Upload
ibnu-darmawanto
View
69
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Prinsip Belajar Keterlibatab langsung
Citation preview
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun
individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk
berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun
perubahan, dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah
obyek atau subyek tertentu. Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan salah satu komponen
pokok dari kegiatan pembelajaran. Seperti sebuah sistem pada umumnya, bila ada salah
satu komponennya yang tidak berfungsi dengan baik maka keseluruhan kerja sistem pun
akan terganggu. Demikian juga pada kegiatan pembelajaran, bila dalam melakukan suatu
kegiatan pembelajaran prinsip-prinsip pembelajaran diabaikan maka sudah jelas
pembelajaran tersebut tidak akan maksimal hasilnya. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran
tersebut, yaitu perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Pada makalah
ini, kami hanya membahas mengenai prinsip belajar keterlibatan langsung/berpengalaman,
serta bagaimana pengaplikasiannya di dalam pelajaran Kimia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prinsip pembelajaran keterlibatan langsung/berpengalaman?
1.2.2 Bagaimana implikasi prinsip-prinsip belajar keterlibatan langsung/berpengalaman
bagi siswa dan guru?
1.2.3 Bagaimana penerapan prinsip belajar keterlibatan langsung/berpengalaman dalam
pembelajaran kimia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip pembelajaran keterlibatan
langsung/berpengalaman.
1.3.2 Mahasiswa mampu menjelaskan implikasi prinsip-prinsip belajar keterlibatan
langsung/berpengalaman bagi siswa dan guru
1.3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan penerapan prinsip belajar keterlibatan
langsung/berpengalaman dalam pembelajaran kimia.
1
BAB II
Pembahasan
2.1 Prinsip Pembelajaran Keterlibatan Langsung
Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung
melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun
kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan
fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif
dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai
dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan.
Pentingnya keterrlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey
yang menyebutkan “learning by doing” (belajar dengan berbuat). Menurutnya, belajar
dengan berbuat adalah merupakan cara yang lebih efektif. Dengan kata lain, dalam
mempelajari sesuatu itu tidak hanya mendengar dan membaca, melainkan harus aktif
membuat ringkasan, gambar maupun membuat adegan dengan benda-benda konkrit atau
sambil berpraktek. Belajar bukan hanya aktifitas mendengar dan melihat tetapi juga
aktifitas berbuat. Dengan berbuat maka akan lebih sempurna dalam menguasai apa yang
dipelajari.
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar dari pengalaman langsung. Maka peserta didik dapat mempelajari sendiri apa yang
dijelaskan pengajar dengan praktek/terlibat langsung dalam proses belajar sehingga peserta
didik akan memiliki pengalaman. Dan perlu diingat kembali Hal apapun yang dipelajari
siswa, maka ia harus mempelajari nya sendiri. Tidak ada seorang pun dapat melakukan
kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1972). Dengan keterlibatan secara langsung,
logisnya siswa akan memiliki pengalaman.
Berbicara tentang media dan pengalaman-pengalaman yang dibangunnya, kita dapat
berpedoman pada Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Cone of Experience). Pada gambar di
2
bawah ini juga diperlihatkan keterkaitan dengan konsep Bruner (enactive, iconic, and
symbolic learning).
"The cone of Experience" from Audio-Visual Methods in Teaching, 1st Edition, by Edgar
Dale, 1969.
Edgar Dale berkeyakinan bahwa symbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah
dipahami dan diserap manakala diberikan dalam bentuk pengalaman konkrit. Kerucut
pengalaman merupakan awal untuk memberikan alasan tentang kaitan teori belajar dengan
komunikasi audiovisual.
Pengalaman Langsung
Dasar dari pengalaman kerucut Dale ini adalah merupakan penggambaran realitas
secara langsung sebagai pengalaman yang kita temui pertama kalinya. Ibarat ini seperti
fondasi dari kerucut pengalaman ini, dimana dalam hal ini masih sangat konkrit.Dalam
tahap ini pembelajaran dilakukan dengan cara memegang, merasakan atau mencium secara
langsung materi pelajaran. Maksudnya seperti anak Taman Kanak-Kanak yang masih kecil
dalam melakukan praktik menyiram bunga. Disini anak belajar dengan memegang secara
langsung itu seperti apa, kemudian menyiramkannya kepada bunga.
Pengalaman Tiruan
3
Tingkat kedua dari kerucut ini sudah mulai mengurangi tingkat ke-konkritannya.
Dalam tahap ini si pebelajar tidak hanya belajar dengan memegang, mencium atau
merasakan tetapi sudah mulai aktif dalam berfikir. Contohnya seperti seorang pebelajar
yang diinstruksikan membuat bangunan atau gedung. Disini pebelajar tidak membuat
gedung sebenarnya melainkan gedung dalam artian suatu model atau miniature dari
gedung yang sebenarnya.
Hubungannya dengan Media Belajar
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran
kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang
masih mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Untuk memahami
peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale
melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut Pengalaman
Edgar Dale.
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media
apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut
pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa
pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami
sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu
dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan
pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman
yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya
hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa .
Dale berkeyakinan bahwa simbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah
dipahami dan diserap manakala diberikan dalam bentuk pengalaman yang kongkrit.
Kerucut Edgar Dale ini menyatukan teori pendidikan John Dewey dengan gagasan-gagasan
dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu. Kerucut pengalaman
merupakan upaya awal untuk memberikan alasan tentang kaitan teori belajar dengan
komunikasi audio visual (Dale, 1946).
Kegiatan pembelajaran di kelas-kelas sekolah, kampus, hingga pascasarjana amat
rentan dihinggapi kebosanan yang disertai wajah-wajah lesu mengantuk para pesertanya.
Tapi kalau diamati, pelatihan, seminar, workshop, dan yang lainnya terlihat begitu laris
4
manis disaat tema dan materi kegiatannya merupakan hal-hal baru dan praktis. Fenomena
tersebut memberikan sebuah makna bahwa bukan sekedar wawasan atau pengetahuan yang
dibutuhkan saat ini, tapi juga sejumlah hal yang dikenal dengan kata pengalaman langsung.
2.2 Implikasi Prinsip Belajar Keterlibatan langsung/berpengalaman
1. Implikasi Prinsip Belajar Keterlibatan langsung/berpengalaman bagi Siswa
Hal apa pun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak
ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987 : 32).
Pernyataan ini, secara mutlak menuntuk adanya keterlibatan langsung dari setiap siswa
dalam kegiatan belajar pembelajaran. Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar
tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.
Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh
pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi
prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan
lapangan bola-voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat
laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku
keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan
pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam
kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
2. Implikasi Prinsip Belajar Keterlibatan langsung/berpengalaman bagi Guru
Guru harus menyadari bahwa keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian, perlu diingat bahwa keterlibatan langsung
secara fisik tidak menjamin keaktifan belajar. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik,
mental emosional, dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan
karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip
keterlibatan langsung/ berpengalaman diantaranya adalah :
1) Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan
kelompok kecil.
2) Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengna demonstrasi.
3) Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.
5
4) Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik yang
dicontohkan.
5) Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar
sekolah.
6) Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran.
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru
adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran
yang mampu mengarahkan, membimbing, dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran
yang ditetapkan.
2.3 Penerapan Prinsip Belajar Keterlibatan Langsung/Berpengalaman dalam
Pembelajaran Kimia
Penerapan prinsip belajar keterlibatan langsung/berpengalaman dalam
pembelajaran kimia, contohnya pada materi asam dan basa, pada penentuan pH.
Pertama guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi tersebut,
kemudian agar siswa lebih paham, siswa dilibatkan langsung dalam praktik mengenai
larutan asam basa. Melalui praktik tersebut siswa diajak untuk terlibat langsung dalam
penentuan pH larutan asam atau basa. siswa dapat tahu secara langsung bagaimana pH
larutan asam atau basa jika diukur dengan kertas indikator pH.
Pada praktiknya, siswa dapat membuat sendiri larutan basa dengan membuat
larutan basa dari sabun dan untuk larutan asam siswa dapat menggunakan cuka makan.
Pada kedua larutan tersebut siswa dapat mengukur sendiri pH larutan dengan
menggunakan kertas indikator pH yang dicelupkan ke dalam larutan tersebut kemudian
menyesuaikannya dengan indikator yang telah ada. Dengan begitu siswa dapat mengetahui
secara langsung dan membuktikan kebenaran dari teori yang telah dijelaskan oleh guru,
mengenai larutan asam yang memiliki pH dibawah 7 dan larutan basa yang memiliki pH
di atas 7.
Dengan keterlibatan langsung siswa akan lebih paham terhadap materi yang
dijelaskan, bukan sekedar melihat atau hanya mendengarkan saja. Dengan terlibat langsung
siswa dapat membuktikan dan akan lebih paham terhadap kebenaran teori yang telah ada.
6
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung
melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung
jawab terhadap hasilnya.
2. Bentuk- bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip belajar
keterlibatan langsung/berpengalaman ini adalah siswa terdorong aktif untuk
mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran dan siswa dituntut untuk
aktif mengerjakan tugas-tugas.
3. Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Belajar harus dilakukan oleh
siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan
masalah (prolem solving).
4. Dengan keterlibatan langsung siswa akan lebih paham terhadap materi yang
dijelaskan, bukan sekedar melihat atau hanya mendengarkan saja. Dengan terlibat
langsung siswa dapat membuktikan dan akan lebih paham terhadap kebenaran teori
yang telah ada.
3.2 Saran
Guru harus mampu bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa. Dan
siswa dapat secara aktif, baik individual maupun kelompok dalam memecahkan masalah
(problem solving). Dengan adanya keterlibatan langsung siswa melalui pengalaman
langsung, diharapkan siswa dapat memahami dan mengingat lebih baik mengenai materi
yang diajarkan oleh guru.
7