bakteri patogen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bakteri patogen adalah bakteri yang mampu menyebabkan penyakit. Manusia umumnya paling tertarik pada spesies bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, meskipun bakteri ini juga dapat menginfeksi hewan dan tumbuhan lainnya. Beberapa contoh bakteri patogen penting termasuk Streptococcus, Staphylococcus, Tuberkulosis, dan Escherichia coli, di antara banyak lainnya. Di seluruh dunia, bakteri ini menjelaskan banyak penyakit dan wabah penyakit.Bakteri intraseluler adalah bakteri patogen yang selalu menyebabkan penyakit ketika mereka memasuki tubuh manusia, berbeda dengan bakteri kondisional, yang dapat menyebabkan infeksi dan penyakit dalam keadaan tertentu. Banyak bakteri yang kondisional, mengambil keuntungan seperti dari luka terbuka untuk menduplikasi diri mereka sendiri dan menyebarkan penyakit. Bakteri oportunistik adalah bakteri yang biasanya tidak menyebabkan penyakit, tetapi akan terjadi jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang tertekan.

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak

    disekitar kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat

    dengan kita pun juga terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan

    banyak hal lainnya. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang

    cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit

    tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan ada gelaja awal yang

    biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita masyarakat dapat

    mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang

    akan dberikannya.

    Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal

    terjangkitnya bakteri, salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran

    pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran

    pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi

    banyak masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang ditimbulkan.

    Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri adalah diare, gejala

    awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi jika

    terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan fatal. Maka dari itu,

    bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak pada saat ini.

  • 2

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa Definisi Bakteri Patogen?

    2. Bagaimana Proses Bakteri Dalam Menimbulkan Penyakit ?

    3. Apa Saja Contoh Dari Beberapa bakteri Patogen?

    1.3 Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

    1. Definisi Patogenesis Pada Bakteri

    2. Proses Bakteri Menimbulkan Penyakit

    3. Contoh contoh Patogenesis Dari Beberapa bakteri

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi Patogenesis

    Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada

    inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya

    istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau

    tumbuhan multiseluler (Warren, 2008).

    Patogenesitas adalah kemampuan pathogen menyebabkan penyakit,

    sedangkan inokulum adalah patogen atau bagian patogen yang dapat

    meyebabkan infeksi (Agrios, 1996). Patogen diklasifikasikan ke dalam beberapa

    jenis, yaitu virus, bakteri, fungi, dan nematoda.

    Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan

    penyakit pada inang misalnya bakteri. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan

    inang dimulai dari permukaan kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi,

    saluran urogenitalia. Sedangkan Patogenesis sendiri adalah mekanisme infeksi

    dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh

    mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi

    berbeda dengan penyakit.

    Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada

    patogenitasnya. Dengan kriteria ini, bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu agen

    penyebab penyakit, patogen oportunistik, nonpatogen. Agen penyebab penyakit

    adalah bakteri patogen yang menyebabkan suatu penyakit (Salmonella spp.).

    Patogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika

    mekanisme pertahanan inang diperlemah (contoh Escherichia coli menginfeksi

    saluran urin ketika sistem pertahanan inang diperlemah. Nonpatogen adalah

    bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat

    menjadi patogen karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi

    modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi.

    Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi

    berbanding lurus dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit.

    Tingkat virulensi dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang,

    mekanisme pertahanan inang, dan faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental

  • 4

    virulensi diukur dengan menentukan jumlah bakteri yang menyebabkan

    kematian, sakit, atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi.

    Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya

    sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau

    mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan

    pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan

    patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan

    penyakit.

    Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan

    berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.

    Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup

    yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

    Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan

    terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam

    tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan karena

    beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam

    tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat

    tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi

    dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.

    Mikroba patogen diketahui memasuki inang melalui organ-organ tubuh antara

    lain :

    1. Saluran pernapasan, melalui hidung dan mulut yang dapat menyebabkan

    penyakit saluran pernapasan seperti salesma, pneumonia, tuberculosis

    dll.

    2. Saluran pencernaan melalui mulut yang dapat menyebabkan penyakit

    tifus, para tifus, disesntri dll.

    3. Kulit dan selaput lendir. Adanya luka meskipun kecil dapan

    memungkinkan mikroba seperti staphylicoccus yang menyebabkan

    bisul,dll.

    4. Saluran urogenital

    5. Darah

  • 5

    2.2 Jalan Masuk Mikroorganisme Ke Tubuh Inang

    Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai

    macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental.

    Banyak bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang melalui

    membran mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari,

    konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak

    mata.

    2.2.1 Saluran pernapasan

    Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme

    infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk

    partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak,

    tuberculosis, dan cacar air.

    2.2.2 Saluran pencernaan

    Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan

    makanan atau minuman dan melalui jari jari tangan yang terkontaminasi

    mikroorganisme pathogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan

    oleh asam klorida( HCL ) dan enzim enzim di lambung, atau oleh empedu dan

    enzim di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbulkan

    penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera.

    Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat ditransmisikan ke

    inang lainnya melalui air, makanan, atau jari jari tangan yang terkontaminasi.

    2.2.3 Kulit

    Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang

    tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas

    mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah

    terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.

    Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah

  • 6

    kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut

    rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat

    membuka rute infeksi parenteral.

    2.2.4 Rongga mulut

    Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme.

    Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi

    mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan

    Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi.

    Hasil fermentasi metabolisme, menghidrolisis sukrosa menjadi komponen

    monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferasi selanjutnya

    merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula utama yang

    difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan dekstran menempel

    pada permukaan gigi dan membentuk plak gigi. Populasi bakteri plak didominasi

    oleh Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak sangat tidak

    permeable terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri tidak

    dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan enamel gigi

    tepat plak tersebut melekat.

    2.3 Kolonisasi

    Tahap pertama dari infeksi mikroba adalah kolonisasi: pembentukan patogen

    di portal masuk yang tepat. Patogen biasanya menjajah jaringan inang yang

    berhubungan dengan lingkungan eksternal.

    Faktor yang mendasari Mekanisme Patogenisitas Bakteri adalah sebagai berikut

    1. Invasiveness adalah kemampuan untuk menyerang jaringan. Ini meliputi

    mekanisme untuk kolonisasi (kepatuhan dan multiplikasi awal), produksi

    zat ekstraselular yang memfasilitasi invasi (invasins) dan kemampuan

    untuk memotong atau mengatasi mekanisme pertahanan inang.

    2. Toxigenesis adalah kemampuan bakteri untuk menghasilkan racun.

    Bakteri dapat menghasilkan dua jenis racun disebut exotoxins dan

    endotoksin.

  • 7

    o Exotoxins adalah racun yang dilepaskan dari sel bakteri dan dapat

    bertindak di bagian jaringan yang menghapus situs pertumbuhan

    bakteri.

    o Endotoksin dapat dilepaskan dari pertumbuhan sel-sel bakteri

    hasil dari pertahanan inang efektif (misalnya lisozim) atau

    kegiatan antibiotik tertentu.

    2.4 Kerentanan Inang

    Kerentanan terhadap infeksi bakteri tergantung pada kondisi fisiologis

    dan imunologis inang dan virulensi bakteri. Pertahanan inang terhadap infeksi

    bakteri adalah mekanisme nonspesifik dan spesifik (antibodi). Mekanisme

    nonspesifik dilakukan oleh sel-sel neutrofil dan makrofag. Perkembangan

    imunitas spesifik seperti respons antibodi memerlukan waktu beberapa minggu.

    bakteri flora normal kulit dan permukaan mukosa juga memberi perlindungan

    terhadap kolonisasi bakteri patogen.

    Pada individu sehat, bakteri flora normal yang menembus ke tubuh dapat

    dimusnahkan oleh mekanisme humoral dan seluler inang. Contoh terbaik tentang

    kerentanan adalah AIDS, di mana limfosit helper CD4+ secara progresif

    berkurang 1/10 oleh virus imunodefisiensi (HIV). Mekanisme resistensi

    dipengaruhi oleh umur, defisiensi, dan genetik. Sistem pertahanan (baik spesifik

    maupun nonspesifik) orang lanjut usia berkurang. Sistem imun bayi belum

    berkembang, sehingga rentan terhadap infeksi bakteri patogen. Beberapa

    individu memiliki kelainan genetik dalam sistem pertahanan.

    Resistensi inang dapat terkompromi oleh trauma dan penyakit lain yang

    diderita. Individu menjadi rentan terhadap infeksi oleh berbagai bakteri jika kulit

    atau mukosa melonggar atau rusak (terluka). Abnormalitas fungsi silia sel

    pernafasan mempermudah infeksi Pseudomonas aeruginosa galur mukoid.

    Prosedur medis seperti kateterisasi dan intubasi trakeal menyebabkan bakteri

    normal flora dapat masuk ke dalam tubuh melalui plastik intravena). .

    Banyak obat diproduksi dan dikembangkan untuk mengatasi infeksi bakteri.

    Agen antimikroba efektif melawan infeksi bakteri jika sistem imun dan fagosit

  • 8

    inang turut bekerja. Namun terdapat efek samping penggunaan antibiotik, yaitu

    kemampuan difusi antibiotik ke organ nonsasaran (dapat mengganggu fungsi

    organ tersebut), kemampuan bertahan bakteri terhadap dosis rendah

    (meningkatkan resistensi), dan kapasitas beberapa organisme resisten terhadap

    multi-antibiotik.

    2.5 Contoh patogenesis bakteri pathogen

    2.5.1 Bakteri pada Saluran Pencernaan

    Saluran pencernaan terdapat berbagai penyakit yang dapat terjadi. Salah

    satu penyebabnya adalah bakteri. Begitu banyak bakteri yang dapat menjangkit

    saluran pencernaan. Maka dari itu akan diperkenalkan bakteri-bakteri yang

    terdapat pada saluran pencernaan.

    2.5.1.1 Escherichia coli

    Gambar 2.1 Escherichia coli

    2.5.1.1.1 Ciri-ciri:

    Berbentuk batang

    Bakteri gram negatif

    Tidak memiliki spora

    Memiliki pili

    Anaerobik fakultatif

    Suhu optimum 370C

    Flagella peritrikus

    Dapat memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan gas

    Patogenik, menyebabkan infeksi saluran kemih

  • 9

    2.5.1.1.2 Habitat

    Habitat utama Escherichia coli adalah dalam saluran pencernaan

    manusia tepatnya di saluran gastrointestinal dan juga pada hewan berdarah

    hangat. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C,

    optimum pada 37 derajat. Total bakteri ini sekitar 0,1% dari total bakteri dalam

    saluran usus dewasa.

    2.5.1.1.3 Virulensi dan Infeksi

    Penyebab diare dan Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran

    usus). Infeksi melalui konsumsi air atau makanan yang tidak bersih. Racunnya

    dapat menghancurkan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan dan dapat

    memasuki aliran darah dan berpindah ke ginjal dan hati. Menyebabkan

    perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak dan orang tua.

    Escherichia coli dapat menyebar ke makanan melalui konsumsi makanan

    dengan tangan kotor, khususnya setelah menggunakan kamar mandi. Solusi

    untuk penyebaran bakteri ini adalah mencuci tangan dengan sabun.

    2.5.1.1.4 Patogenesis

    Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare

    Escherichia coli sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap

    grup klasifikasinya memiliki mekanisme penularan yang berbeda-beda.

    Contohnya :

    Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC)

    Escherichia coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC

    melekatkan diri pada sel mukosa kecil. Faktor yang diperantarai oleh kromosom

    akan menimbulkan pelekatan yang kuat. Pada usus halus, bakteri ini akan

    membentuk koloni dan menyerang pili sehingga penyerapannya terganggu.

    Akibatnya adalah adanya diare cair yang biasanya sembuh diri tetapi dapat juga

    menjadi kronik.

    Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC)

    Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di Negara

    berkembang. Bakeri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel

  • 10

    manusia. EAEC menproduksi hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan

    ETEC.

    2.5.1.1.5 Penularan

    Penularan pada bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang terinfeksi

    secara langsung, seperti :

    Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah

    dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor

    Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau

    membersihkan tinja yang terinfeksi, sehingga kontaminasi perabotan dan

    alat-alat yang dipegang.

    2.5.1.2 Salmonella sp.

    Gambar 2.2 Salmonella sp.

    2.5.1.2.1 Ciri-ciri:

    Batang gram negatif

    Terdapat tunggal

    Tidak berkapsul

    Tidak membentuk spora

    Peritrikus

    Aerobik, anaerobik fakultatif

    Patogenik, menyebabkan gastroenteritis

    2.5.1.2.2 Habitat

    Terdapat pada kolam renang yang belum diklorin, jika terkontaminasi

    melalui kulit,akan tumbuh dan berkembang pada saluran pencernaan manusia.

  • 11

    2.5.1.2.3 Infeksi

    Masuk ke tubuh orang melalui makanan atau minuman yang tercemar

    bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran pencernaan

    sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan mengalami diare, sari makanan

    yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita

    akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan bakteri salmonella

    menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita, bahkan yang sedang

    hamilpun dapat mengalami keguguran. Satwa yang bisa menularkan bakteri

    salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan burung.

    2.5.1.2.4 Patogenesis

    Menghasilkan toksin LT.

    Invasi ke sel mukosa usus halus.

    Tanpa berproliferasi dan tidak menghancurkan sel epitel.

    Bakteri ini langsung masuk ke lamina propria yang kemudian menyebabkan

    infiltrasi sel-sel radang.

    2.5.1.2.5 Penularan

    Melalui makanan yang erat kaitannya dengan perjamuan makanan.

    Terjadi sakit perut yang mendadak. Jadi, melalui kontar makanan yang terjangkit

    atau terkontaminasi bakteri.

    2.5.1.3 Clostridium perfringens

    Gambar 2.3 Clostridium perfringens

  • 12

    2.5.1.3.1 Ciri-ciri:

    Batang gram positif

    Terdapat tunggal, barpasangan, dan dalam rantai

    Berkapsul

    Sporanya ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik

    Anaerobik

    Menghasilkan eksotoksin, menyebabkan kelemayuh (suatu infeksi

    jaringan disertai gelembung gas dan keluarnya nanah)

    Spesies bakteri ini dibagi menjadi enam tipe, A sampai F, berdasarkan pada

    toksin-toksin yang secara antigenik berbeda, yang dihasilkan oleh setiap galur.

    Tipe A adalah galur yang menyebabkan keracunan makanan oleh perfingens.

    Peracunan disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora di

    rongga usus. Spora akan menghasilkan eksotoksin yang enterostatik sehingga

    menyebabkan penyakit.

    2.5.1.3.2 Habitat

    Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan sering terdapat di dalam usus

    manusia, hewan peliharaan dan hewan liar. Spora organisme ini dapat bertahan

    di tanah, endapan, dan tempat-tempat yang tercemar kotoran manusia atau

    hewan.

    2.5.1.3.3 Infeksi dan virulensi

    Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan perfringens yang

    merupakan istilah yang digunakan untuk keracunan makanan yang disebabkan

    oleh Clostridium perfringens

    Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram perut dan

    diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang

    mengandung banyak Clostridium perfringens penghasil toxin penyebab

    keracunan makanan. Keracunan perfringens didiagnosis dari gejala-gejalanya

    dan waktu dimulainya gejala yang agak lama setelah infeksi. Lamanya waktu

  • 13

    antara infeksi dan timbulnya gejala merupakan ciri khas penyakit ini. Diagnosis

    dipastikan dengan memeriksa adanya racun dalam kotoran pasien. Konfirmasi

    secara bakteriologis juga dapat dilakukan apabila ditemukan sangat banyak

    bakteri penyebab penyakit di dalam makanan atau di dalam kotoran pasien.

    Dalam sebagian besar kasus, penyebab sebenarnya dari keracunan oleh

    Clostridium perfringens adalah perlakuan temperatur yang salah pada makanan

    yang telah disiapkan. Sejumlah kecil organisme ini seringkali muncul setelah

    makanan dimasak, dan berlipat ganda hingga tingkat yang dapat menyebabkan

    keracunan selama proses pendinginan dan penyimpanan makanan. Daging,

    produk daging, dan kaldu merupakan makanan-makanan yang paling sering

    terkontaminasi.

    Keracunan perfringens paling sering terjadi dalam kondisi pemberian

    makan bersama (misalnya di sekolah, kantin, rumah sakit, rumah-rumah

    perawatan, penjara, dll.) di mana sejumlah besar makanan disiapkan beberapa

    jam sebelum disajikan.

    2.5.1.3.4 Patogenesis

    Menghasilkan toksin LT

    Toksin merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus yang

    mengakibatkan bertambahnya konsentrasi cAMP sehingga hipersekresi

    air dan klorida dalam usus.

    Hal ini mengakibatkan reabsorpsi Na terhambat dan menyebabkan diare.

    Peracunan disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora

    di rongga usus. Pengobatannya hanya menghilangkan gejala karena tidak ada

    pengobatan lain yang khusus.

    2.5.1.3.5 Penularan

    Menelan makanan yang terkontaminasi oleh tanah dan tinja dimana

    makanan tersebut sebelumnya disimpan dengan cara yang memungkinkan

    kuman berkembangbiak.

  • 14

    2.5.2 Bakteri Patogen Saluran Urogenital

    2.5.2.1 Treponema pallidum

    Gambar 2.4 Treponema pallidum

    2.5.2.1.1 Karakteristik

    Mikroorganisme ini halus, berpilin ketat dengan ujung meruncing dan

    terdiri dari 6 sampai 14 spiral; berukuran lebar 0,25 sampai 0,3 um dan panjang

    6 sampat 15 um. Organisme ini dapat dikenali paling jelas pada suatu spesimen

    klinis yang berasal dari luka sifilitik stadium primer dan sekunder dibawah

    mikroskop medan gelap ; ini jelas terlihat dari bentuk spiral dan pergerakannya

    yang seperti putaran pembuka sumbat.

    Treponema pallidum mempunyai membran luar, atau selongsong yang

    disebut periplas yang melingkungi komponen-komponen dalam sel

    (keseluruhannya disebut silinder protoplasma). Suatu filamen aksial, yang terdiri

    dari tiga sampai enam fibril, terletak diantara periplas dan silinder protoplasma.

    Treponema pallidum yang virulen belum berhasil di biakkan secara in

    vitro. Galur-galur Treponema pallidum yang non virulen (tidak patogenik), seperti

    galur Reiter dan Noguchi, telah berhasil dibiakkan invitro dan menjadi sumber

    antigen untuk uji-uji diagnostik laboratoris.

    2.5.2.1.2 Patogenitas

    Sifilis disebabkan oleh bakteri yang disebut spiroketa. Penyebarannya

    tidak seluas gonorea, tetapi lebih menakutkan karena kerusakan yang mungkin

    ditimbulkannya lebih besar. Seperti gonorea, penyakit ini disebarkan melalui

    kontak langsung dengan luka-luka pada orang yang ada pada stadium menular.

  • 15

    Spiroketa, seperti gonokokus, adalah mikrobe yang tidak tahan berada di luar

    tubuh manusia, sehingga kemungkinan tertulari dari benda mati sangat kecil.

    Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh sewaktu terjadi hubungan

    kelamin melalui luka-luka goresan yang amat kecil pada epitel, dengan cara

    menembus selaput lendir yang utuh ataupun mungkin melalui kulit yang utuh

    lewat kantung rambut. Masa inkubasi sifilis berkisar 10-90 hari (rata-rata 21 hari)

    setelah infeksi. Bila tidak diobati, sifilis dapat timbul dalam beberapa stadium

    penyakit.

    Sifilis berjangkit secara alamiah hanya pada manusia dan terutama

    ditularkan lewat hubungan kelamin atau dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya

    (sifilis bawaan atau sebelum lahir) lewat ari-ari. Pada kasus yang tidak diobati

    25% di antara janin meninggal meninggal sebelum lahir 25-30% meninggal

    segera setela dilahirkan yang lain menunjukkan gejala komplikasi lanjut

    (misalnya menjadi tuli).Sejumlah besar treponema dalarn darah dan jaringan

    musnah selama sifilis sekunder. Penisilin adalah adalah antibiotik yang dipilih

    untuk pengobatan sifilis.

    2.5.2.1.3 Diagnosa

    Diagnosa sifilis biasanya dapat ditentukan dari gabungan informasi

    mengenai gejala, sejarah eksposi, dan uji darah yang positif atau dengan

    pemeriksaan mikroskop medan gelap.

    Hasil positif pengamatan luka dengan mikroskop medan gelap (untuk sifat

    morfologis dan pergerakan spiroketa) adalah cara satu-satunya untuk membuat

    diagnosis sifilis primer yang pasti. Untuk sifilis sekunder juga, diagnosis yang

    pasti bergantung kepada pemeriksaan dengan mikroskop medan gelap terhadap

    eksudat dari luka basah pada kulit dan bukan pada mulut. (Rongga mulut

    mungkin banyak mengandung spiroketa yang bukan penyebab sifilis). Uji-uji

    serologis sifilis reaktif atau dapat diandalkan pada stadium kedua penyakit ini.

    2.5.2.1.4 Epidimologi

    Sejak 1962, kasus-kasus sifilis di Amerika Serikat yang dilaporkan

    bertambah setiap tahunnya sekurang-kurangnya 4,7%. Seperti gonorae, jumlah

    sifilis dini (kasus primer, sekunder dan laten dini) yang dilaporkan tidak

  • 16

    merupakan indikasi insiden yang sebenamya, karena kebanyakan kasus tidak

    dilaporkan.

    2.5.2.1.5 Pencegahan

    Tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan

    kondom sangat efektif. Untuk masyarakat, cara utama pencegahan sifilis ialah

    melalui pengendalian yang meliputi pemeriksaan serologis dan pengobatan

    penderita.

    2.5.2.2 Leptospira interoogans

    2.5.2.2.1 Klasifikasi

    Kingdom : Monera

    Phylum : Spirochaetes

    Class : Spirochaetes

    Order : Spirochaetales

    Family : Leptospiraceae

    Genus : Leptospira

    Species : Leptospira interoogans

    2.5.2.2.2 Karakteristik

    Ciri-ciri bakteri Leptospira antara lain berbentuk spiral, dapat hidup di air

    tawar selama satu bulan, bersifat patogen dan saprofitik. Spesies Leptospira

    yang mampu menyebabkan penyakit (patogen) bagi manusia adalah Leptospira

    interrogans. Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen berbentuk spiral

    termasuk genus Leptospira, famili leptospiraceae dan ordo spirochaetales.

    Spiroseta berbentuk bergulung-gulung tipis, motil, obligat, dan berkembang pelan

    secara anaerob.

    Setiap spesies leptospira terbagi menjadi puluhan serogrup dan terbagi

    lagi menjadi puluhan, bahkan ratusan serovar. Saat ini, Leptospira interrogans

    yang bersifat patogen telah dikenal lebih dari 200 serovar. Jasad renik ini

    biasanya hidup di dalam ginjal host dan dikeluarkan melalui air kencing (urin)

    saat berkemih. Host tersebut antara lain tikus, babi, kambing, domba, kuda,

    anjing, kucing, kelelawar, tupai dan landak. Tikus sering menjadi host bagi

  • 17

    berbagai serovar leptospira. Akan tetapi, Leptospirosis akan mati apabila masuk

    ke air laut, selokan, dan air kemih manusia.

    Leptospira dapat menginfeksi sekurangnya 160 spesies mamalia

    diantaranya adalah tikus, babi, anjing, kucing, rakun, lembu, dan mamalia

    lainnya. Resevoar paling utama adalah binatang pengerat dan tikus adalah yang

    paling sering ditemukan di seluruh belahan dunia. Di Amerika yang paling utama

    adalah anjing, ternak, tikus, binatang buas dan kucing.

    2.5.2.2.3 Penularan

    Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda,

    anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan

    paling sering melalui binatang tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian

    masuk ke dalam tubuh manusia melalui: permukaan kulit yang terluka, selaput

    lender mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang

    terkontaminasi setitik urine tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan

    dan diminum manusia. Urine tikus yang mengandung bibit penyakit leptospirosis

    dapat mencemari air di kamar mandi atau makanan yang tidak disimpan pada

    tempat yang aman.

    Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama

    penyebab leptospirosis. Beberapa jenis hewan lain seperti sapi, kambing,

    domba, kuda, babi, anjing dapat terserang leptospirosis, tetapi potensi hewan-

    hewan ini menularkan leptospirosis ke manusia tidak sehebat tikus. Leptospirosis

    tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi leptospirosis

    adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa

    menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan

    ginjal. Saat kuman masuk ke ginjal akan melakukan migrasi ke interstitium,

    tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan nekrosis

    tubular. Ketika berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya disebabkan karena

    kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas

    kapiler.

  • 18

    2.5.2.2.4 Gejala

    Infeksi leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan

    kadang asimtomatis (tanpa gejala), sehingga sering terjadi misdiagnosis. Hampir

    15-40% penderita yang terpapar infeksi tidak mengalami gejala tetapi

    menunjukkan. serologi positif.

    Pada leptospirosis umumnya terdapat riwayat terpapar hewan terinfeksi,

    baik secara langsung maupun tidak langsung. Masa inkubasi berlangsung

    selama 7-12 hari, disusul fase leptospiremia selama 4-7 hari. Pada fase ini

    dijumpai gejala mirip flu (Flu Like Syndrome) berupa demam, menggigil, sakit

    kepala hebat, mual, muntah, nyeri otot (terutama betis, pinggang, atau punggung

    belakang). Kadang-kadang nyeri tenggorokan dan terdapat gejala paru berupa

    batuk, nyeri dada, maupun hemoptisis (batuk darah).

    Kemudian setelah fase ini, pasien masuk kedalam fase bebas /

    asimptomatik (gejala hilang) selama 2 hari. Lalu kemudian gejala akan muncul

    kembali, dan penderita masuk ke dalam fase imun, dimana telah timbul antibody,

    dan leptospira tidak ada di darah tetapi ada di ginjal, urine, dan aqueous humor.

    Fase ini biasanya berlangsung selama 4-30 hari, dimana gejalanya mirip fase

    awal, namun biasanya demam tidak setinggi fase awal, juga nyeri otot tak

    seberat fase pertama. Pada fase ini dapat dijumpai meningitis, uveitis, gangguan

    fungsi hati dan ginjal, serta kelainan di paru-paru.

    Terdapat varian leptospirosis yang lebih berat, yang biasanya disebut

    Weil Syndrome. Gejalanya adalah leptospirosis ditambah ikterus (mata kuning),

    perdarahan, gangguan jantung, paru, dan neurologik, serta mempunyai angka

    mortalitas yang tinggi. Penyebabnya adalah infeksi leptospira serovarian

    icterohemoragika / copenhagoni. Pada permulaan, penyakit berjalan seperti

    biasa, namun setelah 4-9 hari timbul ikterus, disfungsi hati dan ginjal, ikterus

    berwarna kemerahan (rubinic jaundice) dan memberi warna oranye pada kulit,

    kencing warna gelap, hepatomegali (pembesaran hati), peningkatan bilirubin dan

    alkali fosfatase, serta peningkatan ringan SGOT dan SGPT.

    Gangguan fungsi ginjal biasanya berlangsung pada minggu kedua, yang

    timbul sebagian akibat hipovolemia, dan penurunan perfusi ginjal yang kadang-

  • 19

    kadang sampai memerlukan dialisis (cuci darah). Namun bila penyebab sudah

    teratasi, fungsi ginjal dapat pulih kembali.

    2.5.2.2.5 Diagnosis

    Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk konfirmasi diagnosis dan

    mengetahui sejauh mana gangguan organ tubuh dan komplikasi yang terjadi.

    Isolasi (pengambilan) kuman leptospira dari jaringan lunak atau

    cairan tubuh penderita adalah standar kriteria baku. Urin adalah cairan

    tubuh yang palih baik untuk diperiksa karena kuman leptospira terdapat

    dalam urin sejak gejala awal penyakit dan akan menetap hingga minggu

    ke-3. Cairan tubuh lainnya yang mengandung leptospira adalah darah,

    cerebrospinal fluid (CSF) tetapi rentang peluang untuk ditemukan isolasi

    kuman sangat pendek

    Jaringan hati, otot, kulit dan mata adalah sumber identifikasi

    penemuan kuman leptospira. Isolasi leptospira cenderung lebih

    sulit dan membutuhkan waktu diantaranya dalam hal referensi

    laboratorium dan membutuhkan waktu beberapa bulan untuk melengkapi

    identifikasi tersebut.

    Spesimen serum akut dan serum konvalesen dapat digunakan untuk

    konfirmasi diagnosis. Tetapi, konfirmasi diagnosis ini lambat karena

    serum akut diambil saat 1-2 minggu setelah gejala awal timbul dan serum

    konvalesen diambil 2 minggu setelah itu.

    Metoda laboratorium cepat dapat merupakan diagnosis yang cukup baik.

    bermakna.

    2.5.2.2.6 Pengobatan

    Pengobatan awal memegang peranan penting; penggunaan pencilin dan

    streptomisin dianjurkan. Pengobatan tidak berguna bila terjadi kerusakan pada

    ginjal. Streptomisin pada dosis yang tinggi dapat mencegah carrier.

    2.5.2.2.7 Pencegahan

    Bila leptospirosis merupakan wabah maka pencegahan utama yang

    dilakukan adalah pengendalian tikus dan pencemaran air. Leptospira dapat

  • 20

    bertahan dalam air yang bersifat basa selama beberapa hari, namun hanya

    dapat bertahan dalam sampah selama 12 jam; mikroorganisme ini sangat peka

    terhadap kering dan panas. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara

    vaksinasi. Perlindungan yang ditimbulkan kira-kira satu tahun.

  • 21

    sBAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan penyakit

    pada inang misalnya bakteri. Sedangkan Patogenesis sendiri adalah mekanisme

    infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang

    oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang.

    Infeksi berbeda dengan penyakit. Mikroba patogen diketahui memasuki inang

    melalui organ-organ tubuh antara lain :

    1. Saluran pernapasanSaluran pencernaan

    2. Kulit dan selaput lendir.

    3. Saluran urogenital

    4. Darah

    Contoh patogenesis bakteri pathogen

    1. Escherichia coli

    2. Salmonella sp.

    3. Clostridium perfringens

    4. Treponema pallidum

    5. Leptospira interoogans

    3.2 Saran

    Bakteri makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaanya. Maka jika

    terjangkit salah satu penyakit dari bakteri kita jangan meremehkan gejala awal

    yang dialami karena umumnya gejala awalnya sangat biasa. Karena jika

    diremehkan bisa saja menjadi akut. Harus mengikuti tahap-tahap pencegahan

    yaitu dengan menjaga kebersihan diri.