Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
~TAKAAN ITBANG oekerjaan umum
BEBERAPA HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN BUTAS
.JANUARI 1578
r,e,.AR'rEMEN PEKER.JAAt4 UMUM DAN TENACA LISTRIK
DIREKTORAT JriNDiKA!. BINA MARGA
BEBERAPA HASlL PENELlTIAN PENGEMBA~GAN BUTAS
Oe . Pek rh!ln Umum & Tenaga Ustrik pUSLITBA NG
\T ~ p~R;->,_;STAKAA N
.JANUARI 1978
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DAN TENAGA LISTRIK
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PENELITIAN PENGEMBANGAN BUTAS.
1. P~AHULUAN.
2. SIFAT - SIFAT DASAR BUTAS.
2.1. Sifat kiroia fisik.
2.1.1. Penetrasi Butas. 2.1.2. Pela1~t bitumen. 2.1.3. Kadar pela.rut. 2. 1.4. Kelekatan butas. 2.1.5. Komposisi kimia butas. 2.1.6. Analisa mineral-mineral butas. 2.1.7. Kadar air.
2.1. Sif•t mekan!s. 2.2. J,. Penga..'UJ.1 visco-elastis. 2.2.·2. Penga.ruh pel~t.-(flux oil). 2.2.3. Pengaruh crushine strength.
· 2.2.4. Pengaruh butiran.
3. Jl~IS PRODUKTA. 3. 1. Berdasarkan kadar aspal.
3.2. Berdasarkan ukuran mineral 3.3. Berdasarkan jenis mineral. 3.4. Berdasarka.n uk:uran butir.
4. SIFAT - SIFAT C.AMPURAN.
4.1. Butas
4.2. Flux 011. 4.3. Agrega.te.
5o TEKNOLOGI PEMERIXSAAN CAMPURAN.
5.1. Laboratorium. 5.2. Lapangan.
Daftar lampiran :
1. Grafik hubunga.n an tara kadar bitumen butas dengan nilai penetrasi
( tanpa penambahan zat pelarut).
2. Grafik hubungan antara nilai penetrasi butas dengan waktu pembe -
banan (dengan •.· .u-iasi penambahan flux oil).
3. Hasil peneli tian penetrasi butas (Kadar bitumen butas 23 %) •
4. Qrafik hubungan an tara nilai penetrasi dengan bitumen butas ( de
ngan variasi penambaha.n CCL 4 ) •
5. Hasil percobaan crushing strength dari kubus butas.
6.a.Hasil pemeriksaan kadar bitumen butas dari beberapa lokasi.
b.Grafik gradasi mineral bu.tas.
7. Lampiran 7a - 7d.
Perhitungan penetapan spesifikasi gradasi aggregate B-16, B-20,
B-25, B-30 denga.n kadar aspal 7% (Spec. A).
8.a - b. Hasil perhitungan penetapan spesifikasi gradasi aggregate gabun~
an B-16, B-20, B-25, B-30 dengan kadar aspal 7 %.
9.a - b - c. Gra.fik penetapan spesifikasi gra.dasi aggregate untuk ga.bunga.n
B-20/B-25 ; B-20/B-25/B-20 ; B-16/B-20.
10. Lampiran 10 a - 10 d.
Perhitungan penetapan spesifikasi gradasi aggregate B-16, B-20,
B-25, B-30 dengan kadar aspal 7 96 (Spec. B).
11.a- b.
Hasil perhitungan penetapan spesifikasi gra.d.asi aggregate gab~
an B-16, · B-20, B-25, B-30 dengan kadar aspal 7 % {Spec. B) • .. 12.a - b - c.
Grafik penetapan spesifikasi gradasi aggregate untuk gabungan
B-20/B-25 ; B-20/B-25/B-30 ; B-16, B-20.
- ouo-
2.
1. PENDAHULUAN.
Butas sebagai salah satu bahan konstruksi jalan yang terdapat di
Indonesia mempunyai nilai teknis yang tinggi dan bernilai ekono
mis penting dalam program pembinaan jalan di Indonesia.
Sifat-sifat butas yang tidak seragam perlu diadakan usaha untuk
dapat memenuhi kebutuhan pembinaan jalan.
Disamping sifat tersebut diatas, diperlukan pemantapan produk
antara lain volume, waktu penyediaan, rnutu dan ketentuan-keten
tuan penggunaannya.
Pen~angkutan butas yang dilakukan selama ini, berupa butiran yang
bermacam-macam mulai dari bongkahan-bonekahan (butir besar) sam
pai dengan yang hal us menimbulkan kesukaran pada waktu pembonska
ran, karena butir-butir yang halus dan sedang bercampur menjadi
satu.
Ntutu butas ya:.3.Z ada sampai sekarang ternyata tidak tetap, teruta
ma kadar bitumennya yang berbeda-beda, menimbulkan kesukaran pada
pelaksanaan dilapangan, sehingga didalaro membuat campuran butas
yang memenuhi persyaratan memerlukan hutas, ageregat, flux oil
yang berbeda-beda.
3.
Jenis pelarut atau flux oil yang dipergunakan perlu penelitian-pe
neli tian lebih lanjut, karena mutunya masih belum memenuhi spesifi
kasi yang ada, sehingga stabili tas dari campuran butas masih belum
dapat tercapai dalam waktu yang singkat.
Menginga.t hal-hal tersebut diatas perlu diadakan identifikasi butas
dan bentuk-bentuk pengiriman untuk memudahkan penggunaan.
Penyempurnaan Manual yang ada, masih memerlukan penelitian-peneli
tian lebih lanjut untuk mendapatkan data-data campuran butas yang
lebih banyak.
2. SIFAT-SIFAT DASAR BUTAS ••••••••
4.
2. SIFAT-SIFAT BUTAS.
2.1. Sifat kimia fisik.
bifat kimia fisik menentukan peru:iudan ikatan antara batuan p~
da daerah suhu tertentu dan pada beban dinamis tertentu dengan
frekwensi lalu lintas tertentu pula.
Perujudan ikatan tersebut dipengaruhi ol~h sifa.t-sifat reologi-·
lekatan dan komposisi kimia.
2.1.1. Penetrasi bitumen butas.
Butas dengan penetrasi Bitumen tinggi lebih mudah mengi
si ruang-ruang kosong an tara batuan, dan mudah pada ba
tuan sedangkan butas dengan penetrasi bitumen lebih ren
dah lebih sulit mengalir. sehingga tidak dapat mengisi -
seluruh ruang-ruang kosong antara batuan.
Untuk menentukan penetrasi butas adalah sukar karena bi
tumen yang ada ' ercampur dengan mineral.
Untuk .~::>enentuan penetrasi butas dilakukan modifikasi -mo
difikasi yang antara lain sebagai berikut
a. Mengeluarkan (ekstraksi ) bitumen dari butas dan me
ngadakan penetrasi langsung terhadap bitumen tersebut.
Dari percobaan-percobaan penetrasi dengan ekstraksi -
memakai pelarut ccL4 , didapat angka penatrasi 3 - 6 •
Lihat lampi ran 1.
b. Melakukan penetrasi terhadap campuran butas + kapur -
dengan berbagai kadar flux oil dan bemanding terten
tu dengan kadar bitumen.
Nilai penetrasi menurun tambahnya waktu pembebanan.
Lihat lampiran 2.
4.
2. SIFAT-SIFAT BUT AS.
2.1. Sifat kimia fisik.
bifat kimia fisik menentukan peru:iudan ikatan antara batuan P!..
da daerah suhu tertentu dan pada beban dinamis tertentu dengan
frekwensi 1a1u 1intas tertentu pula.
Perujudan ikatan tersebut dipengaruhi oL~h sifat-sifat reologi-·
lekatan dan komposisi kimia.
2.1.1. Penetrasi bitumen butas.
Butas dengan penetrasi Bitumen tinggi lebih mudah mengi
si ruang-ruang kosong antara batuan, dan mudah pada ba
tuan sedangkan butas dengan penetrasi bitumen lebih ren
dah lebih sulit mengalir. sehingga tidak dapat mengisi -
seluruh ruang-ruang kosong antara batuan.
Untuk menentukan penetrasi butas adalah sukar karena bi
tumen yang ada '·ercampur dengan mineral.
Untuk .~:,~enentuan penetrasi butas dilakuk.an modifikasi -mo
difikasi yang antara lain sebagai berikut
a. Menge1uarkan (ekstraksi ) bitumen dari butas dan me
ngadakan penetrasi langsung terhadap bitumen tersebut.
Dari percdbaan-percobaan penetrasi dengan ekstraksi -
memakai pelarut CCL4 , didapat angka penatrasi 3 - 6 •
Lihat lampiran l.
b. Me1akukan penetrasi terhadap campuran butas + kapur -
dengan berbagai kadar flux oil dan berbanding terten
tu aengan kadar bitumen.
Nilai penetrasi menurun tambahnya waktu pembebanan.
Lihat 1ampiran 2.
c. Melakukan penetrasi terhadap bitumen butas sete
lah dicampur dengan flux oil sebanding denga.n bi
tumen tanpa kapur.
Nilai penetrasi butas tcrgantung dari kadar
flux oil • Lihat larnpira.n 3.
d. Melakukan penetrasi butas dengan kadar CCL 4 yang berbeda-beda.
Nilai penetrasi butas pada kadar pelarut terten
tu bergantung pada gradasi mineral dan dari pe -
netrasi bitumen butas sendiri •. Lihat lamp. 4.
2.1.2. Pelarut bitumen.
Pelarut dengan daya larut bitumen yang baik dapat
mengisi ruang-ruang kosong batu.a.n lebih balk, dari
pada pelarut yang daya larutnya kurang baik, dan mem
punyai viscosi tas yang sa.ma. Pelarut bitumen yang nru
dah menguap menghasilkan bitumen yang keras atau bi -
tumen dengan kohesi yang tinggi, sedangkan pelarut
bitumen yane sukar menguap meninggalkan bitumen de
ngan kohesi yang lebih rendah.
2.1.3. Kadar pelarut.
Kadar pelarut turut menentukan adhesi dan kohesi bi
tumen. Dengan kadar pelarut yang rendah kohesi bitu
men menjadi tinggi, seda.ngkan dengan kadar pelarut
yang tinggi menjadikan kohesi bitumen menjadi rendah
dan adhesi menjadi tinggi.
2.1.4. Kelekatan butas •••••••
2o1o4o Kelekatan butas.
Ikatan yang baik akan terjadi, bila terjadi ke
seimbangan antara kohesi dan adhesio
Sifat kohesi dari bahan dan sifat adhesi terha
dap bahan yang diikat sa.ngat penting dalam cam
puran butas.
Jadi yang ba.nyak berpengaruh kepada kedua jenis
sifat-sifat tersebut adalah jenis bahan pelarut
da.n kada.r pelaru tnya.
2.1.5o Komposisi kimia butaso
- Komposisi kimia mineral mempengaruhi kekeras
an dari mineral butas.
Butir-butir mineral butas dapat berfungsi se
bagai bahan pengisi (filler) atau sebagai a -
grega.te halus dalam campuran butas.
Zat-zat yang mempengaruhi kekerasan ini ada -
lah Fe2 o3, A 12 o3, Si o2 , dan zat-zat ter
sebut memberikan / menjadikan butir-butir mi
neral yang keras.
- :Makin tinggi kadar belerang Juakin rendah duc
tilit.y. Hasil penelitian U.G.M., contoh butas
d.ai'i Kabungka mengandtmg belerang 50 %. Pengaruh belerang bebas terhadap ductility
maaih dalam peneli tian.
- Ductili t.y bi tumJm menjadi lebih rend.ah karena
pemanasan akibat gesekan dengan roda.-roda ken
daraan.
- Kadar Si 02 beb14s atau dalam peraenyawaan akan
memberikan gambaran mengenai kekerasan mineral
butas.
2.1.6. Analisa •••••••
2.1.6.
· 2o1o7o .
Analisa mineral-mineral butas.
Mineral-mineral dalam butas terdiri dari ber-
maca.m-macam zat sebagai beriku.t • . ca co3 81,62 - 85,27 % Mg co3 1,98 - 2,25 % Ca so4 1,25 1,70 % CaS o, 17 0,33 % Air Hablur 1,30 - 2,16 % Si 02 6,95 - 8,25 % A 12 o3 + Fe2 o3 2,15 - 2,84 % Sis a 0,83 1,12 %
( data dari lit. Bu. ton Asphalt Batavia. 1931 ).
Ku:lar airo
Kadar air dalam butas tergantung dari curah hu-
jano
Kadar air teta.p atau kadar air kering yang .ter
kandung dalam butas adalah a.ntara. 1,3 % - 2 % terhadap berat mineral.
2.2. Sifa.t mekanis butas.
Buta.e mempunyai sifat-sifat mekanis yang ter~tung pa
ds., antara lain
2.2.1. Pengaruh visco elastis.
Pengaruh viaco elastis butas terja.di karena. pe
ngaruh panas dan beban lalu lintas.
1. Pengaruh panas
Butas yang keras seperti batu, akan menjadi
plastis bila mendapat penga.ruh panaa.
a. sa.mpai • •• 0
8.
a. 0
Sampai denga.n temperatur 30 C, bersifat
rapuh dan bisa dipukul pecah.
b. . 0 6 0 Antara temperatur 40 - 0 C, agak
plastis dan sukar dipukul pecah.
c. Diatas temperatur 60° plastis dan tidak
bisa dipukul pecah.
2. Pengaruh beban lalu lintas.
Eutas yang dipergunakan dalam konstruksi ja
lan berbentuk butir-butir pecahan dan debu,
sehingga akibat pema.data.n (Alat pemadat atau
be ban lalu lintas) akan mengi.si celah-celah
batuan dan mengadakan pelekatan satu dengan
yang lain.
2.2.2. Pengaruh pelarut ( Flux oil ) •
Butas yang keras seperti batu tetapi bersifat
pt ·eus, da.pat menyer. p cairan flux oil.
Butas yang menyerap flux oil akan menjadi lunak/
lembek.
2.2.3. Pengaruh crushing strength.
Butas dengan crushing strength yang tinggi akan
lebih sukar pecah dari pada butas dengan
crushing strength yang rendah.
Untuk pemeriksaan dibuat sebuah kubus dengan ru
suk-rusuk 2", kemu.dian di tekan sampai pecah.
Lihat lampiran 5.
2.2.4. Pengaruh butiran.
Untuk menyerap flux oil, butir butas yang besar
akan memerlukan waktu yang lebih lama. daripada
butir butas yang lebih kecil atau butir butas
hal us.
), JENIS PRODUKTA ••••••••••
9
3. JENIS PRODUKTA
Mineral dalam butas terdiri dari kapur yang diendapkan dari binatanq
binatang laut mengandung calcium, silikat, karbonat dan belerang se
bagai gugusan-gugusan yang terbanya~.
Sis tim penalri:>angan butas adalah dengan menggunakan bahan peledak, se
hingga diperoleh hasilnya dengan berbagai macam ukuran.
Atas dasar hala-hal tersebut diatas, produkta butas dapat dibagi da
lam beberapa jenis, antara lain :
- Berdasarkan kadar aspal
- Berdasarkan ukuran mineral
- Berdasarkan jenis mineral
- Berdasarkan ukuran butir
3.1. Berdasarkan kadar aspal.
Dari hasil inventarisasi butas yang ter~apat di beberapa tempat . timbunan hasil-hasil pemeriksaan laboratori~ adalah sebagai be
rikut
Kadar aspal : Berkisar antara 10 s/d 35 %
Lihat lampiran 6.
Dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut diatas, maka dida1am pen~
gunaan dilapangan, butas dibagi dalam beberapa klasifikasi diant
taranya
- Butas 16 memp. kadar as pal an tara 15 ' - 17 ' - Butas 20 memp. kadar aspa1 an tara 17,5 ' - 22,5 ' - Butas 25 memp. kadar as pal an tara 23 ' - 27 ' - Butas 30 memp. kadar aspal an tara 27,5 % - 32,5 ' - Butas 35 . , me~rp • kadar as pal an tara 33,0 ' - 37,0 %
9
3. JENIS PRODUKTA
Mineral dalam butas terdiri dari kapur yang diendapkan dari binatanq
binatang laut mengandung calcium, silikat, karbonat dan belerang se
bagai gugusan-gugusan yang terbanyak.
Sis tim pena.Irbangan butas adalah dengan menggunakan bahan pe1edak, se
hingga diperoleh hasilnya dengan berbagai macam ukuran.
Atas dasar hala-hal tersebut diatas, produkta butas dapat dibagi da
lam beberapa jenis, an tara lain :
- Berdasarkan kadar aspal
- Berdasarkan ukuran mineral
- Berdasarkan jenis mineral
- Berdasarkan ukuran butir
3.1. Berdasarkan kadar aspal.
Dari hasil inventarisasi butas yang ter~apat di beberapa tempat ' timbunan hasil-hasi1 pemeriksaan laboratori~ adalah sebagai be
rikut
Kadar aspal : Berkisar antara 10 s/d 35 %
Lihat 1ampiran 6.
Dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut diatas, maka dida1am pen~
gunaan dilapangan, butas dibagi dalam beberapa k1asifikasi diant
taranya
- Butas 16 memp. kadar as pal an tara 15 ' - 17 ' - Butas 20 memp. kadar aspa1 an tara 17,5 % - 22,5 %
- Butas 25 memp. kadar aspa1 an tara 23 ' - 27 ' - Butas 30 memp. kadar as pal an tara 27,5 ' - 32,5 ' - Butas 35 . , meup • kadar aspa1 an tara 33,0 ' - 37,0 %
•
3.2. Berdasarkan ukuran mineral.
Butas dibagi dalam 3 jenis, yaitu . .
10.
a. Rock Aspal biasa (Butas) yang mineralnya mengandung
debu mineral (lewat saringan No. 200), kapur, pasir
halus (antara saringan No. 8 - No. 200).
b. Sandy Asphalt Rock, yang mineralnya mengandung :
debu mineral, pasir halus dan pasir kasar.
c. Conglomerate Asphaltic Rock, yang mineralnya mengan
dung : debu mineral, pasir halus, pasir kasar dan
kerikil.
3.). Berdasarkan jenis mineral.
Butas dibagi dalam 2 jenis, yaitu
a. Mineral dari kapur globerine.
- Berb::-ntuk se~erti batu warna hitam.
- Pad.a ud8.:A:a dingin rapuh & mu.dah dipecah.
- Pada ud.ara panas aga.k pla.stis dan sukar pecah.
b. Mineral dari kapur mergel.
- Benda plastis berwarna hitam.
- Jenis ini merupakan yang terbesar di Pulau Buton
baP,ian utara.
Sifatnya plastis sukar ditambang.
3.4. Berdasarkan ukuran butir.
Secara ideal grad.asi atau ukura...11 butir butas adalah debu
atau lolos saringan No. 100. Tetapi didalam pelaksanaa.n
akan sulit kecuali hasil pabrik dan akan dipakai melalui
saringan 1 ewa t 5 mm.
4. SIFAT-SIFAT CAMPURAN •••••
11.
4. SIFAT - SIFAT CAMPURAN.
4.1. But as.
Banyaknya butas ( bitumen+ mineral ) turut menentukan sifat dar! oampuran.
Kadar bitumen pada oampu.ran dapa.t dihitung dru1 ditentukan berdasarkan peroobaan laboratorium, sedangkan kadar mineral pada campuran terga.ntung kepada kad.ar bitumen pad8, oampuran dan k~dar mineral jenis butas yang dipergunakan. Dari peroobaan-peroobaan laboratorium diperoleh kadar bitumen optimal adalah berkisar antara 6 % - 8 % da.ri berat total. Untuk menentukan jenis butas yang dapat dipergunakan pada konstruksi pengaspalan dengan butas adalah seb?~i berik~t
Dasar perhitungan
Kadar bitumen pada oarr""9uran ± 7 ,CO % berat.
1. Butas -10, kadar aspal 9 % - 11 %. Berat butas dalam oampuran = 7 % x 100 = 70 %. Kontrol 10
Kadar mineral dalam oampuran = 93 % x 70 = 65,1 % Butas -9, kadar aspal = 9 % x 70 = 6,30 % Butas-11, kadar aspal =11% x 70 = 7 '70 %
2. Butas _.13, . ................. .
12o
2. Butas -13, kadar aspal 11,5 ~ - 14,5 ~. :Berat butas dalam campuran = 7 ~ x .19Q = 53,85 %. Kontrol 1 13
Kadar mineral dal.am campuran = 87 ~ x 53,85 = 46,85 ~. Butas -11,5, kadar aspal dalam campuran =
11,5% X 53,85 =6,19% :Buta.a-141 5, ka.dar aspal dalam campuran =
14,5 ~X 53,85 =7,81%
3. :Butas -16, kada.r aspal 15 9b - 17 %. · :Berat butaa dalam campuran = 7 % x 100 = 43,75 %
T6 Kontrol 1
Kadar mineral dalam campuran = 84 % x 43,75 = 36,15 % Butas -15, kad.ar aspa.l dalam campuran =
15% X 43,75 = 6,56% Butas -17, kadar a.spal dalam campuran =
17% X 43,75 = 7,44%
4o :Butas -20, kadar a.spal 17, 50 % - 22, 50 % Berat buta.a dalam ca.mp6ran = 1 % x .!QQ. = 35 % Kontrol 1
10
Kadar mineral dalam campuran = 80 % x 35 • 28 % Butas -17 15, kadar aspal d~am oampuran =
17,5" X 35 = 6,125 ~ :Butaa -22,5, kad.ar aapal. da.lam campuran =
22,5% X 35 = 7,88%
5o :Butas -25 1 kad.ar aspal 23 % - 27 % :Berat butas· dalam campuran = 7 % x 100 • 28 " Kontrol 1 25
Kadar mineral dalam campuran = 75 % x 28 % • 21,0 % :Butas -23, kadar aspal dalam campuran
= 23 % X 28 • 6144 ~ Butaa -27, ka.dar aapal. dalam campuran a
• ?1 ~X 28 • 7,56%
6. :Butaa -30 ••••o•
13.
6. Butas -30, kadar aspal 27,5%- 32,5% Berat butas dalam campuxan = 7 % x .1QQ. = 23,33 % Kontrol a 30
Berat mineral dalam campuran = 70 % x 23,33 = 16,33 % Butas -27 ,5, kada.r aspal dalam campuxan =
27,5% X 23,33 = 6,41% Butas -32,5, kadar aspal dalam campuxa.n =
32,5% X 23,33 = 7,58%
7. Butas -35, kadar aspal 33 % - 37 % Berat butas dalam oampuxan = 1 % x 1QQ. = 20 % Kontrol 1
35
Berat mineral dalam campuran = 65 % x 20 % = 13 % Butas -33, kadar aspal dalam campuran =
33 % X 20 = 6 t 6 % Butas -W, kada.r aspal daJ.am campuxan =
37% X 20 = 7,4 %.
Dari hasil perhitungan diatas dengan kad.ar aspal pada c~
puxan 7 % berat, ternyata Butas -10 dan Butas -13 memberi
kan kadar mineral (filler) pada oampuxan lebih besar dari
40 % dan hal ini akan menyebabkan konstruksi menjadi tidak
stabil {nilai flow besar). Oleh karena hal tersebut maka
:Bu.tas -10 dan Butas -13 tidak dapat dipergunakan dalarn kons
truksi pengaspalan dengan butas. (lihat lamp. 8a dan 8 b).
4o2o Flux Oil.
Perbandingan bahan dalam oampuran butas menurut prosentase
berat total campuran. Ha.sil percoba.an la.boratorium kada.r
flux Oil optimal ada.lah 30 % dari kad.ar aspaJ. dalam cam -
puran a. tau berkisar antara 1,8 % Sa.JI!Pai 2,4 ~ d.ari berat
total campuran.
4.3. Agregate •••••
4.3. Aggregate.
Untuk menentukan toleransi gradasi agregat dalam c~
puran terlebih dahulu harus diperhatikan :
Spesifikasi gradasi campuran yang diikuti.
- Gradasi mineral butas yang telah ditentukan. - Kadar bitumen dalam butas.
- Kadar bitumen dalam campuran.
Spesifikasi gra.d.asi campuran diuraikan kembal:f. menurut g.radasi mineral Butas dan toleransi g.radasi agre
ga.t yflllg dicari
Jadi untuk satu macam spesifikasi gradasi campuran a
kan diperoleh toleransi gradasi agregat sebagai beri
kut
Kelas bui;as Kadar bitumen dalam camp. 7 %
Spesifikasi A Spesifikasi B
B -16 lamp iran 7 a lamp iran 11
B -20 lamp iran 7 b lamp iran 11
B -25 lamp iran 7 c lamp iran 11
B -30 lampiran 7 d lamp iran 11
4.4. Perbandingan ••••••••••••••
15.
4.4. Perbandingan Butas terhadap aggregate \mtuk menda
patkan kadar aspal 7 %.
No.:
1. 2.
3.
4. 5.
Kadar aspal terhadap berat 6 % sampai 8 %, (rata
rata 7 %). Kadar flux oil terhadap berat kadar aspal = 30%
Klasifikasi Butas: Butas(%) Agre- Flux Oil(%): gate(%)
Butas -16 43,75 56,25 1,8- 2,4
Butas -20 35,00 65,00 1,8- 2,4
Butas -25 28,00 72,00 1,8- 2,4
Butas -30 23,33 76,67 1,8- 2,4
Butas -35 20,00 80,00 1,8- 2,4
5. TEKNOLOGI PEMERIKSAAN CAMPURAN •••
5. TFXNOLOGI P~;RIKSAAN CAMPURAN.
5.1. Laboratorium.
Pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan
daiam pelaksanaan konstruksi perkerasan dengan butas ada
lab sebagai berikut
a. I emeriksaan kadar bitumen dalam butas dan gradasi mi
neral butas. Untuk mengetahui kadar bitumen dalam
butas dila.kukan percobaan ekstraksi dan dll::mjutka.n
pemeriksaan gradasi mineral.
Kadar bitumen in1 gunanya "lmt-nk menentukan banyak butas
dal::tm campuran sesuai kadar bi tu:1en dalam campuran yang
di tentukan.
b. ~·emeriksa.an a.nalisa saringan dari agregat.
16.
Hasil g.r•.dasi dari ag-regat kemu.dia.n digabung dengan gra
dasi m::.neral butas d:Jngan perbandingan sesuai kadar bi tu
men dn.lam campuran. Gradasi mineral agregat sendiri di ten
tukan berdasar gradasi mineral pade, umumnya.
Hasil-hasil gabungan diperiksa apakah masuk dalam spesi
fikasi gradasi campuran atau tidak.
Dari hasil-hasil gabungan yang memenuhi persyaratan spe
sifikasi gradasi dilakukan pemeriksaan-pemeriksaa.n lebih
lanjut.
c. Pemeriksaan density, stabilitas dan flow.
Campuran-campuran agregat, butas dan flux oil setelah di
peram &'dipadatkan dengan suatu daya pemadatan terte'ntu.
pada cetakan-cetakan untuk percobaan Marshall.
Kemudian dilakukan pemeriksaan density, stabili tas dan flov
Dari hasil •••••••••• 6 ••••••••••••
Dari hasil pemeriksaan stabjlitas dan flow digambar
grafik-grafik antara kadar bitumen dalam campuran
terhadap stabili tas dan antara kadar bitumen dalam
campuran terhadap flow.
Kemudian ditentukan kadar bitumen dalam campuran
yang optimum dan dihitung kembali perbandingan berat
dan agregat ya:ng dipergunakan.
5.2. Lapangan.
Methoda pemeriksaan lapangan dibagi dua :
1. Setelah peng~ilasan selesai, dilakukan pemeriksaan
densj_ ty denga.n s<md cone.
2. Setelah konstruksi stabil pemeriksaan density dapat
dilakuka l pengambUan contc·h dengan core drill yang
selanjutnya diperiksa density, stability dan flow.
Apabila yang diperlukan hanya pemeriksaan density ,
maka pengambilan contoh dilakukan dengan tegel.
- eyr-
11.
-Ill ~ a:: 1-
1&.1 z 1&.1 Q.
10
8
6
Grafik hubungun ant~ra kadar bitumen butas dengan penetrasi
( Tanpa penambahan CCL4 )
.-------------~-
-------.--~~--------- - --,
15 11 20 23 25 27 JO
------------KADAR BITUMEN BUTAS
I<eteranqan Pengambilan bitumen butas denqan destilasi uap
Lampuan l.
34 35
c/)
~ a: ... &&.1 z 11.1 a.
30
20
10
Grafik hubungan antara penetrasi butas dan waktu pembebanan
( dengan variasi penambahan flux oil )
------ --23' kadar bitumen+ 6, 7 gr flux oil ------ 23\ kadar bi t\Dilen + 811 gr 11
------27\ +6,7gr "
-----15\ + 6, 7 gr II
----- 23•1.: 6. 7gr gt --------.o.... -- ---- ------o-----------~
o+------------------~---------------------+------------------~--1 2 3
HA R I (wak1u prmbebanan) ----------
Buta.s Wak.tu pe-No. flux ~adukan
' (Jnenit)
l 12 10
2 14 10
3
4
5 15 9
6
7
8 16 9
9
IC!SIMPULAN t
Waktu pembebaa_ Berat ~: . .'::::as..,_; H21.RGA P.t:NETRAS:I (DETIK}
WJ- ~~~zf&,\ ---~c.rum k"·-·: 1 (300 arl aft iHPa!i <gr> (d.etiX) M ~ ~ 2 3 4 5
90 - 160 5 X X X X X 0,8
300 36 X X X X 0,5
480 5 31 X X X X 0,5
600 5 30 X X X X 0,5
140 5 X
600 5 25 X X X X 1
900 5 23 32 X X X 0,6
90- 300 5 X X
600 5 18 39 30 X X 1 542
l. Penetrasi tidak hanya te%:gaatung pada - butas flux
2. Persentase butas UWt dar! 12 - 16\ harqa penetrasi mak1n keci1
3. Makin lama w~tu pembebanan, mak1n kec11 harga penetrasi
---r padat.
' T vol BJI contoh ~ntoh oor.to!1 gr/cc {Dill) (11111) (II'IU)
·-
100 37,5 244,5 1,84
1/)
c(
a: 1-
L&J z lt.l Q.
Lampiran 4. ·
Grafik hubungan antara penetrasi dengan kadar bitumen butas
( dengan varinsi penambahan CCL 4 ) f
tOO
I ·g tl
(;
r
so -
20\ CCL4 -30\ CCL4
40\ CCL4
-- ~1\ CCL4
oL-------~--~------~~----~-----------+---------t·--10 1 s 11 23 27 34.3 40
KADAR BIT BUTAS
Lampiran 5.
Hasi1 Percobaan
Crushing Strength dari Kubus Butas
Code B.J.Kubus butas c.s gr/cc ton/cm2
A 1,6667 2,4
B 1,9130 1,925
I2 1,5185 1,35
I3 1,4306 2,90
III3 2,1528 7,45
III4 2,1852 6,40
I lis 1,7639 1,70
III3 1,5046 1,3
III4 1,4213 1,:1o
12 2,0185 3,70
I3 1,9352 2,30
II1 1,5926 2,40
II2 1,8611 3,40
II3 1,6389 2,70
v2 1,6296 1,60
III 1,4537 1,30
Lampiran 6.
Hasi l pemeriksaan Butas dari beberapa lokasi
1
Lokasi penimbWlan kadar (\) kadar No. butas bitumen mineral air Wama
" Karangampel 9,65 .Lo 90,68 - -
2. Srengsem A 18,72 81,28 - -
3. Srengsem B 23,90 21,90 - -4. Benoa 26,12 73,88 3 % co!dat
s. Cianjur 28 71 - -6. P.U. Jabar 34,30 65,70 i - -
! !
·------- -··-----~
1"
-i" 3/8"
# 4
-#a
=IF 30
#50
=#200
B16
Ldmpira:-1 '"'·
Perhitungan Penetapan Spesifikasi Agregat untuk Butas B 16
( Spec. A )
Spec A:. I ~neral Butas
-85
56
38
27
13
9
4
I
'" Pcoa Ret
100
- 100
------
78
60 100 0 0
47 96 4 1 '6
28 66 30 12,0
20 47 19 7,6
8 18 29 11,6
18 7,2
40 ~
% :Beret butas • 100 x 7 % 1b
% Mineral Butaa • 84 x 43,72 100
Un tuk cam pur an 100 kg.
Ret
0
15 - 0
29 - 22
18 - 18
11 - 13
14 - 19
4 - 8
5 - 12
4 - 8
- 43,75 % - 36,75%
Ret
15.- 0
29 - 22
16 - 18
0 - 11,4 -2,0
0 - 7,0 -11,4
0 - 0,4 - 3,6
0 - 0,4 - 6,6
0 - o,a - 3,2
60%
% Mineral Butas terhadap campuran • 36,75 93
X 100% • 39,5 %•
-Agregat
Pass Spec.
60 - 60 100
45- 60 75 - 100
16 - .38 27 - 63
0 - 20 0 - 33
0 - 9 0 - 15
0 - 2 0 - 3
0 - 1, 6 0 - 2
0 - 1,2 0 - 1
.
.
.La.mp~ran 10.
Perhitun~~ Penetapan Spesifikasi agregat untuk Butas B 20.
}4iu"'!ral Butas Untuk caaip. --~g:regat. -~r .. s _. I SJ:>OCo A <' I ---y-· 'tOO kg ,_ -~ r---·~ ·~~~:
...,_ ___ .. ~- •Pa~s L~: w !!at. . . __ :"'• --1--~:~--j-: -1" 1oo , o 10 - ·to 1 wo ·i" as· - 100 ~s - o . u - o 55 - 10 j 79 - 100
3/~" . 56.- 76 29 - 22 29 - 22 26 - 48 . 31 - 69 IF 4 ~a - 6' 100 o o 18 - ~a 1~ - 18 a - 30 11 - 43
,.
~ a 27 - 47 96 4 1,2 11 - •3 s,o- 11 ,a o .. 10,2 o - 26 • #30 13 - ~e 66 30 9,0 14- 19 o- 10 o- a,2 o- 12
-1 ,a #50 9 - 20 47 19 5,7 4 - a o - 2,3 o - 5,9 o ... s
I -1,1
.# 200 4 - a 1a 29 a, 1 5 - 12 • o - 3, 3 o - 2, 6 o - 4 -3;1
< # 200 18 5, 4 4 - 8 0 - 2' 6 1 -1,4 ~------+-----11----1----+---+--- ----+-------+-------+--------
B20 % Bernt butas • 35 % Untuk 7% Bit. Camp.
30 % 70 % j
80 X 35 100 • 28 ~ (Mineral Butas) - Terhadap camp. ~; X 100% • 30,1%
1"
..Q.u 4
'!J/8"
# 4
# 8
# 30
#50
' # 200-' '
k#200
B25
Lampiran 7c.
Perhitungan Penetapan Spe8ifikasi Agregat untuk Butas B 25.
Mineral Butas Spec. A %
Pass
100
85 - 100
56 - 78
38 - 60 100
27 - 47 96
13 - 28 66
9 "' 20 47
4 - 8 18
% Berst Butas • 28 % Untuk 7% Bit. Camp.
Ret
0
4
30
19
29
18
0
0,9
6,9
4,4
6,7
4 t 1
23 %
75 X 28 93
Untuk ea.mp. .Agregat I 100 kg.
---1
Ret Ret Pasf."ing Spec !
0 77 - 77 100 -
15 - 0 15 - I) 62 - 77 rit. ~. 100 .-
29 ... 22 2Q - ~,2 33 - 55 4'!> - 71
18 ,. 1~ 18 - 18 15 - 37 I 1~ - 48 !
11 - 13 10,1- 12,1 5 - 25 ,.
32 0 -
14 - 19 4,9- 12,1 0- 13 0- 17
1.~ ·~ 8 0 - ;,6 0 - 9 0 - 11 -0,4
5 . 12 0 - 5,3 0 - 4 0 .. 5 -1 '1
·~ - 8 0 - 3,9 -0,1
77 % I
X 100% • 22,58 % (l:.1ineral Butas) terhadap camp.
1"
_;:_n 4
3/8 11
# 4
# 8
# 30 I I 50
i :
#2CO
':il < ., ?()C
I r I
B;o
Perhitungan Penetapan Spesifikaei Agregat untuk Butas B 30.
Mineral .Butas untuk: ~amp. Agregat Spec. A -~
!Pass
100
&s - 100
56 - 78 ' 38 - 60 100
27 - 47 96
13 - 28 66
9 - 20 47
4 - 8 18
-
,. :Butas
% Mineral Butaa
100 kg
Ret Ret
0 -··-
I 15 - 0
2~-: ... 22
0 0 18 - 18,0
4 0,7 11 - 13
~() 5,3 1-~- - 19 ~ -
19 3,3 1 8
29 5' 1 ~ - 12
18 z " ' - 8 ) ,.' t L.. ;
-
-~··
I 17,56 --
00 3-.: ,-/ - L X 1 ~~ - 2 3, ~ 'j'o 30 • 70 X 23,33 • 16,33 %
100
--Ret
0
15 - 0
.29#0- 2~,0
18,0 - 18,0
10,3 - ~2,3
8,7 - 13,7
0,7 .. 4,7
0 • 6, 9 -0,1
----C,8 - 4,8
82,114
% Mineral terhadep cempuran • 1§r33 X 100% • 17,56%
rassi."'f~
'12t4 - 82,4
8714 - 62 7 4
38,4 - ?2,0
20,4 - 42,4
10,1 - 30,1
1,4- 16,.4
0,7 v 11,7
0 - 4,8
0,7
-
I
I Spec.
--100
I 8? ., 100
47 - 75
25 - 51
'12 - 37 ,,
20 c. -
1 - 14
(' - 6
i
1 I -
Lampiran. ea.
Hasil PeJ:·hitungan Penetrasi Spesifikasi untuk Butas B 16, B 20, B 25, dan B 30.
A~cgot untul 7 % kadar aspal. Lvloe
Sarin can ~- r-~;p:~: ;--T_ n,G . I - ~20 __ l ~B25 - _j__ B30 1
1" f 100 I 1no I 10J
. .., " "t
3/B• #4 7~ 8
/=30
#50
#200
i l 85 - 100
56 - 78
38- 60
27 - 47
13 - 28
9 - ~J
4 - 8
75 - 100
27 - 63
0 - 33
0 - 15
0 - 3
0 - 2
0 - 1
79 - 100
37 - 69
11 - 43
0 - 26
0 - 12
0 - 8
0 - 4
100
81 - 100
43 - 71
19 - 48
6 - 32
0 - 17
0 - 11
0 - 5
100
82 - 100 I
47 - 13 I
25 - 51
12 - .31
2 - 20
1 - 14
0 - 6
.
Lampiran 8b.
Hasil Perhitungan Penetapan Spesifikasi untuk Butas gabungan.
Aggregate untuk 7 % kadar aspal
Spec. A B16 320 R25 B30 B2c/B25 B20/ '!:! 25/.830 B1dB20
-- ~- 1CO-.,
1" 100 100 100 \ 100 100 100 100 I - J ~"
.. -· 1 f!l - 100 I 4t cs - 100 75 - 100 79 - 100 81 - 100 82 - 100 82 - 100 79 - 150 I
3/8 11 56 ~- 78 27 - 63 37 - 69 43 - 71 47 - 13 t-3 - 69 4'7 - 69 37 - 63
1¢4 38 - 60 0- 33 11 - 43 19 - 48 25 .. )1 19 - 43 25 - 43 11 - 33
#a 27 - 47 0 - "!5 0 - 26 6 - 32 12 - 31 6- 26 12 - 26 0 - 15 . # 30 13 - 28 0 - 3 0 - 12 'v • 17 2 - 20 0 - 12 2 - 12 0 - -
., 50 9 - 20 0 - 2 0 - 8 0 - 11 1 - 14 0 - 8 1 - 8 0 - 2
#200 i
4 - 8 0 - 1 0 - 4 0 - 5 0 - 6 0 - 4 0 - 4 0- J ..
- -
JUMLAH PROSEN LOLOS ( !t. )
~ ...... !:-' <
No
No
., .. w
2~"
2"
!;a,"
1"
\"
~ .. \''
3
4
~- No 8
· '" NolO Nol2
Nol6
No20
No30
No40
l'Jo50
NoBO
(\)
_,
~
0 -:1'1
0 co
-+--+-. -+· - -r- -c· --- --· -1-- -- ---- l --. t- ---T- - -·-
, - - -·~·- -~· -
1---+----t~ - I + -- -+ I
I -- --- ···t
NolOO 1--+---+---+
No200 ~-~---
0 0 r-1
0 <V)
Lampiran 9a.
0 N
0 ...... 0
l,t.O
l, 1 q
. 0,84 l
f-1 ~ '-' ~ ~ tt:; H f-1
~
~ H ,_,
~· j.lf
:.::: H
~ 0
I
2a,"
2"
1~"
1"
\"
~"
j$ n
No 3
No 4
No 8
NolO Nol2
Nol6
No20
No?O
No40
No 50
No80
0 CJ'I
No100 1---+-+---+
No200
..
I I -t-
1 I I •
• I
0 co
JUMLAH PROSEN LOLOS ( % )
0 r--
. --f----
1 ' N0270 ~--+--f---1__,~~~
0 0 ,...;
Lampiran 9b
0 0 •-I
:::, 3o
:2, Ol1
1,60
1, J 9
0,84
0,59
0,4:2
I .<a+-.l!~ll.l. ,) 1 ~'. 7 ~) ;
I o, 177 I
U,l·J91 I
"("• .
~ ot. 0 rf"fM <QQ)~
I I i : . I I : . I I • i i
I ..
3"
l"
\-"
No20
No30
No40
No 50
No80
0 0'1
JUMLAH .'' 'lOSEN LOLOS ( \ )
0 0 co :-- 0
I") -' N
·... . Lampiran 9c.
0
Perhitungan Penetapan Spestfikasi Agn~:r=,t u..'"ltuk B11tas B 16 ( Spec B ) •
~~ ....... - --. .. _.-: ... .~~:n ,
l Mineral Butas .Agregat Spec •.. P:
" " Pass. Ret. Ret Ret Passing Pass. ·~~--.:.:-.:; -~~ .. ·4<>"'""·-·· .. - T.r--..arc.c:--....Yr." ..
I
I
i" 100 0 0 60 - 60 100 i
I
I -;je•• 74 - 92 26 C' 8 26,0 - a,o 34 - 52 57 .. 87
4 48 - 70 100 0 0 26 .. 22 26,0 - 22,0 8 - 30 13 ., 50 '
8 33 - 53 96 4 1,6 15 .. 17 8,0 - 15,4 0 - 14,6 0- 24
30 15 - 30 66 30 12,0 18 - 23 0 - 11,0 0- 3,6 0 - 6 -5,4
50 10 - 20 47 19 7,6 5 - 10 0 - 158 0- 1,8 0 - 3 -2,6
200 4- 9 18 29 11,6 6- 11 0 ~· (' 0 - 1,8 0 - 3 ~ -0,6 ~~;;:; v
_...~-"C-----
200 18 7,2 4 - 9 -9,2 - 1,8
40" 60,&
B16 100 f" " Butas • 1b x % • 43,75 ~
~Mineral BUtas • 84 x 43,75 • 36,75 ~. 100
" Jlineral Butas terhadap campur.:.r.. • _,6,75 y, X 100" ., 39,5 " 40"
La.mp.i.xan lOb.
Perhitur.gan p,,::.2·~c_.~)w1 Sp(.Osifikasi Agrec;:r".-c untuk Butas B 2C (Spec B) -~-- -
:Mi:t.o?:~:·e.l Bn tas .Agregat Spoc. Ji ---T
Passing ~r -P: •• ing ~ ' %
Pe.os Ret Ret R.;;t
-- ..,. __ _.....:.,.~· -'--·.JI---- -~ :1--"""21.~~
i" 100 0 0 70 100
3/GH 74 c 92 26- .8 26 - e 41 - 62 63 - 88
4 48 ... 70 100 0 0 26 - 22 26 - 22 18 "" 40. 26 - 57 >
8 33 - 53 96 4 1,2 15 - 17 13,8- 15,8 4,2- 24,.2 6 - 35
30 15 - 30 66 30 9,0 18 - 23 4,2- 14 0 .. 10,2 0 - 15
50 10 - 20 47 19 5,.1 5 - 10 0 - 4,3 0 - 5,9 0 - 8 -0,7
200 4- 9 18 29 8,7 6 --1-1 0 - 2,3 0- 3,6 0 - 5 ~ -2,7 '
~
200 18 5.4 4- - .9 0 - 3s6 -1,4
30 " 70% ~
B20 ~ Butas - ~ ;x 7 % - 35,0 % 7b )(ineral Butas • 80 x 35 ,O • 26,0 %
100 % J4ineral Butas terhadap campuran • 28,0 x 100% • 30, f ~.
93
.u~"'.!:'~ran .l.U c.
Perhitungan Penetapan Spesifikasi Agreg~t untuk Butas B 25.
Mineral :Sutas Agregat Spec. B % " Pass Ret Ret Ret Passing
... .ittt 100 0 77 100 ..
3/8" 74 - 92 26 - 8 26 - 8 51 - 69 86 - 90
4 48 - 70 100 0 0 26 - 22 26 - 22 25 - 47 32 - 61
8 33 - 53 96 I 4 0,9 15 - 17 14,1- 16,1 10,9- ;0,9 14 - 40
30 15 - 30 66 30 6,9 18 - 23 10,9- 16,1 0 - 14,8 0 .. 19
50 10 - 20 47 19 4,4 5 - 10 0 - 5,6 0 - 9,2 0 - 12 .. o,2
6 I 200 4 - 9 18 29 6,7 6 .. 11 0 .. 4,4 0 - 4,8 0 --018
...
. 20C 18 4,1 4 - 9 0 - 4,9 -0,1
.~. --23% 77 '/o .· -
B25 " Butas • 100 x7% • 28,0 "· 4 % :Mineral Butas • 1,2 X 28 • 21,0 "· 100 ~
% J.U,neral BUtas Terbadap ca.mpuran • 21 10 - X 100 % • 22,6. ~~ 23,0 93
i·" ;jsn
4
a
30
50
200
200
• B30
Perhitungan Penetapan Spesifikasi Agregat untuk Butas B 30. sc .:wcm:: wr •
Spe;). B " Pass
100
74 - 92 I
48 - 70 100
33 - 53 96
15 - 30 66
20 - 10 47
4- 9 18
"
I
'fo Butas
% :Mineral Bu"iias
Mineral Butas
.
" I. Ret
0 0
4 0,1
30 5,3
19 3,3
29 5,1
18 3,2
17,5'fo
• J.i>.9_ X 7 ~ 30
• 70 X 23aJ 100
. IJ
Ret Ret
0 0
26 ... 8 26- 8
26- 22 26 -·22
15 - 17 14,8- Hi,}
18 - 23 12,7 - 17,7
5 - 10 21,7 - 6,7
6 - 11. 0,9 - 5,9
4- 9 0,8 - 5,8
"
- 23,3 %· • 16,3 "
"Mineral Butaa t3rhadap campuran • 16,3 x 100% • 17,5 "• 93
Lampiran lOd.
,Agregat
Passing
82,5 100
56- 74 68 - 90
30 - 66 31 - 64
16- 50 19 - 44
3,1- 32 4 - 22
1,5- 26 I ~ .-..- :L·· ~ i
0,7 -17 L 1 - 7: I I
Lampil.·a.'1 ll.a
Hasil Perhitungan Penetapan Spesifikasi Gradasi Agreg-at un·cuk 3utas B 16, B 20, B 25, dan B 30
Loloa saringan Spec. ll Agreg~t untuk 7 % kadar aapal -
B16 B20 B25
-ill 100 100 100 100
3/8" 74 - 92 57 - 87 63 - 88 66 - 90
4 48 ... 10 13 ... 50 26 - 57 32 - 61
8 33 - 53 0 - 24 6 - 35 14 - 40
30 15 - 30 0 - 6 0 - i5 0 - 1?
50 10 - 20 0 - 3 0- 8 0 - 12
200 4 - 9 0 - ' 0 - 6 0 - 6
,_, .·--~~~ - ~
Spe.3ifU:nsi Aggregate
un~ ); jenis 01.1tas pada kaaa:r aspal 7 %.
B30
100
68 - 90
37 _,64 •.
19 - 44'
4 - 22.
2 -:14"1
~-_:__
Lamp iran llb.
Hasi1 Perhitungan Penetapan Spesifikasi Gradas{Agregat untuk Butas
Agregat untuk 7 % Bitumen Lewat su:ingan Spec.B. B 16 B 20 B 25 B30 B 20/B 25 B20/B25/B30 B16/B20
3/4" 100 100 100 100 100 100 ~00 100
3/8" 74 - 92 57 - 87 63 - 88 66 - 90 68 - 90 66 - 88 68 - 88 63 - 87
* 4 48 - 70 13 - 50 26 - 57 32 - 61 37 - 64 32 - 57 37 - 57 26 - so
# 8 33 - 53 0 - 24 6 - 35 14 - 40 19 - 44 14 - 35 19 - 35 6 - 24
* 30 15 - 30 . 0- 6 0 - 15 0 - 19 4 - 22 0 - 15 4 - 15 0 - 6
# so 10 - 20 0 - 3 0 - 8 0 - 12 2 - 14 0 - 8 2 - 8 0 - 3
# 200 4 - 9 0 - 3 0 - 6 0 - 6 1 - 7 0 - 6 1 - 6 0 - 3
OtREKTORAT J£NDE:RAL BINA MARGA Dl."lKTORAT PENYELIOIKAN MASAl.AH TANAH DAN J/~LAN
Lampiran 12a.
. ........•.... , ........................... . Not.,or •..•••••.•••••• , .•••••. ••·•••• •••.•••..••.• " ··t •.•••••••..•••.•
ORAFtK PEMB.~t;tAN RUTtR 8N•·\\~~ Mtr\'EAAL
r
• .. ,. • •
'ii ,, . • I :t
! i : ~ 1'' '
0
L ·~·· •..
(SBM ........................................ )
10 Jumteh tut&han (~I
....;....--:B20
----B25 --'
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARG,O. DI,IIIEICTOAAT PENVELIOII<AN MA.IALAH TANAH DAN JALAN
...................................... '. ~- ........................... '
.......... , ......................................... , ............ ····· Ollu:·•J•It<~n
OlpwlkM
Lampiran 12b
(S'~ ' .............................................. )
H~O -81')
·~~ j'"" PI~ -~~0 '" 1 •. j
tt,m I '" I I . 1- 2" 10.8
l I 1-. 1H'!J •. 1 I . i
I ~t I I I ~ IJ I c , .. 2&..t
. • 51". _j I "·' ~ ~~~ I I I l ~ ,... v /~ ~2.7
e~t- v~~ I .. ~'~~~~~ • ~ ·- - 1.12 • ~ ~~ r; ~ ~ ;::;: .. ~ ~ ~ ~ r--.
t--.. • 1- 3 ~ ~ ....... <UI • ::J ~ ~ ~ ~ ~ ~ r-...... r--.. II "' ~ ~ ...... r-...... c ~ .. ~ t:-:::::
"'" r-.. • z 1-.t
r~~ ~ ~ 4.7.
• I ' ~, ~ " l· K ' ~~ ?; ~ ~ ' ~~ ~ ~-. • ~ % I I
' ~ ~ ~' !"-. I ! -'-• t-8 -, ._\. X: r=< v ~ \ I 2.~
i c .... ~ -r
:z.co ' '
I\ ' ·~v ~ ~ ' I D -:,....-
1-12 j\ '";:-r;.:: ~ 1\ . I 1.10 • \
c ~ ~ ~ r::; \ \ .
1-tl I \ \ 1 ... ~ ~ ~ 1.11 ...
~ _U •• • [\ ;:::;: ~ c 1-20 \ ' ~ ~ ~
\· .._,
• \
' ·~ .. c ~ ~ • • 1- .• 0 • ....,
\ ' I~ V; ~ ':':1, \ =-I [\ ·~ ~ .... \ ~ ~
o . .oaao \ \ h • 1-10 \'l -~ ~
o.a, .. 0.211'1 I • - ~10
\' f k c .. ~
~- -. ' lt( ~ 0.171
1- 100
I~ ~
.. ,. • D l% .A V:: c fi z
~ O.n?.oa ~lOr'
. No
0 tD 20 • 4fl 70 10 10 100
Jumlltl ttrt6ttM C'161
ltRTIRAN8AN : -· -·-820
J_ .. , .... ------B~~
OtREKTORAT JENDERAL Ol.'tEI{TOAAT PENYELIOIKAN MASAl.AH TANAH DAN JALAN
o I oo·o •• • • •• • I •"~ '''"''"#' oe ooo o 1 oo •• . •• o ,o •• '' •· •, • •••, ~· •-• o., • , o
No"'or . . . . ......... , .............. ' ........................ '':' .. ' ......... ·~· .. Qll..,f~il<llll
Olp...-li<~e
Lampiran 12c.
' ............................... p ...... .
GaAFIK P£MBAGtAM BUTUt BAHAN MtN~RAL
r
.. .. • • • •
ii 'l
• I :1 .
KITI .. ANGAN I
L •••••••
0
(SSM ............. a .............................. )
JumiMI tnrteh'lfl l"-1
Bl6
---- 8 2o
J I ~
mm l ' I
' I i I
I i
9.12 i 1.3!1
•• 1&
I I ! '
I
2 •• ll ,,00
1.10
! I
•
691