Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Menjadi Lebih Murah.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Menjadi Lebih Murah.pdf

    1/3

    Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Menjadi Lebih Mura... http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0312/22/ilpeng/58672

    of 3 08/25/2005 4:1

    Rubrik

    Jawa Tengah

    Berita Utama

    Inspirasi

    Finansial

    Olahraga

    Opini

    International

    Nasional

    Iptek

    Bisnis & Investasi

    Nusantara

    Naper

    Metropolitan

    Liputan Natal &

    Tahun Baru

    Berita Yang lalu

    Jendela

    Pustakaloka

    Fokus

    Dana Kemanusiaan

    Teknologi

    Informasi

    Rumah

    Audio Visual

    Otonomi

    Furnitur

    Agroindustri

    Sorotan

    Teropong

    Didaktika

    Ekonomi

    Internasional

    Pergelaran

    Kesehatan

    Telekomunikasi

    Wisata

    Bentara

    Bingkai

    Pixel

    Otomotif

    Ekonomi Rakyat

    Pendidikan

    Bahari

    Pendidikan Luar

    Negeri

    Pendidikan Dalam

    Negeri

    Investasi &

    Perbankan

    Pengiriman &

    Transportasi

    Perbankan

    Ilmu Pengetahuan

    Senin, 22 Desember 2003

    Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran

    Menjadi Lebih Murah?

    Bambang Hero Saharjo

    Menurut laporan media cetak dan elektronik, beberapa bulan lalu kabut asap sempat

    menyelimuti beberapa wilayah di Kalimantan seperti di Kalimantan Selatan dan

    Kalimantan Tengah yang diduga akibat penyiapan lahan dengan menggunakan api dan

    terjadi di lahan gambut.

    Bagi masyarakat tradisional hal itu dilakukan karena mereka tidak mampu untuk

    melakukan kegiatan penyiapan lahan dengan tanpa bakar karena biaya yang

    dibutuhkan mahal serta mereka tidak yakin kalau dengan tanpa bakar hama dan

    penyakit yang akan merusak tanaman mereka akan lenyap.

    Namun sayangnya kegiatan yang mereka lakukan ternyata tidak sendirian tapi juga

    dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang berkantong tebal dan mampu untuk

    melakukan kegiatan penyiapan lahan tersebut tanpa bakar, terlebih merekapun

    melakukan pinjaman kepada Bank untuk membangun usahanya entah itu dalam bidang

    kehutanan ataupun perkebunan dengan tanpa bakar (PLTB) sehingga tidak heran

    biayanyapun hingga ke penanaman dapat membengkak hingga Rp. 12-15 juta

    perhektar, sementara dengan pembakaran mereka hanya mengeluarkan sebesar Rp.

    3-4 Juta per hektar.

    Dalam suatu laporan penelitian pernah disimpulkan bahwa kegiatan penyiapan lahan

    dengan pembakaran hanya mengeluarkan biaya sebesar sepertiga dari biaya yang

    dikeluarkan bila penyiapan lahan dilakukan tanpa bakar. Sehingga tidak heran banyak

    pengusaha yang "nakal" yang ingin memanfaatkan selisih biaya penyiapan lahan

    tersebut dengan senang hati melakukan kegiatan penyiapan lahan dengan

    pembakaran, meskipun izin yang diberikan kepadanya untuk membangun usaha di

    kehutanan maupun perkebunan disyaratkan penyiapan lahannya tanpa bakar seperti

    juga tertulis dalam dokumen AMDAL.

    Mengapa mereka nekat membakar ?

    Pada awal perkembangannya akar tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas timbunan sisa

    tumbuhan (gambut tipis) masih dapat mengambil hara mineral dari lapisan dibawahnya

    (stratum) dan sebagian disumbangkan daari luapan air sungai. Hasil timbunan berupa

    bahan organik dari sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang relative kaya mineral (eutrofik)

    membentuk gambut Topogen (Noor, 1999).

    Namun, begitu lapisan bahan organik bertambah tebal sehingga akar tumbuhn yang

    hidup diatasnya tidak dapat lagi mengambil hara dari lapisan mineral, dan muka air

    sungai dan muka air tanah berada jauh di bawah, maka gambut yang terbentuk adalah

    miskin hara. Hara mineral tersebut semata-mata hanya dapat diproses tumbuhan dari

    hujan atau hasil penambahan bahan organik setempat. Lapisan gambut yang miskin ini

    disebut gambut Ombogen (Noor, 1999).

    Jadi jelas mengapa biaya penyiapan lahan dengan tanpa bakar begitu tinggi, karena

    biaya tersebut digunakan untuk mengubah lahan gambut yang miskin hara menjadi

    Search :

  • 7/21/2019 Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Menjadi Lebih Murah.pdf

    2/3

    Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Menjadi Lebih Mura... http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0312/22/ilpeng/58672

    of 3 08/25/2005 4:1

    Esai Foto

    Makanan dan

    Minuman

    Properti

    Swara

    Muda

    Musik

    Ilmu Pengetahuan

    Info Otonomi

    Tentang Kompas

    Kontak Redaksi

    lahan yang lebih produktif sehingga dapat dibudidayakaan. Biaya tersebut

    dipergunakaan untuk kegiatan pengapuran dalam merubah pH menjadi lebih layak,

    membeli pupuk dalam rangka meningkatkan kualitas lahan tersebut dan yang terahir

    adalah untuk membiayai kegiatan perlindungan terhadap serangan hama dan penyakit

    melalui penggunaan pestisida maupun herbisida.

    Benarkah murah dengan pembakaran ?

    Penyiapan lahan dengan pembakaran seperti sering diakukan di lahan gambut tentu

    saja akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Suhu akibatpembakaran yang tinggi akan merusak gambut, menghilangkan kapasitas penyimpanan

    air, menghilangkan kapasitas penyerapan karbon, menghilangkan berbagai fungsi

    ekologis dan ekonomis serta yang tidak kalah pentingnya adalah mencoreng nama

    bangsa di mata dunia.

    Secara alami gambut akan mengalami proses pengkikisan (pada lahan yang diolah)

    dengan kecepatan yang bervariasi bergantung pada tipe gambutnya serta kegiatan

    yang terdapat di permukaannya dan diperkirakan rata-rata 0,8-1,5 cm per tahun.

    Sementara dengan pembakaran ketebalan gambut akan terbakar hanya dalam

    hitungan jam. Sehingga tidak heran bila tebal gambut rata-rata 10 cm dapat habis

    terbakar dalam suatu kegiatan penyiapan lahan dengan pembakaran hanya dalam

    waktu beberapa jam, sementara secara alami membutuhkan waktu paling tidak selama

    15 tahun. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa dengan rusaknya gambut setebal 10

    cm seluas 1 ha akibat pembakaran maka itu sama saja dengan menghilangkankapasitas penyimpanan air sebesar 650 m3/ha, sehingga kalau lahan gambut yang

    dibakar seluas 3000 ha maka itu setara dengan penghilangan kapasitas penyimpanan

    air sebesar 1.950.000 m3. Sehingga menjadi hal yang wajar sekali pada daerah yang

    melakukan kegiatan tersebut sering terjadi erosi dan banjir, karena air tersebut telah

    kehilangan tempat berlabuh sebab gambut yang terbakar akan rusak dan tidak mungkin

    kembali lagi karena kalaupun kembali membutuhkan waktu ratusan bahkan ribuan

    tahun lagi..

    Dengan melakukan penyiapan lahan dengan pembakaran misalnya di lahan gambut

    maka itu berarti sama saja dengan menghilangkan kapasitas penyimpanan air,

    menghilangkan kapasitas penyerapan karbon, rentan terhadap banjir dan erosi,

    mempengaruhi proses pembentukan tanah, mempengaruhi proses daur ulang unsur

    hara, mempengaruhi proses penguraian limbah, menghilangkan sumberdaya genetic,

    menghilangkan keanekaragaman hayati, melepaskan karbon, serta juga

    memperpendek umur pakai lahan (bagi perusahaan) disamping kerugian dari sisiekonomis serta kerugian tak ternilai lainnya seperti nama baik bangsa di dunia

    internasonal. Untuk itu agar sumberdaya (gambut) tersebut tidak rusak maka perlu

    dipulihkan.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan

    bekerjasama dengan Kantor Kementrian Negara Lingkungan Hidup, menunjukkan

    bahwa bila penyiapan lahan dilakukan dengan menggunakan api dan terjadi di lahan

    gambut untuk areal seluas 3000 ha dengan ketebalan gambut yang rusak rata-rata 10

    cm maka biaya yang dibutuhkan untuk mengganti kerusakan ekologis dan ekonomis

    akibat pembakaran tersebut serta memulihkannya hanya dengan kompos saja maka

    diperlukan biaya sebesar hampir Rp. 800 Milyar (Tabel). Padahal selisih yang akan

    diperoleh dengan memanipulasi kegiatan penyiapan lahan yang seharusnya dilakukan

    dengan tanpa bakar namun dilakukan dengan pembakaran mungkin hanya sekitar Rp

    15-20 Milyar.

    Informasi ini kembali menunjukkan bahwa keuntungan besar yang tampak dari

    penyiapan lahan dengan pembakaran sehingga banyak pengusaha yang nekat

    melakukannya sebenarnya merupakan bencana yang tengah diciptakan. Fakta

    lapangan telah membuktikan ini semua, seperti yang terjadi di beberapa daerah

    (Sumatera dan Kalimantan) pada lahan gambut yang dikelola oleh masyarakat dengan

    penyiapan lahannya menggunakan api, ternyata sekarang mereka tengah menikmati

    hasil kerjanya karena lapisan gambutnya telah habis karena selalu dibakar dan

    sekarang yang tersisa tinggal tanah sulfat masam yang justeru menimbulkan

    penderitaan baru.

    Jadi jelas sekali bahwa penyiapan lahan dengan pembakaran sebenarnya tidak murah

    Berita Lainnya :

    Benarkah PenyiapanLahan denganPembakaran Menjadi

    Lebih Murah?

    Adakah Cara SelainReboisasi?

  • 7/21/2019 Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Menjadi Lebih Murah.pdf

    3/3

    Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Menjadi Lebih Mura... http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0312/22/ilpeng/58672

    of 3 08/25/2005 4:1

    bahkan sangat mahal bila dikaitkan dengan keinginan agar sumberdaya tersebut tetap

    menghasilkan dari pada dibiarkan musnah secara perlahan-lahan, namun sayangnya

    hanya sedikit orang yang menyadari hal ini dan yang sangat dikhawatirkan adalah

    ketika sadar ternyata sumberdaya tersebut telah hilang.

    Bambang Hero Saharjo Kepala Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan, Fakultas

    Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

    Design By KCM

    Copyright 2002 Harian KOMPAS