Author
liliyanti92
View
42
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
thanks
Benign Prostatic Hyperplasia
Christovani Cesar10-2010-329 / C4Fakultas Kedokteran Universitas Krida [email protected]
Pendahuluan Hipertrofi prostat benign merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, pada waktu itu ada peningkatan cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai akhir 30-an. Pertengahan dasawarsa kelima, prostat bisa mengalami perubahan hipertrofi. Etiologi pasti hipertrofi prostat benign belum jelas, walaupun tampaknya tidak terjadi pada pria yang dikastrasi sebelum pubertas, dan tidak berlanjut setelah kastrasi. Kelainan ini bisa disertai dengan peningkatan dalam kandungan dihidrotestosteron jaringan atau dengan perubahan rasio androgen terhadap estrogen, yang diketahui berubah dengan penuaan.1
Pembahasan Anamnesis Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan dengan cara melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Identitas: menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi (misalnya pasien, keluarga,dll), dan lain-lain. Keluhan utama: pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Riwayat penyakit sekarang (RPS): jelaskan penyakitnya, latar belakang, waktu termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat penyakitnya membaik, memburuk. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada anggota keluarga. Riwayat psychosocial (sosial): stressor (lingkungan kerja atau sekolah, tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup (makan makanan sembarangan).
Diagnosis BPH dapat ditegakan berdasarkan atas berbagai pemeriksaan awal dan pemeriksaan tambahan. Pada 5 th International Consultation on BPH (IC-BPH) membagi kategori pemeriksaan untuk mendiagnosis BPH menjadi pemeriksaan awal (recommended) dan periksaan spesialistik urologi (optional).Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis atau wawancara dengan cermat guna mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang dideritanya. Anamnesis meliputi : Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu mengganggu Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi atau pembedahan) Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual Obat obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahan.Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat adalah International Prostate Symptom Score (IPSS). WHO dan AUA telah mengembangkan dan mensahkan prostate symptom score yang telah distandarisasi. Skor ini berguna untuk menilai dan memantau keadaan pasien BPH.Analisis gejala ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35 (lihat lampiran kuesioner IPSS). Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan diharapkan pasien mengisi sendiri tiap-tiap pertanyaan. Keadaan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh adalah sebagai berikut. Skor 0-7 : bergejala ringanSkor 8-19 : bergejala sedang Skor 20-35 : bergejala berat.2,3Pemeriksaan fisik dan penunjang Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) Colok dubur merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien BPH , disamping pemeriksaan fisik pada region suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat.Dalam keadaan normal, prostat ditemukan kurang lebih 2 cm cranial dari tepi sfingter. Konsistensi biasanya lunak atau kenyal lunak. Kedua lobus, lekukan tengah, dan batas atas dapat diraba jelas.Pada hipertrofi prostat akan dijumpai sulkus medialis yang pada keadaan normal teraba di garis tengah, mengalami obliterasi karena pembesaran kelenjar. Oleh karena pembesaran kelenjar secara longitudinal, dasar kandung kemih (kutub/pole atas prostat) terangkat ke atas sehingga tidak dapat diraba oleh jari sewaktu colok dubur. Konsistensinya kenyal dan secara keseluruhan prostat lebih menonjol kearah rectum.Mengukur volume prostat dengan DRE cenderung underestimate daripada pengukuran dengan metode lain, sehingga jika prostat teraba besar, hampir pasti bahwa ukuran sebenarnya memang besar. Kecurigaan suatu keganasan pada pemeriksaan colok dubur, ternyata hanya 26-34% yang positif kanker prostat pada pemeriksaan biopsi. Sensitifitas pemeriksaan ini dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar 33%. Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara umum dan fungsi neuromusluler ekstremitas bawah. Disamping itu pada DRE diperhatikan pula tonus sfingter ani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada busur refleks di daerah sakral.4,5,6
Gambar 1. Pemeriksaan Colok DuburPemeriksaan penunjang UrinalisisPemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, diantaranya karsinoma buli-buli in situ atau striktura uretra, pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya kelainan. Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urin dan telah memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria maupun eritrosituria akibat pemasangan kateter. Urodinamika Pemeriksaan uro-dinamika (pressure flow study) dapat mem-bedakan pancaran urine yang lemah itu disebabkan karena obstruksi leher buli-buli dan uretra (BOO) atau kelemahan kontraksi otot detrusor. Pemeriksaan ini cocok untuk pasien yang hendak menjalani pembedahan. Mungkin saja LUTS yang dikeluhkan oleh pasien bukan disebabkan oleh BPO melainkan disebabkan oleh kelemahan kontraksi otot detrusor sehingga pada keadaan ini tindakan desobstruksi tidak akan bermanfaat. Pemeriksaan urodinamika merupakan pemeriksaan optional pada evaluasi pasien BPH bergejala. Meskipun merupakan pemeriksaan invasif, urodinamika saat ini merupakan pemeriksaan yang paling baik dalam menentukan derajat obstruksi prostat (BPO), dan mampu meramalkan keberhasilan suatu tindakan pem-bedahan. Menurut Javle et al (1998)30, pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas 87%, spesifisitas 93%, dan nilai prediksi positif sebesar 95%. Indikasi pemeriksaan uro-dinamika pada BPH adalah: Berusia kurang dari 50 tahun atau lebih dari 80 tahun dengan volume residual urine>300 ml, Qmax >10 ml/detik Setelah menjalani pembedah-an radikal pada daerah pelvis Setelah gagal dengan terapi invasif Kecurigaan adanya buli-buli neurogenik
Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat specifik tapi bukan cancer spesifik. Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalan penyakit dari BPH, dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti (a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat, (b) keluhan akibat BPH/ laju pancaran urin lebih jelek dan (c) lebih mudah terjadinya retensi urin akut. Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Kadar PSA didalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsy prostat), pada retensi urin akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Serum PSA meningkat pada saat terjadi retensi urin akut dan kadarnya perlahan menurun setelah 72 jam dilakukan kateterisasi.Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml60-69 tahun : 0-4,5 ng/ml70-79 tahun : 0-6,5 ng.mlMeskipun BPH bukan merupakan penyebab karsinoma prostat, tetapi kelompok usia BPH mempunyai resiko terjangkit karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok dubur lebih superior daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSA menjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma. Uroflometri Adalah pencatatan tentang pancaran urin selama proses miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah yang tidak invasive. Dari uroflometri dapat diperoleh informasi mengenai volume miksi, pancaran maksimum (Qmax), pancaran rata-rata(Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum dan lama pancaran.4,9Manifestasi klinisGejala hyperplasia prostat dapat dibagi menjadi gejala akibat iritasi yang ditimbulkan oleh aliran urin dan gejala akibat obstruksi oleh pembesaran prostat. Perlu dijelaskan bahwa gejala yang timbul tidak linier dengan pembesaran yang terjadi, karena prostat tidak selalu membesar kearah urethra. Secara umum gejala-gejala sering disebut sebagai prostatisme atau sindroma salurah kemih bagian bawah (=SSKB=LUTS=Lower Urinary Tract Syndromes).Gejala Umum BPH : Sering kencing Sulit kencing Nyeri saat berkemih Urin berdarah Nyeri saat ejakulasi Cairan ejakulasi berdarah Gangguan ereksi Nyeri pinggul atau punggung.8,9
Gejala obstruktif Gejala iritatif
Hesitancy (keluar kemih terputus-putus)Aliran urin lemahMengejan untuk keluarkan urinLama berkemih berkepanjanganPerasaan tak tuntas saat berkemihRetensi urinUrgency (perasaan ingin berkemih)Frequency (sering berkemih)NocturiaInkontinensia urge
Working diagnosis BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun ke atas. BPH adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat. Pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Prostat tersebut mengelilingi uretra, dan pembesaran bagian periuretra akan menyebabkan obstruksi leher kandung kandung kemih dan uretra pars prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih.10Differential diagnosis Karsinoma prostatDi Negara barat kanker prostat merupakan kanker ke-2 yang menyebabkan kematian dan paling banyak terdiagnosis. Pada golongan negro amerika, insidensi kanker ini bahkan 2x dengan angka kematian 3x dibanding populasi lain. Oleh karena itu pada usia lanjut pemeriksaan rutin yang dianjurkan setiap tahun sekali setelah usia 50 tahun. Pada mereka yang beresiko tinggi (misalnya ada riwayat kanker prostat di keluarga) pemeriksaan tersebut bahkan dianjurkan dimulai setelah usia 40 tahun.Gejala-gejala karsinoma prostat biasanya tidak spesifik, sehingga keganasan ini seringkali ditemukan secara tak sengaja waktu dilakukan colok dubur. Gejala lain yang mengarah ke diagnosis karsinoma ini mungkin adalah terdapatnya retensio urin yang terjadi dengan cepat dan nyeri skeletal akibat metastasis yang terjadi. Hematuria diawal miksi, sering berkemih, disuria, discharge urethral bercampur darah atau nokturia merupakan gejala yang tak spesifik. Bilamana teraba nodul mencurigakan pada colok dubur disertai dengan peningkatan kadar PSA, pemeriksaan selanjutnya berupa biopsy (dengan panduan USG rektal) merupakan indikasi. Strikture urethraStriktur uretra adalah berkurangnya diameter dan atau elastisitas uretra akibat digantinya jaringan uretra dengan jaringan ikat yang kemudian mengerut sehingga lumen uretra mengecil. Striktur uretra dapat disebabkan oleh setiap radang kronik atau cedera. Kebanyakan striktur terletak di pars membranasea walaupun juga terdapat ditempat lain. Trauma uretra dapat terjadi pada fraktur panggul dan karena cedera langsung, misalnya pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda lelaki sehingga terjadi cedera kangkang. Yang juga tidak jarang terjadi ialah cedera itrogenic akibat kateterisasi atau instrumentasi.Pada keadaan ini, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat hingga sampai suatu saat kemudian akan melemah. Otot kandung kemih semula menebal sehingga terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, kemudian timbul sakulasi (penonjolan mukosa masih di dalam otot) dan divertikel (menonjol ke luar) pada fase dekompensasi. Pada fase ini akan timbul residu urin yang memudahkan terjadinya infeksi. Tekanan di dalam kandung kemih yang tinggi akan menyebabkan refluks sehingga urin masuk kembali ke ureter, bahkan sampai ke ginjal. Infeksi dan refluks dapat menyebabkan pielonefritis akut atau kronik yang kemudian menyebabkan gagal ginjal.Manifestasi klinis dari striktur uretra biasanya mulai dengan sumbatan pada uretra dan tekanan kandung kemih yang tinggi sehingga dapat menyebabkan inhibisi urin keluar kandung kemih atau uretra proksimal dari striktur. Gejala khas adalah pancaran miksi kecil dan bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuriam kadang-kadang dengan infiltrate, abses dan fistel. Gejala lanjut adalah retensio urin.EtiologiPenyebab pasti BPH ini masih belum diketahui, penilitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengugkapkan dengan jelas etiologi terjadinya BPH. Dianggap adanya ketidak seimbangan hormonal oleh karena proses ketuaan. Salah satu teori ialah teori Testosteron (T) yaitu T bebas yang dirubah menjadi Dehydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 a reduktase yang merupakan bentuk testosteron yang aktif yang dapat ditangkap oleh reseptor DHT didalam sitoplasma sel prostat yang kemudian bergabung dengan reseptor inti sehingga dapat masuk kedalam inti untuk mengadakan inskripsi pada RNA sehingga akan merangsang sintesis protein. Teori yang disebut diatas menjadi dasar pengobatan BPH dengan inhibitor 5a reduktase.Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH adalah : Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Meningkatkan lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan Berdasarkan angka autopsy perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomic. Karena pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan, efek perubahan juga terjadi perlahan-lahan.5,12Epidemiologi Pembesaran prostat jinak (BPH) merupakan penyakit pada laki-laki usia diatas 50 tahun yang sering dijumpai. Karena letak anatominya yang mengelilingi uretra, pembesaran dari prostat akan menekan lumen uretra yang menyebabkan sumbatan dari aliran kandung kemih. Signifikan meningkat dengan meningkatnya usia. Pada pria berusia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.Di Indonesia BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun dan diperkirakan bahwa lebih kurang 5% pria Indonesia sudah berumur 60 tahun atau lebih. Kalau dihitung dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira-kira 100 juta terdiri dari pria, dan yang berumur 60 tahun atau lebih kira-kira 5 juta, sehingga diperkirakan ada 2,5 juta laki-laki Indonesia yang menderita BPH.12Faktor resikoUsia adalah resiko mayor untuk BPH. BPH sering terjadi pada pria berusia 60 tahun dan sekitar 85% pria menderita BPH pada umur 85 tahun. Gejela BPH dapat timbul sebelum berusia 40 tahun. Riwayat keluarga juga berpengaruh pada resiko terjadinya BPH. Beberapa fakta menunjukkan bahwa faktor resiko serupa yang berhubungan dengan penyakit jantung berpengaruh dengan meningkatnya resiko BPH. Faktor resiko tersebut meliputi obesitas, peningkatan tekanan darah, penurunan HDL, diabetes, dan penyakit arteri perifer. Gaya hidup juga berpengaruh seperti kurangnya aktifitas fisik, merokok, dan pola makan yang buruk yang dapat memungkinkan peningkatan resiko BPH atau memperburuk gejala.13
Patofisiologi Gejala hyperplasia prostat dapat dibagi menjadi gejala akibat iritasi yang ditimbulkan oleh aliran urin dan gejala akibat obstruksi oleh pembesaran prostat. Perlu dijelaskan bahwa gejala yang timbul tidak linier dengan pembesaran yang terjadi, karena prostat tidak selalu membesar kearah urethra. Secara umum gejala-gejala sering disebut sebagai prostatisme atau sindroma salurah kemih bagian bawah (=SSKB=LUTS=Lower Urinary Tract Syndromes). Gejala yang timbul sebagian merupakan akibat dari efek mekanik sebagai akibat pembesaran lobus median yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katub berbentuk bola (ball valve effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kandung kemih. Otot polos ini berada dibawah pengaruh system alfa-adrenergik. Gejala obstruktif pada akhirnya akan berakibat retensi akut, sedangkan retensi kronis berkepanjangan akan berakibat terjadinya insufisiensi ginjal.Daerah yang sering terkena adalah lobus lateral bagian tengah dan lobusmedial. Berat prostat bisa mencapai 60-100 gram (normal 20 gram). Pernah juga dilaporkan pembesaran prostat yang beratnya melebihi 200 gram. Secara mikroskopikgambaran yang terlihat tergantung pada unsur yang berproliferasi. Bila kelenjar yangbanyak berproliferasi maka akan tampak penambahan jumlah kelenjar dan sering terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel silindris atau kubis dan pada beberapa tempat membentuk papila-papila ke dalam lumen. Membrana basalis masih utuh kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar kecil-kecil sehingga menyerupai adenokarsinoma. Di dalam lumen sering ditemukan deskuamasi sel epitel, sekret yang granuler dan kadang-kadang corpora arnylacea (hyaline concretion). Dalam stroma sering ditemukan infiltrasi sel limfosit. Bila unsur fibromuskuler yang bertambah maka tampak jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang letaknyaberjauhan, disebut hiperplasia fibromatosa.6,8
Gambar 2. Hyperplasia ProstatPenatalaksanaan Penatalaksanaan penderita harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain, usia, sifat dan beratnya gejala, akibatnya pada kualitas hidup penderita serta gambaran menyeluruh dari fungsi ginjalnya. Tunggu dan awasi : secara umum penderita yang hanya memberikan skor AUA ringan hanya perlu ditunggu serta awasi dengan melakukan pemeriksaan setahun sekali. Sekitar 80% penderita degan skor ringan dan 60% penderita dengan skor sedang yang menjalani pengawasan seperti ini tetap dapat bertahan selama bertahun-tahun tanpa terapi apapun. Yang perlu dilakukan dalam episode ini adalah modifikasi gaya hidup, antara lain pembatasan asupan cairan, terutama menjelang tidur, dan mencegah obat-obatan, terutama yang dapat memperberat gejala. Penatalaksanaan medic / farmakologi dilaksanakan pada penderita dengan skor AUA sedang, walaupun pada penderita dengan gejala yang berat kadang-kadang juga masih memberikan tanggapan yang baik. Hasil terapi perlu dievaluasi setiap 3-6 bulan untuk melihat kemungkinan dilakukan tindakan invasive. Dua jenis obat utama yang digunakan adalah golongan penyekat 5alfa-reduktase dan golongan antagonis adrenergic. Finasteride merupakan zat sintetik kompleks azasteroid yang bersifat penghambat spesifik dan enzim 5alfa-reduktase yang bertanggung jawab atas konversi tetosteron menjadi dihidrotetosteron. Finasteride : dapat menurunkan sebanyak 25-30% ukuran prostat, perbaikan sekitar 30% skor gejala dan peningkatan sekitar 1,3-1,6 cc dari aliran urin setelah pemberian 12 bulan. Obat ini lebih efektif pada kelenjar yang sudah lebih besar (>60gr). Efek samping finasteride akan berkurang dengan makin lamanya pemberian. Kadar PSA juga akan menurun sekitar 50% setelah pemberian 6-12 bulan. Oleh karena itu PSA harus selalu diperiksa sebelum pengobatan dengan finasteride. Golongan penyekat alfa-adrenergik : perbaikan yang dapat dicapai dari obat golongan ini adalah peningkatan aliran urin 1,5-3,5 ml/menit aliran urin puncak. Obat golongan ini antara lain : terazosin, doxazosin dan tamsulosin. Penatalaksanaan bedah Penatalaksanaan bedah sebaiknya dijalankan apabila indikasi untuk itu tidak terpenuhi, diantaranya adalah : Retensio urin akut atau kronik Infeksi saluran kemih berulang Hematuria berulang Batu kandung kemih dan / atau insufisiensi ginjal sebagai akibat obstruksi outlet KK Divertikulum (1/>) kandung kemih yang cukup besar Keinginan penderita Dengan terapi farmakologi saja gagal
Transurethral resection of the prostate(TRUP)Ini adalah perawatan bedah paling umum dan paling terbukti untuk BPH. TRUP dilakukan dengan memasukkan gelang kawat melalui penis. Metode ini biasanya digunakan untuk membuang seluruh atau sebagian dari kelenjar prostat.Transurethral incision of the prostate (TUIP)TUIP hampir sama dengan TRUP, tapi ini biasanya digunakan oleh pria dengan prostat yang lebih kecil. Hal ini biasanya dilakukan tanpa perlu untuk tinggal di rumah sakit. Seperti TRUP, gelung kawat dimasukkan melalui penis hingga mencapai prostat. TrKemudian daripada membuang prostat, sayatan kecil dibuat di jaringan prostat untuk memperbesar pembukaan outlet urethra dan kandung kemih.Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita BPH yang dibiarkan tanpa pengobatan adalah pertama, trabekulasi, yaitu terjadi penebalan serat-serat detrusor akibat tekanan intra vesika yang selalu tinggi akibat obstruksi. Kedua, sakulasi, yaitu mukosa buli-buli menerobos di antara serat-serat detrusor. Ketiga, divertikel, bila sakulasi menjadi besar. Komplikasi lain adalah pembentukan batu vesika akibat selalu terdapat sisa urin setelah buang air kecil, sehingga terjadi pengendapan batu. Bila tekanan intra vesika yang selalu tinggi tersebut diteruskan ke ureter dan ginjal, akan terjadi hidroureter dan hidronefrosis yang akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.Tahap akhir adalah tahap dekompensasi detrusor yang berakibat bulibuli tidak dapat mengosongkan diri sehingga terjadi retensi urin total. Apabila tidak segera ditolong, akan terjadi overflow incontinence. Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakit, hyperplasia prostat dapat menimbulkan komplikasi : Inkontinensia paradox Batu kandung kemih Hematuria Sistitis Pielonefritis Retensi urin akut atau kronik Refluks vesikoureter Hidronefrosis Gagal ginjal.9
Pencegahan Adapun pencegahan dan pengobatan alamiah pembengkakan prostat sudah banyak dilakukan riset ilmiah di seluruh dunia. Pencegahan dan pemulihan gangguanBPH dapat dimulai dengan mengkonsumsi herbal, sayuran maupun buah-buahan yang telah teruji selama beberapa tahun melalui penelitian ilmiah.Saw Palmetto Berry, adalah buah yang berasal dari suku Indian, Amerika Tenggara, yang sudah digunakan beberapa ratus tahun untuk menjaga kesehatan vitalitas serta prostat pria. Pada tahun 2004 dilakukan meta-analisis riset dari 17 uji klinis menggunakan ekstrak saw palmetto berry dengan 4.280 pasien, ditemukan perbaikan yang signifikan dalam penyembuhan BHP. Adapun nettle leaf, tanaman herbal yg memiliki sangat banyak manfaat untuk kesehatan, juga efektif untuk menjaga kesehatan prostat. Nettle leaf & root kaya akan protein, klorofil dan berbagai vitamin dan mineral, seperti zinc dan selenium yang merupakan nutrisi penting untuk organ pria ini.Selain itu ada beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain: Mengurangi makanan kaya lemak hewan Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai) Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari Berolahraga secara rutin Pertahankan berat badan idealPerlindungan terbaik untuk mencegah masalah prostat adalah medikal cek up teratur yang meliputi pemeriksaan prostat dengan hati-hati. Periksakan diri ke dokter jika ada gejala-gejala seperti: sering kencing kesulitan kencing air kencing yang menetes.15
Prognosis Lebih dari 90% pasien mengalami perbaikan sebagian atau perbaikan dari gejala yang dialaminya. Sekitar 10-20% mengalami kekambuhan penyumbatan dalam 5 tahun.15Kesimpulan Benign prostatic hypertrophi ditandai dengan pembesaran kelenjar prostat dan sangat sering ditemukan, muncul pada >50% pria berusia >60 tahun dan 80% pada pria berusia >80 tahun. BPH biasanya muncul dengan gambaran obstruksi aliran kandung kemih, aliran urin yang buruk, urin menetes setelah selesai berkemih, frekuensi berkemih meningkat dan nokturia. Gejala lain yang bisa timbul adalah disuria dan inkontinensia overflow. Kadang-kadang pada pasien dapat ditemukan gejala gagal ginjal kronis atau retensi urin akut.
Daftar pustaka1. Sabiston DC. Buku ajar bedah: sistem urogenitalis. Jakarta: EGC; 1994. h. 4792. Abdurrahman. Anamnesis & pemeriksaan fisis. Cetakan ke-3. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h.11-20.3. Roehrborn CG, Bartsch G, Kirby R et al.Guidelines for the diagnosis and treatment of benign prostatic hyperplasia: a comparative, international review. Urology 58: 642-650, 2001.4. Davey P. At a glance medicine: hipertrofi prostat jinak. Jakarta: Erlangga; 2005. h. 263.5. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2: Jakarta: EGC, 2004.h. 733-86.6. Lepor H dan Lowe FC. Evaluation and nonsurgical management of benign prostatic hyperplasia. Dalam: Campbells urology, edisi ke 7. editor: Walsh PC, Retik AB, Vaughan ED, dan Wein AJ. Philadelphia: WB Saunders Co.,1337-1378, 2002.7. Ramsey EW, Elhilali M, Goldenberg SL, Nickel CJ, Norman R, Perreault JP et al. Practice patterns of Canadian urologist in BPH and prostate cancer. J Urol 163: 499-502, 2002.8. H.Hadi Martono dan Imam Parsuadi A. Hiperplasia prostat dalam Geriatri.Jakarta:FKUI;2009.h.495-501.9. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Ilmu penyakit dalam, edisi V jilid 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009.10. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Huriawati Hartono. Edisi 6: Jakarta: EGC, 2005.h. 1320.11. Kapita selekta kedokteran. Dalam bedah urologi. Editor: Arif Mansjoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. Edisi 3 jilid 2: Jakarta: FKUI, 2004.h. 329-41.12. Baradero M. Gangguan ginjal. Jakarta: EGC, 200913. Birowo P, Rahardjo D. Pembesaran Prostat Jinak. Jurnal Kedokteran dan Farmasi Medika. 2002. No 7 tahun ke XXVIII. 14. AUA practice committee. AUA guideline on management of benign prostatic hyperplasia (2003). Chapter 1: diagnosis and treatment recommendations. J Urol 170: 530-547, 2003.15. Schwartz, Seymour I. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Editor: Linda Chandranata: Jakarta: EGC, 2000.h. 592-3.
16