6
Belajar Dari Alam Semesta Sedari kecil kita sudah sering mengenal dan mendengarkan banyak istilah bintang yang sering muncul di langit malam. Salah satu bintang yang paling terkenal adalah bintang kejora. Bintang kejora ini menjadi begitu dikenal karena ada lagu yang menggambarkan dirinya. Lagu lawas yang masih bisa kita dengarkan hingga detik ini itu menggambarkan sebuah keindahan dari sebuah karya Tuhan yang indah itu. Jenis bintang tidak hanya ada satu di alam raya ini, tetapi ada beberapa yang biasa kita kenal dengan sebutan gugusan bintang. Tentang Bintang Gugusan bintang atau lebih sering kita kenal dengan sebutan rasi bintang merupakan sebuah kelompok bintang di alam semesta yang seolah-olah berhubungan satu sama lain dan menggambarkan suatu bentuk khusus tertentu, padahal pada kenyataannya tidaklah demikian. Penggambaran bentuk ini sejatinya hanyalah perkara sudut pandang dan kemampuan manusia saja dalam mengamati dan memvisualisasikan berbagai bentuk imajiner dari titik titik bintang tersebut. Pernah bermain tebak-tebakan bentuk awan? Nah, kurang lebih seperti itulah konsep dasarnya, ketika para ahli astronomi menggambarkan pola dalam suatu rasi bintang. Susunan rasi bintang ini ada yang bersifat resmi, yaitu yang diakui keberadaannya oleh Himpunan Astronomi Internasional, ada pula yang tidak resmi alias asterima atau kelompok bintang yang memang diketahui oleh masyarakat luas tetapi tidak diakui secara resmi oleh organisasi astronomi internasional tersebut. Rasi

Belajar Dari Alam Semesta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel Belajar Dari Alam Semesta

Citation preview

Page 1: Belajar Dari Alam Semesta

Belajar Dari Alam Semesta

Sedari kecil kita sudah sering mengenal dan mendengarkan banyak istilah bintang yang sering

muncul di langit malam. Salah satu bintang yang paling terkenal adalah bintang kejora. Bintang

kejora ini menjadi begitu dikenal karena ada lagu yang menggambarkan dirinya. Lagu lawas yang

masih bisa kita dengarkan hingga detik ini itu menggambarkan sebuah keindahan dari sebuah karya

Tuhan yang indah itu. Jenis bintang tidak hanya ada satu di alam raya ini, tetapi ada beberapa yang

biasa kita kenal dengan sebutan gugusan bintang.

Tentang Bintang

Gugusan bintang atau lebih sering kita kenal dengan sebutan rasi bintang merupakan sebuah

kelompok bintang di alam semesta yang seolah-olah berhubungan satu sama lain dan

menggambarkan suatu bentuk khusus tertentu, padahal pada kenyataannya tidaklah demikian.

Penggambaran bentuk ini sejatinya hanyalah perkara sudut pandang dan kemampuan

manusia saja dalam mengamati dan memvisualisasikan berbagai bentuk imajiner dari titik titik

bintang tersebut. Pernah bermain tebak-tebakan bentuk awan? Nah, kurang lebih seperti itulah

konsep dasarnya, ketika para ahli astronomi menggambarkan pola dalam suatu rasi bintang.

Susunan rasi bintang ini ada yang bersifat resmi, yaitu yang diakui keberadaannya oleh

Himpunan Astronomi Internasional, ada pula yang tidak resmi alias asterima atau kelompok

bintang yang memang diketahui oleh masyarakat luas tetapi tidak diakui secara resmi oleh

organisasi astronomi internasional tersebut. Rasi bintang asterisma umumnya jarang ada yang

memiliki hubungan secara astrofisika, mereka hanya kebetulan saja tampak saling berdekatan dan

membentuk pola tertentu di langit ketika dilihat dari bumi.

Pengelompokan bintang-bintang hingga menjadi suatu gugusan sebenarnya dipengaruhi

beberapa faktor, selain dari sudut pandang keilmuan, ada peran budaya atau kebiasaan dalam

masyarakat yang turut menciptakan pengelompokan gugusan ini. Misalnya saja dikalangan para

penjelajah atau pelaut yang sudah sejak lama memanfaatkan pola-pola rasi bintang sebagai kompas

alam.

Sampai saat ini Himpunan Astronomi International telah melakukan pengelompokan rasi

bintang di alam semesta kedalam 88 rasi bintang resmi dengan berbagai ketentuan yang jelas,

sehingga setiap satu rasi bintang hanya menunjukan arah tertentu saja. Misalnya untuk belahan

bumi bagian utara (hemisfer), pengelompokan rasi bintangnya merujuk pada budaya Yunani kuno

saat Abad Pertengahan, seperti simbol-simbol Zodiak yang kita ketahui sekarang. 

Page 2: Belajar Dari Alam Semesta

Sejarah Singkat Penemuan Rasi Bintang

Adalah Ptolemeus Filose, seorang berkebangsaan Mesir, lulusan dari Institute Alexandria

menulis buku perdananya yang diberi judul Almagest sekitar tahun 150 Masehi. Dalam bukunya

tersebut dia mencoba mengelompokan , mengidentifikasi dan memetakan sekitar 48 bintang yang

ada di jagat raya.

Kemudian antara abad ke-8 hingga 16 Masehi, para intelektual muslim menjadi pelopor

kebangkitan ilmu pengetahuan modern termasuk di dalamnya adalah ilmu astronomi

(perbintangan). Mereka melakukan berbagai revisi dan memasukkan banyak data-data tambahan

yang substansial bagi perkembangan ilmu perbintangan modern.

Tahun 1603, Alexander Mair membuat sebuah karya yang ikut berkontribusi besar dalam

dunia perbintangan modern. Dia membuat sebuah peta konstelasi bintang di langit sekaligus

menambahkan 12 nama bintang baru ke dalam pemetaan gugusan bintang yang telah dilakukan oleh

Ptolemeus Filose sebelumnya di tahun 150 Masehi. Kemudian berturut-turut berikutnya, tahun 1664

Jacob Bartsch memberikan tambahan tiga nama bintang baru, serta selang beberapa lama ada

Nicolas Louis yang berhasil pula menambahkan empat belas bintang baru lainnya. 

Perkembangan ilmu perbintangan ini akhirnya mencapai puncaknya pada tahun 1690,

dimana Jehannes Hevelius ikut memberikan tambahan sembilan bintang baru, sehingga total

seluruhnya menjadi 88 rasi bintang sebagaimana yang kita kenal sekarang. 

Rasi Bintang Sebagai Penunjuk Arah Alami

Sebelum teknologi berkembang pesat seperti hari ini, ketika kompas, GPS (Global

Positioning System) atau bahkan aplikasi semacam Google Maps ditemukan, metode penentuan

arah mata angin tentunya masih menggunakan teknik-teknik yang sangat alami dan sederhana,

misalnya saja dengan cara menggunakan matahari sebagai patokan arah Timur dan Barat. Lalu

bagaimana menentukan arah mata angin pada saat malam hari ketika matahari tidak ada sebagai

penentu arah? Maka jawabannya adalah rasi bintang-bintang yang ada dilangit tersebut. Sudah sejak

lama para pelaut atau navigator memanfaatkan pola rasi bintang sebagai panduan bagi mereka

dalam menentukan arah mata angin saat berlayar di malam hari.

Beberapa gugusan bintang yang umum dikenali dan bisa dijadikan patokan arah mata angin

adalah sebagai berikut:

Gugus Bintang Biduk (Great Bear) alias Big Dipper. Tersusun dari 7 buah bintang

yang menyerupai bentuk sendok atau gayung, oleh karenanya kadang disebut juga

Page 3: Belajar Dari Alam Semesta

sebagai rasi bintang tujuh atau Bintang Utara karena memang rasi bintang ini

menunjukan arah utara.

Selanjutnya ada Gugus Bintang Pari, Layang-layang atau Palang (Crux). Konfigurasi

rasi bintang yang satu ini memang menyerupai bentuk layang-layang atau palang

dimana bintang dibagian ujung palang tersebut sebagai penunjuk arah selatan.

Gugus bintang penunjuk arah Barat namanya adalah Gugus Bintang Pemburu

(Orion) alias Waluku. Rasi bintang ini dapat kita lihat jika langit di sebelah Barat

sedang cerah.

Terakhir ada yang namanya Gugus Bintang Kalajengking (Scorpio) yang menjadi

penentu arah Tenggara atau Timur. Scorpio ini cukup sulit ditemukan atau dikenali

mengingat jumlah bintang yang membentuk gugusan ini ada sekitar dua puluh buah,

butuh pengalaman banyak dalam ilmu perbintangan untuk bisa mengenalinya dengan

mudah di langit.

Keempat rasi bintang tersebut merupakan sebagian dari sekian banyak pola atau bentuk

yang bisa menjadi penentu alami arah mata angin. O iya, salah satu kelemahan dalam

memanfaatkan rasi bintang ini sebagai patokan arah mata angin adalah selain hanya bisa digunakan

pada malam hari kita juga harus mendapatkan kondisi langit yang benar-benar cerah, karena jika

tidak maka tentu saja kita akan kesulitan atau bahkan tidak bisa mengenalinya sama sekali. Musim

panas atau kemarau merupakan saat yang tepat untuk menikmati langit dan mempelajari pola rasi

bintang karena biasanya langit di musim tersebut kerap kali dalam kondisi cerah.

Rasi Bintang Dalam Perspektif Yunani Kuno dan Islam

Sebagaimana kita ketahui bahwasannya dahulu Yunani dan Islam menjadi kiblat dalam

berbagai penemuan maupun inovasi di bidang ilmu pengetahuan, baik itu kesehatan, teknolofi,

filsafat maupun astronomi khususnya mengenai perbintangan. Ilmu pengetahuan modern saat ini

pun secara langsung maupun tidak langsung telah mendapat rujukan berkualitas dan menjadikan

berbagai penemuan para cendekiawan muslim dan Yunani dari berbagai disiplin ilmu sebagai tolak

ukur pengembangan ilmu pengetahuan pada saat ini.

Dalam perspektif Yunani sendiri ilmu astronomi atau perbintangan ini penamaannya banyak

yang mengambil nama-nama dari cerita mitologi mereka, atau yang dikenal dengan Zodiak.

Kebanyakan mungkin kita sangat familiar dengan nama-nama tersebut, seperti: Taurus, Leo, Virgo,

Sagitarius, Pisces dan lainnya.

Page 4: Belajar Dari Alam Semesta

Sementara dalam Islam topik mengenai rasi bintang dengan jelas mendapat porsi khusus

dan tercan tum dalam sebuah surat Al-quran bernama Al-buruuj yang artinya rasi bintang. Dalam

surat. di Al-Qur'an dengan tegas dijelaskan kembali berbagai manfaat lain dari keberadaan rasi

bintang di langit. Tidak hanya sebagai indikator alami penentu arah tetapi juga berpengaruh lebih

dalam terhadap kehidupan manusia itu sendiri.

Pada akhirnya perkembangan ilmu astronomi atau gugusan bintang khususnya harus dijadikan

sebuah tolak ukur bagi kita dalam kaitannya berinteraksi dengan alam semesta sekaligus

mengajarkan membaca gejala alam yang ada, sehingga kita sebagai manusia bisa mengambil

manfaat baiknya dengan semaksimal mungkin.