8
“BALADA GUNUNG PALETEANG” (Episode: ada apa di balik angka 11 ???...) Oleh: Friski Marto Ini kisah nyata, alias bukan rekayasa. Kala itu aku dalam kondisi yang kurang sehat (Secara fisik), aku seharian penuh berbaring di kamar dari pagi hingga sore hari. Hal itu membuatku merindukan mereka yang merindukanku juga. Saat kepala ini terasa ingin pecah, tiba-tiba ringtone “Kuburan Hati” (Lagu ciptaanku sendiri yang di rekam dan lagi hits di pinrang.. hehehe) berbunyi lewat HPku, Hmmm… Ternyata Andi irfan menelponku. Irfan : “Hallo dimana ki’? siap mi ?” Friski : “Di rumah ka’ ?maga I ?siap aga je’ (Maklumi bahasa bugisnya yahhehehe^_^) Irfan : ““Nih anak-anak udah siap mau berangkat, mendaki ke puncak paleteang Mo ki’ ga naik ? kalo mo ki’ kujemput ki’ di rumah ta’ ! Apaaaa….MENDAKI GUNUNG ? sejenak tiba-tiba kuterbayang lyric lagu film kartun ninja Hattori “mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah kesamudra, bersama teman bertualang” . tiba-tiba; Irfan : “ Hallo ! hallo ! Moki’ ga naik ?

Balada Gunung Paleteang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kisah pertama kudaki gunung bersama kawan-kawan tercinta

Citation preview

Page 1: Balada Gunung Paleteang

“BALADA GUNUNG PALETEANG”(Episode: ada apa di balik angka 11 ???...)

Oleh: Friski Marto

Ini kisah nyata, alias bukan rekayasa. Kala itu aku dalam kondisi yang kurang sehat (Secara fisik), aku seharian penuh berbaring di kamar dari pagi hingga sore hari. Hal itu membuatku merindukan mereka yang merindukanku juga. Saat kepala ini terasa ingin pecah, tiba-tiba ringtone “Kuburan Hati” (Lagu ciptaanku sendiri yang di rekam dan lagi hits di pinrang.. hehehe) berbunyi lewat HPku, Hmmm… Ternyata Andi irfan menelponku.

Irfan : “Hallo dimana ki’? siap mi ?”Friski : “Di rumah ka’ ?maga I ?siap aga je’ (Maklumi bahasa

bugisnyayahhehehe^_^)

Irfan : ““Nih anak-anak udah siap mau berangkat, mendaki ke puncak

paleteang Mo ki’ ga naik ? kalo mo ki’ kujemput ki’ di rumah ta’ !

Apaaaa….MENDAKI GUNUNG ? sejenak tiba-tiba kuterbayang lyric lagu film kartun ninja Hattori “mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah kesamudra, bersama teman bertualang” . tiba-tiba;

Irfan : “ Hallo ! hallo ! Moki’ ga naik ?

Page 2: Balada Gunung Paleteang

Setelah 9999 kali aku berfikir dan mempertimbangkan kondisi saat ini akhirnya ku mengambil keputusan

Friski : “Ayo’ mi pale’ ! jemput ma’. (Masih membayangkan Ninja Hattori

hahahaha)

Aku bersiap menunggu kedatangan Irfan dengan sweter ungu dan syal yang tak lain adalah warna ungu (hihihihihi penggemar ungu). Beberapa menit kemudian… Ringtone “Kuburan Hati ” Berdering

Irfan : “Hallo dimana ki’ ? ada ka’ di depan rumah ta’ !”Friski : “ Sebentar pi ! siap-siap maka’ dulu“

sebenarnya sih udah siap, tapi aku masih pikir-pikir dulu. Apakah ini adalah benar keputusanku, atau hanya karena pengaruh Ninja Hattori ? Hmmm… Entahlah… Tanpa berpikir lebih panjang lagi akupun bergegas dengan irfan ke markas perkumpulan. Disana aku melihat Asran, Iwan, Reza, Randi, Rasman, Yan, Muly, memasang wajah-wajah penjahat tak berdosa yang siap melahapku hahahahaha.

Sesampainya di markas (ri Bolana Asran) aku tiba-tiba berubah pikiran, aku mengeluh dengan berbagai alasan agar aku bisa pulang. Tapi apalah daya, jika ternyata mereka mampu meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Akupun yakin dan akhirnya pada pukul lima sore kami berangkat menuju puncak. Saya, iwan, irfan dan reza menunggu yang lainnya di kaki gunung, dari kejauhan kulihat seekor pria dengan baju hitam dan celana selutut, tampak wajah asing ini tadi tak bersama kita di markas, siapakah gerangan ??? “Hmmm.. La janggo’ (Gumam Irfan). Semakin dekat akupun sadar bahwa ternyata “la Janggo’ yang dimaksud irfan adalah Akbar salah satu personil kita yang absen di markas.

Hhihihihihi…Akbar Is the best…!!!

[ABSEN]OOo..

Indo.. Brapa Menit Lagi kasi’naaa. Posso ka tua

OOo.. Indo.. Brapa Menit Lagi kasi’naaa. Posso ka tua

Lebayyyy..Deeeehhh..!

Lebayyyy..Deeeehhh..!

Page 3: Balada Gunung Paleteang

Hari semakin larut, akhirnya aku, irvan iwan, randi dan reza berangkat duluan, kami memulai pendakian puncak gunung paleteang. Di perjalanan nafasku hampir putus, urat kepalaku menegang, dan aku mulai merasa mual. Tapi untuk menutupi kebodohan itu, aku memasang wajah yang tak berdosa, hingga iwan dan irfan rela menunda perjalanan demi untuk menungguku beristirahat sejenak berkali-kali sepanjang perjalanan. Dalamhati ku berkata;

“ Aku tidak mungkin kembali ke kaki gunung itu, aku harus sampai ke puncak gunung itu, dan puncak gunung itu harus membayar mahal pengorbananku ! kalau tidak !?.. (Kalau tidak yah mau diapakan puncak gunungnya? Aku juga bingung hehehe^_^)”

Dengan tubuh berkeringat dan setengah hidup, akhirnya aku mencapai puncak dan berbaring diatasnya. Ku melihat dua ekor burung yang terbang tanpa mengepakkan sayapnya, udara yang kuhirup terasa dingin di rongga paru-paruku. Sambil menunggu yang lainnya, aku duduk melepas semua ruang rasa, membuang segalah beban dan gelisah, menyambut dawai-dawai asmara yang di kirim tuhan untuk kita syukuri, dialah Puncak Gunung paleteang. Rasanya pengorbanan ini tak sia-sia, dan bahkan puncak ini membayar hutangnya dua kali lipat dari keinginanku.

Hmmmm..5 Menit piii..Hmmmm..

5 Menit piii..

Page 4: Balada Gunung Paleteang

Hari mulai gelap, dan serdadu-serdadu alam sedang memburu kayu tuk memasang tenda penginapan sebentar malam. Di tengah kesibukan teman-teman yang membangun tenda, aku malah keasyikkan bermain gitar dan menikmati bayaran puncak gunung paleteang (Maklum, sebagai bintang tamu, aku tidak perlu repot-repot menyiapkan tenda hahahh^_^).

Hihihihiihihihi….Tak terasa lampu-lampu kota tampak jelas menghiasi pemandangan

yang semakin gelap. Lampu-lampu ini menyebar keberbagai arah layaknya bintang dan bulan separuh yang menghibur dukaku malam itu.

Untung Jadi

Bintang Tamu..

Untung Jadi

Bintang Tamu..

DISENSOR ??

Page 5: Balada Gunung Paleteang

Tenda penginapan kini telah siap dipakai, dan aku berteduh didalamnya walau masih terasa dingin, karena tenda ini ternyata tidak berdinding hingga angin leluasa membombardir isi tenda. Malam menunjukan pukul Sembilan dan kami mulai mempersiapkan makan malam. Rasman si Bolang tampak asyik memadukan batu bara dengan apinya, aku heran melihat Yan yang tampak serius memotong tomat-tomat imut tak berdosa itu dengan sebilah pedang samurai yang entah milik siapa.( Hmmm… Pemandangan yang tak biasanya’). Aku dan Iwan sedang meghiasi ikan-ikan dengan minyak dan peralatan alakadarnya untuk melengkapi kelezatan ikan yang akan kami panggang dan santap malam ini.

Dari kejauhan kudengar suara wanita yang menyapa kami, dan ternyata satu-satunya spesies yang berbeda itu adalah Sulis. Ia datang bersama akbar, irvan dan muly. Ternyata Sulis sudah janjian untuk dijemput di kaki gunung malam itu (sungguh Nekat…Mumu’ tak mungkin melakukannya hahahah^_^Peach Mumu’).

Page 6: Balada Gunung Paleteang

Makan malam telah siap, aku dan kawan-kawan makan dengan lahapnya. Kami berkumpul dan merasakan indahnya kebersamaan ditambah dengan lelucon la beleng ala Muly (Peach Beybi ^_^), yang tak henti-hentinya memeras perutku karena tawa yang tak bisa kukendalikan. Setelah makan, kami berserakan di puncak melepas nikmatnya bercumbu dengan ikan bakar, sebagian di dalam tenda, sebagian merokok diluar, dan sebagian sedang mencipatkan lagu bertema Cinta Terpendam yang tak boleh disebutkan judul liriknya (Hahahaha Echa’ “Tettooottt…”).

Ditengah-tengah kebahagiaan ini tiba tiba;“ Duarrrr ……rrrr……!!!!!!!!” (Bunyi Petir Menyambar)Aku langsung panik, karena letusan nuklir itu jelas terdengar sejingkal

diatas ubun-ubunku. Kami yang tadinya berserakan, kini kembali berkumpul di dalam tenda karena teriakan si akbar yang menggemah dan berkata;

“ Bossi ko !!! Bossi moko !!!” (Ujar Akbar Dengan Lantang) Hujanpun turun, dan kami mulai mencari posisi baring seperti anak

ayam yang kehilangan induknya. Hujan ini tampak asyik bercanda mempermainkan kami, kadang turun, dan kadang pula berhenti. Hingga akhirnya hujanpun serius dan kembali datang dengan derasnya

Hujan dan angin yang deras menyerbu tenda kami, kabar baiknya Tenda buatan Asran Dan kawan-kawan tak kunjung melayang, tapi kabar burukanya Tenda itu ketinggian hingga hujan berhasil menerobos

Tidaaaaaakk…!!!!

Tidaaaaaakk…!!!!

Siapakah dia ????hahahahaha

Siapakah dia ????hahahahaha

Hmm..Begini Pale’

Kota Pinrang

Mmm…Nyam-nyam..Nyummi..

Aja’ Na Ma belleng Muly !!!

Page 7: Balada Gunung Paleteang

pertahanan memasuki hampir semua ruang tenda, tak ada yang mengambil posisi berbaring disituasi seperti ini, semuanya mengambil posisi duduk. Ditengah kegalauan ini aku mulai bertanya dalam hati (“Apa yang kulakukan disini ???”), tapi aku tetap yakin bawa badai pasti berlalu.

Hujan deras itu menyatukan kami, posisiku waktu itu sangat nyaman dan strategis, aku berada ditengah-tengah tenda dan dikelilingi domba-domba nakal yang tangguh,(wahahaha^_^). Walau hujan memaksa untuk menyentuhku, Muly dan kawan-kawan tak membarkan itu terjadi (Maklum, sebagai bintang tamu, mereka harus tetap mengutamakan keselamatanku hehehehe^_^). Aku memang tak mengucapkannya secara langsung, tapi dalam hati kuberkata “Trimakasih kawan-kawan”. Hujan kini memperlihatkan rasa ibahnya dengan rintk-rintik kecilnya. Perlahan kamipun terbaring. (aku tak tau dengan yang lainya, karena yang ku tahu aku tertidur pulas hingga pagi datang Hohhoho Sorrri kawan).

“Hmm.. peristiwa tak terlupakan, 11 orang di tanggal 11 pada tahun 2011”

“Mungkinkah angka 11 penyebabnya ???, anda penasaran ???”Mari kita ikuti setelah pesan-pesan berikut ini… hihihi….hihihih… (^_*)

Zzz..Zzt..Nyaman

ah…

Zzz..Zzt..Nyaman

ah…