10
Seri Cara Belajar yang Kreatif 1. Belajar Matematika dengan Menyenangkan Problem Pembaca: Tidak tahu cara membuat anak senang belajar matematika (tidak membosankan, tapi efektif) sehingga nilai matematikanya bagus Janji Produk: setelah membaca buku ini pembaca akan tahu cara-caranya dan mempraktikkannya Outline: Pendahuluan 1. Kreativitas itu Penting (membahas juga tindakan terlarang yang bisa mematikan kreativitas anak) 2. Mengapa Matematika Penting? (membahas hal-hal yang biasanya membuat anak bosan) 3. Belajar Matematika dengan visual dan kinestetikal (kelas 2 – 6 SD) - HOW TO 4. Tip dan Saran Kesimpulan Profil Penulis Penulis sudah menggeluti dunia pendidikan sejak th 1993 dan mulai dari mengajar bidang geologi, teknik sipil, tambang dan mengajar fotografi di berbagai Universitas Swasta. Pernah mengajar fotografi 1

Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

Seri Cara Belajar yang Kreatif

1. Belajar Matematika dengan Menyenangkan

Problem Pembaca: Tidak tahu cara membuat anak senang belajar

matematika (tidak membosankan, tapi efektif) sehingga nilai matematikanya

bagus

Janji Produk: setelah membaca buku ini pembaca akan tahu cara-caranya dan

mempraktikkannya

Outline:

Pendahuluan

1. Kreativitas itu Penting (membahas juga tindakan terlarang yang

bisa mematikan kreativitas anak)

2. Mengapa Matematika Penting? (membahas hal-hal yang biasanya

membuat anak bosan)

3. Belajar Matematika dengan visual dan kinestetikal (kelas 2 – 6 SD)

- HOW TO

4. Tip dan Saran

Kesimpulan

Profil Penulis

Penul is sudah menggelut i dunia pendidikan sejak th 1993 dan mulai dar i mengajar b idang geologi , teknik s ip i l , tambang dan mengajar fotograf i d i berbagai Universi tas Swasta. Pernah mengajar fotograf i dengan t i t ik berat seni rupa pada anak SD sampai usia dewasa. Lulus S-2 th 1991 di b idang geologi teknik dar i Universi tas Canterbury, Selandia Baru dan New York Inst i tute of Photography. Sampai saat in i masih akt i f mengajar d i dua Universi tas Swasta. Tanya jawab mengenai buku, pelat ihan v isual maths dengan melalui e-mai l [email protected] dan 0811145195. Penul is sedang mengambi l program doktor bagian pendidikan di Universi tas Negr i Jakarta ( IKIP).

1

Page 2: Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

BAB 1 Kreativitas itu Penting

Asal ide datangnya untuk membuat pelajaran matematika menjadi mudah

dan menyenangkan berangkat dari cerita ini.

Bisnis saya dahulunya berangkat dari jual background untuk keperluan

foto studio. Banyak pegawai lulusan SD atau SMP bekerja untuk memotong

kanvas. Kebanyakan mereka sudah putus sekolah sejak lama sehingga agak

kesulitan dalam menghitung.

Saat memotong kanvas, mereka selalu menggunakan meteran. Ternyata cukup

sulit karena meteran itu harus dipegang lurus oleh dua orang dan kadang kain

yang dipotong mencapai 6 meter. Sehingga penggunaan meteran kurang

praktis. Lagipula kanvas yang dipotong tidak selalu berukuran sama.

Untuk mengatasi hal tersebut paling praktis ternyata membentang kanvas di

lantai yang mempunyai panjang ubin 30 cm. Sehingga panjang kanvas langsung

dihitung dengan jumlah ubin. Misal panjang kanvas 6 meter dihitung dengan 30

2

Page 3: Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

ubin. Cerita potong kain ini sebenarnya masalah pembagian sedangkan

masalah perkalian saat saya melihat tukang bangunan yang akan memasang

ubin. Dia mengukur panjang ruangan dan lebar ruangan. Kemudian membagi

dengan panjang ubin yang akan dipakai. Misal panjang ruangan 6 meter dibagi

panjang ubin 30 cm. Maka tukang bangunan itu menulis 20 ubin. Setelah itu 3

meter dibagi dengan 30 cm maka dia menulis 10 ubin. Baru dia mengali

kebutuhan ubin 20 X 10 = 200 ubin. Seandainya kita berikan anak yang baru

lulus sekolah dasar. Maka perhitungan kemungkinan akan seperti ini

Luas lantai = panjang X lebar = 6 X 3 = 18 meter 2

Luas ubin = panjang ubin X lebar ubin = 30 cm X 30 cm = 900 cm2 =

900/10000 m2 = 0,09 m2

Jumlah ubin = 18 : 0.09 = 200 ubin. Hasil sama tetapi perhitungan tukang

bangunan itu lebih praktis dan cepat dan tidak butuh kalkulator.

Teknik-teknik kreatif yang sehari-hari digunakan orang ini jarang

dan hampir tidak pernah diajarkan oleh guru dan orang tua saat mengajar

anaknya. Cara-cara ini sebenarnya akan jauh lebih dimengerti anak

dibandingkan cara melatih anak mengerjakan soal matematika secara terus

menerus atau yang dikenal dengan sistim dril. Sistim dril atau melatih

berulang-ulang ini berakibat rumus-rumus matematika SD itu hanya hafalan

sebelum ujian dan kurang memahami persoalan matematika. Setelah itu cepat

sekali dilupakan. Banyak diantara kita yang sudah lupa rumus KPK, FPB atau

isi, luas dari kerucut dan banyak rumus dasar matematika lainnya. Selain kurang

memahami rumus sewaktu mereka belajar dulu, banyak orang tua yang tidak

tahu cara mengajar anaknya. Bahkan untuk pelajaran matematika yang mudah

sekali seperti pelajaran di kelas 2 SD sekalipun seperti contoh di dalam kotak.

Bagaimana mengajar 9 : 3 =

3

Page 4: Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

Kita pegang sembilan benda yang sama dan akan dimasukkan pada 3 kotak.

Caranya tidak memasukan ketiga benda sekaligus ke dalam kotak, melainkan

dengan cara mengisi kotak tersebut satu per satu.

4

Page 5: Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

Jangan lakukan sekaligus memasukan ketiga kelereng di depan anak. Cara ini

akan membuat bingung anak yang tidak tahu darimana datangnya angka 3 . Gb

1.1

Orang tua boleh dibilang akan sama cara mengajarnya dengan guru

mereka di sekolah. Sistim cara pengajaran yang sudah diwariskan turun

temurun adalah sistim pengajaran audio. Guru menulis di papan tulis,

menjelaskan dengan berbicara dan memberi latihan soal. Cara mengajar guru

matematika cenderung mempunyai cara yang sama dari SD sampai tingkat

perguruan tinggi. Cara mengajar itu sudah puluhan tahun dan sudah dipercaya

sebagai satu-satunya cara yang benar dan banyak pula dilakukan di kursus-

kursus.

Sistim audio ini kurang cocok untuk sebagian besar anak yang memang

dilahirkan berbeda-beda. Sistim ini hanya cocok untuk anak yang dilahirkan

dengan gaya belajar audio kurang lebih hanya sekitar 20- 34 %. Selebihnya

adalah anak-anak yang belajar dengan melihat (visual) dan melakukan sesuatu

(kinestetik). Sistim audio yang sekarang sedang berlangsung ini akan

menyingkirkan 66-80% murid. Sistim audio ini memang paling mudah

dilaksanakan tetapi membuat anak hanya menghafal dan kurang kreatif dalam

matematika.

Kesulitan semakin menjadi lagi setelah pelajaran matematika itu semakin

berat dibandingkan penulis alami 30 tahun yang lalu. Sampai teman penulis

yang kewalahan untuk mengajar anaknya yang baru kelas 2 SD dan punya gaya

belajar visual. Anaknya jago gambar kurang begitu suka matematika dan

merasa bahwa matematika adalah ilmu yang abstrak.

Banyak guru berpikir kalau angka yang ditulis di papan tulis itu, berarti

sudah ada sistim visual pada pengajaran. Pendapat ini keliru. Angka dan huruf

merupakan bentuk yang abstrak bagi anak-anak bukan bentuk yang kongkrit

seperti bangku, meja, televisi dan sebagainya. Soal matematika dalam bentuk

5

Page 6: Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

kalimat dan angka hanya mengaktifkan otak kiri siswa saja. Begitu pula dengan

cara menjawab soal.

Sedangkan cara visual dan kinestetik yang diterapkan pada buku ini akan

membuat otak kanan mereka aktif dan pengertian mereka akan matematika

menjadi lebih baik yang sesuai dengan kenyataan dan praktek hidup sehari-hari.

Sehingga matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan.

Pada sistim audio, kreativitas itu sulit dicapai bagi anak dalam belajar

matematika karena pola pengajaran yang berulang diajarkan pada anak. Dari

cara mengajar dan mengerjakan soal dengan matematika cenderung satu cara.

Lama kelamaan menanamkan dogma bahwa itu satu-satunya cara dalam

belajar. Sehingga menghambat kreativitas anak.

Mengapa kreativitas itu penting ? Seandainya teori NLP dari Richard

Brandler and John Grinder dan teori fungsi otak kanan dan kiri Roger Sperry

sudah ditemukan dan di aplikasikan sejak kita kecil. Maka prestasi yang kita

capai saat ini mungkin sudah kita bisa capai 10-20 tahun yang lalu. Misalkan

anda saat ini mencapai posisi manajer usia 50 tahun. Dengan pendidikan

kreativitas yang baik prestasi itu sudah bisa dicapai pada usia 40 tahun atau

bahkan 30 an. Soal latihan otak kiri kita lebih berat terutama dalam matematika

dibandingkan orang Amerika. Tetapi pengembangan setengah otak kita yaitu

otak kanan hampir tidak ada. Sehingga prestasi kita dalam mengembangkan

sumber daya manusia tertinggal jauh.

Pengembangan tingkat kreativitas yang merupakan gabungan fungsi otak

kanan dan kiri akan membuat anak mempunyai jiwa sebagai penemu atau

penggali ide yang orisinil. Jangankan menang nobel, kreativitas sangat

dibutuhkan untuk memulai bisnis yang mempunyai sistim baru dan

menghancurkan sistim lama seperti dilakukan oleh Amazon dan Google.

Apa yang kita lakukan dalam berapa dekade ini dalam meningkatkan

mutu pelajaran matematika ? untuk mengejar ketinggalan tersebut, anak-anak

6

Page 7: Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

kita malah ditambah latihan soal matematika dan bangga bila anaknya sekolah

dengan mata pelajaran matematika yang lebih banyak dan cepat dibandingkan

sekolah lain. Kita lupa kreativitas untuk mengembangkan cara belajar-mengajar

dalam matematika. Lupa sama sekali bahwa manusia ada otak kanan yang

ukurannya sama besar dengan otak kiri dan perlu dikembangkan.

Kreativitas dalam cara belajar anak bisa dicapai dengan memasukan ketiga gaya

belajar (audio-visual-kinestetik) sehingga mengaktifkan kedua belahan otak

sekaligus melatih motorik dari anak.

Matematika SD ada praktikumnya yang seperti bermain ? ya, buku ini

yang akan mengupas bagaimana melakukan praktikum dalam ilmu matematika.

Di samping itu pada bab terakhir akan dibahas pemainan domino dan permainan

lainnya yang digunakan untuk latihan matematika. Dengan cara ini pengerjaan

soal matematika bisa dilakukan sambil main “games” matematika.

Apakah cara ini tidak bertentangan dengan cara dari guru di sekolah ? tidak,

karena cara pada buku ini ada empat tahap.

1. Soal matematika yang sama dengan yang guru sekolah berikan

2. Merubah soal matematika tersebut secara visual dengan menggambar

3. Menjawab soal matematika tersebut dengan menggambar

4. Membandingkan dengan jawaban soal yang diberikan oleh guru.

Jadi buku ini untuk meningkatkan pemahaman sehingga matematika bukan

sekedar menghafal rumus. Sekaligus buku ini akan mempermudah anak untuk

menghafal rumus dan cara yang diberikan oleh guru mereka.

7

Page 8: Belajar Matematikaku pembelajaran secara visual dan kinestetik

8