35
Banyaknya perubahan yang terjadi saat hamil karena pengaruh hormon, seperti estrogen. Bumil akan mengalami peningkatan pengeluaran cairan vagina lebih dari biasa. Orang awam biasa menyebutnya keputihan. Di bahasa Kedokteran disebut fluor albus atau leukore adalah cairan yang keluar dari vagina / liang kemaluan secara berlebihan. Keputihan Normal dan Abnormal Selama Kehamilan Keputihan pada bumil dikatakan normal / fisiologis jika cairan yang keluar bertekstur encer, berwarna bening atau putih susu, tidak berbau, tidak menyebabkan gatal. cairan ini biasanya meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. kondisi ini akan hilang dengan sendirinya begitu sikecil lahir. jadi, anda tidak perlu khawatir. Keputihan dikatakan tidak nomal bila cairan keputihan berubah warna menjadi kuning kehijauan, putih bergumpal, berbau, menimbulakan rasa gatal. Penyebab dari keputihan yang terbanyak adalah infeksi jamur ( kandidiasis) 52,8%, sisanya adalah infeksi vaginosis 39 %, trikomoniasis 3,7%, dan gonorroe 1,2 %. Bahaya Keputihan Abnormal akibat Infeksi selama kehamilan;. Infeksi chlamydia dapat menyebabkan terjadinya keguguran, pecah selaput ketuban dini/sebelum waktunya (persalinan prematur ). Infeksi ini bisa berakhir pada kematian pada ibu dan anak bila tidak ditangani dengan benar dan segera. Infeksi virus herpes Simplex dapat menyebabkan radang pada otak bayi (ensepalitis). Infeksi jamur candida dapat meningkatkan resiko terjadinya ayan (epilepsi) Infeksi virus HPV dapat menyebabkan terjadinya papiloma laring pada bayi yang meyebabkan gangguan pencernaan bayi hingga kematian infeksi bakteri Neisserea Gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi pada mata bayi hingga terjadi kebutaan TIP ATASI KEPUTIHAN BAGI BUMIL:

Banyaknya Perubahan Yang Terjadi Saat Hamil Karena Pengaruh Hormon

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

Banyaknya perubahan yang terjadi saat hamil karena pengaruh hormon, seperti estrogen. Bumil akan mengalami peningkatan pengeluaran cairan vagina lebih dari biasa. Orang awam biasa menyebutnya keputihan. Di bahasa Kedokteran disebut fluor albus atau leukore adalah cairan yang keluar dari vagina / liang kemaluan secara berlebihan.

Keputihan Normal dan Abnormal Selama Kehamilan

Keputihan pada bumil dikatakan normal / fisiologis jika cairan yang keluar bertekstur encer, berwarna bening atau putih susu, tidak berbau, tidak menyebabkan gatal. cairan ini biasanya meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. kondisi ini akan hilang dengan sendirinya begitu sikecil lahir. jadi, anda tidak perlu khawatir.

Keputihan dikatakan tidak nomal bila cairan keputihan berubah warna menjadi kuning kehijauan, putih bergumpal, berbau, menimbulakan rasa gatal. Penyebab dari keputihan yang terbanyak adalah infeksi jamur ( kandidiasis) 52,8%, sisanya adalah infeksi vaginosis 39 %, trikomoniasis 3,7%, dan gonorroe 1,2 %.

Bahaya Keputihan Abnormal akibat Infeksi selama kehamilan;.

Infeksi chlamydia dapat menyebabkan terjadinya keguguran, pecah selaput ketuban dini/sebelum waktunya (persalinan prematur ). Infeksi ini bisa berakhir pada kematian pada ibu dan anak bila tidak ditangani dengan benar dan segera.

Infeksi virus herpes Simplex dapat menyebabkan radang pada otak bayi (ensepalitis).

Infeksi jamur candida dapat meningkatkan resiko terjadinya ayan (epilepsi) Infeksi virus HPV dapat menyebabkan terjadinya papiloma laring pada bayi

yang meyebabkan gangguan pencernaan bayi hingga kematian infeksi  bakteri Neisserea Gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi pada mata

bayi hingga terjadi kebutaan

TIP ATASI KEPUTIHAN BAGI BUMIL:

1. Selalu menjaga kebersihan daerah kemaluan dengan baik2. Bersihkan dan keringkan selalu kemaluan setiap habis buang air kecil dan

besar3. Arah basuh dilakukan dari arah depan kebelakang. Sebab hal ini efektif untuk

menanggulangi infeksi  dari mikroorganisme yang berasal dari dubur4. Bila celana basah dan lembab ( karena wanita hamil menjadi lebih sering

buang air kecil) maka gantilah dengan celana yang bersih dan kering5. Pakailah celana dalam yang terbuat dari katun sehingga mudahmenyerap

keringat.6. Tidak disarankan menggunakan pembersih vagina yang bersifat antiseptik,

bersihkan vagina dengan air mengalir yang bersih tanpa perlu memasukan cairan pembersih vagina keliang vagina.

7. Bila menemukan keputihan yang berbau, berwarna , dan gatal serat putih menggumpal, konsultasikan segera ke dokter terdekat atau spesialis kandungan sehingga dokterdapat menilai adanya kemungkinan infeksi dan dapat ditangani sedini mungkin.

8. Khusus untuk keputihan akibat infeksi , maka pasangan seksual penderita pun harus diperiksa dan diobati , hal ini agar tidak terjadi fenomena pingpong yaitu penularan timbal balik suami isrtri. Dan diharapkan selama keputihan berlangsung, untuk tidak melakukan hubungan intim sementara waktu.

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 24 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-neonatal (setelah 27 hari).

Pemberian makanan dilakukan dengan penetekan atau dengan susu industri khusus. Bayi memiliki insting menyedot, yang membuat mereka dapat mengambil susu dari buah dada. Bila sang ibu tidak bisa menyusuinya, atau tidak mau, formula bayi biasa digunakan di negara-negara Barat. Di negara lain ada yang menyewa "perawat basah" (wet nurse) untuk menyusui bayi tersebut.

Bayi tidak mampu mengatur pembuangan kotorannya, oleh karena itu digunakanlah popok.

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah a. Faktor Ibu 1) Gizi saat hamil yang kurang Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak besar. Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih memperhatikan kesehatannya (Hidayati, 2009). 2) Umur Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa.

Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi

kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.

3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. 4) Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. 5) Penyakit menahun ibu a) Asma bronkiale: Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin). b) Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik): Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia. c) Hipertensi: Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah. 6) Gaya hidup Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin. b. Faktor kehamilan 1) Komplikasi Hamil a) Pre-eklampsia/ Eklampsia: Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/ Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang. b) Ketuban Pecah Dini Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu. 2) Hidramnion Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor

mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain. 3) Hamil ganda/ Gemeli Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus. 4) Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin, 2002). Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterin (Wiknjosastro, 1999 : 365). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia. c. Faktor janin 1) Cacat Bawaan (kelainan kongenital) Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya (Wiknjosastro, 2007).

2) Infeksi Dalam Rahim Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.By Dr.Dian, diambil dari berbagai sumber

9 Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas

Berikut adalah Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas :

1. Perdarahan PervaginamPerdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :

a. Perkiraan kehilangan darah biasannya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai.b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar

hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.

2. Infeksi Masa NifasBeberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.

3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan KaburGejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi.

4. Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas.Ini berhubungan dengan no 3.

5. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu BerkemihPada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh epiosomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina.

6. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit.Disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia.

7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang LamaKelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.

8. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan di kakiSelama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi.

9. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiriPenyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas,kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Preeclampsia (pre-e-klam-si-a) atau toxemia , adalah suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah protein di urin. Preeclampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang memiliki sejarah preeclampsia di keluarganya. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita yang memiliki banyak anak, ibu hamil usia remaja, dan wanita hamil di atas usia 40 tahun. Selain itu, wanita dengan tekanan darah tinggi atau memiliki gangguan ginjal sebelum hamil juga beresiko tinggi mengalami preeclampsia . Penyebab sesungguhnya masih belum diketahui.

DETEKSI PREECLAMPSIA

Tidak ada uji khusus untuk mendiagnosa preeclampsia . Pemeriksaan tekanan darah yang rutin dapat membantu mendeteksi adanya preeclampsia karena pengingkatan tekanan darah yang drastis setelah usia kehamilan di atas 20 minggu (sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg; atau peningkatan 30 mmHg untuk sistolik dan 15 mmHg untuk diastolik) merupakan pertanda awal kemungkinan terjadinya preeclampsia . Melalui tes urin dapat dideteksi adanya kandungan protein di urin ( proteinuria ). Jika terdeteksi, sebaiknya seringlah mengunjungi dokter sekurang-kurangnya sekali seminggu.

RESIKO PREECLAMPSIA UNTUK IBU DAN BAYI

Ibu hamil yang mengalami preeclampsia berisiko tinggi mengalami keguguran, gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah intravaskular, pembengkakan paru-paru, kolaps pada system pembuluh darah, dan eclampsia , yaitu gangguan tahap lanjutan yang ditandai dengan serangan toxemia yang bisa berakibat sangat serius bagi ibu dan bayinya.

Pada bayi, preeclampsia dapat mencegah plasenta (jalur penyaluran udara dan makanan untuk janin) mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi bisa kekurangan oksigen ( hypoxia ) dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya bobot tubuh bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi, seperti kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran ( perinatal death ).

Tetapi banyak wanita penderita preeclampsia tetap melahirkan bayi yang sehat. Hal ini karena preeclampsia dapat dideteksi lebih awal apabila calon ibu rajin merawat kehamilannya.

CARA MENGATASI PREECLAMPSIA

Apabila Anda mengalami preeclampsia , melahirkan adalah cara yang paling tepat untuk melindungi Anda dan bayi Anda. Tapi hal ini tidak selalu harus dilakukan, karena bisa jadi bayi Anda terlalu dini untuk dilahirkan.

Apabila kelahiran tidak memungkinkan karena usia kandungan yang terlalu dini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi preeclampsia sampai bayi dinyatakan cukup umur untuk bisa dilahirkan. Langkah-langkah tersebut meliputi penurunan tekanan darah dengan cara istirahat total ( bed-rest ) atau dengan obat-obatan, dan perhatian khusus dari dokter. Pada beberapa kasus, bisa jadi diperlukan opname di rumah sakit.

Salah satu cara mengendalikan tekanan darah ketika Anda tidak sedang hamil adalah dengan membatasi jumlah garam pada makanan Anda. Namun hal ini bukanlah ide bagus apabila Anda mengalami hipertensi pada saat hamil. Tubuh Anda membutuhkan garam untuk menjaga aliran cairan tubuh, jadi Anda tetap membutuhkan asupan garam dalam jumlah normal. Dokter Anda akan menginformasikan berapa banyak jumlah garam yang Anda butuhkan perhari dan berapa banyak jumlah air yang harus anda minum tiap harinya.

Dokter anda mungkin akan memberikan aspirin atau tambahan kalsium untuk mencegah preeclampsia . Dokter mungkin juga akan menyarankan Anda untuk berbaring pada sisi kiri anda saat anda beristirahat. Hal ini akan meningkatkan aliran darah dan mengurangi beban pembuluh darah besar Anda. Banyak dokter memberikan magnesium sulfat selama proses melahirkan dan beberapa hari setelah melahirkan untuk mencegah eclampsia .

GEJALA-GEJALA PREECLAMPSIA Apabila Anda sedang hamil dan mengalami gejala-gejala seperti di bawah ini, segeralah hubungi dokter anda :

Sakit kepala yang parahMuntah darah Pembengkakan yang berlebihan pada kaki dan tanganJumlah urin yang sedikit atau tidak ada urinKencing disertai darah Denyut jantung yang cepatPusing Mual berlebihan Telinga berdengung Muntah berlebihan Mengantuk Demam Penglihatan ganda Penglihatan buram Kebutaan tiba-tibaNyeri pada perut

"Preeclampsia" adalah suatu kondisi yang dapat mempengaruhi banyak sistem pada tubuh dan ditandai dengan tekanan darah tinggi dan protein di dalam urin (yang menunjukkan gangguan ginjal). Kondisi tersebut terjadi pada sebanyak 8 persen

kehamilan dan bertanggung jawab atas sebanyak 15 persen dari 500.000 kematian yang berhubungan dengan kehamilan di seluruh dunia setiap tahun.

Dr. Allen A. Mitchell, dari Boston University, dan rekannya mempelajari lebih dari 5.000 perempuan yang melahirkan bayi antara 1998 dan 2006. Dalam waktu 6 bulan setelah melahirkan, perempuan itu diwawancarai mengenai "sosiodemografik" dan faktor medis, termasuk tekanan darah tinggi selama kehamilan, preeclampsia dan perawatan kesuburan.

Jika terjadi `preeclampsia` maka baik sang jabang bayi dan sang ibu hamil sama-sama menghadapi resiko kematian.

Kasus `Preeclampsia` terjadi saat aliran nutrisi pada rahim ibu hamil mengalami kontraksi yang membuat aliran darah dan oxigen menjadi terhambat.

Kasus `Preeclampsia` biasanya terjadi di akhir masa kehamilan yang sekaligus membuat tekanan darah menjadi tinggi.

Sejauh ini belum ada penelitian yang mampu mengungkapkan bagaimana proses terjadinya `Preeclampsia` dan belum ada terapi yang efektif untuk menghindarkan kejadian ini.

`Preeclampsia` diperkirakan setidaknya menewaskan 76.000 wanita dan bayi diseluruh dunia setiap tahunya.

Di AS diperkirakan 8 persen terjadi pada kehamilan dan diperkirakan 15 bayi terkena kasus ini yang membuat mereka lahir prematur.

Suplemen vitamin C dan E biasanya diberikan pada wanita hamil yang setiap bulanya rutin melakukan pemeriksaan.

Para dokter kebidanan memberikan kedua suplemen itu sebagai upaya untuk membantu menghindarkan terjadinya `Preeclampsia`.

Dr. Arun Jeyabalan seorang ahli kebidanan dari `the University of Pittsburgh School of Medicine` (AS) yang tidak terlibat dalam penelitian ini memiliki keyakinan sendiri dimana ia menayrankan agar para dokter tidak memberikan kedua suplemen itu kepada para wanita hamil.

"Berdasarkan informasi yang kami miliki, saya tidak merekomendasikan tambahan suplemen vitamin C dan E kepada para wanita hamil,' saran Dr. Arun Jeyabalan.

Disertasi Siti Candra: Kombinasi Antioksidan Turunkan Kejadian Preeclampsia29 Oktober 2007

Preeclampsia (PE) merupakan keadaan patologis yang spesifik pada kehamilan manusia. Selama ini pengobatan yang diberikan untuk mencegah manifestasi PE kepada ibu hamil belum maksimal tercapai, terbukti PE masih merupakan 1 di antara 3 penyebab utama kematian ibu hamil. Dari beberapa penelitian secara klinis yang pernah dilakukan dengan pemberian antioksidan NAC atau vitamin C dikombinasi vitamin E untuk pencegahan manifestasi PE hasilnya masih kontroversial ada yang berhasil menurunkan kejadian PE dan ada yang tidak berhasil.

Ketidakberhasilan ini kemungkinan karena beratnya oxidative stress pada penderita PE yang tidak sama dan pemberian antioksidan yang tidak tepat baik dosis, macam maupun kombinasinya. Penelitian in vitro diperlukan dengan menggunakan 3

kombinasi antioksidan NAC, vitamin C dan vitamin E yang bekerja secara sinergis dalam menurunkan oxidative stress pada HUVECs yang dipapar plasma E.Demikian dr Siti Candra Windu Batiyani SpOG(K) dalam disertasi berjudul “Pengaruh Pemberian NAC, Vitamin C, Vitamin E pada Oxidative Stress yang Ditimbulkan oleh Huvecs Dipapar dengan Plasma Eclampsia”. Ujian akhir disertasi doktor bidang ilmu kedokteran dengan minat biomedik itu berlangsung Senin (29/10) di gedung Pascasarjana Universitas Brawijaya.Lebih lanjut diungkapkan, penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, melakukan penelitian mengenai peranan nutrisi vitamin C, vitamin B1, dan vitamin A pada Preeclampsia dan kadar H2O2, MDA, NO, dan rasio GSH/GSSG pada plasma kehamilan normal, Preeclampsia berat dan Eclampsia. Pada penelitian ini menggunakan metode recall diet dari asupan nutrisi pada ibu hamil mengalami PEB, E, dan kehamilan N yang masuk ke rumah sakit dan telah melahirkan. Hasilnya didapatkan bahwa asupan makanan yang sedikit mengandung vitamin C, vitamin A dan vitamin B1 pada penderita PE, diduga berhubungan dengan peningkatan H2O2, MDA, NO, dan penurunan rasio GSH/GSSG di plasma menyebabkan keadaan oxidative stress pada penderita PEB dan E.Kedua, meneliti untuk mengetahui pengaruh paparan plasma kehamilan normal, preeclampsia berat dan eclampsia terhadap kadar H2O2, MDA, NO, dan rasio GSH/GSSG pada HUVECs. Penelitian ini mendapatkan bahwa pemaparan 2% plasma kehamilan N pada HUVECs meningkatkan kadar rasio GSH/GSSG. Sedangkan pemaparan 2% plasma PEB dan E ke kultur sel endotel HUVECs kadar GSH/GSSG lebih rendah dari yang dipapar dengan 2% plasma kehamilan N. Hal ini menggambarkan bahwa kandungan bahanbahan oxidative stress di plasma PEB dan E akan menginduksi peningkatan kadar H2O2, MDA, NO, dan penurunan rasio GSH/GSSG pada HUVECs. Ketiga, melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh paparan antioksidan NAC, Vitamin C, dan Vitamin E pada HUVECs yang dipapar plasma Eclampsia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga kombinasi antioksidan tersebut, aktivitas antioksidannya lebih efektif dan bisa bekerja lebih lama dalam melakukan scavenger radikal bebas sehingga lebih efektif dalam menurunkan oxidative stress sel endotel HUVECs yang ditimbulkan oleh pemaparan 2% plasma E. Hal ini dapat dilihat dari analisa path, nilai T-statistik tertinggi dibandingkan hanya menggunakan 2 kombinasi antioksidan yaitu pada hubungan H2O2 dan MDA dengan rasio GSH/GSSG. Pada penelitian in vivo dengan pemberian tunggal antioksidan vitamin C atau vitamin E hasilnya masih kontroversial, dimungkinkan karena kondisi in vitro dan in vivo berbeda dan juga beratnya oxidative stress yang dialami penderita PE berbeda dengan pola terapi yang sama.

Di Indonesia, PE - E masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosa dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya, perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak1,6.

Perlu ditekankan bahwa sindroma preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain1.

PE - E adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Definisi preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma. Kejang di sini bukan akibat kelainan neurologis2,3,4. PE - E hampir secara ekslusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut2:

1. Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis 2. Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus 3. Penyakit ginjal.

Etiologi

Sampai saat ini, etiologi pasti dari preeklampsi/eklampsi belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan5

Pada PE - E didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan

fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2. Peran Faktor Imuunologis5

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

Fierlie F.M. (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita PE - E:

a. Beberapa wanita dengan PE - E mempunyai kompleks imun dalam serum. b. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada

PE - E diikuti dengan proteinuri.

Stirat (1986) menyimpulkan, meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa sistem imun humeral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE - E, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE - E.

3. Peran Faktor Genetik/familial4,5

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE - E antara lain:

a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi PE - E pada anak-anak

dari ibu yang menderita PE - E.

c. Kecenderungan meningkatnya frekuensi PE - E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE - E dan bukan pada ipar mereka.

d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)

Kriteria Diagnosa Preeklamsia Berat (PEB)

Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan > 20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:

1. Tekanan darah > 160/110. Syarat: (a) Bumil Ibbu hamil) dalam keadaan relaksasi (pengukuran T minimal setelah istirahat 10 menit); dan (b) Bumil tidak dalam keadaan his.

2. Proteinuria > 5 gr/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif. 3. Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan kreatinin plasma. 4. Gangguan visus dan serebral. 5. Nyeri epigastrum/hipokondrium kanan. 6. Edema paru dan sianosis. 7. Gangguan pertumbuhan janin intrauteri. 8. Adanya Hellp Syndrome (Hemolysis, Elevated liver enzyme, Low Platelet count).

Dalam dunia kedokteran, jalannya persalinan yang macet dikenal dengan istilah distosia. “Penyebabnya ada 3 hal, yaitu karena adanya kelainan pada 3P, power, passage, passenger,” terang dr. Achmad Mediana, Sp.OG, dari RS Gandaria Jakarta Selatan.

Mengapa bisa terjadi demikian? Mari kita simak lebih jauh satu per satu.

His yang terlalu sering, sehingga tidak efektif. Misalnya pada pembukaan awal seharusnya his hanya 2-3 kali saja, tetapi ternyata 6 kali. “Jadi, tentu saja itu tidak bagus.”

* Inkoordinit

Hisnya tidak teratur, bisa berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Misalnya, pada bagian atas dapat terjadi kontraksi, tapi bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan persalinan tidak mengalami kemajuan. “Biasanya karena adanya mioma atau ketuban sudah pecah.”

* Tetanik

His yang tak henti-henti, terlampau kuat dan terlalu sering, sehingga tidak ada relaksasi rahim. “Biasanya karena ada ari-ari yang lepas. Ini sangat berbahaya. Bisa mengakibatkan perdarahan.”

DISTOSIA PASSAGE & PASSANGER

Gangguan persalinan akibat passage ini, terang Achmad, biasanya berkaitan dengan kelainan panggul wanita. Perlu diketahui, bentuk dan ukuran panggul sangat menentukan kelancaran persalinan. “Karena proses persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana janin didorong melalui jalan lahir oleh his,” terangnya.

Tetapi, “kesalahan” tidak selalu terletak pada ukuran panggul, karena pada panggul normal pun bisa saja terjadi gangguan persalinan. Misalnya, panggul normal tersebut bisa saja dinilai sempit jika diperimbangkan dengan janinnya. “Pada kasus janin yang terlalu besar, sehingga tidak muat.” Dengan demikian bisa terjadi sebaliknya, kendati panggulnya sempit, jika janinnya kecil maka tak ada masalah gangguan jalan lahir.

Panggul wanita yang normal berbentuk ginekoid. Nah, bila ada ketidaknormalan bentuk, seperti bentuk panggul segitiga, akan mengakibatkan distosia passage/jalan lahir. Untuk diketahui, kelainan bentuk panggul ini bisa disebabkan karena ibu pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan perubahan bentuk.

Misalnya lagi, panggulnya bengkok. Nah, selama kelainan ini menetap, agak sulit mengoreksi kemacetan persalinannya. “Namun bila kemacetan persalinan karena ukuran panggul yang kecil, harus diperimbangkan dengan bayinya. Karena walau panggulnya kecil bila bayinya pun kecil, ya, masih bisa melahirkan normal.”

Sedangkan distosia passenger/janin ini sangat tergantung pada besar janin dan posisinya. Sebab, jelas Achmad, jika berat janin melebihi kapasitas jalan lahir,

DISTOSIA POWER/HIS

Yang dimaksud dengan distosia power adalah tenaga persalinan/his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.

His sendiri memiliki kriteria normal yang sesuai dengan fase persalinan. “Dalam fase persalinan ada yang disebut fase laten/awal dan fase aktif,” jelas Achmad. Fase awal/laten ini bila pembukaannya antara 0-3 cm. Sedangkan fase aktif bila pembukaannya 3 cm atau lebih hingga lengkap (10 cm). “His pada fase awal ini biasanya masih lemah, tapi pada fase aktif hisnya sedang atau kuat.”

Nah, hambatan pada his ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya:

* Inersia

His yang tidak sesuai dengan fasenya. “Biasanya disebabkan karena kelainan fisik. Entah itu karena ibunya kurang gizi, anemia, penyakit berat (hepatitis berat, TBC) atau ada kelainan pada rahim, misalnya terdapat mioma.”

Inersia dibedakan dalam dua jenis, primer dan sekunder. Yang dimaksud inersia primer bila sama sekali tidak terjadi his. Jadi, kelemahan his terjadi sejak dari permulaan persalinan. “Sedangkan disebut sekunder, bila pada awalnya bagus, yaitu kuat dan teratur, lantas hilang. Inersia sekunder inilah yang kerap terjadi pada ibu hamil.”

* Takisistol

maka tentu akan mengalami gangguan pada proses persalinan. Misalnya saja, ukuran panggul ibu normal, tetapi berat janin 5 kg. Hal tersebut memungkinkan untuk terjadi kemacetan persalinan.

Kelancaran ini juga ditentukan oleh ukuran yang terendah yang masuk ke jalan lahir. “Kalau bokong dulu yang keluar, misalnya, kalau bokongnya kecil, sih, tak masalah. Tapi kalau bokongnya besar karena bayinya besar, kan, jadi enggak bisa keluar juga.”

Yang sering pula terjadi adalah distosia karena kelainan posisi/presentasi. Misalnya presentasi puncak kepala. “Yang normal, kan, lahir dengan posisi kepala belakang dahulu yang keluar atau posisi ia menunduk, karena ini diameter yang paling kecil.” Nah, bila posisi janin berubah, misalnya kepalanya jadi tengadah, maka diameter yang masuk ke panggul yang terbesar, sehingga enggak muat melewati jalan lahir.

DISTOSIA JENIS LAIN

Kecuali disebabkan oleh tiga hal, distosia juga bisa diakibatkan oleh berbagai sebab lain, misalnya bahu, anomali (kelainan) kepala, tali pusat dan sebagainya.

Kemacetan pada bagian bahu, menurut Achmad, biasanya terjadi pada bayi yang beratnya di atas 4 kg. Sehingga diameter bahunya lebih besar dari kepala. “Padahal kalau beratnya di bawah 4 kg, diameter terbesar adalah kepala. Jadi bila kepala sudah lolos, lolos pula semua anggota badan.” Pada kasus distosia bahu, terang Achmad, kepala lolos, bahu belum tentu lolos. “Makanya kalau diketahui dari USG berat janin lebih dari 4 kg, biasanya harus operasi.”

Distosia karena anomali (kelainan) bisa juga terjadi, misalnya pada kasus ansepalus (tidak ada kepala), hidrosepalus, dan sebagainya.

Sedangkan distosia akibat posisi hamil yang tidak normal, misalnya karena ada lilitan tali pusat. “Lilitan tali pusat ini bisa menghambat gerakan/putaran bayi di dalam rahim. Akibatnya janin tidak turun ke jalan lahir. Karena setiap kali hendak turun, ia terjerat tali pusat.”

PERTOLONGAN SEGERA

Bila kemacetan tersebut terjadi saat janin sudah terlanjur keluar sebagian badannya, biasanya akan digunakan manual aid. Dengan bantuan tangan diubah posisinya dari luar.

Pertolongan ini harus segera dilakukan, karena jika terlambat, maka bisa mengakibatkan gawat janin atau asfiksia. Terlebih lagi bila ketubannya sudah berubah warna menjadi hijau. “Jalan lahir juga bisa mengalami kerusakan. Bayangkan saja, jika jalan lahir sudah terjepit lama hingga 4-5 jam, maka jalan

lahir itu bisa kekurangan oksigen. Akibatnya akan rusak,” terang Achmad. Apalagi, lanjut Achmad, saluran kencing yang terdapat di atas jalan lahir pun bisa terganggu. Bisa membuat si ibu tidak kencing beberapa hari.

Demikian juga, bila pembukaan sudah lengkap tapi jalan lahir tidak muat, maka rahim juga bisa pecah. Saat pembukaan sudah lengkap, tapi kepala tak turun-turun, dinding rahim akan semakin menipis, maka kepala bayi bisa keluar ke perut. “Ini, kan, bahaya untuk bayi dan ibu. Bayinya bisa meninggal dan ibunya bisa perdarahan, yang bisa membawa ke kematian pula.”

Sedangkan jika diagnosis menunjukkan penyebab distosia tersebut karena gangguan his, maka akan dilakukan perbaikan pada hisnya. Caranya bisa dengan diinfus, diberi obat, atau dipecahkan ketubannya. “Dan bila hisnya terlalu kuat/sering, maka diberi obat untuk mengurangi/mengatur hisnya kembali.”

Bila yang terjadi kasus his tetanik, maka harus dicari penyebabnya. “Kalau karena lepasnya plasenta, maka mau tak mau harus operasi. Tetapi, hal tersebut sangat tergantung pada kondisi pembukaannya saat itu, kalau sudah siap lahir, ya, dilahirkan dengan normal.”

Semua keadaan his ini akan dipantau lewat partigraf. Semacam grafik yang dijadikan tolok ukur untuk melahirkan. “Jika masih sesuai dengan grafik, maka bisa dilahirkan secara normal. Tapi kalau masih macet, ya, harus dilakukan operasi.”

Lain lagi bila yang terjadi kasus dengan dugaan CPD/cepalo palvik disproporsi (panggul sempit), maka akan dilakukan partus percobaan. “Dengan mulas yang bagus akan dinilai dalam 2 jam. Jika ada pembukaan yang bertambah, ada putaran posisi kepala janin (baik berputar sendiri atau dengan bantuan), serta adanya penurunan kepala, maka dinilai partus maju. Tapi kalau tidak ada perubahan ketiga hal tersebut, maka partus percobaan itu dinilai gagal.

Lain halnya bila kemacetan terjadi pada saat persalinan kala 2, misalnya sudah pembukaan tapi tak kunjung lahir, entah itu karena bayinya sedikit miring atau mulasnya tak ada, atau ibunya tak mau ngedan, maka dokter akan segera memberi tindakan, dengan menggunakan ekstraksi vakum atau forcep.

Vakum atau forcep bisa dilakukan bila pembukaannya sudah lengkap dan kepalanya sudah turun. “Kalau kepalanya tidak turun juga, ya, langsung operasi. Demikian juga jika pembukaannya belum lengkap,” tandas Achmad.

Operasi memang tidak selalu ditempuh dalam mengatasi kemacetan persalinan ini. Hanya pada kasus pasien distosia yang tidak bisa dikoreksi, menurut Achmad, yang akan dilakukan operasi. “Sambil menunggu operasi, biasanya kita hilangkan mulasnya. Supaya bayinya tidak bertambah stres.”

Pendek kata, operasi dilakukan setelah melihat berbagai pertimbangan. Salah satunya dengan melihat kondisi janin. Bila dari hasil rekaman CTG, denyut jantungnya kurang bagus, maka segera dilakukan operasi.

UPAYA PENCEGAHAN

Lantas, apa upaya yang bisa dilakukan ibu hamil agar persalinan berjalan lancar? Untuk mencegahnya, yang paling utama harus diperhatikan adalah status gizi ibu saat hamil. “Status gizinya harus baik. Dengan demikian tenaganya saat persalinan akan bagus.”

Yang kedua, saran Achmad, jangan malas melakukan senam hamil. “Senam hamil perlu untuk melemaskan otot-otot, belajar bernafas selama persalinan, dan memperkenalkan posisi. Yang tak kalah penting adalah persiapan mental menjelang persalinan. Karena, terang Achmad, tak jarang ibu-ibu hamil yang baru pembukaan 3-

4 saja sudah teriak-teriak panik. “Padahal kalau orang sedang mulas, ototnya akan kencang semua. Justru seharusnya ia jangan buang-buang tenaga dengan berteriak-teriak. Tapi tarik nafas dan lemaskan otot-ototnya, supaya ia irit tenaga. Siap untuk mengejan nanti.”

Nah, bagi yang sudah terlatih dalam senam hamil, umumnya mentalnya relatif sudah siap, sehingga ia pun bisa tenang dalam melahirkan. Karena kesiapan mental ini pun sangat berperan dalam hal mengatur mulas. “Mulas itu salah satunya dipengaruhi kesiapan mental karena berkaitan dengan hormon.”

Selain itu, jelas Achmad lebih jauh, dalam hal mengejan, sebaiknya tunggu perintah dari bidan atau dokternya. “Jangan mengejan sebelum diperintahkan. Karena jika tidak teratur, tenaga makin berkurang, dan jalan lahir bisa membengkak. “Hal ini diakibatkan karena saat mengejan, terdapat cairan yang keluar di jalan lahir.” Akibat lebih jauh, akan menyulitkan penjahitan jika vagina ibu mengalami pembengkakan.

Yang terakhir, jangan malas mengontrol kehamilan agar bisa mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan. Misalnya, bila selama kontrol kehamilan, bayinya sudah terlalu besar untuk ukuran usia kehamilannya, tentu harus diet. “Sebab jika janin sudah terlalu besar, misalnya sudah di atas 4 kg, maka akan terjadi distosia. Bayi tak akan muat untuk masuk ke jalan lahir.”

Bahkan pada kasus bayi dengan distosia bahu bisa saja terjadi cedera syaraf-syaraf di otot leher dan bahunya. Akibatnya, bisa cacat atau lumpuh lengan separuh. “Karena itu, jika taksiran bayinya di atas 4 kg dan panggulnya kecil, sebaiknya jangan ambil risiko, langsung operasi. Tapi kalau panggulnya dinilai mencukupi, ya, bisa saja dicoba melahirkan normal.”

Anestesi lokal membuat mati rasa vagina dan jaringan yang terbuka disekitarnya. Biasanya, daerah ini mati rasa dengan anestesi lokal yang disuntikkan melalui dinding vagina dan syaraf pudendal yang mengelilinginya (yang mensuplai rasa pada daerah bagian bawah vagina). Prosedur ini, disebut penyumbatan pudendal, digunakan hanya fase terakhir pada persalinan, ketika kepala bayi kira-kira akan keluar dari vagina. Yang umum lainnya tetapi prosedur yang sedikit efektif meliputi penyuntikan anestesi lokal pada pembukaan vagina. Dengan kedua prosedur, wanita tersebut bisa tetap sadar dan menekan, dan fungsi janin tidak terpengaruh. Prosedur ini sangat berguna untuk melahirkan yang tidak memiliki komplikasi.

Anestesi regional membuat mati rasa banyak daerah. Hal itu kemungkinan digunakan untuk wanita yang ingin secara penuh menghilangkan rasa sakit. Suntikan lumbar epidural hampir selalu digunakan. Prosedur ini meliputi suntikan anestesi pada bagian bawah belakang-ke dalam ruang antara tulang belakang dan lapisan luar jaringan yang melindungi urat syaraf tulang belakang (ruang epidural), sebagai alternatif, sebuah kateter diletakkan pada ruang epidural, dan opoids, seperti fentanil dan sufentanil, secara terus-menerus dan perlahan diberikan melalui kateter. Prosedur lain (anestesi tulang belakang) meliputi menyuntikkan anestesi ke dalam ruang antara tengah dan dalam lapisan pada jaringan yang melindungi urat syaraf tulang belakang (ruang subarachnoid). Suntikan injeksi biasanya digunakan untuk operasi sessar ketika tidak terdapat komplikasi. Baik epidural maupun suntikan tulang belakang mencegah wanita tersebut cukup mendorong. Kadangkala, menggunakan prosedur manapun

menyebabkan turunnya tekanan darah. konsekwensinya, jika salah satu dari prosedur ini digunakan, tekanan darah wanita tersebut diukur sesering mungkin.

Anestesi umum membuat seorang wanita untuk sementara waktu tidak sadar. Cara ini jarang diperlukan dan tidak sering digunakan karena bisa memperlambat fungsi pada jantung janin, paru-paru, dan otak. Meskipun efek ini biasanya sementara, hal ini bisa berhubungan dengan penyesuaian bayi yang baru lahir untuk hidup diluar rahim. Anestesi umum biasanya digunakan untuk operasi sessar darurat karena hal ini jalan tercepat untuk membius wanita tersebut.

Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi akibat PJT. PJT terbagi atas dua, yaitu:

1. Gangguan pertumbuhan janin simetris

Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok

2. Gangguan pertumbuhan janin asimetris (tidak simetris)

Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris.  Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan

Penyebab

Pada umumnya 75% janin dengan PJT memiliki proporsi tubuh yang kecil, 15-25% terjadi karena insufisiensi uteroplasenta, 5-10% terjadi karena infeksi selama kehamilan atau kecacatan bawaan.

1. Penyebab ibu

a. Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat

Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat  tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg

b. Penyakit ibu kronik

Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT

c. Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik

2. Penyebab janin

a.       Infeksi selama kehamilan

Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT

b.      Kelainan bawaan dan kelainan kromosom

Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT

c.       Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)

Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT

3. Penyebab plasenta (ari-ari)

a.       Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma, dan plasenta previa

b.      Kehamilan kembar

c.       Twin-to-twin transfusion syndrome

Tanda dan Gejala

PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur pertumbuhan janin. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar kepala, panjang tulang paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin melalui USG.  Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk melihat aliran dari pembuluh darah  arteri umbilikalis.

Terapi

Kecacatan dan kematian janin meningkat sampai 2-6 kali pada janin dengan PJT. Tatalaksana untuk kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :

1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan

2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan

a.  Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu

b.     Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat  maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan

c.   Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan

3. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.

Pencegahan

Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti

nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.

Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan yang dilakukan dengan cara membuat tekanan negative pada kepala janin sehingga terbentuk kaput buatan dan janin dapat dilahirkan pervaginam

Alat Vakum terdiri dari:1.Mangkuk vakum2.Rantai vakum3.Pemegang vakum4.Selang penghubung mangkuk vakum ke botol vakum5.Botol vakum6.Pompa vakum

Indikasi untuk melakukan ekstraksi vakum:Indikasi Ibu: Pada ibu dengan penyakit paru, jantungIndikasi Anak: gawat janinIndikasi waktu: kala II lama / persalinan lama

Kontra indikasi dalam melakukan ekstraksi vakum:Faktor ibu: - Pada ibu yang tidak dapat mengedan sama sekali- Rupture uteri imminens- Panggul sempit / DKP

Faktor Janin: - Janin preterm- Presentasi muka- Malposisi

Faktor Penolong:- Tidak berpengalaman / keahlian kurang- Tidak mengetahui pasti dimana posisi kepala janin - Indikasi yang tidak jelas

Syarat dalam melakukan ekstraksi vakum:1. Presentasi belakang kepala

2. Penurunan kepala minimal HII3. Ketuban (-)4. Tidak ada DKP / panggul sempit5. Pembukaan serviks minimal 7 cm6. Harus ada tenaga mengedan dari ibu

Prosedur dalam melakukan ekstraksi vakum:

1. Ibu tidur dalam posisi litotomi

2. Persiapan alat vakum

3. Setelah persiapan vakum selesai, dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks, pada pembukaan lengkap, biasanya ukuran mangkuk yang dipilih adalah mangkuk nomor 5

4. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dalam posisi miring, kemudian dipasang di bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar

 

5. Setelah mangkuk terpasang, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah ada jalan lahir/ jaringan yang terjepit.

6. Setelah itu pompa vakum dinyalakan, dimulai dengan tekanan -0,2kg/cm2 selama 2 menit, kemudian dinaikkan lagi menjadi -0,4kg/cm2 selama 2 menit, kemudian dinaikkan lagi menjadi -0,6kg/cm2.

7. Setelah itu, dilakukan traksi percobaan, dilihat apakah saat dilakukan traksi , kepala janin ikut turun. Jika tidak, pemasangan mangkuk diulangi lagi.

8. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan , harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan kanan penolong

9. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri penolong menahan mangkuk,agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar, sehingga tidak terlepas. sedangkan tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang.

10. Traksi dilakukan selama ada his, dan harus mengikuti putaran paksi dalam , sampai occiput terlihat sebagai hipomoklion, traksi dilakukan curam ke arah atas, dan tangan kiri menahan perineum saat kepala meregang perineum, hinggal lahirlah dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu janin.

11. Setelah kepala lahir, tekanan dihentikan , dan mangkuk dilepaskan, janin dilahirkan seperti persalinan normal biasa.

Ekstraksi vakum dikatakan gagal apabila:1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali,2. Dalam waktu setengah jam dilakukan ekstraksi , janin tidak lahir juga, pilihannya adalah :a. Jika kepala sudah mencapai HIII, bisa dicoba dengan ekstraksi forceps, asal syarat lainnya juga memenuhib. Dilakukan section cesarean

Komplikasi ekstraksi vakum:Pada Ibu Pada JaninPerdarahanTrauma jalan lahirinfeksi Eskoriasi kulit kepalaSefalhematomaSubgaleal hematomNeksrosi kulit kepala

Keunggulan komplikasi ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forceps:1. Pemasangan lebih mudah2. Dapat dilakukan pada pembukaan > 7 cm3. Dapat dilakukan pada kepala janin yang masih tinggi (HII)4. Trauma kepala janin dapat lebih ringan

Kerugian ekstraksi vakum:1. Memerlukan waktu yang lebih lama , karena menunggu untuk menaikkan tekanan

dulu dalam membuat keadaan vakum2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti tenaga cunam

Cedera pada NeonatusTidak ada satu tindakan persalinan operatif per vaginam yang tidak disertai peningkatan resiko ibu dan atau anak 18, 33, 41, 49, 55,, 58 .

Angka kejadian kematian janin atau cedera neonatus yang berat akibat EV sangat rendah dan berada pada rentang 0.1 – 3 kasus per 1000 tindakan EV.

Secara klinik, cedera kulit kepala terutama disebabkan oleh sifat fisik cawan penghisap yang digunakan. Saat diberikan tekanan negatif, kulit kepala akan masuk kedalam cawan penghisap sehingga terjadi chignon. Traksi yang terlalu kuat akan menyebabkan terpisahnya kulit kepala dari dasarnya sehingga meski jarang namun dapat menyebabkan perdarahan (cephalohematoma dan hemoragia subgaleal ) 6, 20, 25

38,33 45,50,58.

Resiko lain yang dapat terjadi pada tindakan EV adalah : 47, 45,56

Laserasi kulit kepala Hemoragia retina Fraktura kranium Perdarahan subarachnoid

Laserasi kulit kepala janin

Akibat EV sering terjadi ekimosis dan laserasi kulit kepala dan ini umumnya terjadi bila cawan penghisap dengan tekanan tinggi berada diatas kulit kepala janin dalam waktu yang relatif lama ( 20 – 30 menit ).

Cawan penghisap bukan suatu alat yang di masksudkan sebagai rotator ; usaha melakukan rotasi kepala dengan menggunakan EV akan menyebabkan cedera pada kulit kepala janin. Bila operator menghendaki terjadi rotasi kepala maka hal itu dilakukan secara manual tanpa paksaan dan bukan dengan menggunakan cawan penghisap.

Outcome neonatus jangka panjang

Tidak terdapat perbedaan outcome jangka panjang antara anak yang lahir secara spontan dengan yang dilahirkan melalui EV atau EC 52,40,26,55,10,45,39.

Pengamatan outcome jangka panjang dalam berbagai penelitian dilakukan sampai usia 18 tahun dan skoring dibuat atas kemampuan sekolah, berbicara, perawatan diri sendiri dan status neurologi.

Cedera maternalResiko cedera ibu pada tindakan ekstraksi vakum lebih rendah dibandingkan dengan tindakan ekstraksi cunam atau seksio sesar 6.

Laserasi jalan lahir

Laserasi perineum adalah komplikasi paling sering terjadi pada persalinan operatif per vaginam6. Seringkali terjadi robekan perineum berkaitan dengan episiotomi. Ruptura perinei tingkat III dan IV pada tindakan EV berkisar antara 5 – 30% .

Angka kejadian ruptura perinei pada tindakan EV lebih rendah dibandingkan tindakan ekstraksi cunam. Tindakan ekstraksi cunam sering menyebabkan ruptura perinei totalis. Episiotomi elektif merupakan predisposisi terjadinya ruptura perinei tingkat IV dan banyak ahli berpendapat bahwa episiotomi sebaiknya dikerjakan bila perineum yang tegang mengganggu jalannya persalinan. Jenis episiotomi sebaiknya dari jenis

medio lateral yang meskipun rekosntruksinya lebih sulit namun jarang meluas sehingga menyebabkan ruptura perinei tingkat IV ( ruptura perinei totalis ) 16 .

Inkontinensia urine dan inkontinensia alvi

Predisposisi genetik, distosia, persalinan spontan pervaginam, laserasi obstetrik, multiparitas dan cara persalinan dapat menyebabkan cedera permanen atau reversibel pada jaringan ikat panggul. Cedera pada struktur penyangga pelvik merupakan resiko tak terhindarkan pada persalinan spontan per vaginam atau persalinan operatif pervaginam.42,48,43,51,32

Organ visera panggul bergantung dari atas dan disangga dari bawah. Keutuhan struktur penyangga tersebut tergantung pada faktor intergritas otot, fascia dan persyarafan dari struktur terkait.

Struktur penggantung merupakan struktur pseudoligamen longgar yang dinamakan ligamentum panggul. Jaringan ikat yang loggar tersebut bersama dengan struktur pembuluh darah berada disekitar servik. Struktur penyangga uterus adalah struktur komplek muskulofascial berupa diafrgama pelvik dan diafragma urogenital. Diafragma pelvik terutaja terbentuk dari muskulevator ani. Diafragma urogenitalis terdiri dari berbagai otot kecil dan jaringan ikat yang terbentang dari “central perineal body” menyebar secara radial dan melekat pada berbagai tulang dan ligamentum pada dinding lateral panggul.

Perjalanan janin melalui jalan lahir akan menyebabkan distorsi dan cedera jaringan panggul. Selama proses persalinan per vaginam, ligamentum dan otot panggul mengalami robekan kecil yang juga menyebabkan trauma syaraf. Berbagai laserasi spontan atau ekstensi dari luka episiotomi dapat menyebabkan cedera lebih lanjut antara lain cedera sfingter rektum.