7
Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang hidup dengan tenteram dan damai. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak semata wayangnya bernama Bawang Putih. Namun, ketenteraman dan kedamaian ini terganggu lantaran si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian tersebut membuat keluarga kecil itu bersedih karena kehilangan orang yang dicintai. [Ibu Bawang Putih dalam keadaan sekarat. Ia berpesan kepada putri semata wayangnya itu ] Bawang Putih : "Ya, Bu." Ibu Bawang Putih : "Setelah ibu tiada, tetaplah menjadi anak yang bersahaja." Bawang Putih : [Menitikkan air mata.] "Iya, bu..." Ayah Bawang Putih : [Menangis, menyaksikan hal tersebut.] [Setelah berpesan seperti itu, Ibu Bawang Putih meninggal dunia diiringi isak tangis Bawang Putih dan Ayah Bawang Putih.] Tak jauh dari rumah mereka, tinggallah seorang janda dan putrinya bernama Bawang Merah. Ketika ibu Bawang Putih telah meninggal, kedua orang ini sering datang ke rumah Bawang Putih. Pada awalnya, antara ibu Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja. Namun, lama- kelamaan, timbul juga pemikiran di pikiran ayah Bawang Putih untuk mempersunting ibu Bawang Merah. Ayah Bawang Putih tidak ingin putri semata wayangnya tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu. [Setelah Ibu Bawang Putih meninggal, Ayah Bawang Putih menikah dengan Ibu Bawang Merah. Hal ini menjadikan hidup Bawang Putih tidak bahagia. Bersama anaknya yang bernama Bawang Merah, wanita tua itu memperlakukan Bawang Putih seenak hatinya.] Ibu Bawang Merah : "Bawang Putihhhhh!!!" Bawang Putih : [Datang dengan tergopoh-gopoh] "Iya, Mah." Ibu Bawang Merah : "Dari mana aja sih kamu. Dipanggil dari tadi, lama banget! Ini tumpah! Bawang Merah : [Tiba-tiba datang dan menoyor Bawang Putih. Lalu menjatuhkan makanannya.] "Ini bersihin sekalian ya."

Bawang Merah & Bawang Putih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gg

Citation preview

Page 1: Bawang Merah & Bawang Putih

Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang hidup dengan tenteram dan damai. Keluarga ini terdiri

dari ayah, ibu, dan anak semata wayangnya bernama Bawang Putih. Namun, ketenteraman dan kedamaian ini

terganggu lantaran si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian tersebut membuat keluarga kecil itu

bersedih karena kehilangan orang yang dicintai.

[Ibu Bawang Putih dalam keadaan sekarat. Ia berpesan kepada putri semata wayangnya itu ]

Bawang Putih : "Ya, Bu."

Ibu Bawang Putih : "Setelah ibu tiada, tetaplah menjadi anak yang bersahaja."

Bawang Putih : [Menitikkan air mata.] "Iya, bu..."

Ayah Bawang Putih : [Menangis, menyaksikan hal tersebut.]

[Setelah berpesan seperti itu, Ibu Bawang Putih meninggal dunia diiringi isak tangis Bawang Putih dan Ayah

Bawang Putih.]

Tak jauh dari rumah mereka, tinggallah seorang janda dan putrinya bernama Bawang Merah. Ketika ibu

Bawang Putih telah meninggal, kedua orang ini sering datang ke rumah Bawang Putih. Pada awalnya, antara ibu

Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja. Namun, lama-kelamaan, timbul juga

pemikiran di pikiran ayah Bawang Putih untuk mempersunting ibu Bawang Merah. Ayah Bawang Putih tidak

ingin putri semata wayangnya tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu.

[Setelah Ibu Bawang Putih meninggal, Ayah Bawang Putih menikah dengan Ibu Bawang Merah. Hal ini

menjadikan hidup Bawang Putih tidak bahagia. Bersama anaknya yang bernama Bawang Merah, wanita tua itu

memperlakukan Bawang Putih seenak hatinya.]

Ibu Bawang Merah : "Bawang Putihhhhh!!!"

Bawang Putih : [Datang dengan tergopoh-gopoh] "Iya, Mah."

Ibu Bawang Merah : "Dari mana aja sih kamu. Dipanggil dari tadi, lama banget! Ini tumpah!

Bawang Merah : [Tiba-tiba datang dan menoyor Bawang Putih. Lalu menjatuhkan makanannya.] "Ini

bersihin sekalian ya."

Bawang Putih : [Menghela napas. Tapi, mau tak mau dilakukan juga.]

[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah tertawa kecil melihat hal tersebut.]

Bawang Putih yang sedih mengetahui dirinya sebatang kara tetap tak bisa berbuat apapun di hadapan ibu tiri dan

Bawang Merah. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah mematuhi perintah ibu dan saudara tirinya.

Bawang Putih berharap keduanya bisa berubah. Namun, mereka malah semakin menjadi-jadi.

Bawang Putih : [Menatap bintang di langit dengan sedih.] "Oh, Tuhan, kenapa hidupku seperti ini?

Orang-orang terdekatku kini sudah tiada semuanya. Tak ada orang yang mengasihiku

kini."

[Bawang Putih berdoa, semoga ada seseorang laki-laki baik hati yang datang dan menjadi kekasihnya. Doa

tersebut dicatat oleh malaikat dan diperdengarkan kepada Tuhan.]

****

Page 2: Bawang Merah & Bawang Putih

[Bawang Putih hendak pulang setelah mencuci baju di sungai, saat ia bertemu dengan Pangeran tampan.]

Pangeran : [Duduk di atas kudanya.] "Wahai, gadis cantik, bolehkah saya bertanya kepadamu?"

Bawang Putih : [Menoleh ke asal suara. Dan mundur beberapa langkah karena tatapan tajam Pangeran.

Kemudian, ia menunduk.] "Silahkan, Tuan. Apa yang hendak Tuan tanyakan kepada

hamba?"

Pangeran : "Saya sedang berburu bersama para pengawalku. Tapi, saking semangatnya, saya pergi

terlampau cepat daripada mereka. Ketika saya ingin kembali, saya kehilangan jejak

mereka. Jika tidak keberatan maukah kamu memberi saya petunjuk jalan manakah

yang baik untuk pulang ke istana saya?"

Bawang Putih : [Menunjuk ke jalan yang dimaui oleh Pangeran.]

Pangeran : "Oiya, sebelum saya pergi, bolehkah saya bertanya siapakah nama kamu?"

Bawang Putih : "Nama hamba, Bawang Putih, Pangeran."

[Begitulah pertemuan pertama antara Pangeran dan Bawang Putih. Pertemuan tersebut membekas di hati

Pangeran. Sehingga, diam-diam, Pangeran memperhatikan Bawang Putih. Karena ia sudah jatuh cinta.]

****Suatu hari, ketika Bawang Putih pergi ke sungai untuk mencuci, baju kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa

arus sungai. Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari baju kesayangan ibu tirinya. Namun, sejauh

kakinya melangkah tidak ditemukannya baju kesayangan ibunya. Padahal hari sudah malam. Bawang putih

terpaksa pulang dengan perasaan yang tidak menentu. Dirinya diselimuti oleh rasa takut yang mendalam.

[Tok. Tok. Tok. Bawang Putih mengetuk pintu rumah. Selang berapa lama kemudian muncullah ibu tirinya dan

bawang merah]

Ibu Bawang Merah : “Kok pulang malem bawang putih ???”

Bawang Putih : “Maaf bu, baju ibu hayut terbawa arus sungai, saya sudah mencarinya kemana-mana,

tapiiii..., baju ibu tidak ketemu. Saya sudah menyusuri sungai itu bu”

Ibu Bawang Merah : “ Apaaaaaa !!!!!. Itu baju kesangan ibu Bawang Putih dan harganya sangat mahal”

Bawang Putih : “Maaf bu...”

Bawang Merah : “Makanya, kalo kerja itu yang betul. Jangan melamun tokkk”

Ibu Bawang Merah : “Maaf.... maaf terus. Pokonya Ibu ndak mau tau, cari baju itu sampai ketemu. Jangan

pulang sebelum baju itu kamu temukan. Mengerti...????!!!!!”

Bawang Putih : “Iya bu”

Bawang Merah : “Sebaiknya kita kasik hukuman aja bu, biar dia jera”

Ibu Bawang Merah : [Sambil membawa potongan kayu]. “ iya benar kamu Bawang Merah, kita hukum aja

anak ini”

[Bawang Putih berlari ketakutan. Ia dikejar ibu tiri dan kakak tirinya, karena telah menghilangkan pakaiannya.

Pangeran menolong Bawang Putih.]

Page 3: Bawang Merah & Bawang Putih

Pangeran : "Hei, Bawang Putih, kesinilah."

Bawang Putih : [Segera mengikuti kata-kata Pangeran.]

[Akhirnya, selamatlah Bawang Putih dari kejaran ibu tiri dan kakak tirinya. Pangeran membawa Bawang Putih

ke tempat yang aman. Lalu, bercerita-cerita. Pangeran simpati dengan kisah hidup Bawang Putih langsung

melamarnya. Ia ingin menyelamatkan hidup Bawang Putih.]

Pangeran : "Kisah hidupmu sungguh dramatis. Tapi, terlepas dari semua itu, sejak saya

melihatmu, saya telah jatuh cinta. Bawang Putih maukah menikah denganku?"

Bawang Putih : "Bila itu keinginan Pangeran..."

[Maka, menikahlah mereka. Setelah menikah, Pangeran membereskan masalah antara Bawang Putih dengan ibu

tiri dan kakak tirinya.]

***[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersimpuh di hadapan Bawang Putih dan Pangeran. Ibu anak itu

menghadapi sidang atas perbuatan mereka sebelumnya.]

Pangeran : "Pengawal, bawa kedua orang itu ke sini!"

Ibu Bawang Merah : "Ampuni kami, Pangeran. Kami berjanji mengubah sifat buruk yang ada pada diri

kami."

Pangeran : [Menatap Bawang Putih, istrinya. Meminta keputusannya.]

Bawang Putih : [Membalas tatapan Pangeran, suaminya. Lalu, ia bangkit menghampiri ibu tiri dan

saudara tirinya.] "Saya bisa saja melupakan semua yang ibu dan kakak lakukan. Tapi...

Satu syarat yang harus kalian lakukan..."

Ibu Bawang Merah : "Apa itu? Katakan saja. Kami akan melakukannya dengan senang hati..."

Bawang Putih : "Kalian harus pergi dari sini, dan jangan sampai saya melihat kalian lagi. Jika saya

sampai melihat kalian lagi, maka saya akan memerintah para pengawal untuk

menangkap dan menjebloskan kalian ke dalam bui."

Pangeran : "Sekarang, enyahlah kalian dari hadapan kami!"

[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah sujud mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati yang Bawang

Putih dan Pangeran berikan.]

Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah : "Terima kasih atas kebaikan hati kalian berdua." [Keduanya

segera berlalu.]

[Setelah kepergian ibu tiri dan kakak tirinya, Bawang Putih hidup bahagia bersama Pangeran.]

Pesan cerita : janganlah menjadi serakah dan mau menang sendiri. Karena hal itu, tidak baik dan akan

menerima balasannya

Page 4: Bawang Merah & Bawang Putih
Page 5: Bawang Merah & Bawang Putih