Upload
dollfacewannabe
View
190
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bedah Digestif
Citation preview
RESEKSI ANTERIOR, SIGMOIDEKTOMI, LOW RESEKSI ANTERIOR
Tujuan pembelajaran umumSetelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi kolorektal, karsinoma kolorektal dengan tanda klinis, diagnosis, pengelolaan, pengobatan, prognosis, perawatan perioperatif dan komplikasinya Tujuan pembelajaran khususSetelah mengikuti sesi ini peserta latih akan memiliki kemampuan untuk :1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi kolon dan rektum (tingkat kompetensi K2,A2)2. Menganalisis dan sintesis gejala dan tanda klinis searah diagnosis karsinoma kolorektal (tingkat kompetensi K3,A3)3. Menjelaskan indikasi dan mengevaluasi diagnostik karsinoma kolorektal (tingkat kompetensi K3,A3)4. Menjelaskan indikasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan imaging dalam rangka diagnostik (tingkat kompetensi K3,A3)5. Menjelaskan indikasi dan melakukan endoskopi dan biopsi dalam rangka diagnosis (tingkat kompetensi K3,P3,A3)6. Menjelaskan morfologi dan staging karsinoma kolorektal (tingkat kompetensi K3,A3)7. Menjelaskan komplikasi karsinoma kolorektal (tingkat kompetensi K3,A3)8. Menjelaskan indikasi dan melakukan pembedahan karsinoma kolorektal baik dengan maupun tanpa komplikasi (tingkat kompetensi K3,P3,A3)9. Menjelaskan pengobatan adjuvant pada karsinoma kolorektal (tingkat kompetensi K3,A3)10. Menjelaskan prognosis karsinoma kolorektal, melakukan perawatan perioperatif dan mengatasi komplikasi (tingkat kompetensi K3,P3,A3)
Pokok bahasan / sub pokok bahasan1. Anatomi dan fisiologi karsinoma kolon dan rektum2. Gejala dan tanda klinis, diagnostik, komplikasi dan prognosis karsinoma
kolorektal3. Pemeriksaan imaging, endoskopi dan biopsi, morfologi dan staging karsinoma
kolorektal4. Pembedahan karsinoma kolorektal5. Pengobatan adjuvant karsinoma kolorektal6. Perawatan perioperatif dan mengatasi komplikasi
WaktuMetode
Workshop / pelatihan Belajar mandiri Kuliah Grup diskusi Visite, bed site teaching Bimbingan operasi dan assistensi Kasus morbiditas dan mortalitas
Modul 1BEDAH
Continuing profesional development
Media Papan tulis / flipchart Komputer LCD Slide proyektor
Alat bantu pembelajaranInternet, telekonfrens,workshop, pelatihan
EvaluasiPre test Isi pre test : Anatomi dan fisiologi karsinoma kolorektal Diagnosis Terapi (tehnik operasi) Komplikasi dan penanggulangannya Follow upBentuk pre test :
MCQ, essay dan oralBuku acuan untuk pre test :
Bentuk ujian test latihan OSCA Ujian operasi pada pasien
Referensi1. Buku Teks Operasi Abdominal Maingot´s2. Buku Teks Ilmu Bedah Schwart3. Buku Teks Ilmu Bedah Norton4. Atlas tehnik operasi Zollinger’s5. Atlas tehnik operasi Hugh Dudley6. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia
TUMOR KOLOREKTAL
INTRODUKSIDefinisi .......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Ruang LingkupSekitar dua per tiga tumor di daerah kolon dan sisanya di rectumKebanyakan adalah adenokarsinoma dimana perkembangannya berasal dari polip, yang telah ada sekitar 10 tahun atau lebih sebelum timbulnya keganasan.Tumor ganas kolorektal bersifat invasif lokal tetapi penyebaran metastasenya dapat timbul sebelum gejala pertumbuhan lokalnya timbul.Metastase yang paling sering adalah ke hati, selain itu paru, otak dan tulang yang jarang timbul tanpa adanya metastase hati.
Diagnosis :Penentuan diagnosis tumor kolorektal :
Colok dubur : 40 % Rektosigmoidoskopi : 75 % Barium enema : 90 % Kolonoskopi : 100 %
Ruang lingkup :Tumor yang terbatas pada sigmoid dan rektum 1/3 atas dan tengah.
Indikasi operasi :Tumor sigmoid dan tumor rektum 1/3 atas dan tengah yang operabel
Kontra indikasi ioperasi : Umum Khusus (inoperabel)
Diagnosis banding untuk tumor kolorektal : Penyakit divertikular Sindroma iritasi usus Penyakit inflamasi usus Patologi lokal rektum, spt hemorrhoid Kolitis iskemik Pneumatosis kolon
Pemeriksaan penunjang : Laboratorium : CEA, enzim hati, Hb, Ht Proktoskopi Sigmoidoskopi Kolonoskopi (gold standard) Barium enema (jika kolonoskopi gagal) USG hati USG intra rektal dan CT scan atau MRI untuk staging tumor
Setelah memahami,menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang ahli
bedah mempunyai kompetensi untuk melakukan operasi tumor kolorektal serta
penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan.
Kompetensi terkait dengan modul
Tahapan Bedah Dasar ( semester I-III )
Persiapan pre operasi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed consent
Asisten 2, asisten 1 pada saat operasi
Follow up pasca operasi
Tahapan Bedah Lanjut ( semester IV-VII ) dan Chief Residen ( Semester VIII-IX )
Persiapan Pra operasi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed Consent
Melakukan Operasi ( Bimbingan dan Mandiri )
Penanganan komplikasi
Follow up dan rehabilitasi
Penanggulangan :
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah.Tujuan utama tindakan bedah ialah memperlancar saluran cerna baik bersifat kuratif maupun non kuratif. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif.
Prosedur : Sigmoidektomi untuk tumor yang terbatas pada sigmoid Reseksi anterior untuk tumor sigmoid bagian bawah dan rektum 1/3 proksimal
Low reseksi anterior untuk tumor rektum 1/3 tengah, dilakukan reseksi dengan mempertahankan sfingter anus
Tehnik operasi :
SIGMOIDEKTOMIPenderita dalam narkose, posisi supine. Desinfeksi lapangan operasi dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat incisi mediana 2 jari diatas simfisis pubis sampai 3 jari diatas pusat. Peritonium dibuka secara tajam.Tumor sigmoid diidentifikasi, lalu dilakukan reseksi dengan memperhatikan vaskularisasi arteri kolika kiri.Dilanjutkan dengan anastomosis end to end dari sisa kolon dengan kolon ataupun dengan rektum RESEKSI ANTERIORPenderita dalam narkose, posisi supine. Desinfeksi lapangan operasi dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat incisi mediana 2 jari diatas simfisis pubis sampai 3 jari diatas pusat. Peritonium dibuka secara tajam.Tumor rektum diidentifikasi dengan membuka refleksi peritoneal selanjutnya pembukaan retroperitoneal dan identifikasi ureter kiri dan kanan sewaktu membebaskan jaringan sampai mobilisasi bagian retroperitoneal dari rektosigmoid. Dilanjutkan dengan melakukan reseksi tumor 5 cm proksimal tumor dan minimal 2 cm distal dari tumor tergantung dari sisa panjang rektum yang ada. Penyambungan sisa kolon dan rektum dilakukan dengan anastomosis end to end.Refleksi peritonium ditutup kembali.
LOW RESEKSI ANTERIORPenderita dalam narkose, posisi supine. Desinfeksi lapangan operasi dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat incisi mediana 2 jari diatas simfisis pubis sampai 3 jari diatas pusat. Peritonium dibuka secara tajam.Penderita dalam narkose, posisi supine. Desinfeksi lapangan operasi dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat incisi mediana 2 jari diatas simfisis pubis sampai 3 jari dibawah prosesus xiphoideus. Peritonium dibuka secara tajam.Tumor rektum diidentifikasi dengan membuka refleksi peritoneal selanjutnya pembukaan retroperitoneal dan identifikasi ureter kiri dan kanan sewaktu membebaskan jaringan sampai mobilisasi bagian retroperitoneal dari rektosigmoid. Dilanjutkan dengan melakukan reseksi tumor 5 cm proksimal tumor dan minimal 2 cm distal dari tumor dengan menyisakan rektum minimal 4 cm dari anus. Penyambungan sisa kolon dan rektum dilakukan dengan anastomosis end to end.
Tehnik penyambungan bisa dengan jahitan tangan ataupun dengan stapler, dimana hasilnya masih kontroversialRefleksi peritonium ditutup kembali
Komplikasi operasi : Gangguan fungsi seksual
Prognosis :Jumlah kematian akibat operasi sekitar 2 – 6 %.Persentase jangka hidup 5 tahun sesudah reseksi tergantung dari stadium lesi
- Duke A : 80 %- Duke B : 65 %- Duke C : 30 %- Duke D : 5 %
Follow up : Pemeriksaan fisik Kolonoskopi CEA Jika CEA meningkat : Ro thorax, CT scan
Burst Abdomen
Tujuan Pembelajaran umum:Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, dan fisiologi dari dinding abdomen, mengerti dan menguasai keluhan dan tanda klinis, diagnosis, pengelolaan, pengobatan, prognosis burst abdomen dan perawatanya.
Tujuan Pembelajaran khusus :Setelah mengikuti sesi ini peserta latih akan memiliki kemampuan untuk :
1. Menjelaskan anatomi dinding abdomen2. Mampu menjelaskan fisiologi dinding abdomen3. Mampu menganalisis gejala dan tanda klinis serta diagnosis burst abdomen4. Mampu menjelaskan penyebab burst abdomen 5. Mampu menjelaskan indikasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium
dalam rangka diagnostik kelainan burst abdomen6. Mampu menjelaskan indikasi ripair burst abdomen 7. Mampu menjelaskan, melakukan ripair burst abdomen
Pokok Bahasan / sub pokok bahasan1. Anatomi, tofografi, dan fisiologi dinding abdomen2. Etiologi, gejala dan tanda, pemeriksaan laboratorium, diagnosis dan rencana
pengelolaan burst abdomen3. Indikasi ripair burst abdomen4. Teknik ripair burst abdomen5. Work-up ripair burst abdomen6. Perawatan penderita pasca ripair burst abdomen
Waktu
Metode : -Workshop/pelatihan-Belajar Mandiri-Kuliah-Group diskusi,visite,bed side teaching-Bimbingan operasi dan asisten-Continuing profesional devolepment
Media: -papan tulis/ flipchart-komputer-LCD-slide proyektor
Alat bantu pembelajaran: Internet, telekonferens,workshop, pelatihan.
EvaluasiPre test
Isi pretest: -Anatomi, fisiologi dan patologi burst abdomen
-Indikasi ripair burst abdomen-Teknik operasi-Perawatan.-Follow up
Bentuk pretest: MCQ, essay dan oral sesuai tingkat masa pendidikan.
Buku acuan untuk pretest:1. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt.2. Buku Teks Ilmu Bedah Norton3. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation4. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat
Bentuk ujian/ test latihan: OSCA (K,P,A) Ujian operasi pada pasien
Referensi:1. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt2. Buku Teks Ilmu Bedah Norton3. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation4. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat5. Atlas of Surgical Technique Zollinger 7 th ed, McGraw Hill Inc.
Repair burst abdomenIntroduksiDefenisi : suatu tindakan segra yang dilakukan untuk menutup ronggoa abdomen setelah terjadinya burst luka opersi dinding abdomen .
Ruang LingkupPenyebab terjadinya burst abdomen ada beberapa factor
1. Faktor local : perdarahan, infeksi luka, jahitan/ teknik operasi kurang baik.2. Faktor keadaan umum : hipoalbuminemia, karsinomatosis, usia lanjut
Pemeriksaan penunjang- Laboratorium darah rutin dan kimia klinik - Kultur cairan burst dan test resisitensi
Kompetensi terkait modulTahapan bedah dasar ( Sem I –
- persiapan pra operasi- anamnesis- Pemeriksaan fisik- Pemeriksaan penunjang- Informed concent- Asisten I dan II pada saat operasi- Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (Sem- persiapan pra operasi- anamnesis- Pemeriksaan fisik- Pemeriksaan penunjang- Informed concent- Melakukan operasi (bimbingan, mandiri)
Algoritma dan Procedur
Algoritma
Burst abdomen
Penatalaksanaan Penatalaksanaan burst abdomen terdiri dari :
- Packing diplester- Packing dilanjutkan dengan jahit sekunder- Segera dilakukan repair burst
Tindakan operasi:Secara singkat dpat dijelaskan sebagai berikut:
- Dengan posisi supine dalam general anestesi- Dilakukan desinfeksi pada daerah operasi dan sekitarnya- Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril- Dilakukan pencucian pada organ viseral yang mengalami prolaps dengan NaCl
0,9%, setelah bersih organ viseral dimasukkan kedalam rongga abdomen- Dilakuan debridement dan nekrotomi untuk membuat luka baru pada insisi opersi
sebelumnya.- Dilakukan penjahitan through and through ( jahitan yang menembus seluruh
bagian soft tissue dinding abdomen dari kulit sampai peritoneum ) dengan jarak 5
Burst partialPus (-)
Burst partialPus (+)
Burst total
Packing + plester Packing jahit sekunder
Repair burst
cm dari kedua ujung insisi dan 5 cm dari masing-masing jahitan, jahitan through and through ini disimpulkan setelah selesai jahitan pada kulit. Setelah jahitan through and through dilakukan dilanjutkan dengan jahitan lapis demi lapis, dengan memperhatikan pada penjahitan lapisan fasia secara seksama untuk menghindari burst yang berulang, dan setelah penjahitan kulit secara satu-satu, jahitan through and through disimpulkan (knot) dengan memasukan ruber tube untuk mencegah benang jahitan memotong jaringan.
Komplikasi operasi- Recuren Burst abdomen
MortalitasAngka mortalitas dengan burst abdomen rata-rata 18,1%, dengan range 9,4% - 43,8%
Perawatan Pasca BedahPasca bedah penderita dirawat diruangan, dengan pemberian antibiotik yang sesuai, hipoalbuminemia dikoreksi. Dilakukan observasi apakah ada tanda-tanda infeksi, untuk menghindari burst yang berulang.
Follow up- Jahitan kulit satu-satu dilepas setlah hari ke-7- Jahitan through and through dilepas setelah minggu ke-3
LAPAROTOMI DAN TORAKO-LAPAROTOMI
Tujuan Pembelajaran umum:
Tujuan Pembelajaran khusus :
Pokok Bahasan / sub pokok bahasan7. Anatomi, tofografi, histologi, fisiologi dan biokimia dinding thoracoabdominal8. Macam-macam incisi laparotomi dan torakolaparotomi9. Indikasi incisi laparotomi dan torakolaparotomi10. Komplikasi incisi laparotomi dan torakolaparotomi
Waktu
Metode : -Workshop/pelatihan-Belajar Mandiri-Kuliah-Group diskusi,visite,bed side teaching-Bimbingan operasi dan asisten-Continuing profesional devolepment
Media: -papan tulis/ flipchart-komputer-LCD-slide proyektor
Alat bantu pembelajaran: Internet, telekonferens,workshop, pelatihan.
EvaluasiPre test
Isi pretest:-Anatomi, fisiologi dan patologi
-Indikasi operasi -Teknik operasi-Perawatan, komplikasi dan penanggulangannya.-Follow up
Bentuk pretest: MCQ, essay dan oral sesuai tingkat masa pendidikan.
Buku acuan untuk pretest:5. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt.6. Buku Teks Ilmu Bedah Norton7. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation8. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat
Bentuk ujian/ test latihan: OSCA (K,P,A) Ujian operasi pada pasien
Referensi:6. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt7. Buku Teks Ilmu Bedah Norton8. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation9. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat10. Atlas of Surgical Technique Zollinger 7 th ed, McGraw Hill Inc.
IntroduksiDefinisiSuatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dinding abdomen untuk mencapai isi rongga abdomen. Dan suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dinding abdomen dan dinding dada untuk mencapai isi rongga abdomen dan dada
Ruang lingkupIncisi Vertikal (midline, paramedian, supraumbilikal, infraumbilikal), Incisi Transverse dan Oblique (McBurney gridiron , Kocher subcostal), Incisi Abdominothoracic
Indikasi operasi- Semua kelainan intraabdomen yang memerlukan operasi baik darurat maupun
elektif
Kontraindikasi operasi- Umum- Khusus
Kompetensi terkait modulTahapan bedah dasar ( Smstr I – III )
- persiapan pra operasi anamnesis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang Informed concent
- Asisten I dan II pada saat operasi- Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (Smstr IV-VII) dan Chief residen (Smstr VIII-IX)- persiapan pra operasi
o anamnesiso Pemeriksaan fisiko Pemeriksaan penunjango Informed concent
- Melakukan operasi (bimbingan, mandiri) Penanganan komplikasi Follow up dan rehabilitasi
Tekhnik Operasi- Midline Epigastric Incision
Incisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc. Xiphoideus hingga 1 cm diatas umbilikus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fat extraperitoneal, dan peritoneum dipisahkan satu persatu.
- Midline Subumbilical Incision Incisi dilakukan persis pada garis tengah,dan bisa merupakan perluasan dari Midline Epigastric Incision. Sebagai aturan umum, peritoneum harus dibuka dari ujung bawah dari incisi, untuk menghindari lig.falciforme, tetapi untuk Midline Subumbilical Incision peritoneum harus dibuka dari bagian atas incisi untuk menghindari cidera kandunung kemih.Peritoneum harus dibuka dengan sangat hati-hati. Cara yang paling aman adalah membukany adengan menggunakan dua klem artery, yang dijepitkan dengan sangat hati-hati pada peritoneum. Kemudian peritoneum diangkat dan sedikit diggoyang-goyang untuk memastikan tidak adanya struktur dibawahnya yang ikut terjepit. Kemudian peritoneum diincisi dengan menggunakan pisau. Incisi ini harus cukup lebar untuk memasukkan 2 jari kita yang akan dipergunakan untuk melindungi struktur dibawahnya sewaktu kita membuka seluruh peritoneum.Perhatian khusus harus diberikan pada saat melakukan laparotomi pada penderita yang mengalami sumbatan usus, karena usus yang mengalami distensi akan terletak tepat dibawah peritoneum yang kita incisi, dan juga pada penderita yang pernah mengalami laparotomi sebelumnya, dimana harus difikirkan kemungkinan adanya perlengketan peritoneum dan struktur dibawahnya. Dan jika keadaan ini yang dicurigai dihadapi, maka sangat bijaksana jika kita melakukan incisi pada tempat lain yang cukup jauh dari tempat kemungkinan terjadinya perlengketan tadi.
- Upper Paramedian IncisionIncisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah. Kira-kira 2,5-5 cm dari garis tengah. Incisi dilakukan vertical, mulai dari batas costa, berakhir pada 2-8 cm dibawah umbilicus.
- Lower Paramedian IncisionIncisi ini similiar dengan Upper Paramedian Incision dan, biasanya, memang merupakan perluasan dari Upper Paramedian Incision hingga dapat mencapai abdomen dari batas costa hingga ke pubis. Hanya pada tip[e incisi ini harus diperhatikan pembuluh darah Epigastrica Inferior yang harus dipisahkan dan diikat.
- Lateral Paramedian IncisionAdalah modifikasi dari Paramedian Incision yang dikenalkan oleh Guillou et al. Dimana incisi dilakukan pada pertemuan dari pertengahan dan 1/3 luar dari rectus sheat. Pada titik ini anterior rectus sheat terdiri dari 2 lapis. Anterior sheat dipisahkan dari otot rectus. Dan kemudian Posterior sheat atau peritoneum , atau keduanya dipisahkan dengan cara yang sama dengan anterior sheat. Secara teoritis, tekhnik ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound dehiscence dan incisional hernia.
- Vertical Muscle Splitting IncisionIncisi ini sama dengan conventional paramedian incision, hanya otot rectus pada incisi ini dipisahkan secara tumpul (splitting longitudinally) pada 1/3 tengahnya, atau jika mungkin pada 1/6 tengahnya. Incisi ini berguna untuk membuka scar yang berasal dari incisi paramedian sebelumnya.
- Kocher Subcostal IncisionIncisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk megakses gallbladder dan biliary passages.. Sedangkan incisi subkostal kiri dilakukan biasanya untuk splenektomi elektif.Incisi dilakukan mulai dari garis tengah, 2,5-5 cm di bawah Proc. Xiphoideus dan diperluas menyusuri batas costa kira-kira 2,5 cm dibawahnya, sepanjang kira-kira 12 cm
- McBurney Gridiron Atau Muscle Split IncisionDilakukan untuk kasus Appendicitis Akut Dan diperkenalkan oleh Charles McBurney pada tahun 1894.Incisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse skin crease, tetapi jika penderitanya gemuk atau jika mungkin diperlukan untuk memperluas incise maka dibuat incise oblique.
- Pfannenstiel IncisionIncisi yang popular dalam bidang gynecologi dan juga dapat memberikan akses pada ruang retropubic pada laki-laki untuk melakukan extraperitoneal retropubic prostatectomy.Incisi dilakukan kira-kira 5 cm diatas symphisis Pubis skin crease sepanjang ± 12 cm.
- Thoracoabdominal Incision
Incisi Thoracoabdominal, baik kanan maupun kiri, akan membuat cavum pleura dan cavum abdomen menjadi satu. Dimana incisi ini akan membuat akses operasi yang sangat baik. Incisi thorakoabdominal kanan biasanya dilakukan untuk melakukan emergensi ataupun elektif reseksi hepar Incisi thorakoabdominal kiri efektif jika dilakukan untuk melakukan reseksi dari bagian bawah esophagus dan bagian proximal dari lambung.Penderita berada dalam pesisi “cork-screw”. Abdomen diposisikan kira-kira 45° dari garis horizontal, sedangkan thorax berada dalam posisi yang sepenuhnya lateral. Incisi pada bagian abdomen dapat merupakan midline incision ataupun upper paramedian incision. Incisi ini dilanjutkan dengan incisi thotac secara oblique pada intercostal ke-8.Setelah abdomen dibuka, incisi pada dada diperdalam dengan menembus m.latissimus dorsi, serratus anterior, dan obliquus externus dan aponeurosisnya. Incisi pada abdomen tadi dilanjutkan hingga mencapai batas costa M.Intercostal 8 dipisahkan untuk mencapai cavum pleura. Finochietto chest retractor dimasukkan pada intercostal 8 dan pelan-pelan di buka. Dan biasanya kita tidak perlu untuk memotong costa. Kemudian kita melakukan pemisahan diaphragma, memisahkan dan mengikat cabang-cabang dari pembuluh phrenica.Penutupan dari incisi ini adalah dimulai dengan menjahit diaphragma 2 lapis, memasang wsd pada cavum pleura melalui incisi yang berbeda, menutup otot dada dengan menggunakan catgut atau dexon, dan kemudian menutup incisi abdomen dengan mass suture technique
Komplikasi Incisi- Stitch abscessBiasanya muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya, sebelum jahitan incisi tersebut diangkat.. Abses ini dapat superficial ataupun lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba dibawah luka, dan terasa nyeri jika di raba. Abses ini biasanya akan diabsopsi dan hilang dengan sendirinya, walaupun untuk yang superficial dapat kita lakukan incisi pada abses tersebut. Antibiotik jarang diperlukan untuk kasus ini.
- SellulitisBiasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema dan proses inflamasi sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus Aureus, E. Colli, Streptococcus Faecalis, Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya akan mengalami demam, sakit kepala, anorexia dan malaise. Keadaan ini dapat diatasi dengan membuka beberapa jahitan untuk mengurangi tegangan dan penggunaan antibiotika yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah parah dan berupa suppurasi yang extensiv hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan drainase dapat dilakukan.
- Gas Gangrene infection of Abdominal WoundsBiasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-72 jam setelah operasi, peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-140/m), shock yang berat. Keadaan ini ddapat diatasi dengan melakukan debridement luka di ruang operasi, dan pemberian antibiotika, sebagai pilihan utamanya adalah, penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan dengan 500.000 unit tiap 8 jam.
- Hematoma Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya hilang dengan sendirinya, ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat dilakukan aspirasi.
- Keloid ScarsPenyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang sebagian orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari orang lain. Jika keloid scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi triamcinolone kedalam keloid dapat berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu kemudian jika belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Jika keloid scar nya tumbuh besar, maka operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat dilakukan.
- Abdominal wound Disruption and EviscerationDisrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0-3 %. Dan biasanya lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding yang lebih muda. Laki-laki dibanding wanita 4 : 1 Etiologi :1. Tekhnikal error2. Material error3. Tissue error, misalnya karena faktor jaundice, uremia, protein depletion, atau
yang paling penting sepsis.
Mortalitas(-)
PENUTUPAN STOMA (TUTUP COLOSTOMI / ILEOSTOMI)
Tujuan Pembelajaran umum:
Tujuan Pembelajaran khusus :
Pokok Bahasan / sub pokok bahasan1. Anatomi, tofografi, histologi, fisiologi dan biokimia kolon dan intestinal2. Teknik operaasi penutupan stoma dan komplikasinya
Waktu
Metode : -Workshop/pelatihan-Belajar Mandiri-Kuliah-Group diskusi,visite,bed side teaching-Bimbingan operasi dan asisten-Continuing profesional devolepment
Media: -papan tulis/ flipchart-komputer-LCD-slide proyektor
Alat bantu pembelajaran: Internet, telekonferens,workshop, pelatihan.
EvaluasiPre test
Isi pretest:-Anatomi, fisiologi dan patologi pada rectum dan anal-Indikasi operasi Miles-Teknik operasi-Perawatan, komplikasi dan penanggulangannya.
-Follow upBentuk pretest:
MCQ, essay dan oral sesuai tingkat masa pendidikan.Buku acuan untuk pretest:
1. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt.2. Buku Teks Ilmu Bedah Norton3. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation4. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat
Bentuk ujian/ test latihan: OSCA (K,P,A) Ujian operasi pada pasien
Referensi:Referensi:
1. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt2. Buku Teks Ilmu Bedah Norton3. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation4. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat5. Atlas of Surgical Technique Zollinger 7 th ed, McGraw Hill Inc.
IntroduksiDefinisiSuatu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk menutup colostomi atau ileostomi
Ruang lingkupPost colostomy/ileostomi yang telah memungkinkan untuk di tutup.
Indikasi operasiPost colostomy/ileostomi yang telah memungkinkan untuk di tutup.
Kontraindikasi operasi- Umum- Khusus
Pemeriksaan penunjang- Manometric dan electromyographic study untuk memastikan fungsi anal sphincter
yang adequate
Kompetensi terkait modulTahapan bedah dasar ( Smstr I – III )
- persiapan pra operasi anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Informed concent
- Asisten I dan II pada saat operasi- Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (Smstr IV-VII) dan Chief residen (Smstr VIII-IX)- persiapan pra operasi
o anamnesiso Pemeriksaan fisiko Pemeriksaan penunjango Informed concent
- Melakukan operasi (bimbingan, mandiri) Penanganan komplikasi Follow up dan rehabilitasi
Tekhnik Operasi- Sebelum dilakukan operasi penderita harus disiapkan dulu untuk menjalani
operasi penutupan stoma, yaitu dengan mengatur diat yang rendah residu dan antibiotik oral dan usus harus dibuat sekosong atau sebersih mungkin sebelum operasi. Selama 24 jam sebelum operasi harus dilakukan irigasi pada kedua arah stoma.
- Penderita dalam posisi terlentang- Dapat dilakukan spinal atau general anesthesia- Penutupan dimulai dengan membuat incisi circumferential disekeliling stoma,
termasuk sebagian kecil dari kulit. Incisi circumferential diperdalam hingga menembus peritoneum dan colon/intestine dan omentum disekitarnya dapat dipisahkan dari dinding abdomen. Kemudian stoma ditarik keluar melalui incisi tadi dan bagian serosanya harus tampak jelas seluruhnya.Hal ini memerlukan reseksi omentum dan jaringan ikat serta lemak disekeliling serosa tadi. Setelah hal ini dapat dilakukan maka penutupan stoma dapat segera dilakukan. Penutupan stoma yang sudah disiapkan tadi dapat dilakukan dengan :
1. linier stapling device2. Hand suture closure3. end to end anastomosis
Mortalitas(-)
Perawatan Pasca Bedah- Cairan parenteral dan antibiotik diberikan untuk beberapa hari, kemudian dilanjutkan dengan diet cair untuk beberapa hari. Kemudian diikuti dengan diet rendah residu. Diet reguler/biasa dapat dilakukan jika fungsi usus telah baik.
KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK
Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi sistem hepatobilier, fisiologi hepatobilier, keluhan dan tanda klinis serta diagnosis, pengelolaan, pengobatan, dan prognosis kolelithiasis, juga menjelaskan perawatan perioperatif dan komplikasi kolesistektomi laparoskopik.
Tujuan Pembelajaran Khusus1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi kantong empedu (Tingkat kompetensi K2A2)2. Menjelaskan klasifikasi batu empedu (Tingkat kompetensi K2A2)3. Menjelaskan patogenesis terjadinya batu empedu dalam pengelolaan
pasien (Tingkat kompetensi K3A3)4. Mengevaluasi gejala dan tanda klinis batu empedu pada pasien (Tingkat
kompetensi K3A3)5. Menjelaskan indikasi dan evaluasi pemeriksaan USG dan foto kontras
kantong empedu (Tingkat kompetensi K2A2)6. Mampu menjelaskan komplikasi batu kantong empedu (Tingkat
kompetensi K2A2)7. Menerapkan terapi disolusi batu kantong empedu (Tingkat kompetensi
K2A3)8. Menjelaskan indikasi dan melakukan teknik kolesistektomi laparoskopik
(Tingkat kompetensi K2P3A2)9. Menjelaskan prognosis penderita dengan batu kantong empedu,
melakukan perawatan perioperatif dan mengatasi komplikasi kolesistektomi laparoskopik (Tingkat kompetensi K2P4A2)
Pokok bahasan / Sub pokok bahasan1. Anatomi dan fisiologi kantung empedu
2. Klasifikasi batu empedu, patogenesis batu empedu, aspek klinis batu empedu
3. USG hepatobilier, kolangiografi oral dan intravena4. Komplikasi batu empedu5. Peran dan keterbatasan ESWL dan cholic acid dalam disolusi batu
kantung empedu6. Kolesistektomi laparoskopik7. Perawatan perioperatif, komplikasi, morbiditas, dan mortalitas
kolesistektomi laparoskopik
Waktu
Metode Workshop/pelatihan Belajar mandiri Kuliah Group diskusi Visite, bed side teaching Bimbingan operasi dan asistensi Kasus morbiditas dan mortalitas Continuing Profesional Development
Media Papan tulis / flipchart Komputer LCD Slide proyector
Alat bantu pembelajaranInternet, telekonfrens, workshop, pelatihan
EvaluasiPre test
Isi pre testAnatomi dan fisiologi appendikPatogenesis, macam-macam appendik, aspek klinik appendik, pemeriksaan laboratorium appendik,pemeriksaan penunjang appendikTerapi (Teknik operasi appendektomi laparoskopi)Komplikasi dan penanggulangan Follow up
Bentuk pre testMCQ, essay, dan oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan
Buku acuan1. Buku teks ilmu bedah Schwarzt2. Buku teks ilmu bedah Current Surgical Diagnosis and Treatment3. Buku teks ilmu bedah Norton4. Zolinger’s Atlas of Surgical Operation
Bentuk ujian / test latihan OSCA (K,P,A) Ujian operasi pada pasien
Referensi1. Buku teks Ilmu bedah Schwatz2. Buku teks Ilmu bedah Norton3. Way WL. Appendix. In Current Surgical Diagnosis & Treatment 11th
ed. Mc Graw Hill Inc. 2003, 668-6734. Atlas of surgical technique Zollinger 8th ed, Mc Graw Hill Inc. 2003,
116-1215. Atlas of gastrointestinal surgery Emilio Etala Vol II, Williams &
Wilkin. 1997, 1943-19936. De Jong W, Sjamsuhidayat. Buku ajar ilmu bedah 2nd ed. EGC. 2005,
639-6457. Skandalakis EJ, Skandalakis NP. Surgikal Anatomy and Technique
2nd ed. Springer. 2000, 443-4558. Healey EJ, The abdomen in Surgical Anatomy 2nd ed, BC Decker Inc.
1990, 194-199
KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK
INTRODUKSIIndikasi:
Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen
Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui USG abdomen
Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik
Kontra indikasiKontra indikasi definitif
Peritonitis Obstruksi usus Koagulopati yang tidak terkontrol Hernia diafragmatik yang besar Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat
Kontra indikasi relatif (tergantung keahlian operator) Cirrhosis hepatis Riwayat operasi abdomen dengan adhesi Kolesistitis akut Gangrene dan empyema gall bladder Biliary enteric fistula Kehamilan Ventriculoperitoneal shunt
Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini diharapkan seorang dokter ahli bedah mempunyai kompetensi kolesistektomi laparoskopik serta penerapannya dapat dikerjkan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan.
Kompetensi terkait dengan modulTahapan Bedah Dasar (Semester I-III)
▪ Persiapan pra operasi▫ Anamnesis▫ Pemeriksaan Fisik▫ Pemeriksan Penunjang▫ Informed concenst
▪ Asisten 2, assisten 1 pada saat operasi▪ Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (Semester IV-VII) dan Chief resident (Semester VIII – IX)
▪ Persiapan pra operasi▫ Anamnesis▫ Pemeriksaan Fisik▫ Pemeriksan Penunjang▫ Informed concenst
▪ Melakukan operasi (Bimbingan, mandiri)▫ Penanganan komplikasi▫ Follow up dan rehabilitasi
Teknik Operasi 1. Penderita dalam posisi supine dan dalam narkose2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada dada bagian bawah dan
seluruh abdomen.3. Dilakukan insisi transversal di bawah umbilikus sepanjang 10-12 mm,
incisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai tampak linea alba.4. Linea alba dipegang dengan klem dan diangkat, dibuat incisi vertikal
sepanjang 10 mm5. Dengan trocart peritoneum ditembus dan dimasukkan port lalu
dimasukkan CO2 ke dalam cavum abdomen untuk menimbulkan pleuroperitoneum sehingga abdomen cembung.
6. Melalui port umbilikal dimasukkan videoscope ke dalam cavum abdomen.
7. Tiga buah trocart dimasukkan dengan memperhatikan secara langsung tempat penetrasi intra abdomen.Trocart pertama dimasukkan di epigastrium ± 5 cm di bawah procesus xyphoideus dengan penetrasi intraabdomen di sebelah kanan ligamentum falciformeTrocart kedua dimasukkan pada kwadaran kanan atas abdomen beberapa cm di bawah costa terbawah pada linea midclavicula.Trocart ketiga dimasukkan pada kuadran kanan atas setinggi umbilikus di sebelah lateral dari trocart kedua.
8. Posisi pasien diubah menjadi anti Trendelenburg ringan (10-15°) dan sedikit miring ke kiri.
9. Gall bladder dipegang dengan grasper/ forcep dari port lateral, kemudian didorong ke arah superior dan dipertahankan pada posisi ini.
10.Infundibulum dipegang dengan grasper dari port medial dan ditraksi ke arah lateral. Disecting forceps dimasukkan dari port epigastrium dan jaringan di sekitar duktus sistikus dan arteri sistika disisihkan sampai kedua struktur tersebut tampak jelas.
11.A. Sistika dijepit dengan metal clip di bagian proksimal dan dua buah metal klip di bagian distal kemudian dipotong.
12.Duktus sistikus yang telah terlihat jelas dijepit dengan metal clip setinggi mungkin. Kemudian duktus sistikus bagian bawah dijepit dengan dua buah metal clip dan dipotong.
13.Videoscope dikeluarkan dari port umbilikus dan dipindah ke port epigastric.
14.Grasper dari port medial dipindahkan ke bagian proksimal gall bladder, lalu didorong keluar melalui port umbilikus.
MortalitasAngka kematian pasca kolesistektomi laparoskopik 0,1%
Perawatan pasca bedahPasca bedah penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti nyeri pasca operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa mulai diet per oral.
Kata kunci: kolelitiasis, kolesistektomi laparoskopik
No Check-list prosedur operasi Kasus ke
1 2 3 4 Pre operasi
1 Informed consert2 Laboratorium3 Pemeriksaan tambahan4 Antibiotik profilaksis5 Cairan dan darah6 Persiapan local daerah operasi
Operasi7 Posisi penderita 8 Peralatan dan instrument operasi khusus9 Prosedur operasi sesuai kaidah bedah digestif
Pasca bedah10 Komplikasi dan penangannya11 Pengawasan terhadap ABC
APPENDEKTOMI LAPAROSKOPI
Tujuan pembelajaran umumSetelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, fisiologi appendik, menegakkan diagnosis dan pengobatan appendik, perawatan pra operasi dan pasca operasi, dan mengatasi komplikasi.
Tujuan pembelajaran umumSetelah mengikuti sesi ini peserta latih akan memiliki kemampuan untuk:1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi appendik (Tingkat kompetensi K2K2)2. Mampu menjelaskan patogenesis terjadinya appendisitis (Tingkat
kompetensi K2A2)3. Mampu menjelaskan berbagai jenis appendisitis (Tingkat kompetensi
K2A2)4. Mampu mengevaluasi gejala dan tanda klinis ke arah diagnosis
appendisitis (Tingkat kompetensi K3A3)5. Mampu menjelaskan komplikasi appendisitis (Tingkat kompetensi
K2A2)6. Mampu mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
(Tingkat kompetensi K3A3)7. Mampu menjelaskan indikasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan
imaging dalam rangka diagnosis appendisitis (Tingkat kompetensi K3A3)
8. Mampu menjelaskan indikasi dan melakukan pembedahan pada penderita appendisitis (Tingkat kompetensi K2P5A3)
9. Mampu menjelaskan prognosis penderita appesndisitis , melakukan perawatan perioperatif dan mengatasi komplikasi (Tingkat kompetensi K3P5A3)
Pokok bahasan/ Sub pokok bahasan
1. Anatomi, fisiologi appendik2. Patogenesis appendisitis, macam-macam appendisitis, gejala klinis
appendisitis, komplikasi appendisitis, pemeriksaan laboratorium, USG appendik, apendicogram,
3. Teknik operasi appendektomi laparoskopi dan komplikasinya4. Perawatan penderita pra operasi dan pasca operasi.
WaktuMetode
Workshop/pelatihan Belajar mandiri Kuliah Group diskusi Visite, bed side teaching Bimbingan operasi dan asistensi Kasus morbiditas dan mortalitas Continuing Profesional Development
Media Papan tulis / flipchart Komputer LCD Slide proyector
Alat bantu pembelajaranInternet, telekonfrens, workshop, pelatihan
EvaluasiPre test
Isi pre testAnatomi dan fisiologi appendikPatogenesis, macam-macam appendik, aspek klinik appendik, pemeriksaan laboratorium appendik,pemeriksaan penunjang appendikTerapi (Teknik operasi appendektomi laparoskopi)Komplikasi dan penanggulangan Follow up
Bentuk pre testMCQ, essay, dan oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan
Buku acuan1. Buku teks ilmu bedah Schwarzt2. Buku teks ilmu bedah Current Surgical Diagnosis and Treatment
3. Buku teks ilmu bedah Norton4. Zolinger’s Atlas of Surgical Operation
Bentuk ujian / test latihan OSCA (K,P,A) Ujian operasi pada pasien
Referensi9. Jaffe MB,Berger HD. The Appendix. In Schwatz’s principles of
surgery 8th ed. Mc Graw Hill Inc. 2005, 1119-113510.Soybel ID. Appendix. In Norton ed. Surgery, Basic Science and
Clinical Evidence. Springer, 2001, 647-66311.Way WL. Appendix. In Current Surgical Diagnosis & Treatment 11th
ed. Mc Graw Hill Inc. 2003, 668-67312.Atlas of surgical technique Zollinger 8th ed, Mc Graw Hill Inc. 2003,
116-12113.Atlas of gastrointestinal surgery Emilio Etala Vol II, Williams &
Wilkin. 1997, 1943-199314.De Jong W, Sjamsuhidayat. Buku ajar ilmu bedah 2nd ed. EGC. 2005,
639-64515.Skandalakis EJ, Skandalakis NP. Surgikal Anatomy and Technique
2nd ed. Springer. 2000, 443-45516.Healey EJ, The abdomen in Surgical Anatomy 2nd ed, BC Decker Inc.
1990, 194-199
APPENDEKTOMI LAPAROSKOPIK
INTRODUKSIIndikasi Operasi
- Apendisitis akut dan appendicitis kronik- Penderita appendicitis yang obese- Wanita usia reproduktif dimana suatu proses patologi pada tuba
dan ovarium bisa menyerupai appendicitis.
Kontra indikasi operasi- Wanita dengan kehamilan trimester kedua dan ketiga- Telah terjadi peritonitis
Diagnosa Banding - Mesenterik adenitis akut- Gastroentritis akut- Penyakit urogenital pada laki-laki seperti torsio testis,
epididimitis akut, seminal vesikulitis- Meckel’s divertikulitis- Intususepsi- Enteritis Crohn- Ulkus peptikum perforasi- Lesi pada kolon (divertikulitis, perforasi karsinoma caecum)- Appendagitis epiploik- Infeksi saluran kemih- Batu ureter- Peritonitis primer- Purpura Henoch-Schonlein- Yersinosis- Kelainan ginekologik: PID, ruptur folikel de Graaf, KET,
Kistoma ovarii terpuntir
Pemeriksaan penunjang- Foto thoraks- USG abdomen- CT Scan
Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang dokter ahli bedah mempunyai kompetensi operasi appendektomi laparoskopik serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan.
Kompetensi terkait dengan modul Tahapan Bedah Dasar (semester I-III)
Persiapan pra operasi : Anamnesa Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang Informed consent Assisten 2, assisten 1 pada saat operasi Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (semester IV-VII) dan chief residen (smstr VIII-IX) Persiapan pra operasi : Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Informed consent Melakukan operasi ( Bimbingan, Mandiri) Penanganan komplikasi Follow up dan rehabilitasi
ALGORITMA DAN PROSEDURE
Algorima
Kecurigaan apendisitis akut
Tidak jelas
Observasi aktif
Tidak jelas
Apendisitis USG dan Lab Penyakit lain
Apendektomi Tindakan yang sesuai
Perjalanan alami apendisitis
Apendisitis local / mukosa
Apendisitis flegmonosa
Appendisitis gangrenosa
Perforasi
Periapendikular mass Abses apendik
Tehnik operasi
1. Penderita dalam posisi supine dan dalam narkose2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada dada bagian bawah dan
seluruh abdomen.3. Dilakukan insisi transversal di bawah umbilikus sepanjang 10-12 mm,
incisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai tampak linea alba.4. Linea alba dipegang dengan klem dan diangkat, dibuat incisi vertikal
sepanjang 10 mm5. Dengan trocart peritoneum ditembus dan dimasukkan port 10 mm lalu
dimasukkan CO2 ke dalam cavum abdomen untuk menimbulkan pleuroperitoneum sehingga abdomen cembung.
6. Melalui port umbilikal dimasukkan videoscope ke dalam cavum abdomen.
7. Dua buah trocart dimasukkan dengan memperhatikan secara langsung tempat penetrasi intra abdomen.Trocart pertama dimasukkan di kuadran kiri bawah di sebelah lateral m rectus abdominis, kemudian dipasang port 5 mm.Trocart kedua dimasukkan pada linea mediana di daerah suprapubis dengan menghindari kandung kemih, kemudian dipsang port 5 mm
8. Posisi penderita diubah menjadi Trendelenburg dan sedikit miring ke kiri9. Dengan forcep messoappendik dipegang10.Dengan alat diseksi, messoappendik pada basis appendik dibuka
kemudian dilakukan transeksi dan dilakukan stapling atau diikat dengan lasso.
11.Dilakukan pemasangan dua buah lasso pada basis appendik, kemudian appendik dipotong di antara kedua lasso dengan alat diseksi.
12.Appendix dipegang dengan grasper pada bagian pangkal dan dikeluarkan melalui port umbilikus
13.Daerah appendik dicuci dan diperiksa keadaan caecum dan ileum14.Port 5 mm dicabut dengan dilihat langsung melalui videoscope untuk
meyakinkan tidak terjadi perdarahan dari pembuluh darah dinding abdomen
15.Port umbilikus dicabut dan fascia dijahit kembali.
MortalitasAngka kematian pasca appendektomi laparoskopik 0,06%.
Perawatan pasca bedahPasca bedah penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti nyeri pasca operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa mulai diet per oral.
Kata kunci: appendicitis akut, appendicitis kronis, appendektomi laparoskopik
No Check-list prosedur operasi Kasus ke
1 2 3 4 Pre operasi
1 Informed consert2 Laboratorium3 Pemeriksaan tambahan4 Antibiotik profilaksis5 Cairan dan darah6 Persiapan local daerah operasi
Operasi7 Posisi penderita 8 Peralatan dan instrument operasi khusus9 Prosedur operasi sesuai kaidah bedah digestif
Pasca bedah
10 Komplikasi dan penangannya11 Pengawasan terhadap ABC
OPERASI HARTMANN
Tujuan Pembelajaran umum:Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, histologi, fisiologi dan biokimia dari kolon dan rektum, mengerti dan menguasai keluhan dan tanda klinis, diagnosis, pengelolaan, pengobatan, prognosis kelainan dan karsinoma pada kolon dan komplikasi beserta perawatan pasca operasinya.
Tujuan Pembelajaran khusus :Setelah mengikuti sesi ini peserta latih akan memiliki kemampuan untuk :
8. Menjelaskan anatomi kolon dan rektum9. Mampu menjelaskan fisiologi kolon dan rektum10. Mampu menganalisis dan sintesis gejala dan tanda klinis serta diagnosis kelainan
atau karsinoma pada kolon dan rektum11. Mampu menjelaskan indikasi dan mengevaluasi kelainan atau karsinoma pada
kolon dan rektum12. Mampu menjelaskan indikasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan imaging dalam
rangka diagnostik kelainan atau karsinoma pada kolon dan rektum13. Mampu menjelaskan indikasi dan melakukan endoskopi dalam rangka diagnostik14. Mampu menjelaskan morfologi dan staging karsinoma kolon dan rektum15. Mampu menjelaskan indikasi operasi Hartmann baik dengan komplikasi maupun
tanpa komplikasi16. Mampu menjelaskan, melakukan operasi Hartmann dan mengatasi komplikasinya
Pokok Bahasan / sub pokok bahasan11. Anatomi, tofografi, histologi, fisiologi dan biokimia kolon dan rektum12. Etiologi, macam, diagnosis dan rencana pengelolaan kelainan atau karsinoma
kolon dan rektum13. Indikasi operasi Hartmann14. Teknik operaasi Hartmann dan komplikasinya15. Work-up operasi Hartmann16. Perawatan penderita pasca operasi Hartmann
Waktu
Metode : -Workshop/pelatihan-Belajar Mandiri-Kuliah
-Group diskusi,visite,bed side teaching-Bimbingan operasi dan asisten-Continuing profesional devolepment
Media: -papan tulis/ flipchart-komputer-LCD-slide proyektor
Alat bantu pembelajaran: Internet, telekonferens,workshop, pelatihan.
EvaluasiPre test
Isi pretest:-Anatomi, fisiologi dan patologi pada kolon dan rectum-Indikasi operasi Hartmann-Teknik operasi-Perawatan, komplikasi dan penanggulangannya.-Follow up
Bentuk pretest: MCQ, essay dan oral sesuai tingkat masa pendidikan.
Buku acuan untuk pretest:9. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt.10. Buku Teks Ilmu Bedah Norton11. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation12. Buku Teks Essentials of Anorectal Surgery13. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat
Bentuk ujian/ test latihan: OSCA (K,P,A) Ujian operasi pada pasien
Referensi:11. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt12. Buku Teks Ilmu Bedah Norton13. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation14. Buku Teks Essentials of Anorectal Surgery15. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat16. Atlas of Surgical Technique Zollinger 7 th ed, McGraw Hill Inc.17. Engtrom F Paul et all,Colon cancer,NCCN clinical practice Guidelines in
oncology,V.2.2006
OPERASI HARTMANN
INTRODUKSI:
Definisi:Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan melakukan reseksi kolon sigmoid atau rektum karena suatu kelainan atau tumor.Prosedur ini melakukan proksimal end colostomi untuk diversi dan stump distal ditutup.Stoma dapat bersifat temporer atau menjadi suatu stoma yang permanent.
Ruang Lingkup:Lesi/ kelainan sepanjang kolon sampai ke rektum .Dalam kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan lebih lanjut diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait: patologi anatomi dan radiologi
Indikasi operasi:1. Peritonitis lokal dan general yang disebabkan oleh perforasi karena kanker pada
kolon sigmoid dan rektum.2. Trauma pada kolon dan rektum proksimal yang tidak menjamin dilakukannya
anastomosis primer karena secara teknik sulit, tumor dengan rekurensi yang tinggi, dan tanpa /kurang bowel preparation.
3. Obstruksi yang disebabkan oleh tumor/ karsinoma pada kolon dan rektum.4. Divertikulitis sigmoid
Pemeriksaan Penunjang:-Foto polos abdomen 3 posisi-Colon inloop-Colonoscopy
Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang ahli bedah mempunyai kompetensi operasi Hartmann serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS Jaringan Pendidikan.
Kompetensi terkait dengan modulTahapan Bedah Dasar (Semester I-III)
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang Informed Consent
Asisten 2, asisten 1 pada saat operasi Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (semester IV-VII) dan chief resident (semester VIII-IX) Persiapan operasi:
- Anamnesis- Pemeriksaan Fisik- Pemeriksaan Penunjang- Informed Consent
Melakukan operasi (Bimbingan mandiri)- Penangan Komplikasi- Follow up dan rehabilitasi
Teknik OperasiSecara singkat teknik operasi Hartmann dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam posisi terlentang. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi midline dua jari di bawah processus xiphoideus sampai dua jari di atas symphisis pubis. Insisi diperdalam hingga tampak peritoneum dibuka secara tajam. Dilakukan identifikasi lesi/ kelainan pada kolon dan rektum. Segmen colon sigmoid atau rektum yang direncanakan untuk direseksi dipisahkan dari mesocolonnya dengan meminimalisasi manipulasi pada angiolimfatik untuk mencegah spreading tumor. Dilanjutkan dengan reseksi tumor / lesi menurut prinsip tumor sambil mempreservasi ureter dan memperhatikan arteri mesenterika inferior dan sigmoid. Stump bagian distal dari kolon sigmoid atau rektum dijahit sedangkan stump proksimalnya dibuat suatu end-kolostomi. Bila lesi tumor ,jaringan harus diPA-kan.Perdarahan dirawat,luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkan drain intrperitoneal (drain Redon).
Komplikasi operasia. Perdarhan b. Infeksic. Cidera ureter kirid. Komplikasi stoma
MORTALITASAngka mortalitas perioperatif rendah sekitar 9%
PERAWATAN PASCA BEDAHPasca bedah penderita dirawat diruangan selama 7 – 10 hari,diobservasi kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan.Diet
diberikan setelah penderita sadar dan pasase usus baik.Drain Redon dilepas setelah 1 – 2 hari dan jahitan luka diangkat pada hari ke-7.
FOLLOW UPPenderita pasca operasi Hartmann perlu dievaluasi:
- Klinis- Pemeriksaan CEA setiap 3 bulan selama 2 tahun,setiap 6 bulan selama
2-5 tahun(cancer)- Colonoscopy setelah 1 tahun setelah reseksi,dan direkomendasikan
untuk pemeriksaan ulang setiap 2-3 tahun(cancer)- CT scan thorax, abdomen dan pelvis setiap tahun selama 3 tahun untuk
pasien dengan resiko tinggi untuk rekurens(cancer)- Bila setelah selesai follow up tidak timbul rekurensi ,dapat dilkukan
rerouting dengan bowel preparation- Bila terjadi rekurensi maka stoma kan dipertahankan sebagai
colostomy permanen
OPERASI MILES
Tujuan Pembelajaran umum:Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, histologi, fisiologi dan biokimia dari rektum dan anal, mengerti dan menguasai keluhan dan tanda klinis, diagnosis, pengelolaan, pengobatan, prognosis kelainan dan karsinoma pada rektum dan komplikasi beserta perawatan pasca operasinya.
Tujuan Pembelajaran khusus :Setelah mengikuti sesi ini peserta latih akan memiliki kemampuan untuk :
17. Menjelaskan anatomi rektum dan anal18. Mampu menjelaskan fisiologi rektum dan anal19. Mampu menganalisis dan sintesis gejala dan tanda klinis serta diagnosis kelainan
atau karsinoma pada rektum dan anal20. Mampu menjelaskan indikasi dan mengevaluasi kelainan atau karsinoma pada
rektum dan anal21. Mampu menjelaskan indikasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan imaging dalam
rangka diagnostik kelainan atau karsinoma pada rektum dan anal22. Mampu menjelaskan indikasi dan melakukan endoskopi dalam rangka diagnostik23. Mampu menjelaskan morfologi dan staging karsinoma rektum dan anal24. Mampu menjelaskan indikasi operasi Miles baik dengan komplikasi maupun
tanpa komplikasi25. Mampu menjelaskan, melakukan operasi Miles dan mengatasi komplikasinya
Pokok Bahasan / sub pokok bahasan17. Anatomi, tofografi, histologi, fisiologi dan biokimia rektum anal18. Etiologi, macam, diagnosis dan rencana pengelolaan kelainan atau karsinoma
rektum dan anal19. Indikasi operasi Miles20. Teknik operaasi Miles dan komplikasinya21. Work-up operasi Miles22. Perawatan penderita pasca operasi Miles
Waktu
Metode : -Workshop/pelatihan-Belajar Mandiri
-Kuliah-Group diskusi,visite,bed side teaching-Bimbingan operasi dan asisten-Continuing profesional devolepment
Media: -papan tulis/ flipchart-komputer-LCD-slide proyektor
Alat bantu pembelajaran: Internet, telekonferens,workshop, pelatihan.
EvaluasiPre test
Isi pretest:-Anatomi, fisiologi dan patologi pada rectum dan anal-Indikasi operasi Miles-Teknik operasi-Perawatan, komplikasi dan penanggulangannya.-Follow up
Bentuk pretest: MCQ, essay dan oral sesuai tingkat masa pendidikan.
Buku acuan untuk pretest:14. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt.15. Buku Teks Ilmu Bedah Norton16. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation17. Buku Teks Essentials of Anorectal Surgery18. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat
Bentuk ujian/ test latihan: OSCA (K,P,A) Ujian operasi pada pasien
Referensi:18. Buku Teks Ilmu Bedah Schwarzt19. Buku Teks Ilmu Bedah Norton20. Buku Teks Maingot’s Abdominal Operation21. Buku Teks Essentials of Anorectal Surgery22. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidayat23. Atlas of Surgical Technique Zollinger 7 th ed, McGraw Hill Inc.24. Engstrom F Paul et all,Colon cancer,NCCN clinical practice Guidelines in
oncology,V.2.2006
OPERASI MILES
INTRODUKSI:`Definisi:
Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan melakukan abdominal reseksi pada rektum 1/3 distal dilanjutkan dengan reseksi perianal karena suatu proses malignancy.Prosedur ini dilakukan melalui pendekatan bdominal dan perianal,dibuat proksimal end colostomi permanent untuk diversi dan anus ditutup.
Ruang Lingkup:Lesi/ kelainan pada rektum 1/3 distal sampai anal .Dalam kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan lebih lanjut diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait: patologi anatomi dan radiologi
Indikasi operasi:- Proses malignancy pada rektum dan anal
Pemeriksaan Penunjang:-Colon inloop-Colonoscopy
Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang ahli bedah mempunyai kompetensi operasi Miles serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS Jaringan Pendidikan.
Kompetensi terkait dengan modulTahapan Bedah Dasar (Semester I-III)
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang Informed Consent Asisten 2, asisten 1 pada saat operasi Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (semester IV-VII) dan chief resident (semester VIII-IX)
Persiapan operasi:- Anamnesis- Pemeriksaan Fisik- Pemeriksaan Penunjang- Informed Consent
Melakukan operasi (Bimbingan mandiri)- Penangan Komplikasi- Follow up dan rehabilitasi
Teknik OperasiSecara singkat teknik operasi Miles dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam posisi terlentang dan litotomy(posisi modifikasi litotomy-Trendelenburg). Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik juga dilakukan irrigasi pada rektal, kemudian dipersempit dengan linen/doek steril. Dibuat insisi midline dua jari di tas umbillikal sampai dua jari di atas symphisis pubis atu insisi transversalis diantara umbillikal dan symphisis pubis. Insisi diperdalam hingga tampak peritoneum dibuka secara tajam. Dilakukan identifikasi lesi/ kelainan . Dilakukan tindakan mobilisasi rektum dengan melakukn insisi paada lateral refleksi peritoneal (white line of Told) sambil mengidentifikasi vena spermatika kiri atau ovari kiri serta ureter kiri.Mobilisasi rektum posterior: dengn melakukan diseksi secara tumpul dan tajam, spce retrorectal dengan mudah dapat dicapai.Setelah memotong fasia rectosacral berarti kita sudah sampai coccygis.Mobilisasi anterior:insisi refleksi rectovesical dan immobilisasi antara vesica seminalis dan fasia Denonvillier.Diseksi dilanjutkan dengan memisahkan rectum dengan vesica seminalis pada pria dan rectum dengan vagina pada perempuan.Setelah mobilisasi posterior dan anterior,harus dicapai fasia pelvic( ligamentum lateral) dipisahkan dan diikat.Dilanjutkan dengan transeksi rektum diatas lesi/tumor.Dilakukan insisi ellip sekeliling anus sampai batas m.spincter anus.Insisi diperdalam dengan insisi sirkumferensial sampai stumpdistal rectum dapat lewat.Stump proximl dibuat colostomi permnent.,jaringan tumor diPA-kan.Perdarahan dirawat,luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkan drain perianal (drain Redon).
Komplikasi operasie. Perdarhan f. Infeksig. Cidera ureter kirih. Myocard infarci. Emboli pulmonalj. Komplikasi stoma
MORTALITASAngka mortalitas perioperatif rendah sekitar 42%
PERAWATAN PASCA BEDAHPasca bedah penderita dirawat diruangan selama 7 – 10 hari,diobservasi kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan.Diet diberikan setelah penderita sadar dan pasase usus baik.Drain Redon dilepas setelah 1 – 2 hari dan jahitan luka diangkat pada hari ke-7.
FOLLOW UPPenderita pasca operasi Miles perlu dievaluasi:
- Klinis- Pemeriksaan CEA setiap 3 bulan selama 2 tahun,setiap 6 bulan selama
2-5 tahun(cancer)- Colonoscopy setelah 1 tahun setelah reseksi,dan direkomendasikan
untuk pemeriksaan ulang setiap 2-3 tahun(cancer)- CT scan thorax, abdomen dan pelvis setiap tahun selama 3 tahun untuk
pasien dengan resiko tinggi untuk rekurens(cancer)
GASTRECTOMY
Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta latih mampu dan menguasai anatomi
esophagus,lambung dan duodenum, mengerti dan menguasai fisiologi lambung,
mengerti dan menguasai keluhan dan tanda klinis, diagnosis pengelolaan,
pengobatan,prognosis kelainan pada esophagus dan lambung, perawatan perioperatif
dan komplikasi
Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta latih akan memiliki kemampuan untuk
:
1. menjelaskan anatomi esophagus,lambung dan duodenum ( tingkat
kompetensi
K2A2)
2. menjelaskan fisiologi lambung ( tingkat kompetensi K2A2)
3. menganalisis dari sintesis gejala dan tanda klinis searah diagnosis
kelainan pada
esophagus dan lambung ( tingkat kompetensi K3A3)
4. menjelaskan indikasi danmengevaluasi diagnostic imaging saluran
cerna bagian
atas ( tingkat kompetensi K3A3)
5. menjelaskan indikasi dan melakukan endoskopi saluran cerna
bagian atas ( tingkat
kompetensi K3P3A3)
6. menjelaskan staging dari karsinoma lambung ( tingkat kompetensi
K3A3)
7. menjelaskan berbagai macam pembedahan pada karsinoma
lambung,indikasi dan
kontraindikasinya serta melakukan pembedahan ( tingkat kompetensi K3P3A3 )
8. menjelaskan adjuvant kemoterapi pada karsinoma lambung
( tingkat kompetensi
K3A3)
9. menjelaskan prognosis karsinoma lambung,melakukan perawatan
dan mengatasi
komplikasi karsinoma lambung ( tingkat kompetensi K3P4A3)
Pokok bahasan/Sub Pokok bahasan
1. Anatomi saluran cerna bagian atas
2. Fisiologi saluran cerna bagian atas
3. Gejala dan tanda klinis karsinoma lambung
4. Upper GI series,USG,CT Scan
5. Esophago-gastro-duodenoscopy
6. TMN system
7. Indikasi dan tehnik pembedahan pada karsinoma lambung
8. chemotherapy,immunotherapy
9. perawatan perioperatif,komplikasi,morbidity,mortality dan 5 YSR
Metode
Workshop/Pelatihan
Belajar mandiri
Kuliah
Group diskusi
Visite,bedsite teaching
Bimbingan operasi dan asistensi
Kasus morbiditas dan mortalitas
Continuing Profesional Development
Media
Papan tulis/flip chart
Komputer
LCD
Slide Projector
Alat Bantu pembelajaran
Internet
Telekonferens
Workshop
Pelatihan
Evaluasi
Pretest
Isi preteset :
Anatomi dan fisiologi saluran cerna bagian atas
Diagnosis
Terapi ( tehnik operasi )
Komplikasi dan penanggulangannya
Follow up
Bentuk pretest
MCQ, Essay dan Oral sesuai tingkat masa pendidikan
Buku acuan untuk pretest
1. Buku Teks Ilmu Bedah (diagnosis) Hamilton Bailey
2. Buku Teks Ilmu Bedah Schwart
3. Buku Teks Ilmu Bedah Norton
4. Atlas tehnik operasi Zollinger’s
5. Atlas tehnik operasi Hugh Dudley
6. Buku Ajar Ilmi bedah Indonesia
Bentuk Ujian/test latihan
OSCA (K,P,A)
Ujian operasi pada pasien
Referensi :
7. Buku Teks Ilmu Bedah (diagnosis) Hamilton Bailey
8. Buku Teks Ilmu Bedah Schwart
9. Buku Teks Ilmu Bedah Norton
10. Atlas tehnik operasi Zollinger’s
11. Atlas tehnik operasi Hugh Dudley
12. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia
GASTREKTOMI
INTRODUKSI
Definisi
Suatu tindakan pembedahan pada lambung baik keseluruhan lambung maupun
sebagian
Ruang lingkup
Adanya kelainan yang berhubungan dengan lambung seperti kembung,nyeri
lambung, muntah, hematemesis, anoreksia,penurunan BB, anemia, disfagia,massa
di epigastrium. Dalam kaitan penegakan diagnosis diperlukan kerjasama dengan
beberapa disiplin ilmu lain seperti Patologi Anatomi, radiology.
Indikasi operasi ;
- karsinoma lambung
- gastric ulcer
Kontra indikasi ;
- Umum
- Non operable
Diagnosis Banding :
- Karsinoma lambung
- gastric ulcer
- gastritis
- perdarahan varises esophagus
- sirosis
Pemeriksaan penunjang
- Esofagogastroduodenoskopi
- Ronsen OMD
- USG
- CT Scan
setelah memahami,menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang
ahli bedah mempunyai kompetensi untuk melakukan gastrektomi serta
penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan
Kompetensi terkait dengan modul
Tahapan Bedah Dasar ( semester I-III )
Persiapan pre operasi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed consent
Asisten II, asisten I pada saat operasi
Follow up pasca operasi
Tahapan Bedah Lanjut ( semester IV-VII ) dan Chief Residen ( Semester VIII-
IX )
Persiapan Pra operasi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed Consent
Melakukan Operasi ( Bimbingan dan Mandiri )
Penanganan komplikasi
Follow up dan rehabilitasi
ALGORITMA DAN PROSEDUR
Algoritma
Keluhan Upper GI
Endoskopi dan biopsy Upper GI
Positive Negative
CT Scan distensibility normal distensibility tdk
normal
Metastase (+) Metastase (-) follow up Barium Upper GI
Symptomatic asymptomatic positive, ulang biopsy negative,
Follow
up
Paliatif khemoterapi/radioterapi
USG endoskopik/laparoskopik
T1,T2,T3 T4
Reseksi kemoterapi/radioterapi
Tehnik Operasi :
GASTRECTOMY
Penderita dalam posisi supine dengan general anestesi. Dilakukan tindakan aseptic
antiseptic pada seluruh abdomen dan dada bagian bawah kemudian dipersempit
dengan linen steril. Dilakukan insisi midline mulai dari xyphoid sampai ke umbilical
sampai tembus peritoneum. Lakukan inspeksi dan palpasi untuk mengetahui posisi
tumor, extensi tumor,kedalaman invasi tumor. Dilakukan Kocher maneuver untuk
memobilisasi duodenum. Selanjutnya dilakukan pemisahan omentum mayus dari
colon transversum. Arteri gastroepiploica dextra diligasi. Kemudian dilakukan
diseksi omentum minus.arteri gastrica dextra diligasi. Duodenum dibebaskan dari
perlekatan dengan pancreas dan struktur disekitarnya,kemudian direseksi dengan
jarak >2 cm dari pylorus.Stump duodenum kemudian ditutup dengan jahitan
continous dengan benang absorsable 3/0. selanjutnya dilakukan separasi kapsul
pancreas dan diseksi a hepatica komunis,vena gastrica sinistra diidentifikasi dan
diligasi. Arteri gastroepiploica sinistra diligasi. Gaster kemudian diangkatsehingga
dapat mengexpose arteri gastrica sinistra dari bawah. Arteri gastrica sinistra diligasi.
Setelah itu dilakukan pemisahan gaster dari jaringan sekitarnya baik pada sisi
kurvatura mayor maupun kurvatura minor,kemudian dilakukan transeksi gaster
sesuai dengan lokasi tumor. Selanjutnya dilakukan rekonstruksi
( Gastroenterostomy)
Komplikasi Operasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada operasi ini adalah perdarahan,kebocoran pada
anastomosis, infeksi luka operasi, gangguan respirasi, dan prolem yang berkaitan
dengan balans cairan dan elektrolit
Mortalitas
Angka kematian pasca operasi gastrectomy dilaporkan mencapai 8 %
Perawatan Pasca Bedah
Perhatian utama pasca bedah gastrectomi difokuskan pada maintenance cairan dan
elektrolit, pemberian analgesia yang adekuat. Dilakukan monitoring vital sign dan
urine output dalam 24 jam pertama. Bila bising usus sudah baik dapat mulai
diberikan enteral nutrisi secara bertahap. Juga dimonitor adanya komplikasi .Lama
perawatan 7-14 hari.
Pada pasien yang menjalani gastrectomi total membutuhkan suplemen vitamin B12
dan asam folat
GASTROENTEROSTOMY
Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta latih mampu dan menguasai anatomi
esophagus,lambung dan duodenum, mengerti dan menguasai fisiologi lambung,
mengerti dan menguasai keluhan dan tanda klinis, diagnosis pengelolaan,
pengobatan,prognosis kelainan pada esophagus dan lambung, perawatan perioperatif
dan komplikasi
Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta latih akan memiliki kemampuan untuk
:
10. menjelaskan anatomi esophagus,lambung dan duodenum ( tingkat
kompetensi
K2A2)
11. menjelaskan fisiologi lambung ( tingkat kompetensi K2A2)
12. menganalisis dari sintesis gejala dan tanda klinis searah diagnosis
kelainan pada
esophagus dan lambung ( tingkat kompetensi K3A3)
13. menjelaskan indikasi danmengevaluasi diagnostic imaging saluran
cerna bagian
atas ( tingkat kompetensi K3A3)
14. menjelaskan indikasi dan melakukan endoskopi saluran cerna
bagian atas ( tingkat
kompetensi K3P3A3)
15. menjelaskan staging dari karsinoma lambung ( tingkat kompetensi
K3A3)
16. menjelaskan berbagai macam pembedahan pada karsinoma
lambung,indikasi dan
kontraindikasinya serta melakukan pembedahan ( tingkat kompetensi K3P3A3 )
17. menjelaskan adjuvant kemoterapi pada karsinoma lambung
( tingkat kompetensi
K3A3)
18. menjelaskan prognosis karsinoma lambung,melakukan perawatan
dan mengatasi
komplikasi karsinoma lambung ( tingkat kompetensi K3P4A3)
Pokok bahasan/Sub Pokok bahasan
10. Anatomi saluran cerna bagian atas
11. Fisiologi saluran cerna bagian atas
12. Gejala dan tanda klinis karsinoma lambung
13. Upper GI series,USG,CT Scan
14. Esophago-gastro-duodenoscopy
15. TMN system
16. Indikasi dan tehnik pembedahan pada karsinoma lambung
17. chemotherapy,immunotherapy
18. perawatan perioperatif,komplikasi,morbidity,mortality dan 5 YSR
Metode
Workshop/Pelatihan
Belajar mandiri
Kuliah
Group diskusi
Visite,bedsite teaching
Bimbingan operasi dan asistensi
Kasus morbiditas dan mortalitas
Continuing Profesional Development
Media
Papan tulis/flip chart
Komputer
LCD
Slide Projector
Alat Bantu pembelajaran
Internet
Telekonferens
Workshop
Pelatihan
Evaluasi
Pretest
Isi preteset :
Anatomi dan fisiologi saluran cerna bagian atas
Diagnosis
Terapi ( tehnik operasi )
Komplikasi dan penanggulangannya
Follow up
Bentuk pretest
MCQ, Essay dan Oral sesuai tingkat masa pendidikan
Buku acuan untuk pretest
7. Buku Teks Ilmu Bedah (diagnosis) Hamilton Bailey
8. Buku Teks Ilmu Bedah Schwart
9. Buku Teks Ilmu Bedah Norton
10. Atlas tehnik operasi Zollinger’s
11. Atlas tehnik operasi Hugh Dudley
12. Buku Ajar Ilmi bedah Indonesia
Bentuk Ujian/test latihan
OSCA (K,P,A)
Ujian operasi pada pasien
Referensi :
13. Buku Teks Ilmu Bedah (diagnosis) Hamilton Bailey
14. Buku Teks Ilmu Bedah Schwart
15. Buku Teks Ilmu Bedah Norton
16. Atlas tehnik operasi Zollinger’s
17. Atlas tehnik operasi Hugh Dudley
18. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia
GASTROENTEROSTOMY
INTRODUKSI
Definisi
Suatu tindakan pembedahan rekonstruksi setelah gastrectomy dimana dilakukan
anastomosis lambung dengan usus halus
Ruang lingkup
Adanya kelainan yang berhubungan dengan lambung seperti kembung,nyeri
lambung, muntah, hematemesis, anoreksia,penurunan BB, anemia, disfagia,massa
di epigastrium. Dalam kaitan penegakan diagnosis diperlukan kerjasama dengan
beberapa disiplin ilmu lain seperti Patologi Anatomi, radiology.
Indikasi operasi ;
- karsinoma lambung
- gastric ulcer
Kontra indikasi ;
- Umum
- Non operable
Diagnosis Banding :
- Karsinoma lambung
- gastric ulcer
- gastritis
- perdarahan varises esophagus
- sirosis
Pemeriksaan penunjang
- Esofagogastroduodenoskopi
- Ronsen OMD
- USG
- CT Scan
setelah memahami,menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang
ahli bedah mempunyai kompetensi untuk melakukan gastrektomi dan
gastroenterostomy serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS
jaringan pendidikan
Kompetensi terkait dengan modul
Tahapan Bedah Dasar ( semester I-III )
Persiapan pre operasi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed consent
Asisten II, asisten I pada saat operasi
Follow up pasca operasi
Tahapan Bedah Lanjut ( semester IV-VII ) dan Chief Residen ( Semester VIII-
IX )
Persiapan Pra operasi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed Consent
Melakukan Operasi ( Bimbingan dan Mandiri )
Penanganan komplikasi
Follow up dan rehabilitasi
ALGORITMA DAN PROSEDUR
Algoritma
Keluhan Upper GI
Endoskopi dan biopsy Upper GI
Positive Negative
CT Scan distensibility normal distensibility tdk
normal
Metastase (+) Metastase (-) follow up Barium Upper GI
Symptomatic asymptomatic positive, ulang biopsy negative,
Follow
up
Paliatif khemoterapi/radioterapi
USG endoskopik/laparoskopik
T1,T2,T3 T4
Reseksi kemoterapi/radioterapi
Tehnik Operasi :
GASTREKTOMI
Penderita dalam posisi supine dengan general anestesi. Dilakukan tindakan aseptic
antiseptic pada seluruh abdomen dan dada bagian bawah kemudian dipersempit
dengan linen steril. Dilakukan insisi midline mulai dari xyphoid sampai ke umbilical
sampai tembus peritoneum. Lakukan inspeksi dan palpasi untuk mengetahui posisi
tumor, extensi tumor,kedalaman invasi tumor. Dilakukan Kocher maneuver untuk
memobilisasi duodenum. Selanjutnya dilakukan pemisahan omentum mayus dari
colon transversum. Arteri gastroepiploica dextra diligasi. Kemudian dilakukan
diseksi omentum minus.arteri gastrica dextra diligasi. Duodenum dibebaskan dari
perlekatan dengan pancreas dan struktur disekitarnya,kemudian direseksi dengan
jarak >2 cm dari pylorus.Stump duodenum kemudian ditutup dengan jahitan
continous dengan benang absorsable 3/0. selanjutnya dilakukan separasi kapsul
pancreas dan diseksi a hepatica komunis,vena gastrica sinistra diidentifikasi dan
diligasi. Arteri gastroepiploica sinistra diligasi. Gaster kemudian diangkatsehingga
dapat mengexpose arteri gastrica sinistra dari bawah. Arteri gastrica sinistra diligasi.
Setelah itu dilakukan pemisahan gaster dari jaringan sekitarnya baik pada sisi
kurvatura mayor maupun kurvatura minor,kemudian dilakukan transeksi gaster
sesuai dengan lokasi tumor. Selanjutnya dilakukan rekonstruksi
( Gastroenterostomy) . Kemudian perdarahan dirawat,luka operasi ditutup lapis demi
lapis
GASTROENTEROSTOMI
BILLROTH I
Setelah dilakukan gastrectomy seperti diatas kemudian dilakukan rekonstruksi
dengan melakukan anastomosis gaster dengan duodenum tehnik continous suture
dengan benang absorbable 3.0
BILLROTH II
Setelah dilakukan gastrectomy seperti diatas kemudian dilakukan rekonstruksi
dengan melakukan anastomosis end to side gaster dengan jejunum tehnik jahitan
continous dengan benang absorbable 3.0
Komplikasi Operasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada operasi ini adalah perdarahan,kebocoran pada
anastomosis, infeksi luka operasi, gangguan respirasi, dan prolem yang berkaitan
dengan balans cairan dan elektrolit
Mortalitas
Angka kematian pasca operasi gastrectomy dilaporkan mencapai 8 %
Perawatan Pasca Bedah
Perhatian utama pasca bedah gastrectomi difokuskan pada maintenance cairan dan
elektrolit, pemberian analgesia yang adekuat. Dilakukan monitoring vital sign dan
urine output dalam 24 jam pertama. Bila bising usus sudah baik dapat mulai
diberikan enteral nutrisi secara bertahap. Juga dimonitor adanya komplikasi .Lama
perawatan 7-14 hari.
Pada pasien yang menjalani gastrectomi total membutuhkan suplemen vitamin B12
dan asam folat
GASTROSTOMY
Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta latih mampu dan menguasai anatomi
esophagus,lambung dan duodenum, mengerti dan menguasai fisiologi lambung,
mengerti dan menguasai keluhan dan tanda klinis, diagnosis pengelolaan,
pengobatan,prognosis kelainan pada esophagus dan lambung, perawatan perioperatif
dan komplikasi
Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta latih akan memiliki kemampuan untuk
:
19. menjelaskan anatomi esophagus,lambung dan duodenum ( tingkat
kompetensi
K2A2)
20. menjelaskan fisiologi lambung ( tingkat kompetensi K2A2)
21. menganalisis dari sintesis gejala dan tanda klinis searah diagnosis
kelainan pada
esophagus dan lambung ( tingkat kompetensi K3A3)
22. menjelaskan indikasi danmengevaluasi diagnostic imaging saluran
cerna bagian
atas ( tingkat kompetensi K3A3)
23. menjelaskan indikasi dan melakukan endoskopi saluran cerna
bagian atas ( tingkat
kompetensi K3P3A3)
24. menjelaskan staging dari karsinoma esophagus ( tingkat
kompetensi K3A3)
25. menjelaskan pembedahan pada obstruksi esophagus( tingkat
kompetensi K3P3A3 )
26. menjelaskan prognosis karsinoma lambung,melakukan perawatan
dan mengatasi
komplikasi karsinoma lambung ( tingkat kompetensi K3P4A3)
Pokok bahasan/Sub Pokok bahasan
19. Anatomi saluran cerna bagian atas
20. Fisiologi saluran cerna bagian atas
21. Gejala dan tanda klinis obstruksi esophagus
22. Upper GI series,USG,CT Scan
23. Esophago-gastro-duodenoscopy
24. TMN system
25. Indikasi dan tehnik pembedahan pada obstruksi esophagus
26. chemotherapy,immunotherapy
27. perawatan perioperatif,komplikasi,morbidity,mortality dan 5 YSR
Metode
Workshop/Pelatihan
Belajar mandiri
Kuliah
Group diskusi
Visite,bedsite teaching
Bimbingan operasi dan asistensi
Kasus morbiditas dan mortalitas
Continuing Profesional Development
Media
Papan tulis/flip chart
Komputer
LCD
Slide Projector
Alat Bantu pembelajaran
Internet
Telekonferens
Workshop
Pelatihan
Evaluasi
Pretest
Isi preteset :
Anatomi dan fisiologi saluran cerna bagian atas
Diagnosis
Terapi ( tehnik operasi )
Komplikasi dan penanggulangannya
Follow up
Bentuk pretest
MCQ, Essay dan Oral sesuai tingkat masa pendidikan
Buku acuan untuk pretest
13. Buku Teks Ilmu Bedah (diagnosis) Hamilton Bailey
14. Buku Teks Ilmu Bedah Schwart
15. Buku Teks Ilmu Bedah Norton
16. Atlas tehnik operasi Zollinger’s
17. Atlas tehnik operasi Hugh Dudley
18. Buku Ajar Ilmi bedah Indonesia
Bentuk Ujian/test latihan
OSCA (K,P,A)
Ujian operasi pada pasien
Referensi :
19. Buku Teks Ilmu Bedah (diagnosis) Hamilton Bailey
20. Buku Teks Ilmu Bedah Schwart
21. Buku Teks Ilmu Bedah Norton
22. Atlas tehnik operasi Zollinger’s
23. Atlas tehnik operasi Hugh Dudley
24. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia
GASTROSTOMY
INTRODUKSI
Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan membuat stoma pada lambung dengan tujuan
untuk pemberian makanan enteral
Ruang lingkup
Adanya kelainan yang berhubungan dengan esophagus dan lambung seperti
kembung,nyeri lambung, muntah, hematemesis, anoreksia,penurunan BB, anemia,
disfagia,massa di epigastrium. Juga harus diketahui tanda dan gejala obstruksi
esophagus. Dalam kaitan penegakan diagnosis diperlukan kerjasama dengan
beberapa disiplin ilmu lain seperti Patologi Anatomi, radiology.
Indikasi operasi ;
- prosedur sementara untuk mengurangi ketidaknyamanan setelah operasi
gastrectomi dan vagotomy
- prosedur menetap/permanent pada obstruksi esophagus olehkarena tumor yang
unresectable
Pemeriksaan penunjang
- Esofagogastroduodenoskopi
- Ronsen OMD
- USG
- CT Scan
setelah memahami,menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang
ahli bedah mempunyai kompetensi untuk melakukan gastrostomi sementara maupun
permanen serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan
pendidikan
Kompetensi terkait dengan modul
Tahapan Bedah Dasar ( semester I-III )
Persiapan pre operasi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed consent
Asisten II, asisten I pada saat operasi
Follow up pasca operasi
Tahapan Bedah Lanjut ( semester IV-VII ) dan Chief Residen ( Semester VIII-
IX )
Persiapan Pra operasi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed Consent
Melakukan Operasi ( Bimbingan dan Mandiri )
Penanganan komplikasi
Follow up dan rehabilitasi
Tehnik Operasi :
GASTROSTOMY SEMENTARA
Penderita dalam posisi supine dengan general anestesi. Dilakukan tindakan aseptic
antiseptic pada seluruh abdomen dan dada bagian bawah kemudian dipersempit
dengan linen steril. Dilakukan insisi midline kecil mulai dari bawah xyphoid. Insisi
diperdalam sampai tembus peritoneum. Lambung dipegang dengan Babcock dan
ditarik ke atas. Kemudian dilakukan insisi pada lambung dengan pisau atau gunting.
Selanjutnya dimasukkan kateter Mushroom ukuran 16-18 Fr, dapat juga dipakai
foley kateter. Balon kateter dikembangkan dan dinding gaster disekitar kateter
diinversikan dengan cara di purse string. Pangkal kateter dikeluarkan melalui insisi
pada dinding abdomen beberapa cm dari tepi luka insisi awal. Dinding lambung
difiksasi ke peritoneum dengan benerapa jahiitan menggunakan silk 2.0 tabung
kateter yang telah dikeluarkan tadi kemudian difiksasi pada dinding luar abdomen
dengan benang non absorbable. Luka operasi kemudian ditutup lapis demi lapis.
GASTROSTOMY PERMANEN
Penderita dalam posisi supine dengan general anestesi. Dilakukan tindakan aseptic
antiseptic pada seluruh abdomen dan dada bagian bawah kemudian dipersempit
dengan linen steril. Dilakukan insisi midline kecil mulai dari bawah xyphoid. Insisi
diperdalam sampai tembus peritoneum. Setelah lambung tervisualisasi dengan jelas
dibuat flap rectangular dengan dasarnya pada kurvatura mayor guna menjamin
vaskularisasi yang adekuat.ujung flap kemudian dipegang dengan Allis klem.
Kemudian kateter dimasukkan kedalam lambung dan tabungnya ditempatkan
disepanjang permukaan dalam dari flap tadi. Mucous membran ditutup dengan
continous suture atau interrupted suture dengan silk 4.0. lapisan luar yang termasuk
serosa dan submucosa kemudian ditutup dengan continous absorbable suture atau
interrupted suture dengan silk. Kemudian dinding lambung difiksasi ke peritoneum.
Kateter yang sebagiannya telah bungkus oleh flap tadi kemudian dikeluarkan keluar
cavum abdomen melalui insisi awal. Kemudian luka operasi ditutup lapis demi lapis.
Perawatan Pasca Bedah
Gastrostomy sementara sebaiknya tidak dilepaskan setidaknya 7-10 hari untuk
menjamin penyembuhannya. Juga jangan dilepaskan sampai fungsi pencernaan
kembali normal. Pada gastrostomy permanen, cairan seperti air dan susu dapat
secara aman dimasukkan melalui kateter gastrostomy. Setelah 1 minggu atau lebih
kateter dapat dilepaskan dan dibersihkan tetapi harus segera dipasang kembali
segera karena adanya kecenderungan tract bekas kateter akan menutup dengan
cepat.
DRAINASE ABSES APPENDIK
Tujuan pembelajaran umumSetelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi dan fisiologi appendik, memahami patogenesa abses appendik, menegakkan diagnosa, pengelolaan dan pengobatan abses appendik, serta menentukan tindakan operatif yang sesuai dan perawatan pasca operasi .
Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta latih akan memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi appendik (tingkat kompetensi K2A2)/
2. Menjelaskan patogenesis terjadinya abses appendik (tingkat kompetensi K2A2)/ ak.
3. Mengevaluasi gejala dan tanda klinis abses appendik(tingkat kompetensi K3A3)/ ak.
4. Menjelaskan komplikasi abses appendik (tingkat kompetensi K2A2)/ ak
5. Mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium yang diperlukan (tingkat kompetensi K3A3)/
6. Menjelaskan indikasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan imaging dalam rangka diagnosis abses appendik (tingkat kompetensi K3A3)/ak
7. Menjelaskan indikasi dan melakukan pembedahan atau drainase pada abses appendik (tingkat kompetensi K2P5A3)
8. Menjelaskan prognosis penderita abses appendik, melakukan perawatan perioperatif dan mengatasi komplikasi (tingkat kompetensi K3P5A3)
Pokok bahasan / sub pokok bahasan:1. Anatomi appendik, fisiologi appendik dan
patogenesis abses appendik2. Etiologi, diagnosis dan rencana pengobatan dan
pengelolaan abses appendik3. Tehnik drainase abses appendik4. Work-up penderita abses appendik5. Perawatan penderita abses appendik pra operatif
dan pasca operasi
Waktu
Metode o Workshop/ pelatihano Belajar mandirio Kuliaho Group diskusi; visite, bed side teachingo Bimbingan operasi dan assistensio Kasus morbiditas dan mortalitas o Continuing Profesional Development
Media Papan tulis / flipchart Komputer LCD Slide proyektor
Alat Bantu pembelajaran Internet, telekomferensWorkshop, pelatihan
Evaluasi
Pre test Isi pre test
Anatomi dan fisiologi appendik, patogenesis abses appendik Diagnosis Terapi (tehnik operasi) Komplikasi dan penanggulangannya Follow-upBentuk pre test
MCQ, Essay dan Oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan Buku acuan untuk pre test
1. Buku teks Ilmu bedah Schwatz2. Buku teks Ilmu bedah Norton3. Buku teks Ilmu bedah Current4. Atlas Teknik operasi Zollinger5. Atlas gastrointestinal Emilio Etala6. Buku ajar Ilmu bedah Indonesia
Bentuk ujian / test latihan OSCA (K, P, A) Ujian operasi pada pasien
Referensi17.Buku teks Ilmu bedah Schwatz18.Buku teks Ilmu bedah Norton19.Buku teks Ilmu bedah Current20.Atlas Teknik operasi Zollinger21.Atlas gastrointestinal Emilio Etala22.Buku ajar Ilmu bedah Indonesia 23.Jaffe MB,Berger HD. The Appendix. In Schwatz’s principles of
surgery 8th ed. Mc Graw Hill Inc. 2005, 1119-113524.Soybel ID. Appendix. In Norton ed. Surgery, Basic Science and
Clinical Evidence. Springer, 2001, 647-66325.Way WL. Appendix. In Current Surgical Diagnosis & Treatment 11th
ed. Mc Graw Hill Inc. 2003, 668-67326.Atlas of surgical technique Zollinger 8th ed, Mc Graw Hill Inc. 2003,
116-12127.Atlas of gastrointestinal surgery Emilio Etala Vol II, Williams &
Wilkin. 1997, 1943-199328.De Jong W, Sjamsuhidayat. Buku ajar ilmu bedah 2nd ed. EGC. 2005,
639-64529.Skandalakis EJ, Skandalakis NP. Surgikal Anatomy and Technique
2nd ed. Springer. 2000, 443-45530.Healey EJ, The abdomen in Surgical Anatomy 2nd ed, BC Decker Inc.
1990, 194-199
DRAINASE ABSES APENDIK
INTRODUKSI
Definisi Suatu tindakan pembedahan dengan cara mengeluarkan abses
Ruang lingkupTeraba massa yang nyeri dan berfluktuasi diregio iliaca kanan disertai demam tinggi. Pada pemeriksaan darah ditemukan leukosit tinggi (> 18.000 mm3) dan LED tinggi. Dalam menegakkan diagnosa dapat di Bantu dengan USG maupun foto dada.
Indikasi Operasi- Konservatif gagal dengan AB- Ukuran Abses bertambah besar dan fluktuatif- Suhu tetap meningkat - Leukosit meningkat
Kontra indikasi operasi- umum- Khusus
Diagnosa Banding abses apendik- Abses hati- Pneumonia basal atau efusi pleura- Penyakit Crohn- Diverticulum Meckel- Karsinoma caecum- Amuboma- Penyakit ginekologi
Pemeriksaan penunjang- Foto thoraks- USG abdomen- CT Scan
Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang dokter ahli bedah mempunyai kompetensi operasi drainase abses apendik serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan.
Kompetensi terkait dengan modul Tahapan Bedah Dasar (semester I-III)
Persiapan pra operasi : Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Informed consent Assisten 2, assisten 1 pada saat operasi Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (semester IV-VII) dan chief residen (smstr VIII-IX) Persiapan pra operasi : Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Informed consent Melakukan operasi ( Bimbingan, Mandiri) Penanganan komplikasi Follow up dan rehabilitasi
ALGORITMA DAN PROSEDURE
Algorima
Kecurigaan apendisitis akut
Tidak jelas
Observasi aktif
Tidak jelas
Apendisitis USG dan Lab Penyakit lain
Apendektomi Tindakan yang sesuai
Perjalanan alami apendisitis Apendisitis local / mukosa
Apendisitis flegmonosa
Appendisitis gangrenosa
Perforasi
Periapendikular mass Abses apendik
Tehnik operasi
Secara singkat teknik drainase abses apendik dapat dilakukan dengan sonografi atau ct scan sebagai control melalui perkutaneous. Apabila gagal dilakukan tindakan surgical langsung dengan apendektomi atau tidak. Prosedur sama dengan apendektomi. Dimana setelah penderita dalam posisi supine dan narkose umum, dilakukan aseptic/antiseptic pada lapangan operasi dan dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi diatas massa abses, insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis m. obliqus externus, kemudian dibuka secara tajam, m. obliqus internus di splitting sampai tampak fasia transversalis dan peritoneum dibuka secara tajam, dilakukan identifikasi caecum dan taenia coli untuk mencari apendik, kemudian dilakukan apendektomi (lihat pada appendicitis akut). Pada daerah caecum dipasang drain yang lunak dan lembut. Luka operasi ditutup lapis demi lapis. Kulit dapat ditutup kemudian.
Komplikasi operasi
Komplikasi pada tindakan drainase ini jarang sekali timbul, biasanya :
a. Perdarahan
b. Perforasi organ intra abdomen lain, seperti caecum, ileum dll.
c. Infeksi luka operasi
Mortalitas
Angka mortalitas pasca drainase sangat jarang sekali ditemukan apalagi sejak ditemukan antibiotic paten.
Perawatan pasca operasi
Pasca drainase pasien dirawat diruangan selama 1-2 hari, balans cairan dan pemberian antibiotic, posisi setengah duduk. apabila klinis membaik dan cairan yang keluar melalui drain berkurang atau tidak keluar lagi maka drain dapat dicabut, apendektomi dapat direncanakan jika belum.
Follow-up
Penderita pasca drainase abses apendik, jika ditemukan sepsis dapat dilakukan CT Scan mulai kira-kira 7 (tujuh) hari setelah pembedahan untuk menentukan letak penyebabnya.
Kata kunci: Abses apendik, drainase abses apendik, apendektomi
No Check-list prosedur operasi Kasus ke
1 2 3 4 Pre operasi
1 Informed consert2 Laboratorium3 Pemeriksaan tambahan4 Antibiotik profilaksis5 Cairan dan darah6 Persiapan local daerah operasi
Operasi7 Posisi penderita 8 Peralatan dan instrument operasi khusus9 Prosedur operasi sesuai kaidah bedah digestif
Pasca bedah10 Komplikasi dan penangannya11 Pengawasan terhadap ABC
DRAINASE ABSES APPENDIK
Tujuan pembelajaran umumSetelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi dan fisiologi appendik, memahami patogenesa abses appendik, menegakkan diagnosa, pengelolaan dan pengobatan abses appendik, serta menentukan tindakan operatif yang sesuai dan perawatan pasca operasi .
Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta latih akan memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi appendik (tingkat kompetensi K2A2)/
2. Menjelaskan patogenesis terjadinya abses appendik (tingkat kompetensi K2A2)/ ak.
3. Mengevaluasi gejala dan tanda klinis abses appendik(tingkat kompetensi K3A3)/ ak.
4. Menjelaskan komplikasi abses appendik (tingkat kompetensi K2A2)/ ak
5. Mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium yang diperlukan (tingkat kompetensi K3A3)/
6. Menjelaskan indikasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan imaging dalam rangka diagnosis abses appendik (tingkat kompetensi K3A3)/ak
7. Menjelaskan indikasi dan melakukan pembedahan atau drainase pada abses appendik (tingkat kompetensi K2P5A3)
8. Menjelaskan prognosis penderita abses appendik, melakukan perawatan perioperatif dan mengatasi komplikasi (tingkat kompetensi K3P5A3)
Pokok bahasan / sub pokok bahasan:1. Anatomi appendik, fisiologi appendik dan
patogenesis abses appendik2. Etiologi, diagnosis dan rencana pengobatan dan
pengelolaan abses appendik3. Tehnik drainase abses appendik4. Work-up penderita abses appendik5. Perawatan penderita abses appendik pra operatif
dan pasca operasi
Waktu
Metode o Workshop/ pelatihano Belajar mandirio Kuliaho Group diskusi; visite, bed side teachingo Bimbingan operasi dan assistensio Kasus morbiditas dan mortalitas o Continuing Profesional Development
Media Papan tulis / flipchart Komputer LCD Slide proyektor
Alat Bantu pembelajaran Internet, telekomferensWorkshop, pelatihan
Evaluasi
Pre test Isi pre test
Anatomi dan fisiologi appendik, patogenesis abses appendik Diagnosis Terapi (tehnik operasi) Komplikasi dan penanggulangannya Follow-upBentuk pre test
MCQ, Essay dan Oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan Buku acuan untuk pre test
1. Buku teks Ilmu bedah Schwatz2. Buku teks Ilmu bedah Norton3. Buku teks Ilmu bedah Current4. Atlas Teknik operasi Zollinger5. Atlas gastrointestinal Emilio Etala6. Buku ajar Ilmu bedah Indonesia
Bentuk ujian / test latihan OSCA (K, P, A) Ujian operasi pada pasien
Referensi
DRAINASE ABSES APENDIK
INTRODUKSI
Definisi
Ruang lingkup
Indikasi operasi
Kontra indikasi operasi
Diagnosis banding abses apendik
Pemeriksaan penunjang
Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang dokter ahli bedah mempunyai kompetensi operasi drainase abses apendik serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan.
Kompetensi terkait dengan modul Tahapan Bedah Dasar (semester I-III)
Persiapan pra operasi : Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Informed consent Assisten 2, assisten 1 pada saat operasi Follow up dan rehabilitasi
Tahapan bedah lanjut (semester IV-VII) dan chief residen (smstr VIII-IX) Persiapan pra operasi : Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Informed consent Melakukan operasi ( Bimbingan, Mandiri) Penanganan komplikasi Follow up dan rehabilitasi
ALGORITMA DAN PROSEDURE
Algorima
Perjalanan alami apendisitis
Tehnik operasi
Komplikasi operasia. Perdarahan b. Perforasi organ abdomenc. Infeksi luka operasi
Mortalitas
Perawatan pascabedah
Follow-up
Kata kunci:
No Check-list prosedur operasi Kasus ke
1 2 3 4 Pre operasi
1 Informed consert2 Laboratorium3 Pemeriksaan tambahan4 Antibiotik profilaksis5 Cairan dan darah6 Persiapan local daerah operasi
Operasi7 Posisi penderita 8 Peralatan dan instrument operasi khusus9 Prosedur operasi sesuai kaidah bedah digestif
Pasca bedah10 Komplikasi dan penangannya11 Pengawasan terhadap ABC