32
Vol. V Maret - April 2012 Edisi 75 MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI SULAWESI SELATAN : CATATAN DARI ANALISA KEUANGAN PUBLIK 2012 PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN UNTUK PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN FISHERIES RESOURCE MANAGEMENT FOR ISLANDS LAHIRNYA PERDA PENANGGULANGAN MALARIA Birth of a Malaria Perda bringing about a Malaria-free South Halmahera M E M B E B A S K A N H A L M A H E R A S E L A T A N D A R I M A L A R I A MEMBEBASKAN HALMAHERA SELATAN DARI MALARIA MERAJUT CABIKAN SATU POSO KITA LAHIRNYA PERDA PENANGGULANGAN MALARIA Birth of a Malaria Perda bringing about a Malaria-free South Halmahera

BaKTI News Edisi 75

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BaKTI News edisi Maret - April 2012

Citation preview

Page 1: BaKTI News Edisi 75

Vol. V Maret - April 2012 Edisi 75

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI SULAWESI SELATAN : CATATAN DARI ANALISA KEUANGAN PUBLIK 2012

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN UNTUK PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUANFISHERIES RESOURCE MANAGEMENT FOR ISLANDS

LAHIRNYA PERDA PENANGGULANGAN MALARIABirth of a Malaria Perda bringing about

a Malaria-free South Halmahera

MEMBEBASKAN HALMAHERA SELATAN

DARI MALARIA

MEMBEBASKAN HALMAHERA SELATAN

DARI MALARIA

MERAJUT CABIKAN SATU POSO KITA

LAHIRNYA PERDA PENANGGULANGAN MALARIABirth of a Malaria Perda bringing about

a Malaria-free South Halmahera

Page 2: BaKTI News Edisi 75

EditorMILA SHWAIKO

VICTORIA NGANTUNGForum KTI

ZUSANNA GOSALITA MASITA IBNUEvents at BaKTI

SHERLY HEUMASSEWebsite of the MonthSTEVENT FEBRIANDYDatabase & NGO Profile

AFDHALIYANNA MA’RIFAHWebsite

AKRAM ZAKARIASmart Practices

CHRISTY DESTA PRATAMAInfo Book

SUMARNI ARIANTODesign Visual & Layout

ICHSAN DJUNAIDPertanyaan dan Tanggapan

RedaksiJI. DR.Sutomo No.26

Makassar 90113P : 62-411-3650320-22

F :62-411-3650323SMS BaKTINews 085255776165

E-mail: [email protected] juga bisa menjadi penggemar

BaKTINews di Facebook :www.facebook.com/yayasanbakti

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia.Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia.

BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.org dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet.

BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia [BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia.

BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakri.org and can be sent electronically to subscribers with internet access.

BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

31

DAFTAR ISI CONTENTS

3

7

9

11

13

16

19

21

23

24

27

28

29

30

Berkontribusi untuk BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000-1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris,ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style. Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

Menjadi Pelanggan BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silakan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau SMS 085255776165. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or SMS to 085255776165. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews diterbitkan oleh Yayasan BaKTI dengan dukungan Pemerintah Australia.BaKTINews is published by The BaKTI Foundation with support of the Government of Australia.

Pandangan yang dikemukakan tak sepenuhnya mencerminkan pandangan Yayasan BaKTI maupun Pemerintah Australia.

The views expressed do not necessarily reflect the views of Yayasan BaKTI and the Government of Australia.

Info Peluang

Website Bulan Ini

Profil LSMYayasan Compassion First Indonesia (YCFI) Manado

Kegiatan di BaKTI

Info Books

28

batukar.info Updates

1 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA

Sebenarnya ada banyak inisiatif yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan dalam berbagai bidang di Kawasan Timur Indonesia. Inisiatif-inisiatif inilah yang kami sebut Praktik Cerdas,

sebuah upaya atau kegiatan yang berhasil dilakukan untuk menjawab tantangan tertentu yang dihadapi oleh sebuah komunitas di daerah tertentu.

Praktik Cerdas berakar dari kearifan lokal, sehingga mudah ditiru atau direplikasi. Mungkin karena inisiatif yang lahir dari warga biasanya lebih mampu menjawab dengan baik masalah yang dihadapi

dan mengatasi gap yang kerap kali timbul dalam memperkenalkan inisiatif baru yang berasal dari luar komunitas.

Saat ini BaKTI sedang mencari Praktik Cerdas untuk dipresentasikan dalam Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia. Jika Anda melakukan kegiatan yang inovatif, partisipatif, dapat berlanjut,

dapat dipercaya, berpihak pada rakyat miskin dan berkeadilan gender, serta berdampak nyata.

PRAKTIK CERDAS2012

BaKTI percaya, setiap orang sudah bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Mungkin yang Anda kerjakan saat ini adalah satu di antaranya!

MARI BERGABUNG BERSAMA KAMI, MENGGUGAH SEMANGAT DAN BEKERJA BERSAMA DENGAN CARA BERBAGI PRAKTIK CERDAS YANG SEDANG ANDA KERJAKAN.

Kirimkan formulir yang kami sertakan pada BaKTINews edisi ini selambat-lambatnya

Kantor BaKTI Jl. Dr. Sutomo 26, Makassar, Sulawesi Selatan 90113Fax : 0411 3650323

Formulir dapat pula anda kirimkan via Fax atau Pos pada alamat :

melaluiEmail: [email protected]

Tanggal 31 Mei 2012 27

15

Alternatif Manajemen Lingkungan Masa Kini dan Mendatang Dalam Rangka Memperkuat Ketahanan Pangan di MalukuAlternative management of the present and future environment to enhance food security in Maluku

Membebaskan Halmahera Selatan dari MalariaLahirnya Perda Penanggulangan MalariaBirth of a Malaria Perda bringing about a Malaria-free South Halmahera

Workshop Tantangan dan Peluang Pelaksanaan Bantuan Hukum Di Indonesia: Catatan dari Kawasan Timur Indonesia

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik di Sulawesi Selatan : Catatan Dari Analisa Keuangan Publik 2012

Praktik Cerdas Sebagai Topik Penelitian yang Menarik

Merajut Cabikan Satu Poso Kita

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan untuk Pembangunan Wilayah KepulauanFisheries Resource Management for Islands

Peach Update

Langkah Awal Menggagas Standarisasi Pelayanan Ekowisata

Ini Penghargaan yang Luar Biasa!

Kita hanya Punya Satu Rumah

Mencegah Kebocoran Retribusi Parkir di Kota Jayapura dengan Adopsi Teknologi Informasi

Page 3: BaKTI News Edisi 75

EditorMILA SHWAIKO

VICTORIA NGANTUNGForum KTI

ZUSANNA GOSALITA MASITA IBNUEvents at BaKTI

SHERLY HEUMASSEWebsite of the MonthSTEVENT FEBRIANDYDatabase & NGO Profile

AFDHALIYANNA MA’RIFAHWebsite

AKRAM ZAKARIASmart Practices

CHRISTY DESTA PRATAMAInfo Book

SUMARNI ARIANTODesign Visual & Layout

ICHSAN DJUNAIDPertanyaan dan Tanggapan

RedaksiJI. DR.Sutomo No.26

Makassar 90113P : 62-411-3650320-22

F :62-411-3650323SMS BaKTINews 085255776165

E-mail: [email protected] juga bisa menjadi penggemar

BaKTINews di Facebook :www.facebook.com/yayasanbakti

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia.Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia.

BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.org dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet.

BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia [BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia.

BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakri.org and can be sent electronically to subscribers with internet access.

BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

31

DAFTAR ISI CONTENTS

3

7

9

11

13

16

19

21

23

24

27

28

29

30

Berkontribusi untuk BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000-1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris,ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style. Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

Menjadi Pelanggan BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silakan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau SMS 085255776165. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or SMS to 085255776165. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews diterbitkan oleh Yayasan BaKTI dengan dukungan Pemerintah Australia.BaKTINews is published by The BaKTI Foundation with support of the Government of Australia.

Pandangan yang dikemukakan tak sepenuhnya mencerminkan pandangan Yayasan BaKTI maupun Pemerintah Australia.

The views expressed do not necessarily reflect the views of Yayasan BaKTI and the Government of Australia.

Info Peluang

Website Bulan Ini

Profil LSMYayasan Compassion First Indonesia (YCFI) Manado

Kegiatan di BaKTI

Info Books

28

batukar.info Updates

1 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA

Sebenarnya ada banyak inisiatif yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan dalam berbagai bidang di Kawasan Timur Indonesia. Inisiatif-inisiatif inilah yang kami sebut Praktik Cerdas,

sebuah upaya atau kegiatan yang berhasil dilakukan untuk menjawab tantangan tertentu yang dihadapi oleh sebuah komunitas di daerah tertentu.

Praktik Cerdas berakar dari kearifan lokal, sehingga mudah ditiru atau direplikasi. Mungkin karena inisiatif yang lahir dari warga biasanya lebih mampu menjawab dengan baik masalah yang dihadapi

dan mengatasi gap yang kerap kali timbul dalam memperkenalkan inisiatif baru yang berasal dari luar komunitas.

Saat ini BaKTI sedang mencari Praktik Cerdas untuk dipresentasikan dalam Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia. Jika Anda melakukan kegiatan yang inovatif, partisipatif, dapat berlanjut,

dapat dipercaya, berpihak pada rakyat miskin dan berkeadilan gender, serta berdampak nyata.

PRAKTIK CERDAS2012

BaKTI percaya, setiap orang sudah bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Mungkin yang Anda kerjakan saat ini adalah satu di antaranya!

MARI BERGABUNG BERSAMA KAMI, MENGGUGAH SEMANGAT DAN BEKERJA BERSAMA DENGAN CARA BERBAGI PRAKTIK CERDAS YANG SEDANG ANDA KERJAKAN.

Kirimkan formulir yang kami sertakan pada BaKTINews edisi ini selambat-lambatnya

Kantor BaKTI Jl. Dr. Sutomo 26, Makassar, Sulawesi Selatan 90113Fax : 0411 3650323

Formulir dapat pula anda kirimkan via Fax atau Pos pada alamat :

melaluiEmail: [email protected]

Tanggal 31 Mei 2012 27

15

Alternatif Manajemen Lingkungan Masa Kini dan Mendatang Dalam Rangka Memperkuat Ketahanan Pangan di MalukuAlternative management of the present and future environment to enhance food security in Maluku

Membebaskan Halmahera Selatan dari MalariaLahirnya Perda Penanggulangan MalariaBirth of a Malaria Perda bringing about a Malaria-free South Halmahera

Workshop Tantangan dan Peluang Pelaksanaan Bantuan Hukum Di Indonesia: Catatan dari Kawasan Timur Indonesia

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik di Sulawesi Selatan : Catatan Dari Analisa Keuangan Publik 2012

Praktik Cerdas Sebagai Topik Penelitian yang Menarik

Merajut Cabikan Satu Poso Kita

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan untuk Pembangunan Wilayah KepulauanFisheries Resource Management for Islands

Peach Update

Langkah Awal Menggagas Standarisasi Pelayanan Ekowisata

Ini Penghargaan yang Luar Biasa!

Kita hanya Punya Satu Rumah

Mencegah Kebocoran Retribusi Parkir di Kota Jayapura dengan Adopsi Teknologi Informasi

Page 4: BaKTI News Edisi 75

awasan Timur Indonesia menghadapi banyak tantangan pembangunan yang sangat kompleks, khususnya yang berkaitan Kdengan kemiskinan dan ketahanan pangan. Masalah ketahanan

pangan tidak hanya berkaitan dengan masalah kecukupan pangan tetapi juga persoalan mutu pangan. Mutu pangan berhubungan dengan pengolahan pangan oleh konsumen-akhir, yang mana dimulainya sejak tanaman pangan masih diusahakan oleh para petani. Inilah signifikansi dari konsep ketahanan hayati, sebab ketahanan hayati berkaitan dengan ketahanan pangan dan mutu kehidupan masyarakat di Kawasan Timur Indonesia.

Pertanyaan lebih lanjut adalah bagaimana kita menghadapi tantangan tersebut dengan mempertimbangkan keragaman budaya, dan keterpencilan wilayah serta penyebaran penduduk di daerah yang luas ini?

Tantangan yang dihadapi oleh Provinsi Maluku menjadi lebih kompleks dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia karena faktor geografis. Pemerintah Provinsi Maluku telah berusaha menjawab tantangan tersebut melalui manajemen kewilayahan dengan pendekatan Gugus Pulau, Kawasan Laut Pulau, dan Pintu Jamak dengan pusat-pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan publik, pusat perdagangan, serta lalu lintas arus barang dan jasa. Pemerintah Provinsi Maluku juga telah menetapkan 12 Gugus Pulau sebagai kluster-kluster pelayanan publik. Ke-12 Gugus Pulau tersebut perlu dioptimalkan keberadaannya.

Kondisi lahan di Maluku yang sebagian besar berupa lahan kering, berbatu dengan curah hujan yang rendah sampai sedang dan distribusi tidak merata memerlukan penanganan secara khusus. Secara umum masyarakat Maluku dalam hal ini petani di perdesaan, adalah masyarakat yang sulit mengadopsi teknologi dalam praktek usahatani, lebih-lebih jika pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan penyuluhan yang bersifat oral, tanpa diiringi dengan praktek-praktek nyata yang dapat dilihat dan dilakukan langsung oleh petani. Selain itu pendekatan yang selama ini dilakukan cenderung tidak menunjukkan keberlanjutan karena dilakukan dengan pendekatan proyek yang secara intrinsik mempunyai batas waktu pelaksanaan. Adopsi teknologi oleh petani memerlukan kesabaran dan upaya sistematis dengan perencanaan yang matang sesuai dengan kebutuhan petani. Kegiatan-kegiatan pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan sebagian besar tidak mencapai sasaran karena ketidaksesuaian antara waktu kegiatan dengan kebutuhan informasi di tingkat petani.

Target produksi yang harus dicapai memaksa petani untuk menggunakan input produksi dari bahan-bahan kimia (sintetik) yang fungsinya memang untuk meningkatkan produksi, namun dalam jangka panjang akan merugikan petani dan manusia pada umumnya karena bahaya akumulasi bahan kimia beracun yang terkadung dalam produksi yang akan dikonsumsi. Penggunaan bahan sintetik yang tidak terkendali menjadikan ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kimia sangat besar. Dalam jangka waktu yang lama bahan sintetik ini akan

TANTANGAN KETAHANAN HAYATI DI MALUKU

Alternative management of the present and future environment to enhance food security in Maluku

Eastern Indonesia faces many development challenges that are highly complex, especially in regard to poverty and food security. Food security problems do not only include availability but food quality as well. Food quality is also associated with food processing by the end consumer, and is still undertaken by farmers, as it has been since the beginning. This is the biological significance of the concept of resilience, because resilience of biodiversity is also related to the food security and quality of life of people in eastern Indonesia.

How do we tackle these challenges considering the diversity of cultures, and the remoteness of the region, and as the distribution of the population in this vast area?

Challenges faced by the Province of Maluku are more complex than in other provinces in Indonesia due to geographical factors. Maluku Provincial Government has attempted to answer these challenges through regional management approaches, like Island Groups, Ocean Island Areas, and Multiple Entrances, with growth centers that serve as a public service centers, trade centers, as well for traffic flow of goods and services. Maluku Provincial Government has established 12 groups of islands to be public service clusters. The 12 island system needs to be optimized.

Land conditions in Maluku are mostly dry, rocky with low to moderate rainfall and uneven distribution, requiring special handling. In general the people of Maluku, in this case the farmers in rural areas, find it difficult to adopt technology in farming practices, especially if the approach is an oral counseling approach, without being accompanied by concrete practices that can be seen and implemented directly by the farmer. In addition, this approach in the long run is not sustainable because it is a project approach with an implementation deadline. Technology adoption by farmers requires patience and a systematic effort through planning according to the needs of farmers. Training activities usually do not reach the target due to a mismatch between the timing of the activity and the information requirements at farm level.

Production targets force farmers to use synthetic inputs with a function to increase production, but in the long run this will hurt farmers and people because of the danger of accumulation of toxic chemicals that will be then be consumed. The use of synthetic materials that are not controlled make farmers very dependent on chemical fertilizers and pesticides. In the long term these synthetic materials will make the plants become resistant so that

BIOLOGICAL SECURITY CHALLENGES IN MALUKU

membuat tanaman menjadi resisten sehingga produksi akan tetap mengalami penurunan, kesuburan tanah dan struktur tanah terganggu dan kesehatan manusia juga menjadi terancam.

Duapuluh enam kilomoter dari Kota Ambon, terletak Dusun Telaga Kodok yang merupakan daerah penyedia sayuran terbesar bagi warga kota Ambon. Sebanyak 70 persen suplai sayuran untuk kebutuhan kota Ambon yang berpenduduk 330.355 jiwa itu berasal dari kawasan ini. Beragam tanaman sayuran dan palawija yang diproduksi dari daerah ini termasuk kacang panjang, buncis, sawi, kangkung, bayam, kol, tomat, cabai, ketimun, terung, dan jagung

Selama ini usaha pertanian di Telaga Kodok telah mengalami transformasi nilai karena mengadopsi input sarana produksi untuk meningkatkan hasil produksi mereka. Memang masih terdapat kendala yang menghambat peningkatan produksi, seperti hama dan penyakit tanamanan. Petani masih harus berjuang melawan hama penggerek polong (Etiella zinckenella) dengan intensitas kerusakan 48 %, kepik hijau (Nezara viridula) dengan intensitas kerusakan yang sangat ringan, penyakit antraknosa (Colletrothicum lindemuthianum).

Sekelompok petani mengembangkan usaha tani sayuran organik. Sebuah usaha yang kini sangat diminati karena menjanjikan produk bebas bahan kimia sehingga aman untuk dikonsumsi. Kelompok itu bernama Tunas Baru dan diketuai oleh Nasarudin Taher. Seluruh anggotanya adalah warga Desa Telaga Kodok. Sebanyak 65 persen dari 334 keluarga di desa ini adalah petani. Tingkat pendidikan mereka masih tergolong rendah karena hanya sedikit saja yang mengenyam pendidikan hingga jenjang SMP.

Persoalan besar yang saat ini dialami oleh petani sebagai produsen maupun kita sebagai konsumen adalah bahwa informasi tentang pertanian organik yang menyediakan “komoditi pertanian sehat” mungkin telah dimiliki oleh semua pihak namun pada aplikasinya sangat sulit diterapkan secara perorangan maupun kelompok karena beragam kendala di lapangan dan tanpa pendampingan dari institusi lain di luar sistem sosial masyarakat setempat. Intervensi seperti ini harus melibatkan masyarakat setempat sehingga dapat ditularkan kepada masyarakat yang lainnya. Petani setempat pernah beberapa kali mencoba melakukan aplikasi organik pada beberapa jenis tanaman sayuran namun usaha ini gagal karena usaha “coba-coba” mereka tidak dilandasi dengan pengetahuan yang benar dan tidak didampingi oleh penyuluh lapangan yang seharusnya menjadi tempat mereka bertanya.

Nasarudin tergolong petani maju, yang dengan segala kesederhanaan dan keterbatasan yang dimilikinya, dipadu dengan pengetahuan praktis yang diperoleh dari pengalaman panjang berusahatani dan motivasi yang kuat untuk lebih maju, telah membawa Nasarudin mengikuti berbagai kegiatan di bidang pertanian pada tingkat provinsi maupun nasional. Berbekal hubungan yang telah dibina dengan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura maka Nasarudin bersama KT Tunas Baru mencoba untuk mengembangkan sayuran organik. Usaha ini dimulai dengan adanya bantuan dari

PERTANIAN ORGANIK DI TELAGA KODOK

production will continue to decline, soil fertility and soil structure will be disrupted, and human health also threatened.

Twenty-six kilometers from Ambon, lies the hamlet of Telaga Kodok, the largest vegetable provider for the citizens of Ambon City. About 70 percent of the supply of vegetables for Ambon, which has a population of 330,355 people, comes from this region. A variety of vegetables and pulses are produced in this area, including beans, snake beans, mustard greens, kale, spinach, cabbage, tomatoes, peppers, cucumbers, eggplant, and corn.

The farms at Telaga Kodok have undergone a transformation since adopting the input of production facilities to improve their production output. Indeed, there are still barriers to increase production, such as pest and plant disease. Farmers still have to fight against the pod borer (Etiella zinckenella) with 48% intensity of damage, green bugs (Nezara viridula) with very light intensity of damage, and anthracnose disease (Colletrothicum lindemuthianum).

A group of farmers is developing an organic vegetable farm. An initiative that is attracting attention as it promises chemical-free products that are safer for consumption. The group was named Tunas Baru and is chaired by Nasarudin Taher. All its members are citizens of the village of Telaga Kodok. 65 percent of the 334 families in this village are farmers. Member education levels are still low because only a few are educated to junior high school level.

Major problems currently experienced by our farmers as producers and as consumers is that information about organic farming providing healthy agricultural commodities is well known, but its application is very difficult for individuals or groups because of various constraints the field and due to a lack of assistance from other institutions outside the social system of the local community. Such interventions must involve the local community so they can be transmitted to other communities. Local farmers have several times tried to apply some kind of organic farming, but the attempts failed because the attempt to "try" was not based on true knowledge and there were no outreach workers available.

Nasarudin is classified as an advanced farmer, who has combined simplicity and limitations with practical knowledge gained from his long experience of farming and a strong motivation to improve. Nasarudin has participated in various agriculture activities at provincial and national levels. Armed with the relationship fostered by the Faculty of Agriculture, University of Pattimura, Nasarudin and his group are trying to develop organic vegetables. This effort began with the assistance of a consortium from

ORGANIC FARMING IN TELAGA KODOK

OLEH SEMUAL LIMBA DAN FELECIA P. ADAM

43

ALTERNATIF MANAJEMEN LINGKUNGAN MASA KINI DAN MENDATANG DALAM RANGKA

MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN DI MALUKU

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 5: BaKTI News Edisi 75

awasan Timur Indonesia menghadapi banyak tantangan pembangunan yang sangat kompleks, khususnya yang berkaitan Kdengan kemiskinan dan ketahanan pangan. Masalah ketahanan

pangan tidak hanya berkaitan dengan masalah kecukupan pangan tetapi juga persoalan mutu pangan. Mutu pangan berhubungan dengan pengolahan pangan oleh konsumen-akhir, yang mana dimulainya sejak tanaman pangan masih diusahakan oleh para petani. Inilah signifikansi dari konsep ketahanan hayati, sebab ketahanan hayati berkaitan dengan ketahanan pangan dan mutu kehidupan masyarakat di Kawasan Timur Indonesia.

Pertanyaan lebih lanjut adalah bagaimana kita menghadapi tantangan tersebut dengan mempertimbangkan keragaman budaya, dan keterpencilan wilayah serta penyebaran penduduk di daerah yang luas ini?

Tantangan yang dihadapi oleh Provinsi Maluku menjadi lebih kompleks dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia karena faktor geografis. Pemerintah Provinsi Maluku telah berusaha menjawab tantangan tersebut melalui manajemen kewilayahan dengan pendekatan Gugus Pulau, Kawasan Laut Pulau, dan Pintu Jamak dengan pusat-pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan publik, pusat perdagangan, serta lalu lintas arus barang dan jasa. Pemerintah Provinsi Maluku juga telah menetapkan 12 Gugus Pulau sebagai kluster-kluster pelayanan publik. Ke-12 Gugus Pulau tersebut perlu dioptimalkan keberadaannya.

Kondisi lahan di Maluku yang sebagian besar berupa lahan kering, berbatu dengan curah hujan yang rendah sampai sedang dan distribusi tidak merata memerlukan penanganan secara khusus. Secara umum masyarakat Maluku dalam hal ini petani di perdesaan, adalah masyarakat yang sulit mengadopsi teknologi dalam praktek usahatani, lebih-lebih jika pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan penyuluhan yang bersifat oral, tanpa diiringi dengan praktek-praktek nyata yang dapat dilihat dan dilakukan langsung oleh petani. Selain itu pendekatan yang selama ini dilakukan cenderung tidak menunjukkan keberlanjutan karena dilakukan dengan pendekatan proyek yang secara intrinsik mempunyai batas waktu pelaksanaan. Adopsi teknologi oleh petani memerlukan kesabaran dan upaya sistematis dengan perencanaan yang matang sesuai dengan kebutuhan petani. Kegiatan-kegiatan pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan sebagian besar tidak mencapai sasaran karena ketidaksesuaian antara waktu kegiatan dengan kebutuhan informasi di tingkat petani.

Target produksi yang harus dicapai memaksa petani untuk menggunakan input produksi dari bahan-bahan kimia (sintetik) yang fungsinya memang untuk meningkatkan produksi, namun dalam jangka panjang akan merugikan petani dan manusia pada umumnya karena bahaya akumulasi bahan kimia beracun yang terkadung dalam produksi yang akan dikonsumsi. Penggunaan bahan sintetik yang tidak terkendali menjadikan ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kimia sangat besar. Dalam jangka waktu yang lama bahan sintetik ini akan

TANTANGAN KETAHANAN HAYATI DI MALUKU

Alternative management of the present and future environment to enhance food security in Maluku

Eastern Indonesia faces many development challenges that are highly complex, especially in regard to poverty and food security. Food security problems do not only include availability but food quality as well. Food quality is also associated with food processing by the end consumer, and is still undertaken by farmers, as it has been since the beginning. This is the biological significance of the concept of resilience, because resilience of biodiversity is also related to the food security and quality of life of people in eastern Indonesia.

How do we tackle these challenges considering the diversity of cultures, and the remoteness of the region, and as the distribution of the population in this vast area?

Challenges faced by the Province of Maluku are more complex than in other provinces in Indonesia due to geographical factors. Maluku Provincial Government has attempted to answer these challenges through regional management approaches, like Island Groups, Ocean Island Areas, and Multiple Entrances, with growth centers that serve as a public service centers, trade centers, as well for traffic flow of goods and services. Maluku Provincial Government has established 12 groups of islands to be public service clusters. The 12 island system needs to be optimized.

Land conditions in Maluku are mostly dry, rocky with low to moderate rainfall and uneven distribution, requiring special handling. In general the people of Maluku, in this case the farmers in rural areas, find it difficult to adopt technology in farming practices, especially if the approach is an oral counseling approach, without being accompanied by concrete practices that can be seen and implemented directly by the farmer. In addition, this approach in the long run is not sustainable because it is a project approach with an implementation deadline. Technology adoption by farmers requires patience and a systematic effort through planning according to the needs of farmers. Training activities usually do not reach the target due to a mismatch between the timing of the activity and the information requirements at farm level.

Production targets force farmers to use synthetic inputs with a function to increase production, but in the long run this will hurt farmers and people because of the danger of accumulation of toxic chemicals that will be then be consumed. The use of synthetic materials that are not controlled make farmers very dependent on chemical fertilizers and pesticides. In the long term these synthetic materials will make the plants become resistant so that

BIOLOGICAL SECURITY CHALLENGES IN MALUKU

membuat tanaman menjadi resisten sehingga produksi akan tetap mengalami penurunan, kesuburan tanah dan struktur tanah terganggu dan kesehatan manusia juga menjadi terancam.

Duapuluh enam kilomoter dari Kota Ambon, terletak Dusun Telaga Kodok yang merupakan daerah penyedia sayuran terbesar bagi warga kota Ambon. Sebanyak 70 persen suplai sayuran untuk kebutuhan kota Ambon yang berpenduduk 330.355 jiwa itu berasal dari kawasan ini. Beragam tanaman sayuran dan palawija yang diproduksi dari daerah ini termasuk kacang panjang, buncis, sawi, kangkung, bayam, kol, tomat, cabai, ketimun, terung, dan jagung

Selama ini usaha pertanian di Telaga Kodok telah mengalami transformasi nilai karena mengadopsi input sarana produksi untuk meningkatkan hasil produksi mereka. Memang masih terdapat kendala yang menghambat peningkatan produksi, seperti hama dan penyakit tanamanan. Petani masih harus berjuang melawan hama penggerek polong (Etiella zinckenella) dengan intensitas kerusakan 48 %, kepik hijau (Nezara viridula) dengan intensitas kerusakan yang sangat ringan, penyakit antraknosa (Colletrothicum lindemuthianum).

Sekelompok petani mengembangkan usaha tani sayuran organik. Sebuah usaha yang kini sangat diminati karena menjanjikan produk bebas bahan kimia sehingga aman untuk dikonsumsi. Kelompok itu bernama Tunas Baru dan diketuai oleh Nasarudin Taher. Seluruh anggotanya adalah warga Desa Telaga Kodok. Sebanyak 65 persen dari 334 keluarga di desa ini adalah petani. Tingkat pendidikan mereka masih tergolong rendah karena hanya sedikit saja yang mengenyam pendidikan hingga jenjang SMP.

Persoalan besar yang saat ini dialami oleh petani sebagai produsen maupun kita sebagai konsumen adalah bahwa informasi tentang pertanian organik yang menyediakan “komoditi pertanian sehat” mungkin telah dimiliki oleh semua pihak namun pada aplikasinya sangat sulit diterapkan secara perorangan maupun kelompok karena beragam kendala di lapangan dan tanpa pendampingan dari institusi lain di luar sistem sosial masyarakat setempat. Intervensi seperti ini harus melibatkan masyarakat setempat sehingga dapat ditularkan kepada masyarakat yang lainnya. Petani setempat pernah beberapa kali mencoba melakukan aplikasi organik pada beberapa jenis tanaman sayuran namun usaha ini gagal karena usaha “coba-coba” mereka tidak dilandasi dengan pengetahuan yang benar dan tidak didampingi oleh penyuluh lapangan yang seharusnya menjadi tempat mereka bertanya.

Nasarudin tergolong petani maju, yang dengan segala kesederhanaan dan keterbatasan yang dimilikinya, dipadu dengan pengetahuan praktis yang diperoleh dari pengalaman panjang berusahatani dan motivasi yang kuat untuk lebih maju, telah membawa Nasarudin mengikuti berbagai kegiatan di bidang pertanian pada tingkat provinsi maupun nasional. Berbekal hubungan yang telah dibina dengan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura maka Nasarudin bersama KT Tunas Baru mencoba untuk mengembangkan sayuran organik. Usaha ini dimulai dengan adanya bantuan dari

PERTANIAN ORGANIK DI TELAGA KODOK

production will continue to decline, soil fertility and soil structure will be disrupted, and human health also threatened.

Twenty-six kilometers from Ambon, lies the hamlet of Telaga Kodok, the largest vegetable provider for the citizens of Ambon City. About 70 percent of the supply of vegetables for Ambon, which has a population of 330,355 people, comes from this region. A variety of vegetables and pulses are produced in this area, including beans, snake beans, mustard greens, kale, spinach, cabbage, tomatoes, peppers, cucumbers, eggplant, and corn.

The farms at Telaga Kodok have undergone a transformation since adopting the input of production facilities to improve their production output. Indeed, there are still barriers to increase production, such as pest and plant disease. Farmers still have to fight against the pod borer (Etiella zinckenella) with 48% intensity of damage, green bugs (Nezara viridula) with very light intensity of damage, and anthracnose disease (Colletrothicum lindemuthianum).

A group of farmers is developing an organic vegetable farm. An initiative that is attracting attention as it promises chemical-free products that are safer for consumption. The group was named Tunas Baru and is chaired by Nasarudin Taher. All its members are citizens of the village of Telaga Kodok. 65 percent of the 334 families in this village are farmers. Member education levels are still low because only a few are educated to junior high school level.

Major problems currently experienced by our farmers as producers and as consumers is that information about organic farming providing healthy agricultural commodities is well known, but its application is very difficult for individuals or groups because of various constraints the field and due to a lack of assistance from other institutions outside the social system of the local community. Such interventions must involve the local community so they can be transmitted to other communities. Local farmers have several times tried to apply some kind of organic farming, but the attempts failed because the attempt to "try" was not based on true knowledge and there were no outreach workers available.

Nasarudin is classified as an advanced farmer, who has combined simplicity and limitations with practical knowledge gained from his long experience of farming and a strong motivation to improve. Nasarudin has participated in various agriculture activities at provincial and national levels. Armed with the relationship fostered by the Faculty of Agriculture, University of Pattimura, Nasarudin and his group are trying to develop organic vegetables. This effort began with the assistance of a consortium from

ORGANIC FARMING IN TELAGA KODOK

OLEH SEMUAL LIMBA DAN FELECIA P. ADAM

43

ALTERNATIF MANAJEMEN LINGKUNGAN MASA KINI DAN MENDATANG DALAM RANGKA

MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN DI MALUKU

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 6: BaKTI News Edisi 75

5

INFORMASI LEBIH LANJUTFOR MORE INFORMATION

Penulis adalah dosen dan peneliti pada Universitas Pattimura dan dapat dihubungi melalui email The writer is a lecturer at theUniversity of Pattimura and can be contacted [email protected]

AusIndoBIOCOM sebuah konsorsium yang berisikan para peneliti lintas disipliner dan juga para pakar ketahanan hayati dari Indonesia dan Australia telah meneliti pengelolaan ketahanan hayati di Indonesia selama 4 tahun untuk menjawab pertayaan atas produksi pangan berkelanjutan. Universitas Pattimura sebagai bagian dari konsorsium ini kemudian menggaet Nasarudin dan kelompok tani Tunas Baru yang dipimpinnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Saat ini orang mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi tren baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia, seperti pupuk dan pestisida sintetis dalam peningkatan produksi pertanian. Oleh karena itu, penerapan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan harus mendapat perhatian dari semua pihak, sebagai landasan pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Ketahanan hayati yang menitikberatkan pada sektor pertanian, sangat bernilai penting dan strategis bagi daerah Maluku karena sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku. Bernilai strategis, karena sebagian besar penduduk di Maluku memiliki mata pencaharian sebagai petani sehingga kehidupan mereka sangat

MENGAPA, USAHA TANI ORGANIK ?

AusIndoBIOCOM with cross-disciplinary researchers and bio-security experts from Indonesia and Australia, who examined the resilience of biodiversity management in Indonesia for 4 years in order to answer the questions surrounding sustainable food production. Pattimura University, as part of this consortium, invited Nasarudin and his group to participate in the project.

Today people are bto realize the danger posed by the use of synthetic chemicals in agrieginning culture. People are getting smarter in choosing food that is safe for health and environmentally friendly. A healthy lifestyle with the slogan 'back to nature' has become a new trend and the old patterns, of using chemicals, such as synthetic fertilizers and pesticides in agricultural production, are changing. Therefore, the application of environmentally sound agricultural technologies must receive more attention from all stakeholders, as the basis for sustainable and environmentally sound agricultural development.

Biological resistance that focuses on the agricultural sector is very valuable and strategically important to Maluku because the agricultural sector is still the sector that contributes most to economic growth and employment in the province. Most of the population in Maluku are subsistence farmers so their lives depend on this sector.

WHY ORGANIC FARMING?

bergantung pada sektor ini. Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan suatu

sistem pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan. Sistem pertanian berkelanjutan d i t u j u k a n u n t u k m e n g u r a n g i k e r u s a k a n l i n g k u n g a n , mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani serta meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan. Tujuh dimensi pertanian berkelanjutan yaitu pertanian berkelanjutan harus menjadi pertanian yang : 1) ramah lingkungan; 2) menggairahkan kehidupan ekonomi; 3) adil dan layak secara sosial; 4) peka pada nilai budaya; 5) mampu mengembangkan teknologi tepat guna; 6) mampu menjadi pengetahuan yang menyeluruh; dan 7) menjadi obor bagi kemanusiaan. Namun, semua itu tidak akan berarti tanpa menyadari bahwa pilar terpenting dari pertanian berkelanjutan, selain lingkungan alam, adalah manusia. Pertanian berkelanjutan akan terwujud bila manusia bersungguh-sungguh memahami bahwa cita-cita pertanian berkelanjutan hanya dapat terwujud apabila dilandasi suatu pembaruan atau reformasi atas sumber-sumber daya alam dan agraria di mana rakyat secara adil dan setara dapat merasakan dan memanfaatkannya.

Peluang ini pun dimanfaatkan oleh Nasarudin dan kelompok taninya. Dalam pengelolaan usahataninya kelompok ini didampingi secara kontinyu oleh Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Dimulai dari tindakan teknis di lapangan seluruh proses ini mulai dari pengolahan lahan hingga pasca panen bebas dari bahan sintetis.

Sustainable Agriculture is an alternative agricultural system based on resource conservation and quality of life in rural areas. Sustainable farming systems aim to reduce environmental degradation, maintain agricultural productivity, increase farmers' incomes and improve the stability and quality of life in rural communities. The seven dimensions of sustainable agriculture include: 1) environmentally friendly, 2) stimulate economic life, 3) fair and socially appropriate, 4) sensitive to cultural values; 5) capable of developing appropriate technologies; 6) can become widely known knowledge, and 7) can be a torch for humanity. However, the most important pillar of sustainable agriculture, in addition to the natural environment, is man. Sustainable agriculture will be realized when people are serious about understanding that the ideals of sustainable agriculture can only be achieved if based on a renewal or reform of natural resources and that the people must experience an agrarian system that is fair and equitable.

Nasarudin and his group are utilizing this opportunity. The Faculty of Agriculture, University of Pattimura, has supported management of this group, from the technical measures in the field, including land preparation and post harvest processing free from synthetic materials.

6

Apa itu Ketahanan Hayati ?

Ketahanan hayati adalah konsep yang diperkenalkan FAO dalam publikasi mereka berjudul Ketahanan Hayati Toolkit pada 2003. Menurut FAO, ketahanan hayati adalah sebuah pendekatan strategik dan terintegrasi yang mencakup kerangka kebijakan dan perundang-undangan untuk menganalisis risiko yang ditimbulkan oleh mahluk hidup terhadap manusia, kehidupan hewan dan tumbuhan, dan risiko yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Tujuan utama ketahanan hayati adalah untuk mencegah, mengendalikan dan/atau mengelola risiko terhadap kelangsungan hidup dan kesehatan sesuai dengan sektor ketahanan hayati yang mencakup keamanan pangan, kesehatan ternak, kesehatan tanaman dari gangguan hama, penyakit, dan gulma, introduksi dan pelepasan organisme termodifikasi secara genetik, dan kelestarian lingkungan dari ancaman spesies asing invasif. Oleh karena itu, ketahanan hayati merupakan konsep holistik yang mempunyai relevansi langsung dengan keberlanjutan pertanian dan aspek luas yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan perlindungan lingkungan, termasuk perlindungan keanekaragaman hayati.

DEMO PEMBUATAN PUPUK ORGANIK, BAHANNYA DARI LINGKUNGAN SEKITAR

pupuk kandang +serbuk gergaji gula pasir + M64 daun gamal dicacah semua bahan dicampur

pupuk yang siap digunakan

APLIKASI PUPUK ORGANIK DI KEBUN, SEBELUM PENANAMAN

pupuk kandang +serbuk gergaji+ daun gamal

setelah tercampur ditutup, setiap hari dibuka dan dicampur-dibolak balik

14 hari kemudian pupuk siap digunakan

DEMO PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DARI DAUN SIRSAK

Penyuluhan sebelum demo dimulai bahan dan alat yang digunakan daun sirsak ditimbang daun sirsak ditumbuk hingga halus

daun sirsak yang halus dicampur airsabun colek digunakan agar pestisida

bisa menempel pada tanaman semua bahan dicampur, diamkan semalam, besok bisa diaplikasi

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 7: BaKTI News Edisi 75

5

INFORMASI LEBIH LANJUTFOR MORE INFORMATION

Penulis adalah dosen dan peneliti pada Universitas Pattimura dan dapat dihubungi melalui email The writer is a lecturer at theUniversity of Pattimura and can be contacted [email protected]

AusIndoBIOCOM sebuah konsorsium yang berisikan para peneliti lintas disipliner dan juga para pakar ketahanan hayati dari Indonesia dan Australia telah meneliti pengelolaan ketahanan hayati di Indonesia selama 4 tahun untuk menjawab pertayaan atas produksi pangan berkelanjutan. Universitas Pattimura sebagai bagian dari konsorsium ini kemudian menggaet Nasarudin dan kelompok tani Tunas Baru yang dipimpinnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Saat ini orang mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi tren baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia, seperti pupuk dan pestisida sintetis dalam peningkatan produksi pertanian. Oleh karena itu, penerapan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan harus mendapat perhatian dari semua pihak, sebagai landasan pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Ketahanan hayati yang menitikberatkan pada sektor pertanian, sangat bernilai penting dan strategis bagi daerah Maluku karena sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku. Bernilai strategis, karena sebagian besar penduduk di Maluku memiliki mata pencaharian sebagai petani sehingga kehidupan mereka sangat

MENGAPA, USAHA TANI ORGANIK ?

AusIndoBIOCOM with cross-disciplinary researchers and bio-security experts from Indonesia and Australia, who examined the resilience of biodiversity management in Indonesia for 4 years in order to answer the questions surrounding sustainable food production. Pattimura University, as part of this consortium, invited Nasarudin and his group to participate in the project.

Today people are bto realize the danger posed by the use of synthetic chemicals in agrieginning culture. People are getting smarter in choosing food that is safe for health and environmentally friendly. A healthy lifestyle with the slogan 'back to nature' has become a new trend and the old patterns, of using chemicals, such as synthetic fertilizers and pesticides in agricultural production, are changing. Therefore, the application of environmentally sound agricultural technologies must receive more attention from all stakeholders, as the basis for sustainable and environmentally sound agricultural development.

Biological resistance that focuses on the agricultural sector is very valuable and strategically important to Maluku because the agricultural sector is still the sector that contributes most to economic growth and employment in the province. Most of the population in Maluku are subsistence farmers so their lives depend on this sector.

WHY ORGANIC FARMING?

bergantung pada sektor ini. Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan suatu

sistem pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan. Sistem pertanian berkelanjutan d i t u j u k a n u n t u k m e n g u r a n g i k e r u s a k a n l i n g k u n g a n , mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani serta meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan. Tujuh dimensi pertanian berkelanjutan yaitu pertanian berkelanjutan harus menjadi pertanian yang : 1) ramah lingkungan; 2) menggairahkan kehidupan ekonomi; 3) adil dan layak secara sosial; 4) peka pada nilai budaya; 5) mampu mengembangkan teknologi tepat guna; 6) mampu menjadi pengetahuan yang menyeluruh; dan 7) menjadi obor bagi kemanusiaan. Namun, semua itu tidak akan berarti tanpa menyadari bahwa pilar terpenting dari pertanian berkelanjutan, selain lingkungan alam, adalah manusia. Pertanian berkelanjutan akan terwujud bila manusia bersungguh-sungguh memahami bahwa cita-cita pertanian berkelanjutan hanya dapat terwujud apabila dilandasi suatu pembaruan atau reformasi atas sumber-sumber daya alam dan agraria di mana rakyat secara adil dan setara dapat merasakan dan memanfaatkannya.

Peluang ini pun dimanfaatkan oleh Nasarudin dan kelompok taninya. Dalam pengelolaan usahataninya kelompok ini didampingi secara kontinyu oleh Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Dimulai dari tindakan teknis di lapangan seluruh proses ini mulai dari pengolahan lahan hingga pasca panen bebas dari bahan sintetis.

Sustainable Agriculture is an alternative agricultural system based on resource conservation and quality of life in rural areas. Sustainable farming systems aim to reduce environmental degradation, maintain agricultural productivity, increase farmers' incomes and improve the stability and quality of life in rural communities. The seven dimensions of sustainable agriculture include: 1) environmentally friendly, 2) stimulate economic life, 3) fair and socially appropriate, 4) sensitive to cultural values; 5) capable of developing appropriate technologies; 6) can become widely known knowledge, and 7) can be a torch for humanity. However, the most important pillar of sustainable agriculture, in addition to the natural environment, is man. Sustainable agriculture will be realized when people are serious about understanding that the ideals of sustainable agriculture can only be achieved if based on a renewal or reform of natural resources and that the people must experience an agrarian system that is fair and equitable.

Nasarudin and his group are utilizing this opportunity. The Faculty of Agriculture, University of Pattimura, has supported management of this group, from the technical measures in the field, including land preparation and post harvest processing free from synthetic materials.

6

Apa itu Ketahanan Hayati ?

Ketahanan hayati adalah konsep yang diperkenalkan FAO dalam publikasi mereka berjudul Ketahanan Hayati Toolkit pada 2003. Menurut FAO, ketahanan hayati adalah sebuah pendekatan strategik dan terintegrasi yang mencakup kerangka kebijakan dan perundang-undangan untuk menganalisis risiko yang ditimbulkan oleh mahluk hidup terhadap manusia, kehidupan hewan dan tumbuhan, dan risiko yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Tujuan utama ketahanan hayati adalah untuk mencegah, mengendalikan dan/atau mengelola risiko terhadap kelangsungan hidup dan kesehatan sesuai dengan sektor ketahanan hayati yang mencakup keamanan pangan, kesehatan ternak, kesehatan tanaman dari gangguan hama, penyakit, dan gulma, introduksi dan pelepasan organisme termodifikasi secara genetik, dan kelestarian lingkungan dari ancaman spesies asing invasif. Oleh karena itu, ketahanan hayati merupakan konsep holistik yang mempunyai relevansi langsung dengan keberlanjutan pertanian dan aspek luas yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan perlindungan lingkungan, termasuk perlindungan keanekaragaman hayati.

DEMO PEMBUATAN PUPUK ORGANIK, BAHANNYA DARI LINGKUNGAN SEKITAR

pupuk kandang +serbuk gergaji gula pasir + M64 daun gamal dicacah semua bahan dicampur

pupuk yang siap digunakan

APLIKASI PUPUK ORGANIK DI KEBUN, SEBELUM PENANAMAN

pupuk kandang +serbuk gergaji+ daun gamal

setelah tercampur ditutup, setiap hari dibuka dan dicampur-dibolak balik

14 hari kemudian pupuk siap digunakan

DEMO PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DARI DAUN SIRSAK

Penyuluhan sebelum demo dimulai bahan dan alat yang digunakan daun sirsak ditimbang daun sirsak ditumbuk hingga halus

daun sirsak yang halus dicampur airsabun colek digunakan agar pestisida

bisa menempel pada tanaman semua bahan dicampur, diamkan semalam, besok bisa diaplikasi

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 8: BaKTI News Edisi 75

KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH FIRMANSYAH

87

Lahirnya Perda Penanggulangan MalariaBirth of a Malaria Perda bringing

about a Malaria-free South Halmahera

almahera Selatan merupakan kabupaten endemis tinggi malaria di Provinsi Maluku Utara. Sesuai data yang dimiliki HMalaria Center Halmahera Selatan pada tahun 2003, malaria

menyebabkan 205 orang meninggal di Kabupaten Halmahera Selatan. Setiap tahun Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria terjadi dengan mengakibatkan penderitaan karena kesakitan bahkan sampai pada tingkat kematian.

Tahun 2007, KLB malaria menyerang 3.291 orang dan 63 orang diantaranya meninggal dunia. Bupati Halmahera Selatan, Dr. H. Muhammad Kasuba, M.A, dan didampingi sejumlah pimpinan SKPD lingkup Pemda Halmahera Selatan turun langsung mengomandoi penanganan KLB tersebut. Lokasi transmigrasi Lalubi di Gane Timur yang merupakan daerah pertama meletusnya KLB di tahun 2007 pun didatangi Bupati bersama rombongannya. Setelah penanganan di

South Halmahera (Halmahera Selatan) is a malaria endemic district with a high incidence rate in the province of Maluku Utara. Corresponding data from the Halmahera Selatan Malaria Center in 2003 shows malaria caused 205 deaths in the district. The Kejadian Luar Biasa (KLB) rate causes serious suffering and deaths.

In 2007, outbreaks of malaria attacks affected 3291 people and led to 63 fatalities. The Head of South Halmahera District, Dr. H. Muhammad Kasuba, MA, accompanied by a number of leaders of Halmahera Selatan government agencies (SKPD) gave a direct order to handle the outbreak. The Bupati visited the Lalubi transmigration site in Gane Timur, which was the location of the first local outbreak in 2007, with his entourage. After the village of Lalubi, malaria outbreaks

Desa Lalubi, KLB malaria kembali meletus didesa-desa pesisir Gane Barat, Gane Timur, Madopolo, Posi-Posi, Kokotu dan Kaputusang.

Sejak kejadian luar biasa tersebut Pemerintah Daerah menyadari bahwa masalah malaria bukan hanya urusan sektor kesehatan saja tetapi menjadi urusan dan tanggungjawab bersama. Selama kunjungan Bupati Muhammad Kasuba, dalam penanggulangan KLB, ditemui bahwa kondisi lingkungan seperti genangan air turut memberikan kontribusi dalam penularan malaria. Di tahun 2007 pun Malaria Center kembali diaktifkan, yang sebelumnya pada tahun 2004 tepatnya 8 Desember telah dibentuk di Halmahera Selatan.

Malaria Center merupakan wadah koordinatif yang menghimpun segenap sektor dan stakeholder untuk menanggulangi malaria. Berbagai kegiatan pun dilakukan Malaria Center untuk memberikan advokasi kepada lintas sektor dan masyarakat untuk bergerak bersama memerangi tingginya tensi malaria di Halmahera Selatan. Deklarasi Gebrak Malaria pun diikrarkan pada 9 Juni 2007 oleh segenap komponen pemerintah, swasta atau dunia usaha dan masyarakat sebagai cita-cita dan komitmen untuk mewujudkan Kabupaten Halmahera Selatan Bebas Malaria. Untuk mewujudkan ciata-cita deklarasi tersebut maka Pemerintah Daerah melakukan Program Gebrak Malaria yang dimulai di tahun 2007 juga. Surat Keputusan Bupati Halmahera Selatan pun turun untuk menggunakan 40% dana ADD dalam pemberantasan malaria di desa guna mendukung Gebrak Malaria ini. Rupanya tahun 2007 ini merupakan tahun “berperang” melawan malaria di Halmahera Selatan dimulai disemua lapisan masyarakat.

Dalam program Gebrak Malaria terdapat tiga misi utama yakni, pemberdayaan masyarakat, kemitraan lintas sektor dalam penanggulangan malaria melalui wadah malaria center dan peningkatan pelayanan pencegahan dan pengobatan malaria. Program Gebrak Malaria pun melalui inovasi-inovasi dalam pemberantasan di Halmahera Selatan malaria seperti program Participatory Learning and Action (PLA) atau pemberantasan malaria bersama masyarakat yang digerakkan oleh Kader Malaria Desa, Kurikulum Mulok Malaria di Sekolah Dasar, pelayanan malaria untuk ibu hamil dengan pemberian kelambu berinsektisida dan screening malaria.

Dari berbagai program yang dilaksanakan secara bersama tersebut, Halmahera Selatan terbilang sukses dalam menurunkan kasus malaria dari 30 per 1000 penduduk ditahun 2007 menjadi 9 per 1000 penduduk di tahun 2011. Keberhasilan dari berbagai upaya yang dilakukan dalam program Gebrak Malaria haruslah tetap berjalan dan berkelanjutan. Untuk itu ditahun 2009 Malaria Center Halmahera Selatan kembali mewacanakan perlu adanya regulasi lokal berupa Peraturan Daerah (Perda) tentang penanggulangan malaria di Halmahera Selatan.

Dalam upaya pengusulan Perda tersebut akhirnya dikeluarkan oleh Pemda Halmahera Selatan di tahun 2011 dan Melalui inisiatif DPRD Ranperda Malaria dimasukkan dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda) untuk mendukung inisiatif Ranperda tersebut, Pemerintah Daerah melalui Malaria Center berkerjasama dengan Unicef menggelar Lokakarya Perda Malaria dan Lokakarya ini diadakan untuk memberikan masukan-masukan terhadap muatan-muatan yang akan dimuat dan dibahas dalam Ranperda Malaria.

erupted again in the coastal villages of Gane Barat, Gane Timur, Madopolo, Posi-Posi, Kokotu and Kaputusang.

Since the outbreak, the Government realized that the problem of malaria is not only a health sector issue, but the responsibility of all. During his visit in response to the outbreaks, Muhammad Kasuba found that environmental conditions such as standing water contributed to the spread of malaria. In 2007 the Malaria Center was re-activated, after being established on December 8 2004 in South Halmahera.

The Malaria Center is a coordinating organization that brings together all sectors and stakeholders in the fight against malaria. Various activities were undertaken by the Malaria Center to provide advocacy across sectors and communities to combat malaria in Halmahera Selatan. The Malaria Gebrak Declaration was made on June 9, 2007 and supported by components of the government, private sector and the public in a commitment to realize a Malaria-Free Halmahera Selatan. To realize the ideals of the declaration the Gebrak Malaria Program from the local government also began in 2007. The Bupati's Decree mandated using 40% of ADD funds to eradicate of malaria in the villages to support Gebrak Malaria. 2007 became the year of "being at war" against malaria in Halmahera Selatan.

The Gebrak Malaria program has three main missions: community empowerment, cross-sector partnerships in the prevention of malaria through the Malaria Center, and increased malaria prevention and treatment services. The Gebrak Malaria Program has developed several innovations in malaria eradication in Halmahera Selatan including using the Participatory Learning and Action (PLA) approach, community-driven village efforts aided by Malaria Village Cadre, Malaria Mulok curriculum in elementary schools, services for pregnant women with malaria, insecticide soaked net provision and malaria screening.

Halmahera Selatan was successful in reducing malaria cases from 30 per 1000 people in 2007 to 9 per 1000 people in 2011. The success of various efforts made in the program shows Gebrak Malaria must continue and be sustainable. In 2009 the Malaria Center started planning to create a local regulation of regional regulation (Perda) on the prevention of malaria in Halmahera Selatan.

Finally the regulation was issued by the Government of Halmahera Selatan in 2011 and, through the initiative of the Parliament, the Ranperda was included in the Regional Legislative Program (Prolegda). To support the initiative, the Government, through the Malaria Center, held a Perda workshop in collaboration with UNICEF to seek inputs to the components of the Malaria Ranperda.

Various stakeholders were involved in this

MembebaskanHalmahera Selatan

dari Malaria

Kurikulum Mulok Malaria di Sekolah Dasar

Pemberantasan malaria bersama masyarakat yang digerakkan oleh Kader Malaria Desa

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Lahirnya Perda Penanggulangan MalariaBirth of a Malaria Perda bringing

about a Malaria-free South Halmahera

Page 9: BaKTI News Edisi 75

KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH FIRMANSYAH

87

Lahirnya Perda Penanggulangan MalariaBirth of a Malaria Perda bringing

about a Malaria-free South Halmahera

almahera Selatan merupakan kabupaten endemis tinggi malaria di Provinsi Maluku Utara. Sesuai data yang dimiliki HMalaria Center Halmahera Selatan pada tahun 2003, malaria

menyebabkan 205 orang meninggal di Kabupaten Halmahera Selatan. Setiap tahun Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria terjadi dengan mengakibatkan penderitaan karena kesakitan bahkan sampai pada tingkat kematian.

Tahun 2007, KLB malaria menyerang 3.291 orang dan 63 orang diantaranya meninggal dunia. Bupati Halmahera Selatan, Dr. H. Muhammad Kasuba, M.A, dan didampingi sejumlah pimpinan SKPD lingkup Pemda Halmahera Selatan turun langsung mengomandoi penanganan KLB tersebut. Lokasi transmigrasi Lalubi di Gane Timur yang merupakan daerah pertama meletusnya KLB di tahun 2007 pun didatangi Bupati bersama rombongannya. Setelah penanganan di

South Halmahera (Halmahera Selatan) is a malaria endemic district with a high incidence rate in the province of Maluku Utara. Corresponding data from the Halmahera Selatan Malaria Center in 2003 shows malaria caused 205 deaths in the district. The Kejadian Luar Biasa (KLB) rate causes serious suffering and deaths.

In 2007, outbreaks of malaria attacks affected 3291 people and led to 63 fatalities. The Head of South Halmahera District, Dr. H. Muhammad Kasuba, MA, accompanied by a number of leaders of Halmahera Selatan government agencies (SKPD) gave a direct order to handle the outbreak. The Bupati visited the Lalubi transmigration site in Gane Timur, which was the location of the first local outbreak in 2007, with his entourage. After the village of Lalubi, malaria outbreaks

Desa Lalubi, KLB malaria kembali meletus didesa-desa pesisir Gane Barat, Gane Timur, Madopolo, Posi-Posi, Kokotu dan Kaputusang.

Sejak kejadian luar biasa tersebut Pemerintah Daerah menyadari bahwa masalah malaria bukan hanya urusan sektor kesehatan saja tetapi menjadi urusan dan tanggungjawab bersama. Selama kunjungan Bupati Muhammad Kasuba, dalam penanggulangan KLB, ditemui bahwa kondisi lingkungan seperti genangan air turut memberikan kontribusi dalam penularan malaria. Di tahun 2007 pun Malaria Center kembali diaktifkan, yang sebelumnya pada tahun 2004 tepatnya 8 Desember telah dibentuk di Halmahera Selatan.

Malaria Center merupakan wadah koordinatif yang menghimpun segenap sektor dan stakeholder untuk menanggulangi malaria. Berbagai kegiatan pun dilakukan Malaria Center untuk memberikan advokasi kepada lintas sektor dan masyarakat untuk bergerak bersama memerangi tingginya tensi malaria di Halmahera Selatan. Deklarasi Gebrak Malaria pun diikrarkan pada 9 Juni 2007 oleh segenap komponen pemerintah, swasta atau dunia usaha dan masyarakat sebagai cita-cita dan komitmen untuk mewujudkan Kabupaten Halmahera Selatan Bebas Malaria. Untuk mewujudkan ciata-cita deklarasi tersebut maka Pemerintah Daerah melakukan Program Gebrak Malaria yang dimulai di tahun 2007 juga. Surat Keputusan Bupati Halmahera Selatan pun turun untuk menggunakan 40% dana ADD dalam pemberantasan malaria di desa guna mendukung Gebrak Malaria ini. Rupanya tahun 2007 ini merupakan tahun “berperang” melawan malaria di Halmahera Selatan dimulai disemua lapisan masyarakat.

Dalam program Gebrak Malaria terdapat tiga misi utama yakni, pemberdayaan masyarakat, kemitraan lintas sektor dalam penanggulangan malaria melalui wadah malaria center dan peningkatan pelayanan pencegahan dan pengobatan malaria. Program Gebrak Malaria pun melalui inovasi-inovasi dalam pemberantasan di Halmahera Selatan malaria seperti program Participatory Learning and Action (PLA) atau pemberantasan malaria bersama masyarakat yang digerakkan oleh Kader Malaria Desa, Kurikulum Mulok Malaria di Sekolah Dasar, pelayanan malaria untuk ibu hamil dengan pemberian kelambu berinsektisida dan screening malaria.

Dari berbagai program yang dilaksanakan secara bersama tersebut, Halmahera Selatan terbilang sukses dalam menurunkan kasus malaria dari 30 per 1000 penduduk ditahun 2007 menjadi 9 per 1000 penduduk di tahun 2011. Keberhasilan dari berbagai upaya yang dilakukan dalam program Gebrak Malaria haruslah tetap berjalan dan berkelanjutan. Untuk itu ditahun 2009 Malaria Center Halmahera Selatan kembali mewacanakan perlu adanya regulasi lokal berupa Peraturan Daerah (Perda) tentang penanggulangan malaria di Halmahera Selatan.

Dalam upaya pengusulan Perda tersebut akhirnya dikeluarkan oleh Pemda Halmahera Selatan di tahun 2011 dan Melalui inisiatif DPRD Ranperda Malaria dimasukkan dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda) untuk mendukung inisiatif Ranperda tersebut, Pemerintah Daerah melalui Malaria Center berkerjasama dengan Unicef menggelar Lokakarya Perda Malaria dan Lokakarya ini diadakan untuk memberikan masukan-masukan terhadap muatan-muatan yang akan dimuat dan dibahas dalam Ranperda Malaria.

erupted again in the coastal villages of Gane Barat, Gane Timur, Madopolo, Posi-Posi, Kokotu and Kaputusang.

Since the outbreak, the Government realized that the problem of malaria is not only a health sector issue, but the responsibility of all. During his visit in response to the outbreaks, Muhammad Kasuba found that environmental conditions such as standing water contributed to the spread of malaria. In 2007 the Malaria Center was re-activated, after being established on December 8 2004 in South Halmahera.

The Malaria Center is a coordinating organization that brings together all sectors and stakeholders in the fight against malaria. Various activities were undertaken by the Malaria Center to provide advocacy across sectors and communities to combat malaria in Halmahera Selatan. The Malaria Gebrak Declaration was made on June 9, 2007 and supported by components of the government, private sector and the public in a commitment to realize a Malaria-Free Halmahera Selatan. To realize the ideals of the declaration the Gebrak Malaria Program from the local government also began in 2007. The Bupati's Decree mandated using 40% of ADD funds to eradicate of malaria in the villages to support Gebrak Malaria. 2007 became the year of "being at war" against malaria in Halmahera Selatan.

The Gebrak Malaria program has three main missions: community empowerment, cross-sector partnerships in the prevention of malaria through the Malaria Center, and increased malaria prevention and treatment services. The Gebrak Malaria Program has developed several innovations in malaria eradication in Halmahera Selatan including using the Participatory Learning and Action (PLA) approach, community-driven village efforts aided by Malaria Village Cadre, Malaria Mulok curriculum in elementary schools, services for pregnant women with malaria, insecticide soaked net provision and malaria screening.

Halmahera Selatan was successful in reducing malaria cases from 30 per 1000 people in 2007 to 9 per 1000 people in 2011. The success of various efforts made in the program shows Gebrak Malaria must continue and be sustainable. In 2009 the Malaria Center started planning to create a local regulation of regional regulation (Perda) on the prevention of malaria in Halmahera Selatan.

Finally the regulation was issued by the Government of Halmahera Selatan in 2011 and, through the initiative of the Parliament, the Ranperda was included in the Regional Legislative Program (Prolegda). To support the initiative, the Government, through the Malaria Center, held a Perda workshop in collaboration with UNICEF to seek inputs to the components of the Malaria Ranperda.

Various stakeholders were involved in this

MembebaskanHalmahera Selatan

dari Malaria

Kurikulum Mulok Malaria di Sekolah Dasar

Pemberantasan malaria bersama masyarakat yang digerakkan oleh Kader Malaria Desa

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Lahirnya Perda Penanggulangan MalariaBirth of a Malaria Perda bringing

about a Malaria-free South Halmahera

Page 10: BaKTI News Edisi 75

9

ustice for the Poor, Bank Dunia bekerja sama dengan Yayasan BaKTI menyelenggarakan workshop dan konsultasi tentang JTantangan dan Peluang Bantuan Hukum di Indonesia, yang

dihadiri oleh perwakilan dari lembaga bantuan hukum, organisasi advokat, organisasi bantuan hukum termasuk paralegal, pemerintah dan juga aparat penegak hukum diantaranya Polisi dan Hakim. Adapun pemerintah diwakili oleh Kepala Divisi Pelayanan Hukum, Kementrian Hukum dan HAM di tingkat provinsi. Peserta workshop dan konsultasi untuk wilayah Timur ini datang dari wilayah NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Acara ini berlangsung pada tanggal 15 – 16 Februari di Makassar.

Tujuan diselenggarakannya Workshop dan Konsultasi ini adalah untuk mendapatkan masukan terkait dengan implementasi UU

Bantuan Hukum No. 16 tahun 2011. Dan tujuan khususnya adalah (i) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan lembaga layanan bantuan hukum dan organisasi yang m e n y e l e n g g a r a k a n k e g i a t a n P a r a l e g a l ; ( i i ) mengembangkan ide bersama terkait cara yang paling efektif untuk mempertemukan kebutuhan bantuan hukum dan paralegal di masa yang akan datang; dan (iii) mengklarifikasi dan mensosialisasikan UU Bantuan Hukum tersebut kepada seluruh pihak yang berkepentingan, serta m e n d i s k u s i k a n t a n t a n g a n - t a n t a n g a n d a l a m pelaksanaannya kedepan. Sebagai tujuan tambahan adalah melanjutkan diskusi yang bermanfaat dan konstruktif dengan para pihak yang berkepentingan terutama terkait dengan kemungkinan peran mereka

10

Tulisan merupakan ringkasan Hasil Workshop Tantangan dan Peluang Bantuan Hukum di Indonesia yang diadakan oleh program Justice for the PoorUntuk informasi lebih lanjut mengenai program ini, Anda dapat menghubungi Ibu Lisa Humaidah – Program Justice for the Poor melalui email: [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

kedepan untuk memberikan layanan bantuan hukum. Lahirnya Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum merupakan satu hal positif sebagai bentuk pemenuhan kewajiban Negara untuk memberikan bantuan hukum bagi masyarakat miskin. Kementerian Hukum dan HAM diberi mandat UU sebagai penanggungjawab dan pelaksana UU ini. Satu hal yang menggembirakan adalah UU ini menyediakan anggaran untuk pelaksanaan bantuan hukum, yang berpotensi untuk mendukung keberlanjutan lembaga layanan bantuan hukum khususnya di tingkat lokal dan secara tidak langsung meningkatkan akses hukum bagi masyarakat miskin. Namun demikian masih terdapat hal-hal yang perlu dibicarakan lebih lanjut terutama yang terkait dengan dukungan kelembagaan dan peningkatan kapasitas dan kualitas organisasi bantuan hukum di tingkat lokal yang selama ini belum mendapatkan dukungan yang memadai.

Kegiatan Workshop dan Konsultasi yang diselenggarakan dalam dua hari ini dibagi dalam empat sesi diskusi dengan menggunakan pendekatan yang mengupayakan keterlibatan dan partisipasi aktif dari peserta. Hari pertama peserta sharing dan mengeksplorasi mimpi tentang bantuan hukum mendatang, tantangan dan bagaimana menjawabnya. Peserta diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk menyampaikan pandangan terkait dengan implementasi bantuan hukum ke depan juga tantangan yang penting untuk dijawab serta bentuk dukungan yang mungkin diperlukan untuk melakukan kerja-kerja tersebut.

Beberapa tantangan layanan bantuan hukum disajikan peserta dalam bentuk role play yang kreatif dan menarik seperti prosedur birokrasi yang berbelit-belit dalam mengakses anggaran bantuan sehingga perlu perampingan birokrasi, juga realitas aparat penegak yang sering tidak mendukung penyelesaian perkara.

Selain sesi diskusi untuk menggali informasi dan masukan dari peserta, hari kedua adalah diskusi dan presentasi dari perwakilan Badan Peradilan Agama - Mahkamah Agung Republik Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI serta dari tim Justice for the Poor – Bank Dunia. Materi yang disajikan secara runut memberikan gambaran pelaksanaan bantuan hukum di Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri sebagai pembelajaran bagi pelaksanaan UU No. 16 Tahun 2011 serta informasi mengenai proses pelaksanaan terkini dari UU Bantuan Hukum ini termasuk tahap penyusunan rancangan peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang mengatur beberapa hal krusial di dalam penyelenggaraan bantuan hukum, diantaranya yaitu syarat lembaga layanan yang mengelola dana bantuan hukum dan penyaluran dana itu sendiri.

Rekomendasi yang dihasilkan melalui kegiatan ini menekankan pentingnya ketersediaan akses bantuan hukum yang mudah dan murah khususnya bagi masyarakat marginal. Hal ini tentu saja membutuhkan dukungan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai melalui penganggaran baik melalui APBN maupun APBD. Selain itu, diperlukan koordinasi dan kemitraan antara para

pihak penyelenggara bantuan hukum (aparat penegak hukum) termasuk paralegal. Terkait dengan isu Paralegal, sempat terjadi diskusi yang panjang untuk mengklarifikasi peran dan posisi yang dimainkan terutama di dalam UU Bantuan Hukum. Beberapa pertanyaan mendasar, sampai sejauh mana peran Paralegal? Dengan keterbatasan jumlah pengacara terutama di wilayah Timur Indonesia, apakah mereka bisa berperan untuk melakukan penanganan kasus secara litigasi?

Terkait dengan implementasi Undang – Undang No. 16 Tahun 2011 itu sendiri, dibutuhkan sosialisasi dan diseminasi informasi secara meluas mengenai UU Bantuan Hukum. Ketersediaan perangkat peraturan yang jelas termasuk Peraturan Pelaksana, Juklak, dan Juknis akan membantu mekanisme dan implementasi Undang– Undang Bantuan Hukum agar tidak terjadi perbedaan interpretasi dan tumpang tindih kewenangan. Tentang hal terakhir, terdapat pertanyaan kritis dari peserta jika kasus yang dilaporkan terkait dengan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga, apakah korban dan pelaku bisa sama-sama mengakses dana bantuan hukum jika mereka miskin dan tidak mampu?

Untuk itu, beberapa pertanyaan kritis tersebut diatas diharapkan dapat diakomodir dalam pembahasan peraturan pemerintah dan peraturan menteri untuk pelaksanaan UU Bantuan Hukum.

Selain rekomendasi di atas, para peserta juga merumuskan agenda tindak lanjut yang disusun berdasarkan kewilayahan. Dalam tingkat yang paling minimal, penyusunan agenda bersama memungkinkan para pihak untuk saling berkomunikasi terutama dari pemerintah sebagai leading sector pelaksana UU Bantuan Hukum dengan para pihak yang berkepentingan. Sehingga ketika mereka kembali ke wilayah masing-masing, diharapkan akan terus ada koordinasi dan komunikasi terutama dengan pihak pemerintah yaitu Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM sebagai leading sector pelaksanaan UU Bantuan Hukum di tingkat daerah.

INFORMASI LEBIH LANJUT

FOR MORE INFORMATION

Artikel ini disarikan dari sebuah tulisan dalam Buletin Malaria Center. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Malaria Center, hubungi Firmansyah, Malaria Center Halmahera Selatan - http://www.malariacenter.web.idTelp. (0927) 2321135 - Fax. (0927) 2321606 - HP. 0813 400 73285

Berbagai stakeholder pun ikut terlibat dalam lokakarya ini diantaranya dari Kementerian Kesehatan, Unicef, DPRD Halmahera Selatan, SKPD di lingkup Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, dan akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar serta unsur masyarakat, bahkan dalam kegiatan lokakarya tersebut lahir sebuah kesepakatan dari Badan Legislasi DPRD dan pihak eksekutif yang terlibat di dalamnya yang dalam kesepakatan tersebut akan membawa hasil lokakarya ini ke pembahasan Ranperda Malaria nanti.

Selanjutnya pada proses pembahasan Ranperda Malaria yang digelar di DPRD Kabupaten Halmahera Selatan terdapat beberapa pokok bahasan yang cukup menarik perhatian. Organisasi kelembagaan Malaria Center termasuk yang mendapat perhatian pembahasan, dimana terdapat wacana agar Malaria Center dapat ditingkatkan statusnya dari UPTD pada Dinas Kesehatan menjadi satuan kerja tersendiri artinya terlepas dari Dinkes. Namun setelah hasil ini dikonsultasikan kembali ke Kementerian Dalam Negeri ternyata diputuskan tetap dengan status UPTD. Sisi lain yang menarik dalam pembahasan yakni penambahan pasal tentang tugas SKPD terkait dalam pemberantasan malaria. Seorang anggota Pansus Ranperda

workshop including the Ministry of Health, UNICEF, Halmahera Selatan Parliament, the relevant SKPD from the South Halmahera District Government, academics from the Faculty of Public Health University of Hasanuddin Makassar and other elements of society. The workshop even gave birth to an agreement in Parliament to bring the results of this workshop to a later discussion of the Malaria Ranperda.

In the discussion of the Malaria Ranperda in the Halmahera Selatan Parliament, there were some very interesting points raised. The institutional organization of the Malaria Center was one such point, with a suggestion the Malaria Center's status from the Department of Health's UPTD be upgraded to become an independent organization. But after this idea was take to the Ministry of Home Affairs, the status was kept the same. There was also talk of the addition of articles regarding the SKPD duties involved in the eradication of malaria. A member the Ranperda Commiitte, Abdullah Majid said that it is very important to clarify the duties of the SKPD in the efforts of malaria eradication and to create a legal umbrella for future formulation of programs and activities

Abdullah Majid mengatakan bahwa hal seperti ini sangat penting untuk memperjelas tugas SKPD dalam upaya penanggulangan malaria sehingga dapat menjadikan payung hukum dalam merumuskan program dan kegiatan terkait penanggulangan malaria.

Melalui pembahasan yang panjang, akhirnya Ranperda Penanggulangan Malaria akhirnya disahkan menjadi Perda Nomor 8 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Malaria. Dalam Perda ini terdapat penguatan-penguatan program pengendalian malaria di antaranya adalagh pemberdayaan masyarakat, keterlibatan lintas sektor dan dunia usaha, strategi eliminasi malaria dengan pembebasan desa atau pulau dari malaria secara bertahap, perlunya Renstra penanggulangan malaria, dan program malaria wajib dibiayai oleh APBD. Perda No. 8 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Malaria ini ternyata merupakan perda malaria pertama di Indonesia.

related to handling of malaria.After a long debate, finally the Malaria Ranperda

was confirmed as Perda Number 8 2011 regarding Malaria Management. This Perda strengthens malaria c o n t r o l p r o g r a m s , i n c l u d i n g c o m m u n i t y empowerment, cross-sector involvement, and the private sector. A malaria elimination strategy to liberate the country or island from malaria, will require a Malaria Renstra, financed by regional budgets. Perda Number 8 2011 is the first regional regulation in Indonesia targeting malaria.

Workshop Tantangan dan Peluang Pelaksanaan Bantuan Hukum Di Indonesia:

CATATAN DARI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 11: BaKTI News Edisi 75

9

ustice for the Poor, Bank Dunia bekerja sama dengan Yayasan BaKTI menyelenggarakan workshop dan konsultasi tentang JTantangan dan Peluang Bantuan Hukum di Indonesia, yang

dihadiri oleh perwakilan dari lembaga bantuan hukum, organisasi advokat, organisasi bantuan hukum termasuk paralegal, pemerintah dan juga aparat penegak hukum diantaranya Polisi dan Hakim. Adapun pemerintah diwakili oleh Kepala Divisi Pelayanan Hukum, Kementrian Hukum dan HAM di tingkat provinsi. Peserta workshop dan konsultasi untuk wilayah Timur ini datang dari wilayah NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Acara ini berlangsung pada tanggal 15 – 16 Februari di Makassar.

Tujuan diselenggarakannya Workshop dan Konsultasi ini adalah untuk mendapatkan masukan terkait dengan implementasi UU

Bantuan Hukum No. 16 tahun 2011. Dan tujuan khususnya adalah (i) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan lembaga layanan bantuan hukum dan organisasi yang m e n y e l e n g g a r a k a n k e g i a t a n P a r a l e g a l ; ( i i ) mengembangkan ide bersama terkait cara yang paling efektif untuk mempertemukan kebutuhan bantuan hukum dan paralegal di masa yang akan datang; dan (iii) mengklarifikasi dan mensosialisasikan UU Bantuan Hukum tersebut kepada seluruh pihak yang berkepentingan, serta m e n d i s k u s i k a n t a n t a n g a n - t a n t a n g a n d a l a m pelaksanaannya kedepan. Sebagai tujuan tambahan adalah melanjutkan diskusi yang bermanfaat dan konstruktif dengan para pihak yang berkepentingan terutama terkait dengan kemungkinan peran mereka

10

Tulisan merupakan ringkasan Hasil Workshop Tantangan dan Peluang Bantuan Hukum di Indonesia yang diadakan oleh program Justice for the PoorUntuk informasi lebih lanjut mengenai program ini, Anda dapat menghubungi Ibu Lisa Humaidah – Program Justice for the Poor melalui email: [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

kedepan untuk memberikan layanan bantuan hukum. Lahirnya Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum merupakan satu hal positif sebagai bentuk pemenuhan kewajiban Negara untuk memberikan bantuan hukum bagi masyarakat miskin. Kementerian Hukum dan HAM diberi mandat UU sebagai penanggungjawab dan pelaksana UU ini. Satu hal yang menggembirakan adalah UU ini menyediakan anggaran untuk pelaksanaan bantuan hukum, yang berpotensi untuk mendukung keberlanjutan lembaga layanan bantuan hukum khususnya di tingkat lokal dan secara tidak langsung meningkatkan akses hukum bagi masyarakat miskin. Namun demikian masih terdapat hal-hal yang perlu dibicarakan lebih lanjut terutama yang terkait dengan dukungan kelembagaan dan peningkatan kapasitas dan kualitas organisasi bantuan hukum di tingkat lokal yang selama ini belum mendapatkan dukungan yang memadai.

Kegiatan Workshop dan Konsultasi yang diselenggarakan dalam dua hari ini dibagi dalam empat sesi diskusi dengan menggunakan pendekatan yang mengupayakan keterlibatan dan partisipasi aktif dari peserta. Hari pertama peserta sharing dan mengeksplorasi mimpi tentang bantuan hukum mendatang, tantangan dan bagaimana menjawabnya. Peserta diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk menyampaikan pandangan terkait dengan implementasi bantuan hukum ke depan juga tantangan yang penting untuk dijawab serta bentuk dukungan yang mungkin diperlukan untuk melakukan kerja-kerja tersebut.

Beberapa tantangan layanan bantuan hukum disajikan peserta dalam bentuk role play yang kreatif dan menarik seperti prosedur birokrasi yang berbelit-belit dalam mengakses anggaran bantuan sehingga perlu perampingan birokrasi, juga realitas aparat penegak yang sering tidak mendukung penyelesaian perkara.

Selain sesi diskusi untuk menggali informasi dan masukan dari peserta, hari kedua adalah diskusi dan presentasi dari perwakilan Badan Peradilan Agama - Mahkamah Agung Republik Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI serta dari tim Justice for the Poor – Bank Dunia. Materi yang disajikan secara runut memberikan gambaran pelaksanaan bantuan hukum di Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri sebagai pembelajaran bagi pelaksanaan UU No. 16 Tahun 2011 serta informasi mengenai proses pelaksanaan terkini dari UU Bantuan Hukum ini termasuk tahap penyusunan rancangan peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang mengatur beberapa hal krusial di dalam penyelenggaraan bantuan hukum, diantaranya yaitu syarat lembaga layanan yang mengelola dana bantuan hukum dan penyaluran dana itu sendiri.

Rekomendasi yang dihasilkan melalui kegiatan ini menekankan pentingnya ketersediaan akses bantuan hukum yang mudah dan murah khususnya bagi masyarakat marginal. Hal ini tentu saja membutuhkan dukungan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai melalui penganggaran baik melalui APBN maupun APBD. Selain itu, diperlukan koordinasi dan kemitraan antara para

pihak penyelenggara bantuan hukum (aparat penegak hukum) termasuk paralegal. Terkait dengan isu Paralegal, sempat terjadi diskusi yang panjang untuk mengklarifikasi peran dan posisi yang dimainkan terutama di dalam UU Bantuan Hukum. Beberapa pertanyaan mendasar, sampai sejauh mana peran Paralegal? Dengan keterbatasan jumlah pengacara terutama di wilayah Timur Indonesia, apakah mereka bisa berperan untuk melakukan penanganan kasus secara litigasi?

Terkait dengan implementasi Undang – Undang No. 16 Tahun 2011 itu sendiri, dibutuhkan sosialisasi dan diseminasi informasi secara meluas mengenai UU Bantuan Hukum. Ketersediaan perangkat peraturan yang jelas termasuk Peraturan Pelaksana, Juklak, dan Juknis akan membantu mekanisme dan implementasi Undang– Undang Bantuan Hukum agar tidak terjadi perbedaan interpretasi dan tumpang tindih kewenangan. Tentang hal terakhir, terdapat pertanyaan kritis dari peserta jika kasus yang dilaporkan terkait dengan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga, apakah korban dan pelaku bisa sama-sama mengakses dana bantuan hukum jika mereka miskin dan tidak mampu?

Untuk itu, beberapa pertanyaan kritis tersebut diatas diharapkan dapat diakomodir dalam pembahasan peraturan pemerintah dan peraturan menteri untuk pelaksanaan UU Bantuan Hukum.

Selain rekomendasi di atas, para peserta juga merumuskan agenda tindak lanjut yang disusun berdasarkan kewilayahan. Dalam tingkat yang paling minimal, penyusunan agenda bersama memungkinkan para pihak untuk saling berkomunikasi terutama dari pemerintah sebagai leading sector pelaksana UU Bantuan Hukum dengan para pihak yang berkepentingan. Sehingga ketika mereka kembali ke wilayah masing-masing, diharapkan akan terus ada koordinasi dan komunikasi terutama dengan pihak pemerintah yaitu Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM sebagai leading sector pelaksanaan UU Bantuan Hukum di tingkat daerah.

INFORMASI LEBIH LANJUT

FOR MORE INFORMATION

Artikel ini disarikan dari sebuah tulisan dalam Buletin Malaria Center. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Malaria Center, hubungi Firmansyah, Malaria Center Halmahera Selatan - http://www.malariacenter.web.idTelp. (0927) 2321135 - Fax. (0927) 2321606 - HP. 0813 400 73285

Berbagai stakeholder pun ikut terlibat dalam lokakarya ini diantaranya dari Kementerian Kesehatan, Unicef, DPRD Halmahera Selatan, SKPD di lingkup Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, dan akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar serta unsur masyarakat, bahkan dalam kegiatan lokakarya tersebut lahir sebuah kesepakatan dari Badan Legislasi DPRD dan pihak eksekutif yang terlibat di dalamnya yang dalam kesepakatan tersebut akan membawa hasil lokakarya ini ke pembahasan Ranperda Malaria nanti.

Selanjutnya pada proses pembahasan Ranperda Malaria yang digelar di DPRD Kabupaten Halmahera Selatan terdapat beberapa pokok bahasan yang cukup menarik perhatian. Organisasi kelembagaan Malaria Center termasuk yang mendapat perhatian pembahasan, dimana terdapat wacana agar Malaria Center dapat ditingkatkan statusnya dari UPTD pada Dinas Kesehatan menjadi satuan kerja tersendiri artinya terlepas dari Dinkes. Namun setelah hasil ini dikonsultasikan kembali ke Kementerian Dalam Negeri ternyata diputuskan tetap dengan status UPTD. Sisi lain yang menarik dalam pembahasan yakni penambahan pasal tentang tugas SKPD terkait dalam pemberantasan malaria. Seorang anggota Pansus Ranperda

workshop including the Ministry of Health, UNICEF, Halmahera Selatan Parliament, the relevant SKPD from the South Halmahera District Government, academics from the Faculty of Public Health University of Hasanuddin Makassar and other elements of society. The workshop even gave birth to an agreement in Parliament to bring the results of this workshop to a later discussion of the Malaria Ranperda.

In the discussion of the Malaria Ranperda in the Halmahera Selatan Parliament, there were some very interesting points raised. The institutional organization of the Malaria Center was one such point, with a suggestion the Malaria Center's status from the Department of Health's UPTD be upgraded to become an independent organization. But after this idea was take to the Ministry of Home Affairs, the status was kept the same. There was also talk of the addition of articles regarding the SKPD duties involved in the eradication of malaria. A member the Ranperda Commiitte, Abdullah Majid said that it is very important to clarify the duties of the SKPD in the efforts of malaria eradication and to create a legal umbrella for future formulation of programs and activities

Abdullah Majid mengatakan bahwa hal seperti ini sangat penting untuk memperjelas tugas SKPD dalam upaya penanggulangan malaria sehingga dapat menjadikan payung hukum dalam merumuskan program dan kegiatan terkait penanggulangan malaria.

Melalui pembahasan yang panjang, akhirnya Ranperda Penanggulangan Malaria akhirnya disahkan menjadi Perda Nomor 8 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Malaria. Dalam Perda ini terdapat penguatan-penguatan program pengendalian malaria di antaranya adalagh pemberdayaan masyarakat, keterlibatan lintas sektor dan dunia usaha, strategi eliminasi malaria dengan pembebasan desa atau pulau dari malaria secara bertahap, perlunya Renstra penanggulangan malaria, dan program malaria wajib dibiayai oleh APBD. Perda No. 8 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Malaria ini ternyata merupakan perda malaria pertama di Indonesia.

related to handling of malaria.After a long debate, finally the Malaria Ranperda

was confirmed as Perda Number 8 2011 regarding Malaria Management. This Perda strengthens malaria c o n t r o l p r o g r a m s , i n c l u d i n g c o m m u n i t y empowerment, cross-sector involvement, and the private sector. A malaria elimination strategy to liberate the country or island from malaria, will require a Malaria Renstra, financed by regional budgets. Perda Number 8 2011 is the first regional regulation in Indonesia targeting malaria.

Workshop Tantangan dan Peluang Pelaksanaan Bantuan Hukum Di Indonesia:

CATATAN DARI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 12: BaKTI News Edisi 75

11 12

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

DI SULAWESI SELATAN

OLEH GUNTUR SUTIYONO

KEUANGAN DAERAH

wal tahun 2012 ditandai dengan diluncurkannya Analisa Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan bertajuk A“Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan

Daerah di Gerbang Indonesia Timur”. Laporan ini merupakan hasil kerja sama panjang antara Bank Dunia dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Manajemen (P3KM) Universitas Hasanuddin yang didukung penuh oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Apa saja yang ditemukan dan direkomendasikan dalam laporan tersebut?

Apa saja yang bertumbuh dan menurun?Dalam enam tahun terakhir, Sulawesi Selatan

menikmati pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,8%. Angka ini melebihi rata-rata nasional 5,6% selama kurun waktu 2005 hingga 2010. Dalam hal Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), Sektor Keuangan dan Persewaan, dan Sektor Konstruksi merupakan dua sektor yang tumbuh paling cepat. Pertumbuhan masing-masing sektor pada tahun 2005 hingga 2010 adalah 74% dan 69%. Sementara Sektor Pertanian adalah sektor yang pertumbuhannya paling rendah, yaitu 22%. Ini menyebabkan menurunnya kontribusi Sektor Pertanian pada PDRB Sulsel dari 31% menjadi 27%.

Walaupun terjadi penurunan kontribusi, Sektor Pertanian tetap menjadi sektor penting karena Sulawesi Selatan adalah salah satu lumbung pangan penting nasional yang menyediakan komoditas beras, jagung, rumput laut, ternak sapi, dan kakao. Selain itu sektor ini juga menyerap 49% tenaga kerja, dan 48% angkatan kerja perempuan.

Seiring dengan semakin baiknya pertumbuhan ekonomi, Sulawesi Selatan juga berhasil menurunkan separuh tingkat penganggurannya dalam waktu 6 tahun. Tingkat pengangguran pada tahun 2010 adalah 8%, jauh

berkurang dari angka 18% di tahun 2005. Antara tahun 2005 hingga 2010, pendapatan pemerintah di Sulawesi Selatan meningkat dua kali

lipat. Sebesar 58% dari pendapatan pemerintah Provinsi bersumber dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Selama periode ini, pendapatan provinsi dan kabupaten/kota tumbuh sebesar 76% atau mencapai hampir Rp. 16 triliun. Jika dilihat masing-

Penulis adalah peneliti pada program Analisa Pengeluaran Publik dan Peningkatan Kapasitas dan dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

masing, pendapatan pemerintah provinsi tumbuh 9% per tahun dan pendapatan pemerintah kabupaten/kota sebesar 11% per tahun. Sayangnya hanya 7% pendapatan pemerintah kabupaten/kota yang bersumber dari PAD. Transfer dana dari pusat menyumbang 76% pendapatan di Sulawesi Selatan atau setara dengan Rp. 11 triliun pada tahun 2010.

Pada tingkat Provinsi, belanja terbesar adalah Transfer ke Daerah Bawahan (37%). Belanja Transfer di provinsi ini sebagian besar digunakan untuk Program Kesehatan Gratis dan Pendidikan Gratis. Sejalan dengan itu, belanja pendidikan mendominasi belanja pemerintah kabupaten kota, yaitu sebesar 33% dari total belanja.

Alokasi belanja untuk program-program terkait kesetaraan gender di Sulawesi Selatan relatif kecil dan jumlahnya tidak konsisten setiap tahun. Belanja terkait gender dilihat dari alokasi untuk program-program tertentu yang dikelola Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Badan PP dan PA). Di tingkat Provinsi, alokasi belanja terkait kesetaraan gender baru muncul pada tahun 2010 dan 2011, masing-masing sebesar Rp. 5,2 miliar dan Rp. 5,6 miliar atau setara dengan 0,2 % dari total belanja.

Di tingkat kabupaten/kota, belanja terkait gender telah dianggarkan sejak 2008, dengan jumlah alokasi berkisar antara Rp. 11 miliar sampai Rp. 27 miliar. Jika dibandingkan dengan total belanja kabupaten/kota, jumlah tersebut sangat tidak signifikan, yaitu berkisar antara 0,09% hingga 0,2%. Besaran yang fluktuatif memperlihatkan bahwa belanja untuk program terkait gender tidak berkelanjutan. Tantangan lain adalah bahwa lebih dari separuhnya dialokasikan untuk belanja pegawai.

Capaian sektor-sektor strategisPeningkatan belanja pendidikan diikuti dengan peningkatan

capaian. Belanja pendidikan tumbuh sebesar 27 persen per tahun. Walaupun tiga perempatnya digunakan untuk belanja pegawai, namun rasio guru-murid dan rasio sekolah-murid membaik di semua jenjang pendidikan.

Angka melek huruf di Sulawesi Selatan meningkat dari 85 (2005) menjadi 88 (2010). Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di perkotaan lebih baik dibanding di kabupaten di mana Makassar, Palopo, dan Parepare memiliki angka yang tertinggi. Angka melek huruf perempuan lebih rendah daripada laki-laki, terutama untuk tingkat usia 65 tahun ke atas, dan ini berdampak pada upaya pemerintah meningkatkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Siswa perempuan pun cenderung memiliki lama sekolah yang lebih sedikit ketimbang siswa laki-laki, meskipun angka partisipasi sekolah perempuan sedikit lebih tinggi daripada laki-laki. Temuan ini mengindikasikan Sulawesi Selatan menghadapi tantangan dalam penyediaan layanan pendidikan di pedesaan dan kepada siswa perempuan.

Indikator kesehatan dasar juga membaik seiring dengan peningkatan belanja kesehatan. Belanja kesehatan di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 mencapai Rp. 1,7 triliun, di mana 48 persennya digunakan untuk belanja pegawai. Proporsi belanja kesehatan terhadap total belanja daerah tidak berubah, yaitu masih sebesar 9%.

Beberapa perbaikan penting bidang kesehatan telah dicapai pada indikator keluaran dan capaian. Angka harapan hidup meningkat dari 70,2 (2007) menjadi 70,8 (2010) mendekati angka nasional sebesar 70,9. Angka kematian bayi berhasil diturunkan dari 30 per 1.000 kelahiran tahun 2005 menjadi 26,6 per seribu kelahiran (2009). Angka kematian ibu turun dari 133 (2006) menjadi 118 (2009) per 100.000 kelahiran.

Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk meningkat dari 2,2 (2005) menjadi 2,7 (2009). Begitu pula dengan rasio tenaga kesehatan yang meningkat dari 15 (2005) menjadi 16,5 (2009). Sebaran fasi l itas kesehatan per 10.000 penduduk di kabupaten/kota cukup merata, tetapi sebaran tenaga kesehatan masih terkonsentrasi di perkotaan.

Peningkatan belanja infrastruktur juga meningkatkan peran Makassar dalam konektivitas, khususnya di kawasan timur Indonesia. Belanja infrastruktur Sulawesi Selatan tumbuh secara substansial menjelang pembangunan bandar udara baru. Di tahun

2010, belanja infrastruktur mencapai Rp. 2,5 triliun, atau 15% dari total belanja. Lebih dari 85 persennya dibelanjakan pada tingkat kabupaten/kota. Hasilnya, provinsi ini memiliki aksesibilitas yang terbaik di kawasan timur Indonesia dengan bandar udara internasional dan pelabuhan laut di Kota Makassar.

Capaian-capaian terutama dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan turut menyumbang perbaikan pada angka IPM Sulawesi Selatan. Angka IPM Sulawesi Selatan pada tahun 2006 adalah 68,8 naik menjadi 72,2 di tahun 2010. Posisi secara nasional juga membaik, yakni dari peringkat 23 naik menjadi 19. Jika Sulawesi Selatan mampu mengurangi angka buta hurufnya secara signifikan, IPM provinsi ini dapat menempati urutan yang lebih baik di masa depan.

Rekomendasi untuk kualitas pelayanan publik yang lebih baik

Sejumlah rekomendasi telah dihasilkan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah dan layanan publik. Dari sisi fiskal daerah, pemerintah di Sulawesi Selatan perlu memperbaiki komposisi dan kualitas belanja di sektor strategis. Hampir separuh belanja pemerintah di Sulawesi Selatan (44%) masih digunakan untuk belanja pegawai, sementara belanja modal hanya menghabiskan 26% dari total anggaran.

Upaya pemerintah dengan Program Pendidikan dan Kesehatan Gratis perlu mendapat apresiasi dan harus berkelanjutan. Salah satu jaminan keberlanjutan program-program semacam ini adalah lewat pembiayaan yang bersumber dari PAD sendiri. Maka itu Sulawesi Selatan, terutama kabupaten/kota perlu meningkatkan kapasitas fiskal dari PAD.

Terkait dengan sektor strategis, pemerintah perlu terus meningkatkan indikator pembentuk IPM, terutama indikator pendidikan. Pemberantasan buta huruf, dibarengi dengan perbaikan rata-rata lama sekolah khususnya untuk perempuan, dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Sulawesi Selatan di masa depan. Pemerintah perlu berinvestasi pada program kesehatan berjangka panjang, tidak hanya bersifat kuratif (pengobatan). Infrastruktur dasar seperti akses air bersih dan akses sanitasi perlu mendapat perhatian, karena beberapa kabupaten masih tertinggal dari yang lainnya. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor dominan di provinsi ini perlu bergerak dari penghasil menjadi pengolah untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani.

Alokasi untuk program, khususnya program kesetaraan gender, yang mengarah langsung kepada penerima manfaat (beneficiaries) juga perlu mendapat perhatian. Pada 2010, program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tingkat provinsi yang menyerap anggaran terbesar adalah yang terkait penguatan institusi, yaitu Program Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perempuan. Meskipun menurun di tahun berikutnya, program ini tetap menyerap anggaran terbesar bersama dengan Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan.

Sederet rekomendasi ini buk an saja untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun agar pertumbuhan tersebut bisa bersifat inklusif, dimana masyarakat dapat ikut menjadi pemain dan menikmati hasil pertumbuhan ekonomi dalam bentuk kesejahteraan dan pelayanan publik yang berkualitas.

CATATAN DARI ANALISA KEUANGAN PUBLIK 2012

WARGA MENUNGGU OBAT DILOKET SEBUAH PUSKESMAS KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN.INDIKATOR KESEHATAN DASAR DI SULAWESI SELATANMEMBAIK SEIRING DENGAN PENINGKATAN BELANJA KESEHATANNYA.

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 13: BaKTI News Edisi 75

11 12

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

DI SULAWESI SELATAN

OLEH GUNTUR SUTIYONO

KEUANGAN DAERAH

wal tahun 2012 ditandai dengan diluncurkannya Analisa Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan bertajuk A“Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan

Daerah di Gerbang Indonesia Timur”. Laporan ini merupakan hasil kerja sama panjang antara Bank Dunia dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Manajemen (P3KM) Universitas Hasanuddin yang didukung penuh oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Apa saja yang ditemukan dan direkomendasikan dalam laporan tersebut?

Apa saja yang bertumbuh dan menurun?Dalam enam tahun terakhir, Sulawesi Selatan

menikmati pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,8%. Angka ini melebihi rata-rata nasional 5,6% selama kurun waktu 2005 hingga 2010. Dalam hal Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), Sektor Keuangan dan Persewaan, dan Sektor Konstruksi merupakan dua sektor yang tumbuh paling cepat. Pertumbuhan masing-masing sektor pada tahun 2005 hingga 2010 adalah 74% dan 69%. Sementara Sektor Pertanian adalah sektor yang pertumbuhannya paling rendah, yaitu 22%. Ini menyebabkan menurunnya kontribusi Sektor Pertanian pada PDRB Sulsel dari 31% menjadi 27%.

Walaupun terjadi penurunan kontribusi, Sektor Pertanian tetap menjadi sektor penting karena Sulawesi Selatan adalah salah satu lumbung pangan penting nasional yang menyediakan komoditas beras, jagung, rumput laut, ternak sapi, dan kakao. Selain itu sektor ini juga menyerap 49% tenaga kerja, dan 48% angkatan kerja perempuan.

Seiring dengan semakin baiknya pertumbuhan ekonomi, Sulawesi Selatan juga berhasil menurunkan separuh tingkat penganggurannya dalam waktu 6 tahun. Tingkat pengangguran pada tahun 2010 adalah 8%, jauh

berkurang dari angka 18% di tahun 2005. Antara tahun 2005 hingga 2010, pendapatan pemerintah di Sulawesi Selatan meningkat dua kali

lipat. Sebesar 58% dari pendapatan pemerintah Provinsi bersumber dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Selama periode ini, pendapatan provinsi dan kabupaten/kota tumbuh sebesar 76% atau mencapai hampir Rp. 16 triliun. Jika dilihat masing-

Penulis adalah peneliti pada program Analisa Pengeluaran Publik dan Peningkatan Kapasitas dan dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

masing, pendapatan pemerintah provinsi tumbuh 9% per tahun dan pendapatan pemerintah kabupaten/kota sebesar 11% per tahun. Sayangnya hanya 7% pendapatan pemerintah kabupaten/kota yang bersumber dari PAD. Transfer dana dari pusat menyumbang 76% pendapatan di Sulawesi Selatan atau setara dengan Rp. 11 triliun pada tahun 2010.

Pada tingkat Provinsi, belanja terbesar adalah Transfer ke Daerah Bawahan (37%). Belanja Transfer di provinsi ini sebagian besar digunakan untuk Program Kesehatan Gratis dan Pendidikan Gratis. Sejalan dengan itu, belanja pendidikan mendominasi belanja pemerintah kabupaten kota, yaitu sebesar 33% dari total belanja.

Alokasi belanja untuk program-program terkait kesetaraan gender di Sulawesi Selatan relatif kecil dan jumlahnya tidak konsisten setiap tahun. Belanja terkait gender dilihat dari alokasi untuk program-program tertentu yang dikelola Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Badan PP dan PA). Di tingkat Provinsi, alokasi belanja terkait kesetaraan gender baru muncul pada tahun 2010 dan 2011, masing-masing sebesar Rp. 5,2 miliar dan Rp. 5,6 miliar atau setara dengan 0,2 % dari total belanja.

Di tingkat kabupaten/kota, belanja terkait gender telah dianggarkan sejak 2008, dengan jumlah alokasi berkisar antara Rp. 11 miliar sampai Rp. 27 miliar. Jika dibandingkan dengan total belanja kabupaten/kota, jumlah tersebut sangat tidak signifikan, yaitu berkisar antara 0,09% hingga 0,2%. Besaran yang fluktuatif memperlihatkan bahwa belanja untuk program terkait gender tidak berkelanjutan. Tantangan lain adalah bahwa lebih dari separuhnya dialokasikan untuk belanja pegawai.

Capaian sektor-sektor strategisPeningkatan belanja pendidikan diikuti dengan peningkatan

capaian. Belanja pendidikan tumbuh sebesar 27 persen per tahun. Walaupun tiga perempatnya digunakan untuk belanja pegawai, namun rasio guru-murid dan rasio sekolah-murid membaik di semua jenjang pendidikan.

Angka melek huruf di Sulawesi Selatan meningkat dari 85 (2005) menjadi 88 (2010). Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di perkotaan lebih baik dibanding di kabupaten di mana Makassar, Palopo, dan Parepare memiliki angka yang tertinggi. Angka melek huruf perempuan lebih rendah daripada laki-laki, terutama untuk tingkat usia 65 tahun ke atas, dan ini berdampak pada upaya pemerintah meningkatkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Siswa perempuan pun cenderung memiliki lama sekolah yang lebih sedikit ketimbang siswa laki-laki, meskipun angka partisipasi sekolah perempuan sedikit lebih tinggi daripada laki-laki. Temuan ini mengindikasikan Sulawesi Selatan menghadapi tantangan dalam penyediaan layanan pendidikan di pedesaan dan kepada siswa perempuan.

Indikator kesehatan dasar juga membaik seiring dengan peningkatan belanja kesehatan. Belanja kesehatan di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 mencapai Rp. 1,7 triliun, di mana 48 persennya digunakan untuk belanja pegawai. Proporsi belanja kesehatan terhadap total belanja daerah tidak berubah, yaitu masih sebesar 9%.

Beberapa perbaikan penting bidang kesehatan telah dicapai pada indikator keluaran dan capaian. Angka harapan hidup meningkat dari 70,2 (2007) menjadi 70,8 (2010) mendekati angka nasional sebesar 70,9. Angka kematian bayi berhasil diturunkan dari 30 per 1.000 kelahiran tahun 2005 menjadi 26,6 per seribu kelahiran (2009). Angka kematian ibu turun dari 133 (2006) menjadi 118 (2009) per 100.000 kelahiran.

Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk meningkat dari 2,2 (2005) menjadi 2,7 (2009). Begitu pula dengan rasio tenaga kesehatan yang meningkat dari 15 (2005) menjadi 16,5 (2009). Sebaran fasi l itas kesehatan per 10.000 penduduk di kabupaten/kota cukup merata, tetapi sebaran tenaga kesehatan masih terkonsentrasi di perkotaan.

Peningkatan belanja infrastruktur juga meningkatkan peran Makassar dalam konektivitas, khususnya di kawasan timur Indonesia. Belanja infrastruktur Sulawesi Selatan tumbuh secara substansial menjelang pembangunan bandar udara baru. Di tahun

2010, belanja infrastruktur mencapai Rp. 2,5 triliun, atau 15% dari total belanja. Lebih dari 85 persennya dibelanjakan pada tingkat kabupaten/kota. Hasilnya, provinsi ini memiliki aksesibilitas yang terbaik di kawasan timur Indonesia dengan bandar udara internasional dan pelabuhan laut di Kota Makassar.

Capaian-capaian terutama dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan turut menyumbang perbaikan pada angka IPM Sulawesi Selatan. Angka IPM Sulawesi Selatan pada tahun 2006 adalah 68,8 naik menjadi 72,2 di tahun 2010. Posisi secara nasional juga membaik, yakni dari peringkat 23 naik menjadi 19. Jika Sulawesi Selatan mampu mengurangi angka buta hurufnya secara signifikan, IPM provinsi ini dapat menempati urutan yang lebih baik di masa depan.

Rekomendasi untuk kualitas pelayanan publik yang lebih baik

Sejumlah rekomendasi telah dihasilkan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah dan layanan publik. Dari sisi fiskal daerah, pemerintah di Sulawesi Selatan perlu memperbaiki komposisi dan kualitas belanja di sektor strategis. Hampir separuh belanja pemerintah di Sulawesi Selatan (44%) masih digunakan untuk belanja pegawai, sementara belanja modal hanya menghabiskan 26% dari total anggaran.

Upaya pemerintah dengan Program Pendidikan dan Kesehatan Gratis perlu mendapat apresiasi dan harus berkelanjutan. Salah satu jaminan keberlanjutan program-program semacam ini adalah lewat pembiayaan yang bersumber dari PAD sendiri. Maka itu Sulawesi Selatan, terutama kabupaten/kota perlu meningkatkan kapasitas fiskal dari PAD.

Terkait dengan sektor strategis, pemerintah perlu terus meningkatkan indikator pembentuk IPM, terutama indikator pendidikan. Pemberantasan buta huruf, dibarengi dengan perbaikan rata-rata lama sekolah khususnya untuk perempuan, dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Sulawesi Selatan di masa depan. Pemerintah perlu berinvestasi pada program kesehatan berjangka panjang, tidak hanya bersifat kuratif (pengobatan). Infrastruktur dasar seperti akses air bersih dan akses sanitasi perlu mendapat perhatian, karena beberapa kabupaten masih tertinggal dari yang lainnya. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor dominan di provinsi ini perlu bergerak dari penghasil menjadi pengolah untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani.

Alokasi untuk program, khususnya program kesetaraan gender, yang mengarah langsung kepada penerima manfaat (beneficiaries) juga perlu mendapat perhatian. Pada 2010, program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tingkat provinsi yang menyerap anggaran terbesar adalah yang terkait penguatan institusi, yaitu Program Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perempuan. Meskipun menurun di tahun berikutnya, program ini tetap menyerap anggaran terbesar bersama dengan Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan.

Sederet rekomendasi ini buk an saja untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun agar pertumbuhan tersebut bisa bersifat inklusif, dimana masyarakat dapat ikut menjadi pemain dan menikmati hasil pertumbuhan ekonomi dalam bentuk kesejahteraan dan pelayanan publik yang berkualitas.

CATATAN DARI ANALISA KEUANGAN PUBLIK 2012

WARGA MENUNGGU OBAT DILOKET SEBUAH PUSKESMAS KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN.INDIKATOR KESEHATAN DASAR DI SULAWESI SELATANMEMBAIK SEIRING DENGAN PENINGKATAN BELANJA KESEHATANNYA.

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 14: BaKTI News Edisi 75

panduan untuk mengenali, mendokumentasikan dan menyebarkan praktik cerdas

BUKU BARU

DITERBITKAN OLEHYAYASAN BURSA PENGETAHUAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

Untuk mendapatkan buku ini, hubungi kami di : [email protected]

Setiap bagian dari berita kisah Praktik Cerdas bisa disandingkan dengan kajian akademiknya. Proses pembelajaran dan tantangan yang dihadapi oleh pelaku Praktik Cerdas dari awal hingga sekarang bisa dilihat sebagai indikator-indikator sosial, ekonomi, dan lingkungan sebelum dan saat berjalannya Praktik Cerdas. Keberhasilan dan pencapaian saat ini merupakan bahasa lain dari indikator kemasyarakatan yang saat ini. Sementara, harapan-harapan mengenai potensi Praktik Cerdas bisa disamakan dengan proyeksi indikator-indikator tersebut di masa depan.

Praktik Cerdas menjawab tantangan di sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan, kesetaraan gender dan pengembangan ekonomi lokal. Kelima sektor tersebut memiliki indikator statistik yang jelas, bisa diukur dan tersedia secara periodik (Misal, buku Provinsi/Kabupaten Dalam Angka). Akan makin sempurna apabila menyertakan pula data-data dasar yang diambil langsung di tingkat komunitas.

Beberapa praktik cerdas yang sudah berhasil direplikasi memperlihatkan perpaduan antara dua model penyampaian informasi ini, berita kisah dan kajian berbasis data. Sebagai contoh, Kemitraan Bidan dan Dukun di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Dukungan terhadap Praktik Cerdas tersebut sehingga akhirnya Pemerintah Kabupaten Takalar mem-Perda-kan inisiatif tersebut, adalah hasil dari gabungan informasi kualitatif dan kuantitatif. Kajian yang dilakukan oleh sebuah lembaga mitra internasional memperlihatkan indikator kematian ibu saat melahirkan yang terus menurun sejak tahun 2008, sehingga meyakinkan para pengambil kebijakan untuk merangkul Praktik Cerdas tersebut sebagai kebijakan daerah.

Pengambil kebijakan menjadi target utama dari diseminasi kajian ini. Namun tidak tertutup kemungkinan para mitra internasional, lembaga masyarakat sipil, bahkan Yayasan BaKTI sendiri, membutuhkan kajian semacam ini untuk mendukung promosi dan replikasi praktik cerdas.

alah satu keunggulan utama dari Praktik Cerdas adalah inisiatif berbasis komunitas yang memberikan manfaat untuk Skomunitas yang menjalankannya. Komunitas pelaku praktik

cerdas tentunya melalui serangkaian proses pembelajaran, evaluasi dan penyempurnaan dalam menjalankan inisiatif mereka hingga sampai pada titik di mana yang mereka lakukan layak dianggap sebagai sebuah Praktik Cerdas. Proses pembelajaran ini adalah kekuatan dari sebuah Praktik Cerdas, karena memungkinkan komunitas lain untuk menghindari kesalahan atau permasalahan serupa.

Yayasan BaKTI mendokumentasikan proses pembelajaran dari setiap Praktik Cerdas, termasuk di dalamnya setiap tantangan yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan, serta harapan-harapan dari pelaku praktik cerdas untuk keberlanjutannya di masa yang akan datang. Dokumentasi ini menggunakan pendekatan berita kisah (feature) dan inspirasional untuk membangkitkan ketertarikan dan semangat untuk melakukan hal yang serupa dengan para pelaku praktik cerdas. Selain berita kisah dalam bentuk tulisan, dokumentasi video juga dibuat dengan format yang serupa.

Model penyampaian yang demikian memudahkan pembaca (para pelaku pembangunan) untuk memahami keberhasilan dan pencapaian dari setiap Praktik Cerdas, dan juga memudahkan mereka untuk melihat kesamaan pengalaman maupun tantangan yang sedang mereka hadapi dengan yang pernah dialami oleh para pelaku praktik cerdas.

Namun masih dibutuhkan elemen yang melengkapi model penyampaian berita kisah tersebut, yaitu penyampaian informasi berdasarkan kajian ilmiah yang menampilkan data, fakta dan indikator terukur. Model yang demikian akan semakin menguatkan dampak penerimaan terhadap informasi praktik cerdas oleh para pelaku pembangunan. Apabila berita kisah mendorong para pelaku pembangunan untuk melihat kesamaan, membangun motivasi diri serta memiliki harapan akan pencapaian yang serupa, maka kajian ilmiah akan memberikan gambaran seberapa besar dampaknya apabila praktik cerdas direplikasi, apakah sumber daya yang dimiliki saat ini bisa untuk mereplikasi, serta indikator yang bisa dipakai untuk melihat kondisi di komunitas pada saat ini dan potensi perbaikannya di masa yang akan datang.

PRAKTIK CERDAS TERKINI

OLEH DESTA PRATAMA INFORMASI LEBIH LANJUTFOR MORE INFORMATION

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai berbagai Praktik Cerdas yang di promosikan oleh BaKTI, silahkan menghubungi kami di email : [email protected]

Para Bidan, Dukun Kampung serta Pasien di Puskesmas Bontomarannu, Takalar, Sulawesi Selatan.Keberhasilan Bidan dan Dukun dalammembantu persalinan adalah salah satudari sekian praktik cerdas yang perlu mendapat penelitian lebih lanjut untuk mendukung replikasi dari upaya ini.

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Pihak-pihak ini membutuhkan argumen yang kuat, terukur dan bisa dipertanggungjawabkan dalam merumuskan kebijakan. Pada saat yang bersamaan, pemerintah daerah adalah pihak yang memiliki sumber daya yang memadai untuk menjamin keberlanjutan praktik-praktik cerdas di willayah mereka.

Dengan demikian, Praktik Cerdas menjadi topik penelitian yang menarik dan hasilnya bisa diaplikasikan. Sasaran dari pengguna penelitian ini juga sudah jelas. Sementara, ketersediaan informasi awal, informasi pendukung, wilayah cakupan, narasumber serta hasil observasi yang kuat bisa menjadi landasan

yang baik untuk mempersiapkan sebuah kajian ilmiah. Yayasan BaKTI akan dengan senang hati berbagi informasi mengenai semua hal tersebut. Ketersediaan informasi ini akan memudahkan peneliti dari berbagai tingkatan akademik (S1, S2, S3) untuk melakukan kajiannya.

Kajian yang dibuat pun tidak harus selalu penel it ian yang memakan waktu dan biaya besar, rumit dan melibatkan pengambilan

data dalam skala besar. Gabungan dari penelitian-penelitian kecil, parsial namun mengangkat isu dan indikator yang saling melengkapi dari sebuah Praktik Cerdas justru akan lebih efektif dan tepat guna.

Page 15: BaKTI News Edisi 75

panduan untuk mengenali, mendokumentasikan dan menyebarkan praktik cerdas

BUKU BARU

DITERBITKAN OLEHYAYASAN BURSA PENGETAHUAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

Untuk mendapatkan buku ini, hubungi kami di : [email protected]

Setiap bagian dari berita kisah Praktik Cerdas bisa disandingkan dengan kajian akademiknya. Proses pembelajaran dan tantangan yang dihadapi oleh pelaku Praktik Cerdas dari awal hingga sekarang bisa dilihat sebagai indikator-indikator sosial, ekonomi, dan lingkungan sebelum dan saat berjalannya Praktik Cerdas. Keberhasilan dan pencapaian saat ini merupakan bahasa lain dari indikator kemasyarakatan yang saat ini. Sementara, harapan-harapan mengenai potensi Praktik Cerdas bisa disamakan dengan proyeksi indikator-indikator tersebut di masa depan.

Praktik Cerdas menjawab tantangan di sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan, kesetaraan gender dan pengembangan ekonomi lokal. Kelima sektor tersebut memiliki indikator statistik yang jelas, bisa diukur dan tersedia secara periodik (Misal, buku Provinsi/Kabupaten Dalam Angka). Akan makin sempurna apabila menyertakan pula data-data dasar yang diambil langsung di tingkat komunitas.

Beberapa praktik cerdas yang sudah berhasil direplikasi memperlihatkan perpaduan antara dua model penyampaian informasi ini, berita kisah dan kajian berbasis data. Sebagai contoh, Kemitraan Bidan dan Dukun di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Dukungan terhadap Praktik Cerdas tersebut sehingga akhirnya Pemerintah Kabupaten Takalar mem-Perda-kan inisiatif tersebut, adalah hasil dari gabungan informasi kualitatif dan kuantitatif. Kajian yang dilakukan oleh sebuah lembaga mitra internasional memperlihatkan indikator kematian ibu saat melahirkan yang terus menurun sejak tahun 2008, sehingga meyakinkan para pengambil kebijakan untuk merangkul Praktik Cerdas tersebut sebagai kebijakan daerah.

Pengambil kebijakan menjadi target utama dari diseminasi kajian ini. Namun tidak tertutup kemungkinan para mitra internasional, lembaga masyarakat sipil, bahkan Yayasan BaKTI sendiri, membutuhkan kajian semacam ini untuk mendukung promosi dan replikasi praktik cerdas.

alah satu keunggulan utama dari Praktik Cerdas adalah inisiatif berbasis komunitas yang memberikan manfaat untuk Skomunitas yang menjalankannya. Komunitas pelaku praktik

cerdas tentunya melalui serangkaian proses pembelajaran, evaluasi dan penyempurnaan dalam menjalankan inisiatif mereka hingga sampai pada titik di mana yang mereka lakukan layak dianggap sebagai sebuah Praktik Cerdas. Proses pembelajaran ini adalah kekuatan dari sebuah Praktik Cerdas, karena memungkinkan komunitas lain untuk menghindari kesalahan atau permasalahan serupa.

Yayasan BaKTI mendokumentasikan proses pembelajaran dari setiap Praktik Cerdas, termasuk di dalamnya setiap tantangan yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan, serta harapan-harapan dari pelaku praktik cerdas untuk keberlanjutannya di masa yang akan datang. Dokumentasi ini menggunakan pendekatan berita kisah (feature) dan inspirasional untuk membangkitkan ketertarikan dan semangat untuk melakukan hal yang serupa dengan para pelaku praktik cerdas. Selain berita kisah dalam bentuk tulisan, dokumentasi video juga dibuat dengan format yang serupa.

Model penyampaian yang demikian memudahkan pembaca (para pelaku pembangunan) untuk memahami keberhasilan dan pencapaian dari setiap Praktik Cerdas, dan juga memudahkan mereka untuk melihat kesamaan pengalaman maupun tantangan yang sedang mereka hadapi dengan yang pernah dialami oleh para pelaku praktik cerdas.

Namun masih dibutuhkan elemen yang melengkapi model penyampaian berita kisah tersebut, yaitu penyampaian informasi berdasarkan kajian ilmiah yang menampilkan data, fakta dan indikator terukur. Model yang demikian akan semakin menguatkan dampak penerimaan terhadap informasi praktik cerdas oleh para pelaku pembangunan. Apabila berita kisah mendorong para pelaku pembangunan untuk melihat kesamaan, membangun motivasi diri serta memiliki harapan akan pencapaian yang serupa, maka kajian ilmiah akan memberikan gambaran seberapa besar dampaknya apabila praktik cerdas direplikasi, apakah sumber daya yang dimiliki saat ini bisa untuk mereplikasi, serta indikator yang bisa dipakai untuk melihat kondisi di komunitas pada saat ini dan potensi perbaikannya di masa yang akan datang.

PRAKTIK CERDAS TERKINI

OLEH DESTA PRATAMA INFORMASI LEBIH LANJUTFOR MORE INFORMATION

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai berbagai Praktik Cerdas yang di promosikan oleh BaKTI, silahkan menghubungi kami di email : [email protected]

Para Bidan, Dukun Kampung serta Pasien di Puskesmas Bontomarannu, Takalar, Sulawesi Selatan.Keberhasilan Bidan dan Dukun dalammembantu persalinan adalah salah satudari sekian praktik cerdas yang perlu mendapat penelitian lebih lanjut untuk mendukung replikasi dari upaya ini.

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Pihak-pihak ini membutuhkan argumen yang kuat, terukur dan bisa dipertanggungjawabkan dalam merumuskan kebijakan. Pada saat yang bersamaan, pemerintah daerah adalah pihak yang memiliki sumber daya yang memadai untuk menjamin keberlanjutan praktik-praktik cerdas di willayah mereka.

Dengan demikian, Praktik Cerdas menjadi topik penelitian yang menarik dan hasilnya bisa diaplikasikan. Sasaran dari pengguna penelitian ini juga sudah jelas. Sementara, ketersediaan informasi awal, informasi pendukung, wilayah cakupan, narasumber serta hasil observasi yang kuat bisa menjadi landasan

yang baik untuk mempersiapkan sebuah kajian ilmiah. Yayasan BaKTI akan dengan senang hati berbagi informasi mengenai semua hal tersebut. Ketersediaan informasi ini akan memudahkan peneliti dari berbagai tingkatan akademik (S1, S2, S3) untuk melakukan kajiannya.

Kajian yang dibuat pun tidak harus selalu penel it ian yang memakan waktu dan biaya besar, rumit dan melibatkan pengambilan

data dalam skala besar. Gabungan dari penelitian-penelitian kecil, parsial namun mengangkat isu dan indikator yang saling melengkapi dari sebuah Praktik Cerdas justru akan lebih efektif dan tepat guna.

Page 16: BaKTI News Edisi 75

15 16

FISHERIES RESOURCE MANAGEMENT FOR ISLANDS

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN UNTUK

PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN

ejak awal tahun 1990-an, pandangan dan gagasan saya tentang sektor perikanan dan kelautan agar dijadikan lokomotif Spembangunan daerah kepulauan dan nasional. Gagasan yang

sama saya sampaikan lagi dalam forum pertemuan pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan se Indonesia di Makassar pada tanggal 7 – 8 Juni 1996.

Bagi daerah-daerah kepulauan seperti Sulawesi Tenggara, sangat tepat jika orientasi pembangunan yang dipilih berfokus pada pengelolaan sumberdaya kelautan yang salah satu sumberdayanya adalah perikanan. Beberapa alasan yang mendasari gagasan ini, yaitu perairan laut kita mempunyai biodiversity tertinggi di dunia sehingga dipastikan bahwa produktivitas perairan laut sangat tinggi; luas perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta kilometer persegi atau sekitar 70% dari luas wilayah Indonesia, dengan panjang pantai 81.000 km; sejak dahulu sebagian besar masyarakat pesisir memanfaatkan sumberdaya dan jasa laut sebagai sumber penghidupan keluarga mereka dalam bentuk penangkapan, budidaya dan jasa transportasi.

Selain itu, sektor ini menyediakan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, sumber perolehan devisa dan pembangunan daerah dan sumberdaya perikanan (renewable resources) jika dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu panjang. Sektor perikanan dan kelautan mempunyai competetive advantage (bahan baku yang tersedia dan produksi biologi yang dihasilkannya) dan industri perikanan dapat melahirkan industri lain yang saling mendukung antara satu dengan lainnya. Sektor perikanan juga mempunyai keunggulan karena memanfaatkan sumberdaya lokal tetapi dapat menghasilkan komoditi yang dibutuhkan masyarakat internasional; dan investasi pada sektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi relatif tinggi (incremental capital output ratio = 3,4 dan incremental labour output ratio sebesar 7 – 9.

Bagi daerah-daerah kepulauan seperti Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua yang perairannya kaya akan sumberdaya perikanan, merumuskan kebijakan membangun sektor perikanan merupakan suatu tindakan tepat sebab telah

Since the early 1990s, my views and ideas about the fisheries and marine sector have become the locomotive of island and national development. I conveyed the same ideas again in the meeting of the heads of Indonesian Faculties of Fisheries and Marine in Ujung Pandang on December 7- 8 June, 1996.

For islands in regions such as Southeast Sulawesi, it's very appropriate if development focuses on the management of marine and fishery resources. Why? We have the highest marine biodiversity in the world and that means very high productivity of marine waters; the vast seas of Indonesia cover 5.8 million square kilometers or about 70% of the total area of Indonesia, with 81,000 km of coast. We also have a long history of coastal communities utilizing marine resources and services as a source of livelihood of their families in the form of catches, cultivation and transportation services.

In addition, this sector provides basic material needs, increased incomes, employment opportunities, sources of foreign exchange earnings and renewable resources that if managed properly can be utilized in the long term. The fisheries and marine sector has a competitive advantage (in terms of raw materials available and the resulting biological production) and the fishing industry can give birth to other industries that mutually support each another. The fisheries sector also has the advantage of utilizing local resources and produces a commodity that is needed by the international community. Investment in the fishery sector has a relatively high efficiency (incremental capital output ratio = 3.4 and the incremental labor output ratio of 7-9.

For island regions such as Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku and Papua, which each have waters rich in fishery resources, formulating policies to develop the sector is a very appropriate proven sector despite adequate support and being positioned as

FISHERIES RESOURCE MANAGEMENT FOR ISLANDS

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN UNTUK

PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN

Akibatnya, Poso tidak menjadi aman, tidak kondusif, dan akan terus menjadi ancaman bagi siapa saja.

Sepuluh tahun silam, Poso lumpuh. Konflik horizontal berkepanjangan terjadi. Segala strategi tentang penyelesaian konflik dilakukan, termasuk upaya pusat mendamaikan. Namun, tetap saja ada letupan, ada teror, ada provokasi, dan banyak hal yang seakan tidak menginginkan Poso damai. Padahal, masyarakat Poso yang dasarnya cinta damai, sudah sangat muak dengan konflik yang tetap saja bereskalasi.

Wajah Poso kiniKini, Poso kembali tenang. Akan tetapi, kita tidak lagi

menemukan Poso yang dulu, Poso yang satu, Poso kita! Padahal, kerinduan itu selalu ada. Kalau pun dua tahun terakhir ini, Poso mulai indah, nyaman, damai, tetapi tetap saja ada pertanyaan ”akankah Poso makin baik dan kembali semula di era sebelum kacau?”

Pun saya selalu teringat cerita almarhum ayahku mengenai Poso yang sangat damai! Ia menjadikan pengalaman hidupnya di Poso sebagai pengajaran bagaimana manusia saling menghargai, saling menghormati, dan saling memuliakan.

Ayah saya, menyelesaikan pendidikan SGB di Tentena tahun 1950-an. Ia satu-satunya siswa muslim di kelas 4 sekolah tersebut, tetapi ia begitu dihormati dalam hubungan dengan ibadahnya sebagai muslim dan disayangi oleh orang sekitarnya karena prestasinya di kelas. Ia disayang di tengah kaum Nasrani. Hidup begitu damai dan indah!

Kehidupan yang dikecap ayah itulah yang kini saya, kita, rindukan. Dan, kini tentulah kita tidak ingin lagi Poso terkotori oleh teror, bom, pembunuhan, kerusuhan, yang dulu hanya kita lihat di film-film, yang dulu kita tak pernah bayangkan akan menjadi bagian dari konflik berdarah.

Poso telah mengalami rusuh berji l id-ji l id, yang mengakibatkan banyak istri kehilangan suami, suami kehilangan istri, dan anak-anak kehilangan orang tua. Tidak sedikit yang menjadi gila, jatuh miskin, hidup dalam ketakutan, dan berbagai dampak psikologis negatif lainnya. Poso dipenuhi awan legam!

Saat ini, awan legam itu berangsur hilang. Pun kita berharap, tidak ada lagi awan hitam, tak ada lagi tangis duka, tak ada marah, tak ada tumpahan darah, tak ada penghilangan jiwa, tak ada provokasi, tak ada kehancuran, tak ada anarki.

Kini, kita memang mesti merajut kembali segala cabikan. Kalau pun tidak seutuh yang silam, tapi kita tetap saja dalam satu Poso! Kita membangun image sebagai daerah dan locus yang damai. Kita saling mengingatkan akan pentingnya hidup bersama. Kita berikan pendidikan perdamaian melalui sekolah-sekolah. Kita berusaha membuat birokrasi menjadi kondusif dengan menerapkan sistem kompetensi jabatan. Kita harus mengakui semua kesalahan dan kebodohan yang pernah kita lakukan. Dan kita berupaya dengan segala cara memperbaiki agar kita menemukan Poso yang damai karena itulah harapan semua orang!

ei 2008, masyarakat di seluruh tanah air antusias menyambut berakhirnya orde baru. Namun, Mperjuangan belum usai, bumi pertiwi menangis lagi.

Beberapa daerah yang sejak lama dikenal hidup damai sedang diuji persatuannya. Tersebutlah konflik kemanusiaan di Ambon, tersebutlah Poso, Sambas, Sampit , dan Timor Timur.

Ada apa dengan negeri kita ini? Berbagai konflik membuat kita merasa terjebak dalam situasi yang membingungkan. Dan hal itulah yang dirasakan di Poso, tempat yang kami kenali sejak kecil. Karena, Poso adalah satu, menyatu dengan diri kita semua, Poso adalah jiwa kita, Poso adalah kehidupan bersama.

Tapi, mengapa Poso? Mengapa mesti Poso? Ada apa sehingga Poso chaos? Satu dasawarsa telah berlalu. Namun, kita masih diliputi bimbang: apakah kita akan selalu bertanya tentang mengapa, ataukah kita memilih bertanya mengenai bagaimana?

Mencerimati peristiwa Poso yang selalu disebut melibatkan pemeluk agama, mungkin memang tepat jika diberi definisi 'konflik'. Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z Rubin memandang konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest). Sebab 'kepentingan' adalah perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya ia inginkan. Perasaan itu cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang yang membentuk inti dari banyak sikap, tujuan dan niatnya.

Ada beberapa dimensi yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan kepentingan bersifat universal seperti kebutuhan akan rasa aman, identitas, restu sosial (special approval), kebahagiaan, kejelasan tentang dunianya, dan beberapa harkat kemanusiaan yang bersifat fisik. Beberapa kepentingan bersifat spesifik bagi pelaku-pelaku tertentu, misalnya kekuasaan, juga kepentingan lainnya, terjadi di Poso.

Masalah yang ditimbulkan terhadap pihak-pihak yang berkonflik maupun hubungan-hubungan yang tidak ditandai oleh terjadinya eskalasi, bukan berarti bahwa konflik terletak pada titik nol. Di dalam hubungan-hubungan seperti dimaksud, melainkan mengalami naik-turun sepanjang waktu seperti sebuah gelombang sinus. Hal itu pula sempat terjadi pada perilaku yang terlibat, melibatkan diri, terjebak, terpaksa terlibat, di Poso. Mengingat rusuh Poso yang panjang dan kerap naik-turun itu, memang mestilah tetap selalu diwaspadai, karena kita tidak ingin mengulang kesalahan yang membuat kita berada dalam konflik.

Pada dasarnya, ada lima strategi untuk mengatasi konflik yang dapat diterapkan yakni “contending” atau bertanding yang mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai oleh salah satu pihak atas pihak lain; “yielding” atau mengalah yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang dari yang sebetulnya diinginkan; strategi ketiga, “problem solving” atau pemecahan masalah yaitu mencari alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak; “withdrawing” atau menarik diri yaitu memilih meninggalkan situasi konflik, baik secara fisik maupun psikologi; dan “inaction” atau diam, tidak melakukan apa pun.

Sejauh ini, orang yang terlibat di dalam konflik yang bereskalasi seperti di Poso, pada akhirnya sering jatuh ke dalam kemandekan. Kemandekan ditandai oleh pendiskreditan terhadap alternatif strategi yang ada. Jika hal ini terjadi, maka tentulah sangat sulit melakukan dialog untuk mengakhiri konflik. Penulis adalah aktivis LSM Yayasan Palu Hijau dan dapat dihubungi melalui

email pada alamat [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

OLEH AHDARI DJ. SUPU

MERAJUT CABIKAN SATU POSO KITA

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

OLEH Prof. Ir. H. LA SARA, MS, PhD

FORUM KTI TATA PEMERINTAHAN

Page 17: BaKTI News Edisi 75

15 16

FISHERIES RESOURCE MANAGEMENT FOR ISLANDS

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN UNTUK

PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN

ejak awal tahun 1990-an, pandangan dan gagasan saya tentang sektor perikanan dan kelautan agar dijadikan lokomotif Spembangunan daerah kepulauan dan nasional. Gagasan yang

sama saya sampaikan lagi dalam forum pertemuan pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan se Indonesia di Makassar pada tanggal 7 – 8 Juni 1996.

Bagi daerah-daerah kepulauan seperti Sulawesi Tenggara, sangat tepat jika orientasi pembangunan yang dipilih berfokus pada pengelolaan sumberdaya kelautan yang salah satu sumberdayanya adalah perikanan. Beberapa alasan yang mendasari gagasan ini, yaitu perairan laut kita mempunyai biodiversity tertinggi di dunia sehingga dipastikan bahwa produktivitas perairan laut sangat tinggi; luas perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta kilometer persegi atau sekitar 70% dari luas wilayah Indonesia, dengan panjang pantai 81.000 km; sejak dahulu sebagian besar masyarakat pesisir memanfaatkan sumberdaya dan jasa laut sebagai sumber penghidupan keluarga mereka dalam bentuk penangkapan, budidaya dan jasa transportasi.

Selain itu, sektor ini menyediakan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, sumber perolehan devisa dan pembangunan daerah dan sumberdaya perikanan (renewable resources) jika dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu panjang. Sektor perikanan dan kelautan mempunyai competetive advantage (bahan baku yang tersedia dan produksi biologi yang dihasilkannya) dan industri perikanan dapat melahirkan industri lain yang saling mendukung antara satu dengan lainnya. Sektor perikanan juga mempunyai keunggulan karena memanfaatkan sumberdaya lokal tetapi dapat menghasilkan komoditi yang dibutuhkan masyarakat internasional; dan investasi pada sektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi relatif tinggi (incremental capital output ratio = 3,4 dan incremental labour output ratio sebesar 7 – 9.

Bagi daerah-daerah kepulauan seperti Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua yang perairannya kaya akan sumberdaya perikanan, merumuskan kebijakan membangun sektor perikanan merupakan suatu tindakan tepat sebab telah

Since the early 1990s, my views and ideas about the fisheries and marine sector have become the locomotive of island and national development. I conveyed the same ideas again in the meeting of the heads of Indonesian Faculties of Fisheries and Marine in Ujung Pandang on December 7- 8 June, 1996.

For islands in regions such as Southeast Sulawesi, it's very appropriate if development focuses on the management of marine and fishery resources. Why? We have the highest marine biodiversity in the world and that means very high productivity of marine waters; the vast seas of Indonesia cover 5.8 million square kilometers or about 70% of the total area of Indonesia, with 81,000 km of coast. We also have a long history of coastal communities utilizing marine resources and services as a source of livelihood of their families in the form of catches, cultivation and transportation services.

In addition, this sector provides basic material needs, increased incomes, employment opportunities, sources of foreign exchange earnings and renewable resources that if managed properly can be utilized in the long term. The fisheries and marine sector has a competitive advantage (in terms of raw materials available and the resulting biological production) and the fishing industry can give birth to other industries that mutually support each another. The fisheries sector also has the advantage of utilizing local resources and produces a commodity that is needed by the international community. Investment in the fishery sector has a relatively high efficiency (incremental capital output ratio = 3.4 and the incremental labor output ratio of 7-9.

For island regions such as Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku and Papua, which each have waters rich in fishery resources, formulating policies to develop the sector is a very appropriate proven sector despite adequate support and being positioned as

FISHERIES RESOURCE MANAGEMENT FOR ISLANDS

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN UNTUK

PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN

Akibatnya, Poso tidak menjadi aman, tidak kondusif, dan akan terus menjadi ancaman bagi siapa saja.

Sepuluh tahun silam, Poso lumpuh. Konflik horizontal berkepanjangan terjadi. Segala strategi tentang penyelesaian konflik dilakukan, termasuk upaya pusat mendamaikan. Namun, tetap saja ada letupan, ada teror, ada provokasi, dan banyak hal yang seakan tidak menginginkan Poso damai. Padahal, masyarakat Poso yang dasarnya cinta damai, sudah sangat muak dengan konflik yang tetap saja bereskalasi.

Wajah Poso kiniKini, Poso kembali tenang. Akan tetapi, kita tidak lagi

menemukan Poso yang dulu, Poso yang satu, Poso kita! Padahal, kerinduan itu selalu ada. Kalau pun dua tahun terakhir ini, Poso mulai indah, nyaman, damai, tetapi tetap saja ada pertanyaan ”akankah Poso makin baik dan kembali semula di era sebelum kacau?”

Pun saya selalu teringat cerita almarhum ayahku mengenai Poso yang sangat damai! Ia menjadikan pengalaman hidupnya di Poso sebagai pengajaran bagaimana manusia saling menghargai, saling menghormati, dan saling memuliakan.

Ayah saya, menyelesaikan pendidikan SGB di Tentena tahun 1950-an. Ia satu-satunya siswa muslim di kelas 4 sekolah tersebut, tetapi ia begitu dihormati dalam hubungan dengan ibadahnya sebagai muslim dan disayangi oleh orang sekitarnya karena prestasinya di kelas. Ia disayang di tengah kaum Nasrani. Hidup begitu damai dan indah!

Kehidupan yang dikecap ayah itulah yang kini saya, kita, rindukan. Dan, kini tentulah kita tidak ingin lagi Poso terkotori oleh teror, bom, pembunuhan, kerusuhan, yang dulu hanya kita lihat di film-film, yang dulu kita tak pernah bayangkan akan menjadi bagian dari konflik berdarah.

Poso telah mengalami rusuh berji l id-ji l id, yang mengakibatkan banyak istri kehilangan suami, suami kehilangan istri, dan anak-anak kehilangan orang tua. Tidak sedikit yang menjadi gila, jatuh miskin, hidup dalam ketakutan, dan berbagai dampak psikologis negatif lainnya. Poso dipenuhi awan legam!

Saat ini, awan legam itu berangsur hilang. Pun kita berharap, tidak ada lagi awan hitam, tak ada lagi tangis duka, tak ada marah, tak ada tumpahan darah, tak ada penghilangan jiwa, tak ada provokasi, tak ada kehancuran, tak ada anarki.

Kini, kita memang mesti merajut kembali segala cabikan. Kalau pun tidak seutuh yang silam, tapi kita tetap saja dalam satu Poso! Kita membangun image sebagai daerah dan locus yang damai. Kita saling mengingatkan akan pentingnya hidup bersama. Kita berikan pendidikan perdamaian melalui sekolah-sekolah. Kita berusaha membuat birokrasi menjadi kondusif dengan menerapkan sistem kompetensi jabatan. Kita harus mengakui semua kesalahan dan kebodohan yang pernah kita lakukan. Dan kita berupaya dengan segala cara memperbaiki agar kita menemukan Poso yang damai karena itulah harapan semua orang!

ei 2008, masyarakat di seluruh tanah air antusias menyambut berakhirnya orde baru. Namun, Mperjuangan belum usai, bumi pertiwi menangis lagi.

Beberapa daerah yang sejak lama dikenal hidup damai sedang diuji persatuannya. Tersebutlah konflik kemanusiaan di Ambon, tersebutlah Poso, Sambas, Sampit , dan Timor Timur.

Ada apa dengan negeri kita ini? Berbagai konflik membuat kita merasa terjebak dalam situasi yang membingungkan. Dan hal itulah yang dirasakan di Poso, tempat yang kami kenali sejak kecil. Karena, Poso adalah satu, menyatu dengan diri kita semua, Poso adalah jiwa kita, Poso adalah kehidupan bersama.

Tapi, mengapa Poso? Mengapa mesti Poso? Ada apa sehingga Poso chaos? Satu dasawarsa telah berlalu. Namun, kita masih diliputi bimbang: apakah kita akan selalu bertanya tentang mengapa, ataukah kita memilih bertanya mengenai bagaimana?

Mencerimati peristiwa Poso yang selalu disebut melibatkan pemeluk agama, mungkin memang tepat jika diberi definisi 'konflik'. Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z Rubin memandang konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest). Sebab 'kepentingan' adalah perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya ia inginkan. Perasaan itu cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang yang membentuk inti dari banyak sikap, tujuan dan niatnya.

Ada beberapa dimensi yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan kepentingan bersifat universal seperti kebutuhan akan rasa aman, identitas, restu sosial (special approval), kebahagiaan, kejelasan tentang dunianya, dan beberapa harkat kemanusiaan yang bersifat fisik. Beberapa kepentingan bersifat spesifik bagi pelaku-pelaku tertentu, misalnya kekuasaan, juga kepentingan lainnya, terjadi di Poso.

Masalah yang ditimbulkan terhadap pihak-pihak yang berkonflik maupun hubungan-hubungan yang tidak ditandai oleh terjadinya eskalasi, bukan berarti bahwa konflik terletak pada titik nol. Di dalam hubungan-hubungan seperti dimaksud, melainkan mengalami naik-turun sepanjang waktu seperti sebuah gelombang sinus. Hal itu pula sempat terjadi pada perilaku yang terlibat, melibatkan diri, terjebak, terpaksa terlibat, di Poso. Mengingat rusuh Poso yang panjang dan kerap naik-turun itu, memang mestilah tetap selalu diwaspadai, karena kita tidak ingin mengulang kesalahan yang membuat kita berada dalam konflik.

Pada dasarnya, ada lima strategi untuk mengatasi konflik yang dapat diterapkan yakni “contending” atau bertanding yang mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai oleh salah satu pihak atas pihak lain; “yielding” atau mengalah yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang dari yang sebetulnya diinginkan; strategi ketiga, “problem solving” atau pemecahan masalah yaitu mencari alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak; “withdrawing” atau menarik diri yaitu memilih meninggalkan situasi konflik, baik secara fisik maupun psikologi; dan “inaction” atau diam, tidak melakukan apa pun.

Sejauh ini, orang yang terlibat di dalam konflik yang bereskalasi seperti di Poso, pada akhirnya sering jatuh ke dalam kemandekan. Kemandekan ditandai oleh pendiskreditan terhadap alternatif strategi yang ada. Jika hal ini terjadi, maka tentulah sangat sulit melakukan dialog untuk mengakhiri konflik. Penulis adalah aktivis LSM Yayasan Palu Hijau dan dapat dihubungi melalui

email pada alamat [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

OLEH AHDARI DJ. SUPU

MERAJUT CABIKAN SATU POSO KITA

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

OLEH Prof. Ir. H. LA SARA, MS, PhD

FORUM KTI TATA PEMERINTAHAN

Page 18: BaKTI News Edisi 75

1817

a periphery sector in national development; the sector was even able to withstand the economic crisis that took place in1997. Management of fisheries resources as a development approach

Available data show good prospects for fishery products in the market and demand continues to increase because of the increase in world population. Today, Chinese businessmen are planning to import one million tonnes of shrimp per year from Indonesia. The demand can not be filled because national shrimp production is still only at 300,000 tonnes per year. The achievement of targeted production program is packaged under the Minapolitan Program (region-based fisheries development to achieve people's welfare) name by the government.

If island regions have not yet designed a regional development plan like Minapolitan, meaning that the potential of fisheries resources have not been able to economically empower the people, it is necessary to change the orientation of thinking in formulating development policy. In addition to making the area a Minapolitan area there are things that need to be done, including: (1) changing the orientation of development policy from the mainland to the maritime; (2) implementing sustainable and environmentally sound development, and (3) increasing the income of the people. These changes are the pillars of the "blue revolution" which should become a national brand. Island regions in eastern Indonesia should define their symbol of excellence based on fisheries development.

Eastern Indonesia has many fishery resources, but they have not been optimally utilized. Utilization of tuna is still below 80%. In the Banda Sea and the Indian Ocean, the utilization of tuna, skipjack, and mackerel has not reached 50%. Marketing of fish species is still wide open, especially to Japan,USA, and Thailand. Volume production exported is still below the potential production of fish produced.

The major cultivated commodities of the Indian Ocean and Banda Sea are vaname shrimp, windu shrimp, other crustaceans, seaweed, and mollusks. The mainstay of the island region is seaweed cultivation. Seaweed is a major commodity for export markets because of extensive export opportunities, relatively stable prices, simple cultivation technology, relatively short cultivation cycles, low capital required, and irreplaceable commodity because there is no synthetic product; in short, a solid enterprise. The cultivation of this commodity is an alternative source of income, very important for coastal communities in the absence of jobs, which drives communities members to catch fish outside the territorial limits of Indonesia, in effect to practice illegal fishing.

Southeast Sulawesi has also adopted appropriate policy in the fisheries sector development plan that utilizes several strategic areas for aquaculture development such as the Buton Strait, Bay of Lasolo, Moramo Bay and other waters with similar conditions. These waters are also very suitable for the d e v e l o p m e n t o f f l o a t i n g n e t g r o u p e r c u l t i v a t i o n , seaweedcultivation and cultivation of a few other types of crustaceans and mollusks.

This region has the potential to become a fishing industry region which can meet all the needs of aquaculture, such as the availability of seeds (sourced from a local hatchery), land and sea transportation, adequate availability of electricity and clean water, pullution-free spatial arrangements, garages and gas stations, and even the guaranteed marketing of all products. This sector can absorb many workers with high incomes. So value adding can take place, the industrial production process needs to be ready. The implication is that people's purchasing power increases due to the improved welfare and ultimately revenue will increase by itself.

Several other areas such as Wakatobi, Ereke, Lasalimu, Wawonii, Lasolo and others near the Banda Sea and the Flores Sea could be developed into fishing industry centers with docks, cold storage, ice making plants, gas stations, water supplies, industrial processing, canning, frozen fillets, and other

terbukti bahwa walaupun tanpa dukungan memadai dan diposisikan sebagai periphery sector dalam pembangunan nasional, sektor ini mampu bertahan dalam krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.

Pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai pendekatan pembangunan

Data yang tersedia menunjukkan prospek yang baik dalam hal pasar produk perikanan di masa, dimana angka permintaannya terus meningkat karena pertambahan jumlah penduduk dunia. Saat ini, pengusaha-pengusaha Cina berencana akan mengimpor satu juta ton udang per tahun dari Indonesia. Permintaan tersebut tak bisa dipenuhi karena produksi udang nasional saat ini masih sekitar 300.000 ton per tahun. Pencapaian program peningkatan produksi yang ditargetkan pemerintah dikemas dengan nama Program Minapolitan (pembangunan perikanan berbasis kawasan yang membawa kesejahteraan rakyat).

Jika sampai hari ini daerah kepulauan belum mendesain pembangunan daerahnya sebagai daerah Minapolitan sehingga potensi sumberdaya perikanan belum mampu mensejahterakan masyarakatnya, maka perlu perubahan orientasi berpikir dalam menyusun kebijakan pembangunan daerahnya. Selain menjadikan daerahnya menjadi Minapolitan adalah hal yang perlu dilakukan adalah (1) mengubah orientasi kebijakan pembangunan dari daratan ke maritim, (2) melaksanakan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dan (3) meningkatkan pendapatan rakyat yang adil, merata dan pantas. Perubahan ini merupakan pilar “revolusi biru” yang menjadi nation brand. Daerah-daerah kepulauan di Kawasan Timur Indonesia seyogyanya menentukan simbol keunggulan pembangunannya berbasis perikanan.

Kawasan Timur Indonesia mempunyai sumberdaya perikanan tinggi, tetapi belum optimal dimanfaatkan. Pemanfaatan ikan tuna dan tongkol masih di bawah 80%. Di Laut Banda dan Samudera Hindia, pemanfaatan ikan tuna, skipjack, tenggiri dan tongkol belum mencapai 50%. Pemasaran komoditas jenis ikan tersebut masih terbuka luas terutama ke Japan, USA, dan Thailand. Volume produksi yang diekspor masih di bawah potensi produksi ikan yang dihasilkan.

Komoditas budidaya andalan dari Banda dan Samudera Hindia adalah udang vaname, udang windu dan crustacea lainnya, rumput laut, dan molluska. Sementara komoditas yang menjadi andalan daerah-daerah kepulauan adalah rumput laut hasil budidaya.

Rumput laut menjadi komoditas utama untuk pasar ekspor karena: peluang ekspor terbuka luas, harga relatif stabil, teknologi budidayanya sederhana, siklus budidayanya relatif singkat, modal yang dibutuhkan relatif kecil, merupakan komoditas yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintesisnya, usaha ini tergolong usaha padat karya. Usaha budidaya komoditas ini menjadi mata pencaharain alternatif (MPA) yang sangat penting ketika masyarakat pesisir di perhadapkan dengan ketiadaan lapangan pekerjaan, ketika masyarakat menangkap ikan di luar batas teritorial NKRI, dan ketika masyarakat melakukan illegal fishing.

Sulawesi Tenggara juga mengambil kebijakan tepat dalam rencana pengembangan sektor perikanan yang memanfaatkan beberapa kawasan strategis untuk pengembangan budidaya laut seperti di Selat Buton, Teluk Lasolo, Teluk Moramo, dan perairan lain yang sama kondisinya. Perairan tersebut juga sangat sesuai untuk pengembangan budidaya karamba jaring apung ikan kerapu, rumput laut serta beberapa jenis crustacea dan molluska lainnya.

Kawasan seperti ini berpotensi menjadi kawasan industri perikanan yang menyiapkan segala kebutuhan usaha pengembangan budidaya, seperti ketersediaan benih (bersumber dari hatchery lokal), sarana transportasi darat dan laut, ketersediaan listrik dan air bersih yang memadai, penataan tata ruang lokasi budidaya yang bebas pencemaran, bengkel dan lokasi SPBU hingga kepastian pemasaran semua produksi. Sektor ini akan menyerap tenaga kerja banyak dengan pendapatan tinggi. Agar produksi yang dihasilkan dapat memberi nilai tambah maka industri pengolahan produksi tersebut perlu dipersiapkan. Implikasinya adalah daya beli masyarakat meningkat karena tingkat

kesejahteraan terus membaik dan pada akhirnya PAD akan meningkat dengan sendirinya.

Beberapa kawasan perairan lainnya seperti Wakatobi, Ereke, Lasalimu, Wawonii, Lasolo dan lain-lain yang kondisi geografisnya berhadapan dengan bibir Laut Banda dan dekat dengan Laut Flores dapat dikembangkan menjadi kawasan industri perikanan tangkap yang memiliki dermaga, coldstorage, ice making plant, SPBU, instalasi air bersih, industri pengolahan canning, fillet, frozen, serta prasarana dan sarana pendukung lainnya.

Perlu konsep jelas pengembangan kawasan pesisir

Permasalahan yang dihadapi daerah kepulauan adalah umumnya pemerintah daerah kalah cepat dibandingkan dengan gerak usaha yang dilakukan masyarakat pesisir. Itulah sebabnya pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut tidak mempunyai konsep jelas sehingga kerap menimbulkan konflik sosial di beberapa kawasan wilayah pesisir. Undang-Undang tentang Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki. Pada tahun 2002 – 2005, Pemerintah Daerah meresponnya dengan menyusun beberapa dokumen tentang rumusan pegelolaan wilayah pesisir dan laut seperti Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut, Rencana Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut, Rencana Aksi Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut dan Peraturan Daerah No. 10 tahun 2005 tentang Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut.

Tidak berkembangnya usaha perikanan selama ini karena kebanyakan nelayan tradisional belum menjadi pelaku agribisnis yang kuat pada bagian hulu. Usaha mereka sulit berkembang karena akses permodalan terbatas. Lembaga-lembaga keuangan memposisikan usaha ini sebagai usaha high risk. Permasalahan lain adalah sebagian besar nelayan terjebak kepada para tengkulak. Data hasil penelitian menunjukan bahwa kurang berfungsinya Pangkalan Pendaratan Ikan, Tempat Pelelangan Ikan, dan SPBU khusus nelayan, karena nelayan masih berutang pada tengkulak sehingga hasil tangkapan mereka harus dijual kepada tengkulak dan selanjutnya dilakukan pemotongan utang-utang mereka.

Merupakan suatu ironi jika permintaan sumberdaya perikanan terus meningkat namun kita masih kalah bersaing dengan negara-negara tetangga dalam mengisi permintaan pasar internasional tersebut. Permintaan pasar produksi perikanan yang prospektif ini, seharusnya memberi semangat daerah-daerah kepulauan seperti di KTI untuk merumuskan arah pembangunannya berdasarkan potensi perikanan di wilayahnya. Kita tidak perlu terjebak dengan orientasi pembangunan daerah lain yang kondisi geografis, potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alamnya berbeda dengan daerah kepulauan di KTI. Dengan hanya melihat kondisi geografis daerah-daerah kepulauan sudah memberi gambaran bahwa pembangunan sektor perikanan menjadi fokus utama perikanan Indonesia masa depan. Pemerintah Sulawesi Tenggara pernah menginisiasi penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Industri Perikanan pada tahun 2003. Kendala generik mewujudkan pembangunan sektor ini adalah ketersediaan biaya dan tenaga-tenaga profesional serta image performa ekonominya dicirikan oleh low investment, high investment cost, dan high risk.

Potensi perikanan Indonesia menopang ekonomi bangsa

Pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah mengapa potensi perikanan bangsa Indonesia relatif belum mendapat penanganan sistematis. Kelihatannya kita belum mampu mengangkat isu-isu besar yang mampu mempengaruhi struktur berpikir penentu kebijakan yang nantinya diwujudkan dalam political will and political action. Seiring dengan dinamika pembangunan dan pengaruh ekonomi global yang mengantar bangsa ini mengalami krisis ekonomi berkepanjangan, kita harus bisa menunjukan bahwa sektor perikanan dapat dijadikan sebagai salah satu bagian penopang ekonomi bangsa.

Dalam 10 hingga 15 tahun terakhir, sektor perikanan mulai mendapat perhatian serius karena saat krisis ekonomi melanda, sektor

supporting infrastructure.

Need for a clear concept for development of coastal areas

Problems faced by the islands government is usually result slower than the coastal community because the utilization of coastal and marine areas has no clear concept, often leading to social conflicts in coastal areas. The Law on Regional Autonomy gives authority to local governments to manage resources. From 2002 - 2005, local governments responded by preparing documents on the management of coastal and marine areas such as the Strategic Management Plan for Coastal and Marine, Coastal and Marine Zoning Plan, Coastal and Marine Resources Management Plan, Action Plan for Coastal and Oceans Resources and Regional Regulation No. 10 2005 on the Management of Coastal and Marine Resources.

There has been no real development of this industry because most traditional fishermen haven't yet become strong agribusiness farmers upstream. Their businesses find it difficult to flourish because of limited access to capital. Financial institutions position these type of businesses as a high risk venture. Another problem is that most fishermen are entangled with middlemen. Data show that Fish Landing Zones, Fish Auction Places, and specific gas stations for fishermen are not functioning because fishermen still owe the middlemen and have sold their catch in advance to pay off debts.

It is an irony that there is increasing demand for fisheries resources, but we are still unable to compete with neighboring countries in the international market to fill this demand. Market demand for fish production should encourage areas in eastern Indonesia to focus the direction of their development on the potential of fisheries in the region. We do not need to be stuck with the other regional development orientation based on their geographical conditions and the potential of their human and natural resources, which are different to those of the islands in eastern Indonesia. Just looking at the geography of the archipelago shows the fisheries sector should be the main focus of Indonesia. Sulawesi Tenggara's government initiated the preparation of the Master Plan for Development of Fishing Industry Zone in 2003. Generic constraints include the availability and cost of professional personnel and its image characterized by low investment, high investment cost, and high risk.

Indonesia fisheries sustain the nation's economy

The question that needs to be raised is why Indonesian fisheries have not received systematic management. It seems we are not able to raise issues that could affect the way decision-makers think that are then realized in political will and political action. Along with the dynamics of development and global economic influences that ensured this nation experienced a prolonged economic crisis, we must to show that the fisheries sector can be used as one of the nation's economic supports.

Over the last 10 to 15 years, the fisheries sector began to receive serious attention because when the economic crisis hit, the sector became the backbone of the nation's economy. Imagine, about 70 to 80% of marine production is produced by traditional fishermen or fish farmers, but ironically, approximately 90% of them are still poor. The next question is how to change this so that poverty of fishermen / fish farmers doesn't get worse.

There are several factors that cause this, namely: the tools needed to support fisheries in the coastal villages have not been built, the technology currently used is simple, community institutions are weak, human resources are of

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 19: BaKTI News Edisi 75

1817

a periphery sector in national development; the sector was even able to withstand the economic crisis that took place in1997. Management of fisheries resources as a development approach

Available data show good prospects for fishery products in the market and demand continues to increase because of the increase in world population. Today, Chinese businessmen are planning to import one million tonnes of shrimp per year from Indonesia. The demand can not be filled because national shrimp production is still only at 300,000 tonnes per year. The achievement of targeted production program is packaged under the Minapolitan Program (region-based fisheries development to achieve people's welfare) name by the government.

If island regions have not yet designed a regional development plan like Minapolitan, meaning that the potential of fisheries resources have not been able to economically empower the people, it is necessary to change the orientation of thinking in formulating development policy. In addition to making the area a Minapolitan area there are things that need to be done, including: (1) changing the orientation of development policy from the mainland to the maritime; (2) implementing sustainable and environmentally sound development, and (3) increasing the income of the people. These changes are the pillars of the "blue revolution" which should become a national brand. Island regions in eastern Indonesia should define their symbol of excellence based on fisheries development.

Eastern Indonesia has many fishery resources, but they have not been optimally utilized. Utilization of tuna is still below 80%. In the Banda Sea and the Indian Ocean, the utilization of tuna, skipjack, and mackerel has not reached 50%. Marketing of fish species is still wide open, especially to Japan,USA, and Thailand. Volume production exported is still below the potential production of fish produced.

The major cultivated commodities of the Indian Ocean and Banda Sea are vaname shrimp, windu shrimp, other crustaceans, seaweed, and mollusks. The mainstay of the island region is seaweed cultivation. Seaweed is a major commodity for export markets because of extensive export opportunities, relatively stable prices, simple cultivation technology, relatively short cultivation cycles, low capital required, and irreplaceable commodity because there is no synthetic product; in short, a solid enterprise. The cultivation of this commodity is an alternative source of income, very important for coastal communities in the absence of jobs, which drives communities members to catch fish outside the territorial limits of Indonesia, in effect to practice illegal fishing.

Southeast Sulawesi has also adopted appropriate policy in the fisheries sector development plan that utilizes several strategic areas for aquaculture development such as the Buton Strait, Bay of Lasolo, Moramo Bay and other waters with similar conditions. These waters are also very suitable for the d e v e l o p m e n t o f f l o a t i n g n e t g r o u p e r c u l t i v a t i o n , seaweedcultivation and cultivation of a few other types of crustaceans and mollusks.

This region has the potential to become a fishing industry region which can meet all the needs of aquaculture, such as the availability of seeds (sourced from a local hatchery), land and sea transportation, adequate availability of electricity and clean water, pullution-free spatial arrangements, garages and gas stations, and even the guaranteed marketing of all products. This sector can absorb many workers with high incomes. So value adding can take place, the industrial production process needs to be ready. The implication is that people's purchasing power increases due to the improved welfare and ultimately revenue will increase by itself.

Several other areas such as Wakatobi, Ereke, Lasalimu, Wawonii, Lasolo and others near the Banda Sea and the Flores Sea could be developed into fishing industry centers with docks, cold storage, ice making plants, gas stations, water supplies, industrial processing, canning, frozen fillets, and other

terbukti bahwa walaupun tanpa dukungan memadai dan diposisikan sebagai periphery sector dalam pembangunan nasional, sektor ini mampu bertahan dalam krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.

Pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai pendekatan pembangunan

Data yang tersedia menunjukkan prospek yang baik dalam hal pasar produk perikanan di masa, dimana angka permintaannya terus meningkat karena pertambahan jumlah penduduk dunia. Saat ini, pengusaha-pengusaha Cina berencana akan mengimpor satu juta ton udang per tahun dari Indonesia. Permintaan tersebut tak bisa dipenuhi karena produksi udang nasional saat ini masih sekitar 300.000 ton per tahun. Pencapaian program peningkatan produksi yang ditargetkan pemerintah dikemas dengan nama Program Minapolitan (pembangunan perikanan berbasis kawasan yang membawa kesejahteraan rakyat).

Jika sampai hari ini daerah kepulauan belum mendesain pembangunan daerahnya sebagai daerah Minapolitan sehingga potensi sumberdaya perikanan belum mampu mensejahterakan masyarakatnya, maka perlu perubahan orientasi berpikir dalam menyusun kebijakan pembangunan daerahnya. Selain menjadikan daerahnya menjadi Minapolitan adalah hal yang perlu dilakukan adalah (1) mengubah orientasi kebijakan pembangunan dari daratan ke maritim, (2) melaksanakan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dan (3) meningkatkan pendapatan rakyat yang adil, merata dan pantas. Perubahan ini merupakan pilar “revolusi biru” yang menjadi nation brand. Daerah-daerah kepulauan di Kawasan Timur Indonesia seyogyanya menentukan simbol keunggulan pembangunannya berbasis perikanan.

Kawasan Timur Indonesia mempunyai sumberdaya perikanan tinggi, tetapi belum optimal dimanfaatkan. Pemanfaatan ikan tuna dan tongkol masih di bawah 80%. Di Laut Banda dan Samudera Hindia, pemanfaatan ikan tuna, skipjack, tenggiri dan tongkol belum mencapai 50%. Pemasaran komoditas jenis ikan tersebut masih terbuka luas terutama ke Japan, USA, dan Thailand. Volume produksi yang diekspor masih di bawah potensi produksi ikan yang dihasilkan.

Komoditas budidaya andalan dari Banda dan Samudera Hindia adalah udang vaname, udang windu dan crustacea lainnya, rumput laut, dan molluska. Sementara komoditas yang menjadi andalan daerah-daerah kepulauan adalah rumput laut hasil budidaya.

Rumput laut menjadi komoditas utama untuk pasar ekspor karena: peluang ekspor terbuka luas, harga relatif stabil, teknologi budidayanya sederhana, siklus budidayanya relatif singkat, modal yang dibutuhkan relatif kecil, merupakan komoditas yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintesisnya, usaha ini tergolong usaha padat karya. Usaha budidaya komoditas ini menjadi mata pencaharain alternatif (MPA) yang sangat penting ketika masyarakat pesisir di perhadapkan dengan ketiadaan lapangan pekerjaan, ketika masyarakat menangkap ikan di luar batas teritorial NKRI, dan ketika masyarakat melakukan illegal fishing.

Sulawesi Tenggara juga mengambil kebijakan tepat dalam rencana pengembangan sektor perikanan yang memanfaatkan beberapa kawasan strategis untuk pengembangan budidaya laut seperti di Selat Buton, Teluk Lasolo, Teluk Moramo, dan perairan lain yang sama kondisinya. Perairan tersebut juga sangat sesuai untuk pengembangan budidaya karamba jaring apung ikan kerapu, rumput laut serta beberapa jenis crustacea dan molluska lainnya.

Kawasan seperti ini berpotensi menjadi kawasan industri perikanan yang menyiapkan segala kebutuhan usaha pengembangan budidaya, seperti ketersediaan benih (bersumber dari hatchery lokal), sarana transportasi darat dan laut, ketersediaan listrik dan air bersih yang memadai, penataan tata ruang lokasi budidaya yang bebas pencemaran, bengkel dan lokasi SPBU hingga kepastian pemasaran semua produksi. Sektor ini akan menyerap tenaga kerja banyak dengan pendapatan tinggi. Agar produksi yang dihasilkan dapat memberi nilai tambah maka industri pengolahan produksi tersebut perlu dipersiapkan. Implikasinya adalah daya beli masyarakat meningkat karena tingkat

kesejahteraan terus membaik dan pada akhirnya PAD akan meningkat dengan sendirinya.

Beberapa kawasan perairan lainnya seperti Wakatobi, Ereke, Lasalimu, Wawonii, Lasolo dan lain-lain yang kondisi geografisnya berhadapan dengan bibir Laut Banda dan dekat dengan Laut Flores dapat dikembangkan menjadi kawasan industri perikanan tangkap yang memiliki dermaga, coldstorage, ice making plant, SPBU, instalasi air bersih, industri pengolahan canning, fillet, frozen, serta prasarana dan sarana pendukung lainnya.

Perlu konsep jelas pengembangan kawasan pesisir

Permasalahan yang dihadapi daerah kepulauan adalah umumnya pemerintah daerah kalah cepat dibandingkan dengan gerak usaha yang dilakukan masyarakat pesisir. Itulah sebabnya pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut tidak mempunyai konsep jelas sehingga kerap menimbulkan konflik sosial di beberapa kawasan wilayah pesisir. Undang-Undang tentang Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki. Pada tahun 2002 – 2005, Pemerintah Daerah meresponnya dengan menyusun beberapa dokumen tentang rumusan pegelolaan wilayah pesisir dan laut seperti Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut, Rencana Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut, Rencana Aksi Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut dan Peraturan Daerah No. 10 tahun 2005 tentang Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut.

Tidak berkembangnya usaha perikanan selama ini karena kebanyakan nelayan tradisional belum menjadi pelaku agribisnis yang kuat pada bagian hulu. Usaha mereka sulit berkembang karena akses permodalan terbatas. Lembaga-lembaga keuangan memposisikan usaha ini sebagai usaha high risk. Permasalahan lain adalah sebagian besar nelayan terjebak kepada para tengkulak. Data hasil penelitian menunjukan bahwa kurang berfungsinya Pangkalan Pendaratan Ikan, Tempat Pelelangan Ikan, dan SPBU khusus nelayan, karena nelayan masih berutang pada tengkulak sehingga hasil tangkapan mereka harus dijual kepada tengkulak dan selanjutnya dilakukan pemotongan utang-utang mereka.

Merupakan suatu ironi jika permintaan sumberdaya perikanan terus meningkat namun kita masih kalah bersaing dengan negara-negara tetangga dalam mengisi permintaan pasar internasional tersebut. Permintaan pasar produksi perikanan yang prospektif ini, seharusnya memberi semangat daerah-daerah kepulauan seperti di KTI untuk merumuskan arah pembangunannya berdasarkan potensi perikanan di wilayahnya. Kita tidak perlu terjebak dengan orientasi pembangunan daerah lain yang kondisi geografis, potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alamnya berbeda dengan daerah kepulauan di KTI. Dengan hanya melihat kondisi geografis daerah-daerah kepulauan sudah memberi gambaran bahwa pembangunan sektor perikanan menjadi fokus utama perikanan Indonesia masa depan. Pemerintah Sulawesi Tenggara pernah menginisiasi penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Industri Perikanan pada tahun 2003. Kendala generik mewujudkan pembangunan sektor ini adalah ketersediaan biaya dan tenaga-tenaga profesional serta image performa ekonominya dicirikan oleh low investment, high investment cost, dan high risk.

Potensi perikanan Indonesia menopang ekonomi bangsa

Pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah mengapa potensi perikanan bangsa Indonesia relatif belum mendapat penanganan sistematis. Kelihatannya kita belum mampu mengangkat isu-isu besar yang mampu mempengaruhi struktur berpikir penentu kebijakan yang nantinya diwujudkan dalam political will and political action. Seiring dengan dinamika pembangunan dan pengaruh ekonomi global yang mengantar bangsa ini mengalami krisis ekonomi berkepanjangan, kita harus bisa menunjukan bahwa sektor perikanan dapat dijadikan sebagai salah satu bagian penopang ekonomi bangsa.

Dalam 10 hingga 15 tahun terakhir, sektor perikanan mulai mendapat perhatian serius karena saat krisis ekonomi melanda, sektor

supporting infrastructure.

Need for a clear concept for development of coastal areas

Problems faced by the islands government is usually result slower than the coastal community because the utilization of coastal and marine areas has no clear concept, often leading to social conflicts in coastal areas. The Law on Regional Autonomy gives authority to local governments to manage resources. From 2002 - 2005, local governments responded by preparing documents on the management of coastal and marine areas such as the Strategic Management Plan for Coastal and Marine, Coastal and Marine Zoning Plan, Coastal and Marine Resources Management Plan, Action Plan for Coastal and Oceans Resources and Regional Regulation No. 10 2005 on the Management of Coastal and Marine Resources.

There has been no real development of this industry because most traditional fishermen haven't yet become strong agribusiness farmers upstream. Their businesses find it difficult to flourish because of limited access to capital. Financial institutions position these type of businesses as a high risk venture. Another problem is that most fishermen are entangled with middlemen. Data show that Fish Landing Zones, Fish Auction Places, and specific gas stations for fishermen are not functioning because fishermen still owe the middlemen and have sold their catch in advance to pay off debts.

It is an irony that there is increasing demand for fisheries resources, but we are still unable to compete with neighboring countries in the international market to fill this demand. Market demand for fish production should encourage areas in eastern Indonesia to focus the direction of their development on the potential of fisheries in the region. We do not need to be stuck with the other regional development orientation based on their geographical conditions and the potential of their human and natural resources, which are different to those of the islands in eastern Indonesia. Just looking at the geography of the archipelago shows the fisheries sector should be the main focus of Indonesia. Sulawesi Tenggara's government initiated the preparation of the Master Plan for Development of Fishing Industry Zone in 2003. Generic constraints include the availability and cost of professional personnel and its image characterized by low investment, high investment cost, and high risk.

Indonesia fisheries sustain the nation's economy

The question that needs to be raised is why Indonesian fisheries have not received systematic management. It seems we are not able to raise issues that could affect the way decision-makers think that are then realized in political will and political action. Along with the dynamics of development and global economic influences that ensured this nation experienced a prolonged economic crisis, we must to show that the fisheries sector can be used as one of the nation's economic supports.

Over the last 10 to 15 years, the fisheries sector began to receive serious attention because when the economic crisis hit, the sector became the backbone of the nation's economy. Imagine, about 70 to 80% of marine production is produced by traditional fishermen or fish farmers, but ironically, approximately 90% of them are still poor. The next question is how to change this so that poverty of fishermen / fish farmers doesn't get worse.

There are several factors that cause this, namely: the tools needed to support fisheries in the coastal villages have not been built, the technology currently used is simple, community institutions are weak, human resources are of

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 20: BaKTI News Edisi 75

FAKTA 1

2019

PEACH UPDATE

Sulawesi Tenggara (17 Mar) Sulawesi Utara (27 Mar)Sulawesi Selatan (8 April) Papua (17 April)

Sulawesi Tenggara (27 - 28 Mar)

Sulawesi TenggaraKab. Bombana (3 - 4 Apr)Kab. Konawe Utara (18 - 19 Apr)Sulawesi Utara Kota Kotamobagu (10 - 11 Apr)*Kab. Minahasa Selatan (25 - 26 Apr)*

NEWS Café

PA WORKSHOP

DISTRICT ROADSHOW

KALENDER KEGIATAN PEACH

Infrastruktur, Pemerataan, dan Pengalihan Dana Subsidi BBM

ini menjadi penopang ekonomi bangsa. Betapa tidak, sekitar 70 hingga 80% produksi perikanan laut dihasilkan oleh nelayan atau pembudidaya ikan tradisional, tetapi ironisnya bahwa sekitar 90% dari mereka itu masih tergolong miskin. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana merubah kepincangan pembangunan ini agar kemiskinan nelayan/pembudidaya ikan tidak semakin parah.

Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan kepincangan pembangunan, yaitu: sarana yang dibutuhkan untuk mendukung usaha perikanan di desa-desa pesisir belum dibangun, teknologi perikanan yang digunakan masih sederhana, kelembagaan masyarakat nelayan / pembudidaya ikan lemah, kualitas sumberdaya manusia rendah, struktur lembaga, perangkat hukum dan sumberdaya manusianya belum optimal bersentuhan dengan dunia perikanan dan kelautan, dan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan belum dianggap sebagai potensi ekonomi sehingga tidak mempengaruhi struktur berpikir para penentu kebijakan.

Sektor perikanan yang dikelola dengan baik, fokus dan terarah dapat menjadi prime mover pembangunan bangsa ini, terutama di daerah-daerah kepulaun Indonesia Timur. Jika kebijakan pembangunan sektor perikanan ini dapat diwujudkan, maka pernyataan “membangun Indonesia Timur untuk Indonesiaku” dapat menjadi kenyataan. Dengan demikian maka daerah-daerah di wilayah ini akan menjadi tanah masa depan yang akan menjadi pusat investasi pembangunan perikanan di Indonesia.

low-quality, as are institutional and structures. The legal and human resources are not in touch with the world's fisheries and marine industry, and economic potential has not been considerd and does not affect the structure of policy-makers' thinking.

A fisheries sector that is well managed, focused and directed can be the prime mover of development of this nation, especially in the maritime regions of eastern Indonesia. If the fisheries development policy can be realized, then the statement "to build eastern Indonesia for my Indonesia" can become a reality. Therefore, areas in the region will become the investment centers of the development of fisheries in Indonesia.

Makin Lama Makin Tinggi

Meskipun harus diperjelas apa yang dimaksud 'perekonomian' Jawa oleh Suahasil, ada yang dapat segera ditarik dari sana. Pernyataan itu berarti dalam 40 tahun terakhir ini, ketimpangan ekonomi masih terjadi. Perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi masih terkonsentrasi di beberapa wilayah. Di sisi lain perencanaan pembangunan berbagai infrastruktur dan langkah-langkah untuk mengembangkan wilayah seharusnya dapat mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam belanja modal pada RAPBN-P 2012, pemerintah hanya menyediakan dana Rp 168,875 triliun. Ini termasuk untuk pembangunan infrastruktur untuk seluruh wilayah di Tanah Air. Hanya naik 11,1 persen dari APBN 2012 yang sebesar Rp 151.975 tril iun. Pengalihan anggaran untuk infrastruktur harus dipertimbangkan. Terutama infrastruktur yang menyanggah kehidupan orang banyak. Tapi pertumbuhan ekonomi yang terjadi akibat pengadaan infrastruktur belum tentu memenangkan kelompok masyarakat yang paling rawan terkena imbas kenaikan BBM.

Pada 2011, konsumsi BBM mencapai 42,5 juta kiloliter (kl), sekitar 2,5 juta kl di atas kuota yang ditetapkan APBN 2011. Hasilnya, realisasi subsidi BBM pada 2011 mencapai Rp 165,2 triliun. Padahal, target pada APBN Perubahan 2011 mencapai Rp 129,7 triliun. Tahun 2012, pemerintah menahan subsidi BBM pada Rp 123,723 triliun.

Sayangnya, semua peningkatan ini tidak diimbangi pemerintah dengan pembangunan infrastruktur, terutama jalan. Juga tak ada upaya memperbaiki sarana transportasi umum sehingga masyarakat lebih memilih bepergian dengan kendaraan umum.

Meningkatnya jumlah kelas menengah yang mencapai 131 juta orang, peningkatan penjualan kendaraan bermotor,minimnya jumlah kendaraan umum, semakin mendorong konsumsi BBM bersubsidi. Total subsidi untuk BBM dan juga listrik mencapai Rp 200 triliun. Dan bukan rahasia bahwa pemanfaat BBM bersubsidi, bukanlah masyarakat yang berhak memanfaatkan dana subsidi yang diberikan lewat bensin. Dari survei pemerintah, sekitar 77 persen dinikmati masyarakat menengah atas yang tidak berhak atas dana subsidi. Pedagang kecil yang disebut teman saya di dinding Facebooknya, mungkin termasuk dalam 15% penerima manfaat. Mungkin.

Tentu saja ada beberapa opsi lain untuk pengalihan dana subsidi BBM, misalnya dengan mengarahkan dana subsidi BBM ini ke program sekolah gratis hingga SMA. Lebih menarik daripada bantuan langsung sementara masyarakat. Tapi tulisan ini merangkum apa yang mugkin dilakukan dengan dana subsidi BBM di sektor infrastruktur.

Menyangkut kepentingan masyarakat banyak, pendekatan pada permalahan konsumsi BBM dan infrastruktur jalan raya perlu diubah, yaitu kepada persoalan demand BBM bukan pada pasokan.

Mengubah pendekatan ini akan membuka diskusi mengenai perbaikan transportasi massal yang benar-benar melayani masyarakat. Sebutlah bis atau kereta api. Berdasarkan data yang ada, kendaraan umum (bus) yang terjual secara nasional tahun 2011 hanya 1,14 juta unit. Di Jakarta hanya 330.000 unit. Peneliti perkeretaapian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Taufik Hidayat, menegaskan, buruknya infrastruktur perkeretaapian menjadi salah satu contoh buruknya keberpihakan terhadap sektor ini. Padahal, sektor ini bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang boros BBM.

Perlunya pertambahan panjang jalan dan perbaikan kondisi jalan harus menjadi perhatain sebab membengkaknya konsumsi bahan bakar minyak antara lain disebabkan karena efisiensi bahan bakar minyak di jalan raya tidak terjadi. Dari panjang jalan yang ada sekarang ini, hanya 25,99 persen jalan dalam kondisi baik dan 30,99 persen dalam kondisi sedang. Selebihnya, 24,23 persen, dalam kondisi rusak ringan dan 19,40 persen rusak berat. Kondisi ini menjadi kontraproduktif bagi pengembangan ekonomi, termasuk ekonomi

Pengalihan Anggaran untuk Infrastuktur

pedesaan. Dengan alasan kenyataan itu, anggaran subsidi BBM

dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur jalan, mulai dari jalan usaha tani hingga jalan daerah. Buruknya jalan tak jarang membuat biaya transportasi holtikultura (buah dan sayur) menjadi tinggi, dan akhirnya tidak mampu bersaing dengan produk impor yang murah.

Perhitungan lain adalah kerugian yang diakibatkan oleh tidak terjadinya efisiensi di jalan raya. Pertumbuhan kendaraan bermotor di atas 8 juta unit per tahun (pada tahun 2011) dan panjang jalan yang tidak beranjak semakin memacetkan lalu lintas, terutama di kota-kota besar, terutama Jakarta. Studi dari Institute for Transportation and Development Policy Indonesia menyebutkan, saat ini rata-rata kerugian akibat kemacetan adalah Rp 26 triliun-Rp 27 triliun per tahun. Jumlah ini di luar subsidi BBM Rp 123,723 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012.

Selain sederet argument di atas kenapa pengalihan dana subsidi untuk infrastruktur ini penting, alasan lain adalah: ketersediaan infrastruktur yang memadai menjadi daya tarik utama investor. Infrastruktur juga akan memperbaiki daya saing industri nasional.

Perbaikan infrastruktur termasuk jalan raya tidak bisa berharap banyak dari pemerintah. Belanja modal dalam APBN Perubahan 2012 hanya Rp 168,875 triliun. Dana ini 11,1 persen lebih tinggi daripada APBN 2012 sebesar Rp 151,975 triliun. Lebih tingginya alokasi belanja modal ini terutama untuk alokasi program infrastruktur yang pendanaannya berasal dari saldo anggaran lebih sampai tahun 2011 sebesar Rp 20,29 triliun. Padahal, kebutuhan infrastruktur bukan hanya jalan, melainkan juga pengairan, bandar udara, pelabuhan, dan ruang pendingin untuk hortikultura dan produk perikanan. Dana ini jelas tak cukup.

Selain pengalihan anggaran dari subsidi BBM ke sektor infrastruktur, pembiayaan bersama sektor swasta di sektor infrastruktur menjadi pilihan yang perlu dikembangkan oleh pemerintah, tidak terkecuali pemerintah daerah.

Sumber ihktisar: Alihkan Anggaran bagi Infrastruktur Transportasi Massal Perlu Mendapat Prioritas (Kompas 12/3/2012)Infrastruktur Memprihatinkan Perbankan Nasional Siap Memberikan Kredit (Kompas 13/3/2012)Butuh Kepemimpinan Bangun Infrastruktur (Kompas 14/3/2012)Anggaran Infrastruktur Fisik Hanya 2 Persen (kompas 14/3/2012)

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Program AnalisaPembelanjaan Publik dan Peningkatan Kapasitas (PEACH), silakan menghubungi Luna Vidya melalui email pada alamat : [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

FOR MORE INFORMATION

Maret - April 2012

Tulisan ini diisarikan dari Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar yang disampaikan pada Dies Natalis Universitas Haluoleo ke-30 pada 20 Agustus 2011 di Gedung Auditorium Mokodompit Universitas Haluoleo

Penulis adalah Guru Besar Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Haluoleo dan Anggota Kelompok Kerja (Pokja) Forum KTI Wilayah Sulawesi Tenggara berkantor di Gedung Rektorat Unhalu Lantai 4. Kampus Hijau Bumi Tridharma Andonohu, Kendari 93232 Sulawesi Tenggara dan dapat dihubungi melalui email pada alamat:[email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Rencana kenaikan BBM oleh Pemerintah yang akan diberlakukan April 2012 nanti, menimbulkan pro kontra. Dana subsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012 untuk bahan bakar minyak mencapai Rp. 123,723 triliun. Dana itu cukup untuk membangun sebuah Jembatan Selat Sunda yang membutuhkan biaya Rp. 117 triliun. Kini, saatnya subsidi BBM ditekan dan dananya dialihkan untuk membangun infrastruktur. Pengalihan anggaran untuk infrastruktur tak bisa ditawar lagi. Pembangunan proyek infrastruktur yang padat karya akan bisa mengurangi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada masyarakat menengah bawah. (Kompas, 12/3/2012).

Seorang teman mencatat tentang kenaikan BBM di dinding Facebooknya : “Ada pedagang kecil di Tarakan sudah susah mikir dampak kenaikan BBM bulan depan. Katanya, rencana (kenaikan BBM) itu sudah mencekik sedari sekarang. Dia bilang, mestinya pemerintah yang berhemat, bukan kami; kalau kami, tidak ada yang bisa dihemat, semua sudah susah....”

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Suahasil Nazara, menegaskan, ada catatan pada tahun 1970-an, di mana perekonomian Jawa mencapai 58 persen, Sumatera 22 persen, Kalimantan 10 persen, dan sisanya terbagi di wilayah lain. Pada masa kini, perekonomian di Jawa mencapai 60 persen dari perekonomian nasional, Sumatera 20 persen, Kalimantan tetap 10 persen, dan sisanya di Indonesia Timur.” (Butuh Pemimpin untuk Membangun Infrastruktur- Kompas 13/3/2012)

FAKTA 2

FAKTA 3

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 21: BaKTI News Edisi 75

FAKTA 1

2019

PEACH UPDATE

Sulawesi Tenggara (17 Mar) Sulawesi Utara (27 Mar)Sulawesi Selatan (8 April) Papua (17 April)

Sulawesi Tenggara (27 - 28 Mar)

Sulawesi TenggaraKab. Bombana (3 - 4 Apr)Kab. Konawe Utara (18 - 19 Apr)Sulawesi Utara Kota Kotamobagu (10 - 11 Apr)*Kab. Minahasa Selatan (25 - 26 Apr)*

NEWS Café

PA WORKSHOP

DISTRICT ROADSHOW

KALENDER KEGIATAN PEACH

Infrastruktur, Pemerataan, dan Pengalihan Dana Subsidi BBM

ini menjadi penopang ekonomi bangsa. Betapa tidak, sekitar 70 hingga 80% produksi perikanan laut dihasilkan oleh nelayan atau pembudidaya ikan tradisional, tetapi ironisnya bahwa sekitar 90% dari mereka itu masih tergolong miskin. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana merubah kepincangan pembangunan ini agar kemiskinan nelayan/pembudidaya ikan tidak semakin parah.

Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan kepincangan pembangunan, yaitu: sarana yang dibutuhkan untuk mendukung usaha perikanan di desa-desa pesisir belum dibangun, teknologi perikanan yang digunakan masih sederhana, kelembagaan masyarakat nelayan / pembudidaya ikan lemah, kualitas sumberdaya manusia rendah, struktur lembaga, perangkat hukum dan sumberdaya manusianya belum optimal bersentuhan dengan dunia perikanan dan kelautan, dan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan belum dianggap sebagai potensi ekonomi sehingga tidak mempengaruhi struktur berpikir para penentu kebijakan.

Sektor perikanan yang dikelola dengan baik, fokus dan terarah dapat menjadi prime mover pembangunan bangsa ini, terutama di daerah-daerah kepulaun Indonesia Timur. Jika kebijakan pembangunan sektor perikanan ini dapat diwujudkan, maka pernyataan “membangun Indonesia Timur untuk Indonesiaku” dapat menjadi kenyataan. Dengan demikian maka daerah-daerah di wilayah ini akan menjadi tanah masa depan yang akan menjadi pusat investasi pembangunan perikanan di Indonesia.

low-quality, as are institutional and structures. The legal and human resources are not in touch with the world's fisheries and marine industry, and economic potential has not been considerd and does not affect the structure of policy-makers' thinking.

A fisheries sector that is well managed, focused and directed can be the prime mover of development of this nation, especially in the maritime regions of eastern Indonesia. If the fisheries development policy can be realized, then the statement "to build eastern Indonesia for my Indonesia" can become a reality. Therefore, areas in the region will become the investment centers of the development of fisheries in Indonesia.

Makin Lama Makin Tinggi

Meskipun harus diperjelas apa yang dimaksud 'perekonomian' Jawa oleh Suahasil, ada yang dapat segera ditarik dari sana. Pernyataan itu berarti dalam 40 tahun terakhir ini, ketimpangan ekonomi masih terjadi. Perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi masih terkonsentrasi di beberapa wilayah. Di sisi lain perencanaan pembangunan berbagai infrastruktur dan langkah-langkah untuk mengembangkan wilayah seharusnya dapat mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam belanja modal pada RAPBN-P 2012, pemerintah hanya menyediakan dana Rp 168,875 triliun. Ini termasuk untuk pembangunan infrastruktur untuk seluruh wilayah di Tanah Air. Hanya naik 11,1 persen dari APBN 2012 yang sebesar Rp 151.975 tril iun. Pengalihan anggaran untuk infrastruktur harus dipertimbangkan. Terutama infrastruktur yang menyanggah kehidupan orang banyak. Tapi pertumbuhan ekonomi yang terjadi akibat pengadaan infrastruktur belum tentu memenangkan kelompok masyarakat yang paling rawan terkena imbas kenaikan BBM.

Pada 2011, konsumsi BBM mencapai 42,5 juta kiloliter (kl), sekitar 2,5 juta kl di atas kuota yang ditetapkan APBN 2011. Hasilnya, realisasi subsidi BBM pada 2011 mencapai Rp 165,2 triliun. Padahal, target pada APBN Perubahan 2011 mencapai Rp 129,7 triliun. Tahun 2012, pemerintah menahan subsidi BBM pada Rp 123,723 triliun.

Sayangnya, semua peningkatan ini tidak diimbangi pemerintah dengan pembangunan infrastruktur, terutama jalan. Juga tak ada upaya memperbaiki sarana transportasi umum sehingga masyarakat lebih memilih bepergian dengan kendaraan umum.

Meningkatnya jumlah kelas menengah yang mencapai 131 juta orang, peningkatan penjualan kendaraan bermotor,minimnya jumlah kendaraan umum, semakin mendorong konsumsi BBM bersubsidi. Total subsidi untuk BBM dan juga listrik mencapai Rp 200 triliun. Dan bukan rahasia bahwa pemanfaat BBM bersubsidi, bukanlah masyarakat yang berhak memanfaatkan dana subsidi yang diberikan lewat bensin. Dari survei pemerintah, sekitar 77 persen dinikmati masyarakat menengah atas yang tidak berhak atas dana subsidi. Pedagang kecil yang disebut teman saya di dinding Facebooknya, mungkin termasuk dalam 15% penerima manfaat. Mungkin.

Tentu saja ada beberapa opsi lain untuk pengalihan dana subsidi BBM, misalnya dengan mengarahkan dana subsidi BBM ini ke program sekolah gratis hingga SMA. Lebih menarik daripada bantuan langsung sementara masyarakat. Tapi tulisan ini merangkum apa yang mugkin dilakukan dengan dana subsidi BBM di sektor infrastruktur.

Menyangkut kepentingan masyarakat banyak, pendekatan pada permalahan konsumsi BBM dan infrastruktur jalan raya perlu diubah, yaitu kepada persoalan demand BBM bukan pada pasokan.

Mengubah pendekatan ini akan membuka diskusi mengenai perbaikan transportasi massal yang benar-benar melayani masyarakat. Sebutlah bis atau kereta api. Berdasarkan data yang ada, kendaraan umum (bus) yang terjual secara nasional tahun 2011 hanya 1,14 juta unit. Di Jakarta hanya 330.000 unit. Peneliti perkeretaapian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Taufik Hidayat, menegaskan, buruknya infrastruktur perkeretaapian menjadi salah satu contoh buruknya keberpihakan terhadap sektor ini. Padahal, sektor ini bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang boros BBM.

Perlunya pertambahan panjang jalan dan perbaikan kondisi jalan harus menjadi perhatain sebab membengkaknya konsumsi bahan bakar minyak antara lain disebabkan karena efisiensi bahan bakar minyak di jalan raya tidak terjadi. Dari panjang jalan yang ada sekarang ini, hanya 25,99 persen jalan dalam kondisi baik dan 30,99 persen dalam kondisi sedang. Selebihnya, 24,23 persen, dalam kondisi rusak ringan dan 19,40 persen rusak berat. Kondisi ini menjadi kontraproduktif bagi pengembangan ekonomi, termasuk ekonomi

Pengalihan Anggaran untuk Infrastuktur

pedesaan. Dengan alasan kenyataan itu, anggaran subsidi BBM

dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur jalan, mulai dari jalan usaha tani hingga jalan daerah. Buruknya jalan tak jarang membuat biaya transportasi holtikultura (buah dan sayur) menjadi tinggi, dan akhirnya tidak mampu bersaing dengan produk impor yang murah.

Perhitungan lain adalah kerugian yang diakibatkan oleh tidak terjadinya efisiensi di jalan raya. Pertumbuhan kendaraan bermotor di atas 8 juta unit per tahun (pada tahun 2011) dan panjang jalan yang tidak beranjak semakin memacetkan lalu lintas, terutama di kota-kota besar, terutama Jakarta. Studi dari Institute for Transportation and Development Policy Indonesia menyebutkan, saat ini rata-rata kerugian akibat kemacetan adalah Rp 26 triliun-Rp 27 triliun per tahun. Jumlah ini di luar subsidi BBM Rp 123,723 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012.

Selain sederet argument di atas kenapa pengalihan dana subsidi untuk infrastruktur ini penting, alasan lain adalah: ketersediaan infrastruktur yang memadai menjadi daya tarik utama investor. Infrastruktur juga akan memperbaiki daya saing industri nasional.

Perbaikan infrastruktur termasuk jalan raya tidak bisa berharap banyak dari pemerintah. Belanja modal dalam APBN Perubahan 2012 hanya Rp 168,875 triliun. Dana ini 11,1 persen lebih tinggi daripada APBN 2012 sebesar Rp 151,975 triliun. Lebih tingginya alokasi belanja modal ini terutama untuk alokasi program infrastruktur yang pendanaannya berasal dari saldo anggaran lebih sampai tahun 2011 sebesar Rp 20,29 triliun. Padahal, kebutuhan infrastruktur bukan hanya jalan, melainkan juga pengairan, bandar udara, pelabuhan, dan ruang pendingin untuk hortikultura dan produk perikanan. Dana ini jelas tak cukup.

Selain pengalihan anggaran dari subsidi BBM ke sektor infrastruktur, pembiayaan bersama sektor swasta di sektor infrastruktur menjadi pilihan yang perlu dikembangkan oleh pemerintah, tidak terkecuali pemerintah daerah.

Sumber ihktisar: Alihkan Anggaran bagi Infrastruktur Transportasi Massal Perlu Mendapat Prioritas (Kompas 12/3/2012)Infrastruktur Memprihatinkan Perbankan Nasional Siap Memberikan Kredit (Kompas 13/3/2012)Butuh Kepemimpinan Bangun Infrastruktur (Kompas 14/3/2012)Anggaran Infrastruktur Fisik Hanya 2 Persen (kompas 14/3/2012)

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Program AnalisaPembelanjaan Publik dan Peningkatan Kapasitas (PEACH), silakan menghubungi Luna Vidya melalui email pada alamat : [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

FOR MORE INFORMATION

Maret - April 2012

Tulisan ini diisarikan dari Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar yang disampaikan pada Dies Natalis Universitas Haluoleo ke-30 pada 20 Agustus 2011 di Gedung Auditorium Mokodompit Universitas Haluoleo

Penulis adalah Guru Besar Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Haluoleo dan Anggota Kelompok Kerja (Pokja) Forum KTI Wilayah Sulawesi Tenggara berkantor di Gedung Rektorat Unhalu Lantai 4. Kampus Hijau Bumi Tridharma Andonohu, Kendari 93232 Sulawesi Tenggara dan dapat dihubungi melalui email pada alamat:[email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Rencana kenaikan BBM oleh Pemerintah yang akan diberlakukan April 2012 nanti, menimbulkan pro kontra. Dana subsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012 untuk bahan bakar minyak mencapai Rp. 123,723 triliun. Dana itu cukup untuk membangun sebuah Jembatan Selat Sunda yang membutuhkan biaya Rp. 117 triliun. Kini, saatnya subsidi BBM ditekan dan dananya dialihkan untuk membangun infrastruktur. Pengalihan anggaran untuk infrastruktur tak bisa ditawar lagi. Pembangunan proyek infrastruktur yang padat karya akan bisa mengurangi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada masyarakat menengah bawah. (Kompas, 12/3/2012).

Seorang teman mencatat tentang kenaikan BBM di dinding Facebooknya : “Ada pedagang kecil di Tarakan sudah susah mikir dampak kenaikan BBM bulan depan. Katanya, rencana (kenaikan BBM) itu sudah mencekik sedari sekarang. Dia bilang, mestinya pemerintah yang berhemat, bukan kami; kalau kami, tidak ada yang bisa dihemat, semua sudah susah....”

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Suahasil Nazara, menegaskan, ada catatan pada tahun 1970-an, di mana perekonomian Jawa mencapai 58 persen, Sumatera 22 persen, Kalimantan 10 persen, dan sisanya terbagi di wilayah lain. Pada masa kini, perekonomian di Jawa mencapai 60 persen dari perekonomian nasional, Sumatera 20 persen, Kalimantan tetap 10 persen, dan sisanya di Indonesia Timur.” (Butuh Pemimpin untuk Membangun Infrastruktur- Kompas 13/3/2012)

FAKTA 2

FAKTA 3

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 22: BaKTI News Edisi 75

Indonesia sebagai negara mega biodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan

alam flora dan fauna yang sangat tinggi. Para penjelajah dari dunia barat maupun timur, jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke limabelas yang lalu. Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak yang lain merupakan perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan. Para penjelajah ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata.

Meskipun telah banyak hasil studi dan definisi para ahli memberikan pengertian tentang ekowisata, namun menurut Fandeli, (2000), pemakaian ist i lah ekowisata lebih populer dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekowisata, yang pada tahun 1990 oleh the ecotourism society didefinisikan sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang, yang dilakukan untuk tujuan konservasi lingkungan dan m e l e s t a r i k a n k e h i d u p a n u n t u k kesejahteraan penduduk setempat. Keragaman sudut pandang para ahli menyangkut definisi dan pengertian ekowisata cukup dinamis dan positif s e p a n j a n g d a p a t m e m b e r i k a n kontribusi bagi pengembangan disiplin ilmu ekowisata itu sendiri. Walaupun dari segi keilmuan belum final, setidaknya Avenzora, (2003) telah m e r a n g k u m b e r b a g a i d e f i n i s i ekotourisme yang ada dalam satu terminologi tiga pola yaitu berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai dari konsep yang ditawarkan, berorientasi pada sumberdaya wisata yang digunakan, dan berorientasi pada bentuk-bentuk kegiatan wisata yang

diselenggarakan. Definisi dan pengertian ekowisata di atas, sekedar memberikan

pemahaman bahwa dinamika ekowisata sebagai bidang ilmu telah diminati. Hal tersebut dibuktikan dengan cukup maraknya studi tentang konsep ekowisata yang telah dihasilkan oleh kalangan peneliti, khususnya peneliti dalam negeri. Hasil studi yang ada masih menunjukan kesenjangan antara aspek kebutuhan terhadap sumberdaya dengan aspek ketersediaan sumberdaya ekowisata.

Lahir beberapa pertanyaan sederhana seperti bagaimana pihak penyedia pelayanan jasa ekowisata dapat memahami apa yang diinginkan wisatawan secara tepat? Bagaimana penyedia jasa menjabarkan persepsinya terhadap jasa ekowisata? Apakah jasa pelayanan yang disampaikan sudah sesuai spesifikasi kualitas jasa ekowisata?

Jasa pelayanan sebagai produk ekowisataSecara umum produk jasa pelayanan berbeda dengan produk

manufaktur, sebab jasa pelayanan terdiri dari tindakan dan interaksi yang merupakan kontak sosial secara langsung antara produsen dan konsumen. Sedangkan produk manufaktur tidak terdapat kontak langsung dan bukan merupakan kontak sosial, Schroeder (2007).

Untuk memahami lebih dalam mengenai jasa pelayanan secara umum, di bawah ini ditampilkan tabel perbedaan antara produk manufaktur dan produk Jasa pelayanan (lihat tabel).

Jika dibandingkan, jasa layanan seperti yang disampaikan pada tabel dengan jasa layanan sebagai produk ekowisata, terdapat kemiripan secara umum, namun secara spesifik ada perbedaan. Apabila jasa layanan ekowisata berorientasi pada wisata massa, maka masuk pada kategori jasa yang bercirikan interaksi dan pelayanan yang rendah dengan intensitas tenaga kerja yang rendah, dan bersifat padat karya. Namun apabila jasa layanan ekowisata berorientasi pada wisata terbatas dan minat khusus, maka sangat menuntut profesionalitas dengan tingkat derajat interaksi dan pelayanan yang tinggi, sehingga menurut Schroeder (2007), jasa tersebut bersifat customization.

Ada dua hal penting pengembangan ekowisata dari perspektif jasa pelayanan yaitu pertama, produk ekowisata disebut sebagai jasa pelayanan (service) terpadu. Pelayanan dimaksud secara implisit dapat terlihat dari multiple-mission yang diemban oleh pembangunan pariwisata di Indonesia (lihat Nirwandar 2007), diantaranya turisme sebagai industri diharapkan akan mampu menyediakan jasa layanan alam dan lingkungan tanpa mengubah fungsi dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. Kedua

OLEH IRWAN BEMPAH

Penulis adalah Staf Pengajar pada Fakultas Kehutanan Universitas Gorontalo dan Focal Point JiKTI Gorontalo dan dapat

dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

adalah produk ekowisata disebut sebagai jasa pelayanan dalam rangka menciptakan kepuasan (demand) experiential of phenomenal bagi wisatawan yang berkunjung ke tempat-tempat wisata.

Ekowisata ibarat memiliki pisau bermata dua karena menyelaraskan antara kepentingan bisnis dengan misi konservasi sumberdaya alam dan sosial, sebetulnya menggambarkan tingginya tingkat kesulitan manajemen ekowisata dalam hal jasa pelayanan.

Pengguna dan penyedia jasa layanan ekowisataKetika kita tengah menikmati sebuah jasa layanan,

misalkan di sebuah restoran kelas menengah ke atas, biasanya kita membaca sebuah tulisan pemberitahuan “Apabila Anda tidak puas dengan pelayanan kami, silakan menghubungi nomor telepon ini” atau penyampaian secara lisan oleh karyawan restoran, seperti, “Mohon maaf Bapak, Ibu, kalau ada yang kurang dalam pelayanan ini tolong beritahukan kami”.

Penyampaian tersebut memilikii tujuan khusus, yakni baik bagi pengguna jasa layanan maupun penyedia jasa yaitu, pertama, penyedia jasa ingin meyakinkan kepada pengguna jasa bahwa produk yang ditawarkan berkualitas baik, dengan dibuktikan adanya garansi. Kedua, secara psikologis agar pengguna jasa merasa nyaman karena diikutsertakan dalam menentukan proses produksi jasa layanan yang sedang berlangsung. Ketiga, sebagai evaluasi formatif bagi internal manajemen penyedia jasa.

Apabila pemenuhan kebutuhan wisatawan tidak terpenuhi oleh atribut pelayanan yang disediakan, atau tidak terjadi keterkaitan yang sinergis antara recreation demand dan resources supply, maka yang akan terjadi adalah terciptanya kesenjangan-kesenjangan, antara jasa yang diharapkan dengan jasa yang dirasakan, antara penyampaian jasa dengan penjabaran jasa, antara persepsi manajemen dengan penjabaran jasa, pada level kualitas jasa yang ditawarkan, seperti pada gambar disamping.

Manajemen pelayanan jasa ekowisataMewujudkan keterkaitan antara permintaan recreation

demand dengan resources supply dalam konteks jasa pelayanan ekowisata, maka mutlak dirumuskan terlebih dahulu sebuah rancangan proses produksi, dengan mempertimbangkan empat elemen produksi jasa, Schoroeder (2007), yaitu wisatawan, manusia / operator, strategi dan sistem,

Setiap pelayanan jasa ekowisata disampaikan dalam suatu siklus jasa, siklus tersebut diawali dari titik di mana wisatawan pertama kali berhubungan dengan sistem pelayanan jasa. Dimulai dari pra-perjalanan, perjalanan menuju destinasi, kegiatan di destinasi, perjalanan pulang dari destinasi dan tahap rekoleksi. Gagasan saat-saat kebenaran adalah setiap saat di mana wisatawan berhubungan dengan sistem pelayanan dalam siklus pelayanan jasa. Pengelolaan saat-saat kebenaran dengan baik diperlukan untuk menciptakan suatu pengalaman pelayanan yang positif dan hal ini merupakan intisari dari manajemen jasa.

Standarisasi pelayanan jasa ekowisata dewasa ini sudah sangat dibutuhkan oleh lembaga-lembaga yang dipercayakan sebagai operator dalam mengelola obyek wisata alam pada kawasan konservasi dan hutan lindung. Setidaknya dengan memiliki pedoman yang standar, diharapkan akan merangsang tumbuhnya indusri-industri ekowisata.

21 22 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Produk Manufaktur Produk Jasa Pelayanan

Produk dapat terlihat (tangible)

Kepemilikan dialihkan pada saat pembelian

Produk dapat dijual kembali

Dapat didemonstrasikan sebelum dibeli

Dapat disimpan dalam persediaan

Produksi mendahului konsumsi

Produksi dan konsumsi dapatdipisahkan dalam lokasi

Produk dapat dipindahkan

Penjual memproduksi

Produk dapat dieksport

Bisnis diorganisasi berdasarkan fungsi,

dengan penjualan dan produksi terpisah

Produk tak terlihat (intangible)

Kepemilikan pada umumnya tidak dialihkan

Tidak mungkin dijual kembali

Tidak ada sebelum dibeli

Tidak dapat disimpan

Produksi dan konsumsi terjadi secara serentak

Produksi dan lokasi harus terjadi pada lokasi yang sama

Produk tidak dapat dipindahkan (meskipun produsen dapat)

Pembeli mengambil bagian langsung dalam proses produksi dan

benar-benar dapat melakukan sebagian produksi Jasa tidak dapat diekspor, tapi sistem pelayanan jasa dapati

Penjualan dan produksi tidak dapat dipisahkan

secara fungsional

PERBEDAAN ANTARA PRODUK MANUFAKTUR DAN PRODUK JASA PELAYANAN

StrategiJasa

Wisatawan

SistemManusia/Karyawan

Sumber: Richard Norman, service management; Strategy and Leadership in the Service

FORUM KTI JARINGAN PENELITI KTI

Page 23: BaKTI News Edisi 75

Indonesia sebagai negara mega biodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan

alam flora dan fauna yang sangat tinggi. Para penjelajah dari dunia barat maupun timur, jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke limabelas yang lalu. Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak yang lain merupakan perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan. Para penjelajah ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata.

Meskipun telah banyak hasil studi dan definisi para ahli memberikan pengertian tentang ekowisata, namun menurut Fandeli, (2000), pemakaian ist i lah ekowisata lebih populer dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekowisata, yang pada tahun 1990 oleh the ecotourism society didefinisikan sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang, yang dilakukan untuk tujuan konservasi lingkungan dan m e l e s t a r i k a n k e h i d u p a n u n t u k kesejahteraan penduduk setempat. Keragaman sudut pandang para ahli menyangkut definisi dan pengertian ekowisata cukup dinamis dan positif s e p a n j a n g d a p a t m e m b e r i k a n kontribusi bagi pengembangan disiplin ilmu ekowisata itu sendiri. Walaupun dari segi keilmuan belum final, setidaknya Avenzora, (2003) telah m e r a n g k u m b e r b a g a i d e f i n i s i ekotourisme yang ada dalam satu terminologi tiga pola yaitu berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai dari konsep yang ditawarkan, berorientasi pada sumberdaya wisata yang digunakan, dan berorientasi pada bentuk-bentuk kegiatan wisata yang

diselenggarakan. Definisi dan pengertian ekowisata di atas, sekedar memberikan

pemahaman bahwa dinamika ekowisata sebagai bidang ilmu telah diminati. Hal tersebut dibuktikan dengan cukup maraknya studi tentang konsep ekowisata yang telah dihasilkan oleh kalangan peneliti, khususnya peneliti dalam negeri. Hasil studi yang ada masih menunjukan kesenjangan antara aspek kebutuhan terhadap sumberdaya dengan aspek ketersediaan sumberdaya ekowisata.

Lahir beberapa pertanyaan sederhana seperti bagaimana pihak penyedia pelayanan jasa ekowisata dapat memahami apa yang diinginkan wisatawan secara tepat? Bagaimana penyedia jasa menjabarkan persepsinya terhadap jasa ekowisata? Apakah jasa pelayanan yang disampaikan sudah sesuai spesifikasi kualitas jasa ekowisata?

Jasa pelayanan sebagai produk ekowisataSecara umum produk jasa pelayanan berbeda dengan produk

manufaktur, sebab jasa pelayanan terdiri dari tindakan dan interaksi yang merupakan kontak sosial secara langsung antara produsen dan konsumen. Sedangkan produk manufaktur tidak terdapat kontak langsung dan bukan merupakan kontak sosial, Schroeder (2007).

Untuk memahami lebih dalam mengenai jasa pelayanan secara umum, di bawah ini ditampilkan tabel perbedaan antara produk manufaktur dan produk Jasa pelayanan (lihat tabel).

Jika dibandingkan, jasa layanan seperti yang disampaikan pada tabel dengan jasa layanan sebagai produk ekowisata, terdapat kemiripan secara umum, namun secara spesifik ada perbedaan. Apabila jasa layanan ekowisata berorientasi pada wisata massa, maka masuk pada kategori jasa yang bercirikan interaksi dan pelayanan yang rendah dengan intensitas tenaga kerja yang rendah, dan bersifat padat karya. Namun apabila jasa layanan ekowisata berorientasi pada wisata terbatas dan minat khusus, maka sangat menuntut profesionalitas dengan tingkat derajat interaksi dan pelayanan yang tinggi, sehingga menurut Schroeder (2007), jasa tersebut bersifat customization.

Ada dua hal penting pengembangan ekowisata dari perspektif jasa pelayanan yaitu pertama, produk ekowisata disebut sebagai jasa pelayanan (service) terpadu. Pelayanan dimaksud secara implisit dapat terlihat dari multiple-mission yang diemban oleh pembangunan pariwisata di Indonesia (lihat Nirwandar 2007), diantaranya turisme sebagai industri diharapkan akan mampu menyediakan jasa layanan alam dan lingkungan tanpa mengubah fungsi dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. Kedua

OLEH IRWAN BEMPAH

Penulis adalah Staf Pengajar pada Fakultas Kehutanan Universitas Gorontalo dan Focal Point JiKTI Gorontalo dan dapat

dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

adalah produk ekowisata disebut sebagai jasa pelayanan dalam rangka menciptakan kepuasan (demand) experiential of phenomenal bagi wisatawan yang berkunjung ke tempat-tempat wisata.

Ekowisata ibarat memiliki pisau bermata dua karena menyelaraskan antara kepentingan bisnis dengan misi konservasi sumberdaya alam dan sosial, sebetulnya menggambarkan tingginya tingkat kesulitan manajemen ekowisata dalam hal jasa pelayanan.

Pengguna dan penyedia jasa layanan ekowisataKetika kita tengah menikmati sebuah jasa layanan,

misalkan di sebuah restoran kelas menengah ke atas, biasanya kita membaca sebuah tulisan pemberitahuan “Apabila Anda tidak puas dengan pelayanan kami, silakan menghubungi nomor telepon ini” atau penyampaian secara lisan oleh karyawan restoran, seperti, “Mohon maaf Bapak, Ibu, kalau ada yang kurang dalam pelayanan ini tolong beritahukan kami”.

Penyampaian tersebut memilikii tujuan khusus, yakni baik bagi pengguna jasa layanan maupun penyedia jasa yaitu, pertama, penyedia jasa ingin meyakinkan kepada pengguna jasa bahwa produk yang ditawarkan berkualitas baik, dengan dibuktikan adanya garansi. Kedua, secara psikologis agar pengguna jasa merasa nyaman karena diikutsertakan dalam menentukan proses produksi jasa layanan yang sedang berlangsung. Ketiga, sebagai evaluasi formatif bagi internal manajemen penyedia jasa.

Apabila pemenuhan kebutuhan wisatawan tidak terpenuhi oleh atribut pelayanan yang disediakan, atau tidak terjadi keterkaitan yang sinergis antara recreation demand dan resources supply, maka yang akan terjadi adalah terciptanya kesenjangan-kesenjangan, antara jasa yang diharapkan dengan jasa yang dirasakan, antara penyampaian jasa dengan penjabaran jasa, antara persepsi manajemen dengan penjabaran jasa, pada level kualitas jasa yang ditawarkan, seperti pada gambar disamping.

Manajemen pelayanan jasa ekowisataMewujudkan keterkaitan antara permintaan recreation

demand dengan resources supply dalam konteks jasa pelayanan ekowisata, maka mutlak dirumuskan terlebih dahulu sebuah rancangan proses produksi, dengan mempertimbangkan empat elemen produksi jasa, Schoroeder (2007), yaitu wisatawan, manusia / operator, strategi dan sistem,

Setiap pelayanan jasa ekowisata disampaikan dalam suatu siklus jasa, siklus tersebut diawali dari titik di mana wisatawan pertama kali berhubungan dengan sistem pelayanan jasa. Dimulai dari pra-perjalanan, perjalanan menuju destinasi, kegiatan di destinasi, perjalanan pulang dari destinasi dan tahap rekoleksi. Gagasan saat-saat kebenaran adalah setiap saat di mana wisatawan berhubungan dengan sistem pelayanan dalam siklus pelayanan jasa. Pengelolaan saat-saat kebenaran dengan baik diperlukan untuk menciptakan suatu pengalaman pelayanan yang positif dan hal ini merupakan intisari dari manajemen jasa.

Standarisasi pelayanan jasa ekowisata dewasa ini sudah sangat dibutuhkan oleh lembaga-lembaga yang dipercayakan sebagai operator dalam mengelola obyek wisata alam pada kawasan konservasi dan hutan lindung. Setidaknya dengan memiliki pedoman yang standar, diharapkan akan merangsang tumbuhnya indusri-industri ekowisata.

21 22 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Produk Manufaktur Produk Jasa Pelayanan

Produk dapat terlihat (tangible)

Kepemilikan dialihkan pada saat pembelian

Produk dapat dijual kembali

Dapat didemonstrasikan sebelum dibeli

Dapat disimpan dalam persediaan

Produksi mendahului konsumsi

Produksi dan konsumsi dapatdipisahkan dalam lokasi

Produk dapat dipindahkan

Penjual memproduksi

Produk dapat dieksport

Bisnis diorganisasi berdasarkan fungsi,

dengan penjualan dan produksi terpisah

Produk tak terlihat (intangible)

Kepemilikan pada umumnya tidak dialihkan

Tidak mungkin dijual kembali

Tidak ada sebelum dibeli

Tidak dapat disimpan

Produksi dan konsumsi terjadi secara serentak

Produksi dan lokasi harus terjadi pada lokasi yang sama

Produk tidak dapat dipindahkan (meskipun produsen dapat)

Pembeli mengambil bagian langsung dalam proses produksi dan

benar-benar dapat melakukan sebagian produksi Jasa tidak dapat diekspor, tapi sistem pelayanan jasa dapati

Penjualan dan produksi tidak dapat dipisahkan

secara fungsional

PERBEDAAN ANTARA PRODUK MANUFAKTUR DAN PRODUK JASA PELAYANAN

StrategiJasa

Wisatawan

SistemManusia/Karyawan

Sumber: Richard Norman, service management; Strategy and Leadership in the Service

FORUM KTI JARINGAN PENELITI KTI

Page 24: BaKTI News Edisi 75

Saya tak menyangka, bisa berbagi pengalaman berkaitan dengan pengembangan tanaman pangan lokal, pertanian skala kecil di Adonara dan Flores pada umumnya, khusus pada pertanian

lahan kering pada Diskusi Regional Forum Kawasan Timur Indonesia (KTI), Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim untuk Pulau-pulau Kecil di Kawasan Timur Indonesia, 17 – 20 Oktober 2011 di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Saya dikontak pertama kali oleh bung Akram dari Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) pada 4 Oktober 2011. Antara rasa tidak percaya, saya coba mengontak Andry dari Perkumpulan PIKUL dan menyampaikan tentang undangan ini. Dengan tenang Andry meyakinkan saya bahwa PIKUL yang merekomendasi dan meminta saya untuk mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh BaKTI.

Hal pertama yang saya lakukan adalah mempersiapkan materi dengan tema “Sorgum Bergizi, Sorgum Berduit: Sebuah Kisah dari Adonara'. Presentasi ini akan saya sampaikan dalam sesi Development Marketplace. Ada tiga hal yang menjadi dasar dalam panduan pemaparan materi yaitu: Apa dampak bagi masyarakat penerima gagasan?; Metode apa yang digunakan dalam melaksanakan gagasan dan bagaimana peran masyarakat, lembaga sosial, serta pemerintah?; dan Bagaimana kemungkinan replikasinya di daerah lain.

Hal kedua adalah saya mulai mempersiapkan tujuh jenis benih wata blolong (sorgum) dan dua jenis benih jelai, jewawut, wijen, dan padi hitam. Tapi terakhir saya memutuskan hanya membawa wata blolong dan dela saja. Saya bawa lengkap dengan biji yang masih melekat di tangkainya maupun biji yang sudah dipipil dan dikemas rapi dalam plastik transparan. Bahkan saya membawa setangkai sorgum biji kelopak merah yang belum tua sebagai contoh; bahwa di tengah cuaca ekstrim kering di Adonara, sorgum tetap dapat tumbuh baik dengan air yang sangat minim!

Untuk persiapan materi saya di bantu Sevrilus, S.Pt.MSi dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Flores Timur serta Tonny Bengu, SP, seorang anggota DPRD Provinsi NTT. Untuk masalah pertanian dan kepenyuluhan, setahun terakhir ini saya sering share dengan mereka.

Minggu, 16 Oktober saya pamit pada suami dan si bungsu, berangkat menuju Maumere. Dengan uang saku seadanya saya kuatkan hati menuju Mataram, Nusa Tenggara Barat. Semua tiket perjalanan melalui udara dan akomodasi di tanggung panitia. Saya tiba di Bandara Internasional Lombok, Mataram hari Senin 17 Oktober 2011 jam 13.OO wita. Panitia BaKTI sudah menunggu di ruang penjemputan. Di Bandara saya bartemu pertama kali dengan teman sekamar saya, Murni, seorang Guru dari Sulawesi Selatan.

Tiba di Hotel Santosa kami langsung check in dan menyerahkan tiket dan boarding pass dari daerah asal kepada panitia pelaksana. Saya dan Murni mendapat kamar yang sangat istimewa untuk ukuran petani. Kaget bukan main waktu kami tahu bahwa kamar yang kami tempati bertarif US$216 per malam. Tarif menginap semalam hotel ini cukup membiayai registrasi anak saya untuk kuliah enam bulan!

Setelah istirahat satu jam di kamar, saya dan Murni wajib menghadap Panitia BaKTI untuk melaporkan persiapan presentasi. Mau putus nafas saya, ketika flashdisc saya dibuka dan materi saya kosong. Refleks saya menangis di depan crew BaKTI (Luna, Akram, Kiko, Steven, dll). Saya menangis, karena ini pertaruhan besar saya untuk menunjukkan pada dunia apa yang sudah saya buat selama ini.

Dengan gayanya yang kocak Luna yang berdarah Papua itu menenangkan saya. ”Tenang Mama. Kami punya ahlinya, tim INSPIRIT!”

asal-usul benih versi Adonara Barat. Bahwa sorgum yang bahasa Lamaholotnya adalah Wata Blolong adalah tanaman asli yang sengaja dilupakan dan ditinggalkan karena program regulasi hijau; berasnisasi (gerakan menanam padi dan menjadikan nasi sebagai makanan pokok –red.) pada masa pemerintahan orde baru.

Antusias peserta semakin semarak dengan tujuh saudara Peni Masandai (dewi padi) yang beraneka ragam kulit dan rambut menari gembira dengan irama dangdut di atas panggung ketika sesudah hari ke-tujuh, mereka mendapatkan beragam jenis tanaman pangan tumbuh di ladang mereka. Cerita tentang mitos Peni Masandai; seorang dewi yang mengorbankan hidupnya menjadi benih sorgum yang tumbuh di kebun milik tujuh saudara lakilakinya menjadi drama yang diperankan saya dan teman-teman mengisi presentasi saya. Di daerah Flores Timur, mitos Peni Masandai ini dipercaya menjadi asal-usul Sorgum.

Saya juga menyampaikan tentang tantangan yang harus dihadapi, mulai dari kesulitan akses ke benih, sikap skeptis petani yang cenderung mau lihat dulu hasilnya, dana yang seadanya, dinas terkait yang umumnya masih tutup mata dan tidak sedikit yang menganggap Saya itu MPO! (Mencari Perhatian Orang) dan kurang kerjaan!

Segala aplaus pujian juga saran berhamburan diterima Murni dan saya. Boleh dikata kami berdua jadi bintang. Saya pun tidak sangka bertemu Pimpinan LSM Oxfam GB kantor Makassar, Aloysius Suratin, yang ternyata saudara sekampung di Bengkayang Kalimantan Barat. Dia terharu dan sedih kenapa waktu masih bertugas di NTT tidak bertemu saya, kebetulan desa saya Pajinian mendapat program juga dari Oxfam. Saya bilang tidak usah khawatir karena ada orang-orang PIKUL yang sangat peduli dengan gerakkan saya. "PIKUL sudah bukakan jalan untuk saya, hingga kita bisa bertemu dalam forum yang megah ini," jelas saya.

Setelah selesai presentasi, saya di hubungi Kiko dari BaKTI yang menyampaikan bahwa saya akan di wawancarai media BaKTI dan KOMPAS. Mbak Budhsi dari INSPIRIT juga mengingatkan saya untuk tidak abaikan peran wartawan. Saya terus menerus di ingatkan oleh crew BaKTI untuk menerima wawancara dengan wartawan.

Wartawan Kompas yang mewawancarai saya adalah Samuel dan Khaerul. Mereka bertanya sangat terperinci, pelan-pelan, dan teliti. Mereka tanya nama orangtua dan pekerjaan orangtua. Saya sempat menolak, tapi mereka sampaikan ”Indonesia ini masih

melihat orang dari asal-usulnya, ibu”. Mereka juga tanya ukuran rumah tinggal, Saya jawab, “Cuma lima kali delapan meter saja” mereka berkomentar; ”Kok, kecil ya”. "Lha ialah Mas. Lha wong ini rumahnya petani, bukan pengusaha!" saya membalas dengan meniru logat orang jawa. Mereka tanya lagi luas kebun, dan beberapa pertanyaan lainnya.

Pada penutupan pertemuan tentang Perubahan Iklim dan Adaptasinya serta penampilan sembilan penggagas ini disimpulkan ada empat topik aktual yang akan menjadi acuan bagi masyarakat sipil dan pemangku kebijakan yaitu perlunya penguatan bagi masyarakat kepulauan yang terkena dampak dari perubahan iklim, pelestarian lingkungan pesisir melalui penghijauan mangrove dan karang laut, alternatif pangan yang beragam dalam mengatasi gagal tanam gagal panen, energi alternatif yang terjangkau masyarakat kepulauan, dan yang tidak mengabaikan kearifan lokal.

Saya, Murni, Adi, Agustinus, dan lima penggagas lainnya sungguh merasak an bagaimana luar b iasanya penghargaan yang diberikan pada kami. Kami sempat berkecil hati dengan gelar ilmu di belakang nama kami. Tidak sangka, kami semua yang bergelar sarjana ini ternyata masih diberi kesempatan untuk membuktikan bakti kami di tempat-tempat yang terpencil, di kepulauan di kawasan timur Indonesia. Terimakasih Tuhan, terimakasih PIKUL, dan terimakasih Yayasan BaKTI.

ujar Luna sambil tersenyum. Saya dan Murni diantar Kiko pindah ke sebuah

ruangan lain yang ditempati oleh INSPIRIT. Ruangan itu penuh dengan kardus-kardus berisi peralatan tulis dan pernak-pernik lain, seperti waktu saya ikut Lingkar Belajar Komunitas Bervisi (LBKB) II di Adonara Timur yang difasilitasi PIKUL. Lalu kami berdua duduk berhadapan dengan tiga orang berbadan subur. Mereka senyum-senyum melihat saya yang masih panik dan berurai air mata. Belakangan baru saya tahu bahwa Mas Dani Munggoro itu orang terkenal. Dia penggagas INSPIRIT. Mas Dani dan Mbak Budsi mengatakan bahwa materi saya akan dibuat semenarik mungkin, semua akan beres. Saya lega.

Pembukaan Diskusi Regional Forum KTI, yang membawa isu Perubahan Iklim dan Adaptasi Pulau-Pulau Kecil berlangsung di tepi pantai di Lombok, tepatnya di Hotel Santosa pukul 16.30. Setelah mengikuti pembukaan, kami makan malam di Restoran Nusantara Hotel Santosa, dirangkaikan dengan pemutaran film “There Once Was an Island" sebuah kisah yang menarik tentang kesadaran manusia akan dampak dari segala fenomena alam serta keputusan yang sulit untuk keluar dari habitat aslinya.

Pertemuan Diskusi Regional Forum KTI dimulai hari Selasa 18 Oktober 2011 tepat jam 08.00 wita. Diawali dengan Sambutan Wakil dari Kementerian Perindustrian yang juga Pembina Yayasan BaKTI, Bapak Alex Retrubun. Dilanjutkan dengan talk show yang dipandu mbak Prita Laura dari Metro TV menampilkan pembicara dari Kementerian Pertanian, Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan Kementrian Pengembangan Daerah Tertinggal.

Saya dan Murni mendapat jadwal presentasi dan ruangan yang sama. Tapi sebelumnya Stevent dari BaKTI sempat minta saya menyajikan dalam bentuk drama singkat. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya saya minta teman-teman semeja untuk mendukung niat saya. Gayung bersambut, teman dari CIDA, AusAID, LSM lokal dan staf BAPEPDA Rote Ndao bersedia menemani aksi nanti di atas panggung!

Murni, teman sekamar saya membawakan presentasi tentang kepedulian Murni akan nasib pesisir negeri kepulauan. Enam tahun Murni menghijaukan pesisir dengan Mangrove! Begitu banyak tantangan yang harus Murni hadapi. Guru honorer ini bukan hanya menerima cemburu sosial dari lingkungan tempat tinggalnya saja tapi juga sempat bergesekan dengan yayasan lokal di tempatnya. Bahkan sempat diadu dengan pimpinan sekolahnya sendiri. Murni yang Lulusan Sarjana Teknik Elektro Universitas Negeri Makassar ini terus menanam mangrove di sela-sela waktu mengajarnya di Sekolah Dasar. Murni tak peduli apa kata orang. Buah pahit serta rasa lelahnya selama ini ternyata mendapat tempat dihati orang-orang yang menghargai gagasan yang muncul dari hati yang tulus.

Nah, tibalah giliran saya; Maria Loretha membawakan sesi Development Marketplace “Sorgum Bergizi, Sorgum Berduit”. Saya membuka presentasi dengan mendongeng

Ini Penghargaan yang Luar Biasa!

OLEH MARIA LORETHAOLEH MARIA LORETHA

2423

OLEH STEVENT FEBRIANDY

Kita hanya Punya Satu Rumah

INSPIRASI BaKTI

nak perempuan itu tersenyum dan tersipu malu lalu menjawab, ”Di sana kami belajar menanam dan merawat pohon. Kami juga Abelajar tradisi Makassar," sambil menggoyang goyangkan

badannya ke kiri dan ke kanan. "Ada pohon kersen, pohon harmoni (maksudnya mahoni)," lanjutnya.

"Kelas Komunitas!", seru Darmawan dengan suara lantang yang kemudian dijawab oleh anak-anak dengan gembira, "Hai!". Memancing semangat yang lebih besar, Darmawan bertanya dengan

suara yang lebih lantang, "Apa kabar?”. Pertanyaan ini dijawab dengan pekikan gembira anak-anak,"Luar biasaaa!"

Kegembiraan seperti ini tidak hanya dijumpai di kelas TK dan Kelompok Bermain yang ada di Makassar. Darmawan Denassa, pendiri sekaligus kepala rumah tangga Rumah Hijau Denassa. Di usia 30an, Darmawan tergerak untuk mendirikan tempat bagi anak-anak di

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Maria Loretha adalah seorang petani pangan lokal di Adonara, Flores, NTT dan penerima penghargaan Kehati Awards 2012.

Artikel disarikan dari Kabar Kampung yang diterbitkan oleh Perkumpulan PIKUL.Untuk informasi kegiatan Perkumpulan PIKUL, Anda dapat mengunjungi website www.perkumpulanpikul.org dan atau menghubungi telp. 0380-830218.

Perkumpulan PIKUL berkantor di Jl. R.W Monginsidi II/2, Kel. Pasir Panjang,Kec. Oebobo, Kota Baru, Kodya Kupang, N.T.T

Page 25: BaKTI News Edisi 75

Saya tak menyangka, bisa berbagi pengalaman berkaitan dengan pengembangan tanaman pangan lokal, pertanian skala kecil di Adonara dan Flores pada umumnya, khusus pada pertanian

lahan kering pada Diskusi Regional Forum Kawasan Timur Indonesia (KTI), Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim untuk Pulau-pulau Kecil di Kawasan Timur Indonesia, 17 – 20 Oktober 2011 di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Saya dikontak pertama kali oleh bung Akram dari Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) pada 4 Oktober 2011. Antara rasa tidak percaya, saya coba mengontak Andry dari Perkumpulan PIKUL dan menyampaikan tentang undangan ini. Dengan tenang Andry meyakinkan saya bahwa PIKUL yang merekomendasi dan meminta saya untuk mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh BaKTI.

Hal pertama yang saya lakukan adalah mempersiapkan materi dengan tema “Sorgum Bergizi, Sorgum Berduit: Sebuah Kisah dari Adonara'. Presentasi ini akan saya sampaikan dalam sesi Development Marketplace. Ada tiga hal yang menjadi dasar dalam panduan pemaparan materi yaitu: Apa dampak bagi masyarakat penerima gagasan?; Metode apa yang digunakan dalam melaksanakan gagasan dan bagaimana peran masyarakat, lembaga sosial, serta pemerintah?; dan Bagaimana kemungkinan replikasinya di daerah lain.

Hal kedua adalah saya mulai mempersiapkan tujuh jenis benih wata blolong (sorgum) dan dua jenis benih jelai, jewawut, wijen, dan padi hitam. Tapi terakhir saya memutuskan hanya membawa wata blolong dan dela saja. Saya bawa lengkap dengan biji yang masih melekat di tangkainya maupun biji yang sudah dipipil dan dikemas rapi dalam plastik transparan. Bahkan saya membawa setangkai sorgum biji kelopak merah yang belum tua sebagai contoh; bahwa di tengah cuaca ekstrim kering di Adonara, sorgum tetap dapat tumbuh baik dengan air yang sangat minim!

Untuk persiapan materi saya di bantu Sevrilus, S.Pt.MSi dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Flores Timur serta Tonny Bengu, SP, seorang anggota DPRD Provinsi NTT. Untuk masalah pertanian dan kepenyuluhan, setahun terakhir ini saya sering share dengan mereka.

Minggu, 16 Oktober saya pamit pada suami dan si bungsu, berangkat menuju Maumere. Dengan uang saku seadanya saya kuatkan hati menuju Mataram, Nusa Tenggara Barat. Semua tiket perjalanan melalui udara dan akomodasi di tanggung panitia. Saya tiba di Bandara Internasional Lombok, Mataram hari Senin 17 Oktober 2011 jam 13.OO wita. Panitia BaKTI sudah menunggu di ruang penjemputan. Di Bandara saya bartemu pertama kali dengan teman sekamar saya, Murni, seorang Guru dari Sulawesi Selatan.

Tiba di Hotel Santosa kami langsung check in dan menyerahkan tiket dan boarding pass dari daerah asal kepada panitia pelaksana. Saya dan Murni mendapat kamar yang sangat istimewa untuk ukuran petani. Kaget bukan main waktu kami tahu bahwa kamar yang kami tempati bertarif US$216 per malam. Tarif menginap semalam hotel ini cukup membiayai registrasi anak saya untuk kuliah enam bulan!

Setelah istirahat satu jam di kamar, saya dan Murni wajib menghadap Panitia BaKTI untuk melaporkan persiapan presentasi. Mau putus nafas saya, ketika flashdisc saya dibuka dan materi saya kosong. Refleks saya menangis di depan crew BaKTI (Luna, Akram, Kiko, Steven, dll). Saya menangis, karena ini pertaruhan besar saya untuk menunjukkan pada dunia apa yang sudah saya buat selama ini.

Dengan gayanya yang kocak Luna yang berdarah Papua itu menenangkan saya. ”Tenang Mama. Kami punya ahlinya, tim INSPIRIT!”

asal-usul benih versi Adonara Barat. Bahwa sorgum yang bahasa Lamaholotnya adalah Wata Blolong adalah tanaman asli yang sengaja dilupakan dan ditinggalkan karena program regulasi hijau; berasnisasi (gerakan menanam padi dan menjadikan nasi sebagai makanan pokok –red.) pada masa pemerintahan orde baru.

Antusias peserta semakin semarak dengan tujuh saudara Peni Masandai (dewi padi) yang beraneka ragam kulit dan rambut menari gembira dengan irama dangdut di atas panggung ketika sesudah hari ke-tujuh, mereka mendapatkan beragam jenis tanaman pangan tumbuh di ladang mereka. Cerita tentang mitos Peni Masandai; seorang dewi yang mengorbankan hidupnya menjadi benih sorgum yang tumbuh di kebun milik tujuh saudara lakilakinya menjadi drama yang diperankan saya dan teman-teman mengisi presentasi saya. Di daerah Flores Timur, mitos Peni Masandai ini dipercaya menjadi asal-usul Sorgum.

Saya juga menyampaikan tentang tantangan yang harus dihadapi, mulai dari kesulitan akses ke benih, sikap skeptis petani yang cenderung mau lihat dulu hasilnya, dana yang seadanya, dinas terkait yang umumnya masih tutup mata dan tidak sedikit yang menganggap Saya itu MPO! (Mencari Perhatian Orang) dan kurang kerjaan!

Segala aplaus pujian juga saran berhamburan diterima Murni dan saya. Boleh dikata kami berdua jadi bintang. Saya pun tidak sangka bertemu Pimpinan LSM Oxfam GB kantor Makassar, Aloysius Suratin, yang ternyata saudara sekampung di Bengkayang Kalimantan Barat. Dia terharu dan sedih kenapa waktu masih bertugas di NTT tidak bertemu saya, kebetulan desa saya Pajinian mendapat program juga dari Oxfam. Saya bilang tidak usah khawatir karena ada orang-orang PIKUL yang sangat peduli dengan gerakkan saya. "PIKUL sudah bukakan jalan untuk saya, hingga kita bisa bertemu dalam forum yang megah ini," jelas saya.

Setelah selesai presentasi, saya di hubungi Kiko dari BaKTI yang menyampaikan bahwa saya akan di wawancarai media BaKTI dan KOMPAS. Mbak Budhsi dari INSPIRIT juga mengingatkan saya untuk tidak abaikan peran wartawan. Saya terus menerus di ingatkan oleh crew BaKTI untuk menerima wawancara dengan wartawan.

Wartawan Kompas yang mewawancarai saya adalah Samuel dan Khaerul. Mereka bertanya sangat terperinci, pelan-pelan, dan teliti. Mereka tanya nama orangtua dan pekerjaan orangtua. Saya sempat menolak, tapi mereka sampaikan ”Indonesia ini masih

melihat orang dari asal-usulnya, ibu”. Mereka juga tanya ukuran rumah tinggal, Saya jawab, “Cuma lima kali delapan meter saja” mereka berkomentar; ”Kok, kecil ya”. "Lha ialah Mas. Lha wong ini rumahnya petani, bukan pengusaha!" saya membalas dengan meniru logat orang jawa. Mereka tanya lagi luas kebun, dan beberapa pertanyaan lainnya.

Pada penutupan pertemuan tentang Perubahan Iklim dan Adaptasinya serta penampilan sembilan penggagas ini disimpulkan ada empat topik aktual yang akan menjadi acuan bagi masyarakat sipil dan pemangku kebijakan yaitu perlunya penguatan bagi masyarakat kepulauan yang terkena dampak dari perubahan iklim, pelestarian lingkungan pesisir melalui penghijauan mangrove dan karang laut, alternatif pangan yang beragam dalam mengatasi gagal tanam gagal panen, energi alternatif yang terjangkau masyarakat kepulauan, dan yang tidak mengabaikan kearifan lokal.

Saya, Murni, Adi, Agustinus, dan lima penggagas lainnya sungguh merasak an bagaimana luar b iasanya penghargaan yang diberikan pada kami. Kami sempat berkecil hati dengan gelar ilmu di belakang nama kami. Tidak sangka, kami semua yang bergelar sarjana ini ternyata masih diberi kesempatan untuk membuktikan bakti kami di tempat-tempat yang terpencil, di kepulauan di kawasan timur Indonesia. Terimakasih Tuhan, terimakasih PIKUL, dan terimakasih Yayasan BaKTI.

ujar Luna sambil tersenyum. Saya dan Murni diantar Kiko pindah ke sebuah

ruangan lain yang ditempati oleh INSPIRIT. Ruangan itu penuh dengan kardus-kardus berisi peralatan tulis dan pernak-pernik lain, seperti waktu saya ikut Lingkar Belajar Komunitas Bervisi (LBKB) II di Adonara Timur yang difasilitasi PIKUL. Lalu kami berdua duduk berhadapan dengan tiga orang berbadan subur. Mereka senyum-senyum melihat saya yang masih panik dan berurai air mata. Belakangan baru saya tahu bahwa Mas Dani Munggoro itu orang terkenal. Dia penggagas INSPIRIT. Mas Dani dan Mbak Budsi mengatakan bahwa materi saya akan dibuat semenarik mungkin, semua akan beres. Saya lega.

Pembukaan Diskusi Regional Forum KTI, yang membawa isu Perubahan Iklim dan Adaptasi Pulau-Pulau Kecil berlangsung di tepi pantai di Lombok, tepatnya di Hotel Santosa pukul 16.30. Setelah mengikuti pembukaan, kami makan malam di Restoran Nusantara Hotel Santosa, dirangkaikan dengan pemutaran film “There Once Was an Island" sebuah kisah yang menarik tentang kesadaran manusia akan dampak dari segala fenomena alam serta keputusan yang sulit untuk keluar dari habitat aslinya.

Pertemuan Diskusi Regional Forum KTI dimulai hari Selasa 18 Oktober 2011 tepat jam 08.00 wita. Diawali dengan Sambutan Wakil dari Kementerian Perindustrian yang juga Pembina Yayasan BaKTI, Bapak Alex Retrubun. Dilanjutkan dengan talk show yang dipandu mbak Prita Laura dari Metro TV menampilkan pembicara dari Kementerian Pertanian, Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan Kementrian Pengembangan Daerah Tertinggal.

Saya dan Murni mendapat jadwal presentasi dan ruangan yang sama. Tapi sebelumnya Stevent dari BaKTI sempat minta saya menyajikan dalam bentuk drama singkat. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya saya minta teman-teman semeja untuk mendukung niat saya. Gayung bersambut, teman dari CIDA, AusAID, LSM lokal dan staf BAPEPDA Rote Ndao bersedia menemani aksi nanti di atas panggung!

Murni, teman sekamar saya membawakan presentasi tentang kepedulian Murni akan nasib pesisir negeri kepulauan. Enam tahun Murni menghijaukan pesisir dengan Mangrove! Begitu banyak tantangan yang harus Murni hadapi. Guru honorer ini bukan hanya menerima cemburu sosial dari lingkungan tempat tinggalnya saja tapi juga sempat bergesekan dengan yayasan lokal di tempatnya. Bahkan sempat diadu dengan pimpinan sekolahnya sendiri. Murni yang Lulusan Sarjana Teknik Elektro Universitas Negeri Makassar ini terus menanam mangrove di sela-sela waktu mengajarnya di Sekolah Dasar. Murni tak peduli apa kata orang. Buah pahit serta rasa lelahnya selama ini ternyata mendapat tempat dihati orang-orang yang menghargai gagasan yang muncul dari hati yang tulus.

Nah, tibalah giliran saya; Maria Loretha membawakan sesi Development Marketplace “Sorgum Bergizi, Sorgum Berduit”. Saya membuka presentasi dengan mendongeng

Ini Penghargaan yang Luar Biasa!

OLEH MARIA LORETHAOLEH MARIA LORETHA

2423

OLEH STEVENT FEBRIANDY

Kita hanya Punya Satu Rumah

INSPIRASI BaKTI

nak perempuan itu tersenyum dan tersipu malu lalu menjawab, ”Di sana kami belajar menanam dan merawat pohon. Kami juga Abelajar tradisi Makassar," sambil menggoyang goyangkan

badannya ke kiri dan ke kanan. "Ada pohon kersen, pohon harmoni (maksudnya mahoni)," lanjutnya.

"Kelas Komunitas!", seru Darmawan dengan suara lantang yang kemudian dijawab oleh anak-anak dengan gembira, "Hai!". Memancing semangat yang lebih besar, Darmawan bertanya dengan

suara yang lebih lantang, "Apa kabar?”. Pertanyaan ini dijawab dengan pekikan gembira anak-anak,"Luar biasaaa!"

Kegembiraan seperti ini tidak hanya dijumpai di kelas TK dan Kelompok Bermain yang ada di Makassar. Darmawan Denassa, pendiri sekaligus kepala rumah tangga Rumah Hijau Denassa. Di usia 30an, Darmawan tergerak untuk mendirikan tempat bagi anak-anak di

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Maria Loretha adalah seorang petani pangan lokal di Adonara, Flores, NTT dan penerima penghargaan Kehati Awards 2012.

Artikel disarikan dari Kabar Kampung yang diterbitkan oleh Perkumpulan PIKUL.Untuk informasi kegiatan Perkumpulan PIKUL, Anda dapat mengunjungi website www.perkumpulanpikul.org dan atau menghubungi telp. 0380-830218.

Perkumpulan PIKUL berkantor di Jl. R.W Monginsidi II/2, Kel. Pasir Panjang,Kec. Oebobo, Kota Baru, Kodya Kupang, N.T.T

Page 26: BaKTI News Edisi 75

efektif dalam menumbuhkan upaya pelesatrian lingkungan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti lingkungan yang lestari.

“Walhi tahun 2000 pernah mengkampanyekan satu tema Satu Bumi Untuk Semua, Semua di Bumi yang Satu, jadi hanya ada satu bumi yang ada yang bisa kita tempati,” ujar Taufik. Namun sayang sekali perspektif manusia hanya melihat manusia adalah obyek alam semesta bukan sebaliknya. “Maka jangan heran manusia melihat alam semesta dalam dalam mazhab ekonomi, sosial dan politik saja, padahal manusia sebenarnya adalah bagian terkecil dari alam semesta ini,” lanjutnya.

Menurut Taufik, saat terjadi bencana, manusia hanya berpikir bahwa yang terjadi hanya petaka saja. Padahal yang terjadi adalah ketidakseimbangan antara manusia dan alam. Persoalan 'rumah kita' ini bukan hanya didukung oleh proses penanaman saja tetapi perlu diadvokasi dengan kebijakan. ”Hutan yang lebat telah dieksplotasi besar-besaran. Sungai-sungai yang jernih dengan ikan yang banyak tercemar limbah akibat aktivitas manusia. Kenapa manusia melakukan ini? Manusia dengan kesombongannya menjadikan dirinya subyek untuk alam. Advokasi untuk menciptakan kebijakan yang berpihak pada lingkungan jangan pernah berhenti”, sambungnya.

Aktivitas Rumah Hijau Denassa adalah salah satu upaya untuk kembali menyeimbangkan hidupnya dengan alam dan lingkungan hidup dan mengingat kembali bahwa kehidupan tidak terjadi hanya pada saat ini saja. Generasi selanjutnya di kehidupan mendatang pun ingin memiliki kenangan-kenangan indah dalam kehidupannya dengan alam sekitarnya. Manusia di belahan dunia manapun hanya satu rumah yaitu planet bumi yang perlu dijaga, dicintai, dan dilestarikan.

25

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Rumah Hijau Denassa, anda dapat menghubungi Darmawan Denassa melalui email pada alamat [email protected]

sekitar rumahnya di Desa untuk belajar mencintai alam. Di Rumah Hijau Denassa, anak-anak bebas belajar hal yang disukai, mulai dari belajar menari, menanam pohon, membibitkan tanaman, membuat pupuk, dan menjaga kebersihan lingkungan. Anak-anak bebas memilih hal apa yang ingin dipelajarinya, dan yang paling menyenangkan adalah, mereka bisa belajar sambil bermain!

Inspirasi BaKTI episode “Kita Hanya Punya Satu Rumah” yang diadakan pada 22 Maret 2012 mengangkat inisiatif unik Rumah Hijau Denassa. Tak kurang dari 50 orang memadati backyard BaKTI sore itu dengan semangat mendengarkan pemaparan Darmawan tentang Rumah Hijau Denassa.

Rumah Hijau Denassa adalah rumah tinggal keluarga Denassa di Desa borongtala, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dibangun pada tahun 2007 di atas lahan seluas satu hektar rumah ini memiliki pekarangan yang sangat luas yang digunakan untuk mengoleksi berbagai jenis pohon dan tanaman buah serta tempat pengolahan pupuk organik. Rumah Hijau Denassa juga dilengkapi dengan sebuah rumah panggung yang digunakan sebagai ruang belajar, perpustakaan, tempat mengakses internet nirkabel, dan berdiskusi. Berbagai sarana tersebut memang diperuntukkan untuk tujuan utama Rumah Hijau Denassa, yaitu menjadi pusat belajar tentang lingkungan hidup dan kebudayaan makassar serta pelestarian alam.

Kenangan akan masa kecil, adalah motivasi terbesar Darmawan mendirikan dan mengelola Rumah Hijau Denassa. Kala dirinya masih kanak-kanak, ia menyaksikan banyak pohon yag ditebang untuk berbagai keperluan. Pohon-pohon di tanah yang baru dibeli orangtuanya pun tak luput dari penebangan. ”Saya pernah bertanya pada Bapak saya, kenapa pohon nangka dan pohon mangga itu ditebang? Nanti anak cucu tetta makan apa?”, tutur Darmawan. ”Saat itu Bapak saya hanya tersenyum saja. Tidak menjawab pertanyaan saya”.

Rasa penasaran sejak kejadian itu membuat Darmawan bertekad untuk berbuat sesuatu di lingkungan tempat tinggalnya yang berjarak sekitar 30an kilometer dari pusat kota Makassar. Saat Darmawan bekerja sebagai Dosen Luar Biasa di Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2007, dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dan kembali ke kampung halamannya Borongtala, Kabupaten Gowa. Darmawan mulai mewujudkan cita-citanya membangun rumah yang mendorong generasi muda untuk mecintai lingkungan serta tidak melupakan tradisi dan budaya Makassar.

Mimpi Darmawan akan adanya rumah yang menjaga lingkungan dirintis dengan membuat kegiatan yang disepakati dan dijalankan bersama. Menurut Darmawan, Rumah Hijau Denassa bukan sekedar tempat berlindung dari panas atau dingin saja tetapi menjadi tempat belajar tentang berbagai hal yang bermanfaat dan terutama, inspiratif.

Uniknya, Rumah Hijau Denassa tidak hanya dikunjungi dan disukai oleh anak-anak. Orang dewasa pun senang berada di sana karena mendapatkan manfaat yang besar. Masyarakat di Desa Borongtala dan bahkan dari Makassar pun belajar mengenai pembibitan dan menanam pohon di Rumah Hijau Denassa. Pengunjung dewasa mengaku mengingat kembali masa kecilnya yang indah. Pengalaman menanam pohon dan melakukan kembali permainan masa kecil menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi mereka dan membuat mereka ingin selalu kembali ke Rumah Hijau Denassa. Bahkan umah ini pun mulai menjadi tempat berbagi kisah bagi semua orang yang ingin memahami alam sekitar dalam perspektif sosio-ekokultural masyarakat Bugis dan Makassar.

Inspirasi BaKTI sore itu juga menampilkan Taufik Kasaming, seorang aktivis lingkungan hidup. Menurut Taufik Kasaming, Rumah Hijau Denassa adalah gagasan yang tidak berhenti di tataran tulisan dan wacana saja, namun dilakukan secara nyata. “Saya mengapresiasi inisiatif Pak Darmawan yang dari namanya 'derma' artinya memberikan segala-galanya bukan hanya materi dan finansial, tetapi ide dan gagasan yang nyata,” puji Taufik Kasaming.

”Keinginan untuk menciptakan usaha-usaha yang dapat memberikan sumbangsih terhadap perlindungan lingkungan diwujudkan dalam beragam konsep kegiatan yang ditawarkan. Sama halnya dengan berbagai aksi lingkungan, advokasi lingkungan, pendidikan lingkungan yang dilakukan oleh kawan-kawan aktivis”, tutur Taufik. Menurutna, konsep-konsep ini terus mengalami pengembangan untuk mencari terobosan-terobosan yang paling

26

Penulis adalah Pemerhati Teknologi Informasi, Pendiri Komunitas Papua Tech, penulis dapat di kunjungi di www.maykoedison.wordpress.com

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

uruknya pengelolaan retribusi parkir di Kota Jayapura telah menjadi sorotan masyarakat. Kepala Dinas Pendapatan Daerah BKota Jayapura, Drs. Fachrudin Pasolo, Msi memperkirakan

kerugian negara mencapai miliaran rupiah karena banyakanya juru parkir liar di Distrik Abepura dan Distrik Heram. Ini memang bukan kali pertama terjadi di kedua wilayah tersebut dan sedihnya lagi, ini berpotensi terus terjadi selama belum ada kebijakan pengawasan yang ketat terhadap keberadaan juru parkir liar di Kota Jayapura.

Bahkan Kepala Distrik Heram Jayakusuma, SE,MM menuturkan pengaturan juru parkir yang ada telah mengikuti prosedur. Hal yang disesalkannya adalah banyaknya juru parkir yang tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, seperti menagih biaya parkir tanpa memberikan karcis. Hal tersebut, menurut Jayakusuma, sangat mempengaruhi jumlah pendapatan yang masuk. Selain itu, Distrik Heram Kota Jayapura tidak mendapatkan bagian dari restribusi parkir ini.

Solusi Teknologi Informasi Kehadiran Teknologi Informasi dapat memberikan solusi atas

persoalan ini. Tentu saja dibutuhkan kerjasama antar instansi terkait dalam hal ini Dispenda dan perusahaan jasa telekomunikasi untuk bekerja sama menyelematkan kerugian negara dari retribusi parkir melalui jasa mobile telephone.

J i k a m e n e n g o k p e r u s a h a a n C i t y P a r k i n g I n c . http://us.parkmobile.com/landing/mbta/, sebuah perusahaan teknologi di Amerika yang meluncurkan sistem pembayaran parkir dengan cara baru dan lebih mudah yakni lewat telepon genggam, terbukti bagaimana sebuah teknologi dapat membantu meningkatkan efisiensi pengelolaan perparkiran di negeri Paman Sam. Perusahaan ini membuktikan bagaimana sebuah teknologi dapat dengan mudah diaplikasikan mulai dari tingkat pribadi ke dalam pengalaman parkir yang tentunya akan meningkatkan penilaian dan akses ke parkir di tingkat konsumen, " jelasGloria K. Sharrar, CityParking.

Dalam sistem ini , para pemilik kendaraan diharuskan untuk mendaftar terlebih dahulu sebelum bisa melakukan pembayaran

parkir melalui telepon genggam. Kabar baiknya adalah mereka yang terdaftar akan mendapatkan potongan harga selama jam malam dan akhir pekan. Walaupun demikian, diakui akan lebih mudah bagi pengelola parkir untuk langsung menerima uang juru parkir, namun sekali waktu kita tidak dapat mengelak saat operator parkir mengatakan kepada kita tidak ada kembalian, kini hal itu tidak akan terulang lagi, sebab kita cukup menekan tombol ponsel untuk membayarnya. Sistem pembayaran parkir ini sangat sederhana, tidak diharuskan memiliki smartphone yang cukup mahal, namun dapat juga bekerja handphone biasa. Sistem ini memungkinkan seorang pengguna lahan parkir membayar dengan mengirim SMS atau melalui panggilan telepon.

Untuk menggunakan sistem pembayaran parkir, telepon genggam pelanggan harus mendaftarkan plat nomor kendaraannya serta kartu kredit dan nomor telepon genggam. Kemudian, setiap kali mereka parkir, mereka menggunakan ponsel minimal dua kali mengirim pesan untuk mengetahui ketersediaan tempat di mana mereka diparkir dan tentu saja melakukan pembayaran.

Cara ini dianggap efektif dan perlu untuk peningkatan pelayanan pengelolaan parkir. City Parking Inc menjadi perusahaan operator parkir pertama di Virginia yang menawarkan membayar dengan layanan telepon. Sistem ini akan diluncurkan di Richmond, Virginia dan direncanakan akan tersedia di 700 tempat parkir di pusat kota Richmond. Apakah hal ini bisa di terapkan di Kota Jayapura? Tentu Bisa!!

OLEH EDISON KOIBUR

Inspirasi BaKTI adalah event yang diadakan setiap bulan dan dihadiri oleh pemerintah daerah, akademisi, donor program, LSM dan pelaku pembangunan lainnya. Kami mendukung dan mendorong setiap pelaku pembangunan agar bisa berkolaborasi dan berkoordinasi dengan baik agar pembangunan di Kawasan Timur Indonesia lebih efektif. Salah satu kegiatan yang kami lakukan adalah mempertemukan semua pemangku kepentingan termasuk komunitas untuk sal ing belajar dan menginspirasi agar pembangunan berjalan lebih baik.

Inspirasi BaKTI

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Mencegah Kebocoran Retribusi Parkir di Kota Jayapura

dengan Adopsi Teknologi Informasi

Darmawan dari Rumah Hijau Denassa dan Taufik Kasaming, pemerhati lingkungan hidupSulawesi selatan, hadir sebagai pembicara (kanan)

(kiri)

Page 27: BaKTI News Edisi 75

efektif dalam menumbuhkan upaya pelesatrian lingkungan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti lingkungan yang lestari.

“Walhi tahun 2000 pernah mengkampanyekan satu tema Satu Bumi Untuk Semua, Semua di Bumi yang Satu, jadi hanya ada satu bumi yang ada yang bisa kita tempati,” ujar Taufik. Namun sayang sekali perspektif manusia hanya melihat manusia adalah obyek alam semesta bukan sebaliknya. “Maka jangan heran manusia melihat alam semesta dalam dalam mazhab ekonomi, sosial dan politik saja, padahal manusia sebenarnya adalah bagian terkecil dari alam semesta ini,” lanjutnya.

Menurut Taufik, saat terjadi bencana, manusia hanya berpikir bahwa yang terjadi hanya petaka saja. Padahal yang terjadi adalah ketidakseimbangan antara manusia dan alam. Persoalan 'rumah kita' ini bukan hanya didukung oleh proses penanaman saja tetapi perlu diadvokasi dengan kebijakan. ”Hutan yang lebat telah dieksplotasi besar-besaran. Sungai-sungai yang jernih dengan ikan yang banyak tercemar limbah akibat aktivitas manusia. Kenapa manusia melakukan ini? Manusia dengan kesombongannya menjadikan dirinya subyek untuk alam. Advokasi untuk menciptakan kebijakan yang berpihak pada lingkungan jangan pernah berhenti”, sambungnya.

Aktivitas Rumah Hijau Denassa adalah salah satu upaya untuk kembali menyeimbangkan hidupnya dengan alam dan lingkungan hidup dan mengingat kembali bahwa kehidupan tidak terjadi hanya pada saat ini saja. Generasi selanjutnya di kehidupan mendatang pun ingin memiliki kenangan-kenangan indah dalam kehidupannya dengan alam sekitarnya. Manusia di belahan dunia manapun hanya satu rumah yaitu planet bumi yang perlu dijaga, dicintai, dan dilestarikan.

25

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Rumah Hijau Denassa, anda dapat menghubungi Darmawan Denassa melalui email pada alamat [email protected]

sekitar rumahnya di Desa untuk belajar mencintai alam. Di Rumah Hijau Denassa, anak-anak bebas belajar hal yang disukai, mulai dari belajar menari, menanam pohon, membibitkan tanaman, membuat pupuk, dan menjaga kebersihan lingkungan. Anak-anak bebas memilih hal apa yang ingin dipelajarinya, dan yang paling menyenangkan adalah, mereka bisa belajar sambil bermain!

Inspirasi BaKTI episode “Kita Hanya Punya Satu Rumah” yang diadakan pada 22 Maret 2012 mengangkat inisiatif unik Rumah Hijau Denassa. Tak kurang dari 50 orang memadati backyard BaKTI sore itu dengan semangat mendengarkan pemaparan Darmawan tentang Rumah Hijau Denassa.

Rumah Hijau Denassa adalah rumah tinggal keluarga Denassa di Desa borongtala, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dibangun pada tahun 2007 di atas lahan seluas satu hektar rumah ini memiliki pekarangan yang sangat luas yang digunakan untuk mengoleksi berbagai jenis pohon dan tanaman buah serta tempat pengolahan pupuk organik. Rumah Hijau Denassa juga dilengkapi dengan sebuah rumah panggung yang digunakan sebagai ruang belajar, perpustakaan, tempat mengakses internet nirkabel, dan berdiskusi. Berbagai sarana tersebut memang diperuntukkan untuk tujuan utama Rumah Hijau Denassa, yaitu menjadi pusat belajar tentang lingkungan hidup dan kebudayaan makassar serta pelestarian alam.

Kenangan akan masa kecil, adalah motivasi terbesar Darmawan mendirikan dan mengelola Rumah Hijau Denassa. Kala dirinya masih kanak-kanak, ia menyaksikan banyak pohon yag ditebang untuk berbagai keperluan. Pohon-pohon di tanah yang baru dibeli orangtuanya pun tak luput dari penebangan. ”Saya pernah bertanya pada Bapak saya, kenapa pohon nangka dan pohon mangga itu ditebang? Nanti anak cucu tetta makan apa?”, tutur Darmawan. ”Saat itu Bapak saya hanya tersenyum saja. Tidak menjawab pertanyaan saya”.

Rasa penasaran sejak kejadian itu membuat Darmawan bertekad untuk berbuat sesuatu di lingkungan tempat tinggalnya yang berjarak sekitar 30an kilometer dari pusat kota Makassar. Saat Darmawan bekerja sebagai Dosen Luar Biasa di Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2007, dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dan kembali ke kampung halamannya Borongtala, Kabupaten Gowa. Darmawan mulai mewujudkan cita-citanya membangun rumah yang mendorong generasi muda untuk mecintai lingkungan serta tidak melupakan tradisi dan budaya Makassar.

Mimpi Darmawan akan adanya rumah yang menjaga lingkungan dirintis dengan membuat kegiatan yang disepakati dan dijalankan bersama. Menurut Darmawan, Rumah Hijau Denassa bukan sekedar tempat berlindung dari panas atau dingin saja tetapi menjadi tempat belajar tentang berbagai hal yang bermanfaat dan terutama, inspiratif.

Uniknya, Rumah Hijau Denassa tidak hanya dikunjungi dan disukai oleh anak-anak. Orang dewasa pun senang berada di sana karena mendapatkan manfaat yang besar. Masyarakat di Desa Borongtala dan bahkan dari Makassar pun belajar mengenai pembibitan dan menanam pohon di Rumah Hijau Denassa. Pengunjung dewasa mengaku mengingat kembali masa kecilnya yang indah. Pengalaman menanam pohon dan melakukan kembali permainan masa kecil menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi mereka dan membuat mereka ingin selalu kembali ke Rumah Hijau Denassa. Bahkan umah ini pun mulai menjadi tempat berbagi kisah bagi semua orang yang ingin memahami alam sekitar dalam perspektif sosio-ekokultural masyarakat Bugis dan Makassar.

Inspirasi BaKTI sore itu juga menampilkan Taufik Kasaming, seorang aktivis lingkungan hidup. Menurut Taufik Kasaming, Rumah Hijau Denassa adalah gagasan yang tidak berhenti di tataran tulisan dan wacana saja, namun dilakukan secara nyata. “Saya mengapresiasi inisiatif Pak Darmawan yang dari namanya 'derma' artinya memberikan segala-galanya bukan hanya materi dan finansial, tetapi ide dan gagasan yang nyata,” puji Taufik Kasaming.

”Keinginan untuk menciptakan usaha-usaha yang dapat memberikan sumbangsih terhadap perlindungan lingkungan diwujudkan dalam beragam konsep kegiatan yang ditawarkan. Sama halnya dengan berbagai aksi lingkungan, advokasi lingkungan, pendidikan lingkungan yang dilakukan oleh kawan-kawan aktivis”, tutur Taufik. Menurutna, konsep-konsep ini terus mengalami pengembangan untuk mencari terobosan-terobosan yang paling

26

Penulis adalah Pemerhati Teknologi Informasi, Pendiri Komunitas Papua Tech, penulis dapat di kunjungi di www.maykoedison.wordpress.com

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

uruknya pengelolaan retribusi parkir di Kota Jayapura telah menjadi sorotan masyarakat. Kepala Dinas Pendapatan Daerah BKota Jayapura, Drs. Fachrudin Pasolo, Msi memperkirakan

kerugian negara mencapai miliaran rupiah karena banyakanya juru parkir liar di Distrik Abepura dan Distrik Heram. Ini memang bukan kali pertama terjadi di kedua wilayah tersebut dan sedihnya lagi, ini berpotensi terus terjadi selama belum ada kebijakan pengawasan yang ketat terhadap keberadaan juru parkir liar di Kota Jayapura.

Bahkan Kepala Distrik Heram Jayakusuma, SE,MM menuturkan pengaturan juru parkir yang ada telah mengikuti prosedur. Hal yang disesalkannya adalah banyaknya juru parkir yang tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, seperti menagih biaya parkir tanpa memberikan karcis. Hal tersebut, menurut Jayakusuma, sangat mempengaruhi jumlah pendapatan yang masuk. Selain itu, Distrik Heram Kota Jayapura tidak mendapatkan bagian dari restribusi parkir ini.

Solusi Teknologi Informasi Kehadiran Teknologi Informasi dapat memberikan solusi atas

persoalan ini. Tentu saja dibutuhkan kerjasama antar instansi terkait dalam hal ini Dispenda dan perusahaan jasa telekomunikasi untuk bekerja sama menyelematkan kerugian negara dari retribusi parkir melalui jasa mobile telephone.

J i k a m e n e n g o k p e r u s a h a a n C i t y P a r k i n g I n c . http://us.parkmobile.com/landing/mbta/, sebuah perusahaan teknologi di Amerika yang meluncurkan sistem pembayaran parkir dengan cara baru dan lebih mudah yakni lewat telepon genggam, terbukti bagaimana sebuah teknologi dapat membantu meningkatkan efisiensi pengelolaan perparkiran di negeri Paman Sam. Perusahaan ini membuktikan bagaimana sebuah teknologi dapat dengan mudah diaplikasikan mulai dari tingkat pribadi ke dalam pengalaman parkir yang tentunya akan meningkatkan penilaian dan akses ke parkir di tingkat konsumen, " jelasGloria K. Sharrar, CityParking.

Dalam sistem ini , para pemilik kendaraan diharuskan untuk mendaftar terlebih dahulu sebelum bisa melakukan pembayaran

parkir melalui telepon genggam. Kabar baiknya adalah mereka yang terdaftar akan mendapatkan potongan harga selama jam malam dan akhir pekan. Walaupun demikian, diakui akan lebih mudah bagi pengelola parkir untuk langsung menerima uang juru parkir, namun sekali waktu kita tidak dapat mengelak saat operator parkir mengatakan kepada kita tidak ada kembalian, kini hal itu tidak akan terulang lagi, sebab kita cukup menekan tombol ponsel untuk membayarnya. Sistem pembayaran parkir ini sangat sederhana, tidak diharuskan memiliki smartphone yang cukup mahal, namun dapat juga bekerja handphone biasa. Sistem ini memungkinkan seorang pengguna lahan parkir membayar dengan mengirim SMS atau melalui panggilan telepon.

Untuk menggunakan sistem pembayaran parkir, telepon genggam pelanggan harus mendaftarkan plat nomor kendaraannya serta kartu kredit dan nomor telepon genggam. Kemudian, setiap kali mereka parkir, mereka menggunakan ponsel minimal dua kali mengirim pesan untuk mengetahui ketersediaan tempat di mana mereka diparkir dan tentu saja melakukan pembayaran.

Cara ini dianggap efektif dan perlu untuk peningkatan pelayanan pengelolaan parkir. City Parking Inc menjadi perusahaan operator parkir pertama di Virginia yang menawarkan membayar dengan layanan telepon. Sistem ini akan diluncurkan di Richmond, Virginia dan direncanakan akan tersedia di 700 tempat parkir di pusat kota Richmond. Apakah hal ini bisa di terapkan di Kota Jayapura? Tentu Bisa!!

OLEH EDISON KOIBUR

Inspirasi BaKTI adalah event yang diadakan setiap bulan dan dihadiri oleh pemerintah daerah, akademisi, donor program, LSM dan pelaku pembangunan lainnya. Kami mendukung dan mendorong setiap pelaku pembangunan agar bisa berkolaborasi dan berkoordinasi dengan baik agar pembangunan di Kawasan Timur Indonesia lebih efektif. Salah satu kegiatan yang kami lakukan adalah mempertemukan semua pemangku kepentingan termasuk komunitas untuk sal ing belajar dan menginspirasi agar pembangunan berjalan lebih baik.

Inspirasi BaKTI

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Mencegah Kebocoran Retribusi Parkir di Kota Jayapura

dengan Adopsi Teknologi Informasi

Darmawan dari Rumah Hijau Denassa dan Taufik Kasaming, pemerhati lingkungan hidupSulawesi selatan, hadir sebagai pembicara (kanan)

(kiri)

Page 28: BaKTI News Edisi 75

18,659 Visits. 16,065 Absolute Unique Visitors.

Statistik Batukar.info Agustus 2011

32,437 Pageviews. 1.73 Average Pageviews.

Batukar.info sebagai bursa pengetahuan online pertama di KTI memiliki fitur grup atau jaringan dimana para pelaku pembangunan dapat bertukar ide serta pikiran dan dapat berdiskusi dengan anggota lainnya khususnya mengenai isu-isu pembangunan di KTI. Anda bisa bergabung dengan salah satu jaringan di bawah ini:

http://www.batukar.info/referensi/mentransformasi-tenaga-pendidikan-indonesia-volume-1-ringkasan-eksekutif

Mentransformasi Tenaga Pendidikan Indonesia Volume 1: Ringkasan Eksekutif

Program lima tahun yang diuraikan dalam "TIK dalam Strategi dan Rencana Pelaksanaan Pendidikan" ini memiliki emapat tujuan, untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi - perangkat keras, perangkat lunak, telekomunikasi atau "konektivitas"

Mentransformasi Tenaga Pendidikan Indonesia Volume II: Dari Pendidikan Prajabatan hingga ke Masa Purnabakti: Membangun dan Mempertahankan Angkatan Kerja yang Berkualitas Tinggi, Efisien, dan Termotivasi Laporan teknis ini merupakan volume kedua dari laporan menyeluruh tentang manajemen guru di Indonesia berjudul “Transformasi Tenaga Kerja Kependidikan Indonesia” yang terdiri dari dua volume. Volume pertama memuat ringkasan uraian analisis teknis dalam namun dengan fokus utama pada bidang kunci yang memungkinan reformasi kebijakan menghasilkan dampak yang besar di Indonesia.

http://www.batukar.info/referensi/program-penanggulangan-kemiskinan-kabinet-indonesia-bersatu-ii

http://http://www.batukar.info/news/undangan-memasukan-nominasi-praktik-cerdas-forum-kti-vi

Penting mengetahui reproduksi remaja

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

Dan bisa bergabung dengan salah satu Grup Diskusi di bawah ini:

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

Pengelolaan Keuangan Publikhttp://www.batukar.info/komunitas/groups/pfm-pengelolaan-keuangan-publik

JiKTI (Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia)

Kinerja Pelayanan Publik dan Tantangan Pembangunandi Bumi Haluoleo

Laporan Analisis Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara ini didasarkan pada hasil survey peforma keuangan kabupaten/ kota di Sulawesi Tenggara tahun 2005 -2010. Performa keuangan yang merefleksikan kebijakan dan strategi pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara , terutama yang terkait pelayanan publik.

http://www.batukar.info/referensi/mentransformasi-tenaga-pendidikan-indonesia-volume-ii-dari-pendidikan-prajabatan-hingga-ke

http://www.batukar.info/komunitas/blogs/penting-mengetahui-reproduksi-remaja

http://www.batukar.info/komunitas/groups/jaringan-peneliti-kti-jikti

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

JALUR UNDANGAN UNIVERSITAS HASANUDDIN- Psikologi Menarik Minat Mahasiswa Baru Bantaeng Ditarget Jadi Pusat Benih KapasCerdas Hadapi Penyebaran Flu BurungDorong Peran Koperasi, Gairahkan Home IndustryLebih Membuka Akses Terhadap Pelayanan PublikKota Bersih, Kota DuniaDiskop Ajak Asosiasi Garap KoperasiNelayan Mulai Kesulitan Solar

ngin lebih banyak tahu mengenai pendidikan? Kunjungi Wahana Aplikasi Pendidikan dan Informasi yang baik atau disingkat WAPIK Imerupakan sebuah wadah multimedia interaktif berbasis internet

yang memuat kumpulan praktik yang baik dalam pendidikan, dari tingkat taman kanak-kanak hingga lanjutan pertama pada tingkat kelas, sekolah, gugus dan kabupaten. Website ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber, membantu proses percepatan reformasi pendidikan, dan meningkatkan sistem pendidikan agar lebih efektif. WAPIK juga mempromosikan jaringan kerja para inisiator dan pengguna praktik yang baik yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di Indonesia.

WAPIK menyediakan informasi tentang semua praktik yang baik dan inovasi yang dikategorikan sesuai dengan tingkat lingkupan: Ide pembelajaran untuk tingkat kelas, manajemen dan peran serta masyarakat untuk tingkat sekolah, dan tingkat kabupaten / kota, meliputi tata kelola, manejemen dan penjaminan mutu. Modul pelatihan untuk tingkat sekolah dan pemda serta materi referensi pembelajaran juga tersedia. Terdapat juga direktori sejumlah sekolah dan kantor dinas kabupaten yang siap berbagi pengalaman dengan pemangku kepentingan pendidikan yang ingin berkunjung atau hanya sekedar ingin mendapatkan informasi lanjut.

ata dan informasi sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan. DLebih mendukung lagi apalbila data dan informasi tersebut

terpercaya, actual dan bisa diandalkan. Melihat hal tersebut, banyak sekali lembaga lokal, nasional, dan internasional membuat portal informasi. Harapannya data dan informasi yang akurat dan berasal dari sumber yang terpercaya ini dapat menjadi referensi yang baik untuk penelitian, penyusunan rencana pembangunan, dan pengembilan kebijakan.

Sebagai salah satu lembaga yang bernaung di PBB, UNESCO juga menyadari hal ini. UNESCO Institute for Statistics (UIS) menyediakan data mengenai pendidikan, literature, ilmu Pengetahuan dan teknologi. Lebih dari 1.000 data dan indikator yang berasal dari 200 negara dapat diakses disini.

UIS juga menyediakan perpustakaan digital. Sebanyak ratusan buku elektronik dapat diunduh oleh para pengguna. Tema yang paling banyak tersedia adalah mengenai pendidikan, data mentah dalam statistik, laporan-laporan kajian yang sudah dibuat sebelumnya, literatur-literatur teknologi, dan penelitian tentang budaya di dunia.

http://www.uis.unesco.org/Pages/default.aspxhttp://wapikweb.org/

Wahana Aplikasi Pendidikan & Informasi yang Baik (WAPIK)

UNESCO Institute for Statistics

WEBSITE BULAN INI

UPDATES

80,63% Bounce Rate81,63% New Visits

BaKTI percaya, setiap orang sudah bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebenarnya ada banyak inisiatif yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan dalam berbagai bidang di Kawasan Timur Indonesia. Inisiatif-inisiatif yang kami sebut Praktik Cerdas yang dapat menginspirasi daerah lain untuk maju. Saat ini BaKTI sedang mencari Praktik Cerdas untuk dipresentasikan dalam pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia.

http://www.batukar.info/praktekcerdas/koperasi-perempuan-untuk-perbaikan-kualitas-hidup-masyarakat

Koperasi perempuan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat

Air mata selalu mengalir di wajah Wa Ode Pancu (50), seorang janda warga Desa Poogalampa, jika mengingat anaknya, La Ode Amli, yang saat ini sedang bertugas sebagai anggota TNI di Kota Makassar. Sejak kecil, Amli memang bercita-cita menjadi anggota TNI. Tiga tahun lalu, saat ayahnya sedang dalam keadaan sakit keras, ia mencoba mengikuti tes penerimaan calon anggota TNI. Masa itu adalah salah satu masa tersulit yang pernah dialami Wa Ode Pancu, sebagai seorang petani ia tidak memiliki dana yang cukup besar untuk biaya pengobatan suaminya dan juga biaya persiapan anaknya mengikuti tes, namun sebagai seorang Ibu, ia tentunya bangga jika dapat mewujudkan cita-cita anaknya.

http://www.batukar.info/most_recent/l10newsarticle

Lebih lengkap baca di

2827

Undangan Memasukan Nominasi Praktik Cerdas Forum KTI VI

World Vision Vacancy 4 Vacant Position

Kompetisi Ashoka Changemakers: Activating Empathy...

CALL FOR PAPERS: International Conference on SMEs...

Lebih lengkap baca di:(http://www.batukar.info/most_recent/l10job)

o celebrate the 60th Anniversary of the Fulbright program in Indonesia and 20th Anniversary of the American Indonesian TExchange Foundation (AMINEF), in Partnership with Agency for

the Assessment and Application of Technology [BPPT], AMINEF will be conducting the International Fulbright Symposium on Science and technology entitled "The Role of Science and Technology in Climate Change and Natural Disaster Mitigation and Adaptation" in Jakarta Indonesia on September 4-6, 2012. This conference is open to academics, researchers, policy makers, government officials, media, concerned citizens and civil society activists.

The purpose of this international Fulbright Symposium is to initiate discussions on science and technology from various perspectives in relation to global warming and natural disasters and the mitigation of those topics. The aim is to build a strong movement and dialogue, a network of scientists, technologists, economists, policymakers, elected representatives, and concerned citizens who believe in the development of sound science and technology policy options. The primary goal is to identify the role of science and technology for climate change and natural disaster mitigation and adaptation which are international and domestic concerns.

For this symposium, we would like to invite you to kindly contribute a paper and/or a poster on any of the following topics:

"The Economic of Climate Change and Social Participation" The Spatial and economic Modeling for the Mitigation and

Adaptation of Technology The Economic of Climate Change The Society Participation for the Mitigation and Adaptation of

Technology The Social Participation for Climate Change Mitigation and

Adaptation The Mitigation of Climate Change: a Global Perspective

"Mitigation and Adaptation of Climate Change and Sustainable Development"

Mitigation of Climate Change Climate Change and Food Security

Identifying the Low Carbon Technology for Sustainable Development

Topic Climate Change and Potential Disaster National Effort and Commitment to Cope with The Climate

Change

Disaster Mitigation and Risk Reduction Earthquake Prediction . Technology Disaster Risk Reduction The Social Participation for Disaster Management The Minimizing Impacts of Disaster: a Global Perspective

Adaptation in Disaster Management and National Strategy

Early Warning System Ocean Atmosphere Interaction. Mitigation and Adaptation of Disaster The Global Strategy of the Disaster Management

The selected papers will be presented at this symposium and will be published in the official journal after the event. The posters will be presented in the poster presentation session and reviewed outside the venue.

Your abstract will be accepted until May 7, 2012 and the final paper by August 10, 2012 by e-mail to (please also include your CV):

[email protected]<mailto:[email protected] [email protected]<mailto:[email protected]

CALL FOR PAPERS: the International Fulbright Symposium on Science and Technology

PELUANG OPPURTUNITY

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 29: BaKTI News Edisi 75

18,659 Visits. 16,065 Absolute Unique Visitors.

Statistik Batukar.info Agustus 2011

32,437 Pageviews. 1.73 Average Pageviews.

Batukar.info sebagai bursa pengetahuan online pertama di KTI memiliki fitur grup atau jaringan dimana para pelaku pembangunan dapat bertukar ide serta pikiran dan dapat berdiskusi dengan anggota lainnya khususnya mengenai isu-isu pembangunan di KTI. Anda bisa bergabung dengan salah satu jaringan di bawah ini:

http://www.batukar.info/referensi/mentransformasi-tenaga-pendidikan-indonesia-volume-1-ringkasan-eksekutif

Mentransformasi Tenaga Pendidikan Indonesia Volume 1: Ringkasan Eksekutif

Program lima tahun yang diuraikan dalam "TIK dalam Strategi dan Rencana Pelaksanaan Pendidikan" ini memiliki emapat tujuan, untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi - perangkat keras, perangkat lunak, telekomunikasi atau "konektivitas"

Mentransformasi Tenaga Pendidikan Indonesia Volume II: Dari Pendidikan Prajabatan hingga ke Masa Purnabakti: Membangun dan Mempertahankan Angkatan Kerja yang Berkualitas Tinggi, Efisien, dan Termotivasi Laporan teknis ini merupakan volume kedua dari laporan menyeluruh tentang manajemen guru di Indonesia berjudul “Transformasi Tenaga Kerja Kependidikan Indonesia” yang terdiri dari dua volume. Volume pertama memuat ringkasan uraian analisis teknis dalam namun dengan fokus utama pada bidang kunci yang memungkinan reformasi kebijakan menghasilkan dampak yang besar di Indonesia.

http://www.batukar.info/referensi/program-penanggulangan-kemiskinan-kabinet-indonesia-bersatu-ii

http://http://www.batukar.info/news/undangan-memasukan-nominasi-praktik-cerdas-forum-kti-vi

Penting mengetahui reproduksi remaja

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

Dan bisa bergabung dengan salah satu Grup Diskusi di bawah ini:

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

Pengelolaan Keuangan Publikhttp://www.batukar.info/komunitas/groups/pfm-pengelolaan-keuangan-publik

JiKTI (Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia)

Kinerja Pelayanan Publik dan Tantangan Pembangunandi Bumi Haluoleo

Laporan Analisis Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara ini didasarkan pada hasil survey peforma keuangan kabupaten/ kota di Sulawesi Tenggara tahun 2005 -2010. Performa keuangan yang merefleksikan kebijakan dan strategi pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara , terutama yang terkait pelayanan publik.

http://www.batukar.info/referensi/mentransformasi-tenaga-pendidikan-indonesia-volume-ii-dari-pendidikan-prajabatan-hingga-ke

http://www.batukar.info/komunitas/blogs/penting-mengetahui-reproduksi-remaja

http://www.batukar.info/komunitas/groups/jaringan-peneliti-kti-jikti

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

JALUR UNDANGAN UNIVERSITAS HASANUDDIN- Psikologi Menarik Minat Mahasiswa Baru Bantaeng Ditarget Jadi Pusat Benih KapasCerdas Hadapi Penyebaran Flu BurungDorong Peran Koperasi, Gairahkan Home IndustryLebih Membuka Akses Terhadap Pelayanan PublikKota Bersih, Kota DuniaDiskop Ajak Asosiasi Garap KoperasiNelayan Mulai Kesulitan Solar

ngin lebih banyak tahu mengenai pendidikan? Kunjungi Wahana Aplikasi Pendidikan dan Informasi yang baik atau disingkat WAPIK Imerupakan sebuah wadah multimedia interaktif berbasis internet

yang memuat kumpulan praktik yang baik dalam pendidikan, dari tingkat taman kanak-kanak hingga lanjutan pertama pada tingkat kelas, sekolah, gugus dan kabupaten. Website ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber, membantu proses percepatan reformasi pendidikan, dan meningkatkan sistem pendidikan agar lebih efektif. WAPIK juga mempromosikan jaringan kerja para inisiator dan pengguna praktik yang baik yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di Indonesia.

WAPIK menyediakan informasi tentang semua praktik yang baik dan inovasi yang dikategorikan sesuai dengan tingkat lingkupan: Ide pembelajaran untuk tingkat kelas, manajemen dan peran serta masyarakat untuk tingkat sekolah, dan tingkat kabupaten / kota, meliputi tata kelola, manejemen dan penjaminan mutu. Modul pelatihan untuk tingkat sekolah dan pemda serta materi referensi pembelajaran juga tersedia. Terdapat juga direktori sejumlah sekolah dan kantor dinas kabupaten yang siap berbagi pengalaman dengan pemangku kepentingan pendidikan yang ingin berkunjung atau hanya sekedar ingin mendapatkan informasi lanjut.

ata dan informasi sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan. DLebih mendukung lagi apalbila data dan informasi tersebut

terpercaya, actual dan bisa diandalkan. Melihat hal tersebut, banyak sekali lembaga lokal, nasional, dan internasional membuat portal informasi. Harapannya data dan informasi yang akurat dan berasal dari sumber yang terpercaya ini dapat menjadi referensi yang baik untuk penelitian, penyusunan rencana pembangunan, dan pengembilan kebijakan.

Sebagai salah satu lembaga yang bernaung di PBB, UNESCO juga menyadari hal ini. UNESCO Institute for Statistics (UIS) menyediakan data mengenai pendidikan, literature, ilmu Pengetahuan dan teknologi. Lebih dari 1.000 data dan indikator yang berasal dari 200 negara dapat diakses disini.

UIS juga menyediakan perpustakaan digital. Sebanyak ratusan buku elektronik dapat diunduh oleh para pengguna. Tema yang paling banyak tersedia adalah mengenai pendidikan, data mentah dalam statistik, laporan-laporan kajian yang sudah dibuat sebelumnya, literatur-literatur teknologi, dan penelitian tentang budaya di dunia.

http://www.uis.unesco.org/Pages/default.aspxhttp://wapikweb.org/

Wahana Aplikasi Pendidikan & Informasi yang Baik (WAPIK)

UNESCO Institute for Statistics

WEBSITE BULAN INI

UPDATES

80,63% Bounce Rate81,63% New Visits

BaKTI percaya, setiap orang sudah bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebenarnya ada banyak inisiatif yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan dalam berbagai bidang di Kawasan Timur Indonesia. Inisiatif-inisiatif yang kami sebut Praktik Cerdas yang dapat menginspirasi daerah lain untuk maju. Saat ini BaKTI sedang mencari Praktik Cerdas untuk dipresentasikan dalam pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia.

http://www.batukar.info/praktekcerdas/koperasi-perempuan-untuk-perbaikan-kualitas-hidup-masyarakat

Koperasi perempuan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat

Air mata selalu mengalir di wajah Wa Ode Pancu (50), seorang janda warga Desa Poogalampa, jika mengingat anaknya, La Ode Amli, yang saat ini sedang bertugas sebagai anggota TNI di Kota Makassar. Sejak kecil, Amli memang bercita-cita menjadi anggota TNI. Tiga tahun lalu, saat ayahnya sedang dalam keadaan sakit keras, ia mencoba mengikuti tes penerimaan calon anggota TNI. Masa itu adalah salah satu masa tersulit yang pernah dialami Wa Ode Pancu, sebagai seorang petani ia tidak memiliki dana yang cukup besar untuk biaya pengobatan suaminya dan juga biaya persiapan anaknya mengikuti tes, namun sebagai seorang Ibu, ia tentunya bangga jika dapat mewujudkan cita-cita anaknya.

http://www.batukar.info/most_recent/l10newsarticle

Lebih lengkap baca di

2827

Undangan Memasukan Nominasi Praktik Cerdas Forum KTI VI

World Vision Vacancy 4 Vacant Position

Kompetisi Ashoka Changemakers: Activating Empathy...

CALL FOR PAPERS: International Conference on SMEs...

Lebih lengkap baca di:(http://www.batukar.info/most_recent/l10job)

o celebrate the 60th Anniversary of the Fulbright program in Indonesia and 20th Anniversary of the American Indonesian TExchange Foundation (AMINEF), in Partnership with Agency for

the Assessment and Application of Technology [BPPT], AMINEF will be conducting the International Fulbright Symposium on Science and technology entitled "The Role of Science and Technology in Climate Change and Natural Disaster Mitigation and Adaptation" in Jakarta Indonesia on September 4-6, 2012. This conference is open to academics, researchers, policy makers, government officials, media, concerned citizens and civil society activists.

The purpose of this international Fulbright Symposium is to initiate discussions on science and technology from various perspectives in relation to global warming and natural disasters and the mitigation of those topics. The aim is to build a strong movement and dialogue, a network of scientists, technologists, economists, policymakers, elected representatives, and concerned citizens who believe in the development of sound science and technology policy options. The primary goal is to identify the role of science and technology for climate change and natural disaster mitigation and adaptation which are international and domestic concerns.

For this symposium, we would like to invite you to kindly contribute a paper and/or a poster on any of the following topics:

"The Economic of Climate Change and Social Participation" The Spatial and economic Modeling for the Mitigation and

Adaptation of Technology The Economic of Climate Change The Society Participation for the Mitigation and Adaptation of

Technology The Social Participation for Climate Change Mitigation and

Adaptation The Mitigation of Climate Change: a Global Perspective

"Mitigation and Adaptation of Climate Change and Sustainable Development"

Mitigation of Climate Change Climate Change and Food Security

Identifying the Low Carbon Technology for Sustainable Development

Topic Climate Change and Potential Disaster National Effort and Commitment to Cope with The Climate

Change

Disaster Mitigation and Risk Reduction Earthquake Prediction . Technology Disaster Risk Reduction The Social Participation for Disaster Management The Minimizing Impacts of Disaster: a Global Perspective

Adaptation in Disaster Management and National Strategy

Early Warning System Ocean Atmosphere Interaction. Mitigation and Adaptation of Disaster The Global Strategy of the Disaster Management

The selected papers will be presented at this symposium and will be published in the official journal after the event. The posters will be presented in the poster presentation session and reviewed outside the venue.

Your abstract will be accepted until May 7, 2012 and the final paper by August 10, 2012 by e-mail to (please also include your CV):

[email protected]<mailto:[email protected] [email protected]<mailto:[email protected]

CALL FOR PAPERS: the International Fulbright Symposium on Science and Technology

PELUANG OPPURTUNITY

Maret - April 2012News Volume V - edisi 75 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 30: BaKTI News Edisi 75

alam rangka pelaksanaan Program Bank Dunia, Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading D(BERMUTU) tahun ke-2 di Sulawesi Selatan, Kelompok Kerja Kepala

Sekolah (K3S) Kecamatan Tamalate, Kota Makassar melaksanakan pelatihan Teknologi Informasi dan komunikasi bagi kepala sekolah di wilayah kerjanya, bertempat di ruang pertemuan BaKTI. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali dan membantu para kepala sekolah agar dapat menggunakan teknologi informasi dalam tugas dan kegiatan-kegiatan di sekolah. 21 peserta hadir dalam kegiatan ini.

BaKTI menyediakan fasilitas Ruang Pertemuan bagi para pelaku pembangunan untuk melaksanakan seminar, lokakarya, rapat, dan diskusi. Reservasi ruangan dapat dilakukan melalui email dengan menghubungi [email protected] atau telepon 0411 3650320-22, atau berkunjung langsung ke Kantor BaKTI, Jl. Dr. Sutomo 26 Makassar.

KEGIATAN DI BaKTI

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

PROFIL LSM

ulawesi Utara adalah daerah yang sangat potensial dengan Sumber daya alam maupun Sumber daya manusianya. Indeks SPembangunan Manusia (IPM) Sulut sejak tahun 2002 selalu

berada di dua tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Demikian juga dengan peringkat Daerah Bebas Buta Aksara (Melek Huruf ), Sulawesi Utara selalu menempati tempat teratas. Ironisnya, tidak sedikit perempuan Sulawesi Utara yang menjadi korban trafficking. Bahkan daerah ini termasuk salah satu target perdagangan perempuan, dengan sasaran utama perempuan di bawah umur (anak-anak). Masih menjadi pertanyaan, apakah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya angka trafficking ini, apakah faktor ekonomi, rendahnya informasi yang diterima oleh para korban atau ada faktor lain.

Adalah Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) sebuah organisasi kemanusiaan berskala global yang menyediakan solusi terdepan untuk para korban traffiking di Sulawesi Utara.

YCFI didirikan berdasarkan Akta Notaris pada tanggal 15 Maret 2010 dan memulai aktifitas pelayanan di Manado – Sulawesi Utara pada bulan Mei 2010. Kepedulian YCFI terhadap korban trafficking diwujudkan dengan mendirikan sebuah shelter atau Rumah Perlindungan bagi para korban trafficking. Shelter ini mereka namakan Rumah Ruth, yang juga menjadi rumah perlindungan pertama di Sulawesi Utara yang memberikan pelayanan jangka panjang. Rumah Ruth mengkhususkan diri menangani korban trafficking yang berusia 13-18 tahun, karena melihat banyaknya korban di rentang usia ini.

Dalam penanganan kasus trafficking ada dua cara yang ditempuh yaitu pencegahan dan rehabilitasi/restorasi. Rumah Ruth menempatkan rehabilitas korban sebagai fokus utama kerja mereka. Para anak-anak perempuan yang menjadi korban trafficking diambil dan ditempatkan di sebuah rumah yang aman dan nyaman yang membuat para korban ini merasa tenang dan terlindungi. Selain memberikan perlindungan, Rumah Ruth juga memberikan berbagai pelayanan lainnya, seperti memberikan terapi Konseling dan dukungan psikologi, mengadakan pelatihan dan bimbingan keterampilan dasar untuk kebutuhan sehari-hari, rehabilitasi dalam Pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal, pelatihan membaca, Bahasa Inggris, pengenalan komputer, dan lain-lain.

Rumah Ruth juga memberikan perawatan medis, memfasilitasi pelatihan keterampilan kerja dan megusahakan penempatan kerja, menyediakan bantuan advokasi dan pendampingan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Selain Rumah Ruth juga melaksanakan kegiatan re-integrasi, yaitu pemulangan dan penyatuan kembali dengan keluarga/komunitas dan menindaklanjuti kegiatan itu dengan kegiatan monitoring secara berkala.

Untuk melakukan pendampingan ini tentunya dibutuhkan dana yang jumlahnya tidak sedikit, sejauh ini Rumah Ruth mendapatkan bantuan dari beberapa lembaga atau perorangan yang berasal dari luar negeri. Selain itu pemerintah provinsi Sulawesi Utara juga memberikan bantuan dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari bagi korban yang diadvokasi.

Selama kurang lebih dua tahun, Rumah Ruth telah mengadvokasi enam orang korban trafficking. Karena advokasi perlindungan yang diberikan adalah jangka panjang, Rumah Ruth berusaha fokus terhadap kualitas advokasi yang mereka berikan, bukan menarik jumlah banyak korban, tapi bagaimana benar-benar memberikan p e r l i n d u n g a n , m e m b e r i k a n k e te ra m p i l a n d a n mengembalikan kepecayaan diri para korban. Misi utama Rumah Ruth adalah membantu generasi muda Indonesia menjadi generasi yang kuat dan memiliki masa depan yang cerah dan penuh harapan.

Silahkan menghubungi :

Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) ManadoJln. Samratulangi No. 50, Kel. Wenang Selatan Lingk. IV Kec. Wenang, Manado – Sulawesi UtaraTelp : 0431 – 867335Winda Winowatan (Contact Person)E-mail : [email protected]

ayasan Transformasi Lepra Indonesia bersama Perhimpunan Penyandang Cacat Indonesia (YPCI) dengan beberapa organisasi Aliansi YAdvokasi untuk Permasalahan Penyandang disabilitas telah berjuang

sejak tahun 2010 untuk dapat melahirkan sebuah regulasi dari pemerintah yang pro terhadap penyandang disabilitas di Kota Makassar yang berbasis Hak Asasi Manusia. Saat ini berbagai kegiatan telah dilakkan untuk mendorong lahirnya regulasi lokal di Kota Makassar termasuk diantaranya penyusunan Draft Ranperda tentang Disabilitas yang diharapkan dapat membuat percepatan pengembangan komunitas penyandang disabilitas menuju kualitas hidup yang lebih baik. Untuk mempertajam Draft Ranperda ini sebelum diusulkan ke DPRD Kota Makassar, YPCI mengadakan pembahasan isi draft, bertempat di ruang pertemuan BaKTI. Pertemuan yang dihadiri oleh 13 peserta ini juga bertujuan untuk melakukan konsolidasi hasil-hasil advokasi yang sudah dilakukan oleh seluruh organisasi aliansi advokasi dalam mendorong regulasi tentang disabilitas di kota Makassar.

Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) Manado

Rumah Ruth, Tempat Berlindungku

enyikapi maraknya aksi penolakan kenaikan BBM, salah satu langkah bersifat akademis yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Himpunan MMahasiswa Islam (HMI) Sulawesi Selatan Barat dengan menggelar

Dialog publik yang mengangkat tema 'Tolak kenaikan BBM, mencari solusi untuk rakyat'. Dialog publik ini diadakan di backyard BaKTI. pembicara yang hadir dalam acara ini antara lain Zulkarnaen Arief, Ketua Kadin Sulsel dan Budayawan Ishak Ngeljaratan. Tujuan acara adalah untuk mengetahui dampak yang timbul dengan naiknya BBM agar dapat menjadi referensi sebelum ada aksi. Hadir dalam acara ini 60 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa dan jurnalis.

5 Maret 2012

Pembahasan Draft Ranperda Kota Makassar

tentang Disabilitas

27 Maret 2012

Dialog Publik: Tolak kenaikan BBM,

Mencari Solusi untuk Rakyat

7 Maret 2012

Pelatihan Teknologi Informasi dan

Komunikasi

29 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 31: BaKTI News Edisi 75

alam rangka pelaksanaan Program Bank Dunia, Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading D(BERMUTU) tahun ke-2 di Sulawesi Selatan, Kelompok Kerja Kepala

Sekolah (K3S) Kecamatan Tamalate, Kota Makassar melaksanakan pelatihan Teknologi Informasi dan komunikasi bagi kepala sekolah di wilayah kerjanya, bertempat di ruang pertemuan BaKTI. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali dan membantu para kepala sekolah agar dapat menggunakan teknologi informasi dalam tugas dan kegiatan-kegiatan di sekolah. 21 peserta hadir dalam kegiatan ini.

BaKTI menyediakan fasilitas Ruang Pertemuan bagi para pelaku pembangunan untuk melaksanakan seminar, lokakarya, rapat, dan diskusi. Reservasi ruangan dapat dilakukan melalui email dengan menghubungi [email protected] atau telepon 0411 3650320-22, atau berkunjung langsung ke Kantor BaKTI, Jl. Dr. Sutomo 26 Makassar.

KEGIATAN DI BaKTI

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

PROFIL LSM

ulawesi Utara adalah daerah yang sangat potensial dengan Sumber daya alam maupun Sumber daya manusianya. Indeks SPembangunan Manusia (IPM) Sulut sejak tahun 2002 selalu

berada di dua tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Demikian juga dengan peringkat Daerah Bebas Buta Aksara (Melek Huruf ), Sulawesi Utara selalu menempati tempat teratas. Ironisnya, tidak sedikit perempuan Sulawesi Utara yang menjadi korban trafficking. Bahkan daerah ini termasuk salah satu target perdagangan perempuan, dengan sasaran utama perempuan di bawah umur (anak-anak). Masih menjadi pertanyaan, apakah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya angka trafficking ini, apakah faktor ekonomi, rendahnya informasi yang diterima oleh para korban atau ada faktor lain.

Adalah Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) sebuah organisasi kemanusiaan berskala global yang menyediakan solusi terdepan untuk para korban traffiking di Sulawesi Utara.

YCFI didirikan berdasarkan Akta Notaris pada tanggal 15 Maret 2010 dan memulai aktifitas pelayanan di Manado – Sulawesi Utara pada bulan Mei 2010. Kepedulian YCFI terhadap korban trafficking diwujudkan dengan mendirikan sebuah shelter atau Rumah Perlindungan bagi para korban trafficking. Shelter ini mereka namakan Rumah Ruth, yang juga menjadi rumah perlindungan pertama di Sulawesi Utara yang memberikan pelayanan jangka panjang. Rumah Ruth mengkhususkan diri menangani korban trafficking yang berusia 13-18 tahun, karena melihat banyaknya korban di rentang usia ini.

Dalam penanganan kasus trafficking ada dua cara yang ditempuh yaitu pencegahan dan rehabilitasi/restorasi. Rumah Ruth menempatkan rehabilitas korban sebagai fokus utama kerja mereka. Para anak-anak perempuan yang menjadi korban trafficking diambil dan ditempatkan di sebuah rumah yang aman dan nyaman yang membuat para korban ini merasa tenang dan terlindungi. Selain memberikan perlindungan, Rumah Ruth juga memberikan berbagai pelayanan lainnya, seperti memberikan terapi Konseling dan dukungan psikologi, mengadakan pelatihan dan bimbingan keterampilan dasar untuk kebutuhan sehari-hari, rehabilitasi dalam Pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal, pelatihan membaca, Bahasa Inggris, pengenalan komputer, dan lain-lain.

Rumah Ruth juga memberikan perawatan medis, memfasilitasi pelatihan keterampilan kerja dan megusahakan penempatan kerja, menyediakan bantuan advokasi dan pendampingan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Selain Rumah Ruth juga melaksanakan kegiatan re-integrasi, yaitu pemulangan dan penyatuan kembali dengan keluarga/komunitas dan menindaklanjuti kegiatan itu dengan kegiatan monitoring secara berkala.

Untuk melakukan pendampingan ini tentunya dibutuhkan dana yang jumlahnya tidak sedikit, sejauh ini Rumah Ruth mendapatkan bantuan dari beberapa lembaga atau perorangan yang berasal dari luar negeri. Selain itu pemerintah provinsi Sulawesi Utara juga memberikan bantuan dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari bagi korban yang diadvokasi.

Selama kurang lebih dua tahun, Rumah Ruth telah mengadvokasi enam orang korban trafficking. Karena advokasi perlindungan yang diberikan adalah jangka panjang, Rumah Ruth berusaha fokus terhadap kualitas advokasi yang mereka berikan, bukan menarik jumlah banyak korban, tapi bagaimana benar-benar memberikan p e r l i n d u n g a n , m e m b e r i k a n k e te ra m p i l a n d a n mengembalikan kepecayaan diri para korban. Misi utama Rumah Ruth adalah membantu generasi muda Indonesia menjadi generasi yang kuat dan memiliki masa depan yang cerah dan penuh harapan.

Silahkan menghubungi :

Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) ManadoJln. Samratulangi No. 50, Kel. Wenang Selatan Lingk. IV Kec. Wenang, Manado – Sulawesi UtaraTelp : 0431 – 867335Winda Winowatan (Contact Person)E-mail : [email protected]

ayasan Transformasi Lepra Indonesia bersama Perhimpunan Penyandang Cacat Indonesia (YPCI) dengan beberapa organisasi Aliansi YAdvokasi untuk Permasalahan Penyandang disabilitas telah berjuang

sejak tahun 2010 untuk dapat melahirkan sebuah regulasi dari pemerintah yang pro terhadap penyandang disabilitas di Kota Makassar yang berbasis Hak Asasi Manusia. Saat ini berbagai kegiatan telah dilakkan untuk mendorong lahirnya regulasi lokal di Kota Makassar termasuk diantaranya penyusunan Draft Ranperda tentang Disabilitas yang diharapkan dapat membuat percepatan pengembangan komunitas penyandang disabilitas menuju kualitas hidup yang lebih baik. Untuk mempertajam Draft Ranperda ini sebelum diusulkan ke DPRD Kota Makassar, YPCI mengadakan pembahasan isi draft, bertempat di ruang pertemuan BaKTI. Pertemuan yang dihadiri oleh 13 peserta ini juga bertujuan untuk melakukan konsolidasi hasil-hasil advokasi yang sudah dilakukan oleh seluruh organisasi aliansi advokasi dalam mendorong regulasi tentang disabilitas di kota Makassar.

Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) Manado

Rumah Ruth, Tempat Berlindungku

enyikapi maraknya aksi penolakan kenaikan BBM, salah satu langkah bersifat akademis yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Himpunan MMahasiswa Islam (HMI) Sulawesi Selatan Barat dengan menggelar

Dialog publik yang mengangkat tema 'Tolak kenaikan BBM, mencari solusi untuk rakyat'. Dialog publik ini diadakan di backyard BaKTI. pembicara yang hadir dalam acara ini antara lain Zulkarnaen Arief, Ketua Kadin Sulsel dan Budayawan Ishak Ngeljaratan. Tujuan acara adalah untuk mengetahui dampak yang timbul dengan naiknya BBM agar dapat menjadi referensi sebelum ada aksi. Hadir dalam acara ini 60 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa dan jurnalis.

5 Maret 2012

Pembahasan Draft Ranperda Kota Makassar

tentang Disabilitas

27 Maret 2012

Dialog Publik: Tolak kenaikan BBM,

Mencari Solusi untuk Rakyat

7 Maret 2012

Pelatihan Teknologi Informasi dan

Komunikasi

29 Maret - April 2012News Volume V - edisi 75

Page 32: BaKTI News Edisi 75

Memanusiakan Manusia, Strategi Penerapan HAM di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Abepura

Membangun Kesadaran Kritis untuk Melawan Penindasan dan Mendorong Keberdayaan

Alam Budaya Bugis Makassar

Konsep dan penerapan Hak Asasi Manuasia (HAM) menurut Anthonius Ayorbaba, SH. M.Si Kepala Lapas Kelas II Abepura sesungguhnya tidak dimulai dengan hal-hal besar. Hal-hal kecil yang terkait dengan strategi penerapan HAM bagi narapidana binaannya telah dilakukan. Dalam buku ini, terdiri dari V bab yang menjelaskan mulai dari lembaga pemasyarakatan secara umum, Lapas Abepura pada khusunya, konsep memanusiakan manusia dan strategi penerapan HAM, proses-proses penghimpunan masalah serta perumusan upaya langkah penyelesaian.

.

Banyak hal ironis di negeri ini yang memalukan dan menjadi bawah tertawaan di berbagai belahan dunia. Sebagian hal-hal ironis tersebut sempat tercatat dalam buku ini. Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang ditulis dalam rentang waktu yang cukup panjang, tahun 1996-2005. Terdiri dari 5 bagian yaitu politik, social, anak, ekonomi dan ekologi serta agama. Tulisan ditiap bagian merupakan respon atas situasi yang sedang popular di masyakat maupun di media massa.

Buku ini memuat tinjauan umum tentang budaya Bugis Makassar serta mencoba memaparkan identitas kebudayaan dengan mengangkat tokoh dan karakter kepribadiannya. Karakter ini diulas dari bagaimana nilai-nilai falsafah yang berkembang di masyarakat dengan konsep-konsep yang menggambarkan kediriannya.

Penulis Author

Arrumi Achmad

Ekosistem Terumbu Karang

Berbagai upaya telah ditempuh untuk mencegah kerusakan terumbu karang yang diiringi pula dengan upaya rehabilitasi. Upaya ini harus didukung oleh semua pihak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Buku ini berisi informasi mengenai ekosistem terumbu karang yang meliputi potensi, fungsi, produktifitas, kerusakan dan pengelolaannya yang ditulis sebagai upaya penyebaran informasi mengenai pentingnya penyelematan dan perlindungan terumbu karang.

Penerbit Publisher Deskripsi fisik Physical Description

Rineka Cipta xvi+212 hal, 14,5 x 21,5 cm

INFO BUKU

ISBN

979-979-518-993

BaKTI mengucapkan terimakasih kepada Bapak Anthonius Ayorbaba, SH. M.Si, Bapak M. Gufran H. Kordi K dan Kantor Arsip, Perpustakaan dan Pengelohan Data Pemerintah Kota Makassar atas sumbangan buku untuk Perpustakaan BaKTI.

Buku-buku tersebut diatas tersedia di Perpustakaan BaKTI.Perpustakaan BaKTI berada di Kantor BaKTI Jl. Dr. Sutomo No. 26 Makassar. Fasilitas ini terbuka untuk umum setiap hari kerja mulai dari jam 08:00 – 17:00.

Deskripsi fisik Physical Description

92 hal, 14 x 21 cmISBN

978-602-19060-3-1

Penulis Author

M. Gufran H. Kordi K

Deskripsi fisik Physical Description

x+341 Hal, 15.5 x 23 cmISBN

978-979-043-082-2

Deskripsi fisik Physical Description

xxxv+450 hal, 16 x 22 cm

Penulis Author

Anthonius Ayorbaba, SH. M.SiISBN

978-602-95435-1-3