90
ISSN : 2442-3939 VOL. 12 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2017 JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media Comic Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang Rachmat Seno Adji 1 , Mustafa 2 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of SMP Negeri Bulukumba Ray Suryadi Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, Dan Garam Darmaeni 1 , Muhammad Danial 2 , Nurdin Arsyad 3 Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan MenggunakanAlat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Jurnal Pinisi Research Vol. 12 No. 4 Hal. 217 – 292 Bulukumba, November 2017 ISSN 2442-3939

balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

ISSN : 2442-3939 VOL. 12 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2017

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media Comic

Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani

Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang

Rachmat Seno Adji1, Mustafa

2

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif

Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D.

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of

SMP Negeri Bulukumba Ray Suryadi

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk

Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada

Materi Asam, Basa, Dan Garam Darmaeni

1, Muhammad Danial

2, Nurdin Arsyad

3

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model

Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan MenggunakanAlat Peraga

Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

Jurnal Pinisi Research

Vol. 12 No. 4 Hal. 217 – 292 Bulukumba, November 2017

ISSN 2442-3939

Page 2: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA

VOL.12 NO. 4 ISSN: 2442-3939 NOVEMBER 2017

Pelindung : Bupati Bulukumba

Pembina : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten

Bulukumba

Penanggungjawab : Hj. A. Ruhaya, S.Pd.

Dewan Redaksi : A. Rakhmat Syarif, S.E.

A. Nurhayati B., S.E.

Hj. Nuraeni, S.E., M.Si.

Abdul Rajab, SP., M.Si.

Pemimpin Redaksi : Dr. Drs. Baharuddin P., SE, M.Si.

Penyunting/Editor : Drs. Abd. Rajab, M.Si.

Drs. Rusli Umar, M.Pd.

Muh. Jafar, S. Pd, M.Pd.

H. Arafah, S. Pd, M.Pd.

Jihad Talib, S.Pd.,M.Hum.

Design Grafis & Fotografer : Ani, SP., M.AP.

Makraus Nursyam, S.ST.

Pemimpin Sekretariat : Muhammad Yunus, S.Sos.

Urusan Administrasi : A. Aswan, S.Sos.

Kedurvian Heryanto

Urusan Keuangan : Hj. Nur Aeni, S.E.

Urusan Sirkulasi dan Distribusi : Mansur

Wati Iswati, S.E.

Irdana, S.E.

Urusan Artistik dan Multimedia : Abd. Wahid S., S.E.

Alamat Sekretariat :

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Jl. Durian No. 2 Bulukumba Sulawesi Selatan

Telp. +62413 81102, Faks. +62413 81102

Email : [email protected]

Jurnal Pinisi Research memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kajian penelitian, atau tinjauan kepustakaan

bidang penelitian dan pengembangan yang terbit empat kali dalam setahun

(Februari, Mei, Agustus, dan November)

Redaksi menerima karya ilmiah atau artikel kajian, gagasan di bidang penelitian dan pengembangan.

Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah makna substansi tulisan.

Page 3: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

ISSN : 2442-3939

Redaksi Jurnal Pinisi Research:

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Durian No. 2 Bulukumba 92511

Telepon: +62413 81102, Faks: +62413 81102

e-mail: [email protected]

Page 4: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

KABUPATEN BULUKUMBA

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga di akhir tahun 2017 ini, penyusunan Jurnal “PINISI

RESEARCH” terbitan Volume 12 No. 4 Edisi November 2017

dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan Jurnal “PINISI RESEARCH” yang sederhana ini, sebagai media sosialisasi dan informasi

bagi para pemangku kepentingan, senantiasa melakukan perbaikan, baik jenis kajian riset

maupun isi materi kajian. Kami warga Balibangda Kabupaten Bulukumba, berusaha

mengarahkan jenis riset pada alur yang terintegrasi, menjawab secara langsung tantangan dan

permasalahan yang sedang dihadapi. Riset-riset yang dikategorikan sebagai riset dasar, pada

kenyataannya mampu menjadi kunci solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi, seperti

keragaman hayati, pendidikan, kesehatan, dan bahkan memberikan jawaban yang lebih

optimistik terhadap kelangsungan hidup kita sebagai manusia di muka bumi. Kami dari tim

penyusun akan selalu berusaha berbuat yang terbaik, demi terwujudnya sebuah media baca

yang berkualitas dalam menghimpun karya komunitas ilmuwan maupun masyarakat luas.

Atas bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, tim penyusun berhasil

menyelesaikan Jurnal “PINISI RESEARCH” ini. Untuk itu, kami menyampaikan terima

kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ini.

Wabillahi Taupiq Walhidayah,

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Bulukumba, November 2017

MUHAMMAD AMRAL, S.E., M.Si.

VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Page 5: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

PENGANTAR

PEMIMPIN REDAKSI JURNAL PINISI RESEARCH

KABUPATEN BULUKUMBA

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Hadirnya “Jurnal Pinisi Research” yang dikelola oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Bulukumba sebagai

media penyaluran informasi dan sosialisasi hasil-hasil kajian dan

penelitian, serta karya tulis ilmiah menghadirkan wadah yang dapat

memberikan solusi terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Bulukumba pada khususnya, dunia penelitian masyarakat atau

komunitas akademik pada umumnya, diharapkan dapat mengagregasi dan mengelaborasi

berbagai potensi baik seumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam berbagai

prespektif, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.

Kumpulan tulisan yang secara berkala diterbitkan khususnya pada Jurnal Volume 12

Nomor 4 Edisi November 2017 telah melalui proses yang selektif, dirangkum dalam bentuk

kajian, dan diharapkan menjadi bahan yang memperkaya pengetahuan bagi setiap pembaca.

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) hadir dengan konfigurasi

Membangun perubahan dengan gagasan yang cemerlan dengan sistem informasi, kajian

ilmiah, hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya yang dituangkan melalui goresan pena,

yang memberikan solusi terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Bulukumba pada khususnya. Sebagai wadah sosialisasi hasil kajian ilmiah dalam

rangka membangun kesejahteraan masyarakat, yang tetap eksis pada kajian riset, kajian di

bidang pendidikan, dan kajian di bidang pertanian. Hal yang pasti bahwa kehadiran berbagai

media informasi kelitbangan menjadi kebutuhan penting untuk menunjang hadirnya ragam

kegiatan riset atau kelitbangan yang dilakukan tidak hanya oleh institusi pemerintah daerah

tapi dikalangan lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya.

Terima kasih atas responnya dan dukungan seluruh pembaca yang budiman atas

eksistensi Jurnal Pinisi Research.

Bulukumba, November 2017

Dr. Drs. BAHARUDDIN P., S.E., M.Si.

VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Page 6: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

i

Pengantar Redaksi Membangun Kemitraan

Profesionalisme

uji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Penelitian dan Pengembangan

Daerah Kabupaten Bulukumba telah berhasil menerbitkan Jurnal Pinisi Research pada

Volume 12 Nomor 4 Edisi November 2017. Sebuah upaya yang dilandasi komitmen

para Penulis maupun Dewan Redaksi untuk senantiasa bersama-sama

meningkatkan profesionalisme kelitbangan bidang pemerintahan daerah. Dalam upaya

membangun kemitraan profesionalisme, redaksi senantiasa melakukan perluasan komunitas

profesionalisme, intelektual, dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka untuk

berpartisipasi dalam Jurnal Pinisi Research.

Pada edisi ini redaksi menyajikan 8 (delapan) artikel yang membahas tentang : Mengatasi

Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Daerah di Kabupaten Bulukumba*), Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui

Pengintegrasian Tik dengan Media Comic Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40

Bulukumba*), Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang*), Peningkatan

Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode Problem

Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba*), The Implementation Of

Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of SMP Negeri Bulukumba*), Pengembangan

Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, Dan Garam*), Peningkatan Motivasi

Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya

pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba*), Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara*).

Pada bulan November tahun 2017, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Kabupaten Bulukumba terus berinisiatif menerbitkan lagi Jurnal Pinisi Research Volume 12 No. 4

Edisi November 2017 yang menjadi icon media berkala ilmiah yang mampu mendorong kuriositas

para peneliti/perekayasa.

Selain itu demi terwujudnya para calon peneliti/perekayasa di bidang pemerintahan,

pendidikan dan kesehatan yang berkiprah secara profesional, sehingga mempercepat terwujudnya

tata kelola pemerintahan yang lebih baik.

Akhir kata, segenap staf redaksi Jurnal Pinisi Research mengucapkan selamat berkarya

dan salam sejahtera sukses bahagia selalu.

Salam Redaksi

VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Page 7: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

ii

Daftar Isi ]

Pengantar Redaksi i

Daftar Isi ii

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media

Comic Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani

Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang Rachmat Seno Adji

1, Mustafa

2

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran

Koperatif Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1

Bulukumba

Rosma D.

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of

SMP Negeri Bulukumba Ray Suryadi

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk

Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam,

Basa, Dan Garam Darmaeni

1, Muhammad Danial

2, Nurdin Arsyad

3

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui

Model Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang

Kabupaten Bulukumba Nirwana

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga

Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati

i

ii

217 - 228

229 - 238

239 - 246

247 - 254

255 - 262

263 - 276

277 - 284

285 - 292

VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Page 8: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 217

PENDAHULUAN

Masalah sosial merupakan situasi yang

dinyatakan sebagai keadaan yang bertentangan

dengan nilai-nilai oleh warga masyarakat yang

cukup penting, dimana masyarakat sepakat

melakukan suatu tindakan guna mengubah

situasi tersebut (Martin S.Winberg

dalam:wayankrish.blogspot.co.id), di Negara-

negara berkembang seperti Indonesia, banyak

sekali masalah-masalah sosial yang terjadi di

masyarakatnya sebagai salah satu pemicunya

adalah kepadatan penduduk yang meningkat

tajam tetapi tidak diberengi dengan

perkembangan sumber daya manusia yang

memadai terutama dan umumnya terjadi di

perkotaan yang besar. Beberapa contoh

masalah sosial kemiskinan, pengangguran,

masalah pendidikan, masalah kriminalitas,

kesenjangan sosial ekonomi, kenakalan remaja.

Kesemuanya itu berdampak pada faktor-faktor

sosial yaitu faktor ekonomi, faktor psikologis,

MENGATASI MASALAH SOSIAL YANG DIRASAKAN OLEH PUBLIK MELALUI

PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

DI KABUPATEN BULUKUMBA

Baharuddin Patangngai *)

Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

(Balitbangda) Kabupaten Bulukumba

Email: [email protected],id

Abstrak

Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai kebijakan yang menyangkut aspek sosial dalam pengertian

sempit, yakni yang menyangkut bidang kesejahteraan sosial.Proses perumusan kebijakan sosial yaitu

terdiri atas tahap identifikasi, implementasi, dan evaluasi. Mekanisme kebijakan sosial terdiri atas

departemen pemerintahan, badan perencanaan nasional dan isu-isu kebijakan sosial terdiri atas peran

Negara dan masyarakat dan perangkat hukum dan penerapannya. Model-model analisis kebijakan

sosial yaitu terdiri atas pendekatan empiris, normative dan evaluative. Merumuskan masalah kebijakan

sosial terdiri atas masalah kebijakan, klaim kebijakan, justifikasi dan pendukung. Pelaksanaan

percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bulukumba dengan memanfaatkan pemutahiran

Basis Data Terpadu untuk mempertajam keakuratan dan layanan serta efektifitas intervensi program

pemerintah dalam penenggulangan kemiskinan terutama pada penerima manfaat bantuan sosial

pemerintah

Kata Kunci: Percepatan pengentasan kemiskinan di Bulukumba

Abstract *)

Social policy can be interpreted as a policy concerning social aspects in a narrow sense, ie

concerning the field of social welfare. The process of formulating social policy consists of the stage of

identification, implementation, and evaluation. The social policy mechanisms comprise government

departments, national planning bodies and social policy issues comprising the role of the State and

society and the instruments of law and its application. The social policy analysis models consist of

empirical, normative and evaluative approaches. Formulating social policy issues consists of policy

issues, policy claims, justifications and support. Implementation of accelerated poverty reduction in

Bulukumba District by utilizing the update of Integrated Database to sharpen the accuracy and

service and effectiveness of government program intervention in poverty alleviation especially to

government social assistance beneficiaries.

Keywords: Accelerating Poverty Reduction Bulukumba District

Page 9: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

218 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

faktor budaya, faktor biologis, media

elektronik, lingkungan yang tidak

menguntungkan sehingga dalam pengelolaan

dan layanan kebijakannya sangatlah kompleks.

Kebijakan sosial adalah seperangkat

tindakan (course of action), kerangka kerja

(framework), petunjuk (guideline), rencana

(plan), peta (map) atau strategi, yang di

rancang untuk menterjemahkan visi politis

pemerintah atau lembaga pemerintah kedalam

program dan tindakan untuk mencapai tujuan

tertentu di bidang kesejahteraan sosial (social

welfare). Kerana urusan kesejahteraan sosial

seringkali menyangkut orang banyak, maka

kebijakan sosial seringkali diidentikan dengan

kebijakan publik. Kebijakan sosial seringkali

menyetuh, berkaitan, atau bahkan, selintas

bertumpang-tindih dengan bidang lain yang

umumnya dikategorikan sebagai bidang sosial,

semisalnya kesehatan, pendidikan, perumahan,

atau makanan. Lebih dari itu makna sosial

tidak jarang di artikan secara luas. Spicker

(1995:5) membantu mempertegas subtansi

kebijakan sosial dengan menyanjikan tiga

karakteristik atau aras pendefinisi kebijakan

sosial.

Elemen utama kebijakan adalah tujuan

proses implementasi dan pencapaian hasil

suatu inisiatif atau keputusan kolektif yang

dibuat oleh, misalnya departemen pemerintah

(pada tingkat makro) atau lembaga pelayanan

sosial (pada skala mikro). Karena meskipun

kebijakan sosial tidak jarang berhubungan

dengan makanan, ia tidak mempelajari atau

mengurusi soal makanan itu sendiri. Melainkan

dengan regulasi dan distribusi makanan.

Kebijakan sosial berurusan dengan isu-isu yang

bersifat sosial. Namun, seperti dijelaskan di

muka, arti sosial di sini tidak bersifat luas.

Melainkan merejuk pada beragam respon

kolektif yang dibuat guna mengatasi masalah

sosial yang dirasakan oleh publik. Istilah sosial

menunjuk pada “some kind of collective social

respone made to perceived problem,”

khususnya Pemerintah Kabupaten Bulukumba

berupaya secara terus menerus dan

berkelanjutan untuk melakukan percepatan

penanggulangan kemiskinan yang dirumuskan

dalam program dan kegiatan yang

terkoordinasi pada seluruh organisasi perangkat

daerah sebagai manifestasi pelaksanaan

layanan masyarakat. Berdasarkan pada Indeks

Pembangunan Manusia Indonesia (IPM).

Kabupaten Bulukumba sesuai laporan LP2KD

berada pada angka 65,58 dengan rata-rata

64,45% pada tahun 2015 dengan jumlah

penduduk miskin sebanyak 34.200 jiwa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka

rumusan masalah pada penulisan makalah ini

yaitu sebagai berikut:

1. Apa pengertian kebijakan sosial?

2. Bagaimana proses perumusan kebijakan

sosial?

3. Bagaimana mekanisme dan isu-isu

kebijakan sosial?

4. Bagaimana model-model analisis kebijakan

sosial?

5. Bagaimana merumuskan masalah kebijakan

sosial?

6. Bagaimana pelaksanaan percepatan

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten

Bulukumba

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan pada makalah

ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan

sosial.

2. Untuk mengetahui proses perumusan

kebijakan sosial.

3. Untuk mengetahui mekanisme dan isu-isu

kebijakan sosial.

4. Untuk mengetahui model-model analisis

kebijakan sosial.

5. Untuk mengetahui cara merumuskan

masalah kebijkan sosial.

6. Untuk mengetahui pelaksanaan percepatan

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten

Bulukumba

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dalam

makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai sumber pengetahuan kepada

masyarakat untuk memahami arti dari

kebijakan sosial. Dan cara penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Bulukumba

2. Sebagai syarat mengikuti uji pemilihan

pejabat Pratama di Pemerintah Kabupaten

Bulukumba

3. Sebagai bahan referensi dalam penulisan

selanjutnya

PEMBAHASAN

Pengertian Kebijakan Sosial

Istilah ‘kebijakan’ yang dimaksud dalam

materi ini disepadankan dengan kata bahasa

Inggris ‘policy’ yang dibedakan dari kata

‘wisdom’ yang berarti ‘kebijaksanaan’ atau

‘kearifan’. Kebijakan sosial terdiri dari dua

kata yang memiliki banyak makna, yakni kata

‘kebijakan’ dan kata ‘sosial’ (social). Untuk

Page 10: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 219

menghindari ambiguitas istilah tersebut, ada

baiknya kita diskusikan terlebih dahulu

mengenai pengertian keduanya.

Menurut Ealau dan Prewitt, kebijakan

adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang

dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan

berulang, baik dari yang membuatnya maupun

yang mentaatinya (yang terkena kebijakan itu)

(Suharto, 1997). Kamus Webster memberi

pengertian kebijakan sebagai prinsip atau cara

bertindak yang dipilih untuk mengarahkan

pengambilan keputusan. Titmuss

mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-

prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan

kepada tujuan-tujuan tertentu (Suharto, 1997).

Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa

berorientasi kepada masalah (problem-

oriented) dan berorientasi kepada tindakan

(action-oriented). Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu

ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk

mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat

secara terencana dan konsisten dalam mencapai

tujuan tertentu.

Seperti halnya kata ‘kebijakan’, kata

‘sosial’ pun memiliki beragam pengertian.

Conyers (1992: 10-14) mengelompokkan kata

sosial ke dalam 5 pengertian:

1. Kata sosial mengandung pengertian umum

dalam kehidupan sehari-hari yang

berhubungan dengan kegiatan yang bersifat

hiburan atau sesuatu yang menyenangkan.

Misalnya, kegiatan olah raga, rekreasi,

arisan sering disebut sebagai kegiatan

sosial.

2. Kata sosial diartikan sebagai lawan kata

individual. Dalam hal ini kata sosial

memiliki pengertian sebagai sekelompok

orang (group), atau suatu kolektifitas,

seperti masyarakat (society) warga atau

komunitas (community).

3. Kata sosial sebagai istilah yang melibatkan

manusia sebagai lawan dari pengertian

benda atau binatang. Pembangunan sosial

berkaitan dengan pembangunan kualitas

manusia yang berbeda dengan

pembangunan fisik atau infrastruktur,

seperti pembangunan gedung, jalan,

jembatan.

4. Kata sosial sebagai lawan kata ekonomi.

Dalam pengertian ini kata sosial berkonotasi

dengan aktifitas-aktivitas masyarakat atau

organisasi yang bersifat volunter, swakarsa,

swadaya, yang tidak berorientasi mencari

keuntungan finansial. Organisasi sosial,

seperti Karang Taruna, PKK adalah

organisasi yang menyelenggarakan berbagai

kegiatan yang tidak mencari keuntungan

yang berupa uang. Ini berbeda dengan

organisasi ekonomi, seperti perusahaan,

Perseroan Terbatas (PT), atau Bank yang

tentunya kegiatan-kegiatannya bertujuan

untuk mencari keuntungan ekonomi.

5. Dengan demikian, kebijakan sosial dapat

diartikan sebagai kebijakan yang

menyangkut aspek sosial dalam pengertian

sempit, yakni yang menyangkut bidang

kesejahteraan sosial. Pengertian kebijakan

sosial seperti ini selaras dengan pengertian

perencanaan sosial sebagai perencanaan

perundang-undangan tentang pelayanan

kesejahteraan sosial yang pertama kali

muncul di Eropa Barat dan Amerika Utara,

sehingga meskipun pengertian perencanaan

sosial diintegrasikan secara meluas, di

masyarakat Barat berkembang anggapan

bahwa perencanaan sosial senantiasa

berkaitan erat dengan perencanaan

kesejahteraan sosial (Conyers, 1992).

Proses Perumusan Kebijakan Sosial

Proses perumusan kebijakan sosial dapat

dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap

Identifikasi, tahap implementasi dan tahap

evaluasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa

tahapan yang saling terkait: Secara garis besar,

tahapan perumusan kebijakan dapat adalah

sebagai berikut (Suharto, 1997):

1. Tahap Identifikasi

a. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Tahap pertama dalam perumusan

kebijakan sosial adalah mengumpulkan

data mengenai permasalahan sosial yang

dialami masyarakat dan mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang

belum terpenuhi (unmet needs).

b. Analisis Masalah dan Kebutuhan Tahap berikutnya adalah mengolah,

memilah dan memilih data mengenai

masalah dan kebutuhan masyarakat yang

selanjutnya dianalisis dan

ditransformasikan ke dalam laporan yang

terorganisasi. Informasi yang perlu

diketahui antara lain: apa penyebab

masalah dan apa kebutuhan masyarakat?

Dampak apa yang mungkin timbul

apabila masalah tidak dipecahkan dan

kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan

kelompok mana yang terkena masalah?

c. Penginformasian Rencana Kebijakan Berdasarkan laporan hasil analisis

disusunlah rencana kebijakan. Rencana

ini kemudian disampaikan kepada

berbagai sub-sistem masyarakat yang

terkait dengan isu-isu kebijakan sosial

Page 11: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

220 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

untuk memperoleh masukan dan

tanggapan. Rencana ini dapat pula

diajukan kepada lembaga-lembaga

perwakilan rakyat untuk dibahas dan

disetujui.

d. Perumusan Tujuan Kebijakan Setelah mendapat berbagai saran dari

masyarakat dilakukanlah berbagai

diskusi dan pembahasan untuk

memperoleh alternatif-alternatif

kebijakan. Beberapa alternatif kemudian

dianalisis kembali dan dipertajam

menjadi tujuan-tujuan kebijakan.

e. Pemilihan Model Kebijakan Pemilihan model kebijakan dilakukan

terutama untuk menentukan pendekatan,

metoda dan strategi yang paling efektif

dan efisien mencapai tujuan-tujuan

kebijakan. Pemilihan model ini juga

dimaksudkan untuk memperoleh basis

ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan

sosial yang logis, sistematis dan dapat

dipertanggungjawabkan.

f. Penentuan Indikator Sosial Agar pencapaian tujuan dan pemilihan

model kebijakan dapat terukur secara

objektif, maka perlu dirumuskan

indikator-indikator sosial yang berfungsi

sebagai acuan, ukuran atau standar bagi

rencana tindak dan hasil-hasil yang akan

dicapai.

g. Membangun Dukungan dan

Legitimasi Publik Tugas pada tahap ini adalah

menginformasikan kembali rencana

kebijakan yang telah disempurnakan.

Selanjutnya melibatkan berbagai pihak

yang relevan dengan kebijakan,

melakukan lobi, negosiasi dan koalisi

dengan berbagai kelompok-kelompok

masyarakat agar tercapai konsensus dan

kesepakatan mengenai kebijakan sosial

yang akan diterapkan.

2. Tahap Implementasi a. Perumusan Kebijakan:

Rencana kebijakan yang sudah

disepakati bersama dirumuskan kedalam

strategi dan pilihan tindakan beserta

pedoman peraturan pelaksanaannya.

b. Perancangan dan Implementasi

Program: Kegiatan utama pada tahap ini adalah

mengoperasionalkan kebijakan ke dalam

usulan-usulan program (program

proposal) atau proyek sosial untuk

dilaksanakan atau diterapkan kepada

sasaran program.

3. Tahap Evaluasi Evaluasi dan Tindak Lanjut: Evaluasi

dilakukan baik terhadap proses maupun

hasil implementasi kebijakan. Penilaian

terhadap proses kebijakan difokuskan pada

tahapan perumusan kebijakan, terutama

untuk melihat keterpaduan antar tahapan,

serta sejauhmana program dan pelayanan

sosial mengikuti garis kebijakan yang telah

ditetapkan. Penilaian terhadap hasil

dilakukan untuk melihat pengaruh atau

dampak kebijakan, sejauh mana kebijakan

mampu mengurangi atau mengatasi

masalah. Berdasarkan evaluasi ini,

dirumuskanlah kelebihan dan kekurangan

kebijakan yang akan dijadikan masukan

bagi penyempurnaan kebijakan berikutnya

atau permusan kebijakan baru.

Mekanisme dan Isu-Isu Kebijakan Sosial

Untuk lebih memahami proses

perumusan kebijakan sosial, kiranya perlu

ditelaah secara singkat mekanisme dan

kerangka kerja perumusan kebijakan sosial.

Telaah ini akan membantu kita dalam

memahami peranan lembaga atau aktor yang

terlibat dalam merumuskan kebijakan sosial

(Suharto, 1997). Setiap negara memiliki

mekanisme tersendiri dalam proses perumusan

suatu kebijakan sosial. Sebagain besar negara

menyerahkan tanggungjawab ini kepada setiap

departemen pemerintahan, namun ada pula

negara yang memiliki badan khusus yang

menjadi sentral perumusan kebijakan sosial.

Terdapat pula negara-negara yang melibatkan

baik lembaga pemerintahan maupun swasta

dalam merumuskan kebijakan sosialnya.

Tidaklah mudah untuk membuat generalisasi

lembaga mana yang paling berkompeten dalam

masalah ini (Suharto, 1997).

1. Mekanisme Kebijakan Sosial a. Departemen pemerintahan.

Sebagian besar negara menyerahkan

tanggungjawab mengenai perumusan

kebijakan sosial kepada kementrian,

departemen atau lembaga-lembaga

pemerintah yang berperan. Misalnya

Departemen Sosial di Indonesia

merupakan salah satu departemen yang

memiliki kewenangan langsung dalam

merumuskan kebijakan kesejahteraan

sosial. Di Departemen Sosial, terdapat

satu biro khusus yang memiliki

kewenangan penting dalam kegiatan ini,

yaitu Biro Perencanaan.

Page 12: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 221

b. Badan Perencanaan Nasional.

Dalam konteks pembangunan yang lebih

luas, perumusan kebijakan sosial juga

seringkali menjadi tugas khusus dari

Badan Perencanaan Nasional yang

sengaja dibentuk untuk merumuskan dan

sekaligus mengatur mekanisme

kebijakan sosial. Badan Perencanaan

Nasional (Bappenas) merupakan

lembaga khusus yang menangani

berbagai perencanaan sosial sekaligus

perumusan kebijakan sosial dalam

pembangunan nasional. Kebijakan yang

dihasilkan lembaga ini kemudian

menjadi acuan bagi departemen dan

lembaga-lembaga terkait dalam

melaksanakan berbagai program

pembangunan.

c. Badan legislatif.

Badan legislatif seperti Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki

kewenangan dalam merumuskan

kebijakan sosial. Lembaga ini biasanya

memiliki komisi khusus yang mengurusi

perumusan kebijakan sesuai dengan

kebutuhan. Misalnya, di Indonesia, DPR

memiliki komisi khusus yang

bertanggungjawab mengatur urusan

ekonomi, hukum, dan kesejahteraan

sosial.

c. Pemerintah Daerah dan Masyarakat

Setempat. Di sejumlah negara di mana administrasi

pemerintahannya lebih terdesentralisasi,

Pemerintah Daerah (PEMDA) memiliki

peran yang sangat penting dalam

perumusan kebijakan sosial, khususnya

yang menyangkut persoalan dan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat di

daerahnya. Lebih-lebih lagi di negara-

negara yang telah sangat matang

menjalankan konsep demokrasi,

masyarakat setempat memiliki hak dan

kewenangan dalam mengungkapkan

aspirasi kebutuhannya yang kelak

menjadi bagian dari tema-tema penting

dalam kebijakan sosial.

d. Lembaga Swadaya Masyarakat. Peranan lembaga-lembaga sosial atau

organisasi-organisasi non pemerintah

(ORNOP) adalah berbeda dalam setiap

negara. Namun demikian, kini terdapat

kecenderungan bahwa di negara-negara

berkembang, pemerintah semakin

memberi peran yang leluasa kepada

sektor-sektor non pemerintahan untuk

juga terlibat dalam perumusan

kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini

terutama terjadi sejalan dengan

rekomendasi atau bahkan tekanan dari

negara-negara donor yang memberi

bantuan dan konsultasi finansial kepada

negara yang bersangkutan. Selain itu,

kini semakin disadari bahwa sebesar

apapun pemerintah menguasai sumber-

sumber ekonomi dan sosial, tidaklah

mungkin mampu memenuhi kebutuhan

segenap lapisan masyarakat secara

memuaskan.

2. Isu-Isu kebijakan Sosial Kebijakan sosial tidak dapat dilepaskan dari

proses dan dimensi pembangunan secara

luas. Karenanya perlu ditelaah secara

singkat beberapa isu kebijakan sosial yang

mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan

dalam proses dan mekanisme perumusan

kebijakan sosial (Suharto, 1997)

a. Peran negara dan masyarakat. Walaupun pemerintah memiliki peran

yang besar dalam perumusan kebijakan

sosial, tidaklah berarti bahwa hanya

pemerintah sajalah yang berhak

menangani masalah ini. Seperti

dinyatakan dimuka, bahwa pemerintah

tidak akan pernah mampu memenuhi

seluruh kebutuhan warganya. Sebesar

apapun sumber-sumber ekonomi-sosial

yang dimilikinya dan sehebat apapun

kemampuan para pejabat dan aparatur

pemerintah, tetap membutuhkan peran

masyarakat. Oleh karena itu, perumusan

kebijakan sosial mensyaratkan adanya

keseimbangan dan proporsionalitas

dalam hal pembagian peran dan

kekuasaan pemerintah dan masyarakat.

b. Perangkat Hukum dan Penerapannya. Perangkat hukum memiliki kekuatan

memaksa, melalui sangsi dan hukuman

yang melekat di dalamnya. Kebijakan

sosial memerlukan perangkat hukum

yang dapat mendukung diterapkannya

kebijakan sosial. Kebijakan sosial dapat

berjalan secara efektif apabila

dinyatakan secara tegas melalui

perundang-undangan dan peraturan

pelaksanaannya. Namun demikian,

adakalanya perangkat hukum yang sudah

ada tidak dapat diimplementasikan

secara baik dalam kegiatan-kegiatan

operasional, baik dikarenakan oleh

faktor manusianya, maupun kurang

lengkapnya peraturan teknis yang

mengatur secara lebih rinci perundang-

undangan tersebut. Oleh karena itu, perlu

usaha keras agar terjamin adanya

Page 13: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

222 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

keselarasan antara perangkat hukum dan

implementasinya. Ketidak-konsistenan

antara ‘dassein’ dan ‘dasollen’ akan

menimbulkan ketidak-percayaan

masyarakat dan merosotnya citra

lembaga-lembaga pembuat kebijakan,

yang pada gilirannya menimbulkan sikap

apatis dan bahkan antipati masyarakat

kepada setiap produk kebijakan sosial.

c. Koordinasi antar Lembaga.

Seperti sudah dinyatakan di muka,

kebijakan sosial seringkali menjadi

urusan berbagai departemen dan

lembaga, baik pemerintah maupun

swasta. Oleh karena itu, perlu adanya

koordinasi dan kerjasama antar lembaga

tersebut agar kebijakan sosial tidak

bersifat tumpang tindih dan saling

bertentangan satu sama lain.

d. Sumber Daya Manusia. Aspek mengenai SDM ini menyangkut

jumlah dan kualitas para pembuat

kebijakan yang akan diserahi tugas

dalam merumuskan kebijakan sosial.

Meskipun kebijakan sosial, menyangkut

‘aspek sosial’, tetapi dalam merumuskan

kebijakan tersebut diperlukan sejumlah

orang yang memiliki beragam profesi

dan latar belakang akademik tertentu.

Oleh karena itu, perumusan kebijakan

harus memperhatikan kualifikasi SDM

yang tepat. Selain ahli-ahli sosial,

perumusan kebijakan sosial seringkali

membutuhkan pakar-pakar ekonomi,

hukum, dan bahkan ahli statistik.

e. Pentingnya pelayanan sosial. Pentingnya pelayanan sosial bagi

peningkatan kualitas hidup masyarakat

merupakan isu penting lainnya yang

perlu mendapat perhatian dalam

kebijakan sosial. Isu ini terutama muncul

karena adanya kecenderungan

pemerintah yang semakin menurunkan

anggaran belanjanya untuk kepentingan-

kepentingan pelayanan sosial. Pelayanan

sosial pada dasarnya merupakan

investasi sosial yang berkorelasi positif

dengan kualitas hidup masyarakat.

Pengalaman penulis berkunjung ke Costa

Rica menunjukkan bahwa berkat

kesigapan pemerintah dalam

mengalokasikan sumber daya bagi

pelayanan sosial, kualitas hidup warga

masyarakat negara tersebut sangat

memuaskan terutama bila dilihat dari

indikator kualitas hidup (Human

Development Index), seperti angka

harapan hidup, jumlah kematian bayi per

1000 kelahiran, dan bahkan pendapatan

per kapitanya.

f. Penentuan prioritas pelayanan sosial.

Di sebagian besar negara berkembang

keinginan untuk memperbaiki pelayanan

sosial sangat besar, namun demikian

sumber dana untuk pengadaan pelayanan

tersebut sangat terbatas (Conyers, 1991).

Ini berarti bahwa kebijakan sosial harus

mampu diprioritaskan terhadap

pelayanan sosial yang benar-benar

penting dan berdampak luas bagi

kesejahteraan masyarakat. Misalnya,

apakah pelayanan sosial akan lebih

diprioritaskan untuk perawatan anak

terlantar, para manula, para penyandang

cacat, rehabilitasi permukiman kumuh,

atau peningkatan peran pemuda dan

wanita.

g. Penentuan bentuk pelayanan sosial.

Isu berikutnya berkaitan dengan

pertanyaan mengenai bentuk-bentuk

pelayanan sosial apa yang cocok untuk

negara berkembang. Dewasa ini semakin

disadari bahwa bentuk-bentuk dan

standar pelayanan di negara maju tidak

dapat sepenuhnya diterapkan di negara

berkembang. Oleh karena itu, perlu

diusahakan suatu bentuk pelayanan

sosial yang sesuai dengan kondisi

setempat dan cocok ditinjau dari segi

fisik, ekonomi, sosial dan politik negara

yang bersangkutan. Secara luas kita

dapat mengusulkan apakah pelayanan

sosial akan berbentuk uang tunai (cash

payment), barang (benefit in kind), atau

berupa bantuan konsultasi dan pelatihan-

pelatihan.

h. Distribusi pelayanan sosial.

Hampir bisa dipastikan bahwa semua

negara menghadapi masalah yang sama

dalam kaitannya dengan persoalan

‘supply’ dan ‘demand’ pelayanan sosial,

dalam arti kebutuhan akan pelayanan

sosial selalu lebih besar dari kemampuan

pemerintah atau lembaga penyelenggara

dalam mengusahakan pelayanan sosial.

Keadaan ini tentunya memaksa kita

untuk memikirkan secara sungguh-

sungguh mengenai distribusi pelayanan

sosial. Beberapa hal yang dapat

dijadikan pertimbangan dalam

pendistribusian pelayanan ini antara lain

menyangkut segi geografis (desa, kota,

daerah khusus), jender (pria, wanita, atau

waria), usia (anak, remaja, manula) atau

berdasarkan permasalahan-permasalahan

Page 14: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 223

khusus yang mendesak untuk segera

dipecahkan.

i. Penetapan kuantitas atau kualitas

pelayanan sosial.

Karena sumber daya manusia dan dana

relatif selalu terbatas, maka isu mengenai

pilihan dalam menentukan kuantitas dan

kualitas pelayanan harus pula menjadi

bahan pertimbangan yang matang bagi

para pembuat kebijakan sosial. Antara

kuantitas dan kualitas pelayanan sering

kali terjadi trade-off, dilema, sehingga

perlu ditentukan mana dahulu yang akan

diutamakan. Misalnya, mengingat masih

besarnya sasaran pembangunan

kesejahteraan sosial, peningkatan jumlah

lembaga pelayanan kesejahteraan sosial

masih dianggap lebih penting daripada

meningkatkan kualitas pelayanan

lembaga tersebut. Dengan demikian,

secara terpaksa diadakan pengorbanan

dalam hal kualitas pelayanan sosial.

j. Pembiayaan pelayanan sosial. Isu kebijakan sosial lainnya yang sangat

penting adalah mengenai pendanaan

pelayanan sosial yang menyangkut,

sistem, sumber dan metoda pendanaan.

Terdapat suatu sistem di mana pelayanan

sosial sepenuhnya atau sebagian besar

dibiayai oleh pemerintah yang dananya

diambil dari subsidi sektor-sektor lain

dalam bidang perekonomian negara

tersebut. Pelayanan pendidikan dasar

merupakan salah satu contoh sistem ini.

Sebaliknya, ada pula pelayanan sosial

yang didasarkan pada segi komersial,

baik yang diselenggarakan oleh

pemerintah maupun swasta, seperti

asuransi kesehatan dan asuransi sosial

tenaga kerja. Kini terdapat

kecenderungan di mana sistem

pendanaan lembaga pelayanan sosial

(panti jompo, TPA) yang tadinya

disubsidi penuh oleh pemerintah, kini

bersifat komersial. Pada kenyataanya,

sebagian besar negara maju dan

berkembang banyak yang memilih jalan

tengah di antara kedua sistem di atas.

Model-Model Analisis Kebijakan Sosial

Menurut Dunn (1991), analisis kebijakan

adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan

berbagai metode penelitian dan argumentasi

untuk menghasilkan informasi yang relevan

dalam menganalisis masalah-masalah sosial

yang mungkin timbul akibat diterapkannnya

suatu kebijakan. Ruang lingkup dan metoda

analisis kebijakan umumnya bersifat deskriptif

dan faktual mengenai sebab-sebab dan akibat-

akibat suatu kebijakan.

Model-Model Kebijakan Sosial

Menurut Quade (1982) analisis kebijakan

adalah suatu jenis penelaahan yang

menghasilkan informasi sedemikian rupa yang

dapat dijadikan dasar-dasar pertimbangan para

pembuat kebijakan dalam memberikan

penilaian-penilaian terhadap penerapan

kebijakan sehingga diperoleh alternatif-

alternatif perbaikannya. Kegiatan

penganalisisan kebijakan dapat bersifat formal

dan hati-hati yang melibatkan penelitian

mendalam terhadap isu-isu atau masalah-

masalah yang berkaitan dengan evaluasi suatu

program yang telah dilaksanakan. Namun

demikian, beberapa kegiatan analisis kebijakan

dapat pula bersifat informal yang melibatkan

tidak lebih dari sekadar kegiatan berfikir secara

cermat dan hati-hati mengenai dampak-dampak

diterapkannya suatu kebijakan.

Analisis kebijakan pada dasarnya

bertujuan untuk menghasilkan informasi dan

argumen-argumen rasional mengenai tiga

pertanyaan yang berkaitan dengan:

a. Fakta-fakta;

b. Nilai-nilai; dan

c. Tindakan-tindakan

Berdasarkan hal tersebut, maka ada tiga

model pendekatan dalam analisis kebijakan

sosial, yaitu:

a. Pendekatan Empiris;

b. Pendekatan Evaluatif; dan

c. Pendekatan Normatif.

Dalam kaitannya dengan tiga model

tersebut, terdapat empat prosedur analisis yang

dapat dijadikan patokan dalam melakukan

analisis kebijakan sosial:

Page 15: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

224 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

a. Monitoring yang dapat menghasilkan

informasi deskriptif mengenai sebab-sebab

dan akibat-akibat kebijakan.

b. Peramalan yang dapat menghasilkan

prediksi atau informasi mengenai akibat-

akibat kebijakan di masa depan.

c. Evaluasi yang dapat menghasilkan

informasi mengenai nilai atau harga dari

dampak-dampak kebijakan yang telah lalu

maupun di masa datang.

d. Rekomendasi yang dapat memberikan

preskripsi atau informasi mengenai

alternatif-alternatif atau kemungkinan-

kemungkinan yang ditimbulkan dari suatu

kegiatan.

Merumuskan Masalah Kebijakan Sosial

Perumusan masalah kebijakan sosial

adalah suatu proses penyelidikan untuk

mengumpulkan informasi mengenai

konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang

mempengaruhi kelompok sasaran. Perumusan

masalah kebijakan juga mencakup pencarian

solusi-solusi terhadap dampak-dampak

kebijakan yang bersifat negatif.

Masalah-masalah kebijakan sosial secara

umum memiliki enam elemen, yaitu:

1. Masalah kebijakan. Informasi ini meliputi argumen mengenai

bukti-bukti pemasalahan, alternatif-

alternatif kebijakan, tindakan-tindakan

kebijakan, hasil-hasil kebijakan, dan

keberhasilan-keberhasilan kebijakan.

2. Klaim kebijakan.

Klaim kebijakan adalah kesimpulan-

kesimpulan mengenai argumen-argumen

kebijakan. Sebagai contoh, pemerintah

harus berinvestasi dalam bidang pendidikan

atau mengeluarkan dana lebih besar lagi

bagi penanggulangan anak jalanan dsb.

3. Justifikasi atau pembenaran. Aspek ini meliputi asumsi mengenai

argumen kebijakan yang memungkinkan

analisis kebijakan untuk melangkah dari

masalah kebijakan ke klaim kebijakan.

Suatu asumsi bisa mencakup informasi yang

bersifat otoritatif, intuitif, analitis, kausal,

pragmatis maupun kritis.

4. Pendukung. Pendukung adalah informasi-informasi yang

dapat digunakan sebagai dasar yang

mendukung justifikasi. Pendukung dapat

berupa hukum-hukum keilmuan, pendapat-

pendapat para ahli atau prinsip-prinsip etis

dan moral.

5. Keberatan-keberatan atau sanggahan-

sanggahan.

Keberatan-keberatan adalah kesimpulan

yang kedua atau argumen alternatif yang

menyatakan bahwa suatu kondisi tidak

dapat diterima (ditolak) atau dapat diterima

dengan syarat-syarat tertentu.

6. Prasyarat.

Aspek ini merupakan kondisi-kondisi yang

dapat meyakinkan atau menjadi dasar bagi

analis kebijakan untuk membenarkan klaim

kebijakan. Dalam analisis kebijakan,

prasyarat biasanya dinyatakan dalam bahasa

“kemungkinan” atau probabilitas. Misalnya,

“kemungkinan besar”, “kecenderungannya

adalah” atau “pada taraf signifikansi 1

persen”.

Perumusan masalah kebijakan, tidak

dapat dilakukan begitu saja, melainkan

harus memenuhi beberapa syarat agar dapat

diterima secara logis. Prasyarat tersebut

meliputi:

a. Perumusan masalah harus jelas atau tidak

ambigu.

b. Produk analisis harus terbaru (up-to-

date).

c. Produk analisis harus berharga atau

bernilai (valuable).

d. Proses analisis tidak bersifat

konvensional, artinya menggunakan

teknik-teknik yang mutakhir.

e. Proses analisis memiliki daya motivasi,

berkesinambungan, berhubungan satu

sama lain dan komprehensif.

Teknik-teknik dalam perumusan masalah

kebijakan:

a. Analisis Klasifikasi. Teknik ini dipergunakan untuk memperjelas

konsep yang digunakan dalam

mendefinisikan situasi problematis. Prinsip-

prinsip dari sistem klasifikasi adalah:

1) Relevansi Substantif. Dasar klasifikasi

harus dibangun menurut tujuan analisis

dan situasi problematis.

2) Ketuntasan. Dasar klasifikasi harus

memiliki argumen yang tepat dan benar-

benar kuat.

3) Keterpilahan. Kategori-kategori harus

benar-benar terpilah dan berdiri sendiri

agar tidak ada kelompok yang masuk

dalam dua kategori.

4) Konsistensi. Kategori-kategori harus

bersifat pasti atau tetap berdasarkan

sistem klasifikasi tunggal sehingga

kesimpulan tidak bersipat tumpang

tindih atau mengalami “the fallacy of

Page 16: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 225

cross division” (kekeliruan dalam

pembagian silang).

5) Pembedaan hirarkis. Tingkat dalam

sistem klasifikasi harus dapat dibedakan

secara jelas; mulai dari kategori, sub-

kategori, sampai sub-sub kategori.

b. Analisis Hirarki. Teknik ini dipakai untu menganalisis sebab-

sebab yang mungkin dalam sistem

permasalahan. Terdapat tiga macam sebab

yang perlu diperhatikan dalam analisi

hirarki:

1) Sebab yang mungkin (possible cause).

2) Sebab yang masuk akal (plausible

cause). Sebab ini didasari penelitian

ilmiah atau pengalaman langsung.

3) Sebab yang dapat dirubah (actionable

cause) atau disebut pula sebab yang

dapat dikontrol dan dimanipulasi.

c. Synectic. Teknik ini dilakukan untuk

mengembangkan pengenalan masalah

secara analogis. Beberapa prinsip analogi

meliputi:

1) Analogi personil. Analis berusaha

membayangkan dirinya mengalami

situasi-situasi problematis sebagaimana

dialami kelompok sasaran kebijakan.

2) Analogi langsung. Mencari hubungan

serupa diantara 2 atau lebih situasi

problematis.

3) Analogi simbolik. Menemukan contoh

yang serupa dengan situasiproblematik

dengan menggunakan simbol-simbol.

4) Analogi fantasi. Secara bebas mencari

kesamaan antara situasi problematis

secara khayali.

d. Branstorming atau curah pendapat.

Teknik memunculkan ide atau gagasan,

tujuan dan strategi-strategi tertentu dengan

melibatkan banyak pihak dalam suatu forum

diskusi.

e. Analisis Asumsi.

Teknik untuk menciptakan sintesa

(kesimpulan) kreatif atas beberapa asumsi

mengenai masalah-masalah kebijakan.

Prosedur analisis asumsi meliputi:

1) Identifikasi pelaku yang terlibat

(stakeholder identification).

2) Pemunculan asumsi (assumption

surfacing).

3) Pembenturan atau penentangan asumsi

(assumption challenging).

4) Pengelompokan asumsi (asumption

pooling).

5) Sintesa asumsi atau penyimpulan

asumsi.

f. Pelaksanaan percepatan penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Bulukumba

Kegiatan penanggulangan

kemiskinan Kabupaten Bulukumba adalah

sebagai berikut :

1. Bidang kesehatan

Dengan kegiatan sebagai berikut;

pelayanan kesehatan puskesmas gratis,

peningkatan kesehatan masyarakat,

pelayanan jaminan kesehatan masyarakat

nasional (JKN), penanggulangan Kurang

Energi Protein (KEP), anemia gizi besi,

Gangguan Akibat Kurang Yodium

(GAKY), kurang vitamin A dan

kekurangan zat gizi mikro lainnya,

Penyusunan Peta Informasi kurang Gizi,

penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil

dan keluarga kurang mampu,,

pertolongan persalinan bagi ibu hamil

dan keluarga kurang mampu, Perbaikan

Gizi Masyarakat, Penyemprotan/Fogging

sarang nyamuk, Penanggulangan

Penularan Penyakit TB Paru,

penanggulangan penyakit kusta, serta

pelayanan kesehatan gratis, penyediaan

pelayanan KB dan Kontrasepsi bagi

Keluarga Miskin

2. Bidang Pendidikan

Dengan kegiatan sebagai berikut;

Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak

mampu, pelaksanaan pendidikan gratis

atau layanan pendidikan dasar serta

Pengembangan Program Keluarga

Harapan (PKH) Bidang Pendidikan.

3. Bidang Perumahan

Dengan kegiatan sebagai berikut;

Fasilitasi pembangunan prasarana dan

sarana dasar pemukiman berbasis

masyarakat, Fasilitasi dan stimulasi

pembangunan perumahan masyarakat

kurang mampu (P2KP), penyediaan

prasarana dan sarana air Limbah,

rehabilitasi pemeliharaan sarana dan

prasarana air bersih pedesaan

4. Bidang Infrastruktur

Dengan kegiatan sebagai berikut;

Rehabilitasi atau pemeliharaan jaringan

irigasi, peningkatan partisipasi

masyarakat dalam penanggulangan

banjir, peningkatan pasrtisipasi

masyarakat dalam pengelolaan air,

Pemberdayaan petani pemakai air,

optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang

Page 17: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

226 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

telah dibangun, pembangunan pintu air,

pembangunan pasar pedesaan,

rehabilitasi pemeliharaan pasar

pedesaan, pengadaan sarana dan

prasarana bagi keluarga miskin

5. Bidang Ketahanan Pangan

Dengan kegiatan sebagai berikut;

peningkatan kemampuan lembaga

petani, pemanfaatan pekarangan untuk

pengembangan pangan, pengembangan

cadangan pangan daerah, pengembangan

desa mandiri pangan, peningkatan mutu

dan keamanan pangan, peningkatan

kemampuan lembaga petani, koordinasi

perumusan kebijakan pertahanan dan

infrastruktur pertanian dan pedesaan,

peningkatan partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan air, pelatihan petani

dan pelaku agribisnis

6. Bidang Ekonomi

Dengan kegiatan sebagai berikut;

penyelenggaraan pelatihan

kewirausahaan, pengembangan jaringan

infrastruktur usaha kecil menengah,

pelatihan manajemen pengelolaan

kopersi/KUD, kegiatan pembinaan

organisasi pedagang kaki lima dan

asongan, pembinaan industry kecil dan

menengah dalam memperkuat jaringan

klaster industry, pembinaan kemampuan

teknologi industry, penyebarluasan

informasi bursa tenaga kerja,

peningkatan kualitas pelayanan saranan

dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan

social bagi PMKS, Pelatihan

perencanaan pembangunan berwawasan

gender, pengadaan sarana dan prasarana

teknologi peternakan tepat guna,

pembibitan dan perawatan ternak,

pengembangan sumber daya, dan

kelembagaan peternakan, kajian

optimalisasi pengelolaan dan pemasaran

produksi perikanan, pembinaan

kelompok ekonomi masyarakat pesisir,

pembentukan kelompok pesisir swakarsa

penggunaan sumber daya kelautan,

pembinaan dan pengembangan

perikanan, pendampingan, pada

kelompok nelayan perikanan tangkap.

Total Anggaran untuk program dan kegiatan

penanggulangan kemiskinan Kabupaten

Bulukumba Tahun 2015 sebesar Rp.

124.153.267,891,- dan berdasarkan laporan

yang masuk dari total anggaran tesebut

terealisir sebesar Rp. 100.477.911.387,- atau

80,93% dan pencapaian fisik mencapai 100%

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka

dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:

1. Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai

kebijakan yang menyangkut aspek sosial

dalam pengertian sempit, yakni yang

menyangkut bidang kesejahteraan sosial.

2. Proses perumusan kebijakan sosial yaitu

terdiri atas tahap identifikasi, implementasi,

dan evaluasi.

3. Mekanisme kebijakan sosial terdiri atas

departemen pemerintahan, badan

perencanaan nasional dan isu-isu kebijakan

sosial terdiri atas peran Negara dan

masyarakat dan perangkat hukum dan

penerapannya.

4. Model-model analisis kebijakan sosial yaitu

terdiri atas pendekatan empiris, normative

dan evaluative.

5. Merumuskan masalah kebijakan sosial

terdiri atas masalah kebijakan, klaim

kebijakan, justifikasi dan pendukung.

6. Pelaksanaan percepatan penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Bulukumba

dengan memanfaatkan pemutahiran Basis

Data Terpadu untuk mempertajam

keakuratan dan layanan serta efektifitas

intervensi program pemerintah dalam

penenggulangan kemiskinan terutama pada

penerima manfaat bantuan sosial

pemerintah.

SARAN

Sebagai penulis berharap bahwa

kebijakan sosial ini dapat diaplikasikan di

dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat

khususnya di Kabupaten Bulukumba, Terhusus

pada pelaksanaan Program Penangulangan

Kemiskinan Daerah (P2KD) oleh karena

dengan diterapkannya kebijakan sosial dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. (2003).

Pemberdayaan, Pengembangan

Masyarakat dan Intervensi

Komunitas. Jakarta: Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Anonim. 2010. “Model Kebijakan Sosial”.

https://pmiuinbdg.wordpress.com.

Diakses pada tanggal 12 Mei 2017.

Anonim. 2012. “Model-Model Studi

Kebijakan”. http://www.bisosial.com.

Diakses pada tanggal 12 Mei 2017.

Page 18: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 227

Conyers, D. 1992. An Introducing to Social

Planning in the Third World. New

York : University of Nothingham.

Effendy, Onong Uchjana.(2003). Ilmu, Teori

dan Filsafat Komunikasi. Bandung:

Citra Aditya Bakti

Hurareah, Abu.(2008).Pengorganisasian dan

Pengembangan Masyarakat.

Bandung: Humaniora.

Ife, Jim. (1995).Community

Development:Creating Community

Alternatives,Vision, Analysis and

Practice, Longman Australia.

Judy Dunn, Jane Brown, Cheryl Slomkowski,

Caroline Tesla and Lise Youngblade.

Child Development, vol. 62, no. 6

(Dec., 1991), pp. 1352-1366.

Martin S.Winberg, dalam:Masalah-masalah

social yang terjadi di masyarakat,

wayankrish.blogspot.co.id. diakses

pada 29 juli 2017

Nazir, Moh. (1999).Metode Penelitian

Sosial.Jakarta: PT Bina Aksara.

Paul Spicker, 1995, Sosial Policy: Themes and

Approaches. Harvester Wheatsheaf;

Sage Publications;London.Thousand

Oaks.New Delhi;

www.sagepub.co.uk.

Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat

Memberdayakan Rakyat. Bandung:

PT. Refika Aditama.

Suharto, Edi (1997). Pembangunan, Kebijakan

Sosial dan Pekerjaan Sosial:

Spektrum Pemikiran,

Bandung:Lembaga Studi

Pembangunan-STKS

Suhendra, K.(2006).Peranan Birokrasi dan

Pemberdayaan Masyarakat.

Bandung: Alfabeta.

Susanto, Astrid S.(1975). Pendapat Umum.

Bandung: Bina Cipta.

Syafiie, Kencana, Inu. (1992). Pengantar Ilmu

Pemerintahan. Jakarta: PT Eresco.

Pemerntah Kabupaten Bulukumba 2016,

Laporan Peneyelenggaraan

Pemerintah Daerah (LPPD),

Pemerintah Kabupaten Bulukumba,

Bappeda Kabupaten Bulukumba 2016,

Laporan Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(LP2KP), Kabupaten Bulukumba;

Bappeda Kab. Bulukumba 2016. Laporan

Kinerja Penanggulangan Kemiskinan

Daerah Kabupaten Bulukumba;

Page 19: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

228 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Page 20: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital

pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 229

PENDAHULUAN

Guru yang mengajar saat ini memiliki

tugas menyiapkan generasi abad 21, yaitu

generasi yang lahir pada tahun 2000-an

generasi ini disebut juga generasi platinum

yaitu generasi yang berhadapan dengan

kemajuan teknologi terutama dunia digital,

generasi yang selalu bersentuhan dengan gaya

visual dan multi tasking serta generasi yang

sudah terbiasa dengan dunia digital, internet,

dan multimedia. Menurut Ian J Mc Coog,

beberapa era lalu, ketika kita pergi ke sekolah,

kita mengenal 3R sebagai “reading”, “riting”

(writing) dan “rithmetic” (arithmetic). Di abad

21 sekarang ini, lebih dikenal 3R sebagai

“rigor”, “relevance” dan “real world skills”.

Untuk mendapatkan ketrampilan abad

21, siswa perlu diberi kesempatan untuk

menghasilkan ide-ide baru, mengevaluasi dan

menganalisa bahan pelajaran yang telah

disampaikan oleh guru dan atau yang telah

dipelajari sebelumnya, serta mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGINTEGRASIAN TIK

DENGAN MEDIA COMIC DIGITAL PADA SISWA KELAS VIII H SMPN 40 BULUKUMBA

Idaharyani *)

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba

Guru SMP Negeri 40 Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Salah satu bagian dari implementasi Kurikulum2013 adalah adanya pengintegrasian TIK pada semua

mata pelajaran. Masih banyak guru yang mengajar pada sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013

belum mengimplementasikan pengintegrasian TIK pada mata pelajaran yang diampunya, bahkan

belum memahami bagaimana cara mengimlementasikannya. Permasalahan yang dihadapi guru pada

umumnya rendahnya hasil belajar matematika siswa, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut

maka akan diadakan perbaikan dengan menerapkan Pengintegrasian TIK pada kegiatan pembelajaran

Dengan menggunakan Media Comic Digital. Materi pembahasan adalah Statistik dan Peluang materi

kelas VIII semester II pada SMPN 40 Bulukumba. Subjek penelitian adalah 31 orang dengan jumlah

perempuan 19 orang dan siswa laki-laki 12 orang. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Lembar Observasi Sikap Spiritual dan Sikap

Sosial, Lembar Penilaian Proyek, dan Tes Hasil Belajar. Data yang diperoleh dianalisis secara

kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis digunakan untuk membuktikan apakah pembelajaran dengan

Pengintegrasian TIK pada kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic Digital dapat meningkatkan

hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba.

Kata Kunci: Pembelajaran Terintegrasi TIK, Comic, Digital

Abstract *)

One of curriculum 2013’s implementations are the integration of Technology, Information and

Communication to every learning subjects. But, most of the teachers did not practice it moreover they

did not understand how to implement it. Most of the teachers have problems in student’s low learning

outcomes. This problem could be fixed by implementing integration of Technology, Information and

Communication by using digital comic media. The subject matters are statistic and probability in 8th

grade, 2nd semester, in SMPN 40 Bulukumba. The subject’s research are 31 students which is consist

of 19 female and 12 male. This research conducted in two cycle. The instruments in this research are:

Observation Sheet of Spiritual Attitudes and Social Attitudes, Project Appraisal Sheets, and test of

students learning outcomes. The data obtained were analyzed by qualitative and quantitative. Analysis

results are used to prove that learning which is integrated to Technology, Information and

Communication by using digital comic media could improve student’s mathematics learning outcomes

in VIII.H SMPN 40 Bulukumba.

Keywords: learning through integration of Technology, Information and Communication, comic,

digital

Page 21: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

230 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

hari. Hal ini dapat tercapai jika gaya mengajar

guru yang masih menganut paradigma lama

yaitu proses penyampaian ilmu hanya

berdasarkan pada konten materi saja dapat

diperbarui. Sudah saatnya guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk terlibat lebih

aktif dalam pembelajaran dengan

mengintegrasikan TIK.

Penggunaan media akan menjembatani

kebutuhan pembelajaran dari guru kesiswa atau

sebaliknya. Media pembelajaran yang akan

digunakan pada tulisan ini adalah Pemanfaatan

media audio visual untuk membuat comic

digital yang selanjutnya akan di publikasi

dengan tipe video. Media video merupakan

salah satu media yang dapat digunakan untuk

menarik perhatian siswa baik sebelum maupun

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Penggunaan media pembelajaran berbasis

video diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

SMPN 40 Bulukumba memiliki visi,

misi, dan tujuan sekolah yang untuk

menyiapkan generasi abad 21, salah satu tujuan

sekolahnya adalah “Melaksanakan

Pembelajaran Berbasis ICT.” Untuk dapat

menjadi guru abad 21 maka guru pada SMPN

40 Bulukumba harus mampu mendidik dan

mengajar mereka dengan memanfaatkan

kemampuan dasar yang telah mereka ketahui

dan kuasai. Marc Prensky mengatakan,

“teknologi membantu siswa abad 21 dalam

proses belajar sebab mereka dapat membuat

teknologi melakukan apa yang mereka

butuhkan.”

Berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara dengan beberapa orang guru baik

guru mata pelajaran Matematika dan IPA

maupun mata pelajaran lainnya pada SMPN 40

Bulukumba, diperoleh informasi bahwa pada

saat kegiatan pembelajaran berlangsung, masih

ada siswa yang diam-diam memainkan hand

phone (HP) mereka, walaupun aturan sekolah

telah melarang siswa untuk membawa dan

menggunakan hand phone (HP) baik di kelas

maupun di luar kelas selama dalam jam belajar.

Hal ini disebabkan karena ketergantungan

mereka terhadap alat yang satu ini, bisa

dikatakan siswa sudah ketagihan bermain hand

phone (HP).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti

akan mengamati hasil belajar siswa jika

dilakukan Pengintegrasian TIK Pada

Pembelajaran Matematika dengan

memanfaatkan Comic Digital. Dalam

penelitian ini guru melibatkan siswa secara

langsung dalam pembuatan media

pembelajaran dengan memanfaatkan TIK

dengan hasil akhir berupa Video pembelajaran

Comic Digital yang dibagikan ke youtube dan

selanjutnya link video dikirim ke guru dengan

memanfaatkan surat elektronic atau email.

Rumusan masalah adalah “Apakah

Pembelajaran Matematika Melalui

Pengintegrasian TIK Dengan Media Comic

Digital Dapat Meningkatkan Hasil Belajar

Pada siswa Kelas VIII H SMPN 40

Bulukumba.” Untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut maka diadakan

perbaikan melalui penelitian tindakan kelas

dengan menerapkan Pengintegrasian TIK pada

kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic

Digital.

Tujuan dari penelitian adalah “Untuk

mengetahui apakah pembelajaran dengan

Pengintegrasian TIK pada kegiatan

pembelajaran Dengan Media Comic Digital

dapat meningkatkan hasil belajar matematika

pada siswa kelas VIII H SMPN 40

Bulukumba.” Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran yang jelas pada guru

tentang cara Pengintegrasian TIK pada

kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic

Digital pada siswa kelas VIII H SMPN 40

Bulukumba.

Pengintegrasian TIK pada kegiatan

pembelajaran Dengan Media Comic Digital

dikatakan efektif jika memenuhi syarat : Hasil

Belajar Siswa memperoleh nilai rata-rata lebih

dari atau sama dengan Ketuntasan Belajar

Minimal (KBM ≥ 70), Sikap spiritual dan

sosial siswa dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran minimal bernilai baik, tugas

Proyek yaitu tugas yang dikumpul oleh siswa

dalam bentuk video pembelajaran comic digital

yang telah dibagikan ke youtube dan dikirim ke

email guru.

Ketuntasan hasil belajar siswa

berdasarkan pada patokan yang telah

ditetapkan pada KBM (Ketuntasan Belajar

Minimal), Pengintegrasian TIK dalam

pembelajaran adalah menggunakan TIK dalam

kegiatan pembelajaran dengan melibatkatkan

siswa dalam proses pemanfaatan media

pembelajaran berbasis IT, Comic Digital.

Komik adalah bacaan yang sangat popular dan

merupakan salah satu bacaan yang paling di

gemari di kalangan anak-anak.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 40

Bulukumba Kabupaten Bulukumba Sulawesi

Selatan pada kelas VIII H semester genap

tahun pelajaran 2016-2017. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Februari 2017 hingga

Page 22: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital

pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 231

April 2017. Jumlah siswa yang menjadi subjek

penelitian adalah 31 orang yang terdiri dari 19

orang siswa perempuan dan 12 orang siswa

laki-laki.

Penelitian ini digolongkan kedalam

penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Penelitian dilaksanakan dalam dua

siklus, setiap siklus tediri dari 4 kali

pertemuan. Setiap akhir siklus diberikan tes

akhir siklus. Data pada penelitian ini

bersumber dari hasil observasi, tes, angket,

catatan lapangan, dan foto dokumentasi.

Seluruh proses kegiatan pembelajaran

menerapkan cara Pengintegrasian TIK Dengan

Media Comic Digital.

Menurut Arikunto, S. (2010) bahwa

prosedur PTK untuk masing-masing siklus

adalah melalui tahapan-tahapan : perencanaan

(planning), pelaksanaan tindakan (actioning),

observasi (observation), dan refleksi

(reflection).

Pelaksanaan tindakan terdiri dari

kegiatan pembelajaran yang meliputi tiga

kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah : Lembar Lembar Observasi sikap

spritual dan sikap sosial siswa, Penilaian

proyek, dan Tes Hasil Belajar.

Data tes hasil belajar matematika siswa

dan penilaian proyek dianalisis secara

kuantitatif. Hasil analisis digunakan untuk

membuktikan hipotesis bahwa “Jika diterapkan

pembelajaran melalui Pengintegrasian TIK

Dengan Media Comic Digital dapat

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba.” Data

yang diperoleh dari lembar observasi sikap

spiritual dan sosial siswa dianalisis secara

kualitatif.

Untuk mengetahui kriteria dari aktivitas

belajar matematika siswa dan respon siswa

dideskripsikan dengan berpedoman pada aturan

yang berlaku (Berdasarkan Permendikbud

Nomor 23 tahun 2016 Tentang Penilaian),

sebagai berikut :

Indikator keberhasilan pada penelitian

ini adalah jika Sikap spiritual dan sosial rata-

rata kelas mengalami peningkatan dari siklus I

ke siklus II dan bernilai minimal baik, hasil

belajar siswa mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II, nilai KBM adalah 70.

Jumlah siswa yang mengalami ketuntasan

belajar (lebih dari atau sama dengan KBM)

sebesar 75%.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Siklus 1 a. Perencanaan (Planing)

Mempelajari silabus matematika kelas

VIII semester genap, mengkaji materi

pembelajaran yang akan disampaikan pada

siklus 1, membuat RPP Terintegrasi TIK

dengan media Comic Digital, menyiapkan

lembar kerja siswa, alat penilaian berupa

soal uraian, menyiapkan instrumen

observasi untuk mengamati sikap spiritual

dan sikap sosial siswa, dan menyiapkan

lembar penilaian proyek untuk mengetahui

keterampilan siswa dalam mebuat comic

digital statistic/peluang.

Kompetensi dasar yang diajarkan pada

siklus I adalah “Memahami teknik

penyajian data dua variabel menggunakan

tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan

grafik garis dengan komputer, serta

menganalisis hubungan antar variabel” dan

“Mengumpulkan, mengolah,

menginterpretasi, dan menyajikan data hasil

pengamatan dalam bentuk tabel, diagram,

dan grafik dari dua variabel serta

mengidentifikasi hubungan antar variabel.”

b. Pelaksanaan (Action)

Pelaksanaan pembelajaran Terintegrasi

TIK dengan media Comic Digital mengikuti

tahapan atau fase-fase pembelajaran

berdasarkan model pembelajaran Saintific,

kegiatan diawali dengan literasi yaitu

pembiasaan membaca 15 menit sebelum

jam pertama dimulai.

Kegiatan Pendahuluan

Fase I: Mengamati

Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari, dengan

menampilkan video pembelajaran,

menjelaskan tujuan pembelajaran dan

penggunaan perlengkapan pembelajaran,

memotivasi dan mengapersepsi siswa untuk

terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Sikap Skor Kategori

92 – 100

82 – 91

72 – 81

< 72

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Page 23: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

232 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Kegiatan Inti

Fase 2: Menanya

Siswa dibagi kedalam kelompok belajar

yang beranggotakan 4 – 5 orang. Pembagian

anggota kelompok berdasarkan tingkat

pemahaman, sosial, ekonomi, kondisi fisik,

dan lain-lain. Guru membagikan LKS dan

Rancangan cerita. Guru menjelaskan cara

membuat Comic Digital, dan hal-hal yang

akan dilakukan oleh siswa.

Fase 3: Mengumpulkan informasi.

Mengumpulkan informasi dengan cara

memotret setiap kejadian. Tiap kelompok

ditugaskan untuk melakukan percobaan.

Fase 4: Mengasosiasi / mengolah

informasi

Siswa bekerja secara berkelompok dan

mengolah data yang telah terkumpul lalu

membuatkan storyboard dengan

menggunakan balon kata, setiap kelompok

memasukkan data hasil pemotretan pada

soryboard ke komputer, lalu membuat

comic digital dalam bentuk video

pembelajaran.

Fase 5:Mengkomunikasikan

Membagikan video pembelajaran ke

youtube selanjutnya menyimak video teman

dari kelompok lain untuk selanjutnya

dikomentari, mengirimkan video

pembelajaran ke email guru.

Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kelompok

maupun individu yang berhasil membuat

storyboard dan video comic digital, pada

akhir pertemuan guru memberikan tugas

kepada siswa sebagai PR.

c. Observasi (Pengamatan) dan Evaluasi

1) Observasi Sikap Spiritual dan sikap

Sosial

Sikap spiritual adalah sikap siswa pada

saat kegiatan pembelajaran yaitu : 1)

Berdoa sebelum dan sesudah melakukan

sesuatu, hampir seluruh siswa berdoa

87,09, 2) Mengucapkan rasa syukur atas

karunia Tuhan sebesar 16,13 %, 3)

memberi salam sebelum dan sesudah

menyampaikan pendapat/presentasi

sudah sebesar 100%, dan 4)

Mengungkapakan kekaguman secara

lisan maupun tulisan terhadap Tuhan

saat melihat kebesaran Tuhan 9,67 %.

Perhatikan tabel berikut ini.

2) Sikap Sosial

Dari data hasil observasi sikap sosial

terhadap penilaian diri dan penilaian

antar teman dengan indikator yang sama

terdapat perbedaan hasil data namun

perbedaannya tidak terlalu jauh, seperti

pada tabel berikut ini.

Dari tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan

sikap sosial siswa pada siklus 1 adalah

57,69 berada pada kelompok skor kurang

dari 70 dengan kategori Kurang (D).

3) Jurnal

Guru selaku peneliti menulis seluruh

kejadian menonjol yang muncul pada

saat kegiatan pembelajaran. Kejadian

menonjol yang dimaksud adalah

kejadian-kejadian yang dialami peserta

didik (kekuatan dan kelemahan),

Tabel 4.2

Hasil Observasi Sikap Spiritual

No Aspek Pengamatan

Jumlah Yang diamati

% Seharusnya Terlaksana

1 Berdoa sebelum dan

sesudah melakukan

sesuatu

31 27 87,09

2 Mengucapkan rasa

syukur atas karunia

Tuhan

31 5 16,13

3 Memberi salam

sebelum dan sesudah

menyampaikan

pendapat/presentasi

10 10 100

4 Mengungkapakan

kekaguman secara lisan

maupun tulisan

terhadap Tuhan saat

melihat kebesaran

Tuhan

31 3 9,67

Jumlah Skor 53,22

Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Sosial

No Deskriptor yang

diamati

Penilaian Penilaian

Sikap Sosial Diri Diri

1 Saya selalu bekerja

sama dalam

menyelesaikan tugas

58,0

6

38,7

1

48,39

2 Saya berpendirian

teguh menyelesaikan

tugas

80,6

5

67,7

4

72,69

3 Saya tidak ceroboh

dalam

menyelesaikan tugas

83,8

7

61,2

9

72,58

4 Saya memeriksa

hasil pekerjaan

35,4

8

38,7

0

37,09

Jumlah

64,5

2

51,6

1

57,69

Kategori

Kura

ng

Kur

ang

Kurang

Page 24: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital

pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 233

kejadian-kejadian yang muncul pada

umumnya siswa senang belajar sambil

menggunakan komputer, Siswa baru

dibiasakan untuk mengungkapkan rasa

syukur dengan lisan, Ada beberapa orang

siswa yang selalu mau memanfaatkan

komputer untuk bermain game dan

menggunakan Hand Phonenya untuk

melakukan kegiatan yang diluar kegiatan

pembelajaran.

4) Pelaksanaan Evaluasi

Kompetensi pengetahuan terdiri dari tes

hasil belajar akhir siklus 1. Hasil tes

akhir siklus 1 dan tes awal tabel berikut.

Nilai rata-rata tes akhir siklus 1 adalah

64,4 ada peningkatan jika dibandingkan

dengan hasil tes awal yang memperoleh

nilai rata-rata 51. Jumlah siswa yang

tuntas mengalami peningkatan dari 6

orang tada tes awal menjadi 21 orang

pada tes akhir siklus 1.

Kompetensi keterampilan adalah

berupa hasil dari tugas proyek berupa

storyboard dan video comic digital yang

telah dishare ke youtube/ video yang

dikirim kelompok pada email guru.

Nama tugas Projek adalah Membuat

Video Pembelajaran Statistik dalam

bentuk Comic Digital, alokasi waktu

adalah 2 pekan, dengan batas akhir

pengumpulan/share ke youtube adalah 9

April 2017 atau bersamaan tes akhir

siklus 1. Teknik penilaian adalah

penilaian kelompok terhadap 6

kelompok. Hasil penilaian dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Berdasarkan tabel di atas maka dapat

disimpulkan Hasil video comic digital , 5

kelompok telah membuat video, dan 1

kelompok belum selesai. Terdapat Video

Comic digital di Youtube, telah dikirim

ke youtube oleh 4 kelompok, dan 1

kelompok belum berhasil dikirim dengan

alasan jaringan tetapi sudah ada video

comic digital dan 1 kelompok belum

selesai videonya. Sejumlah 4 kelompok

telah berhasil kirim ke email, dan 1

kelompok telah berusaha hanya belum

berhasil membuka emailnya karena

alasan lupa pasword, sementara 1

kelompoknya lagi baru mau membuat

email.

Refleksi

Sikap spritual siswa masih perlu pembinaan

terutama pada indikator “Mengucapkan rasa

syukur atas karunia Tuhan dan

Mengungkapakan kekaguman secara lisan

maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat

kebesaran Tuhan.” Sementara pada sikap

sosial masih perlu perbaikan terutama pada

indikator “Saya selalu bekerja sama dalam

Tabel 4.6

Deskripsi Hasil Belajar Siklus 1

Statistik Tes Awal

Tes

Siklus 1

Nilai Nilai

Nilai Ideal/Skor

Ideal

100/14 100/10

Nilai Rata-rata 51 64,4

Nilai Tertinggi 86 100

Nilai Terendah 7 20

Jumlah Peserta

Tes Akhir

Siklus 1

23 Orang 31 Orang

Jumlah Siswa

Yang Tuntas

6 Orang 21 Orang

Jumlah Siswa

Yang Tidak

Tuntas

17 Orang 10 Orang

Jumlah Siswa

Di atas Rata-

rata

10 Orang 21 Orang

Jumlah Siswa

Di bawah Rata-

rata

13 Orang 10 Orang

Tabel 4.7

Deskripsi Penilaian Proyek Siklus 1

No Aspek Yang Dinilai SKOR

1 2 3 4

1. Perencanaan:

a. Persiapan Storyboard

Apakah Kegiatan sudah

direncanakan secara matang?

b. Rumusan Judul

Apakah judul sudah

memunculkan ciri khas dari

sesuatu yang hendak

diinformasikan?

1

3

2

6

2. Pelaksanaan

a. Sistematika Alur Cerita

Apakah kegiatan sudah

direncanakan secara runtut?

b. Keakuratan Informasi

Apakah sudah ada sasaran

sumber informasi, instrumen

mencari data

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan berdasarkan

perolehan data

1

1

2

1

3

6

4

3. Laporan Proyek

a. Hasil video comic digital

b. Terdapat Video Comic digital

di Youtube

c. Pemanfaatan email untuk

mengirim link Video Comic

digital dari youtube

1

1

1

1

1

5

4

4

Total Skor 2 6 6 36

Page 25: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

234 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

menyelesaikan tugas” dan pada indikator

“Saya memeriksa hasil pekerjaan.“

Hasil Belajar Siklus 1, jumlah siswa

yang tuntas hanya 67,74% (21 orang dari 31

orang), ini berarti belum tuntas secara

klasikal (syarat ketuntasan klasikal 75%).

Penilaian Proyek Siklus 1, secara umum

hasil karya siswa sudah bagus hanya masih

perlu perbaikan pada beberapa bagian

perencanaan comic dan masih ada siswa

yang memiliki email. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa dalam pembelajaran

dengan menerapkan pengintegrasian TIK

dengan media comic digital masih perlu

mendapat perhatian. Tetapi dari beberapa

pertemuan memberikan gambaran

gambaran adanya perubahan yang positif.

Siklus 2

a. Perencanaan (Planing)

Perencanaan pada siklus 2 sama dengan

perencanaan pada siklus 1. Materi yang

akan dipelajari adalah kompetensi dasar

3.13 Menemukan peluang empirik dan

teoritik dari data luaran (output) yang

mungkin diperoleh berdasarkan

sekelompok data, kompetensi dasar 4.8

Melakukan Percobaan untuk

menemukan peluang empirik dari

masalah nyata serta membandingkannya

dengan peluang teoritik.

b. Pelaksanaan (Action)

Fase 1 : Mengamati

Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari, dengan

menampilkan video pembelajaran,

memotivasi dan mengapersepsi siswa.

Siswa mendiskusikan hasil tayangan video

pembelajaran. Guru menjelaskan cara

membuat perancangan cerita dan

menuangkannya

dalam bentuk comic

digital, cara

memasukkan data

dari kamera ke

komputer, cara

membuat comic

digital, cara

membuat video

dengan

menggunakan

screencast O Matic,

cara mengirim video

ke youtube, dan cara

mengambil linknya

yang selanjutnya

dikirim ke email guru/peneliti. Fase 2 : Menanya Guru membagi kelompok belajar yang beranggotakan 4 – 5 orang. Guru membagikan LKS dan lembar Perancangan Storyboard, siswa mengamati lalu mendiskusikan materi yang terdapat pada LKS. Fase 3 : Mengumpulkan informasi Siswa mengumpulkan informasi dengan cara mencatat dan memotret setiap kejadian. Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan percobaan dan siswa lainnya dalam kelompok tersebut memotretnya. Fase 4 : Mengasosiasi / mengolah informasi Siswa mengolah data lalu membuatkan comic dengan menggunakan story maker, selanjutnya membuat comic digital dengan memanfaatkan Screencast O Matic dalam bentuk video pembelajaran. Fase 5 : Mengkomunikasikan Video yang dihasilkan setiap kelompok dikirim ke youtube lalu dibagikan ke publik. Siswa dari kelompok lain mendownload comic digital temannya dan di beri komentar, hasil komentar tersebut disampaikan di kelas pada pertemuan terakhir. Video pembelajaran dalam bentuk comic digital yang telah dikirim ke youtube selanjutnya di kirim ke guru dengan menggunakan email dari salah seorang anggota kelompok.

Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kelompok maupun individu yang berhasil membuat storyboard dan comic, pada akhir pertemuan guru memberikan tugas kepada siswa sebagai PR.

c. Observasi Dan Evaluasi 1) Observasi Sikap Spiritual dan sikap

Sosial Data yang diperoleh pada siklus 2

dengan peserta 31 orang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Hasil Observasi Sikap Spiritual

No Aspek Pengamatan

Jumlah Yang diamati

Seharusnya

%

Terlaksana

% Siklus

1

Siklus

2

Siklus

1

Siklus

2

1 Berdoa sebelum dan sesudah

melakukan sesuatu

31 31 87,09 27 31 100

2 Mengucapkan rasa syukur atas

karunia Tuhan

31 31 16,13 5 28 90,32

3 Memberi salam sebelum dan

sesudah menyampaikan

pendapat/presentasi

10 15 100 10 15 100

4 Mengungkapakan kekaguman

secara lisan maupun tulisan

terhadap Tuhan saat melihat

kebesaran Tuhan

31 31 9,67 3 27 87,09

Jumlah Skor 53,22 94,35

Page 26: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital

pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 235

Berdasarkan data di atas maka

hasil penilaian dikategorikan

pada kelompok Amat baik atau

memperoleh nilai A secara

klasikal.

Penilaian diri adalah

penilaian yang dilakukan

sendiri oleh siswa tentang

dirinya sendiri. Data tentang

penilaian diri dapat dilihat pada

tabel observasi penilaian diri

berikut.

Penilaian antar teman adalah penilaian

yang dilakukan oleh teman sekolompok,

data lengkap dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Dari data hasil observasi sikap

sosial terhadap penilaian diri dan penilaian

antar teman dengan indikator yang sama

terdapat perbedaan hasil data namun

perbedaannya tidak terlalu jauh, seperti

pada tabel berikut ini.

Dari tabel 4.5 di atas dapat

disimpulkan sikap sosial siswa

pada siklus 1 adalah 57,69

berada pada kelompok skor

kurang dari 70 dengan kategori

Kurang (D) menjadi 97,99

kategori amat baik pada siklus 2.

2) Jurnal

Guru selaku peneliti

menulis seluruh kejadian

menonjol yang muncul pada

saat kegiatan pembelajaran

Berdasarkan catatan jurnal,

kejadian-kejadian yang

muncul adalah : pada

umumnya siswa senang

belajar sambil

menggunakan komputer,

Siswa sudah terbiasa mengungkapkan rasa

syukur dengan lisan, Masih ada beberapa

orang siswa yang mau memanfaatkan

komputer untuk bermain game dan

menggunakan Hand Phonenya untuk

melakukan kegiatan

yang diluar kegiatan

pembelajaran, akan

tetapi selalu diawasi

oleh guru/peneliti

Pelaksanaan Evaluasi

Hasil evaluasi terdiri

dari dua kompetensi

inti yaitu kompetensi

pengetahuan dan

kompetensi

keterampilan.

Kompetensi

pengetahuan terdiri

dari tes hasil belajar yang dilaksanakan pada

akhir siklus 2. Hasil tes akhir siklus 1 dan

tes akhir siklus 2 dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.9

Hasil Observasi Penilaian Diri Siklus 2

No Aspek

Pengamatan

Jumlah Yang diamati

Seharusnya

%

Terlaksana

% Siklus

1

Siklus

2

Siklus

1

Siklus

2

1 Saya selalu

bekerja sama

dalam

menyelesaikan

tugas

31 31 58,06 18 31 100

2 Saya

menyelesaikan

tugas

31 31 80,65 25 25 90,32

3 Saya tidak

ceroboh dalam

menyelesaikan

tugas

31 31 83,87 26 31 100

4 Saya

memeriksa

hasil pekerjaan

31 31 35,48 11 29 93,55

Jumlah Skor 64,52 95,97

Tabel 4.10

Hasil Observasi Sikap Sosial (Penilaian Antar Teman)

No Aspek Pengamatan

Jumlah Yang diamati

Seharusnya

%

Terlaksana

% Siklus

1

Siklus

2

Siklus

1

Siklus

2

1 Saya selalu bekerja sama

dalam menyelesaikan

tugas

31 31 38,71 12 31 100

2 Saya menyelesaikan tugas 31 31 67,74 21 31 100

3 Saya tidak ceroboh dalam

menyelesaikan tugas

31 31 61,29 19 31 100

4 Saya memeriksa hasil

pekerjaan

31 31 38,70 12 31 100

Jumlah Skor 64,52 100

Tabel 4.11

Hasil Observasi Sikap Sosial

N

o Deskriptor yang diamati

Penilaian Penilaian

Sikap

Sosial Diri Antar

Teman

1 Saya selalu bekerja sama dalam

menyelesaikan tugas

100 100 100

2 Saya berpendirian teguh

menyelesaikan tugas

90,32 100 95,16

3 Saya tidak ceroboh dalam

menyelesaikan tugas

100 100 100

4 Saya memeriksa hasil pekerjaan 93,55 100 96,77

Jumlah 95,97 100 97,99

Kategori

Amat

Baik

Amat

Baik

Amat

Baik

Page 27: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

236 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Nilai rata-rata tes akhir siklus 2 adalah

78,70 ada peningkatan jika dibandingkan

d. Refleksi

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan selama siklus 1 dan siklus 2,

maka dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran dengan menerapkan

pengintegrasian TIK dengan media comic

digital mengalami peningkatan. Hasil

observasi tentang sikap spiritual siswa

mengalami peningkatan dari 53,22 pada

siklus 1 menjadi 94,35 pada siklus 2,

demikian pula penilaian sosial meningkat

dengan hasil tes akhir siklus 1 yang

memperoleh nilai rata-rata 64,4. Jumlah siswa

yang tuntas mengalami peningkatan dari 21

orang pada tes akhir siklus 1 menjadi 28 orang

pada tes akhir siklus 2.

Kompetensi keterampilan adalah hasil

dari tugas proyek berupa storyboard dan video

comic digital yang telah dishare ke youtube/

video yang dikirim kelompok pada email guru,

batas akhir pengumpulan/share ke youtube

adalah 30 April 2017 atau bersamaan tes akhir

siklus 2.

Teknik penilaian adalah penilaian

kelompok terhadap 6 kelompok. Hasil

penilaian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Berdasarkan data tentang penilaian projek pada

tabel di bawah ini maka dapat disimpulkan

seluruh kelompok telah menyelesaikan

tugasnya dengan sangat baik.

dari siklus 1 sebesar 57,69 % menjadi 100%

pada siklus 2, penilaian hasil belajar siswa

meningkat dengan nilai rata-rata tes akhir

siklus 1 sebesar 64,4 menjadi 78,70 pada siklus

2. Jumlah siswa yang tuntas mengalami

peningkatan dari 21 orang pada tes akhir siklus

1 menjadi 28 orang pada tes akhir siklus 2.

Penilaian proyek meningkat dari siklus 1 ke

siklus 2, demikian pula berdasarkan catatan

guru/peneliti pada jurnal mengindikasikan hasil

yang memuaskan.

Tabel 4.12

Deskripsi Hasil Belajar Siklus 2

Statistik

Tes

Siklus 1

Tes

Siklus 2

Nilai Nilai

Nilai Ideal/Skor Ideal 100/10 100/10

Nilai Rata-rata 64,4 78,70

Nilai Tertinggi 100 100

Nilai Terendah 20 40

Jumlah Peserta Tes Akhir

Siklus 1

31 Orang 31 Orang

Jumlah Siswa Yang

Tuntas

21 Orang 28 Orang

Jumlah Siswa Yang Tidak

Tuntas

10 Orang 3 Orang

Jumlah Siswa Di atas

Rata-rata

21 Orang 28 Orang

Jumlah Siswa Di bawah

Rata-rata

10 Orang 3 Orang

Tabel 4.13

Deskripsi Penilaian Proyek Siklus 2

No

Aspek Yang Dinilai

SKOR

1 2 3 4

1. Perencanaan:

c. Persiapan Storyboard

Apakah Kegiatan sudah direncanakan secara matang?

d. Rumusan Judul

Apakah judul sudah memunculkan ciri khas dari sesuatu yang

hendak diinformasikan?

6

6

2. Pelaksanaan

d. Sistematika Alur Cerita

Apakah kegiatan sudah direncanakan secara runtut?

e. Keakuratan Informasi

Apakah sudah ada sasaran sumber informasi, instrumen mencari

data

f. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan berdasarkan perolehan data

6

6

6

3. Laporan Proyek

d. Hasil video comic digital

e. Terdapat Video Comic digital di Youtube

f. Pemanfaatan email untuk mengirim link Video Comic digital dari

youtube

6

6

6

Total Skor 48

Page 28: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital

pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 237

SIMPULAN

1. Berdasarkan hasil observasi terjadi

peningkatan sikap spiritual siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran

matematika pada siswa kelas VIII H

SMPN 40 Bulukumba dengan

pengintegrasian TIK menggunakan media

comic digital dari siklus 1 ke siklus 2.

2. Terjadi peningkatan sikap sosial siswa

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

matematika pada siswa kelas VIII H

SMPN 40 Bulukumba dengan

pengintegrasian TIK menggunakan media

comic digital dari siklus 1 ke siklus 2.

3. Berdasarkan hasil observasi terjadi

peningkatan sikap sosial siswa, maka dapat

disimpulkan siswa kelas VIII H SMPN 40

Bulukumba memperlihatkan peningkatan

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan pengintegrasian TIK menggunakan

media comic digital dengan dari siklus 1 ke

siklus 2.

4. Berdasarkan hasil tes akhir siklus, terjadi

peningkatan hasil belajar matematika siswa

kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba setelah

diajar dengan menerapkan pengintegrasian

TIK menggunakan media comic digital

dari siklus 1 ke siklus 2.

5. Ketuntasan hasil belajar siswa Kelas VIII

H SMPN 40 Bulukumba meningkat dari

siklus 1 ke siklus 2, setelah diajar dengan

menerapkan pengintegrasian TIK

menggunakan media comic digital.

SARAN

1. Untuk memperbaiki sikap spiritual dan

sikap sosial siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran maka disarankan

untuk menerapkan pengintegrasian TIK

menggunakan media comic digital, karena

siswa dapat mengekspresikan minat dan

kemampuan mereka sambil belajar.

2. Jika ingin menerapkan pengintegrasian

TIK menggunakan media comic digital

maka disarankan untuk memperhatikan

kesesuaian materi ajar dengan tindakan

yang dipilih.

3. Jika ingin menerapkan pengintegrasian

TIK menggunakan media comic digital

maka disarankan untuk memiliki

kemampuan berikut ini : Kemampuan yang

dibutuhkan guru dan siswa dalam

memanfaatkan TIK, Mampu :

mengoperasikan komputer, mampu

memanfaatkan kamera untuk mengambil

gambar sebagai bahan untuk membuat

komic, mampu memanfaatkan Cartoon

Story Maker untuk membuat comic digital,

mampu menggunakan Screencast O Matic

untuk merekam comic sehingga menjadi

comic digital, mampu memanfaatkan LCD

untuk menayangkan video pembelajaran

comic digital, mampu memanfaatkan

internet untuk mengupload video

pembelajaran comic digital (boleh mampu

dan boleh tidak).

DAFTAR PUSTAKA

Adi Prasetyo. journal. unnes.ac.id/sju/ index.

php/seloka

Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian.

Jakarta : Rineka Cipta.

Burhan, Nurgiyantoro. (2005). Sastra anak

(pengantar pemahaman dunia

anak).Yogyakarta : gadjahmada

university press.

Ian J Mc Coog. 2010. The Existential Learner.

The Clearing House: A Journal of

Educational Strategies, Issues and

Ideas. Articles

Riyana, Cepi. (2018). Media Pembelajaran

Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan, dan Penilaian. Wacana

Prima : Bandung.

Sudarmaji, dkk. 2010. Teknik Bercerita.

Yogyakarta: PT Kurnia Kalam

Semesta Http://1.bp.blogspot.com/-

Tv1mj5HxwG0/ diambil tanggal 2

April 2017

Page 29: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

238 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Page 30: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang

Rachmat Seno Adji1, Mustafa

2 239

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara yang terletak di

garis katulistiwa yang diapit oleh dua benua

dan dua samudra maka negeri ini bermusim

tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim

kemarau. Selain itu negeri ini dibentuk oleh

adanya berbagai gunung berapi aktif yang

menyebabkan negeri ini relative subur. Maka

tak mengherankan bila negeri ini sangat cocok

untuk berbagai komoditi tanaman baik tanaman

dataran rendah maupun tananam dataran tinggi.

Kentang sebagai komoditi dataran tinggi yang

menuntut adanya suhu yang relative rendah,

sehingga tanaman kentang sangat cocok

dibudidayakan di negeri ini. Perkembangan

tanaman ketang terus berkembang sesuai

dengan adanya tuntutan konsumen yang terus

meningkat dari tahun ketahun.

Kondisi ini tidak lepas dari manfaat dan

fungsi tanaman kentang bagi kehidupan

masyarakat, karena tanaman kentang

mempunyai manfaat yang cukup besar bagi

kehidupan manusia. Manfaat kentang bagi

kesehatan manusia antara lain : kentang kaya

akan antioksidan dari vitamin C, kentang

banyak mengandung mineral seperti zat besi,

mangan, magnesium, fosfor, tembaga dan

kalsium, ketang kaya akan vitamin A,

flavonoid seperti karoten dan zeaxanthins,

ANALISA USAHA TANI KENTANG DAN PEMASARAN PRODUK KENTANG

Rachmat Seno Adji1, Mustafa

2 *)

12Kementerian Pertanian, UPT Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku

Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan

Email: [email protected]

Abstrak

Pengkajian ini ditujukan mengetahui tingkat pendapatan usahatani kentang kelurahan Pattapang

Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa. Pada usaha tani dibutuhkan input yang berupa biaya-

biaya meliputi biaya saprodi, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja dengan pengorbanan sebesar

Rp 57.535.000 dan output nya berupa penjualan produk (kentang) sebesar Rp 225.000.000. Untuk

mengetahui pendapatan menggunakan alat ukur nilai dalam bentuk Break Even Point (BEP) produksi

yang diperoleh sebesar 6.393 Kg per ha dan harga yang diperoeleh sebesar Rp 2.301/kg, sedang untuk

nilai kelayakan digunakan alat ukur nilai dengan Benefit Cost (B/C ratio) dengan alat ini usahatani

kentang menunjukkan nialai sebesar 2,95 yang menunjukkan usaha ini layak dilakukan. Produk

kentang yang dihasilkan oleh petani Kentang Kelurahan Pattapang dalam pemasarannya menggunakan

tiga pola yaitu pola pemasaran I, petani pedangan pengumpul/pedagang besar pedagang

pengecer konsumen, pola pemasaran II, petani pedagang pengumpul pedagang pengecer

konsumen, petani pedagang pengecer petani.

Kata Kunci: Pendapatan dan distribusi pemasaran kentang, petani kelurahan Pattapang kecamatan

Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

Abstract *)

This assessment is aimed at the health level of Pattapang village potato farm in Kecamatan Tinggi

Moncong Gowa regency. In the farming business, inputs are needed for additional costs of inputs,

medicines and labor costs with the sacrifice of Rp 57.535.000 and the output is the proceeds from the

sale of the product (potato) amounting to Rp 225,000,000. To find out the price using measuring

instrument in the form of Break Even Point (BEP) production which yielded 6,393 Kg per ha and the

price of Rp 2,301 / kg, while for the feasibility of using value measurement tool with Benefit Cost (B/C

ratio) this potato farming system shows a value of 2.95 indicating that this business is feasible. Potato

products produced by Pattapang Urban Potato farmers in their marketing use three patterns of

marketing pattern I, farmers collector's traders / wholesalers retailers consumers, marketing

patterns II, farmers collectors retailers consumers, farmers retailers farmers.

Keywords: Revenue and distribution of potato marketing, farmer of Pattapang sub-district of High

Moncong of Gowa Regency

Page 31: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

240 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

kentang mengandung senyawa zat anti kanker

dan kardio-protektif property. Kandungan gizi

kentang bisa dilihat pada table 1.

Adanya kandungan yang baik untuk

kesehatan maka permintaan kentang terus

mengalami peningkatan dari tahun ketahun,

mendorong budidaya kentang dalam rangka

memenuhi akan permintaan tersebut.

Peningkatan budidaya kentang bukan hanya

semata memenuhi akan kebutuhan juga usaha

budidaya kentang cukup menggiurkan akan

pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut.

Perkembangan pertananam kentang bisa dilihat

dari luasan lahan dan produksi kentang yang

terus meningkat dari tahun ketahun seperti

pada table 2.

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat

Jenderal Hortikultura

Perkembangan tanaman kentang yang

terus meluas maka sering menjadi suatu

masalah pendapatan yang dihasilkan oleh

petani kentang. Kondisi ini dapat dirasakan bila

produk kentang yang kurang berhasil, dimana

ketidak berhasilan dalam budidaya tanaman

kentang terasa sekali. Tanaman kentang

sebagai tanaman yang relative manja dan perlu

penanganan yang serius karena tanaman

kentang mudah diserang oleh adanya penyakit.

Berdasarkan informasi tentang budidaya

tanaman kentang yang begitu sulit dan lebih

banyak menemui kegagalan, maka dalam usaha

ini hendaknya mampu menghasilkan

keuntungan yang maksimal. Keuntungan yang

maksimal dapat mengatasi permasalahan resiko

sehingga mampu menutupi kegagalan bila

terjadi.

2. Perumusan Masalah

Kentang termasuk dalam tanaman

hortikultura dan tanaman kentang

mempunyai istilah laian (Solanum

tuberosum L) yaitu tanaman yang

mempunyai nilai ekonomis yang cukup

tinggi. Sehingga tanaman ini banyak

diminati oleh para petani khususnya petani

hortikultura dataran tinggi.

Berkembangnya tanaman ini dapat

memberikan nilai ekonomi yang baik bagi

para pengelolanya, sehingga peneliti

merumuskan masalah yang perlu dikaji

dalam penelitian ini adalah:

a. Berapa besar tingkat pendapatan

usahatani kentang di daerah penelitian

dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhinya?

b. Bagaimana bentuk saluran pemasaran

kentang dari petani/produsen sampai ke

konsumen akhir di daerah penelitian?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran yang telah

diuraikan diatas maka penelitian ini

diharapkan bertujuan untuk:

a. Menganalisis besarnya pendapatan

usahatani kentang di daerah penelitian

dan mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

b. Mengetahui bentuk saluran

pemasaran kentang dari

petani/produsen sampai tingkat

konsumen akhir di daerah

penelitian.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan diharapkan

dapat memberikan manfaat:

a. Sebagai bahan informasi dan bahan

pertimbangan bagi pihak dalam

Tabel 1.

Kandungan Gizi Kentang per 100 g BDD

Kandungan Gizi Jumlah

Energi 83,00 kal

Protein 2,00 g

Lemak 0,10 g

Karbohidrat 19,10 g

Kalsium 11,00 mg

Fosfor 56,00 mg

Serat 0,30 g

Besi 0,70 mg

Vitamin A 0,00 RE

Vitamin B1 0,09 mg

Vitamin B2 0,03 mg

Vitamin C 16,00 mg

Niacin 1,40 mg

Tabel 2.

Produksi Kentang Menurut Nasional Tahun 2012 – 2016

Tahun/Year

2012 2013 2014 2015 2016

1.094.232 1.124.282 1.347.816 1.219.270 12.071.967

Page 32: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang

Rachmat Seno Adji1, Mustafa

2 241

mengambil keputusan untuk melakukan

kegiatan budidaya kentang .

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang

ingin mengetahui saluran pemasaran

kentang di Kelurahan Pattapang

Kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten

Gowa.

METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai Analisis

Pendapatan Usahatani dan Saluran

Pemasaran kentang ini dilaksanakan di

kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggi

Moncong Kabupaten Gowa. Pemilihan

lokasi ditentukan secara sengaja

(purposive) berdasarkan pertimbangan

bahwa desa tersebut termasuk penghasil

kentang di kabupaten Gowa. Pelaksanaan

penelitian dan pengolahan data dilakukan

pada bulan Juli hingga bulan Agustus

2017.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan untuk

penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kualitatif

maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

dari hasil pengamatan (observasi) dan

wawancara langsung di lapangan dengan

pelaku lembaga-lembaga pemasaran seperti

petani, pedagang pengumpul, pedagang

pengecer, supplier dan konsumen akhir

kentang. Kegiatan wawancara dilakukan

untuk mengetahui kondisi dan kegiatan

yang dilakukan oleh para petani baik dari

kegiatan budidaya sampai pada tahap

saluran pemasaran. Data sekunder

diperoleh dari laporan atau catatan setiap

petani, Dinas Pertanian Kabupaten Gowa,

Biro Pusat Statistik (BPS), artikel dan

literatur yang relevan dengan penelitian

yang dilakukan.

3. Metode Pengambilan Responden

Pemilihan responden petani kentang

dilakukan dengan menggunakan metode

accidental sampling, yaitu petani

responden di kelurahan Pattapang tersebut

dipilih karena secara kebetulan ditemui,

dan selanjutnya informasi untuk responden

berikutnya diketahui dari responden yang

telah diwawancarai sebelumnya. https://yudhislibra.wordpress.com/2010/10/

12

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data sebagai langkah

penting dalam penelitian, maka dalam

pengumpulan data penelitian ini peneliti

menggunakan metode pengamatan

langsung (observasi) dan metode kuesioner

(angket).

Pengamatan langsung (observasi)

dilakukan terhadap pola usaha dan pola

pemasaran kentang di lokasi penelitian.

Sedang pelaksanaan wawancara dilakukan

dengan para petani, pedagang pengumpul,

supplier, dan pedagang pengecer untuk

mengetahui sistem pemasaran kentang.

Selain itu juga diajukan pertanyaan

pertanyaan dalam bentuk kuesioner

mengenai kegiatan pemasaran kentang di

daerah tempat penelitian. Untuk

menganalisis pendapatan yang diperoleh

dari usahatani kentang diajukan

pertanyaan-pertanyaan seperti jumlah

produksi, luas lahan, penggunaan tenaga

kerja dan biaya-biaya yang dikeluarkan

selama proses produksi. Pertanyaan yang

diajukan kepada petani antara lain

karakteristik petani seperti nama, umur,

pendidikan dan sebagainya.

5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh baik data primer

maupun data sekunder dilakukan analisis

secara kualitatif dan kuantitatif, kemudian

disajikan dalam bentuk deskriptif tabulasi

dan statistik sederhana dengan bantuan

kalkulator dan komputer. Analisis yang

dilakukan meliputi analisis pendapatan

usahatani, analisis saluran pemasaran,

analisis efisiensi saluran pemasaran.

a. Analisis Pendapatan Usahatani

1) Analisis Data

Untuk mengetahui besarnya

pendapatan usahatani kentang

digunakan rumus pendapatan

menurut Soekartawi (2002; 58)

Pd = TR – TC

Dimana :

TR = Y. Py

TC = FC + VC

Keterangan;

Pd = Pendapatan Usahatani

kentang

TR = Total Revenu (Total

Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Y = Output

Py = Harga Output

Page 33: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

242 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Untuk mengetahui apakah usahatani

kentang layak untuk diusahakan,

maka digunakan rumus sebagai

berikut ;

a = R/C

Dengan criteria;

Jika R/C > 1 maka usahatani

kentang layak diusahakan

Jika R/C < 1 maka usahatani

kentang tidak layak diusahakan

JIka R/C = 1 maka usahatani

kentang impas

b. Analisis Lembaga dan Saluran

Pemasaran

Saluran pemasaran kentang

diteliti dari produsen sampai ke

konsumen akhir, dan pola

pemasarannya didasarkan pada alur

pemasaran yang terjadi di tempat

penelitian.

Saluran Pemasaran adalah

saluran yang digunakan oleh lembaga

pemasaran untuk menyalurkan

komoditi kentang dari titik produsen

sampai sampai ke titik konsumen yang

membentuk pola pemasaran. Lembaga

Pemasaran adalah lembaga-lembaga

yang melaksanakan fungsi-fungsi

pemasaran mulai dari titik produsen

(petani) serta lembaga perantara

lainnya. Petani kentang adalah petani

yang melakukan budidaya kentang,

memproduksi dan melalukan penjualan

kentang.

Pedagang pengumpul adalah

pedagang yang melakukan pembelian

dari petani, mengumpulkannya dan

menjual kembali ke pedagang lainnya

yang lebih besar. Pengecer adalah

pedagang yang melakukan penjualan

pepaya California ke konsumen

langsung. Harga yang diterima petani

adalah hasil produksi kentang yang

dijual petani tana memasukkan

pengepakan/pengangkutan ke dalam

harga penjualan atau dengan kata lain

harga pada saat panen. Harga

eceran/harga konsumen adalah harga

transaksi antara penjual dan pembeli

untuk setiap kentang yang diecerkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Pendapatan Usahatani Kentang

Pendapatan usaha tani sebagai akhir

dari tujuan usaha dan besarnya pendapatan

ini sngat tergantung pada besarnya

penerimaan dan pengeluaran selama jangka

waktu tertentu (Soekartawi dkk, 1986).

Menurut Hernanto (1989), analisis

pendapatan pada umumnya digunakan

untuk mengevaluasi kegiatan usaha

pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan

untuk membantu perbaikan pengelolaan

usahatani. Analisis pendapatan usahatani

bertujuan untuk mengetahui besar

keuntungan yang diperoleh dari usaha yang

dilakukan. Untuk menghitung pendapatan

usahatani dapat digunakan rumus:

Analisis pendapatan usahatani yang

dibahas dalam penelitian ini adalah analisis

pendapatan usahatani kentang yang

dilakukan pada beberapa petani yang

dikelompokkan berdasarkan skala usaha,

yaitu luas lahan yang digunakan masing-

masing petani. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui petani yang bagaimana yang

mempunyai tingkat pendapatan yang lebih

tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa pendapatan usahatani

kentang berdasarkan luasan lahan

digunakan rumus : Pendapatan (π) = TR –

TC

Sedangkan penerimaan usahatani

sebagai hasil perkalian jumlah produksi

total dan harga jual persatuan. Produksi

rata-rata kentang yang dihasilkan dari

responden penelitian adalah sebanyak

25.000 kg/ha dengan harga rata-rata kentang

yang dijual oleh petni responden adalah Rp.

9.000 per kg, sehingga rata-rata penerimaan

yang diperoleh petani responden adalah di

daerah penelitian dalam sekali tanam

kentang rata-rata sebesar Rp. 225.000.000,-

Jika dilihat produktivitasnya (jumlah

produksi per hektar) pada table 3, dapat

diketahui bahwa produktivitas kentang

adalah sebesar 25.000 kg untuk jumlah

luasan tanaman per ha.

2. Biaya Usahatani

Biaya usahatani dapat berbentuk

biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

Biaya tunai adalah biaya yang dibayar

dengan uang, seperti biaya pembelian

sarana produksi, biaya pembelian bibit,

pupuk dan obat-obatan serta biaya upah

tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan

digunakan untuk menghitung berapa

sebenarnya pendapatan kerja petani, modal

dan nilai kerja keluarga.

Tenaga kerja keluarga dinilai

berdasarkan upah yang berlaku. Biaya

penyusutan alat-alat pertanian dan sewa

Page 34: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang

Rachmat Seno Adji1, Mustafa

2 243

lahan milik sendiri dapat dimasukkan dalam

biaya yang diperhitungkan.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

bahwa rata-rata biaya tunai yang

dikeluarkan oleh petani responden adalah

Rp. Rp. 57.535.000,-. Per Hektar per

musim tanam. Hal tersebut disebabkan

karena para petani lebih banyak

menggunakan pupuk kompos/pupuk organic

dibandingkan input-input yang lain.

Penggunaan pupuk kompos tersebut dimulai

dari proses pengolahan lahan, persemaian,

hingga masa pra panen. Pupuk kompos tersebut

digunakan setiap melakukan pengolahan tanah

untuk kegiatan penanaman kentang.

Tabel 3.

Pendapatan Petani Responden Untuk Luas Lahan 1 Hektar Tahun 2017

No. Uraian Volume

Satuan

Harga

Satuan

Jumlah

Harga

DK LK ( Rp. ) ( Rp. )

1. Biaya Budidaya Tanaman Kentang

Biaya Saprodi :

- Bibit / Benih - 1.000 kg 27.000 27.000.000

- Pupuk Organik / Kompos - 1.250 kg 15.000 18.750.000

- Pupuk SP - - kg - -

- Pupuk Urea - 100 kg 2.000 200.000

- Pupuk ZA - 25 kg 1.800 45.000

- Pupuk NPK Phonska - 100 kg 2.400 240.000

- Pupuk KCL - - kg - -

- POC / PPC - - kg - -

TOTAL BIAYA SAPRODI

46.235.000

II Obat - Obatan :

A. Pestisida :

- Ponce

- 3 Lt 50.000 125.000

B. Fungisida

- Calidac - 15 Kg 19.000 285.000

TOTAL PESTISIDA

410.000

III Tenaga Kerja :

a. Olah Tanah/Tanam :

- Tenaga Pria 6 - hok 75.000 450.000

b. Pemeliharaan (Penyiraman,

pemupukan) -

- Tenaga Pria 60 - hok 75.000 4.500.000

- Tenaga Wanita 54 - hkw 50.000 2.700.000

c. Panen dan Pasca Panen

-

Panen (Pemanenan) :

-

- Tenaga Pria 12 - hok 75.000 900.000

- Tenaga Wanita 12 - hkw 50.000 600.000

Pasca Panen (Pengemasan,

Sortasi) : -

- Tenaga Pria 12 - hok 75.000 900.000

- Tenaga Wanita 12 - hkw 50.000 600.000

TOTAL TENAGA KERJA

- 10.650.000

IV.

Biaya Lain-lain

-

- Sewa lahan (semusim) - - ha - -

- Pompanisasi - - musim - -

- Pajak tanah (semusim) - 1 musim 40.000 40.000

- Bunga kredit, dll. - - - - -

- Penyusutan - - - - -

- Iuran P3A / Ulu ulu - 1 musim 200.000 200.000

TOTAL BIAYA LAIN-LAIN

240.000

57.535.000

Page 35: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

244 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Dari hasil Analisis Usaha Tani

Komoditi Kentang di kelurahan Pattapang

Kecamatan Tinggimoncong Kab. Gowa,

Kami memperoleh hasil perincian analisis

sebagai berikut:

a. Total Biaya Produksi (TBP)

Total Biaya Produksi terdiri atas

beberapa komponen biaya antara lain

Biaya Saprodi yang meliputi pembelian

bibit / benih dan pupuk, Biaya obat-

obatan, Biaya tenaga kerja dan Biaya

Lain-Lainnya.

Berdasarkan hasil yang telah

didapatkan yakni bahwa total biaya

produksi diperoleh dari jumlah total

biaya saprodi sebesar Rp. 46.235.000;

total obat-obatan sebesar Rp. 410.000,-

total; total tenaga kerja sebesar Rp.

10.650.000,- dan total biaya lain-lain

sebesar Rp. 240.000,- maka total biaya

produksinya yang diperoleh sebesar

Rp.57.535.000,- per hektar per musim

tanam kentang.

b. Keuntungan

Keuntungan diperoleh dari Nilai Total

Produksi (NTP) dikurangi Total Biaya

Produksi (TBP). Jadi dari perhitungan

analisa Total produksi sebanyak 25.000

Kg dengan Harga Rp. 9.000/Kg maka

nilai total produksi sebesar Rp.

225.000.000,-

Total biaya produksi adalah Rp.

57.535.000,-. Sehingga keuntungan

yang didapatkan oleh petani adalah Rp.

225.000.000 - Rp. 57.535.000 = Rp.

167.465.000.

c. Break Event Point (BEP) Produksi

BEP Produksi diperoleh dari

perbandingan antara Total Biaya

Produksi dengan Harga Jual Per Kg

yaitu Rp. 57.535.000 : Rp. 9.000 =

6.392 Kg

Jadi, berdasarkan perhitungan analisa

biaya usaha tani nya maka diperoleh

BEP Produksi sebesar 6.392 Kg

d. Break Event Point (BEP) Harga Jual

BEP Produksi diperoleh dari

perbandingan antara Total Biaya

Produksi dengan Total Produksi yaitu

Rp. 57.535.000 : 25.000 Kg = Rp.

2.301.

Titik impas (BEP) usaha tani Kentang

ini yaitu berada pada harga Jual Rp.

2.301Nilai ini lebih kecil dari Harga

Jual di Pasaran

e. B/C Ratio

Kelayakan usaha dapat dilihat dengan

menghitung B/C Ratio didapatkan dari

perbandingan antara Keuntungan

dengan Total Biaya Produksi.

B/C Ratio =

=

B/C Ratio = 2,91

Jadi, berdasarkan perhitungan analisa

biaya usaha tani komoditi Kentang di

kelurahan Pattapang kecamatan

Tinggimoncong Kab. Gowa maka

didapatkan B/C Ratio sebesar 2,91.

Sehingga usaha tani komoditas Kentang

ini LAYAK untuk dilanjutkan.

3. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah beberapa

organisasi yang saling bergantung dan

terlibat dalam proses mengupayakan agar

Keuntungan

Total Biaya Produksi

Rp. 167.465.000

Rp. 57.535.000

No. Uraian Volume

Satuan

Harga

Satuan

Jumlah

Harga

DK LK ( Rp. ) ( Rp. )

2. Output

A. Total Biaya Produksi (TBP) - - - 57.535.000

B. Total Produksi / TP (askip) - Kg - 25.000

C. Harga rata2 setempat di petani - Rp/Kg - 9.000

D. Nilai Total Produksi (NTP) = TP

x harga - - - 225.000.000

E. Keuntungan (D - A) - Ha - 139.452.000

BEP Volume Produksi = TBP /

Harga Jual Per Kg - Kg - 9.505

BEP Harga Jual (TBP / TP) - Rp - 3.422

B / C Ratio = E/A atau ((D-A) /

TBP)) - - - 1,63

Page 36: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang

Rachmat Seno Adji1, Mustafa

2 245

produk atau jasa tersedia untuk

dikonsumsi. Saluran pemasaran

melaksanakan tugas memindahkan barang

dari produsen ke konsumen. Hal itu

mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan

kepemilikan yang memisahkan barang dan

jasa dari orang-orang yang membutuhkan

atau menginginkannya (Kotler, 2002).

Saluran pemasaran dalam penelitian ini

menggambarkan proses penyampaian

pepaya California dari petani hingga ke

konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang

terlibat dalam memasarkan kentang dari

petani hingga ke konsumen akhir di

kelurahan pattapang adalah: petani,

supplier, pedagang pengecer dan konsumen

akhir. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan dengan petani responden di

lokasi penelitian, maka diketahui terdapat

dua pola saluran pemasaran kentang

(Gambar 5).

Pola pemasaran I (70 %)

Petani Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar Pedagang Pengecer

Konsumen.

Pola Pemasaran II (20 %)

Petani Pedagang Besar Pedagang

Pengecer Konsumen

Pola Pemasaran III (10%)

Petani Pedagang Pengecer

Konsumen

Gambar 1.

Saluran Pemasaran Kentang di Kelurahan

Kettapang Kec. Tinggi Moncong

Kabupaten Gowa

4. Fungsi Pemasaran

Fungsi-fungsi pemasaran adalah

mengusahakan agar pembeli atau

konsumen memperoleh barang yang

diinginkan pada tempat, waktu, dan harga

yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dalam

pelaksanaan aktifitasnya dilakukan oleh

lembaga-lembaga tataniaga. Lembaga

pemasaran ini yang akan terlibat dalam

proses penyampaian barang dan jasa dari

produsen sampai ke tangan konsumen.

Fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi

pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

Dimana fungsi ini dilakukan oleh petani,

supliyer (pedagang pengumpul, pedagang

besar), pedagang pengecer dan konsumen.

a. Petani.

Fungsi pemasaran yang umumnya

dilakukan petani responden di lokasi

penelitian adalah fungsi penjualan,

pembiayaan dan informasi harga

dimana petani tersebut merupakan

produsen yang menanam kentang dan

menjual hasil panennya. Tetapi ada

juga petani yang melakukan fungsi

pengangkutan, pengemasan, sortasi dan

penanggungan resiko. Untuk fungsi

pembiayaan, para petani membiayai

sendiri seluruh modal yang

dikeluarkannya untuk kegiatan

produksi. Petani responden di lokasi

penelitian juga melakukan informasi

harga yaitu dengan melakukan

pengamatan harga yang berlaku di

pasar.

Harga yang diterima oleh petani

dari pedagang (supplier) didasarkan

atas kesepakatan sebelumnya dengan

alasan agar petani tidak merasa

dirugikan apabila terjadi penurunan

harga di pasar swalayan. Tetapi jika hal

tersebut terjadi, maka supplier akan

memberikan informasi kepada petani

untuk selanjutnya dilakukan

kesepakatan harga yang baru.

b. Supplier (Pedagang Pengumpul/Besar).

Kegiatan fungsi pemasaran yang

dilakukan oleh suppier adalah

melakukan pembelian kentang secara

langsung dari petani produsen.

Transaksi pembelian dan penjualan

dilakukan oleh petani dan supplier di

tempat yang telah ditentukan. Supplier

memasarkan kentang dari petani

responden ke pedagang pengecer untuk

ditindaklanjuti ke konsumen akhir.

Pada pedagang supplier ini

biasanya terdapat suatu tindakan dalam

pemasaran, dan fungsi pemasaran yang

dilakukan oleh supplier adalah fungsi

pertukaran (pembelian dan penjualan),

fungsi fisik (pengangkutan dan

pengemasan) dan fungsi fasilitas

(sortasi; standarisasi; pembiayaan;

penanggungan resiko yaitu: penurunan

Page 37: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

246 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

harga pasar dan kerusakan produk; dan

informasi pasar).

c. Pedagang Pengecer.

Pedagang pengecer yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah

pedagang yang membeli kentang dari

supplier di lokasi penelitian, dan

menjualnya kembali dalam bentuk

kentang yang masih utuh (belum

diolah). Sebelum melakukan

pembelian, kentang yang dibawa oleh

supplier tersebut terlebih dahulu

dibawa ke gudang untuk disortasi dan

diperiksa kualitasnya (standarisasi).

Kemudian, kentang tersebut

dimasukkan ke dalam toko untuk dijual

kepada konsumen. Kentang yang dibeli

oleh konsumen, biasanya telah

memiliki ukuran yang seragam dan

harga yang telah ditetapkan. Penetapan

harga yang dilakukan oleh pedagang

pengecer adalah berdasarkan informasi

harga yang berlaku di pasar.

SIMPULAN

a. Produksi rata-rata b tanaman kentang di

kelurahan Pattapang kecamatan Tinggi

Moncong Kabupaten Gowa sebesar

25.000kg/ha. Harga jual kentang ditingkat

petani sebesar Rp 9.000,- , sehingga

pendapatan petani sebesar Rp 225.000.000,-

dan biaya produksi rata-rata satu hektar

sebesar Rp 85.548.000,- sehingga

keuntungan usaha kentang sebesar Rp

139.425.000,-.

b. Hasil usahatani kentang mak dihitung nilai

Break Even Point (BEP), BEP harga sebesar

Rp 2,301, sedang BEP produksi sebesar

6.392 Kg, sedang B/C ratio usahatani

kentang sebesar 2,91

c. Pada saluran pemasaran kentang di

Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggi

Moncong, terdapat tiga bentuk pola

saluran. Pada pola saluran I, petani

pedagang pengumpul pedagang besar

pedagang pengecer konsumen, Pola

Saluran II, Petani Pedagang Besar

pedagang pengecer konsumen, Pola

Saluran III, Petani Pedagang pengecer

Konsumen

SARAN a. Berdasarkan nilai rasio keuntungan dan

biaya, maka usahatani kentang bias

dilanjutkan dengan perlu memperhatikan

factor-faktor yang dapat menggagalkan

usahatani kentang. Untuk itu perludilakukan

peningkatan sumberdaya bagi para petani

kentangdalam berusahataninya.

b. Semua saluran pemasaran dinilai sangat

efektif dan mampu memberikan keuntungan

yang cukup baik, maka untuk lebih

nebgefektifkan pemasaran perlu adanya

kesatuan harga jual dari petani yang

dilakukan melalui kelompoktani.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Statistik & Direktorat Jenderal

Hortikultura Tahun 2017

Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid

1. Edisi Kesepuluh. PT Prenhalindo.

Jakarta.

Soekartawi, A Suharjo. 1986. Ilmu Usahatani

dan Peneletiaan Untuk

Pengembangan Petani Kecil

Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Penerbit Universitas

Indonesia. Cetakan Ketiga. Jakarta.

https://yudhislibra.wordpress.com/2010/10/12/

macam-%E2%80%93-macam-

metode-sampling-tahap-pembuatan-

laporan-penelitian/

Page 38: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode

Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 247

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan yang serba maju, modern

dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan

memegang peranan penting untuk menjamin

kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan

wahana untuk meningkatkan dan

mengembangkan kualitas sumber daya

manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan

diharapkan dapat mencetak manusia-manusia

berkualitas yang akan mendukung tercapainya

sasaran pembangunan nasional.

Mutu pendidikan sangat erat

hubungannya dengan mutu siswa, karena siswa

merupakan titik pusat proses belajar mengajar.

Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu

pendidikan harus diikuti dengan peningkatan

mutu siswa. Peningkatan mutu siswa dapat

dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar

siswa, sedangkan tingginya tingkat prestasi

belajar siswa dipengaruhi oleh besarnya minat

belajar siswa itu sendiri.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN

PEMBELAJARAN KOPERATIF METODE PROBLEM SOLVING

PADA SISWA KELAS VIII.2 SMP NEGERI 1 BULUKUMBA

Rosma D. *)

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba

Guru SMP Negeri 1 Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1 Bulukumba

melalui penerapan model pembelajaran koperatif metode Problem Solving.; (2) Mendapatkan bukti-

bukti bahwa penerapan model pembe;ajaran kooperatif metode Problem Solving dapat meningkatkan

hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1 Bulukumba.;. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba. Instrumen

yang digunakan adalah (1) Lembar observasi; (2) tes akhir siklus. Data dianalisis dengan statistik

deskriptif. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa; (1) metode problem solving dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba hampir semua aspek

indikator, antara lain mengajukan pertanyaan sebesar 8,33%, menjawab pertanyaan guru sebesar 6,66,

memperhatikan penjelasan guru sebesar 18,33, diskusi kelompok sebesar 30%, diskusi kelas sebesar

18,33%, . (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif problem solving dapat meningkatkan hasil

belajar IPS siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebesar 1,76 % yaitu dari rata-rata 6,57 pada

siklus I menjadi rata-rata 8,33 pada siklus II.

Kata Kunci: Aktifitas belajar, Hasil Belajar, Problem Solving

Abstract *)

The purpose of this study are (1) To find out the students’ learning outcome on IPS of SMP Negeri 1

Bulukumba through the application of cooperative learning model, Problem Solving method; (2) To

obtain evidences that the application of cooperative learning model, Problem Solving method can

increase the students’ learning outcome on IPS of SMP Negeri 1 Bulukumba. The type of this research

is a classroom action research. The population in this study was the students of VIII.2 SMP Negeri 1

Bulukumba. The instruments used were (1) the observation sheet; (2) evaluation test in the end of each

cycle. The data were analyzed by descriptive statistics. The finding of the study provided an

illustration that; (1) problem solving method can increase students’ learning activity at the grade

VIII.2 of SMP Negeri 1 Bulukumba almost in all aspect of indicator, such as asking question around

8,33%, answering the teacher’s question around 6,66, paying attention to teacher’s explanation

around 18,33, Group discussions around 30%, class discussions around 18.33%, (2) The application

of cooperative learning problem solving model can increase the students’ learning outcome of IPS of

grade VIII.2 at SMP Negeri 1 Bulukumba around 1,76% that is from the average of 6,57 in the cycle I

become 8,33 in cycle II.

Keywords: Problem Solving, Activities and learning outcome

Page 39: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

248 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Salah satu komponen penting dalam

pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum

disusun untuk mendorong anak berkembang ke

arah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini

dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap

tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam

bidang studi dan akhirnya dalam tiap pelajaran

yang diberikan oleh guru di dalam kelas.

Dalam mencapai tujuan pendidikan ini,

pemerintah menggagas diberlakukannya

kurikulum baru yaitu kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP). KTSP merupakan

kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut

memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk

merancang, mengembangkan, dan

mengimplementasikan kurikulum sekolah

sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi

keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh

sekolah.

Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP

ini merupakan pengembangan kurikulum dari

kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum

berbasis kompetensi (KBK). Dengan

menggunakan KTSP diharapkan peserta didik

bisa mencapai kompetensi-kompetensi tertentu

yang sudah ditentukan sebagai kriteria

keberhasilan.

Masih rendahnya hasil belajar IPS

disebabkan oleh masih dominannya skill

menghafal daripada skill memproses sendiri

pemahaman suatu materi. Selama ini, minat

belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong

sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap

siswa selama mengikuti proses pembelajaran

tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada

sebagian siswa yang menganggap mata

pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan

tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan

pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu

juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar

yang digunakan guru dalam menyampaikan

materi. Metode yang konvensional seperti

menjelaskan materi secara abstrak, hafalan

materi dan ceramah dengan komunikasi satu

arah, yang aktif masih didominasi oleh

pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya

memfokuskan penglihatan dan pendengaran.

Kondisi pembelajaran seperti inilah yang

mengakibatkan siswa kurang aktif dan

pembelajaran yang dilakukan kurang efektif.

Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan

suasana pembelajaran yang menyenangkan

bagi siswa sehingga siswa kembali berminat

mengikuti kegiatan belajar.

Selain itu penggunaan metode

pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam

pemecahan masalah, terutama pemecahan

masalah dalam kehidupan sehari- hari masih

kurang. Pengembangan metode pembelajaran

tersebut sangat perlu dilakukan untuk

menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan

permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa.

Metode pembelajaran problem solving atau

pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk

merangsang berfikir dalam situasi masalah

yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab

permasalahan yang menganggap sekolah

kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata

di masyarakat.

Penggunaan metode dalam pembelajaran

sangat diutamakan guna menimbulkan gairah

belajar, motivasi belajar, merangsang siswa

berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Melalui metode problem solving diharapkan

dapat lebih mempermudah pemahaman materi

pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat

mempertinggi kualitas proses pembelajaran

yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

SMP Negeri 1 Bulukumba adalah salah

satu sekolah negeri yang terletak di jalan melati

kabupaten Bulukumba, propinsi Sulawesi

selatan. Kegiatan pembelajaran di SMP Negeri

1 ini masih termasuk tradisional karena

kebanyakan guru hanya menggunakan metode

ceramah dalam penyampaian materi, sehingga

siswa merasa bosan dalam megikuti proses

pembelajaran. Hal itu diketahui dari

pengalaman pengajar yang telah dilakukan.

Dari pengalaman tersebut bahwa pembelajaran

IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam proses

pembelajaran terlihat masih rendah perhatian

siswa, siswa kurang berpartisipasi, sedangkan

guru hanya menggunakan metode ceramah

dalam penyampaian materi.

Diharapkan dengan menggunakan model

koperatif metode problem solving dalam proses

pembelajaran IPS akan menarik minat siswa

mengikuti kegiatan belajar sehingga akan

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

TINJAUAN PUSTAKA

Hasil belajar IPS

Sudjana Menurut Nana Sudjana (2005:

3) hakikat hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku individu yang mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut

Nana Sudjana (1989: 38-40) hasil belajar yang

dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor

utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu

dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau

Page 40: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode

Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 249

faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri

siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.

Faktor kemampuan siswa besar sekali

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang

dicapai. Disamping faktor kemampuan yang

dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap

dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Hasil belajar merupakan segala upaya

yang menyangkut aktivitas otak (proses

berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam

jenjang, mulai dari yang terendah sampai

dengan jenjang tertinggi (Suharsimi Arikunto,

2003: 114-115). Keenam jenjang tersebut

adalah: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu

kemampuan seseorang untuk mengingat

kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,

rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa

mengharapkan kemampuan untuk

menggunakannya. (2) Pemahaman

(comprehension) yakni kemampuan seseorang

untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu

diketahui dan diingat melalui penjelasan dari

kata- katanya sendiri. (3) Penerapan

(application) yaitu kesanggupan seseorang

untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara

atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus-

rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam

situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis

(analysis) yakni kemampuan seseorang untuk

menguraikan suatu bahan atau keadaan

menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-

bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah

kemampuan berfikir memadukan bagian-

bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga

menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur.

(6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan

jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah

kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian

disini adalah kemampuan seseorang untuk

membuat pertimbangan terhadap suatu situasi,

nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian

menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat

sesuai kriteria yang ada (Anas Sudijono, 2005:

50- 52).

Aktivitas belajar

Konsep Proses belajar merupakan

aktivitas psikis yang berkenaan dengan bahan

belajar. Aktivitas adalah mempelajari bahan

belajar tersebut dengan memakan waktu. Lama

waktu mempelajari tergantung pada jenis dan

sifat bahan, juga tergantung pada kemampuan

siswa. Proses belajar akan memakan waktu

lama jika bahan belajarnya sukar, dan siswa

kurang mampu untuk menyerapnya, akan tetapi

sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan

siswa berkemampuan tinggi, maka proses

belajar memakan waktu singkat. Aktivitas

belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses,

yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar

juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan

siswa terhadap bahan belajar (Dimyati, 2006).

Aktivitas banyak macamnya, maka para

ahli mengadakan klasifikasi atas macam-

macam aktivitas tersebut. Dierich adalah salah

satu ahli yang membagi kegiatan belajar dalam

tujuh kelompok yaitu kegiatan visual (melihat),

kegiatan oral (lisan), kegiatan mendengarkan,

kegiatan menulis, kegiatan menggambar,

kegiatan metrik, kegiatan mental dan kegiatan

emosional (Hamalik, 2004).

Segala pengetahuan dalam hal kegiatan

belajar harus diperoleh dengan pengamatan

sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan

sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas

yang diciptakan sendiri, baik secara rohani

maupun teknis. Proses belajar tidak mungkin

terjadi tanpa ada aktivitas (Rousseau dalam

Sardiman, 2010).

Siswa yang melakukan banyak aktivitas

positif dalam proses belajar akan memperoleh

hasil belajar yang optimal. Sejalan dengan

penelitian Megawati (2010) yang menyatakan

bahwa dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab

pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk

mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa

sangat penting agar hasil belajar yang diperoleh

siswa optimal, karena aktivitas siswa sangat

menentukan hasil belajar siswa. Siswa akan

lebih mudah menguasai materi pelajaran

dengan beraktivitas langsung dalam proses

pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa

sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa.

Model Pembelajaran Kooperatif

Miftah Toha Pembelajaran kooperatif

merupakan strategi belajar yang menempatkan

siswa pada kelompok-kelompok siswa yang

heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif

setiap anggota kelompok akan bekerjasama

dalam memahami suatu bahan pelajaran dan

belajar belum selesai jika salah satu teman

dalam kelompoknya belum menguasai bahan

pelajaran tersebut.

Coperative mengandung pengertian

bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.

Pada dasarnya cooperative learning

mengandung pengertian sebagai suatu sikap

atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu diantara sesama dalam struktur

kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang

Page 41: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

250 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan

kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan

setiap anggota kelompok itu sendiri.

Cooperative learning juga dapat diartikan

sebagai suatu struktur tugas bersama dalam

suasana kebersamaan diantara sesama anggota

kelompok (Raharjo, Solihatin, 2007).

Menurut Slavin (1995)), pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran

dengan menggunakan sistem pengelompokan/

tim kecil, yaitu antara empat sampai enam

orang yang mempuanyai latar belakang

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau

suku yang berbeda (heterogen). Sistem

penilaian dilakukan terhadap kelompok.

Menurut Trianto (2009), tujuan dibentuknya

kelompok tersebut adalah untuk memberikan

kesempatan kepada semua siswa untuk dapat

terlihat aktif dalam proses berpikir dan

kegiatan belajar. Selama bekerja dalam

kelompok, tugas anggota kelompok adalah

mencapai ketuntasan materi yang disajikan

oleh guru dan saling membantu teman

sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan

belajar. Dengan demikian, setiap anggota

kelompok akan mempunyai ketergantungan

positif. Ketergantungan semacam itulah yang

selanjutnya akan memunculkan tanggung

jawab individu terhadap kelompok dan

keterampilan interpersonal dari setiap anggota

kelompok. Setiap individu akan saling

membantu, mereka akan mempunyai motivasi

untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap

individu akan memiliki kesempatan yang sama

untuk memberikan kontribusi demi

keberhasilan kelompok.

Melalui pembelajaran kooperatif, siswa

diharapkan dapat saling membantu, saling

mendiskusikan dan berargumentasi untuk

mengasah pengetahuan yang mereka kuasai

saat itu dan menutup kesenjangan dalam

pemahaman masing-masing. Apabila diatur

dengan baik, siswa-siswa dalam kelompk

kooperatif akan belajar satu sama lain untuk

memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok

telah menguasai konsep-konsep yang telah

dipikirkan (Slavin, 1995).

Metode Problem Solving

Metode problem solving atau sering juga

disebut dengan nama Metode Pemecahan

Masalah merupakan suatu cara mengajar yang

merangsang seseorang untuk menganalisa dan

melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau

situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif

sendiri. Metode ini menuntut kemampuan

untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-

relasi diantara berbagai data, sehingga pada

akhirnya dapat menemukan kunci pembuka

masalahnya. Kegiatan semacam ini merupakan

ciri yang khas daripada suatu kegiatan

intelegensi. Metode ini mengembangkan

kemampuan berfikir yang dipupuk dengan

adanya kesempatan untuk mengobservasi

problema, mengumpulkan data, menganalisa

data, menyusun suatu hipotesa, mencari

hubungan (data) yang hilang dari data yang

telah terkumpul untuk kemudian menarik

kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan

masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu

lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir

yang menghasilkan suatu kesimpulan atau

keputusan yang diyakini kebenarannya karena

seluruh proses pemecahan masalah itu telah

diikuti dan dikontrol dari data yang pertama

yang berhasil dikumpulkan dan dianalisa

sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau

ditetapkan. Cara berfikir semacam itu benar-

benar dapat dikembangkan dengan

menggunakan Metode Pemecahan Masalah

(Jusuf Djajadisastra, 1982: 19- 20).

Penyelesaian masalah dalam metode

problem solving ini dilakukan melalui

kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan

pokok bahasan dalam pelajaran diberikan

kepada siswa untuk diselesaikan secara

kelompok. Masalah yang dipilih hendaknya

mempunyai sifat conflict issue atau

kontroversial, masalahnya dianggap penting

(important), urgen dan dapat diselesaikan

(solutionable) oleh siswa (Gulo, 2002: 116).

Tujuan utama dari penggunaan metode

Pemecahan Masalah adalah: (a)

Mengembangkan kemampuan berfikir,

terutama didalam mencari sebab-akibat dan

tujuan suatu masalah. Metode ini melatih

murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara

mengambil langkah-langkah apabila akan

memecahkan suatu masalah. (b) Memberikan

kepada murid pengetahuan dan kecakapan

praktis yang bernilai/bermanfaat bagi

keperluan hidup sehari-hari. Metode ini

memberikan dasar-dasar pengalaman yang

praktis mengenai bagaimana cara-cara

memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat

diterapkan bagi keperluan menghadapi

masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.

Problem solving melatih siswa terlatih

mencari informasi dan mengecek silang

validitas informasi itu dengan sumber lainnya,

juga problem solving melatih siswa berfikir

kritis dan metode ini melatih siswa

memecahkan dilema (Omi Kartawidjaya, 1988:

42). Sehingga dengan menerapkan metode

problem solving ini siswa menjadi lebih dapat

mengerti bagaimana cara memecahkan masalah

Page 42: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode

Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 251

yang akan dihadapi pada kehidupan nyata/ di

luar lingkungan sekolah.

Untuk mendukung strategi belajar

mengajar dengan menggunakan metode

problem solving ini, guru perlu memilih bahan

pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi

pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks

di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-

sumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa

kemasyarakatan atau peristiwa dalam

lingkungan sekolah (Gulo, 2002: 114).

Tujuannya agar memudahkan siswa dalam

menghadapi dan memecahkan masalah yang

terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa

memperoleh pengalaman tentang penyelesaian

masalah sehingga dapat diterapkan di

kehidupan nyata.

METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah Desain penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Penelitian

tindakan kelas dibagi dalam tiga siklus,

masing-masing siklus terdiri dari

perencanaan (planning), tindakan (action),

observasi (observe), serta refleksi (reflect).

2. Jenis dan Objek Tindakan

Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah

penerapan metode problem solving. Metode

problem solving ( metode pemecahan

masalah) bukan hanya sekedar metode

mengajar tetapi juga merupakan

suatu metode berfikir, sebab

dalam problem solving dapat

menggunakan metode-metode

lainnya dimulai dengan mencari

data sampai kepada menarik

kesimpulan.

Objek penelitian ini adalah

peningkatan hasil belajar IPS

siswa. Hasil belajar yang

dimaksud adalah peningkatan kemampuan

kognitif siswa pada mata pelajaran IPS

setelah penerapan pembelajaran Problem

Solving. Wujud kemampuan peningkatan

kognitif meliputi: pengetahuan

(knowledge),pemahaman (comprehention),

aplikasi (application), analisis (analysis),

sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).

3. Populasi dan sampel

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas

VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebanyak

30 orang siswa. Karena pelajaran IPS

dipegang oleh peneliti sendiri sebagai guru

sehingga dapat memudahkan pelaksanaan

penelitian tindakan kelas ini. Siswa kelas

VIII diambil sebagai subjek dengan alasan

sudah mencapai target kurikulum 50% dan

belum mempersiapkan diri untuk

menghadapi ujian nasional.

4. Instrumen Penelitian dan Teknik analisis

data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah lembar observasi/pengamatan dan

tes akhir siklus. Data dalam penelitian ini

dikumpulkan dengan teknik observasi atau

pengamatan secara langsung untuk

mengamati tindakan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif metode

problem solving. Selanjutnya pada tiap

siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui

hasil belajar siswa.

Teknik analisis data yang digunakan

adalah análisis deskriptif dengan melihat

penilaian aktivitas yang teramati dan

dianalisis dengan menggunakan kriteria

penilaian sesuai dengan ítem aktivitas pada

lembar observasi siswa. Sedangkan data

hasil belajar siswa dianalisis untuk

menentukan nilai hasil belajar yang

diperoleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

a. Siklus 1

Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa

jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan

pada pertemuan 1 sebesar 13,33 % sedangkan

pada pertemuan 2 sebesar 20 %, hal ini

menunjukkan adanya peningkatan yang

disebabkan oleh guru memberi dorongan dan

motivasi agar siswa berani mengajukan

pertanyaan. Pada item menanggapi respon

siswa lain menunjukkan adanya peningkatan

yaitu pada pertemuan 1 sebesar 20 %

sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 23,33 %.

Hal ini disebabkan oleh guru memberi

dorongan dan motivasi agar siswa berani

Tabel 5.

Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I

Aspek yang diamati

Pertemuan Rata-rata

(%) 1

( %)

2

(%)

1. Mengajukan pertanyaan 13,33 20 16,67

2. Menanggapi respon siswa lain 20 23,33 21,67

3. Menjawab pertanyaan guru 20 13,33 16,67

4. Memperhatikan penjelasan guru 70 73,33 71,67

5. Diskusi kelompok 46,67 86,67 66,67

6. Diskusi kelas 63,33 100 81,67

Page 43: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

252 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

menanggapi respon siswa lain. Item menjawab

pertanyaan guru mengalami penurunan yaitu

pertemuan 1 sebesar 20 % sedangkan pada

pertemuan 2 sebesar

13,33 %. Hal ini mungkin

disebabkan karena pertanyaan

yang diajukan oleh guru terlalu

sulit bagi siswa sehingga

banyak dari mereka yang tidak

bisa menjawab pertanyaan.

Jumlah siswa yang

memperhatikan penjelasan guru

mengalami peningkatan

walaupun sedikit yaitu pertemuan 1 sebesar

70 % sedangkan

pada pertemuan 2 sebesar 73,33 %. Item

diskusi kelompok mengalami peningkatan

karena guru mampu memotivasi siswa agar

saling bekerja sama dengan anggota

kelompoknya yaitu pada pertemuan 1 sebesar

46,67 % sedangkan pada pertemuan 2 sebesar

86,67 %. Item diskusi kelas juga mengalami

peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebesar

63,33 % sedangkan pada pertemuan 2 sebesar

100 %. Pada akhir pertemuan siklus I

(pertemuan ke tiga) diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana peranan metode problem solving terhadap hasil belajar siswa, dari hasil tes tersebut akan dibandingkan dengan nilai semester ganjil yang lalu. Di bawah ini terdapat hasil tes siswa pada siklus I.

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa

pada siklus I ini, jumlah siswa yang memperoleh nilai 8 berjumlah 4 siswa (13,33%), siswa yang memperoleh nilai 7 berjumlah 12 siswa (40%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 11 siswa (36,67%), siswa yang memperoleh nilai 5 sebayak 3 siswa (10%). Kemudian perolehan nilai rata-rata siswa kelas VIII pada siklus I ini adalah 6,57.

Dari perolehan tes pada siklus I di atas, kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata semester 2 pada waktu kelas VII. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata dari 6,93 menjadi 6,57. Nilai rata-rata IPS semester ganjil = 6,93 Nilai rata-rata siklus I = 6,57

b. Siklus II

Pada siklus kedua ini terdapat perubahan

dari hampir semua item. Dari tabel di atas

ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang

mengajukan pertanyaan naik yaitu pada

pertemuan 4 sebesar 20% dan pertemuan 5

sebesar 30%. Hal ini disebabkan karena guru

telah berhasil mendorong dan memotivasi

siswa agar mau mengajukan pertanyaan. Pada

item menanggapi respon siswa lain mengalami

peningkatan yaitu pada pertemuan 4 sebesar

10% sedangkan pada pertemuan 5 sebesar

26,67%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah

berani menanggapi respon temannya dengan

dorongan dari guru. Item menjawab pertanyaan

guru mengalami penurunan yaitu pada

pertemuan 4 sebesar 83,33% sedangkan pada

pertemuan 5 sebesar 73,33% karena

disebabkan oleh pertanyaan yang diajukan

terlalu sulit, sehingga banyak dari mereka tidak

bisa menjawab. Jumlah siswa yang

memperhatikan penjelasan guru mengalami

peningkatan yaitu pertemuan 4 sebesar

86,67%. Dan pertemuan 5 yaitu sebesar

93,33% karena guru sudah bisa menegur siswa

yang tidak memperhatikan sehingga siswa

tidak ramai lagi. Jumlah siswa yang mengikuti

diskusi kelompok meningkat yaitu pada

pertemuan 4 sebesar 93,33% dan pertemuan 5

yaitu sebesar 100%. Item diskusi kelas tetap

yaitu pada pertemuan 4 dan 5 sebesar 100%.

Berdasarkan tabel 4 diatas, hasil tes siswa

pada siklus II yang dibandingkan hasil tes

siswa pada siklus I.

Tabel 6.

Skor tes kelas VIII.2 pada siklus I

Skor F % fx

8 4 13,33 32

7 12 40 84

6 11 36,67 66

5 3 10 15

Jumlah 30 100 197

Tabel 3.

Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II

Aspek yang diamati

Pertemuan Rata-rata

(%) 1

( %)

2

(%)

1. Mengajukan pertanyaan 20 30 25

2. Menanggapi respon siswa lain 10 26,67 18,33

3. Menjawab pertanyaan guru 83,33 73,33 78,33

4. Memperhatikan penjelasan guru 86,67 93,33 90

5. Diskusi kelompok 93,33 100 96,66

6. Diskusi kelas 100 100 100

Tabel 4.

Skor tes kelas VIII.2 pada siklus II.

Skor f % fx

10 5 16,67 50

9 10 33,33 90

8 7 23,33 56

7 7 23,33 49

6 - - -

5 1 3,34 5

Jumlah 30 100 250

Page 44: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode

Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 253

Nilai rata-rata siklus I = 6,57

Nilai rata-rata siklus II = 8,33

Pembahasan

Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS telah dilaksanakan adalah 2 siklus dalam 6 kali pertemuan, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan 1 kali evaluasi setiap akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:

Sumber: lampiran

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir semua nomor item telah mengalami peningkatan. Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan pada siklus II mengalami peningkatan dari 13,33% pada siklus I turun menjadi 6,67% pada pertemuan keempat siklus II. Hal ini disebabkan oleh siswa yang masih tidak berani bertanya karena takut dikomentari yang jelek oleh siswa lain sehingga siswa lebih baik diam daripada membuat siswa lain mengejeknya, disamping itu guru kurang mendorong dan memberi motivasi siswa agar mau bertanya. Oleh karena itu pada siklus II pertemuan kelima, guru meningkatkan motivasi pada siswa agar lebih berani mengajukan pertanyaan dan itu membuahkan hasil dengan meningkatnya aktivitas siswa sebesar 10% pada akhir siklus.

Item menanggapi respon siswa lain pada siklus I pertemuan 1 sebesar 20% dan pertemuan 2 sebesar 23,33% menunjukkan terjadinya peningkatan walaupun tidak terlalu besar, dan persentase ini mengalami penurunan pada pertemuan 4 pada siklus II, yaitu sebesar 13,33%. Hal ini disebabkan selain karena siswa yang masih takut dan tidak berani berbicara di depan umum juga disebabkan karena sebelumnya guru kurang memberikan memotivasi siswa untuk berbicara di depan umum. Untuk itu pada siklus II pertemuan 5 guru berusaha untuk mendorong siswa agar

bisa dan mau menanggapi respon siswa lain dengan cara memberikan nilai plus bagi siapa saja yang berani berbicara menanggapi respon siswa lainnya dan cara ini membuahkan hasil yaitu persentase siswa pada siklus II pertemuan 5 sebesar 26,67%.

Item menjawab pertanyaan guru pada setiap siklus umumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh siswa yang masih kurang berani dan takut jika jawaban mereka salah dan ditertawakan oleh siswa lain. Pada pertemuan 4 sudah mengalami peningkatan dibanding pertemuan 1 dan 2. Item memperhatikan penjelasan guru pada siklus I pertemuan 1 sebesar 70% dan pertemuan 2 sebesar 73,33%, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan 4 dan 5 sebesar 86,67% dan 93,33%.. Item diskusi kelompok juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I pertemuan 1 sebesar 46,67% dan pertemuan 2 sebesar 86,67%. Siklus II pertemuan 4 dan 5 dengan persentase sebesar 93,33% dan 100%. Siswa tidak lagi bekerja sendiri-sendiri dan sudah bisa saling bekerja sama dengan menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Item diskusi kelas juga mengalami peningkatan. Siklus I pertemuan 1 sebesar 63,33% dan pertemuan 2 sebesar 100% dan bertahan hingga pertemuan 5 pada siklus II. Dari hasil persentase aktivitas siswa di atas diketahui hampir semua item pada siklus II mengalami peningkatan.

Pada akhir pertemuan setiap siklus dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana metode problem solving dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Yang kemudian dicari nilai rata-rata tes per siklus. Adapun nilai rata-rata tes siklus I dan II adalah sebagai berikut:

Tabel 14.

Perbandingan nilai rata-rata tes siklus I dan II

Siklus I Siklus II

6,57 8,33

Sumber: hasil observasi. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa

skor nilai rata-rata nilai IPS Geografi mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 6,57, siklus II sebesar 8,33.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga selain melakukan pengamatan terhadap siswa, observer juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru di kelas.

Guru telah berusaha menciptakan suasana pelajaran yang kondusif. Hal ini terlihat adanya peningkatan peran guru pada setiap pertemuan, bahkan pada pertemuan 4 dan 5 peran guru dalam kelas dapat dikatakan maksimal. Hanya saja pada pertemuan 1

Tabel 13.

Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I, II.

Aspek yang diamati Siklus

I (%)

Siklus II

(%)

1. Mengajukan

pertanyaan 16,67 25

2. Menanggapi

respon siswa lain 21,67 18,34

3. Menjawab

pertanyaan guru 16,67 78,33

4. Memperhatikan

penjelasan guru 71,67 90

5. Diskusi kelompok 66,67 96,67

6. Diskusi kelas 81,67 100

Page 45: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

254 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

sampai 3 ada aktivitas guru yang belum muncul (belum dilakukan) yaitu mengajukan pertanyaan siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan metode koperatif problem solving baru pertama kali sehingga masih ada yang lupa. Selain itu aktivitas guru memberi kesimpulan tidak mencukupi karena waktu yang terbatas.

Dapat diketahui bahwa setiap aktivitas guru pada siklus akhir mengalami peningkatan, walaupun ada yang pada siklus I ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan oleh peneliti berdasarkan pengamatan observer namun pada akhirnya peneliti mampu mencapai semua indikator penilaian guru.

Siswa mempelajari sendiri materi pelajaran dengan metode pemecahan masalah dalam kelompok masing-masing. Tujuannya agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar sendiri tanpa diberikan terlebih dahulu oleh peneliti sendiri sebagai guru, disini guru hanya mengarahkan dan membimbing saja. Sedangkan pada siklus II metode yang digunakan adalah problem solving dan dipadukan dengan ceramah dan tanya jawab, sehingga hasilnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya.

Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII.2 telah berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata pada setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 6,57, dan siklus II sebesar 8,33. SIMPULAN a. Penerapan model pembelajaran koperatif

metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba hampir semua aspek indikator, antara lain sebagai berikut : 1) Mengajukan pertanyaan sebesar 8,33 % 2) Menjawab pertanyaan guru sebesar 6,66

% 3) Memperhatikan penjelasan guru sebesar

18,33 % 4) Diskusi kelompok sebesar 30 % 5) Diskusi kelas sebesar 18,33 Sedangkan indikator menanggapi respon siswa lain mengalami penurunan sbesar 3,33%.

b. Penerapan model pembelajaran kooperatif problem solving dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebesar 1,76 % yaitu dari rata-rata 6,57 pada siklus I menjadi rata-rata 8,33 pada siklus II

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian

dan pembahasan, maka saran yang ingin

dikemukakan peneliti sebagai berikut :

1) Diharapkan kepada guru agar dapat

memaksimalkan penggunaan sarana

prasarana yang tersedia untuk meningatkan

ketuntasan belajar sisiwa di sekolah.

2) Diharapkan kepada sekolah agar

menyediakan sarana prasarana untuk

mendukung kelancaran pembelajaran

disekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi

Pendidikan Edisi 1 Cetakan 5. Jakarta

: Raja Grafindo

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Depdikbud dan PT.

Rineka Cipta. Jakarta

Gulo W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT.

Grasindo

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar

Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Jusuf Djajadiharja. 1982. Metode-metode

Mengajar. Bandung : Angkasa

Megawati. 2010. Peningkatan Hasil Belajar

Biologi Siswa Kelas VIIIC Kartika

Wirabuana I Makassar melalui

Penerapan Scaffolding pada

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA

UNM. Makassar.

Nana sudjana. 2005. Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Baru

Nana sudjana. 1989. Penilaian Hasil Belajar

Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Omi Kartawidjaya. 1988. Metode Mengajar

Geografi. Jakarta : Depdikbud

Sardiman. 2010. Ínteraksi & Motivasi Belajar

Mengajar. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning.

Nusa Media. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penilaian,

Suatu Praktek. Jakarta : Bina Ilmu

Trianto. 2009. Mendesain Model pembelajaran

Inovatif Berorientasi-Progresif.

Kencana. Jakarta.

Page 46: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013

In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 255

THE IMPLEMENTATION OF ASSESSMENT IN CURRICULUM 2013 IN ENGLISH

SUBJECT OF SMPN BULUKUMBA

Ray Suryadi *)

Universitas 19 November Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara Dosen di Universitas 19 November Kolaka

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui uraian pelaksanaan Penilaian Kurikulum 2013 dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMPN Bulukumba. (2) mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru saat melaksanakan penilaian Kurikulum 2013. (3) untuk mengetahui solusinya. Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah percontohan di SMP Negeri Bulukumba. Semuanya adalah sekolah yang ditunjuk pemerintah untuk menerapkan kurikulum 2013. Selain itu, ada juga satu sekolah yang bukan merupakan sekolah percontohan untuk terus melaksanakan Kurikulum tahun 2013. Peserta penelitian ini adalah guru bahasa Inggris kelas 1. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan tape recorder dan melakukan wawancara dengan guru dan kepala sekolah sebagai data tambahan. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan metode kualitatif. Menurut Patton (1987) bahwa metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk mewawancarai dan menafsirkan hasilnya sesuai dengan situasi kehidupan nyata di situs. Hal ini memungkinkan penggunaan bahasa ekspres dan kehadiran suara para peserta dalam teks. Hal ini penting karena suara membawa aspek lain seperti suasana hati dan nada yang dapat berkontribusi terhadap kualitas data.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) responden telah melakukan penilaian terhadap kurikulum tahun 2013 dengan baik sesuai dengan pedoman pelaksanaan penilaian, walaupun di sisi lain, mereka belum memahaminya secara keseluruhan, kekurangan materi dalam buku teks. , dan masih butuh latihan lagi. (2) Ada lima masalah yang ditemukan dari persepsi guru mengenai penilaian dalam kurikulum 2013, seperti: (a) Guru menghadapi masalah dalam menangani perubahan kurikulum terutama dalam proses penilaian, (b) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan kurangnya materi dalam buku teks, (c) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan integrasi penilaian mendengarkan berbicara dan membaca sampai menulis, (d) Guru menghadapi masalah dalam menangani penilaian sikap siswa, (e) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan waktu alokasi. (3) Solusi masalah disarankan oleh guru dan kepala sekolah. Poin sarannya adalah guru harus bisa beradaptasi dengan kurikulum tahun 2013, sehingga mudah menerapkannya dengan baik.

Kata Kunci: implementasi dan penilaian

Abstract *)

The objectives of this research are (1) to find out the description of the implementation of the Assessment in Curriculum 2013 in English Subject of SMPN Bulukumba. (2) to identify the problems that the teachers face when implementing the assessment of Curriculum 2013. (3) to find out the solution of the problems.

This research is done in several piloting schools in SMP Negeri Bulukumba. They are schools that are pointed by the government to implement the curriculum 2013. In addition, there was also one school which is not a piloting school to continue to implement the Curriculum of 2013. The participant of this research is the English teachers of the first grade. To collect the data the researcher used tape recorder and conducted interview with the teachers and headmaster as additional data. In analysing the data, the researcher used qualitative method. According to Patton (1987) that qualitative method enables the researcher to interview and to interprete the result according to the real-life situation on the site. It allows the use of expressing language and the presence of the participants’ voices in text. This is important because voices brings in other aspects such as moods and tones that may contribute to the quality of data.

The findings of this research showed that (1) The respondents had conducted the assessment of curriculum 2013 well in accordance with the assessment implementation guides, eventhough in another side, they haven’t understood it as a whole, lack of material in the text book, and still need more training. (2) There were five numbers of problem were found from the teachers’ perception on the assessment in curriculum 2013, such as: (a) Teachers face problems dealing with the curriculum changing particularly in assessment process, (b) Teachers face problems dealing with the lack of material in the text book, (c) Teachers face problems dealing with the assessment integration of listening to speaking and reading to writing, (d) Teachers face problems dealing with student’s attitude assessment, (e) Teachers face problems dealing with time allocation. (3) The problems solution were suggested by the teachers and headmaster. The points in the suggestion was the teacher should be able to adapt with the curriculum 2013, so would have been easy to implement it well..

Keywords: implementation and assessment

Page 47: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

256 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

INTRODUCTION

Basically, there are four elements of

curriculum change in 2013, the Graduate

Competency Standards, Content Standards

(core competence and basic competences),

Standard Process, and Assessment Standards.

Orientation Curriculum 2013 is an increase in

the balance between competence and attitude

(affective), skills (psychomotor) and

knowledge (cognitive).

Conceptually draft curriculum in 2013

aspired to be able to create a future smart

generation and comprehensive that is not only

excellent intellectually, but also excellent in

emotional, social, and spiritual. It looks at the

integration of the values of the characters in the

learning process that is not longer to be a

supplement as in Curriculum 2006 but

approaches and instructional strategies that are

used to provide space for learners to construct

new knowledge based on their experience

gained from classroom learning, school

environment, and the community also will be

able to get learners closer to the culture.

Curriculum in 2013 became one of the

solutions to the changing times that would

prority to competence but synergized with the

values of the character.

The Objectives of the Curriculum

2013, based on the regulation of Ministry of

Education and Culture no. 69 2013,

“The curriculum of 2013 aims to prepare

Indonesia people to have ability to live as

individual and citizen who faithful,

productive, creative, innovative, and affective,

and to be able to contribute to the life of

society, nation, state, and world civilization”.

“Kurikulum 2013 bertujuan untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi

dan warga negara yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu

berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban dunia.”

Curriculum assessment in 2013 is not

only focused on aspects of knowledge

(cognitive) alone but also covers aspects of

attitudes (affective) and aspects of skills

(psychomotor). On the aspects of knowledge

and skills, in the curriculum 2013, conducted

by the English teacher with a range of values

given are scale 1-5 (Buku Pegangan Guru,

“When English Rings a Bel”. 2014) with a 0.33

multiplier is different from the previous

curriculum using a range of 1-100. In addition

to differences in the range of knowledge and

skills assessment aspects also include a

predicate based on the value obtained by the

students. For the assessment of knowledge,

teachers can assess through written tests, oral

tests, and assignments. In the aspect of skills,

teachers can assess through performance

assessment, that is the assessment that requires

students to demonstrate a certain competence

by using the practice test, project, and portfolio

assessment.

Meanwhile, the attitude aspects is

divided into two, namely spiritual attitude and

social attitudes. Where the assessment only

lists the predicate that obtained by students. In

the attitude aspect teacher can assess student

through some instruments such as direct

observation from the teachers themselves,

student’s self assessment and peer student

assessment among themselves and other, and

the event that happen in or outside the

classroom in the form of teacher’s journsl.

Moreover the assessment form in curriculum

2013 also focuses on individual character of

each student.

But some toubles raise when the

teachers implementing the assessment, as

reported by www.tempo.com “One thing that

make teachers feel difficult is the assessment

system that contains too many aspects. In a

learning activity, each of students have to be

assessed detail, involving ten spect of

assessment. Imaging if there are 30 students in

a classroom. Teachers will spend their time

only to observe the students and assess those

aspects" said Basaria, an Indonesia language

teacher (Tempo.co Metro 16 Agustus 2014).

Same thing said by Mulyadi, a Math teacher,

he said that the assessment in curriculum 2013

is more informative and descriptive, also

contains assessment in attitude, knowledge and

skill of student. Beside that there is a lot of

variables in portfolio needed to be fulfilled.

This things, he said, made him and his collague

found difficult to assess. (http://www.koran-

jakarta.com).

By reffering to some cases above, the

researcher were interested to do a research

about the implementation of the assessment in

Curriculum 2013 conducted in English Subject

of SMPN Bulukumba. The researcher also

wanted to find out the problem that the teachers

face when deal with it. Therefore by this study

the writer came to his thesis under the title The

Implementation of Assessment in Curriculum

2013 in English Subject of SMPN Bulukumba.

Page 48: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013

In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 257

LITERATURE REVIEW

Concepts Deal With Curriculum and

Assessment

a. Curriculum

Curriculum is the foundation of the

teaching-learning process. The development

of programs of study, learning and teaching

resources, lesson plans and assessment of

students, and even teacher education are all

based on curriculum. Johnson (1967)

defines curriculum as “a structured series of

intended learning outcomes that prescribes

the results of instruction”. Curriculum is,

therefore, viewed as an output of the

development process. Research in

curriculum development has focused more

on improving the process of curriculum than

on curriculum theory, which aims to better

understand the educational significance of

what students are learning (Pinar, 2004).

b. Assessment

Assessment is an ongoing process

aimed at understanding and improving

student learning. It involves making

expectations explicit and public; setting

appropriate criteria and high standards for

learning quality; systematically gathering,

analyzing, and interpreting evidence to

determine how well performance matches

those expectations and standards, and using

the resulting information to document,

explain, and improve performance. (Angelo,

T. 1995).

Assessment process can be performed

by observation and reflection. Observations

can be conducted by teachers when students

are learning, asking questions/ problems,

responding or answering questions,

discussing, and doing other learning, both in

class and outside of class. In the

implementation of the curriculum, not only

one teacher in the classroom can observe

the students but the observations can be

conducted by another teacher in different

subject, help to observe each other, because

it encourages team teaching curriculum in

learning, especially in the thematic

integrative learning. Observations can also

be conducted by a companion, since the

implementation of Curriculum 2013 plans a

companion program, so that teachers will be

accompanied by the expert of curriculum

and learning.

c. Assessment in curriculum 2013

According to the Assessment Guide

of Learner’s Competence Achievement for

Junior high school 2014 (Panduan Penilaian

Pencapaian Kompetensi Peserta Didik SMP.

2014), assessment in curriculum 2013

should include aspects of knowledge, skills,

and attitudes as a whole and proportional, in

accordance with the core competencies that

have been determined. Assessment aspects

of knowledge, can be done by a written test,

an oral and a checklist of questions.

Assessment skills aspect can be done with

practice exam, analysis of skills, and

analysis of task, and assessment by the

learners themselves. While for the

assessment aspect of attitude, it can be done

by attitude questionnaire (personal

observation) of students themselves, and

checklists attitude adjusted with the core

competencies.

In the assessment process of

curriculum 2013 there are stages that

conducted by the teachers in

implementating the assessment namely

stage of instruments preparation, stage of

execution, and the stage of score

management.

Aspect of attitude

Attitude started from the feeling

associated with a person's tendency to respond

to a thing / object. Attitudes is also as the

expression of values or way of life of a person.

Attitude can be formed, so that it becomes a

behavior or an action desired. According to the

Assessment Guide of Learner’s Competence

Achievement for Junior high school 2014

(Panduan Penilaian Pencapaian Kompetensi

Peserta Didik SMP. 2014) competence attitude,

which is intended in this guide, is an

expression of values or way of life that belong

to a person and manifested in behavior.

Attitude competence in curriculum 2013

consists of spiritual and social attitudes.

Spiritual attitude is a manifestation of the

strengthening of the vertical interaction with

God Almighty, while the social attitude is a

manifestation of the existence of consciousness

in an effort to realize the harmony of life.

There are four kinds of techniques of

attitudes assessment in the curriculum 2013

namely:

a. Observation

Kemendikbud (2013) explain that

observation is a technique of evaluation that

is performed continuously by using the

senses, either directly or indirectly by using

instruments that contain a number of

indicators behavior that observed. Direct

observation conducted by the teacher

Page 49: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

258 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

directly without intermediary of others.

While indirect observation conducted by the

teacher with the help of others, such as

teachers, parents, students, and school

employees.

b. Self assessment

Self-assessment is an assessment

technique by asking learners to express their

strengths and weaknesses in the context of

the achievement of competence.

Instruments used is the self-assessment

sheet using a check list or rating scale were

accompanied rubric. Permendikbud (2013)

c. Peer student assessment

Peer assessment is an assessment

technique by asking learners to assess each

other related to the achievement of

competence (Sadler, Philip M., and Eddie

Good. 2006). The instrument used for peer

assessment is a check list and rating scale

with a class-based sociometry techniques.

Teachers can use one or both of them.

d. Journal

Journal is a teacher’s record in and

outside the classroom containing

information of observations result about the

strengths and weaknesses of students

relating to attitudes and behavior.

Aspect of Knowledge

The assessment of learner’s knowledge

competency achievement is the assessment of

intellectual potential in understanding

knowledge (factual, conceptual, and

procedural) consist of the level of knowing,

understanding, applying, analyzing, evaluating,

and creating. Assessment towards the learner’s

knowledge can conducted through written tests,

oral tests, and assignments. (Permen Dikbud.

2013). Here are the coverage of knowledge

aspect

a. Factual Knowledge

Factual knowledge contains

convention (agreement) of the basic

elements such as a term or symbol

(notation) in order to facilitate discussion in

a field of disciplines or subjects. Factual

knowledge includes the aspects of terms

knowledge, particular knowledge and

elements relating to the knowledge of the

events, locations, people, dates, resources,

and etc.

b. Conceptual Knowledge

Conceptual knowledge contains ideas

in a discipline that allows people to

categorize an object and also categorize

various objects. Conceptual knowledge

covers principles (rules), law, theorem, or

interrelated and well structured formula

(Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001).

Conceptual knowledge includes knowledge

of classifications and parts, knowledge of

basic and general, knowledge of theories,

models, and structures.

c. Procedural Knowledge

Procedural knowledge is knowledge

about how the sequence of steps in doing

something. Procedural knowledge includes

knowledge from general to specific and

algorithms, knowledge of specific methods

and techniques and knowledge of criteria to

determine the appropriate use of procedures

(Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001).

Aspect of Skill

Assessment of skills competency

achievement is the assessment conducted

toward the learners to assess on what extent the

achievement of graduate competency standard

(SKL), core competence (KI), and basic

competence (KD) particularly in dimension of

skills.

According to the Permendikbud number

66, 2013 about Standards Assessment, the

assessment in skill competence consist of

practice assessment, project assessment and

portfolio assessment that can be describe as

follows:

a. Practice Assessment

Practice test is an assessment that

requires a response in the form of skills to

do an activity or behavior in accordance

with the demands of competence. Practice

tests conducted by observing the activities

of learners in doing something. Assessment

is used to assess the achievement of

competencies that require learners to

perform certain tasks such as: practice in the

laboratory, practice to do prayer, practice to

sports, role playing, playing musical

instruments, singing, reading poetry, and so

on.

b. Project Assessment

Project is learning tasks which

includes the design, implementation, and

report by orally or writing within a certain

time. Project assessment is an assessment to

the tasks that need to be completed within a

certain time period or. The Tasks such an

investigation from planning, collecting,

organizing, processing and presentation of

data. Project assessment can be used to find

out the understanding, the ability to apply,

to investigate and to inform students on

subjects and indicators or specific topic

clearly.

Page 50: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013

In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 259

c. Portfolio Assessment

Portfolio assessment is the

assessment carried out by assessing the

entire collection of students' works in

certain fields that are reflective-integrative

to know the interests, developments,

achievements, and / or creativity of students

within a certain time. The work can be in

the form of concrete actions that reflect the

students’ concerns to their environment.

(Panduan Penilaian Pencapaian Kompetensi

Peserta Didik SMP. 2014)

RESEARCH METHOD

The researcher investigated the

implementation of assessment in curriculum

2013 in english subject of smpn bulukumba by

using descriptive qualitative research design.

The study was conducted in 4 Junior High

School in Bulukumba. One Junior High School

that represents districts in Bulukumba city, one

Junior High School representing the border of

Bulukumba city, and two Junior High Schools

representing the sub-districts outside of

Bulukumba city. There were eight piloting

schools of junior high school in Bulukumba.

The researcher selected the schools to be

researched by using purpose random sampling

because they were considered near from the

researcher place. The participants in this

research consist of four English teachers at

seventh grade of Junior High School who have

attended Curriculum 2013 training. In this case

one English teacher represented one school and

two headmasters representing four schools

above. The researcher chose the teachers at the

first grade because the implementation of

curriculum 2013 began from the first grade to

the second grade. Every single teacher and

headmasters had been observed and

interviewed for six meetings because the data

had been saturated.

FINDINGS

The findings consist of (1) The

implementation of the assessment in the

Curriculum 2013, (2) Teacher’s problem with

the implementation of the assessment on

Curriculum 2013 at junior high school, and (3)

The suggestion on problem solution from

English teacher and headmasters toward the

problem in conducting the assessment. The

data obtained through classroom observation,

photograph, sound recording, and interview

based on research design that was descriptive

qualitative design.

The implementation of the assessment in the

Curriculum 2013

The researcher provided questions for

teachers consisted of four parts. The first part is

their understanding about the changing of

assessment system on curiculum 2013. The

second is the actualisation of the assessment

implementation on curriculum 2013 The third

is their involvement in curriculum 2013

training. And the fourth is their respon on

curriculum changing.

a. Understanding about the changing of

assessment system on curiculum 2013

The objective of this sub part is to

investigate teacher’s understanding about

the changing of curriculum specifically to

the assessment changing. The first point

covers teachers’ point of view about

curriculum change from KTSP (Curriculum

2006) to curriculum 2013 particularly in

assessment aspect, the second point is their

understanding about assessment mechanism

in this curriculum 2013. The third point is

their point of view about authentic

assessment. The fourth point is their point

of view about the effectivity of the

assessment and the fifth point is their point

of view about the reduction of reading and

listening assessment.

b. The actualisation of the assessment

implementation in curriculum 2013

The objective of the second part is to

investigate how do the teacher implement

the assessment on curriculum 2013 such as,

how do they design the instrument of

assessment before process of learning take

place, how do they develop the assessment

instrument on every aspect, how do they

document assessment on every aspect, how

do they manage the result of the assessment,

facilitate the assessment by student, the

teacher action when there is a student

doesn’t reach the score target, components

the teacher should pay attention in

implementing the assessment, and expain

the technique and assessment format they

have done.

c. The involvement in curriculum 2013

training

The objective of this part is to

investigate how is teacher’s involvement in

assessment training and the information

they get about assessment curriculum 2013

d. Respond on curriculum changing

The objective of this sub part is to

investigate teacher’s perception about the

changing of curriculum in generally. The

first past is about the total time for English

Page 51: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

260 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

subject, the second is piloting school, and

the third is their suggestion for the

goverment.

Teacher’s problem with the implementation

of the assessment on Curriculum 2013 at

junior high school

This study has already identified the

problem that the teachers faced. The list of

teachers’ problems dealing with the assessment

of the curiculum 2013 found in preliminary

data are the following.

a. Teachers face problems dealing with the

curriculum changing particularly in

assessment process

b. Teachers face problems dealing with the

lack of material in the text book

c. Teachers face problems dealing with the

assessment integration of listening to

speaking and reading to writing

d. Teachers face problems dealing with

student’s attitude assessment

e. Teachers face problems dealing with time

allocation

Suggestion on problem solution from

English teacher and headmasters toward the

problem in conducting the assessment

The problems solution were suggested

by the teachers and headmaster. The points in

the suggestion was the teacher should be able

to adapt with the curriculum 2013. Had they

familiar with this curriculum they would have

been easy to implement it well. And they

should always ask to their friends who know

well about this curriculum. Whether in training,

teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing

with their colleague. The teacher also should

develop their material or find another material

whether in text book or internet when they

thought it doesn’t enough with the allocation

time.

DISCUSSION

The discussion of this research deals

with the interpretation of the findings derived

from the result of the script and the

researcher’s notes during the interaction or the

conversation of teaching and learning process,

it also deals with interpretation of the findings

in interview process.

First point is The implementation of the

assessment of English learning in curriculum

2013. Assessing student learning outcomes

based on the existing principle according to

minister regulation no. 81, assessment of

students’learning outcomes is based on the

principles of (1) valid, (2) objectively, (3)

equitable, (4) integrated, (5) opened, (6)

whole, (7) systematically, (8) criteria reference,

(9) accountable, and (10) educatively.

Regarding to the teacher and student textbooks

published by the government by integrating the

ability of listening and speaking to one as well

as with the ability of reading and writing the

respondents expressed no objection with that

thing because the program directs students to

make them easier to face national exam where

there are many reading texts in it. It is also

good because there are clear standards and

uniformity of the material, but teachers should

also be given the freedom to use other learning

resources and adapted to the conditions of each

school. Based on experience, exam question

are customized with the indicators, the

demands of each school and the student's

ability.

Second point is Teacher’s problem with the

implementation of the assessment on

Curriculum 2013 at junior high school. Based

on the above finding, there are some teachers

who were having some problems in the

implementation of the curriculum in 2013 starts

from the assessment assumed enough

complicating especially in attitude assessment,

the the book contained lack of material and

insufficient with the available time and the

material also little high for the student in junior

level. The Subsequent findings was the limited

time for teacher to have training for the

assessment and instructors who come from the

teachers of themselves are still not very

proficient in the areas of curriculum 2013.

Third point is the suggestion on problem

solution from English teacher and headmasters

toward the problem in conducting the

assessment. The problems solution were

suggested by the teachers and headmaster. The

points in the suggestion was the teacher should

be able to adapt with the curriculum 2013. Had

they familiar with this curriculum they would

have been easy to implement it well. And they

should always ask to their friends who know

well about this curriculum. Whether in training,

teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing

with their colleague. The teacher also should

develop their material or find another material

whether in text book or internet when they

thought it doesn’t enough with the allocation

time.

Page 52: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013

In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 261

CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS

Based on interviews and observations

conducted by researchers it can be concluded

that the respondents had conducted the

assessment of curriculum 2013 well in

accordance with the assessment

implementation guides. For further conclussion

we can see as follows:

In the implementation of the assessment

in the Curriculum 2013, some teachers

assumed that the aspects of assessment are too

complicated because many formats of the

assessment should be completed by them and

they are uncapable to provide the appropriate

assessment according to the aspects of

curriculum assessment 2013. Although some

teachers have not understand about the aspects

of curriculum assessment in 2013 but there are

still teachers understand the assessment well

because they are able to develop themselves

and conscious upon the importance of the

assessment of the students in measuring

student’s ability and achievement actually.

There were five numbers of problem

were found from the teachers’ perception on

the assessment in curriculum 2013, such as: (a)

Teachers face problems dealing with the

curriculum changing particularly in assessment

process, (b) Teachers face problems dealing

with the lack of material in the text book, (c)

Teachers face problems dealing with the

assessment integration of listening to speaking

and reading to writing, (d) Teachers face

problems dealing with student’s attitude

assessment, (e) Teachers face problems dealing

with time allocation.

The problems solution were suggested

by the teachers and headmaster. The points in

the suggestion was the teacher should be able

to adapt with the curriculum 2013. Had they

familiar with this curriculum they would have

been easy to implement it well. And they

should always ask to their friends who know

well about this curriculum. Whether in training,

teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing

with their colleague. The teacher also should

develop their material or find another material

whether in text book or internet when they

thought it doesn’t enough with the allocation

time.

REFERENCES

Angelo, T. (1995). Reassessing (and defining)

Assessment. The AAHE Bulletin,

48(2),7-9.

Johnson Jr., M. (1967). Definitions and models

in curriculum theory. Educational

Theory, 17(2), 127–140.

Mendikbud No.69 Tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar Dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Atas/

Madrasah Aliyah.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan

Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 66 Tahun 2013 Tentang

Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan

Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 160 Tahun 2014 Tentang

Pemberlakuan Kurikulum Tahun

2006 dan Kurikulum 2013.

Pinar, W. F. (2004). What is curriculum

theory? Mahwah, NJ: Lawrence

Erlbaum Associates, Inc.

Sadler, Philip M., and Eddie Good. 2006) The

Impact of Self- and Peer-Grading on

Student Learning. Educational

Assessment, 11 (1), 1–31 Copyright

© 2006, Lawrence Erlbaum

Associates, Inc.

UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada penjelasan pasal 35

http://www.koran-jakarta.com http://

www.socialresearchmethods.net http:

//www.tempo.co. Metro. 16 Agustus

2014.

Page 53: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

262 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Page 54: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial

2, Nurdin A.

3 263

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI

TERBIMBING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

PESERTA DIDIK PADA MATERI ASAM, BASA, DAN GARAM

Darmaeni1, Muhammad Danial

2, Nurdin Arsyad

3 *)

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba 1Guru SMP Negeri 1 Bulukumba

2,3Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah (i) untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri

terbimbing pada materi asam, basa, garam; (ii) untuk mendeskripsikan kevalidan, keefektifan, dan

kepraktisan perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing. Penelitian ini merupakan

penelitian pengembangan yang difokuskan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA

berbasis inkuiri terbimbing pada materi asam, basa, dan garam. Perangkat pembelajaran yang

dihasilkan dalam penelitian ini adalah RPP, Buku Ajar Peserta Didik (BAPD), Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model

Thiagarajan atau 4-D yang terdiri dari tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan

dan tahap penyebaran. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini divalidasi oleh

dua orang ahli dengan hasil penilaian berada pada kategori sangat valid untuk RPP dan BAPD dan

kategori valid untuk LKPD serta dapat digunakan dengan sedikit revisi. Pada penelitian ini uji coba

dilakukan satu kali. Uji coba dilakukan pada kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba. Hasil yang

diperoleh pada uji coba tersebut, yaitu: (1) perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing

sudah praktis, (2) perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada materi asam, basa, dan

garam sudah efektif karena telah memenuhi 3 dari 4 indikator keefektifan, yaitu: ketuntasan klasikal

tes hasil belajar telah tercapai, aktivitas peserta didik pada setiap pertemuan berada pada rentang

batas toleransi , dan respon peserta didik berada pada kategori positif. Dengan mengikuti tahap

pengembangan di atas, diperoleh perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada materi

Asam, Basa, dan Garam yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Berpikir Kritis

Abstract *)

The purpose of this study were (i) to produce the guided inquiry-based science learning on the

material acids, bases, salts; (Ii) to describe the validity, effectiveness and practicality of the device

guided inquiry-based science learning. This research is a development that is focused on developing

tools guided inquiry-based science learning on the material acids, bases and salts. Learning tools

generated in this study is the RPP, Textbook of Students (BAPD), Worksheet Students (LKPD). The

development model used in this study refers to the model Thiagarajan or 4-D comprising the step of

defining, designing stage, stage of development and deployment phase. Learning tools generated in

this study are validated by two experts with the assessment result is in the category very valid for the

RPP and BAPD and valid for LKPD category and can be used with minimal revision. In this study, the

test was carried one. Tests performed on grade VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba. The results obtained

in these trials, namely: (1) the learning device science-based guided inquiry has been practical, (2) the

learning device science-based guided inquiry on material acids, bases, and salts have been effective

because it has met three of the four indicators of effectiveness, namely: classical completeness

achievement test has been reached, the activity of learners at each meeting is in the range of tolerance

limits, and the response of students that are in the positive category. By following the above

development, obtained the guided inquiry-based science learning in materials Acids, Bases, and Salts

are valid criteria, practical, and effective.

Keywords: Guided Inquiry, Critical Thinking Skills

Page 55: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

264 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

PENDAHULUAN

Konsep pembelajaran IPA yang

dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Oleh karena itu

Pendidikan IPA juga diarahkan untuk proses

inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman

yang lebih mendalam tentang alam sekitar

(Trianto, 2013 : 153).

Seperti yang telah dijelaskan di atas

bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata

pelajaran yang berkaitan erat dengan cara

mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara

sistematis, ini berarti mata pelajaran IPA erat

kaitannya dengan kemampuan menggunakan

ketermpilan berpikirnya. Keterlibatan kita

dalam berbagai proses berpikir berarti kita

harus mengusai keterampilan berpikir dari

tingkat rendah (Lower Odrder Thinking Skill -

LOTS) sampai keterampilan berpikir tingkat

tinggi (Higher Order Thinking Skill - HOTS).

LOTS adalah keterampilan berpikir yang hanya

menuntut seseorang untuk mengingat,

memahami dan mengaplikasikan sesuatu rumus

atau hukum, Sedangkan HOTS adalah

keterampilan yang lebih dari sekedar

mengingat, memahami dan mengaplikasikan

(A. Thomas & G. Thorne dalam Al’Azzy).

Menurut Resnick dan Thomson (2008)

dalam Fatmawati (2013) bahwa berpikir

tingkat dasar (Lower Order Thinking) hanya

menggunakan kemampuan terbatas pada hal-

hal rutin dan bersifat mekanis, sedangkan

berpikir tingkat tinggi ( Higher Order

Thinking) membuat peserta didik untuk

menginterpretasikan, menganalisa atau bahkan

mampu memanipulasi informasi sebelumnya

sehingga tidak monoton.

Berpikir kritis merupakan salah satu

aspek dari kegiatan berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Thinking Skill – HOTS).

Dalam suatu proses pembelajaran IPA, jika

seorang peserta didik menggunakan

keterampilan berpikir tingkat tingginya maka

pembelajaran tersebut akan menjadi

pembelajaran yang bermakna. Karena anak

tidak hanya harus mengingat dan menghafal

konsep yang ditemui pada pelajaran, tetapi

peserta didik juga harus mampu memecahkan

suatu masalah dan membuat keputusan-

keputusan yang rasional mengenai sesuatu

yang dapat ia yakini kebenarannya. Dengan

begitu anak juga tidak akan mudah lupa

terhadap konsep IPA.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai

guru IPA SMP Negeri 1 Bulukumba tentang

kegiatan pembelajaran IPA di sekolah tersebut

adalah materi pelajaran dominan disajikan

melalui model pembelajaran langsung dengan

metode ceramah. Begitupula materi

pembelajaran tidak dikemas menyesuaikan

kondisi peserta didik sebab berpatokan pada

buku paket yang ada sehingga terkesan

monoton dan memaksa anak untuk berbuat

sesuai apa yang diperintahkan oleh guru,

Walupun peneliti pernah mencoba menerapkan

model pembelajaran Inkuiri dalam bentuk

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tetapi belum

menghasilakn perangkat pembelajaran yang

tepat, dimana perangkat yang dibuat belum

optimal dapat menunjang proses pembelajaran.

Keterbatasan dalam hal pembuatan RPP yang

belum menjelaskan kegiatan pembelajaran

secara menyeluruh dan kesesuaian penyajian

materi dengan waktu yang tersedia, sumber

belajar berupa buku yang digunakan oleh

peserta didik masih menggunakan buku paket

yang telah disediakan di sekolah (buku paket

pinjaman dari perpustakaan). Sedikit peserta

didik yang memiliki koleksi buku

pribadi/sendiri untuk dapat dipelajari sendiri di

rumah., begitu pula penggunaan LKPD yang

hanya memberi instruksi langsung kepada

peserta didik,sehingga melakukan kegiatan

sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam

LKPD tanpa memikirkan alasan pengerjaan

tahap demi tahap hal ini berakibat kurangnya

pengalaman pada peserta didik untuk bekerja

secara ilmiah.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis

peserta didik juga terjadi di SMP Negeri 1

Bulukumba. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 1

Bulukumba, diketahui bahwa guru masih

kurang menggali kemampuan berpikir kritis

dalam proses pembelajaran. Hal tersebut

terlihat dari kegiatan guru dan peserta didik

pada saat kegiatan pembelajaran antara lain:

metode pembelajaran yang biasanya digunakan

adalah ceramah, diskusi, yaitu guru

memberikan penjelasan, kemudian tanya

jawab, dan ditutup dengan pemberian tugas

atau latihan. Adapun Kelemahan diskusi yang

digunakan oleh guru selama ini adalah tidak

semua peserta didik dapat berperan aktif dalam

proses pembelajaran. Keterlibatan peserta didik

kurang optimal disebabkan oleh banyaknya

peserta didik yang pasif mengikuti pelajaran

Page 56: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial

2, Nurdin A.

3 265

karena kegiatan pembelajaran berpusat pada

guru, serta guru tidak mengajak peserta didik

berlatih untuk menganalisis suatu informasi

data atau argument, dengan kata lain tidak

melatih untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kritisnya.

Menurut Puskur (2007) dalam

Apriliyana U (2012) bahwa proses

pembelajaran sains hendaknya dilaksanakan

secara inkuiri ilmiah (Scientic inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja

dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting

kecakapan hidup. Pembelajaran yang berpusat

pada peserta didik (student centered), misalnya

inkuiri tepat digunakan untuk mengembangkan

kemandirian peserta didik dan mampu

memberdayakan kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis peserta didik

sangat penting dikembangkan demi

keberhasilannya dalam pendidikan secara

khusus dan dalam kehidupan bermasyarakat

secara umum. Salah satu alternatif model

pembelajaran IPA yang dapat diterapkan untuk

melatih peserta didik bekerja secara ilmiah dan

mengembangkan kemampuan berpikir dalam

hal menumbuhkan keterampilan berpikir kritis

dan hasil belajar peserta didik hingga dapat

memberikan penguatan terhadap kualitas

pembelajaran IPA di sekolah sebagai sarana

penelitian adalah model pembelajaran berbasis

inkuiri.

Dari uraian tersebut di atas, menandakan

bahwa proses pembelajaran IPA di SMP

Negeri 1 Bulukumba masih rendah ditinjau dari

segi kualitasnya. Kualitas proses pembelajaran

IPA yang rendah berakibat dari hasil belajar

peserta didik yang rendah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang

telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana

mengembangkan perangkat pembelajaran IPA

berbasis Inkuiri terbimbing pada materi

Asam, Basa, dan Garam? (2) Bagaimana

kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan

perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri

yang dikembangkan?

Berdasarkan rumusan masalah di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1)

Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran

IPA berbasis Inkuiri Terbimbing pada materi

Asam, Basa, dan Garam. (2) Untuk

mendeskripsikan kevalidan, keefektifan, dan

kepraktisan perangkat pembelajaran IPA

berbasis inkuiri terbimbing.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian

pengembangan (Research and Development)

yang bertujuan untuk mengembangkan dan

mendesain perangkat pembelajaran IPA

berbasis Inkuiri untuk menumbuhkan

keterampilan berpikir kritis peserta didik pada

materi Asam, Basa, dan Garam yang meliputi

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Buku Peserta Didik (BPD), dan Lembar

Kegiatan Peserta Didik (LKPD).

Penelitian ini dilaksanakan di SMP

Negeri 1 Bulukumba dan subyek ujicoba

penelitian adalah peserta didik kelas VII-2

semester genap tahun pelajaran 2015/2016

dengan jumlah peserta didik 34 orang.

Pengembangan perangkat pembelajaran

menggunakan model Thiagarajan yang dikenal

dengan 4D, yaitu define (pendefinisian), design

(perancangan), develop (pengembangan) dan

disseminate (penyebaran).

Instrumen penelitian digunakan untuk

memperoleh informasi tentang pembelajaran

IPA berbasis inkuiri pada materi Asam, Basa,

dan Garam. Instrumen pada penelitian ini

terdiri dari Komponen-komponen yaitu

kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

Berikut ini dikemukakan tentang data yang

akan diperoleh dengan menggunakan

instrumen-instrumen tersebut: (1) lembar

validasi perangkat pembelajaran, (2) lembar

observasi keterlaksanaan perangkat

pembelajaran, (3) lembar observasi aktivitas

peserta didik, (4) lembar angket respon peserta

diidk, (5) lembar angket respon guru, (6)

lembar penilaian hasil belajar.

Analisis data pada pengembangan

perangkat pembelajaran ini, digunakan teknik

analisis statistik deskriptif.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan

(develop)

Hasil dari setiap kegiatan pada tahap

pengembangan ini diuraikan sebagai berikut.

Analisis Hasil Penilaian Ahli

Analisis hasil validasi perangkat

pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Hasil analisis validasi RPP untuk setiap

aspek sebagaimana pada lampiran C yang

dirangkum sebagaimana tertera pada Tabel

4.2:

Page 57: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

266 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Berdasarkan Tabel 4.2 , hasil analisis

validasi RPP menunjukkan bahwa: (1)

keseluruhan aspek RPP dinilai sangat valid dan

(2) RPP tersebut tergolong reliabel karena nilai

reliabilitasnya sama dengan 100 %, ini sesuai

dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam

Nurdin). Dengan demikian, perangkat RPP

telah memenuhi kriteria kevalidan. Validator

juga menyimpulkan bahwa RPP dapat

digunakan dengan revisi kecil.

Walaupun secara keseluruhan aspek,

maupun masing-masing aspek sudah

memenuhi kriteria kevalidan dan reliabilitas,

namun masih ada saran dari validator yang

perlu diperhatikan. Saran tersebut adalah

sebagai berikut: (1) Alokasi Waktu disesuaikan

dengan penambahan aktivitas (V2) (2) Materi

pembelajaran diuraikan lengkap pada

BPD.(V2).

Berdasarkan saran dan komentar

validator maka dilakukan revisi dan

penyempurnaan terhadap perangkat RPP.

Adapun revisi RPP tersebut dapat dilihat pada

Tabel 4.3 :

b) Buku Ajar Peserta Didik (BAPD)

Aspek-aspek yang diperhatikan dalam

memvalidasi buku ajar peserta didik adalah:

penjabaran konsep, konstruksi, karakteristik

sub konsep, manfaat/kegunaan buku. Hasil

analisis validasi buku ajar peserta didik

untuk setiap aspek sebagaimana pada

lampiran yang dirangkum pada Tabel 4.4.

Berdasarkan Tabel 4.4, hasil analisis validasi buku ajar peserta didik menunjukkan bahwa: (1) Keseluruhan aspek buku teks pelajaran dinilai sangat valid dan (2) Buku ajar tersebut tergolong reliabel karena nilai reliabilitasnya 100 %, ini sesuai dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin). Validator juga menyimpulkan bahwa buku ajar peserta didik dapat digunakan dengan revisi kecil.

Walaupun secara keseluruhan aspek, maupun masing-masing aspek sudah memenuhi kriteria kevalidan dan reliabilitas, namun masih ada saran dari validator yang perlu diperhatikan. Saran tersebut adalah : “Gambar diperjelas dengan memberi keterangan”.

Berdasarkan saran dan komentar validator maka dilakukan revisi dan penyempurnaan terhadap perangkat buku ajar peserta didik. Adapun hasil revisi buku ajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.5.

c) Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD)

Aspek-aspek yang

diperhatikan dalam

memvalidasi Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD)

adalah aspek aktivitas,

materi yang disajikan,

bahasa, dan waktu.. Hasil

analisis validasi LKPD

sebagaimana pada lampiran dapat dirangkum

pada Tabel 4.6. :

Tabel 4.2.

Rangkuman Hasil Analisis Validasi RPP No Aspek penilaian x

Ket

1

2

3

4

5

6

Kesesuaian Tujuan

Materi yang disajikan

Bahasa

Sarana dan alat bantu

pembelajaran

Metode dan kegiatan

pembelajaran

Waktu

3,38

3,50

3,75

3,50

3,42

4,00

Sangat Valid

Sangat Valid

Sangat Valid

Sangat Valid

Valid

Sangat Valid

Jumlah 21,55

Rata-rata 3,59 Sangat

Valid

Persentase of Agreement

(Kategori) 100,00 Reliabel

Tabel 4.3.

Hasil Revisi RPP Yang direvisi Sebelum revisi Setelah revisi

Alokasi waktu disesuaikan

dengan aktivitas

Fase penguatan dan

membuat rangkuman di

kegiatan penutup (waktu

kegiatan penutup 7

menit)

Fase penguatan dan

merangkum di kegiatan

penutup (waktu kegiatan

penutup bertambah 3

menit sehingga menjadi

10 menit.

Uraian materi

Pembelajaran

Uraian materi terlalu

padat

Uraian materi dipersempit

karena uraian lengkap

terdapat pada Buku

Peserta Didik (BPD)

Tabel 4.4.

Rangkuman Hasil Analisis Validasi

Buku Ajar Peserta Didik

No Aspek penilaian x

Ket

1

2

3

4

Penjabaran konsep

Konstruksi

Karakteristik sub konsep

Manfaat/kegunaan buku

3,75

3,44

3,50

3,75

Sangat Valid

Valid

Sangat Valid

Sangat Valid

Jumlah 14,44

Rata-rata 3,61 Sangat Valid

Persentase of Agreement

(Kategori)

100,0

0

Reliabel

Tabel 4.5.

Hasil Revisi Buku Ajar Peserta Didik Hal Yang

direvisi

Sebelum revisi Setelah revisi

Validator 1 Gambar

gambar yang

diberikan tidak

dilengkapi dengan

keterangan.

Gambar sudah

dilengkapi dengan

keterangan

Page 58: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial

2, Nurdin A.

3 267

Berdasarkan Tabel 4.6, hasil analisis

validasi LKPD menunjukkan bahwa: (1)

keseluruhan aspek LKPD dinilai valid dan (2)

LKPD tersebut tergolong reliabel karena

persentase 0f agreement(R) adalah 100 %, ini

sesuai dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam

Nurdin). Validator juga menyimpulkan bahwa

LKPD dapat digunakan dengan revisi kecil.

Walaupun hasil akhir dari validasi untuk

lembar kerja peserta didik menunjukkan bahwa

para validator umumnya menyimpulkan bahwa

lembar kerja yang dikembangkan valid dan

dapat digunakan dengan melakukan revisi

kecil, tapi masih ada saran dari validator demi

untuk kesempurnaan lembar kerja sebelum

dilakukan uji coba. Hasil revisi berdasarkan

masukan, koreksi, dan saran-saran dari

validator sebagaimana pada Tabel 4.7. berikut

ini :

Analisis hasil validasi instrument

penelitian dideskripsikan sebagai berikut:

1) Lembar Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran

Aspek-aspek yang diperhatikan

dalam memvalidasi lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran adalah aspek

tujuan, aspek cakupan unsure-unsur

pembelajaran, dan bahasa. Hasil analisis

validasi lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran sebagaimana pada lampiran

dapat dirangkum pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8.

Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar

Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

No Aspek Rata-

rata Keterangan

1 Tujuan 3,50 Sangat Valid

2

Cakupan unsur-

unsur

pembelajaran 3.50 Sangat Valid

3 Bahasa 3,67 Sangat Valid

Jumlah 10,67

Rata-rata total 3,56 Sangat Valid

Persentase of

agreement

(Kategori) 100,00 Reliabel

Berdasarkan Tabel 4.8, hasil analisis

validasi lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran menunjukkan bahwa: (1)

keseluruhan aspek dinilai “ sangat valid”, (2)

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

tersebut tergolong reliabel karena semua aspek

nilai reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai

dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam

Nurdin).

2) Lembar penilaian hasil belajar

Aspek-aspek yang diperhatikan

dalam memvalidasi lembar penilaian hasil

belajar (LPHB) adalah aspek Materi soal,

konstruksi, dan bahasa. Hasil analisis

validasi penilaian hasil belajar

sebagaimana pada lampiran dapat

dirangkum pada Tabel 4.9. di bawah ini:

Tabel 4.9.

Rangkuman hasil analisis validasi LPHB

No Aspek Rata-

rata Keterangan

1 Materi soal 3,30 Valid

2 Konstruksi 3.38 Valid

3 Bahasa 3,50 Sangat Valid

Jumlah 10,16

Rata-rata

total 3,39 Valid

Persentase of

agreement

(Kategori) 100,00 Reliabel

Berdasarkan Tabel 4.9, hasil analisis

validasi LPHB menunjukkan bahwa (1)

keseluruhan aspek dinilai “ valid”, (2) LPHB

tersebut tergolong reliabel karena semua aspek

nilai reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai

dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam

Tabel 4.6.

Rangkuman Hasil Analisis Validasi LKPD No Aspek penilaian Rata-rata Ket

1

2

3

4

Aktivitas

Materi yang

disajikan

Bahasa

Waktu

3,60

3,36

3,43

3,50

Sangat Valid

Valid

Valid

Sangat Valid

Jumlah 14,39

Rata-rata total 3,47 Valid

Persentase of

Agreement

(Kategori)

100,00 Reliabel

Tabel 4.7.

Hasil Revisi Lembar Kerja Peserta Didik Hal yang

Direvisi

Sebelum

Revisi

Setelah

Revisi

Validator

2

Alokasi

waktu

Pada fase

kegiatan

pengamatan

tidak

dicantumkan

alokasi waktu

Sudah

dicantumkan

alokasi

waktunya

Page 59: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

268 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Nurdin). Walaupun hasil akhir dari validasi

untuk penilaian hasil belajar menunjukkan

bahwa para validator umumnya menyimpulkan

bahwa penilaian hasil belajar yang

dikembangkan valid dan dapat digunakan

dengan sedikit revisi revisi, tapi masih ada

saran dari validator demi untuk kesempurnaan

penilaian hasil belajar sebelum dilakukan uji

coba. Hasil revisi berdasarkan masukan,

koreksi, dan saran-saran dari validator

sebagaimana pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10.

Hasil Revisi Lembar Penilaian Hasil Belajar

3) Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik

Aspek-aspek yang diperhatikan

dalam memvalidasi lembar observasi

aktivitas peserta didik adalah aspek

petunjuk, aspek cakupan aktivitas, dan

bahasa.. Hasil analisis validasi lembar

observasi aktivitas peserta didik

sebagaimana pada lampiran dapat

dirangkum pada Tabel 4.11.

Tabel 4. 11.

Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar

Observasi Aktivitas Peserta Didik

No Aspek Rata-

rata Keterangan

1 Petunjuk 3,50 Sangat Valid

2

Cakupan

aktivitas 3.50 Sangat Valid

3 Bahasa 3,50 Sangat Valid

Jumlah 10,50

Rata-rata total 3,50 Sangat Valid

Persentase of

agreement

(Kategori) 100,00 Reliabel

Berdasarkan Tabel 4.11, hasil analisis

validasi lembar aktivitas peserta didik

menunjukkan bahwa (1) keseluruhan aspek

dinilai “ sangat valid”, (2) lembar observasi

aktivitas peserta didik tersebut tergolong

reliabel karena semua aspek nilai

reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai dengan

syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin).

4) Respon peserta didik dan guru

Aspek-aspek yang diperhatikan

dalam memvalidasi lembar observasi

respon peserta didik adalah aspek materi,

aspek konstruksi, dan bahasa.. Hasil

analisis validasi lembar observasi respon

peserta didik sebagaimana pada lampiran

dapat dirangkum pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12.

Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar

Observasi Respon Peserta Didik dan Guru

No Aspek Rata-rata Respon Keterangan

Peserta

didik

Guru

1 Materi 3,50 3,50 Sangat Valid

2 Konstruksi 3.50 3,50 Sangat Valid

3 Bahasa 3,50 3,50 Sangat Valid

Jumlah 10,50 10,50

Rata-rata

total 3,50 3,50 Sangat Valid

Persentase

of

agreement

(Kategori)

100,00 100,00

Reliabel

Berdasarkan Tabel 4.12, hasil analisis

validasi lembar respon peserta didik dan guru

menunjukkan bahwa (1) keseluruhan aspek

dinilai “ sangat valid”, (2) lembar observasi

respon peserta didik dan guru tersebut

tergolong reliabel karena semua aspek nilai

reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai dengan

syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin).

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa secara umum rata-rata

penilaian atau hasil validasi dari dua orang

validator pada perangkat pembelajaran berupa

RPP dan BPD yang digunakan berada pada

kategori “sangat valid”, dan Lembar kerja

Peserta Didik (LKPD) berada pada kategori ”

Valid”. Demikian pulan hasil validasi pada

instrumen penelitian berupa lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi

aktivitas peserta didik, dan lembar angket

respon peserta didik dan guru berada pada

kategori “Sangat Valid” dan lembar penilaian

hasil belajar berada pada kategori “Valid”. Hal

ini berarti perangkat pembelajaran maupun

instrumen pembelajaran tersebut telah layak

untuk diujicobakan.

Akhirnya setelah dilakukan beberapa

revisi berdasarkan masukan dari validator

dihasilkan perangkat pembelajaran (Prototipe

II), yang digunakan pada kegiatan uji coba.

Analisis Hasil Ujicoba Lapangan

Perangkat Pembelajaran yang telah

direvisi berdasarkan masukan dari para

Hal yang

Direvisi

Sebelum

Revisi

Setelah

Revisi

Validator 2

Jumlah butir

soal disesuaikan

dengan alokasi

waktunya

Terdiri dari 10

butir soal

Terdiri

dari 8 butir

soal

Page 60: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial

2, Nurdin A.

3 269

validator selanjutnya diujicobakan di kelas VII2

SMP Negeri 1 Bulukumba dengan jumah

peserta didik 34 orang. Pada kegiatan ini

peneliti terlibat langsung pada proses

pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang di

ujicobakan meliputi RPP, Buku peserta didik,

dan LKPD. Uji coba perangkat pembelajaran

bertujuan untuk penyempurnaan perangkat

pembelajaran. Adapun rincian pelaksanan uji

coba dirangkum dalam tabel 4.13.

Tabel 4.13.

Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Perangkat

Pembelajaran

Pertemuan Hari/Tanggal Uji coba Perangkat

Pembelajaran Buku siswa

I

II

III

Rabu, 13-4-

2016

Kamis, 14-4-

2016

Rabu, 20-4-

2016

RPP

01

RPP

02

RPP

03

LKS

01

LKS

02

LKS

03

Pembelajaran

01

Pembelajaran

01

Pembelajaran

03

IV Kamis, 21-

04-2016

Tes Hasil Belajar

V Rabu, 04-05-

2016

Pengisisan angket respon

Peserta didik

Peserta didik yang menjadi subjek uji

coba perangkat ini adalah peserta didik Kelas

VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba, semester

genap tahun pelajaran 2015/2016. Dengan

jumlah peserta didik sebanyak 34 orang dengan

kemampuan akademik yang beragam, ada

peserta didik yang berkemampuan tinggi,

sedang, dan rendah. Dalam proses

pembelajaran, peserta didik dikelompokkan 4

atau 5 orang dalam satu kelompok, yang terdiri

dari 1 atau 2 orang peserta didik kelompok

atas, 1 atau 2 orang peserta didik kelompok

tengah, dan 1 orang peserta didik kelompok

bawah. Pembagian kelompok didasarkan dari

rata-rata nilai ulangan harian, serta keaktifan

peserta didik dalam pembelajaran IPA selama

di kelas VII. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa kemampuan rata-rata tiap

kelompok relatif sama. Guru dalam penelitian

ini adalah peneliti sendiri.

Deskripsi hasil ujicoba perangkat

pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali

pertemuan mulai tanggal 13 April 2016 sampai

4 Mei 2016, yaitu 3 kali pertemuan untuk

KBM, 1 kali tes hasil belajar dan 1 kali

pengisian angket respon terhadap perangkat

pembelajaran. Pengisian angket respon peserta

didik dilaksanakan setelah uji coba perangkat

dilakukan. Rancangan awal perangkat

pembelajaran (Prorotipe I) divalidasi oleh ahli.

Hasil validasi ahli dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk merevisi perangkat

pembelajaran yang menghasilkan Prototipe II,

kemudian diujicobakan di kelas VII2 SMP

Negeri 1 Bulukumba.

Data yang diperoleh saat uji coba

dianalisis, kemudian hasilnya digunakan

sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi

Prototipe II menjadi perangkat final

yang selanjutnya akan disosialisasikan pada

proses penyebaran..Berikut adalah gambaran

data yang diperoleh dari hasil uji coba berupa

data keterlaksanaan perangkat pembelajaran,

data aktivitas peserta didik, data tes hasil

belajar, data respons peserta didik, dan data

respon guru.

Uji kepraktisan (keterlaksanaan) perangkat

pembelajaran

a) Deskripsi hasil analisis keterlaksanaan

perangkat pembelajaran

Tujuan utama analisis data

keterlaksanaan perangkat pembelajaran

adalah untuk melihat sejauh mana tingkat

kepraktisan penggunaan perangkat dalam

proses pembelajaran. Dalam mengobservasi

keterlaksanaan perangkat, peneliti

menggunakan dua orang guru mitra sebagai

pengamat pada setiap pertemuan,

selanjutnya untuk memberikan penekanan

bahwa lembar keterlaksanaan pembelajaran

memenuhi reliabilita s maka, dihitung

reliabilitas lembar pengamatan

keterlaksanaan perangkat tersebut dengan

menggunakan hasil modifikasi rumus

percentage of agreements Grinnel (Nurdin,

2007 : 145) sebagai berikut:

dengan:

A = Jumlah frekuensi kecocokan antara,

dua pengamat

D = Jumlah frekuensi ketidakcocokan

antara dua pengamat

R = Reliabilitas instrumen

Agar lebih mudah menarik

kesimpulan, maka data pengamatan

keterlaksanaan perangkat pembelajaran

dianalisis per aspek. Adapun hasil analisis

untuk masing-masing aspek dijelaskan

sebagai berikut:

1) Komponen sintaks pembelajaran inkuiri

terbimbing. Hasil pengamatan terhadap

keterlaksanaan komponen sintaks

%100(A) (D)

(A)

agreementntsDisagreeme

Agreements

RagreementofPercentage

Page 61: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

270 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

pembelajaran inkuiiri terbimbing selama

uji coba dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14.

Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen

Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No Aspek

Pengamatan

Hasil Pengamatan

A B A B A B

1 Fase

penyampaian

tujuan

pembelajaran

dan memotivasi

peserta didik;

1 2 2 2 2 2

2 Fase Orientasi; 2 2 2 2 2 2

3 Fase

membimbing

peserta didik

dalam

merumuskan

masalah;

2 2 2 2 2 2

4 Fase

membimbing

peserta didik

dalam

merumuskan

hipotesis;

2 2 2 2 2 2

5 Fase

membimbing

peserta didik

dalam

mengumpulkan

data melalui

eksperimen

2 2 2 2 2 2

6. Fase

membimbing

peserta didik

dalam

menganalisis

data untuk

menguji

hipotesis

2 2 2 2 2 2

7. Fase

merumuskan

kesimpulan

2 2 2 2 2 2

Agreement 7 7 7

Disagreement 0 0 0

Rata-rata pengamatan 1,93 2,00 2,00

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa jumlah

agreement dua pengamat adalah 21 dan

disagreement adalah 0, berarti dua pengamat

sepakat bahwa Komponen Sintaks

pembelajaran IPA berbasis Inkuiri Terbimbing

terlaksana dengan percentage of agreement

(PA) = 100%. Jika dikonfirmasi dengan kriteria

keterlaksanaan pada bab III, maka disimpulkan

Komponen sintaks pembelajaran berbasis

Inkuiri Terbimbing terlaksana seluruhnya (1,5

≤ x ≤ 2,0).

2). Interaksi sosial. Hasil pengamatan terhadap

keterlaksanaan komponen interaksi sosial

selama uji coba dapat dilihat pada Tabel

4.15.berikut:

Tabel 4.15.

Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen

Interaksi Sosial

No Aspek Pengamatan

Hasil

Pengamatan

Pert.

1

Pert.

2

Pert.

3

A B A B A B

1. Interaksi antara guru

dan peserta didik,

serta peserta didik dan

peserta didik.

2 1 2 2 2 2

2. Keaktifan peserta

didik dalam

melakukan aktivitas

untuk menemukan

konsep pembelajaran

yang sesuai dengan

petunjuk pada buku

peserta didik dan

LKPD

2 2 1 2 2 2

3 Keaktifan peserta

didik dalam

menyelesaikan

masalah yang terdapat

pada LKPD.

1 2 2 2 2 2

4 Keaktifan peserta

didik dalam belajar

khususnya pada saat

peserta didik

mengkonstruksi

pengetahuan dan

menyelesaikan LKPD.

1 2 2 1 2 1

Agreement 4 4 4

Disagreement 0 0 0

Rata-rata 1.63 1.75 1,88

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa

jumlah agreement dua pengamat adalah 12

dan disagreement adalah 0, rata-rata

pengamatan 1,75 berarti dua pengamat

sepakat bahwa Komponen interaksi sosial

terlaksana dengan percentage of

agreement (PA) = 100%. Jika

dikonfirmasi dengan kriteria

keterlaksanaan pada bab III, maka

Page 62: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial

2, Nurdin A.

3 271

disimpulkan Komponen interaksi sosial

terlaksana seluruhnya (1,5 ≤ x ≤ 2,0).

3). Prinsip reaksi. Hasil pengamatan terhadap

keterlaksanaan komponen prinsip reaksi

selama uji coba dapat dilihat pada Tabel

4.16 berikut:

Tabel 4.16.

Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen

Prinsip Reaksi

No Aspek Pengamatan

Hasil Pengamatan

Pert. 1

Pert. 2

Pert. 3

A B A B A B

1 guru

membangkitkan

motivasi peserta

didik dan

menciptakan

suasana yang

nyaman untuk

pembelajaran.

2 2 2 2 2 2

2 Guru menyedikan

dan mengelola

sumber-sumber

belajar yang sesuai

dengan KD yang

akan dicapai.

2 2 2 2 2 2

3 guru

memperhitungkan

rasionalitas alokasi

waktu dan

memecahkan

masalah pada buku

peserta didik dan

LKPD.

1 1 1 2 2 2

4 guru membimbing

peserta didik

dalam

menyelesaikan

masalah pada buku

peserta didik dan

LKPD

2 2 2 2 2 2

5 guru memberikan

penguatan kepada

peserta didik.

2 2 1 2 2 2

Agreement 5 5 5

Disagreement 0 0 0

Rata-rata pengamatan 1.80 1.80 2,00

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa jumlah

agreement dua pengamat adalah 20 dan

disagreement adalah 0 dan rata-rata

pengamatan 1,87 , berarti dua pengamat

sepakat bahwa Komponen prinsip reaksi

terlaksana dengan percentage of agreement

(PA) = 100%. Jika dikonfirmasi dengan kriteria

keterlaksanaan maka disimpulkan Komponen

prinsip reaksi terlaksana seluruhnya (1,5 ≤ x

≤ 2,0).

Uji keefektifan perangkat pembelajaran

Pada bagian sebelumnya, telah

dikemukakan hasil uji kevalidan beserta

perangkat-perangkat dan instrumen yang lain.

Selanjutnya akan dideskripsikan hasil uji

keefektifan. Pada batasan istilah telah

dinyatakan bahwa perangkat pembelajaran

dikatakan efektif apabila memenuhi 3 dari 4

kriteria keefektifan tetapi kriteria pertama harus

dipenuhi.. Kriteria tersebut yaitu : (1)

Ketercapaian ketuntasan belajar yaitu minimal

80% peserta didik mencapai penguasaan

perangkat pembelajaran yaitu mencapai nilai

minimal 75 (berdasarkan KKM untuk kelas

VII SMP Negeri 1 Bulukumba) untuk rentang

skor 0 – 100, (2) aktivitas peserta didik selama

kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi

waktu yang telah ditetapkan, (3) untuk respon

peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran,

sekurang-kurangnya 80% dari peserta didik

yang member respon positif:

a) Deskripsi penilaian hasil belajar.

Hasil analisis deskriptif skor tes hasil

belajar peserta didik setelah pembelajaran

dengan menggunakan perangkat

pembelajaran IPA berbasis Inkuiri

Terbimbing untuk menumbuhkan

keterampilan berpikir kritis peserta didik

dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19.

Statistik Skor Hasil Belajar Peserta Didik pada

Materi Asam, Basa, dan Garam Kelas VII2

SMP Negeri 1 Bulukumba

Variabel Nilai Statistik

Subjek Penelitian 34

Skor Ideal 100

Rata-rata 88,11

Standar Deviasi 10,00

Rentang Skor 37

Skor Maksimum 100

Skor Minimum 63,00

Tabel 4.19. menunjukkan bahwa nilai

rata-rata hasil belajar peserta didik Kelas

VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba pada materi

Asam, Basa, dan Garam adalah rata – rata

hasil belajar peserta didik yang diperoleh

adalah 88,11 dengan standar deviasi 10,00.

Page 63: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

272 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

nilai tertinggi yakni 100 dan nilai terendah

63 dengan rentang nilai 37. Jika nilai hasil

belajar yang ada dikelompokkan ke dalam 5

kategori, maka diperoleh distribusi

frekuensi seperti pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor

Prestasi Hasil Belajar IPA KelasVII2 SMP

Negeri 1 Bulukumba pada Tes Hasil Belajar

Tabel 4.20, menunjukkan bahwa dari 34

peserta didik yang mengikuti tes hasil belajar,

terdapat 0% peserta didik yang berada pada

kategori sangat rendah, 0% berada pada

kategori rendah, 2,94% berada pada kategori

sedang, 29,41% peserta didik yang berada

pada kategori tinggi, dan 67,65% peserta didik

berada pada kategori sangat tinggi. Nilai rata-

rata hasil belajar IPA peserta didik Kelas VII2

SMP Negeri 1 Bulukumba adalah 88,11 dari

nilai ideal 100 berada pada interval 85 - 100.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

rata-rata nilai hasil belajar IPA peserta didik

Kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba berada

pada kategori “Sangat Tinggi”.

Apabila hasil belajar peserta didik

dianalisis maka persentase ketuntasan hasil

belajar peserta didik setelah diterapkan

perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri

Terbimbing untuk menumbuhkan keterampilan

berpikir kritis peserta didik dapat dilihat pada

Tabel 4.21.

Tabel 4.21.

Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Nilai Kategori Frek. Persentase

0 – 74

75 – 100

Tidak Tuntas

Tuntas

4

30

11,77%

88,24%

Tabel 4.21. diatas menunjukkan bahwa

dari 34 peserta didik terdapat 88,24% peserta

didik yang telah tuntas belajar. Dengan

demikian, menurut kriteria pada BAB III,

penguasaan tes hasil belajar peserta didik sudah

memenuhi standar ketuntasan klasikal.

Selain hasil analisis deskriptif skor

tes hasil belajar peserta didik juga dilakukan

analisis Pencapaian Keterampilan berpikir

Kritis Peserta Didik. Hasil analisis pencapaian

keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada

tabel 4.22. berikut:

Tabel 4.22.

Hasil Analisis Pencapaian Keterampilan

Berpikir Kritis

Berdasarkan hasil analisis

keterampilan berpikir kritis peserta didik

dengan menggunakan penilaian skala lima

dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan

keterampilan berpikir kritis peserta didik

berbeda-beda, terdapat 11,76% kategori

sangat rendah, 20,59% kategori rendah,

17,65% kategori sedang, 50% kategori

baik.dan tidak terdapat pencapaian

keterampilan berpikir kritis dalam kategori

sangat tinggi. Hasil pencapaian tersebut

tentunya tidak lepas dari tingkat penguasaan

indikator berpikir kritis tiap peserta didik.

Dalam hal ini ada peserta didik yang tingkat

pemahamannya tinggi, ada yang sedang dan

ada yang rendah secara individu. Hal ini

karena tes yang mengacu pada indikator-

indikator dari berpikir kritis masih terdapat

sebagian peserta didik yang belum

memahami/menguasai dengan baik,

sehingga secara keseluruhan nilai pada

kategori sangat tinggi belum didapatkan.

b) Deskripsi hasil pengamatan aktivitas peserta

didik.

Instrumen lembar pengamatan

aktivitas peserta didik digunakan untuk

mengamati semua aktivitas peserta didik

selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pengamatan dilakukan oleh 2 orang

observer/pengamat terhadap 1 kelompok

peserta didik yang dipilih oleh pengamat

dari 7 kelompok yang terbentuk.

Pembagian kelompok didasarkan dari rata-

rata nilai ulangan harian, serta keaktifan

Skor

Jumlah

peserta

didik

Prs Nilai

huruf Interpretasi

48 ke atas

43 – 47

39 – 42

34 – 38

33ke bawah

0

17

6

7

4

0

50

17,65

20,59

11,76

a

b

c

d

e

sangat

tinggi

tinggi

sedang

rendah

sangat

rendah

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0 – 34 Sangat

Rendah - 0%

35 – 54 Rendah - 0 %

55 – 64 Sedang 1 2,94%

65 – 84 Tinggi 10 29,41%

85 -100 Sangat

Tinggi 23 67,65%

Page 64: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial

2, Nurdin A.

3 273

peserta didik dalam pembelajaran IPA

selama di kelas VII.

Prosedur pengamatan yang dilakukan

adalah setiap 4 menit pengamat melakukan

pengamatan terhadap aktivitas peserta didik

yang dominan muncul dan 1 menit

berikutnya pengamat menuliskan hasil

pengamatannya pada lembar yang

disediakan. Frekuensi aktivitas peserta didik

terangkum pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23.

Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik

Aspek Pengamatan

Aktivitas Peserta didik

Rata-rata

Persentase

aktivitas

peserta

didik

Interval

Toleransi

PWI (%)

Aktif memperhatikan

penjelasan guru

17,50 13-23

Aktif berdiskusi

dengan teman

kelompoknya untuk

merumuskan masalah

11,67

7-17

Aktif melakukan

kegiatan bersama

teman kelompoknya

18,13 13-23

Aktif berdiskusi

dengan teman

kelompoknya dalam

menyusun konsep

terkait materi yang

dipelajari.

15,21 13-23

Meminta bimbingan

pada guru jika

mengalami kesulitan

dalam kelompok

11,25 1-11

Menyajikan dan

menanggapi hasil kerja

kelompok.

13,96 7-17

Membuat

rangkuman/kesimpulan

11,04 7-17

Melakukan kegiatan di

luar tugas belajar,

misalnya mengantuk,

ngobrol, tidur,

melamun, bermain,

dan sebagainya

1.25 0 – 5

Berdasarkan Tabel 4.23, terlihat

bahwa selama kegiatan pembelajaran IPA

berbasis Inkuiri Terbimbing berlangsung,

peserta didik telah terlibat secara aktif

sehingga dominasi guru dalam

pembelajaran dapat berkurang.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba

perangkat pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri

Terbimbing pada materi Asam, Basa, dan

Garam pada kelas VII2 SMP Negeri 1

Bulukumba diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengembangan perangkat pembelajaran

pada penelitian ini menggunakan model 4-

D yang terdiri dari 4 tahap yaitu

pendefinisian (define), perancangan

(design), dan pengembangan (develop),

dan tahap penyebaran (dessiminate).

Adapun langkah-langkah kegiatan

pengembangan yang dilakukan oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

a. Tahap pendefinisian (define); meliputi

kegiatan analisi awal-akhir, analisi

peserta didik, analisi materi, analisi

tugas dan analisis spesifikasi tujuan

pembelajaran.

b. Tahap perancangan (design); meliputi

kegiatan pemilihan media , pemilihan

format dan rancangan awal perangkat

pembelajaran (Prototipe I)

c. Tahap pengembangan(develop);

meliputi kegiatan validasi ahli, revisi I

(Prototipe II), uji coba perangkat

pembelajaran (Prototipe III) sehingga

diperoleh hasil pengembangan.

d. Tahap penyebaran (disseminate);

meliputi sosialisasi secara terbatas pada

guru IPA SMPN 1 Bulukumba.

2. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan

pada penelitian ini adalah perangkat

pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri

Terbimbing pada materi Asam, Basa, dan

Garam untuk peserta didik kelas VII SMP

yang terdiri dari:

a. Rencana Pelaksanaan pembelajaran

(RPP): RPP yang dihasilkan pada

penelitian ini adalah 3 buah RPP untuk

3 pertemuan berisi garis besar tentang

hal-hal yang akan dilakukan oleh guru

dan peserta didik selama proses

pembelajaran berlangsung dengan

pembelajaran berbasis Inkuiri

Terbimbing

b. Buku Ajar Peserta Didik; Buku ajar

peserta didik yang merupakan buku

panduan bagi peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran yang memuat

materi pelajaran dan soal latihan

c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD);

Merupakan salah satu jenis alat bantu

pembelajaran, yang terdiri dari 3 buah

LKPD untuk 3 pertemuan yang

Page 65: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

274 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

berisikan aktivitas penyelidikan berupa

petunjuk/ arahan langkah-langkah

dalam menemukan konsep, masalah

sebagai penerapan dari konsep/prinsip

3. Secara Umum hasil pengembangan

perangkat pembelajaran dalam penelitian

ini valid, praktis dan efektif. (a)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan Buku Peserta didik (BPD)

“Sangat Valid”, Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) dikategorikan “Valid” (b)

Praktis, berdasarkan hasil pengamatan

oleh observer bahwa perangkat

pembelajaran terlaksana dengan baik pada

saat uji coba serta memperoleh respon

positif terhadap perangkat dan proses

pembelajaran dan (c) efektif, telah

memenuhi tiga kreteria yaitu ketuntasan

belajar secara klasikal tercapai, aktivitas

siswa efektif dan respon siswa terhadap

pembelajaran positif

DAFTAR PUSTAKA

Al’Azzy,U.L & Budiono Eddy.(…..).

Penerapan Strategi Brain Bassed

Learning yang dapat Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.

Online. http:// Jurnalonline.um.ac.id/

/artikelID7E65F5E46C6CBD3E592D3

8AF9EF0..(diakses pada tanggal 21

Januari 2016)

Apriliyana U, Fitrihidayati H, Rahardjo.

(2012). Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada

Materi Pencemaran Lingkungan dalam

Upaya Melatih Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Kelas X SMA.

Asmuniv.(2015). Pendekatan Inkuiri dan Siklus

Belajar sebagai Upaya Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Keterampilan

Berpikir Kritis. Malang: PPPPTK-

VEDC.Online.(http://www.Vedcmalan

g.com/pppptkboemlg/indeks.php

diakses pada tanggal 11 Januari 2016)

Damayanti,D.S, Ngazizah,N, Setyadi K,E.

(2012). Pengembangan Lembar Kerja

Siswa (LKS) dengan Pendekatan

Inkuiri Terbimbing untuk

Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir

Kritis Peserta Didik pada Materi

Listrik Dinamis SMA Negeri 3

Purwerejo kelas X Tahun Pelajaran

2012/2013. Online. Radiasi

Vol.3.No.1.Dyah Shinta Damayanti.

Program Studi Pendidikan Fisika

Universitas Muhammadiyah

Purwerejo. (diakses pada tanggal ....)

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik

Indonesi Nomor 20 Tahun 2003.

Online.

http://sdm.datakemdikbud.go.id/

/undang-undang-no-20-entang.

sisdiknas. pdf. (diakses pada tanggal 14

Januari 2016)

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan

Bahan ajar. Jakarta: Depertemen

Pendidikan Nasional.

Fatmawati,H, Mardiyana, Triyanto. (2013).

Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam

Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan Polya pada Pokok

Bahasan Persamaan Kuadrat

(penelitian pada Siswa Kelas X SMK

Muhammadiyah 1 Sragen Tahun

Pelajaran 2013/2014). Online. Jurnal

Elektronik Pembelajaran Matematika

ISSN: 2339-1685 Vol.2 No.9, hal 899-

910, Novemver 2014. http://jurnal

fkip.uns.ac.id.

Goldberg D E. 2008. Kimia untuk Pemula.

Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga

Hadiyanti, L.N. (2013). Keterampilan Berpikir

Kritis (Critical ThinkingSkill) dalam

Berbagai Deimensi Pembelajaran

Biologi. Program Magister Pendidikan

Biologi Sekolah Pascasarjana.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Sintesis Jurnal Internasional.

Online.(diakses pada tanggal 16

Desember 2015).

Hamalik,O.(2001). Perencanaan Pengajaran

Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Bandung: Bumi Aksara.

Herdian. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri.

Online.

http://herdi07.wordpress.com/2010/05/

07/model-pembelajaran-inkuiri.html

Jusmiati Jafar. (2014). Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri pada Mata

Pelajaran Biologi terhadap aktivitas,

Kemampuan Berpikir Kritis, dan Hasil

Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 1

Alla Kabupaten Enrekang. Tesis.

Program Pascasarjana UNM Makassar.

Tidak Diterbitkan.

Kemendiknas. 2007. Permendiknas Nomor 41

Tahun 2007 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta.

Page 66: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial

2, Nurdin A.

3 275

Miftah, 2013. Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Berorientasi Metode

Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Terhadap Pencapaian Keterampilan

Proses Sains dan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik MAN 2

Model Makassar. Tesis. Program

Pascasarjana UNM Makassar. Tidak

diterbitkan.

Nurdin. 2007. Model Pembelajaran

Matematika yang Menumbuhkan

Kemampuan Metakognitif untuk

Menguasai Bahan Ajar. Disertasi.

Tidak diterbitkan. Surabaya: PPs

UNESA

Patmawati,H. 2011. Analisis Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajran

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

dengan Metode Praktikum. Program

Studi Pendidikan Kimia. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Online

(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/...

/1 (diakses pada tanggal 30 Desember

2015)

Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses

pendidikan. Jakarta: Prenada Media

Group.

Sohrah Saleh. 2015. Peningkatan Keterampilan

Berpikir Kritis, Aktivitas, dan Hasil

Belajar Kognitif Biologi Peserta Didik

Kelas VIIA SMP Angkasa Maros

melalui Penerapan Model

Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing.Tesis. Program

Pascasarjana UNM Makassar. Tidak

diterbitkan

Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik.

Jakarta:Rineka Cipta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Prenata Media Group.

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu.

Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H.B.(2008). Perencanaan Pembelajaran

Jakarta: Bumi Aksara

Zaki,I. (2014). Berpikir Kritis. Online. http://

zaki.blogspot.cpm.2014/12/berpikir

kritis.html…(diakses pada tanggal 16

Desember 2015)

Zubaidah, S.Mahanal,S. Yuliati,L. & Sigit, D.

(2014). Buku Guru Ilmu Pengetahuan

Alam SMP/MTs VIII. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan Perbukuan Balitbang.

Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Page 67: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

276 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Page 68: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran

Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 277

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI

AL-QUR’AN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA

MIS PARANGLOHE HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA

Nirwana *)

Kementrian Agama Kabupaten Bulukumba

Madarasah Ibitidayah Swasta (MIS) Paranglohe Herlang Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di sekolah selama ini masih didominasi oleh kelas yang

berfokus pada guru yang dianggap sebagai sumber utama pengetahuan, kebanyakan guru mengunakan

ceramah sebagai pilihan utama dalam menentukan strategi belajar, pengetahuan awal siswa sering

diabaikan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan agar proses pembelajaran lebih efektif dan

efisien adalah dengan penerapan suatu metode dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan

pembelajaran Tutor Sebaya. Permasalahan yang akan dikaji dalam Skripsi ini adalah tentang adakah

peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi al-Qur’an dengan menggunakan

model pembelajaran Tutor Sebaya pada siswa MIS Paranglohe Herlang Tujuan penelitian ini adalah

meningkatkan motivasi belajar PAI melalui model pembelajaran Tutor Sebaya. Jenis penelitian ini

adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas

sebagai pelaku tindakan kelas. Subjek penelitian yang dikenai tindakan adalah siswa MIS Paranglohe

Herlang yang berjumlah 34 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi,

metode dokumentasi, metode wawancara, dan metode tes. Teknik analisis data menggunakan teknik

analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil

penelitian diperoleh bahwa motivasi belajar siswa sebelum penerapan tutor sebaya masih kurang, hal

itu dapat dilihat dari kurangnya keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, dan

rendahnya minat dalam belajar. Setelah diterapkannya tutor sebaya motivasi belajar siswa sudah lebih

baik. Hal ini dapat dilihat bahwa kegiatan kelompok tidak didominasi oleh siswa yang aktif saja,

tetapi siswa yang pasif pun sudah dapat aktif dalam kelompok dengan baik, juga makin banyak siswa

yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru dengan antusias. Kesimpulan penelitian ini

adalah motivasi belajar PAI dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Tutor Sebaya.

Kata Kunci: Tutor Sebaya, motivasi belajar

Abstract *)

Islamic education applied in schools is still dominated by teacher-focused classes considered as the

main source of knowledge, most teachers use lectures as the primary choice in determining learning

strategies, students' early knowledge is often ignored. One alternative that can be used for the

learning process more effectively and efficiently is by the application of a method in learning in the

classroom is by learning Tutor Sebaya. The problem to be studied in this thesis is about is there

increase student learning motivation in learning PAI material of Qur'an by using model of Tutor

Sebaya in student of class MIS Paranglohe Herlang. The purpose of this research is to improve the

learning motivation of PAI through Tutor Sebaya model of learning. This type of research is a

collaborative action research (PTK) that is collaborative between researcher and classroom teacher

as a class action actor. Subjects subjected to the action were students of grade MIS Paranglohe

Herlang, amounting to 34 students. Methods of data collection is done through observation method,

documentation method, interview method, and test method. Data analysis techniques use interactive

analysis techniques that include data reduction, data presentation, and conclusions. From the result of

the research, it is found that students' learning motivation before peer tutorial application is still

lacking, it can be seen from the lack of students activeness in asking questions, answer questions from

teachers, and low interest in learning. After the implementation of peer tutors, students' motivation

motivation has been better. It can be seen that group activities are not dominated by active students

only, but passive students can already be active in groups well, as well as more and more students

who actively ask and answer questions from teachers with enthusiasm. The conclusion of this research

is the learning motivation of PAI can be improved with Peer Tutor learning model.

Keywords: Peer Tutor, motivation to learn.

Page 69: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

278 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri. Salah satu cara untuk

memajukan dan memperkuat pendidikan

adalah dengan peningkatan motivasi belajar

terhadap peserta didik, peningkatan proses

pelajar dan pembelajaran serta memajukan

pendidikan pada umumnya. Pendidikan

umumnya tercipta dalam situasi formal di

lingkungan sekolah melalui proses

pembelajaran di kelas yang melibatkan

interaksi guru dan siswa. Suatu pendidikan

yang penting adalah prosesnya bukan hasil

akhirnya karena dengan proses siswadapat

memahami dan mengert imaksud dari

pembelajaran. Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara (UU No. 20 Thn 2003)Banyak

siswa di sekolah tidak menyukai pelajaran PAI.

Bermacam-macam alasan yang menyebabkan

para siswa tidak menyukai PAI. Siswa

menganggap PAI adalah pelajaran yang

membosankan dan tidak mudah dipahami

karena di dalamnya terdapat banyak materi

yang harus dihafal. Siswa yang menganggap

bahwa pelajaran PAI itu sulit dan tidak mudah

dipahami, sebenarnya bukan hanya karena

mereka malas belajar atau tidak memperhatikan

saat pendidik menerangkan, tapi bisa jadi

karena materi yang disampaikan guru tidak

menarik bagi mereka dan cara mengajar guru

yangmonoton membuat mereka merasa bosan

dan kurang bersemangat. Motivasi belajar

menurut Sardiman (2009 : 40-85) adalah

keinginan atau dorongan untuk belajar.

Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal : 1)

mengetahui apayang akan dipelajari; 2)

memahami mengapa hal tersebut patut

dipelajari. Tanpa motivasi kegiatan belajar

mengajar sulit untuk berhasil. Adanya motivasi

yang baik dalam belajar akan menunjukkan

hasil yangbaik, dengan kata lain dengan adanya

usaha yang tekun yang didasari adanya

motivasi, maka seseorang yang belajar dapat

melahirkan prestasi yang baik. Intensitas

motivasi seorang siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi siswa

MIS Paranglohe Herlang juga tidak terlepas

dari permasalahan mengenai proses

pembelajaran Agama Islam. Hasil pengamatan

peneliti MIS Paranglohe Herlang saat

berlangsungnya pembelajaran Agam Islam

adalah sebagai berikut :1) Kurangnya keaktifan

siswa dalam mengajukan pendapat atau

komentar pada guru atau siswa lainnya

2)banyak siswa yang belum lancer membaca

al-Qur’an 3) Tidak adanya usaha dan motivasi

untuk mempelajari bahan pelajaran atau

stimulus yang diberikan guru 4) Masih sedikit

siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru pada akhir pelajaran. Dan

mengapa peneliti mengambil material al-

Qur’an, dikarenakan kebanyakan dari siswa

MIS Paranglohe Herlang kurang dalam hal

membaca al-Qur’an dan juga menganggap

sepele materi al-Qur’an ini dikarenakan mereka

beranggapan bahwa PAI tidak masuk dalam

Ujian Nasional. Dari permasalahan di atas,

hendaknya guru mampu memilih dan

menerapkan strategi pembelajaran yang

mampu merangsang siswa untuk lebih aktif

dalam belajar PAIdan meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami pelajaran

PAI. Dari beberapa strategi pembelajaran yang

ada, strategi pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan yaitu melalui strategi

pembelajaran aktif Tutor Sebaya. Menurut Mel

Silberman (2010 : 183) Tutor Sebaya adalah

strategi yang berfungsi untuk meningkatkan

pengajaran sesamayang memberikan seluruh

tanggungjawab untuk mengajar sesama peserta

dalam kelompok. Huston (dalam Ahmadi,

2004: 120) menyatakan bahwa: “tutor sebaya

yang diterapkan secara menyeluruh dalam

kelas akan mampu menimbulkan semangat

belajar siswa yang lainnya jika didukung oleh

kemampuan siswa itusendiri dan arahan terus

menerus dariguru”.

Dari uraian diatas maka penulis

mencoba mengadakan penelitian tentang

”Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan

Agama Islam Materi Al-Qur’an Melalui

Model Pembelajaran Tutor Sebaya Pada

Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten

Bulukumba Tahun Pelajaran 2017/2018”.

LANDASAN TEORI

Belajar dan Pembelajaran

Menurut Slameto (2003 : 2)menjelaskan,

“Belajar adalah suatuproses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang barusecara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Page 70: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran

Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 279

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh guru, sedang belajar

dilakukan oleh peserta didik” (Sagala, 2010:

61). Sedangkan konsep pembelajaran menurut

Corey(dalam Sagala, 2003:17) adalah suatu

proses dimana lingkungan seseorang secara

disengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

kondisi-kondisi khusus menghasilkan respon

terhadap situasi tertentu, pembelajaran

merupakan subset husus dari pendidikan. Dari

beberapa pendapat dan uraian di atas maka

dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran adalah

suatu proses hubungan interaksi antara siswa

dengan guru maupun lingkungannya untuk

mencapai tujuan dari teori yangtelah dipelajari.

Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peran penting dalam

pembelajaran PAI. Kata“motif” diartikan

sebagaidaya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak

dari dalam dan didalam subyek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2007 :

71).Menurut Hamzah B. Uno(2008 : 1)

motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku.

Dorongan ini berada pada diri seseorang

yang menggerakkan untuk melakukan

sesuatu yangsesuai dengan dorongan dalam

dirinya. Berdasarkan pendapat para ahli

diatas dapat disimpulkan, motivasi

merupakan suatu dorongan yang timbul

oleh adanya rangsangan dari dalam maupun

luar sehingga seorang berkeinginan untuk

mengadakan perubahan tingkah laku atau

aktivitas tertentu lebih baik dari aktivitas

sebelumnya.

2. Jenis Motivasi

Jenis motivasi dalam belajar dibedakan

dalam 2 jenis, yaitu sebagai berikut :

a. Motivasi Intrinsik

Menurut Hamalik (2006: 152), motivasi

intrinsik adalah hal dan keadaan

yangberasal dari dalam diri siswa sendiri

yang dapat mendorongnya melakukan

tindakan belajar. Menurut Hanafiah dan

Suhana (2009 : 26), motivasi intrinsik

adalah motivasi yang datangnya secara

alamiah atau murni dari diri peserta didik

itu sendiri sebagai wujud adanya

kesadaran diri dari lubuk hati yang

paling dalam. Menurut Sardiman (2009:

89), motivasi intrinsic adalah motif-

motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu rangsangan dari

luar, karena dalam diri setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu.Berdasarkan pendapatpara ahli

diatas dapatdisimpulkan, bahwa motivasi

intrinsik adalah motivasi yang berasal

dari dalam diri seseorang, yang berupa

dorongan/kesadaran individu untuk

melakukan sesuatu.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

datangnya disebabkan faktorfaktor di

luar diri peserta didik, seperti adanya

pemberian nasihat darigurunya, hadiah,

kompetisi sehat antar peserta didik,

hukuman dan sebagainya (Hanafiah dan

Suhana, 2009 :26).Menurut

Sardiman(2009) motivasi Ekstrinsik

adalah motif-motif yang aktifdan

berfungsi karena adanya perangsang dari

luar. Dari beberapa pendapat di atas,

dapat diambil pengertian bahwa motivasi

ekstrinsik merupakan dorongan-

dorongan yang berasal dari luar diri

siswa.

Pengertian dan Materi PAI

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

(PAI)Didalam GBPP PAI di Sekolah

Umum, dijelaskan bahwa Pendidikan

AgamaIslam adalah usaha sadar untuk

menyiapkan siswa dalam meyakini,

memahami, menghayati dan mengamalkan

agama Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan/atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk

menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat untuk mewujudkan persatuan

Nasional Usaha pembelajaran Pendidikan

Agama Islam disekolah diharapkan agar

mampun membentuk kesalehan pribadi dan

sekaligus kesalehan sosial, sehingga PAI

diharapkan jangan sampai (1).

Menumbuhkan semangat fanatisme, (2).

Menumbuhkan sikap intoleran dikalangan

peserta didik dan masyarakat Indonesia, dan

(3) Memperlemah kerukunan hidup

beragama serta persatuan dan kesatuan

Nasional (Menteri Agama RI,1996).

Menurut Arifin (2000 :13) Pendidikan

Agama Islam yaitu bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh pendidik yang

bersumberkan nilai-nilai agama Islam,

disamping menampakkan atau membentuk

Page 71: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

280 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

tingkah laku yang dijiwai dengan nilai-nilai

agama, juga mengembangkan ilmu

pengetahuan yang sejalan dengan nilai

Islam. Berdasarkan pendapat-pendapat di

atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

PAI merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang bagaimana

menyiapkan siswadalam meyakini,

memahami, menghayati dan mengamalkan

agama Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan/atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk

menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat yang tujuan utamanya adalah

untuk mewujudkan persatuanNasional.

2. Materi PAI

Materi PAI merupakan materi-materi yang

terdapat dalam pembelajaran Agama Islam,

yang intinya adalah bertujuan untuk

mengembangkan kepribadian siswa kearah

yang baik dengan berdasarkan dan

berlandaskan Islam. Disini penulis

menggunakan materi al-Qur’an,

dikarenakan para siswa masih banyak sekali

yang kurang paham tata cara membaca al-

Quran dengan benar, dan juga tidak

mengerti artinya, dan lebih lebih lagi,

kebanyakan dari mereka jarang

mengamalkan apa yang termaktub dalam al-

Qur’an tersebut, untuk itu penulis ingin

memperdalam lagi materi ini supaya

kedepannya, para siswa dapat lebih baik

berkembangnya alam hubungannya dengan

perkembangan kepribadian siswa tersebut.

Model Pembelajaran Tutor Sebaya

1. Pengertian Tutor Sebaya

Menurut Mel Silberman(2010 : 183) Tutor

Sebayaadalah strategi yang berfungsi untuk

meningkatkan pengajaran sesama yang

memberikan seluruh tanggung jawab untuk

mengajar sesama peserta dalam kelompok.

Dalam satu kelas selisih usia antara siswa

satu dengan siswa yang lain tentu relatif

kecil atau hampir sama, sehingga dalam

satu kelaster dapat kelompok teman sebaya

yang saling berinteraksi antara siswa satu

dengan yang lain sehingga akan terbentuk

pola tingkah laku yang dipakai dalam

pergaulan mereka. Dalam interaksi tersebut

tidak menutup kemungkinan antar siswa

satu dengan siswa yang lain saling

membantu dan membutuhkan dalam

pembelajaran untuk memperoleh hasil

belajar yang lebih baik. Disini, penulis

meneliti siswa MIS Paranglohe, itu berarti

kelompok umur partisipan rata-rata adalah

7-12 tahun, dimana masa-masa umur ini

mereka mengalami masa awal, dan biasanya

mereka mulai malu-malu dengan guru,

untuk itu penulis merasa metode ini tepat

digunakan. Sehingga diharapkan,

parasiswa/partisipan ini lebih termotivasi

dengan pembelajaran menggunakan tutor

sebaya. Tutor sebaya merupakan strategi

pendekatan kooperatif yaitu model

pembelajaran di mana siswa belajar dalam

kelompok kecil yang dikelompokkan

dengan tingkat kemampuan yangberbeda,

semua anggota kelompok saling

bekerjasama dan membantu untuk

memahami bahan materi yang menciptakan

saling menghargai sesama teman-teman

lainnya.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Tutor

Sebaya

Menurut Mel Silberman (2010 :183)

langkah-langkah pembelajaran tutorial

teman sebaya adalah sebagai berikut:

a. Bagilah peserta menjadi beberapa

kelompok. Buatlah kelompok sebanyak

topic yang anda miliki untuk diajarkan.

b. Berikan informasi, konsep, keahlian

untuk saling diajarkan pada setiap

kelompok.

c. Mintalah setiap kelompok untuk

merencanakan cara mempresentasikan

atau mengajarkan topiknya kepada

seluruh peserta. Anjurkan kelompok

untuk menghindari presentasi berupa

ceramah dan berusaha membuat suasana

belajar menjadi seaktif mungkin bagi

para peserta.

d. Berikan waktu yang cukupuntuk

perencanaan dan persiapan.

e. Kemudian mintalah kelompok untuk

mempresentasikan pelajarannya.

f. Berikan tepuk tangan supaya siswa lebih

senang.

METODE PENULISAN

Metode-metode penelitian yang digunakan

penulis :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan ini

adalah penelitian kualiatif tindakan kelas.

Menurut Kemmis and Toggart dalam

Rubino (2010:106), PTK adalah studi yang

sisitematis, terencana, kritis untuk

memperbaiki kinerja diri.

Page 72: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran

Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 281

2. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah

siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten

Bulukumba Tahun Pelajaran 2017/2018

yang berjumlah 34 siswa.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah penerapan model

pembelajaran Tutor Sebaya dan hasil belajar

PAI seluruh siswa MIS Paranglohe Herlang

Kabupaten Bulukumba Tahun Pelajaran

2017/2018.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data diperlukan

beberapa metode yang sesuai dengan

masalah yang akan diteliti, adapun metode

pengumpulan data yang diperlukan antara

lain :

a. Metode Wawancara Wawancara atau

interview adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh

informasi dari terwawancara

(interviewee) (Arikunto, 2006:155).

b. Metode Observasi Observasi adalah

suatu alat yang digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu atau

proses terjadinya suatu kegiatan yang

diamati, baik dalam situasi yang

sebenarnya maupun buatan. (Sudjana ,

2006: 84).

c. Metode Tes-Tes adalah seretan

pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu atau kelompok (Arikunto,

2006: 150).

d. Metode Dokumentasi Teknik

dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,

dan sebagainya (Arikunto, 2006: 132).4.

Teknik analisis data dalam menganalisa

data, penulis menggunakan metode

kualitatif deskriptif yang terdiri dari tiga

kegiatan yaitu pengumpulan data dan

sekaligus reduksi data, penyajian dan

penarikan kesimpulan verifikasi (Miles

dan Huberman, 1992 : 16). Pertama,

setelah pengumpulan data selesai

dilakukan reduksi data yaitu

menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan

pengorganisasian sehingga data terpilah-

pilah. Kedua, data yang telah

direduksiakan disajikan dalam

bentuknarasi. Ketiga, adalah penarikan

kesimpulan dari data yang telah

disajikan pada tahap kedua dengan

mengambil kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pekaksanaan Tindakan

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Dilaksanakannya siklus 1 pada hari Sabtu

Tanggal 12 Agustus 2017. Proses

pembelajaran berlangsung selama 2 x 30

menit untuk setiap pertemuan. Pembelajaran

dimulai pukul 09.30 sampai pukul 10.30.

Guru mengadakan observasi dan monitoring

terhadap reaksi siswa.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai

berikut :

1) Pendahuluan

Pada awal pembelajar peneliti (sebagai

guru) melaksanakan serangkaian

kegiatan yaitu : melihat kesiapan siswa

dalam memulai pelajaran, guru

mengucapkan salam yang dilanjutkan

dengan membaca basmalah dan berdo’a

bersama. Kemudian guru menjelaskan

Standar Kompetensi dan tujuan

pembelajaran. Setelah itu kegiatan

selanjutnya yaitu : apersepsi.

2) Kegiatan Inti Guru membagi siswa yang berjumlah 34

siswa menjadi 5 kelompok. Guru

menunjuk disetiap kelompok siswa yang

mahir membaca al-Qur’an memberi

tugas untuk mengajarkan teman

sebayanya, kemudian mengidentifikasi

hukum bacaan tajwid:

a. Guru memberikan sekilas penjelasan

mengenai materi yaitu demokrasi.

Kemudian guru memberi tugas

kepadaketua kelompok untuk

berperan sebagai guru mengajarkan

Qs. Ali-Imran ayat 159 kepada

anggota kelompoknya yang berperan

sebagai siswa.

b. Setiap anggota kelompok membaca

Qs. Ali-Imran ayat 159 dengan

menyebutkan hukum bacaan dan

panjang pendek yang benar, yang

telah di ajarkan ketua tiap kelompok

yang ditunjuk oleh guru.

c. Masing-masing kelompok memberi

evaluasi tentang hasil belajar

mengajar. Guru melakukan

konsolidasi, sebagai usaha

pembetulan pemahaman siswa yang

Page 73: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

282 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

kurang pas terhadap kompetensi yang

dipelajari.

3) Penutup

a. Guru bersama siswa membut

kesimpulan dari pelajaran pada hari

itu.

b. Refleksi terhadap materi yang telah

dipelajari dan menghubungkannya

dengan kehidupan harihari, terutama

terkait dengan demokrasi.

c. Guru menutup pelajaran dengan

bacaan hamdalah dan diakhiri salam.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pada Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 26 Agustus 2017. Proses

pembelajaran dilaksanakan selama 2 x 30

menit untuk setiap pertemuan. Pembelajaran

dimulai pukul 09.30 sampai pukul 10.030.

Pada putaran ini sebagai peneliti monitoring

terhadap reaksi siswa. Langkah-langkah

pembelajarannya sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Awal pembelajaran peneliti sebagai guru

melaksanakan beberapa kegiatan, antara

lain : melihat kesiapan siswa dalam

memulai pelajaran, guru mengucapkan

salam yang dilanjutkan dengan membaca

basmalah dan berdo’a bersama.

Kemudian guru menjelaskan Standar

Kompetensi dan tujuan pembelajaran.

Setelah itu kegiatan selanjutnya yaitu

apersepsi.

2) Kegiatan Inti

Guru membagi yang berjumlah 34 siswa

menjadi 5 kelompok. Kemudian siswa

berkumpul sesuai dengan kelompoknya:

a. Kegiatan berikutnya Guru menunjuk

disetiap kelompok siswa yang mahir

membaca al-Qur’an memberi tugas

untuk mengajarkan teman sebayanya,

kemudian mengidentifikasi hukum

bacaan tajwid yang tercantum dalam

QS. Asy Syura ayat 38.

b. Guru memberikan sekilas penjelasan

mengenai materi yaitu demokrasi

(gemar bermusyawarah). Kemudian

guru memberi tugas kepada ketua

kelompok untuk berperan sebagai

guru mengajarkan QS. Asy Syura

ayat 38 kepada anggota kelompoknya

yang berperan sebagai siswa.

c. Setiap anggota kelompok membaca

QS. Asy Syura ayat 38 dengan

menyebutkan hukum bacaan dan

panjang pendek yang benar, yang

telah di ajarkan ketua tiap kelompok

yang ditunjuk oleh guru.

d. Masing-masing kelompok memberi

evaluasi tentang hasil belajar mengajar.

3) Penutup

a. Guru bersama siswa membut

kesimpulan dari pelajaran pada hari itu.

b. Refleksi terhadap materi yang telah

dipelajari dan menghubungkannya

dengan kehidupan hari-hari, terutama

terkait dengan demokrasi.

c. Guru menutup pelajaran dengan bacaan

hamdalah dan diakhiri salam.

Tabulasi Hasil Penelitian

Agar lebih mudah dipahami penulis

membuat tabulasi hasil penelitian, yang berupa:

kinerja

guru dalam menerapkan tutor sebaya dan

motivasi belajar siswa dalam pembelajaran di

kelas. Tabulasinya adalah sebagai berikut:

1. Kinerja Guru dalam Menerapkan Tutor

Sebaya hasil pengamatan terhadap kinerja

guru dalam menerapkan tutor sebaya, dapat

dilihat dari meningkatnya nilai siswa dalam

pembelajaran, dalam mengerjakan tugas

sekolah, maupun pekerjaan rumah.

Meningkatnya nilai tersebut tidak lepas dari

arahan dan kreatifitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran menggunakan

metode tutor sebaya inii. Dari uraian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja

guru dalam menerapkan tutor sebaya ini

adalah baik dan tepat.

2. Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

di Kelas Meningkat tidaknya motivasi

siswa dalam pembelajaran dapat dilihat

dengan meningkatnya antusiasme siswa

dalam pembelajaran, motivasi yang

meningkat berbanding lurus dengan

antusiasme belajar siswa, hal ini dapat

dilihat dengan semangat siswa dalam

belajar, mereka sangat senang dengan

metode belajar yang jarang mereka

dapatkan dari Guru yang selama ini

mengampu pelajaran ini, sehingga mereka

dapat dengan mudah menerima pelajaran

yang sebelumnya mereka agak malas dalam

melaksanakan pelajaran PAI. Dari uraian

tersebut, jelas bahwa motivasi siswa dalam

pembelajaran meningkat.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis pada

bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan

penerapan Tutor Sebaya dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa MIS Paranglohe

Kabupaten Bulukumba akan di jelaskan

sebagai berikut ;

Page 74: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran

Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 283

1. Penerapan Tutor Sebaya dalam

Pembelajaran PAI Penerapan tutor sebaya

dalam pembelajaran PAI pada siswa MIS

Paranglohe dapat berjalan dengan lancar.

Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

motivasi belajar siswa. Pembelajaran tutor

sebaya merupakan pembelajaran yang

berpusat pada siswa, dalam hal ini siswa

belajar dari siswa lain yang memiliki status

umur yang tidak jauhdari dirinya.

2. Motivasi Belajar Siswa sebelum dan

Sesudah Penerapan Tutor Sebaya a).

Motivasi Belajar Siswa sebelum Penerapan

Tutor Sebaya Motivasi belajar siswa

sebelum penerapan Tutor Sebaya siswa

masih telihat canggung karena belum

terbiasa dengan srategi pembelajaran yang

dilakukan. Akibatnya bila disuruh ketua

kelompok untuk membaca al-Qur’an masih

merasa malu. Hal ini dapat dilihat saat ketua

kelompok menunjuk anggotanya unuk

membaca al- Qur’an. Selain itu motivasi

siswa saat diajar ketua kelompok

(temannya) juga masih kurang, kebanyakan

dari siswa yang aktif adalah anak yang

berprestasi di kelas, dan bagi anak yang

kurang berprestasi, mereka cenderung diam

dan kurang aktif. b). Motivasi Belajar Siswa

Setelah Penerapan Tutor Sebaya Siklus II

member Motivasi siswa setelah penerapan

metode Tutor Sebaya pada siklus II ini

terbukti dengan meningkatnya antusiasme

siswa dalam mengikuti pelajaran, hamper

semua siswa sudah tidak canggung, berbeda

dengan waktu pembelajaran yang pertama.

Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa

terlihat begitu gembira, hal ini dapat dilihat

dari keceriaan dan semangat dalam kegiatan

belajar mengajar. Dengan metode ini pula,

siswa yang mula-mula malu untuk

mengemukakan pendapat dan menjawab

pertanyaan, makin percaya diri ketika

mengemukakan pendapat dan menjawab

pertanyaan yang diajukan guru. Peningkatan

tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi Dkk. 2007. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bina

Aksara.

Hamalik, Oemar. 2006. ProsesBelajar

Mengajar. Jakarta :Bumi Aksara

Hanafiah, Nanang dkk. 2009.Konsep Strategi

Pembelajaran.Bandung : Refika

Kustini. 2010. “Peningkatan Motivasi Belajar

Matematika melalui Metode Number

Sense”, tidak diterbitkan. Skripsi.

Surakarta : FKIP UMS. Lexy J. Moleong.

2008. Metodologi Penelitian

Kualitatif.Bandung : PT. remaja

Rosdakarya.

Nana, Sudjana . 2006. PenilaianHasil Proses

Belajar Mengajar.Bandung :Remaja

Rosdakarya.

Nuroini Khasanah, Siti. 2009. “Penerapan

Strategi Pembelajaran Aktif Tipe

Genius Learning trategy untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa dalam Pembelajaran

Matematika”, tidak diterbitkan.

kripsi.Surakarta : FKIP UMS.

Page 75: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

284 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

Page 76: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 285

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK

BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MANIK-MANIK DI KELAS IV SD NEGERI 164 ARA

Dinarwati *)

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba

Guru SD Negeri 164 Ara Kabupaten Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga manik-manik?”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga manik-manik. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “dengan menggunakan alat peraga manik-manik, hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat meningkat”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara tahun ajaran 2007/208 yaitu sebanyak 7 orang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan mulai bulan januari sampai april 2007. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Evaluasi awal diadakan terlebih dahulu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi, dan 4) Refleksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa dengan menggunakan alat peraga manik-manik, hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator kinerja baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun, pada siklus I mencapai 64,99%, pada siklus II mencapai 77,08%. Sedangkan dari segi hasil yang berkaitan dengan hasil belajar matematika dengan nilai 85,7% dengan nilai rata-rata 66,57 pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 100% dengan nilai rata-rata 85,57.

Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Alat Peraga Manik-Manik.

Abstract *)

Problems in this research are: "Is the result of learning mathematics of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on subject of sum and reduction of integer can be improved by using props beads?". This study aims to improve the results of mathematics learning of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on the subject of addition and reduction of integers by using beads props. The hypothesis of action in this research is: "by using beads props, the result of learning mathematics of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on subject of addition and reduction of whole number can increase". The population in this study is all students of class IV SD Negeri 164 Ara academic year 2007/208 that is 7 people. The type of this research is Classroom Action Research (CAR) conducted from January to April 2007. The implementation of this class action research consists of 2 (two) cycles. A preliminary evaluation was held in advance to determine the improvement of students' mathematics learning outcomes. The procedure in this research are: 1) Planning, 2) Action Implementation, 3) Observation and Evaluation, and 4) Reflection. Sources of data in this study are teachers and students. Types of data obtained are qualitative data and quantitative data. From the results of data analysis, it is obtained that by using props Beads, the results of learning mathematics on the fourth grade students of SD Negeri 164 Ara on the subject of addition and reduction of integers can be increased. This can be seen from the achievement of performance indicators both in terms of process and in terms of results. The results showed that in terms of implementation of learning scenarios that have been prepared, in the first cycle reached 64.99%, in the second cycle reached 77.08%. While in terms of results relating to the results of learning mathematics with a value of 85.7% with an average value of 66.57 on the first cycle, the second cycle increased to 100% with an average value of 85.57.

Keywords: Mathematics Learning Outcomes, Beads Aids

Page 77: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

286 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

PENDAHULUAN

Dalam menghadapi era globalisasi yang

diiringi dengan perkembangan IPTEK yang

sangat pesat, maka peningkatan kualitas

sumber daya manusia mempunyai posisi yang

strategis bagi keberhasilan dan kelanjutan

pembangunan nasional. Oleh sebab itu, upaya

tersebut mutlak harus mendapat perhatian yang

sungguh-sungguh dan harus dirancang secara

sistematis dan seksama berdasarkan pemikiran

yang matang. Wadah yang tepat bagi upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia

adalah pendidikan.

Suatu pembelajaran baiknya efektif dan

menyenangkan. Untuk membuat siswa

menyenangi suatu mata pelajaran yang

diajarkan, guru dituntut kreatif menciptakan

situasi pembelajaran yang inovatif dengan

mengerahkan secara optimal sumber daya dan

sumber dana yang ada. Di sinilah tantangan

bagi guru agar bisa meramu pembelajaran

menjadi menarik dan menyenangkan.

Matematika yang notabene merupakan

mata pelajaran yang berisi simbol-simbol dan

sarat verbalisme merupakan tantangan

tersendiri bagi guru matematika. Terutama di

sekolah dasar siswa sebaiknya didekatkan

dengan hal-hal yang bersifat kongkret dalam

penanaman konsep dasar. Siswa sekolah dasar

secara psikologi masih suka bermain. Guru

diharapkan dapat memahami dunia anak untuk

menemukan formulasi pembelajaran dengan

tingkat pencapaian yang optimal. Guru sebagai

faktor penentu dan paling berpengaruh dalam

hal menanamkan konsep terhadap siswa.

Penguasaan guru terhadap materi pelajaran,

kemampuan guru dalam memilih dan

menggunakan metode pembelajaran serta

kemampuan guru dalam menetapkan media

pembelajaran sangat menentukan terhadap

keberhasilan proses pembelajaran, di samping

adanya potensi dan kemauan siswa sendiri.

Hal ini sejalan dengan Bruner dalam

teorinya menyatakan bahwa belajar matematika

akan berhasil jika proses pengajaran diarahkan

kepada konsep-konsep dan struktur-struktur

yang termuat dalam pokok bahasan yang

diajarkan, di samping hubungan yang terkait

antara konsep-konsep dan struktur-struktur.

Lebih lanjut Bruner mengungkapkan bahwa

dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi

kesempatan untuk memanipulasi

benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga

tersebut, siswa dapat melihat langsung

bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat

dalam benda yang diperhatikannya.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikatakan

bahwa betapa pentingnya media pembelajaran

untuk menunjang keberhasilan dalam

pembelajaran.

Oleh karena itu, penulis bermaksud

untuk melakukan penelitian terhadap

pembelajaran matematika melalui penelitian

tindakan kelas, dengan judul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

Pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat Dengan

Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di

Kelas IV SD Negeri 164 Ara”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian pada latar belakang

di atas, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut : “ Apakah hasil

belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri

164 Ara pada materi ajar penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan

dengan menggunakan alat peraga manik-

manik?”.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas

maka penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa

kelas IV SD Negeri 164 Ara pada materi ajar

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

dengan menggunakan alat peraga manik-

manik.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat yaitu:

1) Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai

masukan atau sumbangsi positif bagi

kemajuan dan peningkatan kualitas

pendidikan yang mengarah kepada

peningkatan kompetensi lulusan yang

mempunyai daya saing tinggi.

2) Bagi guru, dapat dijadikan sebagai masukan

yang berarti dalam upaya memperluas

wawasan dan pengetahuan tentang model-

model pembelajaran khususnya dengan

menggunakan alat peraga manik-manik

dalam mengajarkan mata pelajaran

matematika.

3) Bagi siswa, dapat meningkatkan

pemahaman dan hasil belajar siswa dalam

belajar matematika pada materi ajar

penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat.

Page 78: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 287

KAJIAN PUSTAKA

Proses Belajar Mengajar Matematika

Belajar dan mengajar adalah dua

kegiatan yang penting dan saling berkaitan.

Belajar menunjuk kepada apa yang harus

dilakukan oleh peserta didik yang menerima

pelajaran, sedang mengajar menunjuk kepada

apa yang harus dilakukan oleh seorang guru

sebagai pengajar.

Untuk memperoleh pengertian yang

objektif tentang proses belajar mengajar

matematika, maka terlebih dahulu

dikemukakan pengertian belajar dan mengajar

secara umum.

Slameto (1991:27) mengemukakan

bahwa belajar adalah suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Hudoyo (1988:1) menjelaskan bahwa

seseorang yang dikatakan belajar jika

diasumsikan bahwa dalam diri orang itu terjadi

proses kegiatan yang mengakibatkan suatu

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah

laku itu berlaku dalam waktu relatif lama dan

terjadi karena adanya usaha orang tersebut.

Berdasarkan kedua pendapat di atas,

pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses perubahan

tingkah laku yang relatif permanen yang

mengakibatkan bertambahnya pengetahuan,

keterampilan, nilai, sikap dan kepribadian yang

diperoleh dari interaksi individu dengan

lingkungannya.

Mengajar adalah satu kegiatan yang

mengorganisasi lingkungan yang dilakukan

oleh guru dalam usaha untuk memahami bahan

pengajaran sebagai media untuk membawa

anak-anak dalam memahami bahwa proses

pengajaran sebagai media pembentukan pribadi

termasuk pembentukan jasmani (Roestiyah,

1994:45).

Hudoyo (1988:3) mengatakan bahwa

mengajar matematika merupakan suatu

kegiatan mengajar agar siswa dapat

meningkatkan kemampuan, cakap dalam

mempelajari matematika. Untuk mewujudkan

hal itu maka guru harus pandai mencari metode

pembelajaran yang sesuai dengan struktur

kognitif yang dimiliki siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa proses belajar mengajar matematika

merupakan suatu rangkain kegiatan yang

melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa,

yang dilakukan secara terencana dan terarah

dalam rangka mengubah pola tingkah laku,

sikap dan kemampuan berfikir logis dan

sistematis.

Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar diasumsikan sebagai

perolehan siswa tentang pelajaran yang

diperoleh dari awal sampai dengan akhir

pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai.

Hal ini didukung oleh Sudjana (2005:22) yang

menyatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Sudjana (2005:56-57) menjelaskan

bahwa hasil belajar yang dicapai siswa melalui

proses belajar mengajar yang optimal

cenderung menunjukkan hasil yang bercirikan

sebagai berikut: (a) kepuasan dan kebanggaan

yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik

adalah semangat juang untuk belajar yang

tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. (b)

menambah keyakinan dan kemampuan dirinya.

dan (c) hasil belajar yang dicapainya bermakna

bagi dirinya seperti akan tahan lama

diingatannya, membentuk perilakunya,

bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

dapat digunakan sebagai alat untuk

memperoleh informasi dan pengetahuan

lainnya, kemauan dan kemampuan untuk

belajar sendiri, dan mengembangkan

kreativitasnya.

Hasil belajar peserta didik dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain)

yang menurut Sudrajat (2008:3) terdiri atas

domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

Namun dalam penelitian ini, hasil belajar

matematika yang hendak diukur dibatasi pada

hasil belajar di ranah (domain) kognitif.

Bloom dalam Purwanto (2004:43) membagi

tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang

termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu

pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas,

dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil

belajar matematika pada ranah kognitif adalah

suatu nilai yang diperoleh sebagai hasil dari

proses pembelajaran yang mencerminkan

kemampuan peserta didik dalam memenuhi

suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar

dalam suatu kompetensi dasar yang

dirumuskan dalam pengetahuan hafalan,

pemahaman, penerapan aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi.

Alat Peraga

Menurut Sastrapradja (1981:18) bahwa

alat peraga adalah alat-alat yang dapat

Page 79: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

288 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

digunakan untuk membantu memperjelas

bahan atau materi yang disampaikan oleh guru

sehingga siswa dapat mengindera dengan baik

dan membawa kesan yang lebih lama. Ahmadi

(1985:123) mengatakan alat peraga adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan dalam

mengajar agar pelajaran dapat langsung diamati

melalui panca indera. Sedangkan Rahadi

(2003:10) mengatakan bahwa alat peraga

adalah alat (benda) yang digunakan untuk

memperagakan fakta, konsep, perinsip atau

posedur tertentu agar tampak lebih

nyata/konkrit.

Ruseffendi, (1980:1) mengemukakan

bahwa pelajaran matematika yang

menggunanakan alat peraga dapat berfungsi

sebagai berikut :

1) Proses belajar mengajar termotivasi. Baik

siswa maupun guru terutama siswa

minatnya akan timbul. Ia akan senang,

terangsang, tertarik, dan bersikap positif

terhadap pengajaran matematika.

2) Konsep abstrak matematika tersajikan

dalam bentuk konkrit, dan karena itu dapat

difahami dan dapat ditanamkan pada

tindakan yang lebih rendah.

3) Konsep-konsep abstrak yang disajikan

dalam bentik-bentuk konkrot yaitu dalam

bentuk model matematika yang dapat

dipakai sebagai objek penelitian maupun

sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan

relasi baru menjadi banyak.

4) Hubungan antara konsep-konsep abstrak

matematika dengan benda-benda di alam

sekitar akan lenih difahami.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan alat

peraga dalam pendidikan adalah sesuatu alat

yang dapat digunakan untuk memperjelas

bahan pelajaran yang disajikan oleh guru agar

proses belajar siswa berlangsung dengan baik,

yakni siswa dalam menerima pelajaran dapat

mengfungsikan alat inderanya terutama mata

dan telinga dengan baik dalam menerima

pelajaran lebih efektif dan efisien.

Penggunaan Alat Peraga Manik-Manik

dalam Operasi Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat.

Alat peraga manik-manik digunakan

untuk memberikan pemahaman tentang

pengerjaan bilangan bulat dengan

menggunakan konsep himpunan. Sesuai

konsep pada himpunan, kita dapat

“menggabungkan” atau “memisahkan” dua

himpunan yang anggotanya berbentuk manik-

manik. Bentuk manik-manik ini dapat berupa

bangun setengah lingkaran, apabila sisi

diameternya dihimpitkan atau digabungkan

akan membentuk lingkaran penuh. Bentuk alat

ini juga dapat dimodifikasi kedalam bentuk-

bentuk lain asal sesuai dengan prinsip kerjanya,

dalam hal ini alat peraga manik-manik yang

dimaksud terbuat dari kertas karton dan alat ini

terdiri dari dua warna, misalnya warna hijau

untuk menandakan bilangan negatif dan warna

pink untuk untuk menandakan bilangan positif.

Dalam alat ini, bilangan nol diperlihatkan oleh

dua buah manik-manik dengan beda warna

yang dihimpitkan pada sisi diametermya,

sehingga terbentuk lingkaran penuh. Bentuk

netral ini digunakan pada saat melakukan

operasi pengurangan a – b dengan b lebih besar

dan a atau b merupakan bilangan negatif.

Dalam konsep himpunan, “opersi

gabung” atau proses penggabungan atau proses

penggabungan dapat diartikan sebagai

penjumlahan, dan “proses pemisahan” atau

“pengambilan” dapat diartikan sebagai

pengurangan. Berarti kalau kita

menggabungkan sejumlah manik-manik ke

dalam kelompok manik-manik lain, maka sama

halnya dengan melakukan penjumlahan.

Sebaliknya kalau kita melakukan proses

pemisahan sejumlah manik-manik keluar dari

kelompok manik-manik, maka sama halnya

dengan melakukan “pengurangan” (Muhsetyo.

2002:7).

Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran matematika

memerlukan media yang penggunaannya

diintegrasikan dengan tujuan dan isi atau

materi pelajaran yang dimaksudkan untuk

mengoptimalkan pencapaian sutu tujuan

pembelajaran yang telah diterapkan. Fungsi

media pembelajaran dalam pembelajaran

matematika dimaksudkan agar komunikasi

antara guru dan siswa dalam hal pencapaian

pesan, siswa lebih memahami dan mengerti

tentang konsep abstrak matematika yang

diinformasikan kepadanya. Dengan demikian

siswa yang diajar mudah memahami materi

yang diajarkan.

Penggunaan alat peraga (termasuk

manik-manik) dalam pembelajaran metematika

khususnya pada pokok bahasan operasi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

merupakan suatu metode yang membantu

mempermudah siswa dalam memahami materi

yang diajarkan. Dengan menggunakan alat

peraga siswa dapat mempraktekkan secara

langsung menjumlahakan maupun

mengurangkan suatu bilangan bulat. Cara ini

membantu mempermudah siswa memahami

Page 80: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 289

konsep lebih baik sehingga akan mendorong

peningkatan hasil belajarnya secara optimal.

Sedangkan pembelajaran tanpa menggunakan

alat peraga pada materi yang sama akan

menyebabkan siswa mengalami kesulitan

dalam memahaminya. Hal ini disebabkan

karena guru hanya memberikan contoh-contoh

yang bersifat absatrak yang ada pada buku atau

sekedar menggambarkan di papan tulis saja

sebagai contohnya.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka, maka

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan alat peraga manik-

manik, hasil belajar matematika siswa kelas IV

SD Negeri 164 Ara pada materi ajar

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

dapat meningkat.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini termaksud dalam

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang

memiliki karakteriktis 1) perencanaaan, 2)

pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) evaluasi,

dan 5) refleksi yang dilakukan dalam dua

siklus.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah

siswa-siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara yang

terdiri atas 7 orang, 1 orang perempuan dan 6

orang laki-laki. Dilaksanakan pada semester

genap tahun pelajaran 2006 /2007.

Faktor-faktor yang diselidiki

Faktor-faktor yang diselidiki dalam

penelitian ini adalah :

1) Faktor guru, mengamati aktivitas guru

dalam menyajikan materi pelajaran sesuai

dengan penggunaan alat peraga manik-

manik serta bagaimana cara guru dan

peneliti merancang atau merencanakan

tindakan perbaikan pembelajaran untuk

pertemuan selanjutnya.

2) Faktor siswa, mengamati aktivitas siswa

selama mengikuti proses pembelajaran dan

untuk mengetahui kemampuan siswa

memahami materi pelajaran setelah selesai

proses pembelajaran.

Prosedur Penelitian

Secara rinci, prosedur tindakan kelas ini

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Perencanaan, adapun kegiatan yang

dilakukan dalam tahap ini meliputi :

a. Membuat skenario pembelajaran yang

tercantum dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran. Setiap skenario digunakan

dalam satu kali pertemuan di kelas.

Prosedur dalam penelitian ini dilakukan

dalam dua siklus.

b. Membuat lembar observasi untuk

melihat bagaimana kondisi belajar

mengajar di kelas ketika menggunakan

alat peraga manik-manik.

c. Membuat alat evaluasi untuk melihat

apakah hasil belajar matematika siswa

dengan menggunakan alat peraga manik-

manik dapat ditingkatkan.

d. Membuat jurnal refleksi diri.

2) Pelaksanaan tindakan, pada tahap ini

pemberian tindakan dilakukan sebanyak dua

siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali

pertemuan.

3) Lembar observasi yang dimaksud berupa

lembar yang berisi pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan proses pembelajaran

yang terdapat dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran. Aspek yang akan diobservasi

pada tahap ini adalah kondisi pembelajaran

di kelas ketika menggunakan alat peraga

manik-manik.

4) Evaluasi, kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini adalah melaksanakan proses

evaluasi dengan memberikan evaluasi hasil

belajar kepada siswa pada setiap akhir

siklus.

5) Refleksi, dilakukan untuk melihat

kelemahan/kekurangan maupun kelebihan-

kelebihan yang ada dijadikan dasar untuk

pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya.

Data dan Cara Pengambilan Data

1) Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

guru dan siswa, yaitu data tentang

keterampilan guru dan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran serta data

tentang nilai evaluasi hasil belajar

matematika pada evaluasi siklus I, dan

evaluasi siklus II.

2) Jenis data

Jenis data yang diperoleh adalah data

kuantitatif dan data kualitatif. Data

kuantitatif diperoleh dari evaluasi hasil

belajar siswa, sedang data kualitatif

diperoleh dari lembar observasi dan hasil

refleksi diri.

3) Cara pengambilan data

a. Data kuantitatif tentang hasil belajar

matematika diambil melalui evaluasi

hasil belajar.

Page 81: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

290 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

b. Data kualitatif tentang pelaksanaan

pembelajaran serta perubahan-perubahan

yang terjadi di kelas diambil dengan

lembar observasi untuk hasil observasi

dan dengan jurnal untuk hasil refleksi

diri.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian ini ada

dua, yaitu:

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian

dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk

menganalisis data siswa yang aktif sesuai

indikator pada materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat dalam proses

pembelajaran Matematika, sedangkan analisis

kuantatif digunakan untuk menganalisis hasil

belajar siswa pada setiap siklus I dan siklus II.

1) Dari segi proses, tindakan dikatakan

berhasil jika 80% rencana pembelajaran

terlaksana

2) Dari segi hasil, tindakan dikatakan berhasil

jika minimal 75% siswa telah memperoleh

nilai minimal 65 (Ketentuan KKM

Matematika untuk kelas IV SD Negeri 164

Ara).

1. Hasil Belajar Siswa SIKLUS I

Data atau hasil belajar yang dicapai

siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara setelah

menerapkan alat peraga manik-manik, dari

7 jumlah siswa semuanya sudah

mendapatkan nilai yang sesuai dengan

KKM. Dari jumlah tersebut terdapat 2 orang

mendapat nilai 70, 4 orang lainnya

mendapat nilai 65, dan terdapat 1 orang

siswa mendapatkan nilai 60. Secara tidak

langsung, hasil belajar siswa pada siklus

satu sudah mencapai standar ketuntasan,

meskipun nilai siswa masih sangat standar.

Hal ini terjadi karena jumlah siswa yang

sangat sedikit, sehingga pembelajaran

Alternatif

Pemecahan

(Rencana Tindakan)

II

Belum

Terselesaikan

Observasi II Evaluasi II

Refleksi II

Pelaksanaan

Tindakan II

Siklus

II

Terselesaikan

Siklus

I

Terselesaikan

Pelaksanaan

Tindakan I

Alternatif Pemecahan

(Rencana Tindakan) I Observasi awal

Permasalahan

Refleksi I Observasi I Evaluasi I

Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas

(Tim pelatih proyek PGSM.

1999:27)

Page 82: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 291

benar-benar terarah pada semua siswa, dan

situasi kelas dapat terkontrol dengan baik.

Tetapi masih ada 1 orang siswa yang belum

mencapai nilai KKM. Jadi, penelitian ini

tetap dilanjutkan pada siklus ke dua, unuk

lebih meningkatkan hasil belajar siswa dan

semua siswa bisa memperoleh nilai 65.

Perolehan nilai tertinggi 70, nilai terendah

60, dari nilai ideal 100 dan nilai rata-rata

66,57%. Hal ini menunjukkan bahwa pada

siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar

85,7% yaitu 6 siswa dari 7 siswa termasuk

kategori tuntas dan 1 siswa atau 14,2% dari

7 siswa yang termasuk kategori tidak tuntas.

2. Hasil Belajar Siswa SIKLUS II

Data atau hasil belajar yang dicapai

siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara setelah

menerapkan alat peraga manik-manik,

orang siswa mendapat nilai 90, dan 5

orang siswa memperoleh nilai 80.

Perolehan nilai tertinggi 94, nilai terendah

80, dari nilai ideal 100 dan nilai rata-rata

87,57%. Hal ini menunjukkan bahwa pada

siklus II persentase ketuntasan siswa

sebesar 100% dari 7 siswa termasuk dalam

kategori tuntas.

Pembahasan

Hasil analisis penelitian yang dilakukan

siswa kelas IV SDN 164 Ara pada mata

pelajaran Matematika dengan menggunakan

alat peraga manik-manik, hasil belajar siswa

pada pokok bahasan penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat siswa dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II

pada umumnya dapat meningkat. Hal ini dapat

terlihat dari hasil persentase ketuntasan siswa

pada siklus I sebesar 85,7% yaitu 6 siswa dari 7

siswa termasuk kategori tuntas dan 1 siswa

atau 14,2% dari 7 siswa yang termasuk

kategori tidak tuntas. Dan mengalami

peningkatan secara signifikan pada siklus II

yaitu persentase ketuntasan siswa sebesar

100% dari 7 siswa termasuk dalam kategori

tuntas.

Hal ini dapat terjadi karena adanya

perubahan yang terjadi selama melaksanakan

proses pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga manik-manik pada pokok bahasan

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

yaitu; 1) Kehadiran siswa pada siklus I dan

siklus II selalu 100%; 2) Secara umum hampir

setiap pertemuan diamati menunjukkan

peningkatan secara perlahan-lahan; 3) Siswa

aktif dalam menjawab pertanyaan teman

sendiri maupun dari guru pada siklus I ke

siklus II semakin meningkat; 4) Ketuntasan

hasil belajar pada siklus II mencapai 100% dan

semua siswa memperoleh nilai yang sangat

baik. Jadi dengan menggunakan alat peraga

manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa terkhusus pada pokok

bahasan penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat.

Hal ini sejalan dengan Bruner dalam

teorinya menyatakan bahwa dalam proses

belajar siswa sebaiknya diberikan kesemptan

untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga).

Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat

melihat langsung bagaimana keteraturan serta

pola yang terdapat dalam benda yang

diperhatikannya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

dengan menggunakan alat peraga manik-manik

pada mata pelajaran matematika pokok bahasab

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas

IV SDN 164 Ara. Adapun hasil penelitian yang

dilaksanakan selama 2 siklus ini yaitu siklus I

rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,57%

termasuk katagori sedang, dengan persentase

ketuntasan sebesar 85,7%. Sedangkan pada

siklus II nilai rata-rata siswa yaitu 87,57%

termasuk dalam katagori tinggi, dengan

ketuntasan belajar 100%, ini berati

memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

proses pembelajaran pada siklus II.

SARAN

Saran yang dapat penulis kemukakan

berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Metode pembelajaran dengan menggunakan

alat peraga manik-manik dapat dijadikan

salah satu alternatif menciptakan proses

belajar mengajar yang menyenangkan yang

dapat diterapkan pada pembelajaran

matematika sehingga aktivitas dan hasil

belajar yang diperoleh dapat maksimal.

2) Diharapkan kepada tenaga-tenaga pengajar

bidang studi khususnya bidang studi

matematika untuk menggunakan metode

maupun model pembelajaran yang sesuai.

Page 83: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

292 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1985. Pengantar Metode

Didaktik. Bandung : Armico.

Hudoyo, Herman. 1984. Strategi Belajar

Mengajar. Malang : Depdikbud.

----------, Herman. 1988. Strategi Belajar

Mengajar Matematika. Malang : IKIP

Malang.

Muhsetyo, Gatot. 2002. Pembelajaran

Matematika SD. Universitas Terbuka :

Jakarta.

Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran.

Jakarta : Pendidikan Nasional.

Roestiyah, N.K. 1994. Masalah Pengajaran

Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ruseffendi, ET. 1980. Pendekatan dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Tarsito.

Sastrapradja. 1981. Kamus Pendidikan dan

Umum. Jakarta : Usaha Nasional.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka

cipta.

----------. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya Cetakan ke-4.

Jakarta : Bina Aksara.

Sudjana, Nana. 1995. Teori-Teori Belajar

Untuk Pengajaran. Jakarta : Fakultas

Ekonomi UI.

-----------------. 2005. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar, Bandung :

PT. Remaja Rosdikarya.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Penilaian Hasil

Belajar. Bandung : Tarsito.

Page 84: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Dr. Drs. Baharuddin

Patangngai., SE, M. Si.

Lahir Bulukumba pada

tanggal 10 November 1967,

pendidikan SDN. 10 Ela-Ela

Tahun 1980, SMPN 2

Bulukumba 1983, SMAN 1

Bulukumba 1986, S1 Kimia

(IKIP UP), S1 Ekonomi

(STIE W.Bakti), S2 Magister

Manajemen (UMI-Makassar), S3 Doktor Ilmu

Manajemen Ekonomi (UMI Makassar). Bekerja

sebagai staf pegawai Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten

Bulukumba, Jabatan Kepala Bidang Pembangunan,

Inovasi, dan Teknologi, sebagai pemerakarsa terbitan

Jurnal Pinisi Research Balitbangda dan sebagai dosen

di beberapa Perguruan Tinggi di Bulukumba (Akper,

STKIP Muhammadiyah, STAI Algazali, STIKES

Panrita Husada), telah menulis kajian di berbagai

terbitan jurnal antara lain:

1. Work Stress : Tinjauan Teoritis & Pengaruhnya

Terhadap Kinerja Individu Organisasi

2. Korelasi NEM SLTP dengan Prestasi belejar di

Kabupaten Bulukumba

3. Analisis Peningkatan Kinerja Pegawai Dinas

Pemukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten

Sinjai

4. Human Resources Dalam Manajemen

Perubahan Paradigma Keunggulan Kompetitif

Daerah

5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Motivasi kerja, Kemampuan Terhadap Kualitas

Kekaryaan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten

Bulukumba

6. Analisis Sumber Daya Demografi Kabupaten

Bulukumba dalam Meningkatkan Pembangunan

Berbasis Potensi Lokal

7. Upaya Bank Syari’ah Mendorong Tumbuhnya

Sektor Riil di Kabupaten Bulukumba

8. Pola Pemanfaatan Anggaran Berbasis Akrual di

Tingkat Satuan Pendidikan di Kabupaten

Bulukumba

9. Potensi Ekowisata dalam Kawasan Kebun Raya

Kahayya Kabupaten Bulukumba

10. Analisis Strategi Penuntasan Wajib Belajar 12 tahun di Kabupaten Bulukumba

11. Implementasi Kualitas Pendidikan dan Berintegritas di Kabupaten Bulukumba

Dan pernah mengikuti pelatihan antara lain : Pelatihan yang diikuti : • Latihan Kepemimpinan IV oleh Badan Diklat

Provinsi Sulawesi Selatan 2004 • Pendidikan Latihan Kepemimpinan III (Diklatpim

III pola baru angk.II tahun 2014 Kemdagri) • Pelatihan Perbendaharaan dan Perpajakan

Depdiknas 2006 • Pelatihan Pengembagan dan Analisis Kurikulum

Nasional Depdiknas 2004 • Pelatihan Modelin Pembelajaran Depdiknas 2004 • Pelatihan Pembuatan Renstra Unit Kerja

Depdiknas • Pelatihan Pembuatan Lakip Unit Kerja Depdiknas • Pelatihan Pemodelan data SIMPEG Depdiknas • Pelatihan ICT dan TV Education Dikmenjur

Depdiknas • Pelatihan KTSP Melalui BSNP Depdiknas 2006 • Pelatihan pembuatan Rencana Pengembangan

Pendidikan Kabuapten (RPDK) Se Indonesia 2009.

• Trainer Word Bank Operational Budgeting School by programing sucses study pundamental education 9 years of Indonesian 2009

• Training and Advocation PUG Round Table and Discussion Education Planning Budgeting Program Depdiknas 2009

• Pelatihan Peningkatan Kompotensi Teknis Sumber Daya Manusia Fungsional Pendataan Pendidikan dari PSP Balitbang Depdiknas 2009

• Pelatihan Peningkatan Kemampuan Penyusunan Profil Pendidikan Tahun 2009 Depdiknas Setjend Biro Perencanaan dan Kerja sama Luar Negeri (KLN) Jakarta

• Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU) PSP-Balitbang- Depdiknas 2009

• Pelatihan pengelolaan pendataan pendidikan dan ICT, Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas 2010

• Training From The American People USAID for Improving Public Services Performance 2011

Biodata Penulis

VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Page 85: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

Idaharyani, S.Pd, M.Pd

Lahir di Lasi tanggal 11 Mei

1965. Menamatkan

pendidikan di SDN Kilo

tahun 1977, SMPN 2 Bima

pada tahun 1981 dan SMAN

1 Bima tahun 1984. Penulis

menyelesaikan D-2 Jurusan

Matematika di IKIP Ujung

Pandang tahun 1987, S-1

Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri

Makassar (UNM) pada tahun 2002 dam S-2

Pendidikan Matematika UT 2013.

Ibu Hj. Lentang binti A.Wahab Ponceng (Alm.)

Makassar, Sul-Sel, ayah (Alm.) H.A.Abdullah Abdul

Madjid Dg Pasulle berasal dari Bone Sulawesi

Selatan. Penulis adalah putri ketiga dari 10

bersaudara.

Menikah pada November 1989 dengan M.Amiruddin

M., S.Pd, M.Pd. dan Alhamdulillah dikaruniai tiga

orang anak, yaitu Ratnah Kurniati M.A, S.Pd, M.Pd

lahir tahun 1991, Gufran Efendi, S.T lahir tahun 1993,

dan Ratna Jannatin M.A lahir tahun 1995.

Prestasi yang pernah dihasilkan adalah juara 1 guru

berprestasi tingkat kabupaten Bulukumba tahun 2017

dan juara 3 guru berprestasi tingkat propinsi Sulawesi

Selatan. Penulis telah menghasilkan buku dengan

judul “Guru Eksis Why Not”, “Cara mudah membuat

media pembelajaran Interaktif dengan Focusky” dan

“Membuat Media Pembelajaran Dengan Crazytalk

Animator Pro”

Email/Fb/Blog [email protected],

http://facebook.com/Idaharyani1105 http://idaharyan

ipasulle,wordpress.com, HP/WA/Tel. :

082191676667

Ir. Racmat Seno Adji,

MM. Lahir di Banyumas 7 Juli

1959, adalah pejabat

fungsional (widyaiswara) di

Balai Besar Pelatihan

Pertanian (BBPP)

Batangkaluku. Gelar sarjana

di peroleh dari Fakultas

Peternakan Universitas,

Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, jurusan

Produksi Ternak, tahun 1986. Sedang gelar Magister

Managemen (MM) diperoleh dari Universitas Muslim

Indonesia Makassar, program study Pemasaran tahun

2005. telah menulis artikel pada terbitan jurnal dengan

judul artikel ”Analisis Pendapatan Usaha Tani dan

Pemasaran Telur Itik Kelompok Tani Parde’de Desa

Gentungan Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten

Gowa”.

Mustafa, MSi Lahir tanggal 31 Desember

1962. Tempat Polejiwa

Kabupaten Bone Profisi

Sulawesi Selatan Pendisikan

S1 dilakukan di Universitas

Muhamadyah Makassar lulus

tahun 2002 dengan jurusan

Sosial Politik, sedang S2

dilaksanakan di Universitas

Samratulangi Menado dengan Program Study

Manajemen Agribisnis lulus pada tahun 2007. Bekerja

pada Balai Besar Pelatihan Pertanian Baatngkaluku

dengan spesialisasi Sosial Ekonomi.

Rosma D, S.Pd Lahir tanggal 31 Desember

1963 di Desa Sampeang

Kecamatan Bulukumpa

Kabupaten Bulukumba, dan

merupakan anak kedua dari

sembilan bersaudara dari

pasangan H. Daraming dan

Hj. Mariana. Pendidikan

Sekolah Dasar ditempuh di SD Pangi-pangi I dari tahun 1969 dan tamat pada tahun 1974. Pendidikan berikutnya ditempuh di Madrasah Tsanawiyah Sampeang pada tahun 1975 dan tamat pada tahun 1977. Kemudian pada tahun 1978 melajutkan pendidikan di SMEA Negeri Bulukumba dan tamat pada tahun 1981. Pada tahun 1982 melanjutkan studi di Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan IPS Jurusan IPS Terpadu Fakultas FKIS Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP Ujung Pandang) , jenjang studi Diploma dua (D2) dan selesai pada tahun 1983. Pada tahun 1984 terangkat menjadi PNS di SMP Negeri Barebbo Kabupaten Bone. Pada tahun 1988 pindah ke SMP Negeri Bialo Kabupaten Bulukumba. Selanjutnya pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan diploma tiga (D3) di IKIP Ujung pandang dan tahun 1999 menempuh pendidikan S1 di Universitas Veteran RI Makassar jurusan PPKN dan selesai tahun 2001. Tahun 2002, pindah tugas ke SMP Negeri 1 Bulukumb. Pada tahun 2006 kembali mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Makassar pada jurusan Pendidikan Sejarah sebagai penyetaraan jenjang studi S1 dan selesai tahun 2007.

Ray Suryadi, S. Pd Was born in Ujung Pandang

on Februari 12th

, 1986. He is

the first from three childrens

of H. Muh. Hasyim, MM.

and Hj. Dra. Nurdiati

Palandra. He is a husband of

Ria Hajriah, S.Pd. His

educational background

began in elementary school

Page 86: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

at SD Inpres Lembang Cina II Bantaeng in 1994 and

SDN 3 Pangkajene Sidrap and graduated in 1997. The

he continue at SMPN 1 Sidrap and graduated in 2000.

After that he continue again his study at SMAN 1

Pare-pare and graduated in 2003. He again continue

his study at UNM and he took business English study

program and graduated in 2006. He is a never stop

studying man. After graduating at Business English in

2006 he directly continue to English Education at the

same university and the same year to take educator

degree. He graduated at UNM in 2008. After applying

the knowledge he gain at university to the society for

five years he thought he need some improvement in

teaching English. So, he then continue again his study

at UNM for magister degree at the same lovely

university namely, State University of Makassar or

familiar called UNM in 2013 and graduated in 2015.

May Allah always guide and bless him. InsyaAllah.

Aamiin.

Darmaeni, S.Pd., M.Pd. Lahir di Bulukumba Provinsi

Sulawesi Selatan pada

Tanggal 07 Februari 1970

dari pasangan suami istri H.

Mustamin dan Alm. Hj.

Rostina. Tahun 1977 masuk

Sekolah Dasar (SD) Negeri 2

Terang-Terang Bulukumba

dan tamat pada tahun 1983.

Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan

pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Negeri Bulukumba (SMP Negeri 1 Bulukumba) dan

tamat pada tahun 1986. Pada tahun itu juga

melanjutkan pendidikan pada Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) Negeri Bulukumba (SMA

Negeri 1 Bulukumba) dan tamat pada tahun 1989.

Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan pada

program studi pendidikan Kimia Fakultas MIPA

IKIP Ujung Pandang Provinsi Sulawesi Selatan dan

memperoleh gelar sarjana pendidikan Kimia pada

tahun 1995. Penulis mengawali karier sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Bulukumba pada bulan Februari tahun 2005 di SMP

Negeri 1 Bulukumba sampai sekarang. Pada tanggal

08 Agustus 2000 menikah dengan Muhammad Safri,

S.Pd, MM dan sampai sekarang telah dikaruniai dua

permata hati, yaitu ST. Khaerun Fathiyah (15 tahun),

dan Ahmad Khaerul Amer (12 tahun). Pada tahun

2014 penulis melanjutkan pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Kimia Program

Pascasarjana UNM Makassar .

Nirwana, S. Pd. Lahir di Kabupaten

Bulukumba Provinsi

Sulawesi Selatan, anak ke

dua dari tiga bersaudara dari

pasangan Muhammad Zain L

dengan Salma, tamat dari

SDN 78 Bontoa, SMP Negeri

5 Bulukumba, Madrasah

Aliah Negeri (MAN) 2

Tanete tahun 2009. Menyelesaikan Sarjana Program

Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Tinggi

Ilm Agama Islam ( STAI- Algazali) Bulukumba

tahun 2017. Menjadi karyawan pada salah satu

koperasi terkemuka di Kabupaten Bulukumba

(Koperasi Berkat) pada tahun 2009 sampai dengan

2012, kemudian menjadi staf Pengajar pada

Kementrian Agama Kabupaten Bulukumba yaitu

Madrasah Ibtidayah (MIS) Paranglohe sejak tahun

2013 hingga sekarang.

Dinarwati, SPd., SD, Lahir pada tanggal 2

November 1962 di Ara

Kecamatan Bontobahari

Kabupaten Bulukumba

Provinsi Sulawesi Selatan.

Riwayat Pendidikan dimulai

dari SDN 164 Ara dan

menyelesaikan pendidikan

pada tahun 1962. Kemudian

melanjutkan pendidikannya di SMPN Bontobahari

dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun

1975). Kemudian melanjutkan pendidikan di SPGN

Bulukumba Diploma 2 UT dan selesai pada tahun

1998. Terakhir menyelesaikan pendidikannya di S1

UT pada tahun 2011.

Page 87: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

PEDOMAN PENULISAN

JURNAL PINISI RESEARCH

1. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa inggris dalam bidang kajian pemerintahan

daerah.

2. Substansi artikel diharapkan sejalan dengan panduan penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bulukumba.

http://[email protected]

3. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang baku, baik, dan

benar.

4. Sistematika Penulisan

Sistematika penjengjangan atau peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan cara

berikut :

(1) Judul ditulis dengan huruf besar semua, debagian tengah atas pada halaman pertama

(2) Sub Bab Peringkat 1 ditulis dengan huruf pertama besar semua di tengah/center

(3) Sub Bab Peringkat 2 ditulis dengan huruf besar-kecil rata tepi kiri

@ Sistematika artikel hasil penelitian adalah : judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama

dan alamat institusi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata) yang berisi tujuan,

metode, dan hasil penelitian; kata kunci (4-5 kata kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul)

yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil

penelitian dan pembahasan; simpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang

dirujuk).

JUDUL (ringkas dan lugas; maksimal 14 kata, hindari kata “analisis”, “studi”, “pengaruh”)

Penulis 11 dan Penulis 2

2

1 Nama instansi/lembaga Penulis 1

Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis

2 Nama instansi/lembaga Penulis 2

Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis

(Jika nama instansi penulis 1 dan 2 sama, cukup ditulis satu saja)

E-mail penulis 1 dan 2:

Abstract: Abstract in English (125-150 words)

Keywords: 4 – 5 words/phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)

Kata kunci: 4 – 5 kata/frase

PENDAHULUAN (Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, yang dimasukkan dalam

paragraf-paragraf bukan dalam bentk subbab)

VOL.12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Page 88: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

METODE PENELITIAN

Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN

(Hasil adalah gambaranlokus, pembahasan adalah analisis dan interpretasi)

Sub bab

SIMPULAN

(Simpulan adalah hasil dari pembahasa yang menjawab permasalahan peneliti)

DAFTAR PUSTAKA

@ Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); dan

alamat instansi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata); kata-kata kunci (4-5 kata

kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang

lingkup tulisan; bahasa utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-judul); simpulan; daftar

rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

JUDUL

Penulis

Nama instansi/lembaga penulis

Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis

E-mail penulis

Abstract: Abstrack in English (125-150 words)

Keywords: 4 – 5 words/ phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)

PENDAHULUAN

PEMBAHASAN

SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

5. Artikel diketik pada kertas ukuran A4 berkualitas baik. Dibuat sesingkat mungkin sesuai dengan

subyek dan metode penelitian (bila naskah tersebut ringkasan penelitian), biasanya 20-25 halaman

dengan spasi satu, untuk kutipan paragraf langsung diindent (tidak termasuk daftar pustaka).

6. Abstrak, ditulis satu paragraf sebelum isi naskah. Abstrak dalam bentuk bahasa yaitu bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak tidak memuat uraian matematis, dan mencakup esensi utuh

penelitian, metode dan pentingnya temuan dan saran atau kontribusi penelitian.

7. a. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf, contohnya:

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah CSR berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan, (2) Untuk mengetahui apakah persentase kepemilikan

manajemen berperan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara CSR dengan

nilai perusahaan, dan (3) Untuk mengetahui apakah tipe industri berperan sebagai variabel

moderating dalam hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan?

b. Penulisan bullet juga diintegrasikan dengan dalam paragraf dengan menggunakan tanda koma

pada antarkata/kalimat tanpa bullet.

8. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) sebagai lampiran dicantumkan pada halaman

sesudah teks. Sedangkan tabel atau gambar baik di dalam naskah maupun bukan harus diberi nomor

urut.

a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul table diletakkan di atas tabel sedangkan judul

gambar diletakkan di bawah gambar.

b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.

Page 89: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel

sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.

d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang refresentatif.

9. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberi

nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan

baris tersebut. Contoh:

wt = f (yt, kt, wt-1)

10. Keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan symbol sama dengan (=) masing-

masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh:

Dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas

modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya

11. Perujukan sumber acuan di dalam teks (body teks) dengan menggunakan nama akhir dan tahun.

Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan

dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang

aslinya.

Contoh:

Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..

Nuraeni dan Daryoky (1997) menunjukkan adanya…..

Yunus dkk (2007) berkesimpulan bahwa…..

Untuk meningkatkan perekonomian daerah….. (Rizky, Mentari, dan Dhirga Bramurti, 2009)

Indah (2009) berpendapat bahwa…..

12. Setiap kutipan harus diikuti sumbernya (lihat poin no. 11) dan dicantumkan juga dalam daftar

pustaka. Contoh:

Di dalam paragraf isi (Body Text) ada kutipan:

Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..

Maka sumber kutipan tersebut wajib dicantumkan/disebutkan di dalam daftar pustaka:

Buiter, W. H. 2007. The Fiscal Theory of Price Level: A Critique, Economic Journal,

112(127):459

13. Sedapat mungkin pustaka-pustaka yang dijadikan rujukan adalah pustaka yang diterbitkan 10

tahun terakhir dan diutamakan lebih banyak dari Jurnal Ilmiah (50 persen). Penulis disarankan

untuk merujuk artikel-artikel pada Jurnal-jurnal yang sudah terakreditasi.

14. Unsur yang ditulis dalam daftar pustak secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang,

nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) judul buku termasuk

subjudul. (4) tempat penerbitan, (5) nama penerbit.

Contoh cara penulisan:

a. Format rujukan dari buku: Nama pengarang. (tahun). Judul Buku.Edisi Kota penerbit: Nama

Penerbit.

Jika penerbit sebagai editor tunggal, ditulis (Ed.) di belakang namanya. Ditulis (Eds.) jika

editornya lebih dari satu orang. Kemudian bila pengarang lebih dari 3 orang, dituliskan nama

pengarang pertama dan yang lain disingkat “dkk”(pengarang domestik) atau “et.al” (pengarang

asing)

Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. Second edition. New York: John Wiley &

Son.

Purnomo, Didit (Ed.) 2005. The Role of Macroeconomic Factors in Growth. Surakarta:

Penerbit Muhammadiyah University Press

b. Format rujukan dari artikel dalam buku ditulis: Nama Editor (Ed.), (tahun) judul

tulisan/keterangan, Judul Buku..hlm atau pp. kota penerbit: nama penerbit.

Daryoky (Ed.). 2005. Concept of Fiscal Decentralization and Worldwide Overview (hlm.12-25).

Bulukumba: Penerbit Muhammadiyah University Press.

Page 90: balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com

c. Format rujukan dari artikel dalam jurnal/majalah/Koran: Nama pengarang (tahun). Judul

tulisan/karangan. Nama jurnal/majalah/Koran. volume (nomor): halaman. Jika rujukan Koran

tanpa penulis, nama koran ditulis diawal

Yunus, MC. 2002. The Dilemma of Fiscal Federalism: Grants and Fiscal Performance around

the world. Amerirican Economic jurnal. 46(3): 670. Nashville: American Economic

Association.

Tridian. 2008. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksana Desentralisasi

Fiskal Efek. Warta Ekonomi. Vol. 4,. Agustus: 46-48

Harwanto, S. 2007, 13 November, DEsentralisasi Fiskal dan Pembangunan Ekonomi, Harian

Radar Bulukumba, hlm,7.

Harian Makassar. 2009, 1 April, Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia hlm, 4.

15. Referensi Online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia:

a. Glosarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia:

http://pusatbahasa.diknas.go.id/glosarium/

b. Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/

c. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD):

http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-

BID.PENGEMBANGAN.pdf

Pengiriman Artikel

1. Atikel dikirim sebanyak 2 eksemplar hardcopy, dan softcopy berupa file. File bisa dikirim melalui e-

mail [email protected] atau dalam media cd.

2. Artikel yang dikirim wajib dilampiri biodata ringkas pendidikan termasuk catatan riwayat karya-

karya ilmiah sebelumnya yang pernah dipublikasikan, institusi dan alamatnya, nomor telepon kontak

atau e-mail penulis.

3. Penulis yang menyerahkan artikelnya harus menjamin bahwa naskah yang diajukan tidak melanggar

hak cipta, belum dipublikasikan atau telah diterima untuk dipublikasikan oleh jurnal lainnya.

4. Kepastian naskah dimuat atau tidak, akan diberitahukan secara tertulis atau melalui telepon. Artikel

yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan.

Alamat Jurnal Pinisi Research:

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Durian No. 2 Bulukumba

Telepon/Faks: +62413 81102 / +62413 81102

e-mail: [email protected]