5
Bahayanya Hamil Pada Usia Remaja Terpikirkah Anda untuk memiliki anak selagi usia Anda masih muda?? Mungkin saja, tetapi biasanya bagi wanita modern, pengertian �muda� di sini tentu saja merujuk pada usia di atas dua puluhan, terutama setelah menikah, lulus kuliah, atau sudah mapan dan memiliki pekerjaan tetap. Ya, sekitar dua puluhan ke atas, lah. Tetapi dewasa ini, perkembangan arus informasi yang pesat banyak mempengaruhi remaja. Salah satunya dalam hal gaya hidup. Remaja- remaja Indonesia sedikit demi sedikit mulai mengadopsi budaya Barat dalam cara berpakaian, bertutur kata, maupun pola pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seks bebas yang sudah lazim di belahan dunia Barat sudah mulai merebak di kalangan remaja Indonesia. Akibatnya, para remaja putri semakin banyak yang hamil pada usia muda, yakni antara 13-19 tahun. Kehamilan dini juga banyak terjadi di desa-desa. Hal itu dikarenakan kebiasaan para masyarakat yang kurang terdidik (buta huruf, putus sekolah, miskin) untuk menikah muda. Terkadang, masyarakat yang pola pikirnya masih tradisional ini menganggap dengan menikahkan anak perempuannya secepat mungkin, mereka dapat lepas tanggung jawab untuk menafkahi si anak tersebut, karena tanggung jawab tersebut sudah beralih ke suaminya. Menikah muda juga jadi kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Para orang tua berpikir, pengalaman mereka (dan para leluhur mereka) menikah di usia muda juga baik untuk anak-anak mereka. Bahkan anak gadis yang sudah “berumur” --yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah--yang belum dapat jodoh bisa direndahkan masyarakat sekitarnya. Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2000 menunjukkan median umur kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun, di mana sebanyak 46% perempuan mengalami kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun, di desa lebih tinggi (61%) daripada di kota. Padahal hal itu sangatlah berbahaya. Remaja merupakan kelompok dengan signifikansi tingkat komplikasi yang lebih tinggi selama kehamilan dan persalinan.

Bahayanya Hamil Pada Usia Remaja Word

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan

Citation preview

Page 1: Bahayanya Hamil Pada Usia Remaja Word

Bahayanya Hamil Pada Usia Remaja

Terpikirkah Anda untuk memiliki anak selagi usia Anda masih muda?? Mungkin saja, tetapi biasanya bagi wanita modern, pengertian �muda� di sini tentu saja merujuk pada usia di atas dua puluhan, terutama setelah menikah, lulus kuliah, atau sudah mapan dan memiliki pekerjaan tetap. Ya, sekitar dua puluhan ke atas, lah.

Tetapi dewasa ini, perkembangan arus informasi yang pesat banyak mempengaruhi remaja. Salah satunya dalam hal gaya hidup. Remaja-remaja Indonesia sedikit demi sedikit mulai mengadopsi budaya Barat dalam cara berpakaian, bertutur kata, maupun pola pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seks bebas yang sudah lazim di belahan dunia Barat sudah mulai merebak di kalangan remaja Indonesia. Akibatnya, para remaja putri semakin banyak yang hamil pada usia muda, yakni antara 13-19 tahun.

Kehamilan dini juga banyak terjadi di desa-desa. Hal itu dikarenakan kebiasaan para masyarakat yang kurang terdidik (buta huruf, putus sekolah, miskin) untuk menikah muda. Terkadang, masyarakat yang pola pikirnya masih tradisional ini menganggap dengan menikahkan anak perempuannya secepat mungkin, mereka dapat lepas tanggung jawab untuk menafkahi si anak tersebut, karena tanggung jawab tersebut sudah beralih ke suaminya. Menikah muda juga jadi kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Para orang tua berpikir, pengalaman mereka (dan para leluhur mereka) menikah di usia muda juga baik untuk anak-anak mereka. Bahkan anak gadis yang sudah “berumur” --yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah--yang belum dapat jodoh bisa direndahkan masyarakat sekitarnya.

Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2000 menunjukkan median umur kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun, di mana sebanyak 46% perempuan mengalami kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun, di desa lebih tinggi (61%) daripada di kota. Padahal hal itu sangatlah berbahaya. Remaja merupakan kelompok dengan signifikansi tingkat komplikasi yang lebih tinggi selama kehamilan dan persalinan.

Kehamilan pada remaja wanita berusia 14 tahun ke bawah memiliki risiko komplikasi medis lebih besar daripada wanita dengan usia lebih dewasa karena panggul belum berkembang dengan sempurna. Dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2-9% dan tinggi badan 1%. Kehamilan di usia dini bisa mengakibatkan komplikasi saat persalinan akibat disproporsi antara ukuran kepala bayi dan panggul ibu (disproporsi sefalo-pelvik). Selain itu alat reproduksi remaja juga belum siap sepenuhnya. Masalah-masalah ini dapat mengakibatkan kesulitan sewaktu melahirkan bayi.

Page 2: Bahayanya Hamil Pada Usia Remaja Word

Di negara-negara yang sudah maju, biasanya problem ini diatasi dengan tindakan bedah Caesar. Namun, di negara berkembang di mana pelayanan kesehatan mungkin tidak tersedia, hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang bisa membahayakan nyawa si ibu dan bayinya.

Di negara kita, para remaja yang hamil biasanya terlambat bahkan tidak sama sekali mendapatkan pelayanan pre-natal (sebelum kelahiran) yang cukup. Padahal, pelayanan pre-natal sangat dibutuhkan untuk menjaga dan menunjang perkembangan bayi yang baik selama dalam kandungan serta kesehatan daripada si ibu sendiri. Contoh pelayanan pre-natal yang utama adalah peran dokter atau bidan dalam memberikan informasi serta men-cukupkan kebutuhan gizi bagi ibu dan anaknya. Komplikasi yang ditimbulkan karena tidak cukupnya pelayanan pre-natal antara lain kelahiran bayi dengan berat badan rendah (di bawah 2,5 kilogram), kelahiran prematur, dan pre-eklampsia.

Selain risiko fisik, masih ada risiko lain yakni risiko psikis dan sosial-ekonomi. Beberapa pe-nelitian menunjukkan bahwa risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan pada remaja, khususnya yang berusia 15-19 tahun, lebih dikarenakan faktor sosial-ekonomi daripada bio-logis. Di sini, yang terganggu adalah jiwa atau batin mereka, karena pada usia tersebut remaja putri biasanya belum siap secara mental dan finansial untuk mengasuh dan menghidupi seorang bayi. Masa remaja memang merupakan masa peralihan dari anak ke dewasa, yang sering ditandai dengan ketidakstabilan emosional, berubah-ubahnya selera dan gaya hidup, pencarian jati diri, dan masa modelling atau meniru-niru orang lain yang dianggap lebih hebat. Keadaan psikologis mereka sendiri belum stabil, apalagi saat mereka dihadapkan pada tanggung jawab mengandung, melahirkan, dan mengasuh anak.

Kehamilan pada usia remaja juga berimplikasi pada kehidupan si remaja selanjutnya. Remaja dengan kehamilan dini biasanya tidak menyelesaikan pen-didikannya (putus sekolah). Belum lagi remaja yang memilih untuk menjadi orangtua tunggal. Kurangnya pendidikan akan berdampak menganggur dalam waktu yang lama ataupun pilihan pekerjaan dengan upah yang rendah. Kedua hal ini sama-sama me-nimbulkan tekanan ekonomi yang kuat pada si remaja. Selain stres emosional yang dirasakan, penghasilan yang rendah berujung pada ketidak-layakan lingkungan tempat tinggal dan ketidak-mampuan untuk mengusahakan pelayanan kesehatan bahkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Seorang ibu yang masih remaja juga biasanya mengalami alienasi (pengasingan) dari lingkungan pergaulan dan keluarganya. Kehamilan dapat me-nimbulkan tekanan yang cukup besar dalam hubungan muda-mudi. Di perkotaan, masih ada stigma atau pandangan negatif masyarakat yang menempel pada para ibu remaja. Stigma tersebut dapat mempengaruhi cara pandang si ibu remaja tentang kemampuannya mengasuh anak, perasaan menjadi seorang ibu secara umum, dan bahkan tentang dirinya sendirinya. Perlakuan negatif yang ditujukan padanya dapat mengikis kepercayaan diri dan perasaan berharga sebagai seorang manusia. Hal-hal tersebut

Page 3: Bahayanya Hamil Pada Usia Remaja Word

menyebabkan risiko depresi pascamelahirkan yang lebih tinggi pada wanita remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dewasa.

Risiko Kehamilan di Usia Muda

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, serta adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. Berikut ini beberapa risiko yang ditanggung ibu dan anak pada kehamilan di usia remaja:

Risiko bagi ibunya :

� Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Padahal tambahan zat besi dalam tubuh sangat baik untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, terutama untuk membentuk sel darah merah janin dan plasenta.

� Mengalami perdarahan.

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga dapat disebabkan oleh selaput ketuban stosel atau pembekuan darah yang tertinggal di dalam rahim. Ada juga kemungkinan perdarahan akibat proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.

� Kemungkinan keguguran / abortus.

Hamil pada usia muda sangat rentan terhadap risiko terjadinya keguguran. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja, misalnya karena terkejut, cemas, atau stres. Selain itu, faktor-faktor alamiah juga dapat berperan, misalnya karena janin terlalu lemah untuk bertahan hidup. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga nonprofesional yaitu aborsi yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat. Akibatnya timbul efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian.

� Persalinan yang lama dan sulit.

Biasanya persalinan pada remaja putri disertai komplikasi. Penyebab persalinan yang terlalu lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan kontraksi dan mengejan, serta pimpinan persalinan yang salah.

Page 4: Bahayanya Hamil Pada Usia Remaja Word

� Kematian ibu

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena melakukan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh tenaga nonprofesional juga cukup tinggi.

Risiko bagi bayinya :

� Persalinan prematur

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan. Persalinan prematur berdampak buruk bagi bayi, karena organ tubuh bayi yang belum siap sepenuhnya untuk hidup di luar rahim ibu, dipaksa untuk berfungsi saat ia dilahirkan lebih cepat ke dunia.

� Berat badan lahir rendah

Di sini berarti bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kilogram. Berat badan bayi saat lahir yang rendah dipengaruhi gizi saat hamil yang kurang, karena usia ibu yang terlampau muda belum paham mengenai makanan bergizi yang baik dikonsumsi saat hamil. Terkadang mereka makan banyak, tapi bukan makanan dengan nutrisi seimbang. Apalagi, pada usia tersebut si ibu juga sedang butuh banyak gizi karena sedang dalam masa pertumbuhan. Sedangkan cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, kurangnya pemeriksaan kehamilan, serta keadaan psikologi ibu kurang stabil.

� Cacat bawaan

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus toksoplasma dan rubela, serta kelainan hormon. Jika pada kehamilan yang cukup usia dan �dipersiapkan� dengan baik, cacat bawaan dapat diminimalisir dengan melakukan pemeriksaan atau tes laboratorium (misalnya tes TORCH) untuk mengetahui kemungkinan tersebut. Cacat bawaan pada kehamilan dini juga bisa terjadi karena proses pengguguran sendiri yang gagal (seperti dengan minum obat-obatan, loncat-loncat, dan memijat perutnya sendiri) dan aborsi yang tidak dilakukan tenaga profesional. (niq)

Dari berbagai sumber

http://www.hanyawanita.com/_mother_child/parenting/article.php?article_id=9505