1
Bisnis Indonesia, 15 Mei 2017

Beleid Turunan Akan Diumumkan Pekan Ini PENGENAAN TARIF ...bigcms.bisnis.com/file-data/1/3711/70772a7b_Mar17-BankJTrust... · gara. RPP itu diwacanakan meng-atur teknis penindakan

  • Upload
    dangnga

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Beleid Turunan Akan Diumumkan Pekan Ini PENGENAAN TARIF ...bigcms.bisnis.com/file-data/1/3711/70772a7b_Mar17-BankJTrust... · gara. RPP itu diwacanakan meng-atur teknis penindakan

4 Senin, 15 Mei 2017

�PENGENAAN TARIF & DENDA

Beleid Turunan Akan Diumumkan Pekan IniJAKARTA — Rancangan peraturan pemerin-tah yang mengatur pengenaan pajak peng-

hasilan tertentu berupa harta bersih yang dianggap sebagai penghasilan ditargetkan

diumumkan pekan ini.

Edi Suwiknyo & Dewi A. [email protected]

Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi mengatakan bah-wa draf peraturan yang rencana-nya diwujudkan dalam bentuk peraturan pemerintah atau PP sudah selesai dan direncanakandiumumkan pekan ini.

“RPP ya, itu drafnya sudah jadi. Kemungkinan [bisa diimplemen-tasikan] minggu depan (pekan

ini),” kata Dirjen Pajak di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ken meminta publik untukmenunggu implementasi beleid yang merupakan turunan dariPasal 18 UU No.11/2016 tentangPengampunan Pajak.

Dalam regulasi tersebut, WP yang tidak mengikuti pengam-punan pajak atau ikut tetapi ti-dak seluruhnya, jika ditemukan oleh Ditjen Pajak akan akan dihitung sebagai penghasilan dan

sanksinya akan mengikuti regulasiyang berlaku.

WP yang dimaksud dalam pasaltersebut yakni WP yang tidakmenyampaikan Surat Pernyataan sampai dengan periode Pengam-punan Pajak berakhir. Sedangkanharta yang dimaksud adalah hartayang diperoleh sejak 1 Januari1985 sampai dengan 31 Desember 2015 dan belum dilaporkan da-lam Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan,

Atas tambahan penghasilan seba-gaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai pajak penghasilan (PPh)sesuai dengan undang-undang yang berlaku dalam UU PPh di-tambah sanksi administrasi per-pajakan berupa kenaikan sebesar200% dari pajak yang tidak ataukurang dibayar.

Pembahasan RPP tersebut dilaku-kan oleh Kementerian Keuangan,

Kementerian Koordinator BidangPerekonomian, dan Sekretariat Ne-gara. RPP itu diwacanakan meng-atur teknis penindakan tehadap wajib pajak yang tak mengikuti pengampunan pajak.

Aturan turunan itu diperlukan karena Pasal 18 UU Pengampun-an Pajak belum mencakup detailkonsekuensi bagi wajib pajak yangtidak mengikuti amnesti pajak.

Detail yang dimaksud yakni soal pengenaan sanksi berupa pene-tapan tarif dan denda mengenai temuan harta, pengelompokan sanksi terhadap WP yang tidak ikutdan WP yang ikut pengampunanpajak namun belum melaporkan seluruh hartanya

RPP tersebut sudah diwacanakan sejak Maret sebelum pengam-punan pajak berakhir. Kala itu, otoritas pajak menyatakan akan menerbitkan PP baru untuk mem-

peringkas kinerja aparat pajakdalam memeriksa WP yang takberpartisipasi dalam kebijakanamnesti pajak.

Petugas pemeriksaan pajak, jikamenyatakan harta WP yang tidakdiikutkan dalam pengampunan pajak, tak perlu lagi menempuh langkah normal. Petugas tinggalmengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau SKPKBterhadap WP, tanpa harus mela-kukan pemeriksaan menyeluruh atau all taxes.

Yustinus Prastowo, Direktur Ekse-kutif Center For Indonesia Taxation Analysis (CITA) mengatakan, sema-kin cepat regulasi tesebut diimple-mentasikan akan membuat waktupenegakan hukum makin efektif dan memberikan kejelasan bagi WP.

Selain itu, menurutnya, regulasibaru tersebut seharusnya diberi-kan penafsiran supaya terdapat

kepastian hukum.

REVISI PPHSementara itu, mengenai revisi

Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengatakansaat ini yang menjadi pertimbang-an pemerintah adalah bagaimana membuat PPh Indonesia bisa lebih kompetitif dan bisa diimplemen-tasikan dengan baik.

“Paling penting bagaimana dia inline dengan pajak-pajak, keten-tuan-ketentuan internasionalnya. Itu kita bikin in line semuanya. Kita atur semua dalam satu rondeberikutnya dalam UU PPh,” kata Suahasil, Jumat (12/5).

Dia menjelaskan revisi UU ter-sebut lebih fokus ke persoalanadministrasi dan tak melulu soal penurunan atau kenaikan tarifPPh nya.

M A K R O E K O N O M I

Bisnis Indonesia, 15 Mei 2017