6
Kemuliaan Qana’ah 20Share Diringkas oleh: Ummu ‘Athiyah Dimuroja’ah oleh: Ustadz Abu Salman Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan kematian dan kehidupan ini, untuk menguji siapa diantara hambanya yang terbaik amalnya, hal ini telah Allah sebutkan dalam kitabnya yang agung dalam surat Al Mulk ayat 2: يِ ذَ ّ الَ قَ لَ خَ تْ وَ مْ ل اَ وةَ يَ حْ لواَ ْ مُ كَ وُ لْ بَ يِ لْ مُ كُ ّ ي& اُ نَ سْ ح& اً لاَ مَ عَ وُ هَ وُ 1 زْ يِ زَ عْ ل اُ رْ وُ فَ غْ ل ا“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” Adapun makna ayat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Katsier dalam tafsirnya bahwa “Allah telah menciptakan seluruh makhluk ini dari ketiadaan, untuk menguji jin dan manusia, siapakah diantara mereka yang paling baik amalnya.” Kalau demikian apakah kita akan terlena dengan gemerlapnya kehidupan dunia dan lupa memperbaiki amal-amal kita? Dalam Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah membawakan sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Muslim dan yang lainnya, riwayat Al-Miswar bin Syaddad tentang perumpamaan dunia dan akhirat. Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: اَ م اَ بْ 1 نُ ّ الذْ يِ فِ ةَ زِ خَ لاْ اَ ّ لاC اِ لْ ْ E بِ مَ ك اَ مُ لَ عْ جَ يْ مُ كُ ذَ خ& اُ هَ عَ بْ صC اْ يِ ف، ِ ّ مَ يْ ل اR ْ زُ S ظْ نَ يْ لَ فَ مِ بُ عِ جْ زَ ي“Dunia ini dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali.” (Diriwayatkan Muslim, At- Tirmidzi, Ibnu Majah) Peringatan tentang hakekat dunia juga disebutkan oleh Abul-Ala’, dia berkata: “Aku pernah bermimpi melihat seorang wanita tua renta yang

Berbakti n Qona'Ah

  • Upload
    tata

  • View
    214

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berbakti daqonaaahn

Citation preview

Page 1: Berbakti n Qona'Ah

Kemuliaan Qana’ah20Share

Diringkas oleh: Ummu ‘AthiyahDimuroja’ah oleh: Ustadz Abu Salman

Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan kematian dan kehidupan ini, untuk menguji siapa diantara hambanya yang terbaik amalnya, hal ini telah Allah sebutkan dalam kitabnya yang agung dalam surat Al Mulk ayat 2:

�ِذ�ي �َق� اَّل َل �َم�ْو�َت� َخ� �ْوَة� اَّل َي �َح� �ْم� �واَّل �ْو�ُك �َل �ْب �َي �ْم� َّل �ُك ُن� أُّي � أْح�َس� �ُز� و�ُه�ْو� َع�َم�ًال �َع�ُز�ُّي �َغ�ُف�ْو�ُر� اَّل اَّل

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Adapun makna ayat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Katsier dalam tafsirnya bahwa “Allah telah menciptakan seluruh makhluk ini dari ketiadaan, untuk menguji jin dan manusia, siapakah diantara mereka yang paling baik amalnya.” Kalau demikian apakah kita akan terlena dengan gemerlapnya kehidupan dunia dan lupa memperbaiki amal-amal kita?

Dalam Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah membawakan sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Muslim dan yang lainnya, riwayat Al-Miswar bin Syaddad tentang perumpamaan dunia dan akhirat. Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

�ا َم�ا �َي َة� ِف�ْي� اَّلُّد�ْن �َخ�َر� �َال � ا ��ِل� إَال �َم�ْْث �ْج�َع�ِل� َم�ا ُك �ْم� ُّي �َع�ُه� أْح�ُّد�ُك ، ِف�ْي� إْص�ْب �ْم6 �َي �ُظ�َر� اَّل �ْن �َي �ْم� ِف�َل ُع� ِب ِج� �َر� َت

“Dunia ini dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

Peringatan tentang hakekat dunia juga disebutkan oleh Abul-Ala’, dia berkata: “Aku pernah bermimpi melihat seorang wanita tua renta yang badannya ditempeli dengan berbagai macam perhiasan. Sementara orang-orang berkerumun di sekelilingnya dalam keadaan terpesona, memandang ke arahnya, Aku bertanya, “Siapa engkau ini?” Wanita tua itu menjawab, “Apakah engkau tidak mengenalku?” “Tidak,” jawabku “Aku adalah dunia,” jawabnya. “Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu,” kataku. Dia berkata, “Kalau memang engkau ingin terlindung dari kejahatanku, maka bencilah dirham (uang).”

Sesungguhnya Allah telah menjadikan bumi ini sebagai tempat tinggal bagi kita selaku hamba Allah. Dan apa yang ada diatas bumi ini seperti pakaian, makanan, minuman, pernikahan dan lain-lain merupakan santapan bagi kendaraan badan kita yang sedang berjalan kepada Allah. Barangiapa di antara manusia yang memanfaatkan semua itu menurut kemaslahatannya dan sesuai dengan yang diperintahkan Allah maka itu adalah perbuatan yang terpuji. Dan

Page 2: Berbakti n Qona'Ah

barangsiapa yang memanfaatkannya melebihi apa yang dia butuhkan karena tuntutan kerakusan dan ketamakan maka dia pantas untuk dicela.

Wahai hamba Allah, setelah kita mengetahui hakekat dunia dan bagaimana seharusnya kita bersikap dengan dunia ini, akankah kita tetap akan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan kita jadikan harta tersebut sebagai tujuan hidup kita???

Suri tauladan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap terhadap harta, yaitu menyikapi harta dengan sikap qana’ah (kepuasan dan kerelaan). Sikap qana’ah ini seharusnya dimiliki oleh orang yang kaya maupuan orang yang miskin adapun wujud qana’ah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang dimiliki manusia, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus mencari harta benda dengan menghalalkan semua cara, sehingga dengan semua itu akan melahirkan rasa puas dengan apa yang sekedar dibutuhkan. Tentang sikap qana’ah, Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyampaikan hadits dalam Shahih Muslim dan yang lainnya, dari Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

�َح� َق�ُّد� �ْم� َم�ُن� أِف�َل َل ِز�ُق� أْس� �ُف�ا و�ُر� �َع�ُه� و� ِف�ا، ُك �َم�ا اَّلَلُه� َق�ْن �اُه� ِب آَت

“Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rizki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawy)

Ketahuilah wahai saudariku sesungguhnya di dalam qana’ah itu ada kemuliaan dan ketentraman hati karena sudah merasa tercukupi, ada kesabaran dalam menghadapi hal-hal yang syubhat dan yang melebihi kebutuhan pokoknya, yang semua itu akan mendatangkan pahala di akhirat. Dan sesungguhnya dalam kerakusan dan ketamakan itu ada kehinaan dan kesusahan karena dia tidak pernah merasa puas dan cukup terhadap pemberian Allah.

Perbuatan qana’ah yang dapat kita lakukan misalnya puas terhadap makanan yang ada, meskipun sedikit laku pauknya, dan cukup dengan beberapa lembar pakaian untuk menutup aurat kita. Maka hendaklah dalam masalah keduniaan kita melihat orang yang di bawah kita, dan dalam masalah kehidupan akhirat kita melihat orang yang di atas kita. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan Rasulullah dalam hadits yang artinya: “Lihatlah orang yang dibawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.” (Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzy)

Sikap qana’ah ini hendaklah kita lakukan dalam setiap kondisi, baik ketika kita kehilangan harta maupun ketika mendapatkan harta. Barangsiapa yang mendapatkan harta maka haruslah diikuti dengan sikap murah hati, dermawan, menafkahkan kepada orang lain dan berbuat kebajikan. Marilah kita tengok kedermawanan dan kemurahan hati Rasulullah: Telah diriwayatkan dalam hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa beliau adalah orang yang lebih cepat untuk berbuat baik daripada angin yang berhembus. Selagi beliau diminta sesuatu, maka sekali pun tidak pernah beliau menjawab. “Tidak” Suatu ketika ada seseorang meminta kepada

Page 3: Berbakti n Qona'Ah

beliau. Maka beliau memberinya sekumpulan domba yang digembala di antara dua bukit. Lalu orang itu menemui kaumnya dan berkata kepada mereka: “Wahai semua kaumku, masuklah Islam! Karena Muhammad memberikan hadiah tanpa merasa takut miskin.”

Subhanallah sungguh indah pahala yang Allah janjikan terhadap hambaNya yang memiliki sikap qana’ah, marilah kita senantiasa memohon kepada Allah agar kita di anugrahi sikap qana’ah dan dijauhkan dari sikap kikir dan bakhil.

�ُه�ْم� �َّلَل �َك� أَع�ْو�ُذ� إْن6ْي ا �ُه�ْم6 َم�ُن� ِب ،و� و� اَّل ِن� �َح�ُز� ُز� اَّل �َع�ْج� �ْخ�ِل� و� اَّل �ْب ،و�اَّل ِل� �َس� �ُك �ُع� و� اَّل ،و�َض�َل �ُن� ْب �ْج� �ُن� اَّل ِج�اِل� و� اَّلُّد�ُّي �ِة�اَّلَر6 َغ�َلْب

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (bahaya) rasa gundah gulana dan kesedihan, (rasa) lemah dan malas, (rasa) bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penguasaan orang lain.”

MُهْمM Mَعْنْي اَّلَل ِبْخَيَر َّلْي ئْبِة َغا ُكِلM َعَلى َخَلف ا و ، ِفَيُه َّلْي ُرك ِبا و ُرِزَقتْنْي ِبَما َقْن

“Ya Allah, jadikanlah aku merasa qona’ah (merasa cukup, puas, rela) terhadap apa yang telah engkau rizkikan kepadaku, dan berikanlah berkah kepadaku di dalamnya, dan jadikanlah bagiku semua yang hilang dariku dengan lebih baik.”

Page 4: Berbakti n Qona'Ah

Bakti pada Orang Tua

Oleh Alwi Shahab.

Suatu ketika, dalam sebuah pengajian, Nabi Muhammad saw bertanya kepada para sahabat, ''Maukah kalian aku beri tahu dosa besar yang paling besar?''

Mereka menjawab, ''Apa itu, ya Rasulullah?'' tanya mereka.

Rasulullah saw pun menjelaskan, ''Mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orangtua.'' (HR Bukhari)

Hadis di atas menjelaskan kepada kita bahwa patuh, hormat, dan berlaku santun kepada kedua orangtua merupakan kewajiban agama. Dan begitu pentingnya perintah itu, sehingga Allah menempatkannya sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan setelah perintah untuk bertauhid.

Hal itu juga dipertegas oleh Allah SWT dalam kedua ayat Alquran berikut ini. ''Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu menyatakan kepada keduanya perkataan 'ah', dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah terhadap mereka perkataan yang mulia. Dan, rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, kasihanilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sejak kecil'.'' (Al-Isra: 23-24).

Menurut Sayyid Sabiq, seorang ulama kontemporer Mesir, berbakti kepada orangtua itu harus dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik ketika orangtua masih kuat dan apalagi ketika mereka sudah lemah serta lanjut usia. Bakti itu antara lain bisa ditunjukkan dengan berbicara menggunakan kalimat yang baik, santun, dan ungkapan yang paling halus tanpa disertai kekasaran sedikit pun.

Begitu pentingnya penghormatan kepada kedua orangtua, sehingga semua dosa dapat ditunda oleh Allah sampai waktu yang dikehendaki-Nya. Tapi tidak demikian halnya terhadap mereka yang durhaka kepada kedua orangtuanya. Karena terhadap mereka yang durhaka ini, Allah akan menyegerakan pembalasannya. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, dia sendiri pun tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari anak keturunannya. Karena itulah para ulama dan orang-orang bijak menyatakan bahwa orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya tidak akan berhasil dalam kehidupan di dunia dan tidak akan selamat pula di akhirat kelak.

Menurut agama, berbakti kepada kedua orangtua tidaklah terbatas pada waktu mereka hidup, bahkan hingga setelah keduanya wafat. Dalam kaitan ini seorang laki-laki pernah mendatangi Nabi Muhammad saw lalu bertanya, ''Wahai Rasulullah, apakah masih ada suatu tanda bakti kepada kedua orangtuaku yang harus aku lakukan sesudah keduanya wafat? Nabi pun menjawab, ''Ya, mendoakan keduanya, memohonkan ampun bagi keduanya, menjalankan wasiat keduanya, menyambung tali silaturahmi dengan teman-teman keduanya, dan menghormati sahabat keduanya.'' (HR Abu Dawud-Baihaqi).