3
Belajar Tafsir Tanpa Mengerti Tajwid Seringkali kita mendengar pengajian dan ta’lim baik di masjid perkantoran, masjid komplek, maupun di mushalla-mushalla yang membahana, menyerukan Islam dengan lantang tanpa basa- basi. Pengajaran-pengajaran itu membahas berbagai ajaran Islam. Mulai dari fiqih, tauhid, hadits hingga tafsir. Sebenarnya hal ini harus diapresiasi oleh kaum muslim, karena dapat dikatakan sebagai kemajuan dakwah Islam. Begitu hebatnya para da’i itu hingga mampu menjadikan para jama’ah betah mengikuti pengajian, baik dengan humor maupun dengan retorika yang mengagumkan. Sayangnya, seringkali kelihaian retorika dan gaya penampilan tidak diimbangi oleh pemahaman. Ini dikarenakan keterbatasan penguasaan para da’i t erhadap materi berbahasa Arab. Kebanyakan dari mereka mengambil pemahaman dari buku-buku terjemahan. Oleh karena itu menjadi agak janggal ketika para da’i dan ustadz itu dengan fasih menyampaikan berbagai materi, tetapi terkesan kurang percaya diri ketika mengutip ayat-ayat al-qur’an dan hadits. Imbasnya, telinga jama’ah malahan terbiasa mendengarkan potongan terjemah dari ayat al-Qur’an atau terjemahan sebuah hadits bukan lantunan ayat al-Qur’an. Padahal pahala yang ada dalam al-Qur’an itu ketika dibaca (al-mutaabad ditilawatihi), bukan ditulis apalagi diterjemahkan. Tidak hanya itu, yang lebih aneh lagi adalah ketika materi pengajian itu ternyata adalah tafsir al- Qur’an. Bagaimana pantas seseorang mengajarkan tafsir al- Qur’an padahal ia tidak mampu membaca al-Qur’an dengan tartil sesuai aturan ilmu tajwid? Walaupun pada zaman sekarang ini banyak materi tafsir al-Qur’an yang tersebar dalam versi terjemahan. Hal ini mengingatkan kita pada sejarah lama kaum oreintalis yang mempelajari kandungan dan isi al-Qur’an tanpa membaca teksnya, mereka mempelajari al-Qur’an dengan tujuan menghinakan Islam. Naudzubillah min dzalik. Maka pertanyaan yang muncul kemudian adalah bolehkah membaca al-Qur’an tanpa tajwid? dan bagaimana hukumnya mengajarkan tafsir al-Qur’an tanpa berbekal ilmu tajwid? Sebelum membicarakan tentang hukum membaca al-Qur’an tanpa tajwid, terlebih dahulu perlu dijabarkan apakah tajwid itu? Pada dasarnya isitilah attajwid yang dikenal sebagai ilmu membaca al-Qur’an adalah: هستحقو و إعطاء كل حزف حقوArtinya Memberikan hak dan mustahaq tiap-tiap huruf (dalam al-Qur’an).

Belajar Tafsir Tanpa Mengerti Tajwid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Belajar Tafsir Tanpa Mengerti Tajwid

Citation preview

Page 1: Belajar Tafsir Tanpa Mengerti Tajwid

Belajar Tafsir Tanpa Mengerti Tajwid

Seringkali kita mendengar pengajian dan ta’lim baik di masjid perkantoran, masjid komplek,

maupun di mushalla-mushalla yang membahana, menyerukan Islam dengan lantang tanpa basa-

basi. Pengajaran-pengajaran itu membahas berbagai ajaran Islam. Mulai dari fiqih, tauhid, hadits

hingga tafsir.

Sebenarnya hal ini harus diapresiasi oleh kaum muslim, karena dapat dikatakan sebagai

kemajuan dakwah Islam. Begitu hebatnya para da’i itu hingga mampu menjadikan para jama’ah

betah mengikuti pengajian, baik dengan humor maupun dengan retorika yang mengagumkan.

Sayangnya, seringkali kelihaian retorika dan gaya penampilan tidak diimbangi oleh pemahaman.

Ini dikarenakan keterbatasan penguasaan para da’i terhadap materi berbahasa Arab. Kebanyakan

dari mereka mengambil pemahaman dari buku-buku terjemahan. Oleh karena itu menjadi agak

janggal ketika para da’i dan ustadz itu dengan fasih menyampaikan berbagai materi, tetapi

terkesan kurang percaya diri ketika mengutip ayat-ayat al-qur’an dan hadits. Imbasnya, telinga

jama’ah malahan terbiasa mendengarkan potongan terjemah dari ayat al-Qur’an atau terjemahan

sebuah hadits bukan lantunan ayat al-Qur’an. Padahal pahala yang ada dalam al-Qur’an itu

ketika dibaca (al-mutaabad ditilawatihi), bukan ditulis apalagi diterjemahkan.

Tidak hanya itu, yang lebih aneh lagi adalah ketika materi pengajian itu ternyata adalah tafsir al-

Qur’an. Bagaimana pantas seseorang mengajarkan tafsir al-Qur’an padahal ia tidak mampu

membaca al-Qur’an dengan tartil sesuai aturan ilmu tajwid? Walaupun pada zaman sekarang ini

banyak materi tafsir al-Qur’an yang tersebar dalam versi terjemahan. Hal ini mengingatkan kita

pada sejarah lama kaum oreintalis yang mempelajari kandungan dan isi al-Qur’an tanpa

membaca teksnya, mereka mempelajari al-Qur’an dengan tujuan menghinakan Islam.

Naudzubillah min dzalik.

Maka pertanyaan yang muncul kemudian adalah bolehkah membaca al-Qur’an tanpa tajwid? dan

bagaimana hukumnya mengajarkan tafsir al-Qur’an tanpa berbekal ilmu tajwid?

Sebelum membicarakan tentang hukum membaca al-Qur’an tanpa tajwid, terlebih dahulu perlu

dijabarkan apakah tajwid itu? Pada dasarnya isitilah attajwid yang dikenal sebagai ilmu

membaca al-Qur’an adalah:

إعطاء كل حزف حقو وهستحقو

Artinya Memberikan hak dan mustahaq tiap-tiap huruf (dalam al-Qur’an).

Page 2: Belajar Tafsir Tanpa Mengerti Tajwid

Yang dimaksud hak-hak huruf adalah sifatnya yang dzatiyah yang lazim baginya. Seperti

Jahr,Syiddah dan Isti’la’. Sedangkan mustahaknya adalah sifat-sifat yang timbul dari dzat

tersebut, seperti Tafkhim dan Tarqiq.

Adapun hukum membaca al-Qur’an dengan tajwid adalah fardhu ain. Dengan kata lain siapapun

yang membaca al-Qur’an maka wajib baginya membaca sesuai aturan tajwid. Baik laki-laki

maupun perempuan, baik ustadz, ahli tafsir, ahli hadits, ilmuwan maupun fisikawan, selama dia

muslim maka membaca al-Qur’an harus dengan tajwid.

Sebagaimana difirmankan Allah swt

ورتل القزأن تزتيال

Dan bacalah al-Qur’an dengan tartil.

Dalam tafsir baidhowy diterangkan bahwa yang dimaksud tartil adalah:

أى جوده تجويدا

Tajwidkanlah bacaan (al-Qur’an)mu dengan tajwid yang benar

Begitu juga yang diterangkan dalam Al-Mandzumatul Jazariyyah:

هن لن يجود القزأن أثن *واألخذ بالتجويد حتن السم

وىكذا هنو إلينا وصال * ألنو بو اإللــــــو أنـــــشال

Menggunakan tajwid adalag wajib/lazim. Dan barang siapa tidak mentajwidkan al-Qur’an

adalah berdosa. Karena dengan tajwidlah Allah turunkan dia (al-Qur’an) dan begitulah hingga

ampai ke kita.

Pendapat ini senada dengan ancaman sebuah hadits yang berbunyi:

رب قارئ للقزأن والقزأن يلعنو

Terkadang kejadian orang membaca al-Qur’an dan al-Qur’an itu malah melaknatnya

Demikianlah dosa seorang pembaca al-Qur’an tanpa mempedulikan tajwidnya. Lantas bagimana

dengan seseorang yang membahas tafsir tetapi tidak mengerti tajwid? boleh-boleh saja selama

dia membahas tafsir tanpa membaca al-Qur’an, tetapi mana mungkin membahas tafsir al-Qur’an

tanpa membacanya. Andaikan ada, itu sungguh tidak sopan.

Page 3: Belajar Tafsir Tanpa Mengerti Tajwid