Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari lima kabupaten/kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan batas administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman
Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul
Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 ha (15,91% dari luas DIY) dan terbagi
atas 17 kecamatan, 75 desa dan 933 pedukuhan
Berdasarkan klasifikasi wilayah, desa di Kabupaten Bantul dibagi menjadi desa
pedesaan (rural area) sebanyak 41 desa dan desa perkotaan (urban area) sebanyak 34
desa
Secara geografis, wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110o12'34"-110o31'08"
Bujur Timur dan 07o44'04"-08o00'27" Lintang Selatan. Apabila dilihat dari bentang
alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada
bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta
kawasan pantai di sebelah selatan.
Jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun 2017 menurut data Disdukcapil sebanyak
927.181 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 462.449 jiwa dan perempuan sebanyak
464.732 jiwa.
Pemerintah Kabupaten Bantul sebagaimana pemerintah daerah lain, didirikan dalam
rangka untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayahnya.
Untuk mewujudkan cita - cita tersebut maka direncanakan dan dilaksanakan berbagai
program kegiatan yang dilakukan oleh seluruh elemen yang ada, baik dari unsur
pemerintah daerah, masyarakat, akademik maupun dunia usaha,dimana masing-
masing melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sesuai kewenangan yang ada.
Dalam setiap penentuan program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan, agar
semua bisa menjadi solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi maka
dilakukan identifikasi permasalahan pembangunan terlebih dahulu.
Selanjutnya untuk mengatasi permasalahan tersebut maka telah disusun rencana
pembangunandalam jangka waktu 5 tahun yang disebut Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
USER 1
Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021,
dinyatakan bahwaRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, dan program Kepala Daerah
yang dituangkan ke dalam strategi, arah kebijakan, dan program pembangunan daerah.
Visi Kabupaten Bantul sesuai Perda No. 11 tahun 2016 adalah :Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat, cerdas, dan sejahtera “, berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”.
Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut maka dirumuskan Misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yg baik, efektif, efisien dan bebas dari KKN
melalui percepatan reformasi birokrasi.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil dan
berkepribadian luhur.
3. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat difokuskan pada percepatan
pengembangan perekonomian rakyat dan pengentasan kemiskinan.
4. Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana-prasarana umum, pemanfaatan
Sumber Daya Alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan
pengelolaan risiko bencana.
5. Meningkatkan tata kehidupan masyarakat Bantul yang agamis, nasionalis, aman,
progresif dan harmonis serta berbudaya istimewa.
Masing- masing misi dijabarkan dalam program dan kegiatan OPD terkait.
Selanjutnya untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan
program kegiatan yang telah dilaksanakan, khususnya yang terkait dengan urusan sub
bidang Pemerintahan, maka telah dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah
studi Indonesia Governance Index(IGI), monev penyelenggaraan Sistim Informasi Desa
bagi semua Desa se Kabupaten Bantul serta penyusunan Grand Design Pembangunan
Kependudukan (GDPK) yang diperlukan sebagai arah bagi kebijakan pembangunan
berbasis kependudukan di masa depan.
B. PEMAHAMAN KONSEP Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai ketiga kegiatan tersebut maka perlu
diuraikan secara singkat konsep dari masing-masing kegiatan yaitu :
1. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
Menurut Ganie & Rochman (2000 : 142) governance diterjemahkan sebagai
“mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan
pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif”.
USER 2
Sedangakn Pinto dalam Nisjar (1997 : 119) mengartikan governance sebagai
“praktek penyelengaraan kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah dalam
pengelolaan urusan pemerintah secara umum dan pembangunan ekonomi pada
khususnya”.
(http://spiritbloging.blogspot.com/2012/01/modul-9-tata-kelola-pemerintahan-
yang.html)
Selanjutnya dalam upaya mewujudkan suatu pemerintahan yang sehat dan bersih
maka diperlukan adanya Tata kelola pemerintah yang baik (good governance) pula,
dimana model ini lebih mengedepankan prinsip partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Menurut World Bank Pengertian good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dengan pasar efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi,
dan pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan
disiplin anggaran, serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya
aktivitas usaha. Terdapat tiga unsur pokok yang bersifat sinergis dalam tata kelola
pemerintahan yang baik, yaitu sebagai berikut.
1. Unsur pemerintah yang dipercaya menangani administrasi negara pada suatu
periode tertentu.
2. Unsur swasta/wirausaha yang bergerak dalam pelayanan publik.
3. Unsur warga masyarakat.
( https://www.artikelbelajar.com/tata-kelola-pemerintahan-yang-baik-good-
governance/ )
Sementara itu United Nation Development Program (UNDP) atau lembaga PBB
untuk pengembangan negara-negara di dunia, mendefinisikan tata kelola
pemerintahan yang baik sebagai suatu tanggung jawab dari kewenangan ekonomi,
kewenangan administrasi, dan kewenangan politik untuk mengatur masalah-
masalah sosial negara tersebut.
Berdasarkan definisi di atas, setidaknya good governance memiliki beberapa
indikator pengukuran, diantaranya adalah:
a. Transparansi
Transparansi merupakan proses keterbukaan menyampaikan informasi atau
aktivitas yang dilakukan. Harapannya, agar pihak-pihak eksternal yag secara
tidak langsung ikut bertanggung jawab dapat ikut memberikan pengawasan.
Memfasilitasi akses informasi menjadi faktor penting terciptanya transparansi
ini.
b. Partisipasi
USER 3
Partisipasi merujuk pada keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam
merencanakan kebijakan. Masukan dari berbagai pihak dalam proses
pembuatan kebijakan dapat membantu pembuat kebijakan mempertimbangkan
berbagai persoalan, perspektif, dan opsi-opsi alternatif dalam menyelesaikan
suatu persoalan. Proses partisipasi membuka peluang bagi pembuat kebijakan
untuk mendapatkan pengetahuan baru, mengintegrasikan harapan publik
kedalam proses pengambilan kebijakan, sekaligus mengantisipasi terjadinya
konflik sosial yang mungkin muncul. Komponen yang menjamin akses
partisipasi mencakup, tersedianya ruang formal melalui forum-forum yang
relevan, adanya mekanisme untuk memastikan partisipasi publik, proses yang
inklusif dan terbuka, dan adanya kepastian masukan dari publik akan
diakomodir di dalam penyusunan kebijakan.
c. Akuntabilitas
Akuntabilitas didefinisikan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas peraturan
yang telah dibuat. Proses ini juga sekaligus menguji seberapa kredibel suatu
kebijakan tidak berpihak pada golongan tertentu. Akuntabilitas akan melewati
beberapa proses pengujian tertentu. Proses yang terstruktur ini diharapkan
akan mampu membaca celah-celah kekeliruan, seperti penyimpangan
anggaran atau pelimpahan kekuasaan yang kurang tepat. Mekanisme
akuntabilitas juga memberikan kesempatan kepada para pemangku
kebijakan untuk meminta penjelasan dan pertanggungjawaban apabila terdapat
hal-hal yang tidak sesuai dengan konsensus dalam pelaksanaan tata kelola di
bidang tertentu.
d. Koordinasi
Koordinasi adalah sebuah mekanisme yang memastikan bahwa seluruh
pemangku kebijakan yang memiliki kepentingan bersama telah memiliki
kesamaan pandangan. Kesamaan pandangan ini dapat diwujudkan dengan
mengintegrasikan visi dan misi pada masing-masing lembaga. Koordinasi
menjadi faktor yang sangat penting, karena kekacauan koordinasi dapat
menyebabkan efisiensi dan efektivitas kerja menjadi terganggu. ( Laporan
Koordinasi Program – Program Pemberdayaan Tahun 2015 dalam:
https://blog.gamatechno.com /4-indikator-penting-tata-kelola-pemerintahan-
yang-baik/)
Adapun ciri-ciri dan karakteristik tata kelola pemerintahan yang baik menurut Laode
Ida adalah :
1. Terwujudnya interaksi yang baik antara pemerintah, swasta, dan masyarakat,
terutama adanya kerja sama dalam pengaturan kehidupan sosial politik dan
sosioekonomi.
USER 4
2. Adanya komunikasi berupa jaringan multisistem (pemerintah, swasta, dan
masyarakat) yang melakukan sinergi untuk menghasilkan output yang
berkualitas.
3. Adanya proses penguatan diri sendiri, yaitu upaya untuk mendirikan
pemerintah (self governing) dalam mengatasi kekacauan dalam kondisi
lingkungan dan dinamika masyarakat yang tinggi.
4. Adanya keseimbangan kekuatan, dalam rangka mewujudkan pembangunan
yang berkelanjutan, ketiga elemen yang ada menciptakan dinamika, kesatuan
dalam kompleksitas, harmoni, dan kerja sama.
5. Adanya independensi, yaitu penciptaan saling ketergantungan yang dinamis
antara pemerintah, swasta, dan masyarakat melalui koordinasi dan fasilitasi.
Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik tersebut dibutuhkan
beberapa persyaratan berikut.
1) Terwujudnya efisiensi dalam manajemen pada sektor publik, antara lain
dengan memperkenalkan teknik-teknik manajemen perusahaan di lingkungan
administrasi pemerintah negara dan melakukan desentralisasi administrasi
pemerintah.
2) Terwujudnya akuntabilitas publik, sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
3) Tersedianya perangkat hukum yang memadai yang berupa peraturan
perundang-undangan yang mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan
yang baik.
4) Adanya sistem informasi yang menjamin akses masyarakat terhadap berbagai
kebijakan dan/atau informasi bersumber baik dari pemerintah maupun dari
elemen swasta serta LSM.
5) Adanya transparansi dalam pembuatan kebijakan dan implementasinya
sehingga hak-hak masyarakat untuk mengetahui (rights to information)
keputusan pemerintah terjamin.
Dalam tahap perkembangan selanjutnya, tata kelola pemerintahan yang baik
berhubungan dengan struktur pemerintahan yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Hubungan antara pemerintah dan pasar.
Contoh ; pemerintah mengendalikan harga sembako agar sesuai dengan harga
pasar.
2. Hubungan antara pemerintah dan rakyat.
Contoh : pemerintah memberikan pelayanan danperlindungan bagi rakyat.
3. Hubungan antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.
Contoh : pemerintah memberikan kesempatan kepada organisasi
kemasyarakatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
USER 5
4. Hubungan antara pejabat-pejabat yang dipilih (politisi) dan pejabat-pejabat
yang diangkat (pejabat birokrat).
Contoh ; Mengadakan pertemuan antara tokoh masyarakat, pejabat birokrat,
dan politisi.
5. Hubungan antara lembaga pemerintahan daerah dan penduduk perkotaan
serta perdesaan.
Contoh : memberikan izin bertempat tinggal kepada penduduk perdesaan yang
bekerja di perkotaan.
6. Hubungan antara lembaga legislatif dan eksekutif dalam membahas rancangan
undang-undang (RUU).
7. Hubungan antara pemerintah nasional dan lembaga-lembaga internasional
dalam menjalin kerja sama di segala bidang untuk kemajuan bangsa.
( https://www.artikelbelajar.com/tata-kelola-pemerintahan-yang-baik-good-
governance/ )
Terselenggaranya good governance ( tata kelola pemerintahan yang baik )
merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara, untuk itu perlu dilakukan
pengukuran sampai sejauh mana pengelolaan pemerintahan yang baik telah
dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Good Governance dapat diukur dengan
menggunakan Indonesia Governance Index (IGI) yang merupakan alat untuk
mengukur kinerja pemerintahan daerah, khususnya terhadap empat pilar
pemerintahan yaitu arena pemerintah (legislatif dan eksekutif), birokrasi,
masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi berdasarkan beberapa kriteria data yang
obyektif dan terukur.
Hasil dari pengukuran IGI nantinya dapat dijadikan sebagai bahan baku rujukan
untuk evaluasi bagi pembuat kebijakan atau pengambil keputusan, karena IGI
memuat sumber data yang sangat lengkap beserta bukti-buktinya
2. GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKANKemajuan dan keberhasilan pembangunan di suatu wilayah bukan ditentukan oleh
besarnya sumber daya alam maupun besarnya jumlah penduduk yang dimiliki, akan
tetapi hampir sebagian besar lebih ditentukan oleh kualitas penduduknya. Jumlah
penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah serta persebaran yang tidak
menguntungkan justru akan menjadi masalah di bidang kependudukan, demikian
pula dengan yang terjadi di Indonesia, jumlah penduduknya besar namun
kualitasnya masih belum begitu baik.
Untuk mengatasi berbagai masalah kependudukan di Indonesia yang demikian
kompleks, serta sebagai tindak lanjut dari keberadaan Undang-Undang No 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
maka pemerintah baik di level Pusat maupun Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
perlu menyusun Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) yang
USER 6
nantinya akan menjadi pedoman/arah kebijakan bagi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di bidang kependudukan.
Grand Design berasal dari 2 kata, yakni Grand yang berarti hal paling penting/besar
dan Design yang berarti suatu skema pengaturan atau sesuatu yang ditujukan
sebagai pedoman untuk melakukan sesuatu. Secara praktikal Grand Design sering
diterjemahkan atau diimplementasikan sebagai rencana induk atau kerangka utama.
Sebagai sebuah rencana induk maka grand design merujuk pada dokumen
pembangunan nasional serta memuat visi, misi, tujuan dan sasaran, untuk
memberikan arah kebijakan-kebijakan pelaksanaan pembangunan selama kurun
waktu tertentu secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga
dan berkelanjutan. (Laporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, 2011 dalam :
https://www.slideshare.net/OswarMungkasa/laporan-akhir-penyiapan-gd )
Grand Design Pembangunan Kependudukan yang selanjutnya disingkat dengan
GDPK ini terdiri dari 5 aspek pembangunan kependudukan, yaitu:
a. Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk, Diarahkan untuk mengelola pertumbuhan penduduk melalui pengendalian
kelahiran dengan cara mengoptimalkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana (KB). Indikator kependudukan
yang digunakan untuk mengukur sasaran yang hendak dicapai dalam
pengendalian kuantitas penduduk mencakup: (1) Jumlah Penduduk, (2) Laju
Pertumbuhan Penduduk, (3) Total Fertility Rate atau TFR, (4) Net
Reproduction Rate atau NRR, dan (5) Crude Birth Rate atau CBR.
b. Grand Design Peningkatan Kualitas PendudukDiarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya
peningkatan akses pelayanan kesehatan secara umum dan pendidikan serta
kesempatan kerja/berusaha. Indikator yang digunakan untuk mengukur
sasaran yang ingin dicapai mencakup: (1) Crude Death Rate atau CDR, (2)
Infant Mortality Rate atau IMR, (3) Maternal Mortality Rate atau MMR, (4)
Angka Harapan Hidup, (5) Indek Pembangunan Manusia, (6) Angka Melek
Huruf, (7) Rata-rata Lama Sekolah, (8) Angka Partisipasi Sekolah, (9)
Penduduk di bawah Garis Kemiskinan, (10) Rasio Ketergantungan.
c. Grand Design Pengarahan Mobilitas Penduduk,Diarahkan untuk mengatur persebaran dan mobilitas penduduk secara lebih
seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.
Hal ini merujuk pada UU No 52 Tahun 2009 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan
bahwa Pemerintah menetapkan kebijakan pengarahan mobilitas penduduk
dan/atau penyebaran penduduk untuk mencapai persebaran penduduk yang
USER 7
optimal, didasarkan pada keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya
dukung alam dan daya tampung lingkungan. Mobilitas penduduk ini meliputi
mobilitas internal dan internasional. Indikator yang digunakan untuk mengukur
sasaran yang ingin dicapai mencakup: (1) Pembangunan Kawasan Perdesaan
sebagai Pusat Agrobisnis, (2) Kerjasama antar daerah dalam mengatur
migrasi, (3) Penyusunan Sistem Informasi Penduduk Luar Provinsi, (4)
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan, (5) Fasilitasi mobilitas penduduk melalui program transmigrasi,
(6) Pengembangan migrasi internasional.
d. Grand Design Pembangunan Keluarga,
Diarahkan untuk meningkatkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga dalam
rangka pelaksanaan 8 fungsi keluarga sesuai PP No 87 Tahun 2014 serta
memperkuat pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, peningkatan
pendapatan keluarga miskin serta peningkatan kualitas lingkungan keluarga.
Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran yang ingin dicapai
mencakup : (1) Rasio keluarga yang memiliki perencanaan berkeluarga, (2)
Rasio keluarga yang mempunyai perencanaan investasi anak, dan (3) Rasio
keluarga yang mempunyai perencanaan keuangan.
e. Grand Design Pengembangan Data Base Kependudukan,Diarahkan untuk mengembangkan data kependudukan yang akurat dan dapat
dipercaya, yang terintegrasi dalam suatu sistem informasi serta dimanfaatkan
sebagai dasar perencanaan pembangunan. Kondisi ini perlu didukung dengan
penguatan kapasitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi,
infrastruktur yang memadai serta sistem kelembagaan yang kuat. Indikator
yang digunakan untuk mengukur sasaran yang ingin dicapai mencakup : (1)
Tersedianya data administrasi kependudukan yang berbasis SIAK, (2) Periode
pelayanan prima administrasi kependudukan, (3) Periode Integrasi antar
pemangku kepentingan untuk mewujudkan system informasi kependudukan
terpadu, (4) Periode peningkatan pendayagunaan data dan informasi
kependudukan sebagai DSS.
3. SISTEM INFORMASI DESA
Pasal 86 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa desa berhak
mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi yang dikembangkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota.
Secara rinci pasal 86 tersebut memuat :
1. Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang
dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
USER 8
2. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan sistem informasi
Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan.
3. Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi fasilitas
perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia.
4. Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi data Desa,
data Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta informasi lain yang
berkaitan dengan Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan.
5. Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh
Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua
pemangku kepentingan.
6. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi perencanaan
pembangunan Kabupaten/Kota untuk Desa.
(UUNo. 6 Tahun 2014 Tentang Desa dalam
https://www.jogloabang.com/book/export/html/153)
Sistem Informasi Desa adalah proses pengelolaan informasi berbasis computer
terkait kegiatan masyarakat desa yang mendukung fungsi dan tugas kantor desa,
seperti perencanaan pembangunan, termasuk administrasi kependudukan,
pelaporan, pengelolaan asset, pengelolaan anggaran, layanan publik, potensi
desa, kegiatan masyarakat desa, dsb.
Menurut Eddie Ridwan, dengan pengertian tersebut maka jenis aplikasi yang
tercakup dalan “Sistem Informasi Desa” bisa lebih dari satu, seperti Open SID untuk
pengelolaan data kependudukan, SISKEUDES untuk mengelola keuangan desa,
aplikasi lain untuk mengelola BUMDes, dan sebagainya. ( Eddie Ridwan dalam
https://github.com/ OpenSID/OpenSID/wiki/Peran-dan-Manfaat-Sistem-Informasi-
Desa)
Aplikasi Sistem Teknologi Informasi Desa pada perkembangannya bukan hanya
alat untuk memantau pembangunan desa sebagaimana namanya di UU Desa yaitu
Informasi Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, namun
juga sebagai pustaka desa yang berisi data untuk merencanakan pembangunan
desa, dan kawasan perdesaan tentunya.
Selain yang telah diuraikan di atas, ada beberapa manfaat utama lain pada
pemanfaatan aplikasi SID ini diantaranya adalah :
1. Kantor desa lebih efisien
Misalnya, dengan memakai Open SID, kantor desa dapat menyediakan layanan
surat keterangan pada warga jauh lebih cepat dibandingkan cara manual.
Dengan Open SID, data penduduk sudah tersimpan dan dapat diisikan secara
otomatis pada surat yang bisa dicetak langsung.
USER 9
2. Kantor desa lebih efektif
Sebagai contoh, karena SID menyimpan data penduduk beserta atribut-
atributnya, kantor desa dapat dengan mudah memilah data penduduk secara
akurat berdasarkan kriteria yang diinginkan, sehingga bisa mentargetkan suatu
program pemerintah secara tepat sasaran. Ini berbeda dengan proses serupa
tanpa SID, di mana sering dilakukan penentuan sasaran program secara kira-
kira dan tidak berbasis data.
3. Pemerintah desa lebih transparan
Dengan SID, pemerintah desa dapat mengelola informasi kegiatan desa dalam
bentuk yang mudah disajikan kepada warga dan lebih mudah diakses warga.
Misalnya, kantor desa dapat memakai SID untuk mengelola informasi
perencanaan pengembangan desa dan menampilkan informasi tersebut pada
berbagai media, seperti di web desa, papan pengumuman dan sebagainya.
4. Pemerintah desa lebih akuntabel
Dengan adanya informasi perencanaan, kegiatan pembangunan, penggunaan
dana desa dan lainnya di dalam SID yang mudah diakses warga, pemerintah
desa akan dituntut untuk lebih akuntabel. Kantor desa akan mempunyai
kesempatan untuk secara lebih mudah membuat laporan pertanggung-jawaban
kegiatan, penggunaan dana desa dan lain-lain
5. Layanan publik lebih baik
Seperti disebut di atas, dengan SID kantor desa akan lebih efisien dan lebih
efektif dalam melakukan fungsi dan tugas mereka. Karena salah satu tugas
utama kantor desa adalah memberi layanan publik, fungsi ini pun akan lebih
baik. Contoh sederhana yang diberikan di atas, warga akan bisa memperoleh
surat keterangan yang mereka butuhkan secara lebih cepat dan dengan data
yang lebih akurat.
6. Warga mendapat akses lebih baik pada informasi desa
Dengan SID, informasi kependudukan, perencanaan, asset, anggaran dan
sebagainya akan terekam secara elektronik. Semua informasi tersebut
mempunyai potensi untuk lebih mudah diakses oleh warga. Kantor desa
mempunyai kesempatan untuk menyediakan fasilitas bagi warga untuk
mengakses informasi desa dengan mudah, misalnya dengan menerbitkan
informasi desa di web desa. Karena tahu data itu ada, warga juga mempunyai
kesempatan untuk menuntut kantor desa untuk menyediakan akses pada
informasi yang mereka butuhkan.
USER 10
7. Warga dapat berpartisipasi lebih aktif dalam pembangunan desa
Ketersediaan data dan informasi desa yang mudah diakses akan meningkatkan
potensi warga untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa. Warga akan tahu
kegiatan apa yang sedang berjalan dan apa yang direncanakan, sehingga dapat
ikut mengawal kegiatan tersebut ataupun memberi usul, saran dan masukan lain
terkait pembangunan desa. Lebih dari itu, SID juga mempunyai potensi untuk
menyediakan media elektronik untuk menggalang partisipasi warga, seperti
forum diskusi atau formulir komentar/usulan elektronik.
(Eddie Ridwan dalam https://github.com/OpenSID/OpenSID/wiki/Peran-dan-
Manfaat-Sistem-Informasi-Desa)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembangunan dan
pengembangan SID ini diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan
ketersediaan data, peningkatan kualitas pelayanan, pengelolaan seluruh potensi
Desa, serta mendorong partisipasi, transparansi dan akuntabilitas.
USER 11
BAB IIPROGRAM KEGIATAN SUB BIDANG PEMERINTAHAN
A. KOORDINASI KEGIATAN BIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAHAN
No.Hari/
TanggalAcara Keterangan Bahasan
1 Kamis, 29
Maret
2018
Rapat rutin Satgas
Percepatan Berusaha
Perlu dikaji peraturan perundangan
sebelum dilakukan pelimpahan ijin usaha
ke DPMPT
2 Selasa, 03
April 2018
Rapat Koordinasi
Satgas percepatan
Berusaha
- Agar ada penentuan nama petugas dari
OPD terkait yang akan ditugaskan di
PTSP
- Masalah parkir agar dikoordinasikan
dengan Dishub dan Disdukcapil
3 Rabu, 04
April 2018
Rapat Koordinasi
Satgas percepatan
Berusaha
- Memastikan penentuan nama petugas
- Memastikan hasil koordinasi masalah
parkir
- Memastikan kesiapan pelaksanaan
simulasi prosedur pelayanan perijinan di
PTSP, dan selanjutnya menuju DPMPT
untuk cek kesiapan lapangan
4 Selasa, 10
April 2018
Rapat Koordinasi
Satgas percepatan
Berusaha
- Pencermatan Raperbup terkait
pelimpahan kewenangan perizinan dari
OPD yang mengampu masalah
perizinan ke PTSP
- Hasil pencermatan diserahkan DPMPT
agar diproses dan diserahkan Bagian
Hukum
5 Kamis, 12
April 2018
Rapat Koordinasi
Satgas percepatan
Berusaha
- Lanjutan pencermatan lampiran
Raperbup
- Persiapan uji coba DPMPT;
- Rencana pelaksanaan studi Banding ke
DPMPT dan Mall perizinan Surabaya
6 Selasa, 17
April 2018
Rapat Koordinasi
Satgas percepatan
Berusaha
- membahas evaluasi uji coba perijzinan
yang telah dilaksanakan mulai tanggal
16 April 2018 dengan hasil :
- Petugas teknis belum siap, agar
dikirim nama calon petugas lebih dari
USER 12
1, surat tugas sebagian besar belum
masuk ke DPMPT, akan dibuatkan
jadwal tugas.
7 Rabu, 30
Mei 2018
Presentasi Laporan Pen
dahuluan Penyusunan
Grand Design
Pembangun an
Kependudukan Kabupa
ten Bantul
- GDPK perlu disusun karena :
- Kondisis penduduk DIY stabil sejak
2007
- Mendukung pembangunan
kependudukan yang representative
- Arah kebijakan peningkatan kualitas
penduduk;
- Kesepakatan penggunaan data dari
Disdukcapil
- Data yang belum lengkap agar di
lengkapi oleh instansi terkait untuk
menyempurnakan penyusunan dokumen
oleh tenaga ahli
8 Kamis, 31
Mei 2018
Rapat Koordinasi
Persiapan Pelaksanaan
Evaluasi Sistem
Informasi Desa
- 2 kegiatan utama yang harus dilakukan
terkait pengelolaan SID adalah ;
- Pelatihan jurnalistik (bln Juni)
- monev SID (Agustus-September),
dengan system presentasi di Bappeda.
9 Senin, 02
Juli 2018
Rapat Koordinasi
Penyusunan data
evaluasi RKPD 2019
- Kroscek data yang menjadi tanggung
jawab Bidang Pemsosbud ( 9 OPD)
- Dilakukan pencermatan narasi dan
indicator kinerja, terutama pada BAB II
10 Kamis, 19
Juli 2018
Rapat Koordinasi
Pemantapan Data
Penyusunan GDPK
- Melakukan koreksi data, yang tidak
cocok dibenarkan yang kurang di
lengkapi, hasil koreksi dikumpulkan
kembali untuk penyempurnaan
penyusunan dokumen
11 Senin, 6
Agustus
2018
Rapat Koordinasi
Satgas percepatan
- Membahasa hasil pemeriksaan KPK
yang masih menemukan praktek
pungli/transaksi pada proses pemberian
izin usaha di beberapa OPD teknis
(diluar DPMPT), untuk itu OPD terkait
diminta segera menghentikan praktek
USER 13
illegal tersebut serta memperbaiki
kinerjanya.
- Persiapan pelaksanaan aplikasi
perizinan system OSS
- Pemda diminta mengirimkan admin OSS
sebanyak 3 orang, terdiri dari unsur
satgas percepatan berusaha, DPMPT,
helpdesk
12 Selasa, 7
Agustus
2018
Rapat Koordinasi
Persiapan Implementasi
SID di Kabupaten
Bantul
-Evaluasi implementasi pengelolaan SID
akan dilaksanakan mulai bulan Agustus
untuk 75 Desa dengan materi :
- Regulasi yang telah dimiliki, SOP,
kreatifitas Web redaksi, jangkauan
layanan, pengembangan aplikasi dll
13 Rabu, 8
Agustus
2018
Rapat menanggapi
presentasi dari PT.
Durio Indigo terkait
penawaran layanan
pekerjaan jaringan
informasi dan
komunikasi (ICT) di
wilayah Kabupaten
Bantul
- PT. Durio Indigo erupakan mitra kerja
PT. Telkom Indonesia dan PT. Biznet
Data Center, beralamat di Jln Kapten
Maulana Lubiz No.9 Medan;
- Merupakan perusahaan penyedia
layanan dan jaringan informasi dan
komunikasi (ICT) serta penyedia
software house dan pengadaan barang
serta jasa;
- Menawarkan Teknologi yang mendukung
Smart City yang dirangkum dalam Sistem
Informasi “Bantulku” yang merupakan
aplikasi terintegrasi dari beberapa
aplikasi.
14 Kamis, 16
Agustus
2018
Pelatihan Pengelolaan
Data Menuju Smart
Village (Desa Cerdas)
- Desa cerdas adalah desa yang mampu
memecahkan persoalan yang dihadapi
secara baik dan inovatif dengan
memanfaatkan semua sumber daya
yang dimiliki yang memiliki nilai tambah
- Ada 4 model/konsep untuk Smart Village
yaitu :
- Smart Government, smart society,
smart economi dan smart
environment
USER 14
15 Kamis, 23
Agustus
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri.
16 Kamis, 23
Agustus
2018
Rakor Inovasi Daerah
yang mendukung
Sustainable
Development Goal’s
pengumpulan bahan bagi penyusunan
materi presentasi Bupati Bantul, dalam
kongres UCLG ASPAC dengan tema
Innovation-driven Development for
Sustainable Cities yang akan dilaksanakan
tanggal 12-15 September 2018 di
Surabaya.
17 Jum’at, 24
Agustus
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
18 Senin, 27
Agustus
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
19 Selasa, 28
Agustus
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
20 Rabu, 29
Agustus
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
21 Kamis, 30
Agustus
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
22 Jum’at, 31
Agustus
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
23 Senin, 3
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
24 Selasa, 4
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
USER 15
25 Rabu, 5
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
26 Kamis, 6
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
27 Jum’at, 7
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
28 Jum’at, 7
September
2018
Koordinasi
Pendahuluan
Penyusunan Dokumen
IGI Tahun 2018
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
29 Senin, 10
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
30 Rabu, 12
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
31 Kamis, 13
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
32 Kamis, 20
September
2018
Presentasi Pengelolaan
SID untuk 75 Desa
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
33 Selasa, 02
Oktober
2018
Rapat koordinasi
Persiapan Ekspose
Hasil Monev SID
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
34 Selasa, 02
Oktober
2018
Rapat koordinasi
Evaluasi Penyusunan
GDPK di Kabupaten
Presentasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana SID telah dilaksanakan di
Desa pemateri
USER 16
Bantul
35 Kamis, 04
Oktober
2018
Ekspose Hasil
Monitoring Evaluasi
pelaksanaan SID oleh
Tim SID Kabupaten
Bantul
- pemaparan hasil pelaksanaan
monitoring evaluasi SID oleh Tim SID
Kabupaten;
- Dari hasil monev, setelah di pilah
berdasar kluster, ada 3 kategori SID
yaitu:
- Berkembang (range 71–100) : 11
Desa
- Sedang (range bobot 41–70) : 25
Desa
- Cukup (range bobot 10–40) : 39 Desa
36 Selasa, 16
Oktober
2018
Rapat koordinasi
evaluasi tindak lanjut
penyusunan GDPK
Kab. Bantul Tahun
2018
- GDPK merupakan dokumen bersama
yang disusun oleh Pemda Bantul untuk
dijadikan sebagai acuan dalam
mengawal pelaksanaan pembangunan;
- Agar isi dokumen GDPK (data-data dll)
akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan, maka sebelum dicetak harus
ada koreksi dari OPD pemilik data;
- Hasil koreksi akan dilakukan perbaikan
data
37 Rabu –
Jum’at, 24
- 26
Oktober
2018
Hasil Kunjungan Kerja
ke Bappeda Kabupaten
Banyuwangi terkait
pengelolaan Smart
Kampung
Pengembangan Smart Kampung di
Kabupaten Banyuwangi ditentukan oleh :
- komitmen Bupati, dukungan/keterlibatan
OPD dan Pemerintah Desa serta
tuntutan masyarakat terkait peningkatan
kualitas layanan public di desa
- konsep pengembangan smart kampung
diserahkan sepenuhnya kepada
Bappeda
- Terkait pengelolaan ADD(APBDes), maka
telah diterbitkan Perbup. Pengelolaan
ADD;
- Pemanfaatan ADD setiap tahun fokusnya
berbeda-beda, sesuai prioritas
Kabupaten, camat diberi otoritas untuk
melakukan verifikasi APBDes sesuai
USER 17
prioritas Kabupaten tersebut.
38 Rabu, 14
November
2018
Rapat koordinasi
persiapan workshop
Digitalisasi Ekonomi
- Digitalisasi ekonomi perlu dilakukan
dalam upaya untuk menurunkan angka
kemiskinan yang ada di wilayah
Kabupaten Bantul;
- Disepakati OPD yang memiliki UMK
Binaan atau apapun kegiatan yang
melibatkan UMK untuk dilaporkan ke
Bappeda dengan form pelaporan berisi
nama program, nama kegiatan,
sasaran, jumlah, lokasi, rencana
kedepan, tantangan dan hambatan.
39 Rabu, 21
November
2018
Rapat koordinasi
Pembentukan Forum
SID Kabupaten Bantul
- dalam rangka mendorong
pengembangan SID, maka telah
dibentuk semacam komunitas / forum
SID kabupaten Bantul
- forum diharapkan sudah mulai aktif pada
tahun 2019, agar bisa mendukung
program smart city;
- Bappeda akan memfasilitasi kegiatan
yang dilakukan oleh pengurus forum SID
Kabupaten, berupa tempat dan snack
rapat
40 Kamis, 29
November
2018
Rapat koordinasi data
penyusunan data
indikator pengarus
utamaan tata kelola
pemerintahan yang baik
- RPJMN 2015 – 2019
- Koordinasi dengan dinas instansi terkait
untuk menindaklanjuti surat dari Bap
penas terkait pemetaan target /capaian
atas implementasi indikator pengarus
utamaan Tata Kelola Pemerintahan yang
baik
41 Selasa, 11
Desember
2018
Ekspose hasil
penyusunan GDPK
- Grand design pembangunan
kependudukan dibutuhkan untuk
dijadikan arah bagi perumusan kebijakan
dan program kependudukan pada masa
yang akan datang, untuk menangkap
peluang agar windows opportunity
berubah menjadi bonus demografi dan
bukan justru berubah menjadi disaster
USER 18
42 Rabu, 12
Desember
2018
Ekspose hasil
penyusunan IGI
- IGI di wilayah Kabupaten Bantul
dilaksanakan untuk menilai salah satu
visi dan misi indikator kinerja Bupati
yaitu tata kelola pemerintahan;
- Menurut data RPJMD target IGI tahun
2018 adalah sebesar 7,00 dan dari hasil
survey diperoleh nilai 7,96 ini berarti
target IGI tercapai dengan baik;
- Tim penyusun dokumen IGI akan
menyempurnakan dokumennya sesuai
hasil diskusi dan menyerahkan hasil
akhir termasuk instrumen penelitian
kepada Bappeda.
43 Kamis, 13
Desember
2018
Workshop Digitalisasi
Ekonomi
- Beberapa hal yang harus ada ketika
akan melakukan usaha secara online,
diantaranya adalah Ketersediaan
akses/jaringan, Adanya servise jaringan,
aplikasi, pelaku.
- Di era digital ini kecenderungan orang
membeli bukan untuk membeli produk
akan tetapi lebih pada pengalaman,
cerita dibalik produk, nilai filosofi dsb
- Suatu produk dibuat bukan untuk
dinikmati sendiri akan tetapi untuk dijual,
jadi yang utama adalah produk itu
menarik bagi calon konsumen, bisa dari
segi tampilan, kemasan maupun teknik
pemasaran
- Kondisi ini belum banyak dipahami oleh
para pelaku UMKM, sehingga diperlukan
adanya campur tangan dari pemerintah
B. KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN
1. PELAPORAN RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (RAN HAM)Kegiatan ini berupa pelaporan RAN HAM yang harus dilakukan oleh pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia ke Kementerian
USER 19
Hukum dan HAM RI. RAN HAM merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor
75 Tahun 2015 tentang RAN HAM 2015-2019.
Aksi HAM Daerah tersebut dari tahun ke tahun meliputi :
a. Harmonisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan terkait HAM,
Evaluasi Rancangan Produk Hukum Daerah yang disusun berdasarkan
peraturan bersama Menteri Hukum dan HAM dan Menteri Dalam Negeri
tentang Parameter HAM Dalam Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Peraturan Bersama Menteri antara Menkumham dan Mendagri);
b. Kajian terhadap produk hukum kabupaten/ kota yang belum berperspektif
HAM;
c. Identifikasi Penanganan ODGJ Pasung di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan
Kota;
d. Pelayanan komunikasi masyarakat melalui peningkatan penanganan dan
tindak lanjut pengaduan masyarakat termasuk permasalahan HAM
Untuk Aksi HAM tahun 2017, diperoleh data sebagai berikut :
a. Aksi HAM 2017 K/L terdiri dari: 9 fokus prioritas, 53 aksi dan 77 target akhir
b. Ada 26 K/L dan seluruh Pemda (34 Provinsi dan 514 Kab/Kota) yang
berpartisipasi
c. Pelaporan dilakukan secara mandiri ke website Kantor Staf Presiden:
https://serambi.ksp.go.id dengan masa pelaporan :
1) B04: 28 April – 11 Mei 2017
2) B06: 28 Juni – 11 Juli 2017
3) B09: 28 September – 11 Oktober 2017
4) B12: 28 Desember 2017 – 11 Januari 2018
5) Verifikasi pelaporan B04-B12: tanggal 12-15 setiap selesai periode
pelaporan
Sementara itu untuk Aksi HAM Daerah tahun 2018-2019 bagi Kabupaten / Kota
meliputi :
1. Aksi 1,
Harmonisasi produk hukum daerah yang tidak mendiskriminasi hak-hak
perempuan, anak, dan penyandang disabilitas (Provinsi, Kabupaten/Kota)
2. Aksi 2,
Pengelolaan dan Pemerataan Distribusi (sebaran) jumlah guru di daerah
(Provinsi, Kabupaten/Kota)
3. Aksi 3,
Penyediaan Ruang Menyusui yang Memadahi bagi perempuan bekerja di
perkantoran milik pemerintah daerah dan swasta dalam rangka implementasi
USER 20
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan PP No. 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif (Provinsi, Kabupaten/Kota)
4. Aksi 4,
Pelayanan komunikasi masyarakat melalui peningkatan penanganan dan
tindak lanjut pengaduan masyarakat terhadap dugaan pelanggaran hak
perempuan, anak, penyandang disabilitas, masyarakat adat, dan pengaduan
terkait konflik lahan (Provinsi, Kabupaten/Kota).
Dari rincian aksi yang harus dilaporkan oleh provinsi serta Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia dengan masa pelaporan sesuai tersebut di atas, maka Kabupaten Bantul
juga telah melaporkan rencana aksinya sebagai berikut :
b. Pelaporan bulan April (B04), periode pelaporan 28 April – 11 Mei 2018
1) Aksi 1.
Produk hukum yang dihasilkan Pemda Bantul sampai bulan April adalah :
No. Nama Raperbup Pemrakarsa Waktu
Pembahasan
Intisari Hasil
1. Perizinan & pen
daftaran Usaha
Peternakan
Dinas
Pertanian,
Pangan,
Kelautan dan
Perikanan
26 Februari
2018
Penentuan syarat -
sya rat lokasi usaha
peter nakan yang
diantara nya
harus berada pada
lahan pertanian
sehing ga tidak
menggangu
lingkungan
permukiman
masyarakat.
2. Gerakan
Masyara kat
Hidup Sehat
Dinas
Kesehatan
9 Maret 2018 Peningkatan
Penyedia an Pangan
Sehat dan
Percepatan
Perbaikan Gizi
ditekankan pada
usaha perbaikan gizi
anak sejak balita
mela lui pemberian
ASI eksklusif. Dana
PMT, mendorong
penyediaan ruang
USER 21
laktasi
3 RAD Pengemba
ngan Kabupaten
Layak Anak
Kab. Bantul Th.
2018 - 2021
Dinas Sosial
P3A
12 Maret
2018
Pemenuhan hak
anak dalam 5 cluster,
termasuk
penyediaan sekolah
inklusi, prog.
Pendampingan ush
bagi penyandang
disabilitas, program
budidaya pertanian
dg tng kerja wanita
2) Aksi 2
Jumlah SD yang ada di Kabupaten Bantul sampai bulan April adalah 361,
sementara jumlah SMP ada 89 dengan jumlah guru PNS sebanyak 885
orang dan non PNS sebanyak 644 orang.
3) Aksi 3
Sampai bulan April 2018 ada 12 instansi yang menyediakan ruang laktasi di
kantor, yaitu terdiri dari :
a) Puskesamas : 9 ( Srandakan, Kretek, Bambanglipuro, Pandak I,
Pandak II, Jetis II, Imogiri II, Pleret dan Piyungan);
b) OPD : 3 ( Kantor Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Dinas PMPT).
4) Aksi 4
Sampai bulan April 2018 ada 33 kasus pengaduan masyarakat yang
ditangani Dinas Sosial P3A
c. Pelaporan bulan JuLi (B06), periode pelaporan 28 Juni– 11 Juli 2018
1) Aksi 1.
Produk hukum yang dihasilkan Pemda Bantul sampai bulan Juli adalah :
No. Nama
Raperbup
Pemrakarsa Waktu
Pembahasan
Intisari Hasil
1. Perizinan &
pendaf taran
Usaha Peter
nakan
Dinas
Pertanian,
Pangan,
Kelautan dan
Perikanan
26 Februari
2018
Penentuan syarat -sya
rat lokasi usaha peter
nakan yang diantara
nya harus berada pada
lahan pertanian sehing
ga tidak menggangu
lingkungan permukiman
masyarakat.
2. Gerakan Dinas 9 Maret 2018 Peningkatan Penyedia
USER 22
Masyara kat
Hidup Sehat
Kesehatan an Pangan Sehat dan
Percepatan Perbaikan
Gizi ditekankan pada
usaha perbaikan gizi
anak sejak balita mela
lui pemberian ASI
eksklusif. Dana PMT,
mendorong penyediaan
ruang laktasi
3 RAD
Pengembang
an Kabupaten
Layak Anak
Kab. Bantul
Th. 2018 -
2021
Dinas Sosial
P3A
12 Maret
2018
Pemenuhan hak anak
dalam 5 cluster,
termasuk penyediaan
sekolah inklu si, prog.
Pendampingan ush bagi
penyandang disabilitas,
program budi daya
pertanian dg tng kerja
wanita
4 Peraturan
Bupati Bantul
tentang pen
dirian,
Perubahan,
Dan
Penutupan
Satuan
Pendidikan
Dasar
Dinas
Pendidik an,
Pemuda dan
Olahraga
11 April 2018
18 April 2018
Dalam hal pendirian
seko lah perlu diatur dan
diru muskan tentang
persya ratan
kepemilikan lahan,
keluasan lahan dan
perse tujuan dari
sekolah terdekat
Untuk menjamin Kenya
manan siswa dalam kegi
atan belajar mengajar
diatur: - Luas ruang
kelas - Jumlah
rombongan bela jar -
Sarana prasarana dan
fasilitas sekolah beru pa
jamban, perpustakaan,
laboratorium dan UKS
Pengaturan jumlah guru,
kompetensi guru dan
jam belajar
USER 23
2) Aksi 2
Jumlah SD yang ada di Kabupaten Bantul sampai bulan Juli tidak
mengalami perubahan yaitu sebanyak 361, sementara jumlah SMP ada 89
dengan jumlah guru PNS sebanyak 885 orang dan non PNS sebanyak 644
orang.
3) Aksi 3
Sampai bulan Juli 2018 belum ada perubahan, masih sejumlah 12 instansi
yang menyediakan ruang laktasi di kantor, yaitu terdiri dari :
a) Puskesamas : 9 ( Srandakan, Kretek, Bambanglipuro, Pandak I,
Pandak II, Jetis II, Imogiri II, Pleret dan Piyungan);
b) OPD : 3 ( Kantor Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Dinas PMPT.)
4) Aksi 4
Sampai bulan Juli 2018 ada 49 kasus pengaduan masyarakat yang
ditangani Dinas Sosial P3A
d. Pelaporan bulan September (B09), periode pelaporan 28 September – 11
Oktober 2018
1) Aksi 1.
Produk hukum yang dihasilkan Pemda Bantul sampai bulan Oktober
adalah:
No. Nama Raperbup Pemrakarsa Waktu
Pembahasan
Intisari Hasil
1. Perizinan &
pendaf taran
Usaha Peter
nakan
Dinas
Pertanian,
Pangan,
Kelautan
dan
Perikanan
26 Februari
2018
Penentuan syarat -sya
rat lokasi usaha peter
nakan yang diantara
nya harus berada pada
lahan pertanian sehing
ga tidak menggangu
lingkungan permukiman
masyarakat.
2. Gerakan
Masyara kat
Hidup Sehat
Dinas
Kesehatan
9 Maret
2018
Peningkatan Penyedia
an Pangan Sehat dan
Percepatan Perbaikan
Gizi ditekankan pada
usaha perbaikan gizi
anak sejak balita mela
lui pemberian ASI
eksklusif. Dana PMT,
mendorong penyediaan
ruang laktasi
USER 24
3 RAD
Pengembang an
Kabupaten Layak
Anak Kab. Bantul
Th. 2018 - 2021
Dinas Sosial
P3A
12 Maret
2018
Pemenuhan hak anak
dalam 5 cluster,
termasuk penyediaan
sekolah inklu si, prog.
Pendampingan ush
bagi penyandang
disabilitas, program
budi daya pertanian dg
tng kerja wanita
4 Peraturan Bupati
Bantul tentang
pen dirian,
Perubahan, Dan
Penutupan
Satuan
Pendidikan
Dasar
Dinas
Pendidik an,
Pemuda dan
Olahraga
11 April
2018
18 April
2018
Dalam hal pendirian
seko lah perlu diatur
dan diru muskan
tentang persya ratan
kepemilikan lahan,
keluasan lahan dan
perse tujuan dari
sekolah terdekat
Untuk menjamin Kenya
manan siswa dalam
kegi atan belajar
mengajar diatur: - Luas
ruang kelas - Jumlah
rombongan bela jar -
Sarana prasarana dan
fasilitas sekolah beru
pa jamban,
perpustakaan,
laboratorium dan UKS
Pengaturan jumlah
guru, kompetensi guru
dan jam belajar
5 Perda tentang
Penyelenggaraa
n Permakaman
Bagian
Hukum
Setda
14 Agustus
2918
4 September
Pembahasan tentang
regu lasi yang
bertujuan terpe nuhinya
hak masyarakat yang
salah satunya yaitu
ketersediaan lahan
pema kaman di
Kabupaten Bantul;
Pembahasan tentang
USER 25
2018 regu lasi tata kelola
pemakam an, ruang
lingkup penge lolaan
tempat pemakaman
mencakup penyediaan,
pembinaan dan
pengawas an tempat
makam, serta
penyelenggaraan
perijinan pemakaman
2) Aksi 2
Jumlah SD yang ada di Kabupaten Bantul sampai bulan Oktober tidak
mengalami perubahan yaitu sebanyak 361, sementara jumlah SMP ada 89
dengan jumlah guru PNS sebanyak 885 orang dan non PNS sebanyak 644
orang.
3) Aksi 3
Sampai bulan Oktober 2018 ada 13 instansi yang menyediakan ruang
laktasi di kantor, yaitu terdiri dari :
a) Puskesamas : 9 ( Srandakan, Kretek, Bambanglipuro, Pandak I,
Pandak II, Jetis II, Imogiri II, Pleret dan Piyungan);
b) OPD : 4 ( Kantor Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Dinas PMPT, Dinas Lingkungan Hidup).
4) Aksi 4
Sampai bulan Oktober 2018 ada 85 kasus pengaduan masyarakat yang
ditangani Dinas Sosial P3A
e. Pelaporan bulan Desember (B12), periode pelaporan 28 Desember 2017 – 11
Januari 2018
1) Aksi 1
Produk hukum yang dihasilkan Pemda Bantul sampai bulan Desember
adalah :
No. Nama Raperbup Pemrakarsa Waktu
Pembahasan
Intisari Hasil
1. Perizinan &
pendaf taran
Usaha Peter
nakan
Dinas
Pertanian,
Pangan,
Kelautan
dan
Perikanan
26 Februari
2018
Penentuan syarat -sya
rat lokasi usaha peter
nakan yang diantara
nya harus berada pada
lahan pertanian sehing
ga tidak menggangu
lingkungan permukiman
USER 26
masyarakat.
2. Gerakan
Masyara kat
Hidup Sehat
Dinas
Kesehatan
9 Maret 2018 Peningkatan Penyedia
an Pangan Sehat dan
Percepatan Perbaikan
Gizi ditekankan pada
usaha perbaikan gizi
anak sejak balita mela
lui pemberian ASI
eksklusif. Dana PMT,
mendorong penyediaan
ruang laktasi
3 RAD
Pengembang an
Kabupaten Layak
Anak Kab. Bantul
Th. 2018 - 2021
Dinas Sosial
P3A
12 Maret
2018
Pemenuhan hak anak
dalam 5 cluster,
termasuk penyediaan
sekolah inklu si, prog.
Pendampingan ush
bagi penyandang
disabilitas, program
budi daya pertanian dg
tng kerja wanita
4 Peraturan Bupati
Bantul tentang
pen dirian,
Perubahan, Dan
Penutupan
Satuan
Pendidikan
Dasar
Dinas
Pendidik an,
Pemuda dan
Olahraga
11 April 2018
18 April 2018
Dalam hal pendirian
seko lah perlu diatur
dan diru muskan
tentang persya ratan
kepemilikan lahan,
keluasan lahan dan
perse tujuan dari
sekolah terdekat
Untuk menjamin Kenya
manan siswa dalam
kegi atan belajar
mengajar diatur: - Luas
ruang kelas - Jumlah
rombongan bela jar -
Sarana prasarana dan
fasilitas sekolah beru
pa jamban,
perpustakaan,
laboratorium dan UKS
Pengaturan jumlah
guru, kompetensi guru
USER 27
dan jam belajar
5 Perda tentang
Penyelenggaraa
n Permakaman
Bagian
Hukum
Setda
14 Agustus
2918
4 September
2018
Pembahasan tentang
regu lasi yang bertujuan
terpe nuhinya hak
masyarakat yang salah
satunya yaitu
ketersediaan lahan
pema kaman di
Kabupaten Bantul;
Pembahasan tentang
regu lasi tata kelola
pemakam an, ruang
lingkup penge lolaan
tempat pemakaman
mencakup penyediaan,
pembinaan dan
pengawas an tempat
makam, serta
penyelenggaraan
perijinan pemakaman
2) Aksi 2
Jumlah SD yang ada di Kabupaten Bantul sampai bulan Oktober tidak
mengalami perubahan yaitu sebanyak 361, sementara jumlah SMP ada 89
dengan jumlah guru PNS sebanyak 885 orang dan non PNS sebanyak 644
orang.
3) Aksi 3
Sampai bulan Desember 2018 ada 13 instansi yang menyediakan ruang
laktasi di kantor, yaitu terdiri dari :
a) Puskesamas : 9 ( Srandakan, Kretek, Bambanglipuro, Pandak I,
Pandak II, Jetis II, Imogiri II, Pleret dan Piyungan);
b) OPD : 4 ( Kantor Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Dinas PMPT, Dinas Lingkungan Hidup).
4) Aksi 4
Sampai bulan Oktober 2018 ada 114 kasus pengaduan masyarakat yang
ditangani Dinas Sosial P3A
USER 28
2. MONITORING DAN EVALUASI SIDMonev SID dilaksanakan selama periode bulan Agustus sampai dengan September
2018, dengan cara seluruh Pemerintah Desa (75 Desa) wajib melakukan presentasi
terkait pengelolaan SID di Desanya.
Presentasi dilaksanakan di Bappeda, di hadapan Tim Pembina SID Kabupaten
yang terdiri dari :
1. Bappeda
2. Dinas Kominfo
3. Bagian Tata Pemerintahan, dan dibantu oleh
4. Forum Nasional Pengembang SID Provinsi DIY
Presentasi semula direncanakan sebanyak 15 kali, tetapi dalam pelaksanaannya
menjadi 17 kali. Penambahan jadwal terjadi karena ada beberapa Desa yang tidak
bisa hadir sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Jadwal presentasi adalah sebagai berikut :
JADWAL PELAKSANAAN PRESENTASI PENGELOLAAN SID TH. 2018
BAPPEDA KABUPATEN BANTUL
NOHari/
TanggalKecamatan Desa Waktu Keterangan
1 2 4 4 5 6
1 Kamis, 1 Srandakan Poncosari
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
23 Agustus
2018 2 Srandakan Trimurti
09.00 -
09.30
3 Kretek Tirtohargo
09.30 -
10.00
4 Kretek Parangtritis
10.00 -
10.30
5 Sanden Gadingharjo
10.30 -
11.00
2 Jum'at, 1 Pleret Pleret
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
24 Agustus
2018 2 Pleret Segoroyoso
09.00 -
09.30
3 Pleret Wonolelo
09.30 -
10.00
4 Piyungan Sitimulyo
10.00 -
10.30
5 Piyungan Srimulyo 10.30 -
USER 29
11.00
3 Senin, 1 Sanden Gadingsari
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
27 Agustus
2018 2 Pundong Panjangrejo
09.00 -
09.30
3 Pundong Srihardono
09.30 -
10.00
4
Bambanglipur
o Sidomulyo
10.00 -
10.30
5
Bambanglipur
o Mulyodadi
10.30 -
11.00
4 Selasa, 1 Sanden Bawuran
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
28 Agustus
2018 2
Bambanglipur
o Sumbermulyo
09.00 -
09.30
3 Pandak Caturharjo
09.30 -
10.00
4 Pandak Triharjo
10.00 -
10.30
5 Pandak Gilangharjo
10.30 -
11.00
5 Rabu, 1 Pandak Wijirejo
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
29 Agustus
2018 2 Bantul Palbapang
09.00 -
09.30
3 Bantul Ringinharjo
09.30 -
10.00
4 Bantul Bantul
10.00 -
10.30
5 Bantul Trirenggo
10.30 -
11.00
6 Kamis, 1 Bantul Sabdodadi
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
30 Agustus
2018
2 Jetis Patalan 09.00 -
09.30
USER 30
penilai dan nara
sumber
3 Jetis Canden
09.30 -
10.00
4 Jetis Sumberagung
10.00 -
10.30
5 Jetis Trimulyo
10.30 -
11.00
7 Jum'at, 1 Imogiri Kebonagung
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
31 Agustus
2018 2 Imogiri Selopamioro
09.00 -
09.30
3 Imogiri Sriharjo
09.30 -
10.00
4 Dlingo Mangunan
10.00 -
10.30
5 Dlingo Muntuk
10.30 -
11.00
8 Senin, 1 Imogiri Karangtengah
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
03
September
2018 2 Imogiri Girirejo
09.00 -
09.30
3 Imogiri Karangtalun
09.30 -
10.00
4 Dlingo Temuwuh
10.00 -
10.30
5 Dlingo Jatimulyo
10.30 -
11.00
9 Selasa, 1 Imogiri Imogiri
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
04
September
2018 2 Imogiri Wukirsari
09.00 -
09.30
3 Dlingo Dlingo
09.30 -
10.00
4 Dlingo Terong
10.00 -
10.30
5 Pleret Wonokromo 10.30 -
USER 31
11.00
10 Rabu, 1 Sanden Murtigading
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
05
September
2018 2 Kretek Donotirto
09.00 -
09.30
3 Kretek Tirtosari
09.30 -
10.00
4 Kretek Tirtomulyo
10.00 -
10.30
5 Pundong Seloharjo
10.30 -
11.00
11 Kamis, 1 Piyungan Srimartani
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
06
September
2018 2 Pleret Srigading
09.00 -
09.30
3 Banguntapan Tamanan
09.30 -
10.00
4 Banguntapan Jagalan
10.00 -
10.30
5 Banguntapan Singosaren
10.30 -
11.00
12 Jum'at, 1 Banguntapan Wirokerten
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
07
September
2018 2 Banguntapan Jambidan
09.00 -
09.30
3 Banguntapan Potorono
09.30 -
10.00
4 Banguntapan Baturetno
10.00 -
10.30
5 Sewon
Panggungharj
o
10.30 -
11.00
13 Senin, 1 Banguntapan Banguntapan 08.30 - Selesai
USER 32
09.00
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
10
September
2018 2 Sewon Timbulharjo
09.00 -
09.30
3 Sewon Pendowoharjo
09.30 -
10.00
4 Sewon Bangunharjo
10.00 -
10.30
5 Kasihan Tirtonirmolo
10.30 -
11.00
14 Rabu, 1 Kasihan Tamantirto
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
12
September
2018 2 Kasihan Bangunjiwo
09.00 -
09.30
3 Kasihan Ngestiharjo
09.30 -
10.00
4 Pajangan Triwidadi
10.00 -
10.30
5 Pajangan Sendangsari
10.30 -
11.00
15 Kamis, 1 Pajangan Guwosari
08.30 -
09.00
Selesai
presentasi
dilanjutkan
pembahasan
bersama tim
penilai dan nara
sumber
13
September
2018 2 Sedayu Argodadi
09.00 -
09.30
3 Sedayu Argorejo
09.30 -
10.00
4 Sedayu Argosari
10.00 -
10.30
5 Sedayu Argomulyo
10.30 -
11.00
Hasil presentasi dari semua Desa direkap menjadi satu dan di bendel, untuk
selanjutnya menjadi bahan/materi ketika dilakukan ekspose.
Ekspose dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Oktober 2018 di RM dan Pemancingan
“Gendal Gendul” Jl. Parangtriti km.12.5, Ngaglik, Patalan, Jetis, Bantul.
Jumlah peserta yang diundang sekitar 100 orang terdiri dari :
USER 33
a. Lurah Desa se Kabupaten Bantul sebanyak 75
b. Camat se Kabupaten Bantul sebanyak 17
c. Tim Pembina SID Kabupaten Bantul ( Bappeda, Diskominfo, Bag. Tata
Pemerintahan)
d. Forum Nasional Pengembang SID Provinsi DIY
Secara keseluruhan hasil Monev SID adalah sebagai berikut :
1) Ruang Lingkupa). Tim Monev :
1. Bappeda
2. Diskominfo
3. Administrasi Pem.Desa
4. Forum Pengembang SID DIY
b). Instrumen :
1. Presentasi
2. Kuisioner
3. Wawancara
4. Kunjungan Lapangan
2) Hasil Monitong dan Evaluasi
Tabel 2.1
Tabel.2.2
Kluster SID Kategori Berkembang
DESA KECAMATAN
Pleret Pleret
Srimulyo Piyungan
USER 34
13%
33%53%
Perkembangan SID Tahun2018
BerkembangSedangCukup
Range Bobot 71 - 100BerkembangRange Bobot 41- 70Sedang
Range Bobot 10 - 40Cukup
Trirenggo Bantul
Muntuk Dlingo
Murtigading Sanden
Panggungharjo Sewon
Pendowoharjo Sewon
Bangunharjo Sewon
Bangunjiwo Kasihan
Guwosari Pajangan
Dlingo Dlingo
Tabel.2.3
Kluster SID
Kategori Sedang
Tabel.2.4
Kluster SID Kategori
Cukup
Tabel.2.5
Kelembagaan
Pengelolaan SID
USER 35
DESA KECAMATAN
Poncosari Srandakan
Trimurti Srandakan
Segoroyoso Pleret
Bawuran Pleret
Wonokromo Pleret
Gadingsari Sanden
Sidomulyo Bambanglipuro
Muyodadi Bambanglipuro
Sumbermulyo Bambanglipuro
Triharjo Pandak
Caturharjo Pandak
Ringinharjo Bantul
Sumberagung Jetis
Trimulyo Jetis
Karangtengah Imogiri
Selopamioro Imogiri
Tirtomulyo Kretek
Wirokerten Banguntapan
Jambidan Banguntapan
Timbulharjo Sewon
Sendangsari Pajangan
Argodadi Sedayu
Argorejo Sedayu
Temuwuh Dlingo
Panjangrejo Pundong
DESA KECAMATAN
Wonolelo Pleret
Srihardono Pundong
Seloharjo Pundong
Gilangharjo Pandak
Gilangharjo Pandak
Palbapang Bantul
Sabdodadi Bantul
Bantul Bantul
Patalan Jetis
Canden Jetis
Kebonagung Imogiri
Sriharjo Imogiri
Wukirsari Imogiri
Karangtalun Imogiri
Imogiri Imogiri
Girirejo Imogiri
Mangunan Dlingo
Dlingo Dlingo
Terong Dlingo
Jatimulyo Dlingo
Tirtosari Kretek
Tirtohargo Kretek
Parangtritis Kretek
Donotirto Kretek
Srigading Sanden
Gadingharjo Sanden
Tamanan Banguntapan
Baturetno Banguntapan
Singosaren Banguntapan
Jagalan Banguntapan
Potorono Banguntapan
Banguntapan Banguntapan
Tirtonirmolo Kasihan
Tamantirto Kasihan
Ngestiharjo Kasihan
Triwidadi Pajangan
Guwosari Pajangan
Argosari Sedayu
Argomulyo Sedayu
Srimartani Piyungan
Sitimulyo Piyungan
KETERANGAN JUMLAH DESA
Ada Operator SID 36
Ada Redaktur 19
Ada Wartawan 19
Jabatan Lainnya (Administrator,
Koordinator, Penanggungjawan
dan ketua)
35
Tabel.2.6
Besaran Anggaran Yang Mendukung SID
BESAR ANGGARAN JUMLAH DESA
<= 10.000.000 33
10.000.000 - 20.000.000 21
21.000.000 - 45.000.000 3
137.000.000 1
USER 36
Tabel. 2.7
Hasil Monev Sistem Informasi Desa
NO
EVALUASI JUMLAH DESA CATATAN Rekomendasi
1 Regulasi
a. Surat
Keputusan
Lurah
50 Desa
memiliki SK
Belum semua
Desa mempuyai
SK sebagai dasar
kegiatan SID
Harus ada SK sebagai
dasar kegiatan SID
b. Regulasi
Lainnya
54 Desa
memiliki regulasi
lainnya
belum ada Perbup
SIDPenyusunan Peraturan
Bupati
2Kelemba
gaan
Tim Pengelola
SID
40 Desa sudah
memiliki
Tim Teknis
Tim Pengelola
SID masih
sebatas di SK
Struktur TIM SID:
Pembina (Lurah)
Penanggungjawab (Carik)
Koordinator (Kasie)
Administrator/Operator
(Staf)
redaksi/web administrator
kontributor/wartawan (bisa
karangtaruna, pkk,
masyarakat)
3 SOP
Standard
Operational
Procedure SID
9 Desa memiliki
SOP
Desa minimal membuat 3
SOP:
SOP Persuratan, SOP
Pemberitaan, SOP
Informasi Publik
4 Layanan
Publik
yang
dikelola
a. Persuratan
23 Desa
menggunakan
SID
Belum semua
desa
menggunakan
SID
Mengacu pada standar
persuratan/tata naskah
desa
b. Informasi
Pembangunan
Desa
17 Desa
menggunakan
SID
Hanya ada
informasi kegiatanMinimal 6 berita
pembangunan per bulan
c. Laporan
Kinerja
16 Desa
menggunakan
Sebatas
menampilkan/eks
meng-upload APBDes,
Laporan tahun sebelumnya,
USER 37
Pengelolaan
Pemerintah
Desa
SID pose APBDes
d. Lainnya
(sebutkan)
10 Desa
menggunakan
SID
potensi desa (wisata,
kuliner, kesenian, budaya,
UKM, prestasi desa)
5
Tingkat
Keaktifa
n
a. Jumlah rata-
rata artikel
> 100 artikel =
20 Desa
Ada yang memiliki
target jumlah
artikel dan tidak.
minimal 4 artikel per bulan
(sesuai dengan
kemampuan anggaran
masing-masing desa)
b. Informasi
laporan yang di-
upload
Informasi laporan
masih belum
optimal
mengacu undang-undang
keterbukaan informasi
publik
6
Inovasi
Pengem
bangan
SID
a. Inovasi/
terobosan untuk
pembangunan
SID
21 Desa
memiliki Inovasi
Pemanfaatan WA
untuk kontribusi
berita dan
pelayanan
(pengiriman NIK)
integrasi media sosial
(minimal FB), menampilkan
profil desa
(
sebutkan)
USER 38
3) Perkembangan SID setiap Desa1. Desa Pleret
SID Desa Pleret mulai dibentuk pada tahun 2014, namun karena terkendala
SDM maka tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Pada tahun 2017, SID ini mulai dikelola dengan baik, dan sampai tahun
2018 mulai dimanfaatkan dengan lebih intensif.
Anggaran yang disiapkan untuk pengelolaan dan pengembangan SID pada
tahun 2018 adalahsebesar 35.070.530 (th. 2017 sebesar Rp.
13.780.000),Anggaran ini dialokasikan untuk pengelola SID yang terdiri dari
admin, redaktur dan wartawan desa.
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mendorong kemajuan
SID ini diantaranya adalah:
a. Menerbitkan SK Lurah Desa dengan persetujuan BPD ( No. 07 Tahun
2018)
b. Menjalin kerjasama dengan TRIBATA News dan UAD sebagai
narasumber untuk melakukan pelatihan jurnalistik
c. Melakukan pembelian saranaberupa HT, Laptop, Camera
d. Mendirikan Tower dari Desa secara mandiri di Desa Bawuran dengan
bekerjasama. Dengan ISP dari BPBD Kota.
e. Pemanfaatan aplikasi SID untuk berbagai macam kegiatan seperti,
Pelayanan, persuratan, Informasi Pembangunan, Laporan Kinerja,
Pemasaran Produk, Informasi Tempat Wisata dll.
f. Rata – rata persuratan 20, rata – rata upload berita 4/hari
g. Tahun 2019 desa Pleret merupakan salah satu desa yang maju sebagai
contoh SID Pertanahan.
2. Desa Segoroyoso
a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah
Desa No 17 Tahun 2018, juga menyusun SOP berdasarkan Perbub No
76 Tahun 2011
b. Aplikasi SID dimanfaatkan untuk layanan persuratan serta penyampaian
berbagai informasi, rata-rata setiap bulan mengunggah 37 Artikel tentang
pembangunan desa
USER 39
3. Desa Wonolelo
a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah
Desa No 7 Tahun 2018, juga dilakukan pembelian sarana dan prasarana
seperti laptop, kamera dll
b. Aplikasi SID dimanfaatkan untuk layanan persuratan serta penyampaian
berbagai informasi kegiatan pemerintah desa serta laporan APBDes
4. Desa Bawuran
a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah
Desa No 37 Tahun 2018, disediakan fasilitas berupa kamera, ditunjuk
pengelola (1 orang admin desa dan 1 orang admin kependudukan),
disediakan anggaran APBDes sebesar Rp 9.000.000
b. Tahun 2019 akan dilakukan pembelian sarana dan pasarana lagi berupa
1 laptop dan 1 kamera
c. Aplikasi SID dimanfaatkan untuk layanan persuratan serta penyampaian
berbagai informasi public.
5. Desa Wonokromo
a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah
Desa Tahun 2018, ditunjuk Tim Pengelola SID (Pamong Desa dan
karang taruna), Redaktur ( Kasi Pelayanan )
b. Aplikasi SID belum dimanfaatkan untuk persuratan, tapi telah
dimanfaatkan untuk penyampaian berbagai informasi pembangunan
desa, laporan kinerja, potensi desa.dll, target artikel 12/minggu.
c. Belum ada inovasi yang di gunkan karena tim yang dibentuk belum
berjalan secara optimal
6. Desa Sitimulyo
a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah
Desa No.05 Tahun 2018, APBdes sebesar 100.000/bulan.
b. Telah dibentuk radio Komunitas di Desa sebelum SID dengan anggaran
sebesar Rp.40.481.000
c. Belum memanfaatkan aplikasi SID untuk banyak kegiatan, hanya untuk
pemberitaan yang masih terpusat di operator desa, upload 1 minggu
sekali atau kegiatan incidental.
d. setiap hari baru memakai SIAK
USER 40
7. Desa Srimulyo
a. Srimulyo Gerbang Madu
b. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah
Desa No 8 Tahun 2018, SK Lurah No. 9 Tahun 2018 tentang SOP,
anggaran Rp.123.925.000
c. Inovasi Pengembangan SID ;
- Menggunakan Opensource SID
- Antrian Digital
- AMS (aplikasi manajemen surat)
- E-Lastri ( Layananan administrasi Tanpa Antri ) berbasis android
yang dapat di unduh di playstrore
- E-Sambat ( Saluran aspirasi Masyarakat Berbasis IT)
8. Desa Gadingsari
a. Mulai aktif tahun 2014 namun belum dikelola secara optimal;
b. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkanSK no 17
Tahun 2018, membentuk tim pengelola dengan anggota sebanyak 18
orang terdiri dari redaktur, admin, kontributor, wartawaan desa, serta
bekerjasama dengan karangtaruna, PKK, LKMD, Masyarakat
c. Anggaran kegiatan sebesar Rp. 30.195.000 ( Honor, ATK,
Narasumber, Papan Informasi)
d. Pemanfaatan aplikasi SID adalah untuk pelayanan Persuratan,
Laporan, Publikasi , serta ditargetkan upload 40 berita/bulan
9. Desa Panjangrejo
a. Tahun 2014 mulai mengelola SID, tahun 2017 mulai dikelola untuk
pelayanan persuratan dan tahun 2018 mulai membuat tim pengelola SID
dengan jumlah anggota 4 orang serta diterbitkan SK No 16 tahun 2018
b. Tim SID dibantu oleh PKK, Karangtaruna, BPD dll untuk pencarian berita
dimana Setiap 3 bulan dilakukan review berita oleh tim pengawas
c. Masalah berita yang terkendala SDM baru 1 orang yang memegang
d. APBDes Rp. 18.050.000,- (input berita 500.000/bln)
e. Persuratan sudah 1 pintu dengan SID, ( rata – rata 15 dokumen
persuratan)
f. Potendi Desa Gerabah dan Kuningan
USER 41
10. Desa Sidomulyo
a. Mulai efektif bulan Juni tahun 2018 karena keterbatasan SDM, dengan
ditunjuknya 3 orang staf pengelola SID berdasarkan SK No. 31 Tahun
2018, melakukan pembelian 2 laptop dan 1 printer
b. Anggaran APBDes Rp. 8.330.000,00
c. Persuratan kebanyakan masih menggunakan yang manual
d. Kendala : Staff tim teknis SID belum pernah bimtek tentang SID
11. Desa Mulyodadi
a. Mulai bimtek tahun 2014, tahun 2017 mulai dikelola secara intensif dan
tahun 2018 dibuat tim teknis;
b. Untuk mendukung kegiatan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah desa,
SK Tim Pengelola SID, adanya dukungan kelembagaan SID Pemerintah
Desa, Karangtaruna;
c. Tahun 2017 dianggarkan untk pembelian kamera, tahun 2018 anggaran
SID 13.600.000,00 dengan rincian Honor Pengelola 100.000/bulan,
Honor Tim SID 6.500.000/Thn yang terdiri dari wartawan, redaktur dan
admin
d. Aplikasi SID digunakan untuk persuratan sertapublikasi berita
12. Desa Triharjo
a. Dimulai tahun 2014 tetapi belum optimal karena keterbatasan SDM
b. Tahun 2018 diterbitkan SK lurah desa No 24 Tahun 2018, untuk
mendukung pengelolaan SID maka dilibatkan Karang Taruna, Pemdes,
disediakan fasilitas komputer, kamera, HT
c. Telah menggunakan SID
13. Desa Gilangharjo
a. Untuk mendukung pengelolaan SID maka tahun 2018 telah diterbitkan
SK lurah Desa,melakukan kerjasama dengan Dinas Pertanian untuk
integrase SID, memfasilitasi sarana berupa PC, laptop, kamera serta
smartphone, dilakukan pelatihan jurnalistik dengan anggaran Rp.
5.300.000,-
USER 42
b. Anggaran APBDes sebesar Rp.15.000.000,-(pelatihan jurnalistik, honor
admin/pengelola SID (Rp.2.000.000,-) serta sisanya(Rp.7.700.000,-)
untuk honor bagi artikel yang terbit dari masyarakat;
c. Telah disusun Standar Minimal Pemanfaatan SID ( Penyampaian
Informasi, Pelayanan Masyarakat, Wadah aspirasi masyarakat)
d. Persuratan telah menggunakan SID
e. Kendala : Ukuran font kurang besar & Jaringan internet lambat
14. Desa Caturharjo
a. Telah diterbitkan SK Lurah No 32 Tahun 2018
b. APBDes Rp. 11.600.000,-
c. Persuratan menggunakan SID
15. Desa Wijirejo
a) Untuk mendukung pengelolaan SID maka telah diterbitkanSK No 2
Tahun 2018, dilakukan Pelatihan jurnalistik secara mandiri oleh desa,
disediakan anggaran APBDes sebesar Rp.15.854.500,-, melakukan
publikasi kegiatan;
b) Format surat ditolak di kecamatan sehingga pelayanan persuratan belum
menggunakan SID.
16. Desa Ringinharjo
a. Belum diterbitkan SK Lurah Desa, pemanfaatan SID untuk layanan
umum, juga sebagai sarana informasi promosi kuliner;
b. Kendala : Ada beberapa surat yang ditolak di kecamatan karena format
surat yang belum sesuai dengan kecamatan sehingga persuratan masih
dilakukan secara manual
17. Desa Trirenggo
a. SID mulai dikelola tahun 2015, namun masih terkendala SDM, tahun
2017 dilakukan pelatihan jurnalistik dan tahun 2018 mulai melakukan
perekrutan staf khusus pengelola SID;
b. Tahun 2018 diterbitkan SK Lurah Desa no, 44 tahun 2018, dengan
penanggung jawab Carik Desa serta didukung oleh kelembagaan
Pemerintah Desa dan Karangtaruna;
USER 43
c. Untuk mengelola kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp15.000.000,- untuk
honor pengelola;
d. Aplikasi SID belum dimanfaatkan untuk persuratan(masih manual)
namun dimanfaatkan untk mempublikasikan informasi terkait potensi
desa, kegiatan desa, infografis serta kegiatan masyarakat
e. Publikasi dilakukan dengan Instagram serta FB, dengan target minimal 5
artikel/hari.
18. Desa Sabdodadi
a) Telah diterbitkan SK Lurah Desa No. 19 Tahun 2018
b) Anggaran untuk pengelolaan SID ini masih minim, baru sebatas untuk
honor pengelola sebesar Rp.2.400.000,-/tahun serta untuk pembelian
fasilitas pembelian laptop, kamera DSLR;
c) Tahun anggaran 2019 akan merekrut tenaga untuk pengelola SID,
sementara ini dukungan kelembagaan dari pemerintah desa dan
lembaga desa;
d) Pelayanan persuratan belum menggunakan SID.
19. Desa Patalan
a. Telah diterbitkan SK Lurah Desa No. 27 Tahun 2018, tahun 2019 akan
dibentuk tim pengelola SID, kaena saat in hanya dikelola oleh admin
desa;
b. Tahun 2018 melalui APBDes telah dianggarkan sebesar Rp10.900.000,-
untuk pembelian fasilitas laptop, rencana pelaksanaan bimtek bagi
Karang Taruna serta sosialisasi SID;
c. Persuratan belum menggunakan SID.
20. Desa Canden
a. SID mulai dikelola tahun 2014, dan sampai tahun 2017 namun belum
optimal karena terkendala SDM;
b. Tahun 2018 diterbitkan SK Lurah Desa No. 01 Tahun 2018 serta
dibentuk tim SID meski belum optimal. Pengelolaan SID baru didukung
oleh pemerintah desa dan karang taruna;
USER 44
c. Anggaran untuk mengelola kegiatan ini berdasar APBDes tahun 2017
sebesar Rp2.755.000,-, dan tahun 2018 sebesar Rp13.285.000,- yang
dialokasikan untuk honor pengelola SID dan pengadaan kamera DSLR;
d. Pelayanan umum masih bersifat manual, belum memanfaatkan aplikasi
SID karena kendala SDM.
21. Desa Sumberagung
a. Telah diterbitkan SK Lurah Desa No. 12 tahun 2018
b. Persuratan belum menggunakan SID karena format yang berbeda, jadi
aplikasi digunakan untuk mempublikasikan artikel (rata-rata 5 berita dan
2 informasi /minggu)
c. Untuk kegiatan SID ini tahun 2018 dianggarkan sebesar Rp2.440.000,-
yang dialokasikan untuk honor setiap bulan Rp50.000/orang, untuk
selanjutnya honor akan disesuakan dengan keputusan Peraturan Bupati
Bantul.
22. Desa Trimulyo
a. Karena keterbatasan SDM terutama contributor maka SID belum dikelola
secara optimal, layanan publik persuratan juga masih menggunakan
manual, namun demikian untuk publikasi artikel mulai bulan September
2017 mulai ada kemajuan (2-3 artikel di upload/minggu), meski website
belum terhubung dengan media sosial;
b. Telah diterbitkan SK Lurah Desa no. 18 tahun 2018, serta disediakan
anggaran APBDes sebesar Rp4.800.000 untuk tim pengelola, dan
Rp7.500.000,- untuk pembelian laptop.
23. Desa Kebonagung
a. SID mulai dikelola tahun 2014, tetapi karena terkendala SDM belum bisa
dilaksanakan dengan aktif, baru tahun 2017 sampai sekarang mulai
diaktifkan lagi, namun persuratan belum menggunakan aplikasi ini, dan
tahun 2018 diterbitkan SK Lurah Desa no. 13 Tahun 2018;
b. Pengelolaan SID bekerjasama dengan karangtaruna, dan instansi lain
yang kompeten, untuk publikasi menggunakan media facebook dengan
jumlah artikel yang diunggah sebanyak 2-3 artikel/berita
c. Kendala :
- Terkendala SDM Desa khusus wartawan desa
USER 45
- Ala dokumentasi belum ada
24. Desa Sriharjo
a. SID belum dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan SDM,
namun demikian sampai pertengahan tahun 2018 sudah 30 artikel yang
diupload, serta dianggarkan melalui APBDes sebesar Rp8.000.000,-
b. Penggunakan surat belum sesuai formatnya
c. Kendala :
- Sarana dan prasarana belum memadai
- Perlu adanya pelatihan
- Model naskah persuratan belum sesuai
25. Desa Imogiri
a. Kegiatan SID mulai dianggarkan sejak tahun 2016 melalui dana APBDes;
aplikasi berbasis android;
b. Persuratan belum menggunakan SID karena belum integrasi
dengandisdukcapil.
26. Desa Wukirsari
a. Sebelum ada SID desa telah mengembangkan SKDW (untuk pelayanan)
dan akan disinkronkan dengan SID;
b. Untuk mendukung kegiatan ini, Desa melalui APBDes telah
menganggarkan sebesar Rp31.734.000,-, dana ini dimanfaatkan untuk
pembelian sarana dan operasional pengelolaan SID, setiap artikel yang
lolos dan di upload dihargai Rp10.000.
27. Desa Karangtengah
a. SID mulai dibentuk tahun 2014, namun belum dikelola dengan baik, baru
pada tahun 2017 mulai diaktifkan kembali oleh carik desa dan tahun 2018
diterbitkan SK Lurah Desa No. 15 Tahun 2018;
b. Kegiatan ini dikelola oleh tim admin desa, operator, wartawan dusun
serta didukung oleh karang taruna desa;
c. Anggaran yang disediakan sebesar Rp12.506.000,-
USER 46
d. Aplikasi SID dimanfaatkan untuk persuratan, laporan pembangunan,
informasi terkait anggaran desa, berita desa, potensi desa dll;
e. Tingkat keaktifan fluktuatif karena wartawan masih anak sekolah, rata-
rata setiap bulan ada 3-4 artikel yang diupload;
f. Kendala : Wartawan dusun belum bisa bekerja sesuai target,
Pemeringkatan SID se Kabupaten sifatnya kuantitas artikel, bukan
kualitas/muatan konten yang dibuat, ada format persuratan yang belum
bisa digunakan (SKM), komentar apakah dapat dibuat notifikasi.
28. Desa Karangtalun
a. Tahun 2018 telah menerbitkan SK Lurah Desatentang Tim SID terdiri
Admin desa dan operator;
b. SID belum dugunakan untuk persuratan tapi digunakan untuk
pemberitaan pembangunan desa, transparansi dengan target 10
artikel/bulan
29. Desa Muntuk
a. Belum diterbitkan SK Lurah desa, namun telah difasilitasi dengan
computer dan printer serta disediakan anggaran sebesar Rp7.810.000,-
b. Pemanfaatan SID disamping untuk pelayanan, publikasi, pelaporan
anggaran dan kegiatan desa serta dusun juga untuk persuratan.
30. Desa Mangunan
a. Tahun 2018 disediakan anggaransebesar 21.000.000,- serta berusaha
untuk mengoptimalkan SID dengan merekrut masyarakat terutama
pemuda namun tidak komitmen.
b. Karena SK Lurah desa belum diterbitkan maka pengelola SID juga
belum ada.
c. Persuratan belum menggunakan SID
31. Desa Dlingo
a. Mulai dikelola tahun 2014, tahun 2015 sudah memanfaatkan untuk
penyimpanan data dan informasi. Namun sampai tahun 2018
pengelolaannya belum optimal;
USER 47
b. Anggaran untuk kegiatan ini baru sekedar untuk honor admin sebesar
Rp150.000,-/bulan, inipun masih digabung dengan anggaran profil desa
yang sebesar Rp. 300.000,-
c. Saran : Di kolom persuratan keramaian belum ada waktu pelaksanaan
dan persetujuan tetangga.
32. Desa Terong
a. Semenjak 2010 dijadikan sebagai piloting project SID oleh CRI , namun
demikian mengalami kemunduran tahun 2012 – 2015 dan mulai aktif lagi
tahun 2016
b. Pemanfaatan masih sebagai media informasi, persuratan, informasi
APBDes, produk desa, potensi desa, tidak ada target tetapi setiap hari
ada berita. Publikasi dengan memanfaatkan media sosial yang sudah
terintegrasi di SID;
c. Diterbitkan SK Lurah no 13 tahun 2018, dengan dukungan anggaran
sebesar Rp11.900.000,-, serta fasilitas dari pemerintah desa, dukuh, dan
karang taruna.
33. Desa Wirokerten
a. Telah diterbitkan SK Lurah No 12 tahun 2018, juga disusun SOP
kegiatan;
b. SID dimanfaatkan untuk pelayanan persuratan, administrasi, layanan
public, pengelolaan web, agenda desa, sosialisasi produk hukum,
integrasi dengan media sosial, promosi potensi desa dan produk dusun;
c. Kendala :Belum optimalnya pengelolan desa, masyarakat belum banyak
yang tahu, fitur SID masih terbatas, persuratan perlu diperbaiki terutama
persyaratan nikah.
34. Desa Jambidan
a. Mulai dikelola dibentuk tahun 2014 namun belum dikelola dengan
optimal. Tahun 2016 di kelola lagi dengan menggandeng karangtaruna.
b. Disamping anggaran yang disediakan untuk mengelola kegiatan ini dari
APBDes sebesar Rp. 18.640.000,- juga telah difasilitasi dengan printer
canon serta HP Samsung;
USER 48
c. SID mulai bulan Agustus digunakan untuk pelayanan persuratan meski
ada beberapa yang menggunakan SIAK.
d. Rata – rata artikel 4 /bulan ( baru 24 artikel ) Setiapberita dihargai
25.000.,-
35. Desa Potorono
a. Telah diterbitkan SK Lurah No 8 Tahun 2018, serta dianggarkan lewat
dana APBDes sebesar Rp7.800.000
b. Untuk mendukung kegiatan ini telah difasilitasi dengan Laptop, Printer,
HP serta Wifi
c. Pemanfaatan SID adalah untuk publikasi desa, serta layanan
persuratan(masa transisi dari manual)
d. Target artikel 8 / bulan
36. Desa Jagalan
a. Telah diterbitkan SK Lurah untuk tim pengelola SID yang terdiri dari
operator
b. Pemanfaaan SID disamping untuk persuratan meski sebatas form juga
untuk publikasi pariwisata, SDM, UKM dengan jumlah artikel rata – rata 5
artikel/bulan.
37. Desa Baturetno
a. SID baru dikelola oleh 2 orang operator, serta belum diterbitkan SK lurah
mengenai tim SID;
b. Aplikasi ini baru digunakan sebatas untuk informasi pembangunan desa,
itupun belum menentukan jumlah target upload artikel, belum digunakan
untuk persuratan. Publikasi masih banyak memanfaatkan medsos yang
ada.
38. Desa Tamanan
a) SID baru dikelola oleh pamong desa, serta belum diterbitkan SK lurah
mengenai tim SID;
b) Aplikasi ini baru digunakan sebatas untuk informasi pembangunan desa
dan kegiatan desa, itupun belum menentukan jumlah target upload
artikel. Belum digunakan untuk persuratan.
USER 49
39. Desa Singosaren
a) SID baru dikelola oleh pamong desa, belum diterbitkan SK lurah tentang
tim SID, sudah mencoba kerjasama dengan karang taruna namun belum
ada tindak lanjut, belum ada SOP
b) Aplikasi ini belum digunakan untuk persuratan, baru sebatas untuk
informasi pembangunan desa, kegiatan desa serta laporan kinerja.
Target kedepan adalah upload 20 artikel/bulan.
40. Desa Banguntapan
a) SID baru digunakan untuk persuratan, sementara untuk fungsi yang
lainnya seperti upload berita dll belum dikelola secara optimal;
b) Belum diterbitkan SK Lurah Desa sehingga belum terbentuk tim khusus
yang menanganinya, hal ini disebabkan karena keterbatasan SDM yang
dimiliki(kebanyakan usia tua).
41. Desa Panggungharja.
a. Tahun 2014 masa pengenalan, 2015 masa persiapan, 2016
pembentukan, 2017 masa pengembangan, 2018 masa pengembangan.
b. Ada 5 fungsi dari pengembangan SID ( Aplikasi Keuangan, Aplikasi
Pelayanan, Aplikasi Informasi, aplikasi layanan publik)
c. Telah diterbitkan SK Lurah No. 08 Tahun 2018, serta dalam
pengelolaannya mendapat dukungan kelembagaan dari Pemdes,
Pemerintah Supra Desa, Koramil, KUA, Praktisi Akademik, Lembaga
Desa, serta Warga Desa
d. Anggaran tahun 2018 Rp. 80.580.000 untuk menambah kelengkapan
fasilitas Kamera, Smarphone,Server, Handycam, Komputer, Hardisk
portable, Jaringan Internet.
e. Aplikasi Siskeudes, SIPEMDES, SIM Pamong, SIAK, dll
f. Minimal artikel sengan standar SEO yaitu 300 kata, artikel yang diuoload
sejumlah 12 artikel/bulan
g. Untuk konsultasi publik menggunakan aplikasi jagongan warga dengan
membahas sebuah permasalahan setiap bulan.
h. Sejak 2017 mengupload dokumen desa sebagai transparansi desa.
i. Portal aduan langsung masuk ke email desa
j. Pemanfaatan website dengan profil desa, keterbukaan anggaran desa,
layanan aduan masyarakat, informasi lowongan, profil lembaga desa.
USER 50
42. Desa Timbulharjo
a) Mulai dikelola sejak tahun 2014, dan pada tahun 2018 telah diterbitkan
SK Lurah No 21 tahun 2018 serta disediakan anggaran melalui dana
APBDes sebesar Rp16.400.000,-
b) Tahun 2017 mengangkat 1 orang staf pengelola SID;
c) Dalam aplikasi ini persuratan belum digunakan secara optimal karena
format belum sesuai dengan ketentuan,pemanfaatan yang lain untuk
informasi pembangunan desa, kegiatan desa serta laporan keuangan
desa.
43. Desa Pendowoharjo
a. Telah diterbitkan SK Lurah desa No 66 tahun 2018, namun demikian
belum ada pengelolaan secara khusus, pemanfaatan SID masih terbatas;
b. Persuratan belum menggunakan SID tapi menggunakan aplikasi SIADES
Prima yang berbasis android.
44. Desa Bangunharjo
a) SID mulai dikelola tahun 2016, dan tahun 2018 diterbitkan SK Lurah No
24 tahun 2018, yang mengatur tim pengelola SID terdiri dari 1 admin, 3
tim ahli, 14 redaktur dan wartawan dusun.
Untuk mengisi formasi tersebut maka direkrut personil dari karang taruna
sebagai pengelola website desa serta wartawan dusun yang bertanggung
jawab mencari berita;
b) Tahun 2018 melalui APBDes dianggarkan sebesar Rp33.550.000,-, serta
telah difasilitasi dengan computer, laptop serta kamera.
c) Dalam aplikasi ini persuratan belum digunakan secara optimal karena
format belum sesuai dengan ketentuan, pemanfaatan yang lain untuk
informasi pembangunan desa, kegiatan desa, laporan kinerja pemerintah
desa.
d) Artikel yang ditargetkan 4 artikel/hari, dan Rencana tahun 2019 :
membuat seragam dan kartu pers wartawan desa, pelatihan, pengadaan
handycam, laptop, trypod
45. Desa Tirtonirmolo
USER 51
a. Sejak tahun 2016 telah diterbitkan SK Lurah No 13 Tahun 2016,
sementara untuk penganggaran baru ada tahun 2018 melalui dana
APBDes, namun demikian pengelolaannya belum optimal karena hanya
dikelola oleh 1 orang sementara pemerintah desa kurang memberikan
perhatian.
b. Persuratan belum menggunakan SID karena form dan print belum
sesuai.
c. Keaktifan sangat minim karena SDM yang terbatas.
46. Desa Bangunjiwo
a. SK Lurah desa sejak tahun 2017 yang mengatur tentang tim pengelola
SID yang terdiri dari Operator, redaktur serta melibatkan dukuh;
b. Tahun 2018 juga diterbitkan SK lurah yang mengatur tentang petugas
SID( 2 orang), melibatkan lembaga yang ada di desa;
c. Pemanfaatan SID disamping untuk persuratan juga untuk pemberitaan
pembangunan desa, laporan kinerja serta potensi desa, tidak ada target
dalam upload berita/artikel ke SID;
d. Inovasi : Pemanfaatan wa untuk efisiensi pelayanan dengan mengirimkan
NIK ke admin desa, pelayanan yang semula 7 hari jadi sekarang jadi 7
menit, aplikasi pertanahan.
47. Desa Tamantirto
a. Sejak tahun 2017 sudah diterbitkan SK Lurah Desa yang mengatur
tentang pengelolaan SID yang terdiri dari operator, redaktur serta
melibatkan dukuh dalam pencarian berita;
b. Aplikasi SID belum dimanfaatkan untuk persuratan, baru sebatas untuk
penyampaian berita terkait informasi pembangunan desa, kegiatan desa,
laporan desa, dengan jumlah rata -rata artikel yang diupload 3-5/hari
48. Desa Seloharjo
a. Sudah diterbitkan SK Lurah no 7 tahun 2017 namun belum dimanfaatkan
secara optimal, persuratan juga belum memanfaatkan aplikasi ini, upload
berita juga masih minim;
b. Anggaran untuk kegiatan ini sudah dialokasikan lewat APBDes.
USER 52
49. Desa Sendangsari
a. Sudah diterbitkan SK Lurah tahun 2018, regulasi lainnya APBDes
b. Aplikasi SID disamping digunakanuntuk persuratan juga untuk upload
informasi pembangunan desa, meski belum ada target jumlah artikel
yang akan diupload
c. Inovasi dengan radio desa dan koran desa, sementara target kedepan
pelayanan menggunakan SID
50. Desa Tirtomulyo
a. Sudah diterbitkan SK Lurah tahun 2018 yang mengatur tentang tim
pengelola SID, namun regulasi lainnya belum ada;
b. Aplikasi SID belum dimanfaatkan untuk persuratan, baru sebatas untuk
penyampaian berita terkait informasi pembangunan desa, kegiatan desa,
namun demikian belum ada target artikel karena yang diupload baru
sebatas kegiatan event tertentu serta belum ada inovasi yang diterapkan.
51. Desa Tirtosari
a) Sudah diterbitkan SK Lurah tahun 2018 yang mengatur tentang tim
pengelola SID yang terdiri dari contributor, PKK dan karang taruna
b) Dalam aplikasi ini persuratan belum digunakan secara optimal karena
format belum sesuai dengan ketentuan, pemanfaatan yang lain untuk
informasi pembangunan desa, kegiatan desa, laporan kinerja pemerintah
desa, laporan keuangan desa dll, namun belum ada inovasi
pengembangan SID.
52. Desa Tirtohargo
a) Belum diterbitkan SK Lurah Desa sehingga belum terbentuk tim khusus
yang menanganinya, anggaran untuk pengelolaan aplikasi ini juga belum
disediakan
b) SID baru digunakan upload berita APBDes, sementara yang lainnya
belum
53. Desa Murtigading
a) Telah diterbitkan SK Lurah untuk tim pengelola SID yang terdiri dari
redaktur, contributor dan admin desa;
USER 53
b) Pemanfaaan SID disamping untuk persuratan juga untuk informasi
pembangunan desa,laporan kinerja, potensi desa, produk UKM serta
APBDes.Target artikel 4/hari
c) Tahun 2017 mendapat piala dengan kriteria posting artikel terbanyak
54. Desa Gadingharjo
a) Telah diterbitkan SK Lurah untuk tim pengelola SID yang terdiri dari
redaktur, wartawan desa dan admin SID;
b) Pemanfaaan SID disamping untuk persuratan juga untuk informasi
pembangunan desa, laporan kinerja, serta potensi desa
55. Desa Srigading
a) Telah diterbitkan SK Lurah untuk tim pengelola SID , namun tim belum
bekerja secara optimal;
b) Pemanfaaan SID disamping untuk persuratan meski belum semua, juga
untuk informasi pembangunan desa, potensi wisata, kuliner, serta potensi
desa
Contoh Paparan Presentasi SID DESA SRIMULYO(Desa Berkembang)
USER 54
USER 55
USER 56
USER 57
USER 58
USER 59
USER 60
USER 61
USER 62
3. PENYUSUNAN GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
Penyusunan GDPK dilaksanakan oleh tenaga ahli penyusun GDPK yaitu Pusat
Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada(PSKK UGM) selama
4 bulan, dimulai bulan April sampai dengan Juli 2018.
Hasil dari penyusunan GDPK adalah sebagai berikut :
a. Dasar Hukum1) UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
2) PP No. 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional
3) UU No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
4) AMANAT UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025
5) UU Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta
6) UU Nomor 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan
7) UU Nomor 13 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
b. Landasan Filosofis1) Pembangunan berwawasan kependudukan adalah kebijakan pembangunan
yang senantiasa mengacu atau merujuk kepada dinamika dan tren
perkembangan kependudukan.
2) Pembangunan berwawasan kependudukan diarahkan pada Integrasi
Penduduk dalam Pembangunan untuk membentuk dinamika dan struktur
penduduk seperti yang diinginkan.
3) Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan
partisipasi aktif seluruh masyarakat.
USER 63
c. Data Kependudukan dasar Tabel 3.1
1) Data Pertambahan Penduduk
Tabel 3.2
2) Data Sebaran Penduduk
USER 64
Tabel 3.3
3) Data Kepadatan Pnduduk
Tabel 3.4
4) Data Pertumbuhan Ekonomi
USER 65
d. Visi, Misi, dan Alur Pikir Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Bantul.
1) Misi Grand Disign
a) Mewujudkan Penduduk di Kabupaten Bantul yang sehat, cerdas dan
sejahtera.
b) Mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan yang
terintegrasi, selaras, dan berkesinambungan ;
c) Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dalam kondisi
penduduk tumbuh seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan
daya tampung lingkungan melalui pengendalian angka kelahiran,
penurunan angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk.
d) Membangun komitmen stakeholder utama (prime stakeholders)
terhadap upaya pengendalian kuantitas penduduk bagi pembangunan
berkelanjutan
2) Kebijakan Terpadu dalam Grand Design Pembangunan Kependudukan
USER 66
Penduduk Kabupaten Bantul yang berkualitas, maju, mandiri, sejahtera, berkelanjutan, berbudaya dan
Lestari
Peningkatan KualitasPenduduk
Pembangunan Keluarga
Pengarahan Mobilitas Penduduk
Pengelolaan Kuantitas penduduk
Pengembangan Sistem Informasi Data Kependudukan yangberkualitas dan terintegrasi
e. Pengendalian Kuantitas Penduduk1) Arah Kebijakan Pengendalian Kuantitas Penduduk
a) Pengendalian kuantitas penduduk ditetapkan melalui perkiraan angka
fertilitas, mortalitas, dan mobilitas penduduk;
b) Pengendalian kuantitas penduduk bertujuan agar dapat mewujudkan
struktur penduduk tumbuh seimbang (PTS) secara berkelanjutan;
2) Arah Program Pengendalian Kuantitas Penduduk
a) Pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan
b) Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk
c) Pengembangan Pendidikan Kependudukan
d) Pengembangan Kerjasama Penelitian Kependudukan
e) Pelatihan Kependudukan dan Penyiapan Data Dasar
f) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Kependudukan.
f. Pengembangan Kualitas PendudukArah Kebijakan Peningkatan Kualitas Penduduk
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi
2) Meningkatkan kompetensi dan daya kompetisi penduduk melalui
pendidikan formal, nonformal maupun informal
3) Mengurangi kesenjangan pendidikan menurut jenis kelamin melalui
peningkatan akses perempuan untuk memperoleh pendidikan
4) Meningkatkan status ekonomi penduduk melalui perluasan kesempatan
kerja
5) Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu usaha untuk
menurunkan angka kemiskinan.
g. Pembangunan Keluarga 1) Landasan : Delapan Fungsi Keluarga
a) Fungsi keagamaan
b) Fungsi sosial budaya,
c) Fungsi cinta kasih,
d) Fungsi melindungi,
e) Fungsi reproduksi,
f) Fungsi sosialisasi dan pendidikan,
g) Fungsi ekonomi,
USER 67
h) Fungsi pembinaan lingkungan
2) Arah Kebijakan Pembangunan Keluarga
a) Revitalisasi peran keluarga dalam hal pendidikan dan pengasuhan anak
agar berkarakter baik
b) Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat ekonomi,
sehat fisik/reproduksi, sehat psikologis, sehat sosial, dan sehat
lingkungan)
c) Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan keluarga.
h. Pengarahan MobilitasArah Kebijakan Pengarahan Mobilitas
1) Menumbuhkan kondisi kondusif bagi terjadinya migrasi internal yang
harmonis
2) Penyusunan sistem informasi penduduk luar domisili secara terpadu dan
transparan
3) Memberikan kemudahan, perlindungan, dan pembinaan terhadap para
pendatang dan keluarganya
4) Menciptakan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan daya dukung
dan daya tampung lingkungan penduduk lokal dengan pendatang
5) Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia.
i. Pembangunan Database Kependudukan 1) Arah Kebijakan Pembangunan Database Kependudukan
a) Mengembangkan data base kependudukan yang memiliki akurasi dan
tingkat kepercayaan yang tinggi serta dikelola dalam suatu sistem yang
integratif, mudah diakses oleh para pemangku kepentingan, serta
menjadi bagian dari Decision Support System (DSS).
b) Penguatan kapasitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
tinggi, infrastruktur yang memadai, serta sistem kelembagaan yang
kuat.
USER 68
2) Grand Design Pembangunan Kependudukan
j. Aspek Kuantitas Penduduk, mencakup data-data :
1) Jumlah Dan Persebaran Penduduk, memuat data-data :
a) jumlah dan proporsi penduduk menurut jenis kelamin;
b) kepadatan penduduk;
c) laju pertumbuhan penduduk.
2) Penduduk Menurut Karakteristik Demografi, memuat data-data :
a) Jumlah Dan Proporsi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin;
rasio jenis kelamin;
piramida penduduk;
rasio ketergantungan.
b) Jumlah Dan Proporsi Penduduk Menurut Status Kawin
angka perkawinan kasar;
angka perkawinan umum;
angka perkawinan menurut kelompok umur;
rata-rata umur kawin pertama;
angka perceraian kasar;
USER 69
angka perceraian umum.
c) Penduduk menurut karakteristik sosial;
jumlah penduduk menurut pendidikan;
pendidikan tertinggi yang ditamatkan;
jumlah penduduk menurut agama;
jumlah penduduk menurut kecacatan.
d) Kelahiran
jumlah kelahiran;
angka kelahiran kasar.
e) Kematian
jumlah kematian;
angka kematian kasar.
k. Aspek Kualitas Penduduk, mencakup:
1) Kesehatan, memuat data-data :
a) kelahiran
kelahiran menurut umur;
angka kelahiran total;
rasio anak perempuan.
b) kematian
angka kematian bayi;
angka kematian Neonatal;
angka kematian post Neonatal;
angka kematian anak;
angka kematian balita;
angka kematian ibu.
2) Pendidikan, memuat data-data :
angka melek huruf;
angka partisipasi kasar;
angka partisipasi murni;
angka penduduk putus sekolah.
3) Ekonomi, memuat data-data :
proporsi dan jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja
USER 70
jumlah dan proporsi tenaga kerja
jumlah dan proporsi pekerja dan menganggur
angka partisipasi angkatan kerja
jumlah dan proporsi pekerja menurut jenis pekerjaan
l. Aspek Mobilitas Penduduk, mencakup :
1) Sosial, memuat data-data :
jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial
proporsi penduduk penyandang cacat
proporsi penduduk miskin penerima PBI APBN, APBD I (Jamkesus dan
Jamkesos), PBI APBD 2
2) Mobilitas Permanen, memuat data-data:
migrasi masuk
migrasi keluar
migrasi neto
migrasi bruto
3) Mobilitas Non Permanen
4) Urbanisasi, memuat data-data :
persentase penduduk kota
rasio kota dan desa
m.Pembangunan Keluarga, memuat data-data :1) Pembangunan keluarga menurut 8 fungsi keluarga;
2) jumlah keluarga dan rata-rata jumlah anggota keluarga;
3) hubungan dengan kepala keluarga;
4) karakteristik kepala keluarga berdasarkan umur;
5) karakteristik kepala keluarga berdasarkan jenis kelamin;
6) karakteristik kepala keluarga berdasarkan status kawin;
7) karakteristik kepala keluarga berdasarkan pendidikan;
8) karakteristik kepala keluarga berdasarkan status pekerjaan.
n. Basis Data Kependudukan, mencakup:
1) Data Kependudukan, memuat data-data :
a) Data Aspek Kuantitas
USER 71
b) Data Aspek Kualitas
c) Data Pengarahan Mobilitas
d) Data Aspek Pembangunan Keluarga
2) Dokumen Kependudukan, memuat data-data :
a) Kepemilikan Kartu Keluarga
b) Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk
c) Kepemilikan Akta
akta kelahiran;
akta perkawinan;
akta perceraian;
akta kematian;
akta pengakuan anak.
d) kepemilikan surat keterangan orang terlantar.
o. KESIMPULAN 1) Kesimpulan adalah gambaran keseluruhan dari profil kependudukan baik
dari sisi kuantitas, kualitas, mobilitas, pembangunan keluarga dan
dokumen kependudukan
2) Menggambarkan masalah kependudukan yang dihadapi Kabupaten Bantul
3) Penyimpulan dilakukan berdasarkan telaahan dan analisis
4) Mengarah pada upaya rekomendasi menyusun kebijakan dan
perencanaan pembangunan
4. PENYUSUNAN DOKUMEN INDONESIA GOVERNANCE INDEX (IGI)Penyusunan Dokumen IGI terdiri atas :a. PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Tata kelola pemerintah yang baik (good governance) merupakan prasyarat
utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan
cita-cita bangsa dan negara, untuk itu diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem partisipasi, transparansi dan akuntabilitas yang tepat,
jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat
berlangsung secara berdaya guna, bersih dan bertanggung jawab.
Untuk mengukur sejauh mana tata kelola pemerintahan yang baik
dilaksanakan di suatu daerah maka di gunakan Indonesia Governance index
USER 72
(IGI), khususnya terhadap empat pilar pemerintahan yaitu arena pemerintah
(legislatif dan eksekutif), birokrasi, masyarakat sipil dan masyarakat
ekonomi berdasarkan beberapa kriteria data yang obyektif dan terukur. Hasil
dari IGI menyajikan nilai tata kelola yang direpresentasikan kedalam nilai
pada 4 (empat) arena tata kelola pemerintahan, yaitu area pemerintahan
(legislatif dan eksekutif), birokrasi, masyarakat sipil dan masyarakat
ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip yang baik seperti: partisipasi,
akuntabilitas, keadilan, transparansi, efisiensi dan efektivitas.
2) Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya Indonesian Governance Index (IGI) Kabupaten Bantul
Tahun 2018 adalah untuk memperoleh data dasar terkait kondisi dan
perkembangan tata kelola pemerintahan Kabupaten Bantul pada tahun
2018.
Sementara tujuannya adalah :
a) Memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang pelaksanaan
prinsip-prinsip Indonesian Governance Index (IGI) di Kabupaten Bantul
selama tahun 2018;
b) Menghitung angka indeks prinsip-prinsip Indonesian Governance Index
(IGI) di Kabupaten Bantul pada tahun 2018;
c) Merumuskan strategi kebijakan dan indikatif/rencana program kegiatan
tata kelola pemerintahan yang baik pada tahun 2018 dan tahun 2019
berdasarkan Indonesian Governance Index (IGI) Kabupaten Bantul
tahun 2018.
3) Sasaran
Mendapatkan hasil data dasar terkait kondisi dan perkembangan tata kelola
pemerintahan di wilayah Kabupaten Bantul tahun 2018;
4) Ruang Lingkup
USER 73
Meliputi kegiatan survey dengan populasi yang terdiri dari stakeholder yang
berinteraksi dengan pemerintah Kabupaten Bantul yang terdiri dari
pemerintah, birokrasi, masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi.
5) Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pertanggungjawaban
Keuangan Negara; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang perimbangan
Keuangan dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kab/Kota;
h. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2015;
i. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Bantul;
j. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2016 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun
2018;
k. Peraturan Bupati Bantul Nomor 94 Tahun 2016 Tentang Standarisasi
Harga Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Bantul Tahun 2018;
l. Peraturan Bupati Bantul Nomor 102 Tahun 2016 Tentang Kebijakan
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Bantul Tahun 2018;
m. Peraturan Bupati Bantul Nomor 155 Tahun 2016 Tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun
2018.
USER 74
6) Keluaran
Berupa nilai indeks dari masing-masing prinsip dan arena serta strategi dan
rekomendasi terkait tata kelola pemerintahan Kabupaten Bantul.
b. TINJAUAN PUSTAKABerisi beberapa penjelasan tentang :
1) Definisi tata kelola pemerintahan,
2) Konsep Indonesia Governance Index
3) Tujuan Indonesia Governance Index
4) Arena Tata Kelola Pemerintahan menurut Indonesia Governance Index
5) Prinsip pengukuran Tata Kelola Pemerintahan
6) Matriks Indonesia Governance Index
c. DISKRIPSI WILAYAHBerisi penjelasan terkait :
1) Kondisi administrasi kabupaten Bantul
2) Kondisi topografi
3) Kondisi perekonomian
4) Struktur pemerintahan kabupaten Bantul
5) Kondisi Indonesia Governance Index
d. METODOLOGI PELAKSANAANMenguraikan beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pengolahan data,
meliputi :
1) Pendekatan Teknis Pekerjaan;
meliputi 5 (lima) pendekatan, yaitu pendekatan administrasi, profesional,
manajemen, kelembagaan, dan pendekatan teknis. Kelima pendekatan
tersebut dipilih agar tujuan dan produk pekerjaan dapat tercapai dalam
waktu yang telah ditentukan dan sesuai dengan kebutuhan.
2) Diagram alir pemikiran
Tata kelola pemerintahan yang baik harus melibatkan beberapa
pihak/aktor, seperti pejabat politik, birokrasi, masyarakat sipil dan
USER 75
masyarakat ekonomi, dimana masing-masing mempunyai peran yang
berbeda tetapi bersinergi satu sama lain.
Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana mereka melaksanakan peran
mereka masing-masing dengan baik maka dilakukan kegiatan penilaian
kinerja dilihat dari 6 (enam) prinsip tata kelola pemerintahan menurut
Kemitraan, yaitu partisipasi, akuntabilitas, keadilan, transparansi, efisiensi
dan efektivitas. Kerangka kinerja tata kelola pemerintahan yang digunakan
adalah Indonesian Governance Index (IGI) dengan menggunakan analisis
metode perbandingan eksponensial (MPE) untuk memperoleh gambaran
kinerja tata kelola pemerintah.
3) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei instansional dan literatur,
serta survei lapangan dan wawancara.
4) Jenis data,
Jenis data yang digunakan dalam penyusunan Indonesian Governance
Index (IGI), berupa data primer dan data sekunder yang meliputi arena
birokrasi, masyarakat sipil, masyarakat ekonomi dan partai politik dengan
masing-masing kuisioner 20 orang. Pengukuran IGI menggunakan skala 1-
10. Dimensi dari IGI yang diukur terdiri dari prinsip partisipasi,
transparansi, keadilan, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas dengan
masing-masing prinsip tersebut menggunakan 5 indikator.
5) Analisa data, meliputi :
a) Analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Merupakan metode pengambilan keputusan yang mengkuantifikasikan
pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu, dimana
prinsipnya merupakan metode skoring terhadap pilihan yang ada.
b) Analis Bayes
Merupakan metode pengambilan keputusan yang berbasis indeks
kinerja yang umum dipakai dalam manajemen produksi dan operasi.
Sementara itu Instrumen yang digunakan dalam penyusunan Indonesia
Governance Index (lGI) adalah dengan menggunakan kuesioner dan
USER 76
pembobotan setiap pertanyaan yang diadopsi dari Kemitraan tahun 2014.
Pengolahan dan analisis data dengan metode perbandingan
eksponensial dan analisis deskriptif.
e. PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
1) Kondisi Tata kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul menurut empat pilar
Tata Kelola Pemerintahan.
Tata Kelola Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarata yang
mencakup 4 daerah kabupaten dan 1 kota memiliki nilai indeks tertinggi
dalam program Indonesian Governance Indeks, menurut Kemitraan 2012
nilai indeks IGI Provinsi DIY yaitu sebesar 6,8 dan memiliki nilai 6,85 pada
tahun 2014. Dalam menjalankan 4 pilar tata kelola pemerintahan
pemerintah daerah, membutuhkan reformasi tata kelola pemerintahan
daerah, yang terdiri dari; demokrasi melalui pilkada, sumber daya manusia
(SDM), kebijakan, sistem, dan investasi.
a) Kondisi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten di Arena Pejabat Politik Pemerintahan Kabupaten Bantul.Sebagai salah satu decision maker di wilayah Kabupaten Bantul,
kualitas sumber daya manusia DPRD tentunya harus diperhatikan.
Kualitas SDM dapat diukur salah satunya dari segi pendidikan yang
ditempuh oleh para anggota DPR. Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan anggota DPRD dari Partai PDIP berpendidikan S1 dan
SLTA. Untuk Partai Gerindra, anggota DPRD didominasi oleh lulusan
SLTA yaitu sebanyak 50%. Berdasarkan survei yang telah dilakukan
anggota DPRD Kabupaten Bantul Partai PAN sebagaian besar
berpendidikan S1 yaitu sebanyak 83%. Untuk anggota DPRD Partai
GOLKAR, jenjang pendidikan dari S1 sebanyak 40%. Berdasarkan
survei yang telah dilakukan tingkat pendidikan anggota DPRD Partai
PKB seluruhnya dari lulusan SLTA, dan untuk Partai PKS 50%
memiliki tingkat pendidikan S1 dan sisanya adalah lulusan SLTA.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan tingkat pendidikan DPRD
Partai PPP adalah 75% adalah lulusan SLTA. Untuk Partai Nasional
Bintang Demokrat, 50% adalah lulusan S2.
USER 77
Dalam menjalankan implementasi kebijakan pemerintah daerah perlu
adanya 6 prinsip tata kelola pemerintah untuk arena pemerintahan, 6
prinsip tersebut adalah:
(1). Prinsip PartisipasiPrinsip partisipasi yang diartikan sebagai prinsip yang ikut bagian
dalam pengambilan keputusan memperlihatkan bahwa arena
pemerintah/DPRD Kabupaten Bantul memiliki nilai indeks rata-
rata partisipasi sebesar 8,5 dan merupakan nilai prinsip tata kelola
pemerintahan tertinggi kedua setelah prinsip transparansi. Nilai
indeks rata-rata prinsip partisipasi yang mencapai 8,5 ini
menunjukkan bahwa kondisi partisipasi anggota DPRD
Kabupaten Bantul tergolong baik. Wujud nyata fungsi kerangka
kebijakan dilakukan dengan partisipasi anggota DRPD Kabupaten
Bantul hadir dalam rapat paripurna proses penyusunan anggaran
(APBD), peraturan daerah maupun diskusi mengenai konsultasi
penyusunan peraturan daerah. Sementara itu, wujud nyata dari
fungsi koordinasi pembangunan diwujudkan dengan kelembagaan
pengaduan masyarakat di DRPD Kabupaten Bantul yang
berfungsi dengan baik.
(2). Prinsip TransparansiPrinsip transparansi DPRD Kabupaten Bantul merupakan prinsip
dengan nilai paling tinggi dibandingkan dengan prinsip-prinsip
lainnya. Nilai indeks rata-rata prinsip transparansi DPRD
Kabupaten Bantul sebesar 8,56 yang memiliki arti bahwa kondisi
transparansi di DPRD Kabupaten Bantul tergolong dalam kategori
baik. Prinsip transparansi yang paling menonjol adalah terlibatnya
masyarakat dalam setiap penyusunan peraturan daerah.
(3) Prinsip KeadilanHasil pengolahan data pada prinsip keadilan menunjukkan bahwa
nilai indeks rata-rata prinsip keadilan DPRD Kabupaten sebesar
8,26. Nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Kategori baik
tersebut juga didukung oleh fungsi koordinasi pembangunan yang
memiliki nilai indeks sebesar 8,00, yaitu kegiatan rapat kerja
DPRD Kabupaten Bantul selalu melibatkan Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) sebagai pelaku teknis pembuatan kajian maupun
USER 78
studi pembangunan dan pengembangan masyarakat serta
wilayah. Distribusi yang sesuai dengan kapasitas OPD tersebut
memperlihatkan bahwa DPRD Kabupaten Bantul memiliki prinsip
keadilan dalam pembuatan kebijakan yang diharapkan dapat
implementatif untuk masyarakat melalui diskusi dengan pihak
teknis yang diasumsikan sebagai pihak yang mengetahui kondisi
nyata masyarakat maupun kondisi wilayah.
(4) Prinsip AkuntabilitasAkuntabilitas sebagai prinsip pertanggungjawaban DPRD
Kabupaten Bantul mengenai hasil kewenangan DPRD Kabupaten
Bantul kepada masyarakat. Hasil data menunjukkan bahwa
prinsip rata-rata akuntabilitas DPRD Kabupaten Bantul sebesar
7,88. Nilai 7,88 merupakan nilai terendah dari keenam prinsip tata
kelola pemerintah Kabupaten Bantul. Nilai tersebut menjelaskan
bahwa kondisi akuntabilitas DPRD Kabupaten Bantul memiliki
kecenderungan baik. Nilai indeks baik tersebut dibuktikan dengan
kehadiran anggota DPRD Kabupaten Bantul dalam setiap
pembahasan peraturan daerah.
(5) Prinsip EfisiensiEfisiensi dalam arena pemerintahan dikaitkan dengan kegiatan
pelaksanaan kebijakan maupun program telah menggunakan
sumber daya baik manusia, waktu maupun anggaran secara
optimal. Hal ini mengandung makna bahwa pelaksanaan kegiatan
atau program oleh DPRD Kabupaten Bantul harus sudah tepat
waktu dan sasaran. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai
indeks rata-rata prinsip efisiensi sebesar 8,22 yang memiliki
makna bahwa prinsip tersebut termasuk dalam kategori baik. Nilai
pada prinsip ini disebabkan oleh DPRD Kabupaten Bantul
berpersepsi bahwa anggaran perjalanan dinas DPRD Kabupaten
Bantul sudah sesuai dengan kebutuhan peningkatan kinerja
DPRD Kabupaten Bantul.
(6) Prinsip Efektivitas
USER 79
Prinsip efektivitas berhubungan dengan semakin tingginya
capaian hasil. Apabila dikaitkan dengan tata kelola pemerintahan
maka kemampuan DPRD Kabupaten Bantul menghasilkan produk
yang implementatif akan disebut efektif. Berdasarkan hasil olah
data diperoleh nilai indeks rata-rata dalam prinsip ini sebesar 8,18
yang tergolong dalam kategori baik. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa rumusan kebijakan maupun kegiatan yang dilakukan oleh
DPRD Kabupaten Bantul dapat terimplementasi dengan baik di
masyarakat.
b) Kondisi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten di Arena Birokrasi Kabupaten Bantul.(1) Prinsip Partisipasi
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dapat
diketahui bahwa nilai indeks prinsip partisipasi arena birokrasi
memiliki nilai indeks tertinggi dibandingkan dengan 5 prinsip
lainnya, yaitu bernilai 8,24. Nilai partisipasi yang tergolong sangat
baik di arena birokrasi Kabupaten Bantul, menunjukan bahwa,
arena birokrasi atau dapat disebut juga dengan Operasional
Perangkat Daerah (OPD) sangat baik dalam menjalankan peran
untuk berpartisipasi aktif dalam penyusunan kebijakan-kebijakan
daerah seperti penyusunan perda.
(2) Prinsip TransparansiPrinsip transparansi arena birokrasi memiliki nilai 8,00 nilai
tersebut tertinggi keempat jika dibandingkan dengan nilai indeks
prinsip-prinsip lainnya. Besaran nilai indeks tersebut
merepresentasikan bahwa kondisi transparansi di arena birokrasi
Kabupaten Bantul tergolong baik. Nilai tersebut diwujudkan dalam
kegiatan memberikan kemudahan akses data oleh masyarakat
umum.
(3) Prinsip KeadilanBerdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dapat
diketahui nilai indeks prinsip keadilan Kabupaten Bantul sebesar
7,95 yang tergolong dalam kategori baik. Prinsip keadilan di arena
birokrasi Kabupaten Bantul salah satu penerapannya berupa
USER 80
implementasi perda dan produk hukum terkait dengan
perlindungan kelompok terpinggirkan (perempuan, anak, ODHA,
disabilitas). Contoh implementasinya berupa hampir setiap
gedung baru dilingkup arena birokrasi di Kabupaten Bantul sudah
dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung mobilitas kelompok
difabel seperti jalur khusus kursi roda.
(4) Prinsip AkuntabilitasHasil pengolahan data menunjukkan besaran nilai indeks yang
diperoleh oleh prinsip akuntabilitas, yaitu 7,94, meskipun angka
tersebut adalah yang terendah dari prinsip-prinsip yang lainnya.
Nilai indeks prinsip akuntabilitas ini paling tinggi jika dibandingkan
dengan nilai indeks pada prinsip lainnya. Hasil olah data di
lapangan menunjukkan bahwa prinsip akuntabilitas tersebut
adalah capaian hasil kegiatan yang sesuai dengan target, seperti
tingkat audit BPK yang masih kecil. Hal ini menandakan bahwa
rincian program dan anggaran yang dibuat oleh arena ini tidak
mengalami pembengkakan dan terserap sesuai dengan
rancangan awal.
(5) Prinsip EfisiensiHasil dari penilaian prinsip efisiensi tata kelola pemerintahan di
Kabupaten Bantul dari arena birokrasi menunjukkan nilai indeks
8,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa prinsip efisiensi termasuk
cenderung baik. Tingkat efisiensi tersebut tercermin dari adanya
biaya tak terduga yang muncul dan efisiensi belanja langsung per
kapita.
(6) Prinsip EfektivitasHasil dari penilaian tata kelola pemerintahan di Kabupaten Bantul
dari arena birokrasi menunjukkan 8,13 untuk prinsip efektivitas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa prinsip efektivitas pada arena
birokrasi tahun 2018 termasuk dalam kriteria baik. Adapun hal-hal
yang mempengaruhi perolehan nilai tersebut salah satunya yakni
USER 81
dilakukannya evaluasi terhadap pelayaan melalui poling kepuasan
pelanggan di instansi masing-masing OPD.
c) Kondisi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten di Arena Masyarakat Sipil Kabupaten Bantul.(1) Prinsip Partisipasi
Prinsip partisipasi dalam arena masyarakat sipil termasuk dalam
kategori baik dengan nilai indeks 7,62. Berdasarkan hasil
pengolahan data yang dilakukan nilai prinsip partisipasi
merupakan nilai tertinggi kedua setelah prinsip transparansi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tata kelola pemerintahan dalam
arena masyarakat sipil telah dinilai baik untuk turut serta dalam
pemberdayaan Kabupaten Bantul.
(2) Prinsip TransparansiPrinsip transparansi dalam masyarakat sipil termasuk dalam
kategori baik dengan nilai indeks 7,64. Hal ini dapat dilihat dari
salah satu contoh perwakilan masyarakat yang disurvey yaitu
dilingkungan akademisi di mana pihak akademisi/ perguruan
tinggi/profesional telah memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat umum yang belum memanfaatkan akses online
karena keterbatasan sarana yang dimiliki.
(3) Prinsip KeadilanPrinsip keadilan dalam masyarakat sipil termasuk dalam kategori
cenderung baik dengan nilai indeks 7,36. Hal ini dipengaruhi oleh
fungsi pemberdayaan dan fungsi advokasi pada prinsip keadilan
di arena masyarakat sipil yang belum terimplementasi secara
maksimal.
(4) Prinsip AkuntabilitasPrinsip akuntabilitas dalam masyarakat ekonomi termasuk dalam
kategori baik dengan nilai indeks 7,52. Wujud nyata dari
akuntabilitas masyarakat sipil yang ada di Kabupaten Bantul
adalah kepatuhan dari masyarakat sipil dalam membayar pajak
USER 82
yang dibuktikan dengan kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
(5) Prinsip EfisiensiPrinsip efisiensi dalam akademisi/perguruan tinggi/profesional
termasuk dalam kategori baik dengan nilai indeks 7,44. Prinsip
efisiensi ini menunjukkan bahwa kebijakan dan program yang
dijalankan oleh pemerintahan dari segi masyarakat ekonomi
sudah menggunakan sumberdaya manusia, keuangan dan waktu
yang cukup optimal.
(6) Prinsip EfektivitasPrinsip efektivitas dalam akademisi/perguruan tinggi/profesional
termasuk dalam kategori baik dengan nilai indeks 7,80. Penilaian
tersebut didasarkan pada beberapa hal seperti keberlanjutan
untuk melayani pendidikan, kontribusi dalam melayani masyarakat
dan berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat sekitar
maupun Kabupaten Bantul.
d) Kondisi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul di Arena Masyarakat Ekonomi Penilaian pada arena masyarakat ekonomi meliputi 6 prinsip tata
kelola pemerintah yaitu prinsip partisipasi, transparansi, keadilan,
akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.
(1) Prinsip PartisipasiPrinsip partisipasi berada di urutan ketiga setelah prinsip
transparansi dan efektivitas. Berdasarkan kriteria skala indeks
Kemitraan nilai indeks prinsip partisipasi sebesar 7,80 termasuk
dalam kategori baik. Hal itu terjadi karena tingkat partisipasi
masyarakat ekonomi dalam organisasi sudah baik, dimana ini
dapat dibuktikan dengan banyaknya pengusaha yang sudah
bergabung dalam kegiatan assosiasi seperti Asosiasi Pengusaha
Indonesia (APINDO).
(2) Prinsip Transparansi
USER 83
Arena masyarakat ekonomi di Kabupaten Bantul memiliki nilai
prinsip transparansi sebesar 7,86, skala nilai indeks ini tergolong
baik. Nilai prinsip transparansi di arena masyarakat ekonomi ini
merupakan tertinggi ke 2 setelah prinsip efektivitas. Hal ini dapat
dibuktikan dengan telah dimilikinya akses informasi melalui media
informasi terkait dengan produk yang dijual di beberapa
perusahaan yang ada.
(3) Prinsip KeadilanBerdasarkan kriteria skala indeks dari Kemitraan, nilai indeks
prinsip keadilan 7,60 termasuk dalam kategori cenderung baik.
Salah satu upaya penerapan prinsip keadilan pada arena
masyarakat ekonomi di Kabupaten Bantul yaitu persaingan tender
barang dan jasa oleh perusahaan di Kabupaten Bantul tergolong
persaingan yang sehat dan sportif.
(4) Prinsip AkuntabilitasNilai indeks prinsip akuntabilitas pada arena masyarakat ekonomi
memiliki nilai 7,82 dan masuk dalam kategori baik. Salah satu
faktor yang mempengaruhi tingginya nilai indeks akuntabilitas
arena masyarakat ekonomi di Kabupaten Bantul yaitu kepatuhan
pelaku ekonomi untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar
pajak dan retribusi serta tanggung jawab terhadap pengelolaan
lingkungan merupakan faktor yang menjelaskan tingginya nilai
akuntabilitas di arena masyarakat ekonomi.
(5) Prinsip EfisiensiBerdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, prinsip
efisiensi memiliki nilai 7,84 dan masuk dalam kategori baik.
Tingkat efisiensi tersebut tercermin dari sedikitnya keterlibatan
koperasi pada kegiatan masyarakat ekonomi. Hal tersebut
menunjukkan pemberdayaan koperasi yang belum optimal di
pemerintahan Kabupaten Bantul.
(6) Prinsip Efektivitas
USER 84
Dari hasil pengolahan data, prinsip efektivitas merupakan prinsip
tertinggi dibanding dengan prinsip lainnya dengan nilai 7,96. Hal
ini dapat dilihat dari kontribusi pengusaha dalam meningkatkan
penyerapan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, selain itu,
keberlanjutan usaha masyarakat ekonomi juga menjadi salah satu
tolak ukur tingkat efektivitas.
2) Perbandingan Nilai Indeks Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul Antar Arena Tata Kelola Pemerintahan.a) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Partisipasi Tata Kelola Pemerintahan
Kabupaten Bantul.Dari hasil pengolahan data diketahui nilai indeks paling tinggi ada
pada arena pejabat politik dengan perolehan nilai indeks sebesar 8,5
dan terendah pada arena masyarakat sipil dengan nilai indeks 7,46.
Namun demikian berdasarkan kriteria skala indeks Kemitraan, nilai
indeks prinsip partisipasi pada setiap arena ini termasuk dalam
kategori baik.
b) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Transparansi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Pada indeks prinsip transparansi diketahui nilai indeks paling tinggi
ada pada arena pejabat politik dengan perolehan nilai indeks sebesar
8,56 dan terendah pada arena masyarakat sipil dengan nilai indeks
7,44. Meskipun demikian berdasarkan kriteria skala indeks Kemitraan
nilai indeks prinsip transparansi pada 4 arena termasuk dalam kategori
baik. Variabel pada prinsip transparansi yang dinilai, kurang lebih
adalah tentang kemudahan akses informasi secara 2 arah (dari
pemerintah ke masyarakat dan sebaliknya).
c) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Keadilan Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Pada prinsip ini, nilai tertinggi ada di arena pejabat politik yaitu 8,26
dan nilai terendah ada pada arena masyarakat sipil yaitu 7,22. Prinsip
keadilan untuk arena birokrasi, pejabat politik, dan masyarakat
ekonomi termasuk dalam kategori baik, sedangkan untuk arena
masyarakat sipil berada pada kategori cenderung baik. Prinsip
USER 85
keadilan tertiggi berada pada prinsip pejabat politik. Pada arena ini
prinsip keadilan yang ditekankan adalah masalah kesetaraan gender,
pemerataan peraturan untuk seluruh lapisan masyarakat, dan
distribusi anggota internal pejabat politik untuk masing-masing komisi.
d) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai indeks prinsip
akuntabilitas di setiap arena tata kelola pemerintahan termasuk dalam
kategori baik karena memiliki skala nilai indeks rata-rata diantara 7,43
- 8,71, kecuali untuk arena masyarakat sipil yang masuk dalam
kategori cenderung baik karena nilai indeksnya hanya 7,38. Hal ini
menunjukan bahwa kesadaran masyarakat sipil terhadap prinsip
akuntabilitas masih kurang.
e) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Efisiensi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Pada prinsip ini nilai indeks tertinggi ada pada arena pejabat politik
dengan nilai 8,22, dimana nilai ini termasuk dalam kategori baik. Hal
ini menunjukkan bahwa pada arena pejabat politik, sudah terdapat
peningkatan dalam pemanfaatan waktu dalam menyusun peraturan
daerah, efisien dalam budgeting yang termasuk didalamnya rasio
anggaran aparatur dan realisasi belanja perjalanan dinas.
f) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Efektivitas Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Prinsip efektivitas pada penyelenggaraan tata kelola pemerintah
Kabupaten Bantul paling tinggi diraih oleh arena pejabat politik dengan
nilai 8,2. Parameter prinsip efektivitas diarena pejabat politik antara
lain adalah ketepatan waktu dalam pengesahan APBD dan peraturan
daerah, implementasi perda terhadap peraturan bupati, implentasi
kunjungan kerja terhadap peraturan daerah dan pembangunan
daerah.
3) Perbandingan Nilai Indeks Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul Tahun 2017 dan Tahun 2018.
USER 86
a) Prinsip Partisipasi.Dibandingkan dengan tahun 2017, maka pada tahun 2018 nilai indeks
prinsip partisipasi mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan.
Arena birokrasi mengalami penurunan sebesar 0,07, arena
pemerintahan/pejabat politik mengalami peningkatan sebesar 1,09,
arena masyarakat sipil mengalami penurunan 0,23 dan arena
masyarakat ekonomi mengalami penurunan sebesar 0,8.
b) Prinsip Transparansi.Dibandingkan dengan tahun 2017 maka tahun 2018 nilai indeks
prinsip partisipasi mengalami penurunan pada arena birokrasi dan
masyarakat sipil, yaitu arena birokrasi mengalami penurunan sebesar
0,04, sementara pada arena masyarakat sipil mengalami penurunan
sebesar 0,23. Sedangkan pada arena pemerintah/pejabat politik dan
masyarakat ekonomi mengalami peningkatan nilai indeks, yaitu arena
pemerintahan/pejabat politik mengalami peningkatan sebesar 1,05,
sementara arena masyarakat ekonomi mengalami peningkatan
sebesar 0,6.
c) Prinsip KeadilanDalam konsep demokrasi, setiap struktur sosial dan jenis kelamin
memiliki kontribusi yang sama untuk berperan serta dalam
penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan kinerja pemerintahan
sesuai dengan kapasitas dan fungsi dari masing-masing lapisan
tersebut, hal ini menyebabkan adanya kesetaraan dan kemudahan
dalam memperoleh akses kegiatan. Kondisi ini menjadi perhatian
masyarakat publik, sehingga tidak heran apabila ada peningkatan nilai
keadilan dalam tatanan masyarakat. Berdasarkan hasil pengolahan
data yang dilakukan, terlihat bahwa nilai indeks rata-rata prinsip
keadilan disetiap arena tata kelola pemerintahan Kabupaten Bantul
mengalami peningkatan
d) Prinsip AkuntabilitasAkuntabilitas merupakan prinsip yang menggambarkan kesesuaian
rencana dengan target, hal ini berarti bahwa prinsip ini harus dimiliki
oleh semua arena yang ada di tata kelola pemerintahan. Dari hasil
USER 87
Analisa dapat dilihat perbandingan kondisi prinsip akuntabilitas di
setiap arena tata kelola pemerintahan, dimana dalam kurun waktu 1
(satu) tahun sudah terdapat perubahan nilai indeks rata-rata prinsip
akuntabilitas.
e) Prinsip EfisiensiDari 4 (empat) arena pemerintahan yang telah dianalisis, dapat dilihat
bahwa peringkat nilai indeks prinsip efisiensi pada tahun 2018 dan
2017 ada yang mengalami peningkatan maupun penurunan. Nilai
indeks tertinggi ada pada arena pejabat politik yaitu mencapai angka
8,22, kemudian disusul arena birokrasi, masyarakat ekonomi, dan
masyarakat sipil.
f) Prinsip EfektivitasDari 4 (empat) arena pemerintahan yang telah dianalisis, dapat dilihat
bahwa peringkat nilai indeks prinsip efektivitas pada tahun 2018 dan
2017 agak sedikit berbeda. Pada tahun 2018 indeks tertinggi ada pada
arena pejabat politik, kemudian disusul arena birokrasi, masyarakat
ekonomi, dan masyarakat sipil. Sedangkan pada tahun 2017, indeks
tertinggi ada pada arena birokrasi, kemudian disusul arena
masyarakat ekonomi, masyarakat sipil dan pemerintah/pejabat publik.
4) Analisa Bayers
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan diketahui bahwa dari keempat
arena, arena pemerintah/pejabat politik di Kabupaten Bantul pada tahun
2018 masih termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan hasil
rekap data lapangan yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari peringkat
yang terlihat berdasarkan metode bayes, perbaikan tata kelola pada arena
masyarakat sipil publik perlu dilakukan secara lebih mendalam sehingga
nilai dan kategori dari arena tersebut bisa meningkat pada tahun
berikutnya, paling tidak setara dengan ketiga arena lain.
f. KESIMPULAN
1) Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dibuat, dapat
disimpulkan bahwa:
USER 88
Kondisi Tata Kelola Pemerintahan di Arena Pemerintahan Kabupaten
Bantul:
a) Nilai indeks prinsip partisipasi dari 4 (empat) arena cenderung
bervariatif, tetapi masuk dalam kategori baik;
b) Nilai indeks prinsip transparansi di setiap arena termasuk dalam
kategori baik;
c) Nilai indeks prinsip keadilan termasuk dalam kategori cenderung baik
pada semua arena, kecuali arena birokrasi yang termasuk dalam
kategori baik;
d) Nilai indeks prinsip akuntabilitas termasuk dalam kategori baik di
setiap arena;
e) Nilai indeks prinsip efisiensi termasuk dalam kategori baik di setiap
arena;
f) Nilai indeks prinsip efektivitas termasuk dalam kategori baik di setiap
arena;
2) Perbandingan Nilai Indeks Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten
Bantul Antar Arena adalah :
a) Nilai indeks prinsip partisipasi adalah 8,24 pada arena
pemerintah/pejabat publik; 8.5 pada arena birokrasi; 7.46 pada arena
masyarakat sipil; 7.8 pada masyarakat ekonomi;
b) Nilai indeks prinsip transparansi adalah 8 pada arena
pemerintah/pejabat publik; 8.56 pada arena birokrasi; 7.44 pada arena
masyarakat sipil; 7.86 pada masyarakat ekonomi;
c) Nilai indeks prinsip keadilan adalah 7,95 pada arena
pemerintah/pejabat publik; 8,26 pada arena birokrasi; 7,22 pada arena
masyarakat sipil; 7.6 pada masyarakat ekonomi;
d) Nilai indeks prinsip akuntabilitas adalah 7,94 pada arena
pemerintah/pejabat publik; 7,88 pada arena birokrasi; 7.38 pada arena
masyarakat sipil; 7,82 pada masyarakat ekonomi;
e) Nilai indeks prinsip efisiensi adalah 7,81 pada arena
pemerintah/pejabat publik; 8,22 pada arena birokrasi; 7.44 pada arena
masyarakat sipil; 7.8 pada masyarakat ekonomi;
USER 89
f) Nilai indeks prinsip efektivitas adalah 8,1 pada arena
pemerintah/pejabat publik; 8,2 pada arena birokrasi; 7.8 pada arena
masyarakat sipil; 8 pada masyarakat ekonomi.
3) Perbandingan Nilai Indeks Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten
Bantul Tahun 2017 dan Tahun 2018
a) Kondisi partisipasi di tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 mengalami
kenaikan kecuali di arena masyarakat sipil;
b) Keenam prinsip pada arena masyarakat sipil semuanya mengalami
penurunan dari tahun 2018 ke tahun 2017.
g. REKOMENDASI DAN STRATEGI KEBIJAKAN TATA KELOLA
PEMERINTAHAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018 DAN TAHUN 2019.
Berisi tabel rekomendasi dan strategi kebijakan tata kelola pemerintahan
kabupaten Bantul tahun 2019, yang didasarkan pada nilai indeks di masing-
masing prinsip dari setiap arena.
Tabel rekomendasi diharapkan menjadi salah satu pedoman unuk melakukan
peningkatan kondisi tata kelola pemerintahan di kabupaten Bantul.
5. WORKSHOP DIGITALISASI EKONOMIMasalah yang dialami pengusaha kecil dan menengah di Indonesia masih seputar
upaya pengembangan usaha, mulai dari masalah akses pembiayaan sampai pada
masalah akses informasi yang asimetris, dimana masalah ini menyebabkan UMKM
kesulitan dalam menyediakan bahan baku yang murah dan berkualitas.
Perkembangan teknologi mengubah model bisnis yang selama ini berlaku.
Teknologi digital memungkinkan tiap orang bisa terkoneksi satu sama lain, dan arus
informasi menjadi lebih cepat dan terbuka, tanpa mengenal batasan negara dan
wilayah. Transaksi yang sebelumnya harus dilakukan dengan berhadapan
langsung, sekarang bisa dilakukan secara online, dengan kondisi ini maka semua
harus melakukan penyesuaian, tidak hanya secara individu, tetapi juga dalam
industri dan kegiatan bisnis, terutama UMKM yang menjadi salah satu tulang rusuk
ekonomi nasional.
Workshop dilaksanakan dengan tujuan untuk membuka wawasan masyarakat
terutama pemilik UMKM, dengan difasilitasi oleh pemerintah mencari celah agar
bisa terlibat aktif dalam membesarkan UMKM, terutama untuk pasar digital,
mengingat begitu besar prospek ekspansi bisnis yang bisa diraih UMKM lewat cara
ini.
USER 90
Dari hasil pelaksanaan workshop diperoleh Kesimpulan :
a. Beberapa hal yang harus ada ketika akan melakukan usaha secara online,
diantaranya adalah :
1) Ketersediaan akses digital (jaringan)
Adanya piranti usaha seperti Laptop (produktifitas), HP ( pemasaran);
2) Adanya servise – servise jaringan;
3) Adanya aplikas, dimana aplikasi ini tentunya berbeda antara usaha
kerajinan, kuliner dan pariwisata;
4) Pelaku, dalam arti ada yang menjual, bisa lewat komunitas, organisasi dll.
b. Yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan UMKM adalah bahwa di
era digital ini kecenderungan orang membeli bukan untuk membeli produk, akan
tetapi lebih pada pengalaman, cerita dibalik produk, nilai filosofi dsb;
c. Suatu produk dibuat bukan untuk dinikmati sendiri akan tetapi untuk dijual, jadi
yang utama adalah produk itu menarik bagi calon konsumen, bisa dari segi
tampilan, kemasan maupun teknik pemasaran;
d. Kondisi ini belum banyak dipahami oleh para pelaku UMKM, sehingga
diperlukan adanya campur tangan dari pemerintah, sebagaimana yang dilakukan
oleh Pemda Kulon Progo dengan aplikasi belabeliku.com
Belabeliku.com dibuat untuk melindungi semua produk UMKM Kulon Progo,
sehingga hanya UMKM yang berada di Kulon Progo saja yang bisa berjualan di
aplikasi ini. Pengelolaan aplikasi ini diserahkan kepada Perumda Aneka Usaha
Kulon Progo yang selanjutnya juga bekerjasama dengan sebuah perusahaan
besar;
e. Sebelum aplikasi ini dilaksanakan ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan
oleh Pemda Kulon Progo, diantaranya adalah :
1) Melakukan sosialisasi terhadap seluruh UMKM;
2) Melakukan pelatihan terkait teknik membuat foto yang menarik, cara
menampilkan foto yang baik, cara menjual dsb
3) Pelatihan dilakukan per wilayah kecamatan serta lokasi pelatihan juga di
kecamatan,
4) Tahap selanjutnya adalah melakukan pelatihan di kantor Disperindag Kulon
Progo;
5) Menugaskan seorang admin yang selalu memantau dan membantu serta
mendampingi UKM ( memantau mana yang aktif dan mana yang tidak untuk
selanjutnya mengingatkan);
USER 91
f. Jika Pemda Kabupaten Bantul berencana melakukan hal sama, maka harus
memetakan UKM terlebih dulu, kemudian dicari permasalahan secara detil
selanjutnya melakukan pelatihan dan pendampingan sampai eksekusi
6. PENUTUPPelaksanaan program dan kegiatan bidang pemerintahan dilaksanakan dengan
melakukan koordinasi dengan Perangkat Daerah lain yang terkait, tentunya juga
melibatkan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan pihak pihak
yang memiliki keperdulian terhadap kondisi masyarakat di Bantul seperti asosiasi,
perguruan tinggi, media massa, LSM dll.
Model kerjasama dan kemitraan sebagaimana yang telah dilaksanakan tersebut
akan terus dilakukan dan ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya, sehingga upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat di wilayah
Kabupaten Bantul dapat segera terwujud.
USER 92