coli bisa menimbulkan gejala tersebut?
Bahaya Kerja Biologi | 53
Jawaban :
Gejala infeksi akibat terjangkit bakteri Eschericia coli biasanya berupa diare, mual,
demam, dan muntah. Sementara, gejala infeksi paling serius berupa gagal ginjal akut
disertai kerusakan sel darah merah, gangguan syaraf, stroke, dan koma sehingga
tingkat kematiannya bisa sebesar 3-5 persen. Bakteri ini bisa menimbulkan gejala
pada tubuh manusia apabila masa inkubasi bakteri ini selama 6-24 jam.
2. Bahaya Kerja Biologi : Pseudomonas sp (Lili Safitri, 04101003028)
Nama Oponen : Vivi Mariana Wulandari, 041010030035
Pertanyaan : Apa yang terjadi pada ikan lele yang terserang bakteri Pseudomonas
sp? Lantas bagaimana dampaknya jika ikan lele tersebut dikonsumsi oleh manusia?
Jawaban :
Secara fisik, jika ikan lele terinfeksi bakteri pseudomonas akan mengalami
perdarahan di kulit, hati, ginjal maupun limpa. Perdarahan pada kulit tersebut
akhirnya mengakibatkan luka borok pada tubuh ikan lele dan lendir yang cukup
banyak.
Pada peternak lele resiko terinfeksi sangatlah besar jika terpapar langsung dengan
bakteri pseudomonas sp, baik melalui lendir ataupun dengan mengonsumsi ikan lele
tersebut. Hal ini akan mengakibatkan infeksi dan gangguan pencernaan pada
manusia, bahkan bisa menyebabkan keracunan akibat toksik tersebut.
3. Bahaya Kerja Biologi : Aeromonas sp. (Revi Afriyensi, 04101003013)
Nama Oponen : Yudo Pratama, 04101003011
Pertanyaan : Bagaimana cara penularan Aeromonas sp. terhadap manusia dan ikan
lele lainnya?
Jawaban :
Cara penularan dari bakteri tersebut terhadap ikan atau pun manusia melalui
perantara air, kontak bagian tubuh ikan atau peralatan tercemar. Maksudnya
peralatan tercemar di sini adalah peralatan yang sering digunakan untuk menangkap
ikan lele dari kolam yang tidak dibersihkan lagi setelah dipergunakan.
BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA PETERNAKAN AYAM
Bahaya Kerja Biologi | 54
1. Bahaya Kerja Biologi : Virus Afian Influenza (Pratiwi Arum Sari,
04101003023)
Nama Oponen : Tira Rafflesia, 04101003006
Pertanyaan : Pada latar belakang dijelaskan bahwa semakin dekat jarak peternakan
dengan pemukiman maka, peluang untuk menularnya virus semakin besar, yang
ingin saya tanyakan, berapa jarak yang ditentukan pemerintah/standar untuk
pembuatan peternakan ayam dari pemukiman penduduk sehingga virus yang ada
pada peternakan ayam tidak menyebar di lingkungan rumah?
Jawab :
Lokasi peternakan dengan pemukiman penduduk harus terpisah, sehingga bahaya
biologi yang terdapat pada peternakan tidak menyebar ke lingkungan rumah
penduduk. Jarak antara peternakan dengan pemukiman yang ditetapkan Departemen
Kehutanan adalah minimal 500 meter dari pagar terluar rumah.
2. Bahaya Kerja Biologi : Salmonella (Annis Pertiwi, 04101003037)
Nama Oponen : Nurjana Rachmawati, 04101003009
Pertanyaan : Apa saja gejala-gejala seseorang terinfeksi bakteri Salmonella
(salmonellesis)?
Jawaban :
Gejala seseorang yang terjangkit salmonellesis antara lain : sering mengalami sakit
kepala, demam, diare, mual, dan muntah. Gejalanya sering timbul 6-7 jam (6hr)
setelah terinfeksi dan biasanya berlanjut selama 4-7 hari atau lebih.
3. Bahaya Kerja Biologi : Gurem (Susi lestari, 04101003045)
Nama Oponen : Amelia, 04101003005
Pertanyaan : Berapa jarak peternakan ayam dengan kediaman warga yang
dianjurkan agar tidak terserang kutu tersebut ? Tindakan apa yang pertama
dilakukan jika digigit kutu tersebut ?
Jawaban :
Syarat kandang yang baik : Jarak yang aman untuk pemeliharaan unggas menurut
SK Dirjen Peternakan Tahun 1993 No. 77, dari pemukiman minimal berjarak 250
Bahaya Kerja Biologi | 55
meter, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup
baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan
atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang.
Tindakan yang pertama dilakukan jika digigit kutu tersebut cukup dengan segera
mandi menggunakan sabun dan merendam/mencuci pakaian yang digunakan.
Selanjutnya gatal, ruam, iritasi atau alerginya dapat dikonsultasikan dengan dokter
(spesialis kulit) terdekat dengan anda
BAHAYA KERJA BIOLOGI PADA PEKERJA SAWAH DI TANJUNG PERING
INDRALAYA
1. Bahaya Kerja Biologi : Cacing Tambang (Wenti Liana, 04101003048)
Nama Oponen : Anisa, 04101003008
Pertanyaan : Membiasakan petani BAB di kakus. Bagaimana jika di daerah tersebut
tidak ada kakus atau hanya memiliki 1 kakus untuk banyak orang?
Jawaban :
Hal pertama yang harus di lakukan perawat adalah mengubah kebiasaan petani agar
mau BAB di kakus melalui penyuluhan kesehatan. Setelah petani sadar dan
mengetahui bahaya BAB sembarangan, perawat dan petani bisa membuat program
pembuatan kakus di area persawahan/perumahan yang dekat dengan sumber air.
Perawat juga bisa memberikan ide pembuatan kakus gabungan dari beberapa
persawahan/perumahan melalui gotong royong yang bisa digunakan bersama-sama
untuk petani yang kurang mampu. Jadi tidak masalah jika 1 kakus digunakan oleh
banyak orang, asal petani sadar dan mau mengubah kebiasaannya agar BAB di
kakus. Kuantitas kakus akan bertambah setiap tahunnya jika petani sudah
menganggap itu sebagai bagian dari kebutuhan.
2. Bahaya Kerja Biologi : Trichophyton rubrum (Veranita, 04101003020)
Nama Oponen : Mala Santika, 04101003010
Pertanyaan : Apakah kutu air bisa menular dan bagaimana cara pengobatan kutu air?
Jawaban :
Bahaya Kerja Biologi | 56
Kutu air termasuk penyakit menular yang dapat menyebar dari manusia ke manusia.
Penularannya dapat terjadi ketika kontak langsung dengan penderita. Jamur kutu air
ini dapat menyebar dari berbagai medium. Sebagai contoh, penularan jamur bisa
terjadi dari air kolam renang, air mandi, dan air sawah. Tidak hanya itu,
penularannya juga dapat dengan cara pemakaian pakaian atau handuk milik orang
yang terinfeksi jamur kutu air.
Penyembuhan kutu air dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor penyebab
penyakit ini dan melakukan pengobatan yang tepat. Penyakit ini akan cepat sembuh
tetapi akan mudah kembali lagi. Obat anti jamur yang biasanya digunakan di
masyarakat adalah kalpanax. Kalpanax ada 2 jenis, yaitu kalpanax cair dan
kalpanax krim. Kalpanax cair mengandung salicylic acid, benzoid acid dan
povidone iodine. Sedangkan kalpanax krim mengandung miconazolnitrate.
Kalpanax cair dikemas dalam bentuk botol dan pengobatan dengan bentuk cair akan
terasa perih. Kalpanax krim dikemas dalam bentuk tube berukuran kecil. Jenis
kalpanax krim sangat disenangi karena tidak memberikan efek perih dan tidak
membuat kulit terbakar sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan keindahan
kulit serta efek anti jamurnya lebih bagus, sekali oles rasa sakit dan gatal akan
hilang dengan lebih cepat.
3. Bahaya Kerja Biologi : Leptospira interrogen (Atika, 04101003047)
Nama Oponen : Herlinda Lestari (04101003017)
Pertanyaan : Kenapa prevalensi leptospirosis tinggi di daerah tropis? Bagaimana
peran perawat dalam kasus ini?
Jawaban :
Prevalensi leptospirosis tinggi di daerah tropis dikarenaka oleh Leptospira yang
bersifat aerob obligat dengan suhu pertumbuhan antara 28-30oC. Leptospira dapat
bertahan lama dalam air terutama pada ph alkali. Selain itu, genangan air tawar
merupakan kondisi nyaman untuk berkembangnya bakteri leptospira.
Peran perawat dalam masalah ini adalah melakukan pengendalian bahaya kesehatan,
mulai dari tindakan preventif seperti pengenalan terhadap bahaya kerja khususnya
bahaya kerja biologi, penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja seperti
menggunakan sepatu boot, juga memberikan arahan apabila terpajan oleh bahaya
Bahaya Kerja Biologi | 57
kerja itu sendiri. Selain itu, perawat bersama tenaga kesehatan lainnya juga berperan
dalam pemantauan dan pengendalian penyebab serta pemantauan terhadap status
kesehatan pekerja. Hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan
kesehatan dan keselamatan serta penurunan produktivitas pekerja.
Bahaya Kerja Biologi | 58
Daftar Pustaka
Harrianto, Ridwan. (2009). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC.
Bandung, Juju. (2013). Berternak ayam atau unggas di pemukiman (Online).
http://www.jujubandung.biz/2013/07/09/beternak-ayam-atau-unggas-di-
pemukiman/. Diakses tanggal 25 Februari 2014.
DEPTAN. Memilih lokasi kandang yang sesuai letak yang strategis (Online).
www.deptan.go.id. Diakses tanggal 25 Februari 2014.
Dinda. (2008). Leptospirosis. (Online).
http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/leptospirosis.html. Diakses tanggal 26
Februari 2014.
DIPERTA Jawa Barat. Pengendalian tikus (Online).
http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1069. Diakses tanggal 25
Februari 2014.
Hastono, Dwi & Sugeng. (2012). Apakah pengaruh terkena kutu bekas ayam bertelur
(Online). http://lampung.tribunnews.com/2012/01/28/apakah-pengaruh-
terkena-kutu-bekas-ayam-bertelur. Diakses tanggal 25 Februari 2014.
Hestiningsih, Rahayu. 2004. Perbandingan bakteri kontaminan pada lalat di
tempat
Pembuangan sampah akhir, Piyungan, Bantul, Yogyakarta (Online).
https://admisi.unimus. ac.id/ojsunimus/index.php/jkmi/article/view/375.
Diunduh pada tanggal 26 Februari
2014.
Matuwo, Almuqni. (2012). Kualitas Mikrobiologi Daging Ayam pada Pasar Modern
dan
Tradisional di Makasar
(Online).http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1479.
Diunduh tanggal 26 Februari 2014.
Rosdiana. (2013). Cara mengatasi hama tikus di persawahan (Online).
http://rhoesdiana.blogspot.com/2013/10/cara-mengatasi-hama-tikus-di-
persawahan.html. Diakses tanggal 25 Februari 2014.
Bahaya Kerja Biologi | 59
Wahyudi, Arif. (2013). Jarak kandang ayam dengan pemukiman minimal 200
meter (Online). http://www.harianjogja.com/baca/2013/10/17/jarak-kandang-
ayam-dengan-pemukiman-minimal-200-meter-457059.
Yulianti, Fitri. (2011). Bakteri escherichia coli menyebar lewat 3 jalan ini (Online).
http://www.okezone.com. Diakses tanggal 25 Februari 2014.
http://www.depkes.go.id/downloads/Taeniasis.pdf (Online).
Bahaya Kerja Biologi | 60