36
Transfusi Darah

Basic Transfusi Darah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

transfusi

Citation preview

Page 1: Basic Transfusi Darah

Transfusi Darah

Page 2: Basic Transfusi Darah

Definisi

Transfusi darah adalah transfer darah atau komponen darah dari donor ke resipien.

Page 3: Basic Transfusi Darah

Indikasi

Hb < 6 g/dl Untuk nilai hb 6-10 g/dl, indikasi

berlangsung pada risiko komplikasi Pemberian transfusi mempertimbangkan

fisiologis tubuh Jika memungkinkan, sebaiknya dilakukan

transfusi autolog Indikasi transfusi sel darah merah autolog

lebih banyak karena risiko lebih rendah

Page 4: Basic Transfusi Darah

Pemberian 1 unit PRC, diberikan pada :

Kehilangan darah > 20% volume darah Kadar hb < 8 g/dl Kadar hb < 10 g/dl disertai penyakit mayor Kadar hb < 10 g/dl setelah transfusi

autolog Kadar hb < 12 g/dl pada pasien yang

bergantung pada ventilator Pada kondisi perdarahan masif (perdarahan

lebih dari 1/3 total darah dalam waktu kurang dari 30 menit)

Page 5: Basic Transfusi Darah

Kontraindikasi

Pasien trombositopenia yang disebabkan oleh aktivasi platelet

Autoimun trombositopenia Drug-induced trombositopenia Post transfusion purpura

Page 6: Basic Transfusi Darah

Klasifikasi

Produk darah

1. Whole blood (WB)

Mengandung komponen eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma.

Satu kantong WB terdiri dari 250 ml darah dan 37 ml anti-koagulan.

WB digunakan pada kasus yang membutuhkan transfuse sel darah

merah dan plasma secara bersamaan.

Kontraindikasi WB adalah pasien anemia kronis normovolemik, atau

pada pasien yang hanya membutuhkan sel darah merah saja.

Satu unit WB meningkatkan Hb sebanyak 1 gr/dl atau Ht sebanyak

34%.

Page 7: Basic Transfusi Darah

2. Packed red cell (PRC)

Mengandung eritrosit, trombosit, leukosit dan sedikit

plasma. Nilai Ht nya 60-70%. Satu kantong PRC (150-300

ml) terdiri dari eritrosit sebanyak 100-200 ml.

produk darah ini digunakkan pada kondisi yang

membutuhkan penambahan sel darah merah saja.

Washed PRC adalah PRC khusus yang sudah dicuci

dengan nilai hematokrit lebih tinggi (70-80%) dengan

volume 180 ml.

Page 8: Basic Transfusi Darah

3. Thrombocyte concentrate (TC)

Mengandung trombosit, dengan sedikit leukosit,

eritrosit, dan plasma.

Satu kantong memiliki volume 50 ml.

TC dibutuhkan pada kasus perdarahan akibat

trombositopenia atau pasien dengan penyakit

trombositopenia congenital/didapat.

Transfuse profilaksis dapat diberikan pada pasien

dengan jumlah trombosit 5000 – 10.000 /µl.

Page 9: Basic Transfusi Darah

4. Fresh frozen plasma (FFP)

Mengandung semua protein plasma dan faktor pembekuan

darah.

Diberikan pada pasien dengan defisiensi faktor pembekuan,

koreksi koagulopati, dan pengobatan terapi warfarin.

Setiap unit FFP menaikkan faktor pembekuan sebanyak 2-

3% pada pasien dewasa. Dosis FFP biasanya 10-15 ml/kg.

sebelum pemberian FFP disarankan pengujian kompabilitas

ABO meskipun tidak wajib.

Page 10: Basic Transfusi Darah

5. Granulosit

Diperolehmelalui leukoforesis, diindikasikan

pada pasien neutropenia dengan infeksi

bakteri yang tidak responsive terhadap

antibiotic.

Transfuse granulosit memiliki masa hidup

yang pendek pada sirkulasi resipien.

Page 11: Basic Transfusi Darah

Volume darah sesuai usia

Usia Volume darah (ml/KgBB)

Premature 95

Cukup bulan 85

Anak kecil 80

Anak besar 75-80

Dewasa- Laki laki- Perempuan

7565

Page 12: Basic Transfusi Darah

Klasifikasi perdarahan akut berdasarkan American College of Surgeon

Faktor Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IVKehilangan darah (ml)

750 750-1000 1500-2000 2000 atau lebih

Kehilangan darah (%)

15 15-30 30-40 40 atau lebih

Denyut nadi 100 100 120 140 atau lebihTekanan darah Normal Normal Menurun MenurunTekanan nadi Normal atau

meningkatMenurun Menurun Menurun

CRT Normal Positif Positif PositifLaju pernafasan 14-20 20-30 30-40 35Urin output (ml) 30 20-30 5-10 Sulit dihitungStatus mental Cemas (ringan) Cemas sedang Cemas, bingung Bingung, letargiPenggantian cairan

kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah

Kristaloid+darah

Page 13: Basic Transfusi Darah

Prosedur

1. Cek indetitas, pastikan indikasi, Inform consent.2. Pasitikan gol darah, praktur pengeluaran darah

dengan pasien3. Hangatkan darah, tidak boleh sampai >40ᵒ4. Apabila ditakutkan adanya reaksi imun (demam)

berikan prednisone 50mg.5. Lakukan pemasangan IV line6. Sambungkan dengan labu darah.7. Lihat reaksi, reaksi hemolotik/non hemolitik.8. Apabila tidak terjadi reaksi pantau hingga post

tranfusi.

Page 14: Basic Transfusi Darah

Untuk mengetahui kebutuhan darah

Hctf = EBV X (Hcti / (EBV + cairan yang sudah diberikan))

Keterangan :

Hctf : Hematokrit terendah yang dimungkinkan pada penderita

EBV : Estimasi volume darah penderita (BB x 70 cc)

Hcti : Hematokrit awal sebelum operasi

Page 15: Basic Transfusi Darah

Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan.

6 x  ∆Hb (Hb normal –Hb pasien) x BBKet :-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Page 16: Basic Transfusi Darah

Rumus Transfusi Darah

1. Whole Blood : 6 x ∂ Hb x BB 2. PRC : 3 x ∂ Hb x BB 3. Konsentrat : 0,5 x ∂ Hb x BB 4. FFP : 10 x ∂ Hb x BB 5. Cryopresipitat : 0,5 x ∂ Hb x B

Page 17: Basic Transfusi Darah

Syarat Pendonor

1. Sehat jasmani dan rohani 2. Usia 17 sampai dengan 65 tahun. 3. Berat badan minimal 45 kg. 4. Tekanan darah :

- sistole 100 - 170 - diastole 70 - 100

5. Kadar haemoglobin 12,5g% s/d 17,0g% 6. Interval donor minimal 12 minggu

atau 3 bulan sejak donor darah sebelumnya (maksimal 5 kali dalam 1 tahun)

Page 18: Basic Transfusi Darah

Kontraindikasi Pendonor

1. Mempunyai penyakit jantung dan paru paru 2. Menderita kanker 3. Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi) 4. Menderita kencing manis (diabetes militus) 5. Memiliki kecenderungan perdarahan abnormal atau kelainan darah lainnya. 6. Menderita epilepsi dan sering kejang 7. Menderita atau pernah menderita Hepatitis B atau 8. Mengidap sifilis 9. Ketergantungan Narkoba. 10. Kecanduan Minuman Beralkohol 11. Mengidap atau beresiko tinggi terhadap HIV/AIDS 12. Dokter menyarankan untuk tidak menyumbangkan darah karena alasan kesehatan.

Page 19: Basic Transfusi Darah

Menunda menjadi Pendonor

1. Sedang sakit demam atau influenza, tunggu 1 minggu setelah sembuh.2. Setelah cabut gigi, tunggu 5 hari setelah sembuh.3. Setelah operasi kecil, tunggu 6 bulan.4. Setelah operasi besar, tunggu 12 bulan.5. Setelah tranfusi, tunggu 1 tahun.6. Setelah tatto, tindik, tusuk jarum, dan transplantasi, tunggu 1 tahun.7. Bila kontak erat dengan penderita hepatitis, tunggu 12 bulan.

Page 20: Basic Transfusi Darah

8. Sedang hamil, tunggu 6 bulan setelah melahirkan.

9. Sedang menyusui, tunggu 3 bulan setelah berhenti menyusui.

10. Setelah sakit malaria, tunggu 3 tahun setelah bebas dari gejala malaria.

11. Setelah berkunjung pulang dari daerah endemis malaria, tunggu 12 bulan.

12. Bila tinggal di daerah endemis malaria selama 5 tahun berturut-turut, tunggu 3 tahun setelah keluar dari daerah tersebut.

13. Bila sakit tipus, tunggu 6 bulan setelah sembuh.

14. Setelah vaksin, tunggu 8 minggu.

15. Ada gejala alergi, tunggu 1 minggu setelah sembuh.

16. Ada infeksi kulit pada daerah yang akan di tusuk, tunggu 1 minggu setelah sembuh.

Page 21: Basic Transfusi Darah

BEBERAPA PANDUAN DONOR DARAH

1. Tidur minimal 4 jam sebelum donor.

2. Makanlah 3 - 4 jam sebelum menyumbangkan darah. jangan menyumbangkan darah dengan perut kosong.

3. Minum lebih banyak dari biasanya pada hari mendonorkan darah (paling sedikit 3 gelas)

4. Setelah donor beristirahat paling sedikit 10 menit sambil menikmati makanan donor, sebelum kembali beraktifitas.

5. Kembali bekerja setelah donor darah tidak berbahaya untuk kesehatan.

6. Untuk menghindari bengkak di lokasi bekas jarum, hindari mengangkat benda berat selama 12 jam.

7. Banyak minum sampai 72 jam ke depan untuk mengembalikan stamina.

Page 22: Basic Transfusi Darah

Komplikasi transfusi

Berdasarkan Cakupannya A. Komplikasi Local- Kegagalan memperoleh akses vena- Fiksasi vena tidak baik- Masalah ditempat tusukan- Vena pecah saat ditusuk, dllB. Komplikasi Umum

Page 23: Basic Transfusi Darah

Berdasarkan Cepat Lambanya

a. Reaksi Akut Reaksi yang terjadi <24 jamb. Reaksi LambatReaksi yang terjadi lebih lambat

Page 24: Basic Transfusi Darah

Berdasarkan Faktor Penyebabnya

B. Komplikasi ImunologisKomplikasi imun setelah transfusi darah terutama berkaitan dengan sensitisasi donor ke sel darah merah, lekosit, trombosit atau protein plasma.

1) Reaksi hemolitikReaksi hemolitik ini terdiri dari reaksi hemolitik akut dan reaksi hemolitik lambat.

a) Reaksi Hemolitik Akut (Intravaskuler)Reaksi hemolitik akut terjadi segera pada waktu transfusi baru berlangsung. Lima puluh mililiter darah dari golongan yang tidak cocok sudah dapat menimbulkan reaksi.Gejala berupa rasa panas sepanjang vena dimana infus dipasang, nyeri tertekan di dada, sakit kepala, muka merah, pireksia, mual, muntah, dan ikterus.

Page 25: Basic Transfusi Darah

Manajemen reaksi hemoiytic dapat simpulkan sebagai

berikut:

Jika dicurigai suatu reaksi hemolytic, transfusi

harus dihentikan dengan segera.

Darah harus di cek ulang dengan slip darah dan

identitas pasien.

Kateter urin dipasang , dan urin harus dicek

adanya hemoglobin.

Osmotic diuresis harus diaktipkan dengan

mannitol dan cairan kedalam pembuluh darah.

Jika ada perdarahan akut, indikasi pemberian platelets

dan FFP.

Ambil darah pasien untuk diperiksa kadar Hb, trombosit,

uji kompatibilitas, dan tes koagulasi.

Page 26: Basic Transfusi Darah

b) Reaksi Hemolitik Lambat (Ekstravaskuler)Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah

transfusi dengan gejala dan tanda demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi.

Reaksi hemolitik lambat terjadi pada penderita yang sering mendapat transfusi. Reaksi timbul beberapa jam atau beberapa hari sesudah transfusi dan biasanya pada labu ke 2 atau lebih. Biasanya terjadi pada golongan darah O dengan titer anti A dan anti B yang tinggi kepada golongan lain. Gejalanya sama dengan reaksi hemolitik akut.

Page 27: Basic Transfusi Darah

B. Reaksi Imunologis Non Hemolitik1) Demam 2) Reaksi alergi (Urtikaria) 3) Reaksi anafilaktik4) Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung injury = TRALI)5) Purpura pasca transfuse6) Penyakit graft-versus-host

Page 28: Basic Transfusi Darah

7) Edema Pulmonary Noncardiogenic8) Imun Supresi

Page 29: Basic Transfusi Darah

komplikasi non imumologis

1)Transfusi darah masifa) Koagulopati

Penyebab utama perdarahan setelah transfusi darah masif adalah dilutional thrombocytopenia. Secara klinis dilusi dari factor koagulasi tidak biasa terjadi pada pasien normal. Studi Koagulasi dan hitung trombosit, jika tersedia, idealnya menjadi acuan transfusi trombosit dan FFP. Analisa Viscoelastic dari pembekuan darah (thromboelastography dan Sonoclot Analisa) juga bermanfaat.

Page 30: Basic Transfusi Darah

TrombositopeniaTerjadi setelah transfusi darah simpan lama lebih dari 80 ml/kgBB. Diatasidengan pemberian trombosit bila jumlah trombosit <50.000/mm3 atau memberi unit darah utuh segar setiap transfusi 4 unit darah simpan.

Page 31: Basic Transfusi Darah

b) Keracunan SitratTubuh memiliki kemampuan yang

besar untuk metabolisme sitrat, kecuali pada keadaan shock, penyakit hati, dan lanjut usia. Pada kasus ini dapat diberikan Calcium Glukonas 10% 1 gram IV pelan-pelan setiap telah masuk 4 unit darah.

Page 32: Basic Transfusi Darah

c) HiperkalemiaKalium dalam darah simpan 21 hari

dapat naik setinggi 32 mEq/L, sedangkan batas dosis infus kalium adalah 20 mEq/jam. Hiperkalemia menyebabkan aritmia sampai fibrilasi ventrikel/cardiac arrest. Untuk mencegah hal ini diberikan Calsium Glukonas 5 mg/kgBB I.V pelan-pelan. Maksud pemberian kalsium disini karena kalsium merupakan antagonis terhadap hiperkalemia.

Page 33: Basic Transfusi Darah

d) Hypothermia e) Keseimbangan asam basa f) DIC ( disseminated intravaskular

coagulation)

Page 34: Basic Transfusi Darah

2) Kelebihan cairanKelebihan cairan menyebabkan

gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat terjadi bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat, atau penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien dengan anemia kronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.

Page 35: Basic Transfusi Darah

3) Kelebihan besiPasien yang bergantung pada transfusi

berulang dalam jangka waktu panjang akan mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan untuk meminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum feritin <2.000 mg/l.

Page 36: Basic Transfusi Darah

4) Komplikasi InfeksiRisiko penularan penyakit infeksi melalui

transfusi darah bergantung pada berbagai hal, antara lain prevalensi penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang digunakan, status imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah. Saat ini dipergunakan model matematis untuk menghitung risiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV, virus hepatitis C, hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic (HTLV), malaria, sifilis, bruselosis, tripanosomiasis.