Upload
irvan-sakti
View
42
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
afjkbasfaj,fnas,mfnaf,nafljnfalkfe;lasmfla,elkfnajef aje f
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Mendeskripsikan kenampakan batuan beku fragmental secara megaskopis
Mengetahui petrogenesa batuan beku fragmental melalui struktur dan
teksturnya
Menentukan nama batuan beku fragmental dengan klasifikasi Fisher (1969)
1.2 Tujuan
Mampu mendeskripsikan kenampakan batuan beku fragmental secara
megaskopis
Mampu mengetahui petrogenesa batuan beku fragmental melalui struktur dan
teksturnya
Mampu menentukan nama batuan beku fragmental dengan klasifikasi Fisher
(1969)
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Hari / Tanggal : Senin, 6 April 2015
Waktu : Pukul 18.30 WIB
Tempat : Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi,
Universitas Diponegoro
Hari / Tanggal : Senin, 13 Maret 2015
Waktu : Pukul 18.30 WIB
Tempat : Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi,
Universitas Diponegoro
1
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat
Penggaris
Alat Tulis
Lup
Klasifikasi Fisher tahun 1966
Kamera
Lembar Deskripsi
2.1.2 Bahan
Batuan Peraga Nomor PR-10
Batuan Peraga Nomor 42 XX
Batuan Peraga Nomor X
Batuan Peraga Nomor 108
Batuan Peraga Nomor X2
2.2 Diagram Alir
Menyiapkan batuan peraga nomor PR-10, 42 XX, X, 108, X2
Mulai
2
Membuat sketsa batuan
Pengolahan data data yang sudah di dapat kemudian dijadikan sebagai laporan
Mendeskripsikan batuan berdasarkan kenampakan Megaskopis
Selesai
Mendeskripsikan komposisi batuan dan membuat persentase material yang terdapat pada batuan tersebut
Membuat Petrogenesa batuan, berdasarkan data data kenampakan megaskopis, dan deskirpsi komposisi
Pemberian nama batuan berdasarkan klasifikasi fisher tahun 1966
3
BAB III
HASIL DESKRIPSI
3.1 Batuan peraga nomor PR-10
Nomor peraga : PR-10
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Abu abu terang
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : < 2 mm
Roundness : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Baik
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini seluruhnya tersusun dari material piroklastik berukuran Ash ( < 2 mm)
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Ash 100 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi. Memiliki
struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat proses
pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe pengendapan jatuhan karena
memiliki ukuran yang halus. Memiliki tekstur dengan ukurang butir yang halus, derajat
kebundaran yang membundar, kemasnya tertutup sehingga dapat diinterpretasikan
4
bahwa materialnya memiliki waktu pengendapan yang homogen, sortasi baik karena
memiliki ukuran butir yang seragam. Batuan ini terbentuk dari material ash yang
membeku sangat cepat yang kemudian karena pengaruh tekanan, material tersebut
terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami proses sementasi.
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Tuff (Fisher, 1966)
Ash
Foto 3.1 Batuan nomor peraga PR-10
5
3.2 Batuan peraga nomor 42-XX
Nomor peraga : 42 XX
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Abu abu terang
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : 2 - 64 mm
Roundness : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Buruk
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini tersusun dari material piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan
presentase (45%) dan material piroklastik berukuran lapilli ( 2 64 mm) dengan
presentase (55%). Selain itu juga terdapat mineral di dalam batuan ini yaitu hornblende
dengan persentase (5%)
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Ash 45 %
Lapili 55 %
Hornblende 5 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi. Memiliki
struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat proses
pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe pengendapan aliran karena
6
memiliki sortasi yang buruk. Jadi, material piroklastik yang berukuran ash dan lapilli
bercampur , dan mengakibatkan sortasinya yang buruk. Batuan ini tersusun dari
material piroklastik berukuran ash dan lapili yang mengendap di cekungan karena tipe
aliran piroklastik, dan kemudian karena pengaruh tekanan, material tersebut
terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami proses sementasi.
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Lapili Tuff (Fisher, 1966)
Ash
Lapili Hornblende
Foto 3.2 Batuan nomor peraga 42 XX
7
3.3 Batuan peraga nomor X
Nomor peraga : X
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Biru
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : -
Roundness : -
Kemas : -
Sortasi : -
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini seluruhnya tersusun dari gelasan ( 100 % )
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Gelasan 100 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi yang
memiliki struktur masif karena tidak menunjukkan adanya lubang-lubang tempat
pengeluaran gas-gas sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang.
Memiliki tekstur gelasan yang menunjukkan bahwa pembekuannya sangat cepat
sehingga tidak memungkinkan membentuk Kristal atau amorf serta dapat disebabkan
oleh adanya kontak dengan air. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk dengan tipe pengendapan aliran
8
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Obsidian (Thrope and Brown, 1924)
Gelasan
Foto 3.3 Batuan nomor peraga X
9
3.4 Batuan peraga nomor 108
Nomor peraga : 108
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Coklat terang
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : < 2 mm
Roundness : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Baik
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini seluruhnya tersusun dari material piroklastik berukuran Ash ( < 2 mm)
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Ash 100 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi. Memiliki
struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat proses
pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe pengendapan jatuhan karena
memiliki ukuran yang halus. Memiliki tekstur dengan ukurang butir yang halus, derajat
kebundaran yang membundar, kemasnya tertutup sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa materialnya memiliki waktu pengendapan yang homogen, sortasi baik karena
memiliki ukuran butir yang seragam. Batuan ini terbentuk dari material ash yang
10
membeku sangat cepat yang kemudian karena pengaruh tekanan, material tersebut
terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami proses sementasi.
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Tuff (Fisher, 1966)
Foto 3.4 Batuan nomor peraga 108
Ash
11
3.5 Batuan peraga nomor X 2
Nomor peraga : X 2
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Abu abu terang
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : 2 - 64 mm
Roundness : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Buruk
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini tersusun dari material piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan
presentase (35%) dan material piroklastik berukuran lapilli ( 2 64 mm) dengan
presentase (55%). Selain itu juga terdapat mineral di dalam batuan ini yaitu Biotite
dengan persentase (10%)
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Ash 35 %
Lapili 55 %
Biotite 10 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi. Memiliki
struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat proses
pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe pengendapan aliran karena
12
memiliki sortasi yang buruk. Jadi, material piroklastik yang berukuran ash dan lapilli
bercampur , dan mengakibatkan sortasinya yang buruk. Batuan ini tersusun dari
material piroklastik berukuran ash dan lapili yang mengendap di cekungan karena tipe
aliran piroklastik, dan kemudian karena pengaruh tekanan, material tersebut
terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami proses sementasi.
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Lapili Tuff (Fisher, 1966)
Ash
Lapili
Biotite
Foto 3.5 Batuan nomor peraga X2
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum Petrologi acara Batuan Beku Fragmental dilaksanakan dua kali yaitu
pada Senin,6 April 2015 dan Senin, 13 April 2015 di Laboratorium Teknik Geologi.
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui kenampakan batuan beku
fragmental berdasarkan kenampakan megaskopis, dan memberi penamaan sesuai
dengan klasifikasinya. Selain itu, praktikan juga diharapkan dapat mengetahui
petrogenesa dari batuan yang telah di deskripsi berdasarkan kenampakan secara
megaskopis dan dapat memperkerikan tipe aliran piroklastiknya.
4.1 Batuan nomor peraga PR-10
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna
abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras,
tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki
tekstur dengan ukuran butir (< 2 mm), derajat kebundarannya Rounded,
memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling bersentuhan.
Sortasinya baik yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang terdapat pada
batuan ini seragam
Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi
yang berukuran (< 2 mm) yang disebut ash. Material piroklastik ini keluar dari
gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh angin dan akan terendapkan di suatu
daerah.
Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun seluruhnya dari material
piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (100%) maka setelah
diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan tersebut termasuk
Tuff (Fisher, 1966).
14
Gambar 4.1.1 Klasifikasi Fisher, 1966
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi
yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material piroklastik
yaitu ash. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat diindikasikan
bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari ukuran materialnya
yang halus dan juga sortasinya yang baik, dapa diinterpretasikan bahwa tipe
aliran piroklastinya yaitu tipe jatuhan. Pada saat magma berada di permukaan
bumi, magma menghasilkan letupan-letupan gas, lalu pada saat itu magma juga
mengeluarkan material halus yang sangat cepat membeku di udara. Kemudian
karena adanya pengaruh tekanan dan lingkungan sekitar, material-material ash
tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami sementasi sehingga
bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies Medial yang dimana
pada daerah ini terdapatkan banyak litologi tuff
15
Gambar 4.1.2 Fasies Gunungapi
4.2 Batuan nomor peraga 42 XX
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna
abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras,
tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki
tekstur dengan ukuran butir (2 - 64 mm), derajat kebundarannya Rounded,
memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling bersentuhan.
Sortasinya buruk yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang terdapat pada
batuan ini tidak seragam
Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi
yang berukuran (2 - 64 mm) yang disebut lapilli, selain itu pada batuan ini
ditemukan juga material piroklastik berukuran ash (< 2 mm). Material
piroklastik ini keluar dari gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh aliran dan
terendapkan di suatu cekungan.
Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun dari material piroklastik
berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (40%), lapilli ( 2 64 mm) dengan
Zona Medial
16
persentase (55%), dan juga mineral hornblende dengan persentase (5%), maka
setelah diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan tersebut
termasuk Lapili Tuff (Fisher, 1966).
Gambar 4.2.1 Klasifikasi Fisher, 1966
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi
yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material piroklastik
yaitu ash dan lapili. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat
diindikasikan bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari
sortasinya yang buruk, dapat diinterpretasikan bahwa tipe aliran piroklastinya
yaitu tipe aliran. Karena pada tipe aliran material material yang berbeda
ukurannya terbawa bersama dan tidak ada pemilahan sehingga sortasinya
menjadi buruk dan acak-acakan. Kemudian pada suatu cekungan, material
material tersebut dan mengendap lalu karena adanya pengaruh tekanan,
material-material tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami
sementasi sehingga bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies
Medial yang dimana pada daerah ini terdapatkan banyak litologi lapilli tuff
17
Gambar 4.2.2 Fasies Gunungapi
4.3 Batuan nomor peraga X
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna
biru. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras, tidak
terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki
tekstur gelasan, yang menunjukan bahwa batuan ini merupakan batuan beku
ekstrusif yang terbentuk di luar permukaan bumi yang menyebabkan tidak
terbentuknya kristal pada batuan ini dan seluruhnya tersusun atas gelasan.
Memiliki warna biru cerah, dari warna batuan yang cerah ini dapat
diindikasikan bahwa sifat magma penyusunnya adalah asam sampai
intermediete
Batuan ini seluruhnya tersusun atas gelasan dengan persentase (100%),
Setelah di masukkan kedalam klasifikasi thrope and brown tahun 1985, nama
batua ini adalah obsidian (Thrope and Brown, 1985).
Zona Proximal
18
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk di luar
permukaan bumi. Dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dari
proses pendinginan magma yang sangat cepat sehingga tidak memungkinkan
untuk terbentuknya Kristal atau dapat disebut sebagai amorf. Lalu dalam proses
pendinginan yang cepat ini lavanya kontak dengan air sehingga proses
pendinginannya berlangsung tambah cepat dan tidak memungkinkan
terbentuknya Kristal. Dari hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tipe aliran
piroklastiknya adalah tipe aliran. Dan pada fasies gunung api dapat diperkirakan
bahwa batuan ini terdapatkan pada zona distal sampai zona medial
Gambar 4.3.1 Fasies Gunungapi
4.4 Batuan nomor peraga 108
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna
coklat terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras,
tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang
Zona Medial Zona Distal
19
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki
tekstur dengan ukuran butir (< 2 mm), derajat kebundarannya Rounded,
memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling bersentuhan.
Sortasinya baik yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang terdapat pada
batuan ini seragam
Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi
yang berukuran (< 2 mm) yang disebut ash. Material piroklastik ini keluar dari
gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh angin dan akan terendapkan di suatu
daerah.
Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun seluruhnya dari material
piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (100%) maka setelah
diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan tersebut termasuk
Tuff (Fisher, 1966).
Gambar 4.4.1 Klasifikasi Fisher, 1966
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi
yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material piroklastik
20
yaitu ash. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat diindikasikan
bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari ukuran materialnya
yang halus dan juga sortasinya yang baik, dapa diinterpretasikan bahwa tipe
aliran piroklastinya yaitu tipe jatuhan. Pada saat magma berada di permukaan
bumi, magma menghasilkan letupan-letupan gas, lalu pada saat itu magma juga
mengeluarkan material halus yang sangat cepat membeku di udara. Kemudian
karena adanya pengaruh tekanan dan lingkungan sekitar, material-material ash
tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami sementasi sehingga
bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies Medial yang dimana
pada daerah ini terdapatkan banyak litologi tuff
Gambar 4.4.2 Fasies Gunungapi
4.5 Batuan nomor peraga X 2
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna
abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras,
tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang
Zona Medial
21
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki
tekstur dengan ukuran butir (2 - 64 mm), derajat kebundarannya Rounded,
memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling bersentuhan.
Sortasinya buruk yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang terdapat pada
batuan ini tidak seragam
Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi
yang berukuran (2 - 64 mm) yang disebut lapilli, selain itu pada batuan ini
ditemukan juga material piroklastik berukuran ash (< 2 mm). Material
piroklastik ini keluar dari gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh aliran dan
terendapkan di suatu cekungan.
Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun dari material piroklastik
berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (35%), lapilli ( 2 64 mm) dengan
persentase (55%), dan juga mineral biotite dengan persentase (10%), maka
setelah diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan tersebut
termasuk Lapili Tuff (Fisher, 1966).
Gambar 4.5.1 Klasifikasi Fisher, 1966
22
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi
yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material piroklastik
yaitu ash dan lapili. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat
diindikasikan bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari
sortasinya yang buruk, dapat diinterpretasikan bahwa tipe aliran piroklastinya
yaitu tipe aliran. Karena pada tipe aliran material material yang berbeda
ukurannya terbawa bersama dan tidak ada pemilahan sehingga sortasinya
menjadi buruk dan acak-acakan. Kemudian pada suatu cekungan, material
material tersebut dan mengendap lalu karena adanya pengaruh tekanan,
material-material tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami
sementasi sehingga bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies
Medial yang dimana pada daerah ini terdapatkan banyak litologi lapilli tuff
Gambar 4.5.2 Fasies Gunungapi
Zona Proximal
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Batuan peraga nomor PR-10 memiliki warna abu-abu terang, struktur massif,
dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (< 2 mm), bentuk butir rounded, sortasi
baik, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan persentase
(100 %). Nama batuan ini adalah Tuff (Fisher, 1966)
Batuan peraga nomor 42-XX memiliki warna abu-abu terang, struktur massif,
dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (2 - 64 mm), bentuk butir rounded,
sortasi buruk, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan
persentase (40 %), Lapili dengan persentase (55 %), dan mineral hornblende
dengan persentase (5 %). Nama batuan ini adalah Lapili-Tuff (Fisher, 1966)
Batuan peraga nomor X memiliki warna biru, struktur massif, dan memiliki
tekstur gelasan. Memiliki komposisi berupa gelasan dengan persentase (100
%). Nama batuan ini adalah Obsidian (Thrope and Brown, 1985)
Batuan peraga nomor 108 memiliki warna coklat terang, struktur massif, dan
memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (< 2 mm), bentuk butir rounded, sortasi
baik, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan persentase
(100 %). Nama batuan ini adalah Tuff (Fisher, 1966)
Batuan peraga nomor 42-XX memiliki warna abu-abu terang, struktur massif,
dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (2 - 64 mm), bentuk butir rounded,
sortasi buruk, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan
persentase (35 %), Lapili dengan persentase (55 %), dan mineral biotite dengan
persentase (10 %). Nama batuan ini adalah Lapili-Tuff (Fisher, 1966)
24
5.2 Saran
Agar pada saat penyampaian materi presentasi tidak terlalu cepat dalam
penyampainnya
25