Upload
tenti-ti
View
254
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapsus
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG1-3
Vertigo merupakan keluhan yang paling sering dijumpai dalam praktek
yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tidak stabil atau
pusing. Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan
dengan nyeri kepala atau sefalgia karena dikalangan awam kedua keluhan tersebut
( pusing dan sakit kepala) sering digunakan secara bergantian.Verigo merupakan
keluhan yang sangat mengganngu aktivitas kehidupan sehari-hari. Sampai saat ini
sangat banyak hal yang menimbulkan keluhan vertigo. Diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat masih terus disempurnakan.
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar-mutar
merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan gangguan system keseimbangan. Benign artinya
suatu kondisi yang tidak gawat. Paroksisimal terjadi tiba-tiba dan onsetnya
mendadak. Positional munculnya pada saat perubahan posisi kepala. Vertigo
menimbulkan rasa berputar.
Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) adalah gangguan
keseimbangan perfifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah
vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. BPPV termasuk
vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam yaitu system
vestibularis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI ALAT KESEIMBANGAN1-3
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak ditelinga dalam (labirin),
terlindung oleh tulang yang paling keras. Labiri secara umum adalah telinga
dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseibangan. Labirin
terdiri atas labirin tulang dan labirin membrane. Labirin membrane terletak di
dalam labirin tulang dan bentuknya hempir menurut bentuk labirin tulang. Antara
labirin membrane dan labirin tulang terdapat perilimfa, sedang endolimfa terdapat
di dalam labirin membrane. Berat jenis cairan endolimfe lebih tinggi daripada
perilimfe. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semisirkularis (KSS) yaitu KSS
horizontal (lateral) , KSS anterior (superior) dan KSS posterior (inferior. Selain 3
kanalis terdapat pula urtikulus dan sakulus.
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan
disekitarnya tergantunga pada input sensorik dari reseptor vestibuler dilabirin,
organ visual dan propioseptif.
2
2.2 FISIOLOGI ALAT KESEIMBANGAN 4-7
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfa di labirin dan selanjutnyasilia sel rambut akan menekuk.
Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion
kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses
depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang
selanjutnya akan meneruskan impuls sensorik melalui saraf aferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas sillia terdorong kea rah berlawanan , maka
terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai tranduser yang mengubah energy
mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis
semisirkularis menjadi energy biolistrik, sehingga dapat member informasi
mengenai perubahanposisi tubuh akibat percepatan sudut. Dengan demikian dapat
member informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung
Gejala yang timbul akibat kelainan system vestibuler berupa vertigo, rasa
mual, muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit
reaksinya keringat dingin
3
2.3 DEFINISI8-12
Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) adalah ganguan
keseimbangan perifer yang sering dijumpai gejala yang sering dikeluhkan adalah
vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisis kepala, beberapa pasien
dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan
vertigonya.
Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya
beberapa detik saja walaupun perderita merasakannya lebih lama . Keluhan dapat
disertai dengan mual bahkan muntah, sehinggapenderita sangat khawatir akan
berulang lagi serangannya, hal ini menyebabkan penderita sangat hati-hati dalam
posisi tidurnya.
2.4 ETIOLOGI8-12
1. Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) merupakan penyakit
degenerative yang idiopatik yang sering ditemuakn pada usia dewasa
muda dan usia lanjut.
2. Trauma kepala
3. Labirinitis virus
4. Neuritis vestibuler
5. Pasca stapedectomy
6. Fistula perilimfa
7. Penyakit menier
2.5 EPIDEMIOLOGI8-12
BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-
kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta
4
usis tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun
yang tidak memiliki riwayat cidera kepala.
2.6 PATOGESIS8-12
Patogenesis BPPV dapat dibagi menjadi 2 antara lain:
Teori kopulolithiasis
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk
menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi
kalsium karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula
utriculus yang sudah berdegenerasi, menempel pada permukaan kopula. Dia
menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitive akan
gravitasi akibat partikel yang melekat pada kopula. Hal ini analog dengan keadaan
benda berat diletakkan dipuncak tiang, bobot ekstra ini menyebabkan tiang sulit
untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada saat miring partikel tadi
mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa pusing
ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes
Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kopula
bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluha
pusing (vertigo). Perpindahan partikel ortolith tersebut membutuhkan waktu. Hal
ini menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing dan nistagmus.
Teori canalithiasis
Tahun 1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith
bergerak bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel
ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah.
Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sampai ± 900 di
sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir
5
menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected). Hal ini
menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan
kembali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus
yang bergerak kea rah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah
seperti kerikil yang berada di dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat
sebentar lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut
memicu organ saraf dan menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori
cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan nistagmus
transient, karena partikel butuh waktu untuk bergerak.
2.7 MANIFESTASI KLINIS8-12
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20
detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik
ditempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan
belakang dan membungkuk. Vertigo disertai dengan mual.
2.8 DIAGNOSIS8-12
Diagnosis Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) dapat dilakukan
dengan melakukan tindakan provokasi dan menilai timbulnya nistagmus pada
posisi tersebut. Kebanyakan kasus Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV)
saat ini disebabkan oleh kanalitiasis bukan kupulolitiasis. Dikenal 3 parasat untuk
memprovokasi timbulnya nistagmus yaitu: parasat Dix Hallpike, perasat side
lying dan perasat roll. Parasat Dix Hallpike test merupakan perasat yang sering
digunakan. Perasat side lying test digunakan untuk menilai BPPV pada kanal
posterior dan anterior. Perasat roll untuk menilai vertigo yang melibatkan kanal
horizontal.
6
Untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien pasien duduk tegak
pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 45◦ ke kanan. Dengan cepat
pasien di baringkan dengan kepala tetap miring 45◦ ke kanan sampai kepala
pasien menggantung 20-30◦ pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik
sampairespon abnormal timbul. Penilaian respon pada monitor dilakukan selama
± 1 menit atau sampai respon menghilang. Setelah tindakan pemeriksaan ini dapat
langsung dilanjutkan dengan Canalith Repositioning Treatment (CRT). Bila tidak
ditemukan respon abnormal atau bila perasat tersebut tidak diikuti dengan CRT,
pasien secara perlahan-lahan didudukan kembali. Lanjutkan pemeriksaan dengan
perasat Dix Hellpike kiri dengan kepala pasien di hadapkan 45◦ ke kiri, tunggu
maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon
abnormal, dapat dilakukan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal
atau bila tidak di lanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan
didudukan kembali.
7
Perasat Sidelying juga terdiri dari 2 gerakan yaitu perasat Sidelying kanan
yang menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kiri/kanalis
posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior
pada posisi paling bawah dan perasat sidelying kiri yang menempatkan kepala
pada posisi dimana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri pada bidang
tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.
Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi
meja, kepala ditegakkan ke sisi kanan, tunggu 40 detik sampai timbul respon
abnormal. Paien kembali ke posisi duduk untuk dilakukan perasat sidelying kiti,
pasien secara cepat dijatuhkan kesisi kiri, pasien secara cepat dijatuhkan kesisi
kiri dengan kepala ditolehkan 45◦ ke kanan (menempatkan kepala pada posisi
kanalis anterior kanan/kanalis posterior kiri). Tunggu 40 detik sampai timbul
respon abnormal.
Respon Abnormal
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya
lambat ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari 1 menit bila
sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan
mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap
lurus ke depan.
1. Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis
posterior kanan.
2. Fase cepat ke atas , berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis
posterior kiri.
8
3. Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis
anterior kanan.
4. Fase cepat ke bawah berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis
anterior kiri.
Respon abnormal di provokasi oleh perasat Dix-Hallpike Sidelying pada
bidang sesuai dengan kanal yang terlibat.
Perlu diperhatikan jika respon nistagmus sangat kuat, dapat diikuti oleh
nistagmus sekunder dengan arah fase cepat berlawanan dengan nistagmus
pertama. Nistagmus sekunder terjadi oleh karena proses adaptasi system
ventibuler sentral.
Perlu dicermati bila pasien kembali ke posisi duduk setelah mengikuti
pemeriksaan dengan hasil respon positif pada umumnya pasien mendapat
serangan nistagmus dan vertigo kembali. Respon tersebut menyerupai respon
yang pertama namun lebih lemah dan nistagmus fase cepat timbul dengan arah
yang berlawanan, hal tersebut disebabkan oleh gerakan kanalith ke kupula.
2.9. DIAGNOSIS BANDING8-12
BPPV VESTIBULAR NEURITIS MENIERE DISEASE
Timbul vertigo
yang tiba-tiba
karena perubahan
posisi kepala dapat
disertai mual
bahkan muntah
pusing berat di sertai mual, muntah
yang hebat setra tidak mampu berdiri
atau berjalan tidak ada perubahan
pendengaran
Tias
1. Gangguan pendengaran
2. Vertigo disertai muntah
berlangsung 15 menit
sampai beberapa jam
berangsur membaik
3. Tinnitus
9
2.10 PENATALAKSANAAN8-12
Empat macam perasat dilakukan untuk menanggulangi BPPV yaitu;
CRT (Canalith repositioning Treatment), rolling/ barbeque manueuver, perasat
Liberatory dan latihan Brandt-Daroff.
1. Latihan CRT
Gambar latihan CRT
Keterangan gambar
1. Posisi duduk kepala menoleh ke kiri (pada gangguan keseimbangan /
vertigo telinga kiri) kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung
di pinggir tempat tidur
2. Tunggu sampai vertigo menghilang kemudian putar kepala kearah kanan
(sebaliknya) perlahan sampai muka menghadap ke lantai
3. Tunggu sampai hilang rasa vertigo, kemudian duduk dengan kepala tetap
pada posisi menoleh ke kanan dan kemudian kea rah lantai.
4. Masing-masing gerakan di tunggu 30-60 detik. Dapat dilakukan juga
untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang. Akhirnya
pasien kembali ke posisi duduk dengan kepala menghadap ke depan.
10
Setelah terapi ini pasien dilengkapi dengan menahan leher dan disarankan
untuk tidak menunduk, berbaring, membungkukkan badan selama satu hari.
Pasien harus tidur pada posisi duduk dan harus tidur pada posisi yang sehat untuk
5 hari.
Pada saat perasat Dix- Hellpike kanan dilakukan, kanalit meluncur ke
bawah menjauhi kupula. Bersamaan dengan munculnya otolith terjadi juga
gerakan aliran endolimfa secara bersamaan, hal ini menyebabkan defleksi kupula,
merangsang reseptor kanal, menimbulkan vertigo dan nistagmus dengan arah fase
cepat ke atas, berputar ke kanan. Respon tersebut menghilang jika kanalith di
posisi terbawah dari kanal. Ketika kepala di rendahkan dan diputar ke kiri ,
kanalith meluas ke puncak kanal . Sekali lagi pasien mengalami vertigo dan
nistagmus dengan arah fase cepat ke atas dan berputar ke kanan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kanalith bergerak sesuai dengan arah yang berlawanan,
berarti kanalith bergerak mundur kembali menuju kupula). Pada akhirnya pada
saat pasien dibantu untuk kembali ke posisi duduk, kanalith jatuh kembali
memasuki krus komunis ke urtikulus, dimana kanalith-kanalith tidak
menimbulkan gejala vertigo.
Kunci keberhasilan perasat tersebut adalah dengan memposisikan kepala
pada posisi terbalik/melihat ke bawah sehingga kanalith akan meluncur ke
puncak kanal. Herdman dkk mengemukakan bahwa bila kepala pasien hanya
diputar ke sisi kontralateral saja sebelum kembali ke posisi duduk remisinya
hanya 50%, bila diputar ke kontralateral dengan kepala diputar 45◦ kea rah lantai
angka remisi 83%.
Gejala-gejala remisi yang terjadi setelah CRT kemungkinan disebabkan
oleh perasat itu sendiri, bukan oleh perasat pada saat pasien duduk tegak.
2. Rolling/ barbeque maneuver
Dilakukan dengan cara berguling sampai 360 derajat mula-mula posisi tiduran
kepala menghadap ke atas, jika vertigo kiri, mulai berguling ke kiri (kapala dan
badan) secara berlahan-lahan, bila timbul vertigo berhenti dahulu tapi jangan
11
balik lagi, sampai hilang, setelah hilang berguling diteruskan, sampai akhirnya
kembali ke posisi semula.
3. Latihan semont liberatory
Gambar Latihan semont liberatory
Keterangan gambar
1. Posisi duduk untuk gangguan vertigo kanan, kepala menoleh ke kiri,
kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur
2. Dengan posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-60 detik),
kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke posisi kiri
3. Tunggu 30-60 detik lalu kembali ke posisi semula.
Perasat liberatory, yang dikembangkan oleh Semont, juga dibuat untuk
memindahkan otolit (debris/kotoran) dari kanal semisirkularis. Tipe perasat yang
12
dilakukan tergantung dari jenis kanal mana yang terlibat, apakah kanal anterior
atau posterior.
Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, dilakukan perasat
liberatory kanan perlu dilakukan. Perasat dimulai dengan penderita diminta untuk
duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap ke kiri 45◦.
Pasien yang duduk dengan kepala menghadap ke kiri secara cepat dibaringkan ke
sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan. Setelah 1 menit pasien
digerakkan secara cepat ke posisi duduk awal dan untuk ke posisi duduk awal dan
untuk ke posisi side lying kiri dengan kepala menoleh 45◦ ke kiri. Pertahankan
penderita dalam posisis ini selama 1 menit dan perlahan-lahan kembali ke posisi
duduk. Penompang leher kemudian dikenakan dan diberi instruksi yang sama
dengan pasien yang diterapi dengan CRT.
Bila kanal anterior kanan yang terlibat, perasat yang dilakukan sama,
namun kepala diputar menghadap ke kanan.
Bila kanal posterior kiri yang terlibat, perasat liberatory kiri yang terlibat,
perasat liberatory kiri harus dilakukan, (pertama pasien bergerak ke posisi side
lying kanan) dengan kepala menghadap ke kanan.
Bila kanal anterior kiri yang terlibat, perasat liberatory kiri dilakukan
dengan kepala diputar menghadap ke kiri.
Semont et al melaporkan angka kesembuhan 70-84 % setelah terapi
tunggal perasat liberatory, 3% setelah perasat ke dua dilakukan study terakhir
memeriksa keefektifitasan perasat ini pada saat permulaan, pertama-tama pasien
di terapi dengan perasat liberatory pada sisi yang tidak terlibat. Bila vertigo tidak
di temukan pasien-pasien di sarankan untuk meletakkan kepala dalam posisi tegak
selama 48 jam, tidur dalam posisi tegak. Pada akhir hari ke 7 tidak ada gejala-
gejala yang ditemukan dilanjutkan dengan perasat liberatory pada sisi yang sakit.
Latihan Brandt dan daroff dapat dilakukan oleh pasien di rumah tanpa bantuan
therapist. Pasien melakukan gerakan-gerakan dari duduk ke samping yang dapat
13
mencetuskan vertigo (dengan kepala menoleh kea rah yang berlawanan) dan tahan
selama 30 detik, lalu secar cepat duduk kembali. Pasien melakukan latihan secara
rutin 10-20 kali. 3 x sehari sampai vertigo hilang paling sedkit 2 hari.
Angka remisi 98% remisi timbul akibat latihan-latihan akan melepaskan
otokonia dari kapula dan keluar dari kanalis semisirkularis, dimana tidak akan
menimbulkan gejala, remisi juga timbul akibat adaptasi system veatibuler sentral.
Lebih baik, kanalitiasis pada anterior dan posterior kanal diterapidengan
CRT. Bila terdapat kopulolitiasis, kita dapat menggunakan perasat liberatory.
4. Latihan Brand- Darroff
Latihan Brand- Darroff
Keterangan gambar
Hampir sama dengan semont liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama
posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian
balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri,
masing-masing gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang
kali , pertama culup 1-2 kali kiri-kanan, besoknya makin bertambah
14
Latihan Brandt Daroff dilakukan bila masih terdapat gejala sisa ringan,
obat-obatan dlakukan untuk meringankan gejala-gejala seperti mual, muntah.
Terapi pembedahan, seperti pemotongan N vestibularis, N. singularis dan
penutupan kanal yang terlibat jarang dilakukan.
Modifikasi CRT digunakan untuk pasien dengan kanalitiasis pada BPPV
kanalis horizontal, permulaan pasien dibaringkan dengan posisi supinasi, telinga
yang terlibat berada disebelah bawah. (Untuk kanlis horizontal kanan). Secara
perlahan –lahan kepala pasien digulirkan ke kiri sampai ke posisi hidung di atas
dan posisi ini dipertahankan selama 15 menit sampai vertigo berhenti. Kemudian
kepala digulirka kembali ke kiri sampai telinga yang sakit berada disebelah atas.
Pertahankan posis ini selama 15 detik sampai vertigo berhenti. Lalu kepala dan
badan diputar bersamaan ke kiri, hidung pasien menghadap ke bawah, tahan
selama 15 detik. Akhirnya, kepala dan badan diputar ke kiri ke posisi awal dimana
telinga yang sakit berada di atas. Setelah 15 detik pasien perlahan-lahan duduk
dengan kepala tampak menunduk 30◦ Penyangga leher dipasang dan diberi
instruksi serupa dengan pasca CRT untuk kanalis posterior dan kanalis anterior.
Gambar 7 . Kalanith meluncur menuju ke utrikulus, dimana tidak dapat lagi
menimbulkan gejala. Pada pasien-pasien dengan kanalitiasis pada kanalis
horizontal kiri perasat yang dilakukan berlawanan. Perasat dimulai dengan telinga
kiri paling bawah dan diputar/digulir ke kanan). Latihan Brandt- Daroff dapat
dimodifikasi untuk menangani pasien dengan BPPV pada kanalis horizontal
karena kopulolitiasis. Pasien-pasien tersebut diminta melakukan gerakan ke
depan-belakang secara cepat pada bdang kanalis horizontal pada posisi supinasi.
Perasat ini bertujuan untuk melepaskan otokonia dari kupula.
Namun bukti menunjukkan efektifitas perasat-perasat terapi untuk kanalis
horizontal masih dipertanyakan.
Canalith Repositioning Treatment (CRT) merupakan terapi standar di
berbagai Negara. Herman melaporkan CRT digunakan untuk terapi kanal
15
posterior dan anterior akibat kanalitiasis. Perasat Liberatory digunakan untuk
kupolitiasis agar menggerakkan otokonia. Latihan Brant Daroff digunakan untuk
pasien dengan gejala yang menetap.
2.11 Prognosis
Prognosis setelah dilakukan CRT(Canalith Repositioning Treatment)
biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa
kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%.8-12
16
BAB III KESIMPULAN
1. Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) adalah ganguan
keseimbangan perifer yang sering dijumpai gejala yang sering dikeluhkan
adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisis kepala,
beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang
menimbulkan keluhan vertigonya.
2. Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) merupakan penyakit
degenerative yang idiopatik yang sering ditemuakn pada usia dewasa
muda dan usia lanjut.
3. BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-
kira 107 kasus per 100.000 penduduk, biasanya pada wanita.
4. Gejala klinis pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang
dari 10-20 detik akibat perubahan posisi kepala.
5. Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) dapat dilakukan dengan
melakukan tindakan provokasi dan menilai timbulnya nistagmus pada
posisi tersebut.
6. Kebanyakan kasus Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) saat ini
disebabkan oleh kanalitiasisbukan kupulolitiasis.
7. Dikenal 3 parasat untuk memprovokasi timbulnya nistagmus yaitu:
parasat Dix Hallpike, perasat side lying dan perasat roll.
8. 4 macam perasat dilakukan untuk menanggulangi BPPV yaitu; CRT
(Canalith repositioning Treatment), Rolling/ Barbeque maneuver, perasat
Semont Liberatory dan latihan Brandt-Daroff.
17