Bentuk Sediaan Obat Baruuu

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. Bahan aktif obat agar digunakan nyaman, aman, efisien dan optimal dikemas dalam bentuk sediaan obat (BSO) atau disebut sediaan farmasi. Bentuk sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih komponen bahan aktif. Formulasi BSO memerlukan bahan tambahan contohnya antara lain bahan pelarut atau bahan pelicin. Macam bahan tambahan tergantung macam Bentuk Sedian Obat. Bahan tambahan bersifat netral. Sehingga didapat definisi BSO adalah sediaan obat yang mengandung satu atau lebih bahan berkhasiat dan biasanya ditambah vehikulum (bahan pengisi atau bahan pelarut).1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut

1.2.1 apa pengertian dari obat?

1.2.2 Apa saja bentuk sediaan obat?

1.2.3 Apa tujuan bentuk sediaan obat perlu diketahui?

1.2.4 Apa faktor penentu pemilihan bentuk sediaan obat?1.2.5 Apa saja bentuk sediaan obat menurut rute pemberian obat?1.3 ManfaatAdapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut

1.3.1 mengetahui pengertian dari obat

1.3.2 mengetahui bentuk sediaan obat

1.3.3 mengetahui tujuan bentuk sediaan obat perlu diketahui

1.3.4 mengetahui faktor penentu pemilihan bentuk sediaan obat

1.3.5 mengetahui bentuk sediaan obat menurut rute pemberian obatBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian obatObat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh, guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2006). Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).Menurut undang-undang, yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhakan penyakit atau gejala penyakit, luka, dan kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni, 2006). Pengertian Obat Secara Khusus :

1. Obat Jadi

Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria, cairan salep atau bentuk lainnya yang mempunyai teknis sesuai dengan F1 atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.

2. Obat Paten

Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang dikhususkannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.

3. Obat Baru

Obat baru yaitu obat yang terdiri atas atau berisi zat yang berkhasiat ataupun tidak berkhasiat, misalnya lapisan pengisi, pelarut, pembantu, atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.

4. Obat Asli

Obat asli yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alami Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.

5. Obat Tradisional

Obat tradisional yaitu obat yang didapat dari bahan alam (mineral, tumbuhan, atau hewan) terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.

6. Obat Esensial

Obat esensial yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam daftar obat esensial (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI

7. Obat Generik

Obat generik yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam F1 untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.2.2 Bentuk Sediaan ObatBentuk sediaan adalah bentuk formulasi obat hingga didapat suatu produk yang siap untuk diminum atau dipakai oleh penderita supaya tercapai efek terapi yang diinginkan. Menurut Syamsuni, 2006 ada berbagai macam penggolongan obat, salah satunya yaitu menurut bentuk sediaan obat:

1. bentuk padat, contohnya serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria;

2. bentuk setengah padat, contohnya salep, krim pasta, cerata, gel, salep mata;

3. bentuk cair/larutan, contohnya potio, sirop, eliksir, obat tetes, gargarisma, clysma, epithema, injeksi, infus intravena, douche, dan lotio;

4. bentuk gas, contohnya inhalasi/spray/aerosol.Dibawah ini merupakan beberapa macam bentuk sediaan obat dan deskripsinya menurut Potter & Perry, 2005.NOBENTUKDESKRIPSI

1kapletBentuk dosis padat untuk pemberian oral; bentuk seperti kapsul dan bersalut, sehingga mudah ditelan

2kapsulBentuk dosis padat untuk pemberian oral; obat dalam bentuk bubuk, cairan, atau minyak dan dibungkus oleh selongsong gelatin, kapsul diwarnai untuk membantu identivikasi produk.

3eliksirCairan jernih berisi air, dan atau alkohol; dirancang untuk penggunaan oral, biasanya ditambah pemanis

4Tablet enterik bersalutTablet untuk pemberian oral (yang dilapisi) menggambar bahan yang tidak larut dalam lambung; lapisan larut di dalam usus, tempat obat diabsorbsi

5Ekstrak Bentuk obat pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat dari komponen lain obat tersebut (misalnya, ekstrak cairan adalah obat yang dibuat menjadi larutan dari sumber sayur-sayuran)

6GliseritLarutan obat yang dikombinasi dengan gliserin untuk penggunaan luar; berisi sekurang-kurangnya 50% gliserin

7Cakram intraocularBentuk oval, fleksibel berukuran kecil terdiri dari dua lapisan luar yang lunak dan sebuah lapisan tengah berisi obat. Saat dilembabkan oleh cairan okuler (mata), cakram melepas obat sampai satu minggu

8Obat gosokPreparat biasanya mengandung alkohol, minyak, atau pelembut sabun yang dioles pada kulit

9LosionObat dalam cairan, suspensi yang dioles pada kulit untuk melindunginya

10SalepSemisolid (agak padat), preparat yang dioles pada kulit, biasanya mengandung satu atau lebih obat

11PastaPreparat semisolid, lebih kental dan lebih kaku daripada salep, diabsorbsi melalui kulit lebih lambat daripada salep

12PilBentuk dosis padat berisi satu atau lebih obat, dibentuk kedalam bentuk tetesan, lonjong, atau bujur; pil yang sesungguhnya jarang digunakan karena telah digantikan oleh tablet

13LarutanPreparat cairan yang dapat digunakan per oral, parenteral, atau secara eksternal; dapat juga dimasukkan ke dalam organ atau rongga tubuh (mis. Irigasi kandung kemih); berisi air dan mengandung satu atau lebih senyawa terlarut; harus steril untuk penggunaan parenteral

14SupositoriaBentuk dosis padat yang dicampur dengan gelatin dan dibentuk dalam bentuk peluru untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh (rektum atau vagina); meleleh saat mencapai suhu tubuh, melepas obat untuk diabsorbsi

15SuspensiPartikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair, saat dibiarkan, partikel berkumpul di bagian bawah wadah; umumnya merupakan obat oral dan tidak diberikan per intravena

16SirupObat yang larut dalam larutan gula pekat; mengandung perasa yang membuat obat terasa lebih enak

17 TabletBentuk dosis bubuk yang dikompresi kedalam cakram atau silinder yang keras; selain obat utama, mengandung zat pengikat (perekat untuk membuat bubuk menyatu), zat pemisah (untuk meningkatkan pelarutan tablet), lubrikan (supaya mudah dibuat di pabrik), dan zat pengisi (supaya ukuran tablet cocok)

18Cakram atau lempeng transdermalObat berada dalam cakram (disks) atau patch membran semipermeabel yang membuat obat dapat diabsorbsi perlahan-lahan melalui kulit dalam periode waktu yang lama

19TingturaAlkohol atau larutan obat air-alkohol

20Tablet isapBentuk dosis datar, bundar mengandung obat, citarasa, gula, dan bahan perekat cair; larut dalam mulut untuk melepas obat

2.3 Tujuan Bentuk Sediaan Obat Perlu di Ketahui

1. Keadaan klinik penderita berpengaruh dalam pemilihan bentuk obat (peroral, injeksi, supp)2. Bentuk obat mempengaruhi kecepatan kerja obat (peroral, perinjeksi, inhalasi, per anus, topikal)3. Jenis obat yang sama, bentuk obat berbeda digunakan untuk tujuan terapi yang berbeda:

Metronidazol (tablet, sirup, suppositoria, ovula, injeksi)

Magnesium sulfat (pulvers, injeksi) Anti Inflamasi Non Steroid (tablet, injeksi, suppositoria)

4. Bentuk obat sama, efek terapi berbeda (sistemik, lokal)5. Bentuk obat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menggunakan obat: anak-anak : pulvers, sirup

dewasa : tablet, kapsul

lansia : sirup, kapsul, pulvers, tablet

6. Jenis obat yang sama pada penyakit yang sama, dapat diberikan bentuk obat berbeda (trikomoniasis-candidiasis dengan terapi metronidazol dan ketokonazol/nistatin)7. Bentuk obat tergantung sifat fisika kimia bahan obat

2.4 Faktor penentu pemilihan bentuk sediaan obat

1. Faktor bahan obata. Sifat fisika-kimia bahan obat

higroskopis : sediaan cair tidak larut air : sediaan padat (tablet, kapsul, pulveres atau suspensi)

tidak tahan asam lambung : injeksi penicillin G

b. Hubungan struktur kimia dan aktivitas obat, misalnya: derivat barbiturat ultra shot acting (tiopental) : injeksi derivat barbiturat long action (fenobarbital) : tablet, kapsul, puyer

c. Sifat farmakokinetik bahan obat

menghindari first-pass effect pada hati : tablet, sublingual (nitrogliserin dan ISDN)d. Kestabilan obat, misalnya vitamin C tidak stabil dalam larutan : tablet

2. Faktor penderitaa. Umur penderita : balita, dewasa, lansia

b. Lokasi/bagian tubuh di mana obat harus bekerja : lokal, sistemik

c. Kecepatan dan lama kerja obat yang dikendaki : efek segera, modified release (lepas lambat)

d. Keadaan umum penderita : tidak sadar, MRS/rawat jalan

e. Bentuk terapeutik obat yang optimal dan efek samping yang minimal

f. Bentuk sediaan yang paling diterima penderita : rasa obat, cara penggunaan2.5 Bentuk Sediaan Obat Berdasarkan RuteMenurut Syamsuni, 2006 ada perbedaan bentuk sediaan obat berdasarkan rute pemberiannya, yaitu sebagai berikut:

1. Bentuk sediaan obat yang digunakan melalui Rute Oral

Bentuk-bentuk sediaan obat yang digunakan dalam rute oral, yaitu tablet, kapsul, serbuk terbagi (pulveres), serta sediaan cair termasuk larutan, eliksir, sirop, dan suspense atau emulsi oral.

2. Bentuk sediaan obat yang digunakan melalui Rute RectalBentuk sediaan ini dibuat untuk tujuan local dan sistemik dalam bentuk larutan (lavement/clysma/enema), padat (suppositoria), atau setengah padat (unguentum/salep). Keuntungan bentuk sediaan ini adalah terhindar dari perusakan obat atau obat menjadi tidak aktif karena pengaruh lingkungan perut dan usus; dapat digunakan untuk penderita yang muntah-muntah, koma, atau sulit menelan obat; dan obat tidak mengalami detoksikasi, biotransformasi, atau metabolism yang mengakibatkan obat menjadi tidak aktif. Kerugiannya adalah penggunaan yang tidak menyenangkan dan absorbs yang sukar diramalkan.

3. Bentuk sediaan obat yang digunakan melalui Rute ParenteralBentuk sediaan parenteral (diluar usus) dapat berupa larutan, suspense, emulsi, dan serbuk steril dalam air atau minyak. Keuntungan bentuk sediaan ini adalah terhindar dari perusakan obat atau inaktivasi dalam saluran gastrointestinal; dapat digunakan bila obat sedikit diabsorbsi dalam saluran gastrointestinal sehingga obat tidak cukup untuk menimbulkan respons; bila dikehendaki, dapat menghasilkan efek obat yang cepat (pada keadaan gawat); kadar obat yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan karena tidak ada atau sedikit sekali dosis obat yang berkurang; dan dapat diberikan kepada penderita yang kesulitan menelan, misalnya karena muntah atau koma.Kerugian bentuk sediaan parenteral adalah efek toksiknya sulit dinetralkan bila terjadi kesalahan pemberian obat. Selain itu, harga obatnya lebih mahal daripada obat oral karena harus dibuat steril. Untuk memperoleh efek yang lama atau kerja depo, bentuk sediaan dapat dibuat suspensi dalam minyak yang hanya dapat disuntikkan secara intramuscular (im), yaitu melalui otot.

4. Bentuk sediaan obat yang digunakan melalui Rute KulitBentuk sediaan ini bertujuan untuk menghasilkan efek local dan bukan sistemik. Bentuk-bentuk sediaannya, antara lain salep; krim; pasta; salep berlemak yang presentase lilinnya tinggi; jelly; lotion/ obat gosok; kompres; dan serbuk tabor. Serbuk tabur dapat memiliki basis yang sifatnya berbeda-beda seperti hidrofil atau hidrofob dengan syarat harus mudah melepaskan zat aktifnya. Sediaan untuk kulit biasanya banyak menggunakan obat-obat golongan analgetik, antiseptic, antifungi, antiinflamasi, anestetik local, emolien, dan pelindung sinar matahari.

5. Bentuk sediaan obat yang digunakan pada membrane mukosa

Beberapa bentuk sediaan obat yang digunakan pada membrane mukosa, yaitu:

a. Bentuk sediaan obat untuk mukosa mulut dan tenggoroka, antara lain permen, lozenge, pastilles, dan trochisi yang digunakan dengan cara diisap atau sebagai obat pencuci mulut.

b. Untuk digunakan pada mata, bentuk sediaan seperti salep mata, tetes mata, dan pencuci mata harus steril dan bebas dari partikel kasar.

c. Bentuk sediaan yang digunakan pada hidung, antara lain tetes hidung, pencuci hidung, dan semprot hidung.

d. Untuk digunakan pada telinga, bentuk sediaan seperti tetes telinga dibuat kental agar lebih lama kontak dengan daerah yang diobati untuk membersihkan kotoran, mengobati infeksi,dan mengurangi rasa sakit.

e. Bentuk sediaan yang digunakan melalui mulut adalah bentuk sediaan yang diletakkan dibawah lidah (sublingual) serta diantara pipi dan gusi (bukal); bertujuan agar diperoleh efek yang lebih cepat dibandingkan melalui rute oral. Sebagai contoh, nitrogliserin untuk gejala kepayahan jantung.

6. Bentuk sediaan obat yang digunakan melalui rute implantasiBentuk sediaan melalui rute implantasi berupa obat steril yang ditanam dibawah kulit dengan alat khusus yang disebut trocar. Implantasi diberikan untuk tujuan efek sistemik jangka panjang dan hanya membutuhkan dosis yang lebih kecil daripada cara oral. Contohnya, hormone kelamin untuk tujuan keluarga berencana (KB).BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh, guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2006). Bentuk sediaan adalah bentuk formulasi obat hingga didapat suatu produk yang siap untuk diminum atau dipakai oleh penderita supaya tercapai efek terapi yang diinginkan. Menurut Syamsuni, 2006 ada berbagai macam penggolongan obat, salah satunya yaitu menurut bentuk sediaan obat:

1. bentuk padat, contohnya serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria;

2. bentuk setengah padat, contohnya salep, krim pasta, cerata, gel, salep mata;

3. bentuk cair/larutan, contohnya potio, sirop, eliksir, obat tetes, gargarisma, clysma, epithema, injeksi, infus intravena, douche, dan lotio;

4. bentuk gas, contohnya inhalasi/spray/aerosol.Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang diinginkan. Ketikapun bagi kita yang berpraktek di apotek, maka perlu diperhatikan benar etiket obat yang dibuat. Misalnya tablet dengan kaplet itu berbeda, atau tablet yang harus dikunyah dulu (seperti obat maag golongan antasida), seharusnyalah etiket obat memuat instruksi yang singkat namun benar dan jelas. Jangan sampai pasien menjadi bingung dengan petunjuk etiket obat. Oleh karena itu penting sekali bagi kita semua untuk mengetahui bentuk sediaan obat.3.2 Saran Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna baik dari penggunaaan kata ejaan atau yang lain, untuk itu kami menerima saran dan kritik dari temanteman atau semua pihak yang bersifat membangun. Agar kami dapat mengintropeksi, memperbaiki dan menyempurnakan makalah selanjutnya dengan baik. Maka dari itu kami meminta kepada teman sekalian untuk bersedia memberikan kritik dan saran.DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.