36
PENGARUH MODEL ILL-STRUCTURED PROBLEM SOLVING BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Robiatul Adawiyah NIM. 11140170000026 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

PENGARUH MODEL ILL-STRUCTURED PROBLEM SOLVING

BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Robiatul Adawiyah

NIM. 11140170000026

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula
Page 3: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula
Page 4: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula
Page 5: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

i

ABSTRAK

Robiatul Adawiyah (11140170000026). “Pengaruh Model Ill-Structured

Problem Solving Berbantuan Question Prompts terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, September 2019.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pembelajaran model Ill-

Structured Problem Solving berbantuan Question Prompts terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis (KBKM) siswa. Penelitian dilaksanakan di SMPI Al-

Azhar 3 Bintaro pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini

menggunakan kuasi eksperimen dengan desain randomized posttest only control

group yang melibatkan 25 siswa kelompok eksperimen dan 23 siswa kelompok

kontrol yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data

KBKM menggunakan instrumen tes. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa

KBKM yang diajar dengan model Ill-Structured Problem Solving berbantuan

Question Prompts lebih tinggi daripada KBKM yang diajarkan dengan model

konvensional. Kemampuan berpikir kritis matematis meliputi kemampuan

interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi dan penjelasan. Kesimpulan penelitian ini

adalah penerapan model Ill-Structured Problem Solving berbantuan Question

Prompts lebih efektif meningkatkan KBKM dibandingkan dengan model

konvensional (𝜂2 = 0,137).

Kata Kunci: ill-structured problem solving, question prompts, kemampuan

berpikir kritis matematis

Page 6: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

ABSTRACT

Robiatul Adawiyah (11140170000026). “The Effect of Ill-Structured Problem

Solving Model using Question Prompts on Student Mathematical Critical

Thinking Skill”. Thesis of Departement of Mathematics Education, Faculty of

Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University of

Jakarta, September 2019.

The purpose of this research is to analyze the effect of Ill-Structured

Problem Solving Model using Question Prompts on Student Mathematical

Critical Thinking Skills (MCTS). The research was conducted on SMPI Al-Azhar

3 in Bintaro in Academic Year 2019/2020. This research use quasi-experimental

method with randomized posttest only control group involving 25 students in

experimental class and 23 students in control class that choosen by cluster

random sampling technique. The data collecting for MCTS used by using test

instrument. The result of this research revealed that students’ MCTS taught by ill-

structured problem solving model using question prompts are higher than those

taught by conventional model. MCTS include indicators of interpretation,

analysis, evaluation, enferential, and explanation. The conclusion of this research

show that the application of ill-structured problem solving model using question

prompts is more effective to improve the student’s MCTS, compared with

conventional model. (𝜂2 = 0,137).

Keywords: ill-structured problem solving, question prompts, mathematical

critical thinking skill

Page 7: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sangat peduli terhadap pendidikan masing-masing warga

negaranya, baik yang tergolong mampu ataupun kurang mampu. Hal ini didukung

dengan adanya Program Indonesia Pintar (PIP) dalam Permendikbud no 9 tahun

2018 dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada anak usia 6 tahun

sampai dengan usia 21 tahun dan atau yang masih terdaftar pada satuan

pendidikan formal maupun non formal sebagai penanda atau identitas untuk

mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula dalam UUD

1945 yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Beberapa hal di atas

dapat menjadi alasan pentingnya pendidikan bagi seluruh warga Negara

Indonesia.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam

penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan

kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.2 Pelajaran

matematika diberikan mulai dari pendidikan tingkat sekolah dasar, sekolah

menengah baik umum maupun kejuruan begitu pula dalam sekolah luar biasa. Hal

tersebut dapat dibuktikan dengan adanya struktur kurikulum yang tertulis dalam

permendiknas no 22 tahun 2006. Tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi

juga diatur dalam permendikbud no 21 tahun 2016 yang memuat Standar Isi

Pendidikan Dasar dan Menengah.3

Berdasarkan permendiknas no 22 tahun 2006 meyatakan bahwa mata

pelajaran di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dimaksudkan untuk

mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

1 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 9 tahun 2018

tentang petunjuk teknis program Indonesia pintar, h. 3 2 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), cet. 4, h. 185. 3 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no 21 tahun 2016

tentang Stadar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 111-127

Page 8: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan

mandiri.4 Begitu juga dalam permendikbud no 21 tahun 2016 disebutkan bahwa

salah satu tujuan pencapaian kompetensi matematika adalah agar siswa

menujukan sikap positif bermatematika; logis, kritis, cermat, teliti, jujur,

bertanggung jawab dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah.5

Pernyataan di atas dapat menunjukkan keterkaitan antara berpikir kritis dengan

pelajaran matematika sangatlah erat. Materi matematika dipahami melalui berpikir

kritis, dan berpikir kritis dilatih melalui belajar matematika.6

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang membutuhkan

kemampuan analisis, sehingga kemampuan berpikir kritis menjadi suatu

kemampuan yang penting untuk dimiliki siswa. Keterampilan berpikir kritis

sangat penting di segala aspek dimana kita harus mengkomunikasikan gagasan,

membuat keputusan, menganalisis dan menyelesaikan masalah.7 Dalam

pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kritis perlu ditingkatkan. Hal ini

disebutkan dalam Permendikbud no 58 tahun 2014 bahwa mata pelajaran

matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar

untuk membekalinya dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,

dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerjasama.8 Penjelasan di atas

menunjukkan bahwa kurikulum menuntut siswa untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dalam matematika.

Pendapat Marti yang dikemukakan oleh Rostina dalam bukunya tertulis

bahwa obyek matematika yang bersifat abstrak merupakan kesulitan tersendiri

yang harus dihadapi peserta didik dalam mempelajari matematika.9 Hal ini bisa

disebabkan karena kemampuan High Order Thinking (HOT) siswa masih kurang.

4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi, h. 5 5 Op.cit., h. 112

6 Lambertus, Pentignya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran

Matematika di SD, Forum Kependidikan Vol.28, No.2, Maret 2009. h. 140 7 Joe Y. F. Lau., An Introduction to Critical Thinking and Creativity, Think More Think

Better, (Wiley Publication: 2011), h. 2 8 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 58 tahun 2014 tentang Kurikulum

2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, h. 323 9 Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika untuk

Guru, Calon Guru, Orang Tua dan Para Pecinta Matematika (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 3.

Page 9: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan data hasil evaluasi Programme for

International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa

literasi matematika di Indonesia berada pada urutan ke 64 dari 65 Negara dengan

nilai rata-rata kompetensi matematika yang dicapai sebesar 375 poin, sedangkan

rata-rata skor internasional adalah 494.10

Hasil PISA pada tahun 2015 literasi

matematik Indonesia berada pada urutan 64 dari 72 Negara dengan rata-rata nilai

kompetensi matematika sebesar 386 poin, sedangkan rata-rata skor internasional

adalah 490.11

Kenaikan nilai rata-rata dari 375 poin ke 386 poin merupakan

kenaikan yang signifikan. Akan tetapi, nilai tersebut masih jauh dari nilai rata-rata

skor Internasional. Presentase yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa yaitu presentase yang mencapai level 5 dan level 6 sebesar 0,8% dari

standar PISA 15,3%. Presentase kemampuan siswa yang mencapai level 5 dan 6

terhitung rendah. Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud dalam PISA adalah

pada kriteria mampu menentukan strategi dari pemecahan masalah,

mengonseptualisasi, bernalar, mengkomunikasikan tindakan dan merefleksikan

penemuan mereka, menginterpretasi dan memberikan argumentasi,12

sedangkan

dengan rendahnya rata-rata skor yang diperoleh siswa di Indonesia menunjukkan

bahwa siswa kesulitan dalam menentukan solusi dari permasalahan yang dihadapi

dengan menggunakan pengetahuan yang sebelumnya, serta siswa belum mampu

menggunakan kemampuan berpikir dan bernalar tingkat lanjut dalam

menyelesaikan suatu permasalahan.13

Pernyataan mengenai rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa di

Indonesia didukung oleh fakta dari hasil penelitian Fatra dan Maryati pada 5

MTsN di Jakarta tentang kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa

yang menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa masih

sangat rendah. Hal ini dilihat dari hasil nilai rata-rata siswa yaitu 26,92 untuk

kemampuan berpikir kritis dan 15,69 untuk kemampuan berpikir kreatif

10

PISA 2012 Result in Focus, (PISA: OECD Publishing), h.5 11

PISA 2015 Result in Focus, (PISA: OECD Publishing), h.5 12

PISA 2012 Result: What Students Know and Can Do- Student Performance in

Mathematics, Reading and Science, Vol. 1 (PISA: OECD Publishing), h. 61 13

Ibid,.

Page 10: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

matematis.14

Dalam hal ini kemampuan siswa dalam membuat model matematika

dari masalah yang diberikan rendah begitu juga kemampuan mengidentifikasi

relevansi siswa masih rendah.

Fakta lainnya adalah pra penelitian yang dilakukan oleh Elke di salah satu

SMP Negeri di Jakarta. Dari perolehan nilai siswa dalam mengerjakan soal

kemampuan berpikir kritis matematis menunjukkan bahwa rata-rata presentase

kemampuan kritis siswa masih tergolong rendah, yaitu sebesar 22,36%.15

Dalam

penelitiannya dijelaskan bahwa siswa masih belum bisa mengidentifikasi

pertanyaan dengan tepat serta siswa tidak memberi argument matematis tentang

solusi yang diterapkan.

Berdasarkan beberapa fakta di atas, dapat mewakili pernyataan bahwa

kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih tergolong rendah. Rendahnya

kemampuan berpikir kritis matematis salah satunya disebabkan karena masih

banyak guru yang berkonsentrasi pada latihan pemecahan masalah secara

prosedur dibandingkan pemahaman masalah matematis.16

Pernyataan tersebut

sesuai dengan hasil wawancara Andina yang dilakukan kepada Guru matematika

di salah satu Madrasah Aliyah swasta di Tangerang Selatan yang menyatakan

bahwa kemampuan berpikir kritis siswa rendah karena penggunaan soal-soal yang

terfokus pada kompetensi dasar yang mengarah pada soal-soal UN, sehingga

untuk soal-soal berpikir tingkat tinggi masih jarang diberikan.17

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis matematis siswa adalah dengan memberikan latihan dengan

masalah-masalah non routine atau ill-structured problem karena masalah jenis ini

dapat melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan

14

Maifalinda Fatra, Tita Khalis Maryati, Implementasi K13 pada Pembelajaran

Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, h. 24 15

Elke Annisa Octaria, Pengaruh Model Process, Oriented, Guided Inquiry Learning

(POGIL) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis , Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Jakarta: 2018, h. 3, tidak dipublikasikan. 16

Reviandri Widyatiningtyas, The Impact of Problem Based Learning Approach to

Senior High School Students. Mathematics Critical Thinking Ability, (IindoMS-JME, vol.: 2015),

h.32 17

Andina Aulia Rachma, Pengaruh Model Pembelajaran Penalaran Berbasis Kasus (Case

based Reasoning) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis siswa, Skripsi pada UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2018, h. 4, tidak dipublikasikan.

Page 11: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

menganalisis masalah. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hong dan Kim

bahwa ill-structured problem dapat meningkatkan high-level mathematical

thinking skill seperti abstraksi dan analisis.18

Menurut kedalaman dan

kompleksitas kegiatannya, pemikiran matematika diklasifikasikan dalam dua

tingkatan, yaitu low level dan high level thinking.19

Ketika siswa hanya sebatas

mampu melakukan operasi sederhana dan hanya menerapkan cara penyelesaian

yang sudah ada pada tugas yang diberikan maka hal ini masuk pada kategori low

level thinking. Di sisi lain, pemahaman sepenuhnya terhadap masalah, penyusunan

dugaan, membuat analogi dan generalisasi, penalaran logis, pemecahan masalah

dan koneksi matematis masuk pada kategori high level thinking. Dilihat dari dua

kategori di atas, pernyataan Davidson yang dikutip oleh Sumarmo dan Nishitani

menyatakan bahwa berpikir kritis, kreatif dan konstruktif termasuk dalam high

level mathematical thinking.20

Berdasarkan penyataan di atas, diharapkan ill-

structured problem solving dapat membantu meningkatkan kemampuan tingkat

tinggi siswa khususnya pada kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Ill-structured problem atau biasa dikenal dengan Ill-structured Problem

Solving (ISPS) merupakan model penyelesaian masalah yang mengandung

masalah yang tidak rutin (ill-structured problem) dimana siswa membutuhkan

pemikiran lebih dalam untuk menganalisis masalah. Mulai dari mengidentifikasi

masalah, menemukan solusi-solusi serta memutuskan solusi yang paling tepat

untuk menyelesaikan masalah. Masalah non rutin atau masalah yang tidak

terstruktur memiliki tiga karakteristik, yaitu authenticity (otentik), complexity

(kompleks), openness (terbuka).21

Otentik berarti masalah yang diberikan harus

sesuai dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari siswa di luar sekolah.

Kompleks berarti masalah yang disajikan tidak memiliki kosep atau aturan tetap

18

Jee Yun Hong, Min Kyeong Kim, Mathematical abstraction in the solving of ill-

strctured problems by elementary school students in korea. Eurasia Journal of Mathematics,

science & Technology Education, 2016 , h. 268 19

Utari Sumarmo, Izumi Nishitani, High Level Mathematical Thinking: Experiments with

High School and Under Graduate Students using Various Approaches and Strategies, (Gunma

University: 2010), h. 11 20

Utari, Izumi, Loc. cit 21

Jee Y. H., Min K. K., Loc.cit

Page 12: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

untuk menyelesaikannya dan terbuka yang berarti masalah tersebut dapat

diselesaikan dengan berbagai macam solusi.

Penyelesaian ill-structured problem dengan well-structured problem

sebagian besar sama. Keduanya membutuhkan representasi masalah, monitoring

dan evaluasi. Akan tetapi, pada ill-structured problem dibutuhkan kemampuan

membandingkan dan memilih solusi terbaik dari alternatef solusi yang

ditemukan.22

Oleh karena itu peneliti memilih untuk memberikan bantuan kepada

siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pemberian bantuan berupa Question

Prompts. Hal ini berdasarkan pendapat Rosenshine dkk yang dikutip oleh Ge dan

Land bahwa Question Prompts terbukti efektif membantu siswa untuk

memfokuskan perhatian dan memonitor belajar siswa melalui elaborasi pada

pertanyaan.23

Selain itu Ge dan Land juga memiliki pendapat yang dikutip oleh

Chun dan Ming menyatakan bahwa Question Prompts memiliki efek positif untuk

penyelesaian masalah non rutin siswa (non-routine problem solving).24

Upaya

yang dapat dilakukan untuk Pemberian pertanyaan yang baik tidak hanya

berdampak positif dalam ISPS, akan tetapi hal ini juga mampu mengoptimalkan

proses berpikir tingkat tinggi (higher order thinking/HOT) dan kemampuan

berpikir kritis (critical thinking) pada peserta didik.25

Hasil penelitian yang dilakukan Ge dan Land mengenai Pengaruh

Question Prompts dan Peer Interaction terhadap Penyelesaian Ill-structured Task

menyatakan bahwa Question prompts dapat membantu menyelesaikan masalah

bukan hanya pada well-structured problem tapi juga pada ill-structured problem.26

Dalam penelitiannya, Ge dan Land menunjukkan bahwa siswa yang menerima

question prompts secara signitifikan memiliki hasil rata-rata yang lebih baik

22

Xun Ge, Susan M. Land, A Conceptual Framework for Scaffolding Ill-Structured

Problem Solving Processes Using Question Prompts and Peer Interactions, (ETRD, vol 52, no. 2,

2004), h.8 23

Xun Ge, Susan M.Land, Scaffolding Students’ Problem Solving Processes in an Ill-

Structured Problem Task Using Question Prompts and Peer Interaction, (ETRD, vol 51, issue 1

pp 21-38, 2003), h. 23 24

Chun Yi Lee, Ming Puu Chen, A Computer Game as A Context for Non-Routine

Mathematical Problem-Solving: The Effects of type of Question Prompts and Level of Prior

Knowledge. Computers & Education an International Journal 52, 2009, h. 531 25

Asih Widi Widiastuti, Eka Sulistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA (Jakarta: PT

Bumi aksara, 2017) h. 163 26

Xun G., Susan M. L., 2003, op. cit., h. 33

Page 13: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

daripada siswa yang tidak mendapatkan question prompts dalam proses

pemecahan masalah dengan skala yang digunakan pada problem representation,

generate solutions, make justification, monitor & evaluate berturut-turut adalah 0-

10, 0-8,0-7, 0-7.27

Tabel 1.1

Nilai Rata-rata Siswa dengan menggunakan Question Prompts vs. Non

Question Prompts pada Proses Pemecahan Masalah. 28 Problem Solving Processes Question Prompts No Question Prompts

Problem representation 5,29 2,41

Generate solutions 6,57 5,37

Make Justification 5,25 3,44

Monitor & evaluate 4,25 1,85

Berdasarkan pendapat yang sudah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa Question Prompts dapat memberikan efek positif dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematis begitu juga dapat membantu siswa dalam

menyelesaikan masalah non-routine atau ISPS.

Uraian permasalahan yang sudah dipaparkan di atas melatarbelakangi

penulis untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Ill-

Structured Problem Solving Berbantuan Question Prompts terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa.”

B. Identifikasi Masalah

1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih tergolong rendah

2. Siswa belum terbiasa menyelesaikan soal jenis ill-structured problems

3. Pembelajaran yang diterapkan guru belum cukup membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis

C. Pembatasan Masalah

1. Model pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini adalah model ill-

structured problem solving (ISPS) dengan berbantuan question prompts.

27

Xun G., Susan M. L., (2003), op. cit., h. 29 28

Xun G., Susan M. L., (2003), op. cit., h. 30

Page 14: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

2. Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang diukur adalah

Interpretation, analysis, evaluation, inferential dan explanation.

D. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah dijabarkan penulis,

dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran model Ill-Structured Problem Solving (ISPS) berbantuan

Question Prompts dan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional

2. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model Ill-Structured Problem Solving (ISPS)

berbantuan Question Prompts lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah

memperoleh pembelajaran model Ill-Structured Problem Solving (ISPS)

berbantuan Question Prompts.

2. Mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah

memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis

siswa setelah memperoleh pembelajaran model Ill-Structured Problem

Solving (ISPS) berbantuan Question Prompts dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi bahwa pembelajaran dengan model Ill-Structured

Problem Solving Berbantuan Question Prompts memberikan pengaruh

positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Page 15: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

b. Sebagai referensi untuk penelitian lain yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru, dengan dilakukannya penelitian ini dapat menjadi alternatif

model pembelajaran yang dapat diterapkan terutama untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematis.

b. Bagi Siswa, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan minat belajar matematika siswa.

c. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini menambah referensi mengenai model

pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah dan mampu meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

Bagi Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber

informasi dan bahan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

Page 16: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Azhar 3 Bintaro yang

berlangsung pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2019/2020

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen atau

eksperimen semu. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu dua kelas

yang diberikan perlakuan berbeda. Kelas pertama adalah kelas eksperimen yang

diberi perlakuan dengan pembelajaran model Ill-Strctured Problem Solving

(ISPS) dan kelas kedua adalah kelas kontrol yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized Posttest Only

Control Grup Design dimana keberhasilan dari sebuah perlakuan dilihat dari tes

akhir yang dilakukan oleh peneliti. Desain penelitian sebagai berikut.29

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Treatment Post-Test

E XE Y

K XK Y

Keterangan:

E : Kelompok kelas eksperimen

K : Kelompok kelas control

XE : Perlakuan terhadap kelas eksperimen yaitu pembelajaran dengan

model Ill-Strctured Problem Solving (ISPS) berbantuan question prompts

XK : Perlakuan terhadap kelas kontrol yaitu dengan pembelajaran

konvensional

Y : Tes akhir berpikir kritis

29

Karunia Eka Lestari dan Muhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan

Matematika, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2015), h. 126.

Page 17: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Treatment diberikan pada kelas eksperimen saat pembelajaran berlangsung

berupa pembelajaran dengan model Ill-Strctured Problem Solving (ISPS)

berbantuan question prompts.

C. Populasi dan Sampel

Berikut merupakan populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini:

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Islam

Al-Azhar 3 Bintaro.

2. Sampel

Karakteristik kelas VIII di SMP Islam Al-Azhar 3 Bintaro yang menjadi

tempat penelitian secara keseluruhan sama yaitu menerima materi yang sama

dan jumlah jam pelajaran sama. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII

B dan VIII E di SMP Islam Al-Azhar 3 Bintaro. Pengambilan sampel

menggunakan teknik cluster random sampling dengan mengambil secara acak

dua kelas dan dari keduanya diacak kembali untuk menetapkan satu kelas

eksperimen (kelas yang diberi model pembelajaran ISPS berbantuan Question

Prompts) dan satu kelas kontrol (kelas yang diberi pembelajaran

konvensional). Setelah dilakukan pengocokan, terpilih kelas VIII B sebanyak

23 orang sebagai kelas kontrol dan kelas VIII E sebanyak 25 orang sebagai

kelas eksperimen.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini ada dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran model Ill-

Strctured Problem Solving berbantuan Question Prompts. Variabel terikat pada

penelitian ini adalah kemampuan berfikir kritis matematis siswa.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

Page 18: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

1. Peneliti melakukan observasi untuk menentukan sekolah yang akan dipilih

untuk dilaksanakan penelitian kemudian menentukan kelas mana yang

akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Peneliti memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas yang

terpilih. Yaitu menerapkan model ill-structured problem solving

berbantuan question prompts kepada kelas eksperimen dan model

konvensional pada kelas kontrol.

3. Setelah diberikan perlakuan maka peneliti memberikan rangkaian post-test

pada kedua kelompok setelah pokok pembahasan materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) selesai berupa tes kemampuan

berpikir kritis matematis.

4. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif hasil tes

akhir tes kemampuan berpikir kritis kedua kelompok kelas yang diteliti

yaitu skor kelas eksperimen dan skor kelas kontrol.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes akhir

yang diberikan pada kelompom kelas Eksperimen dan kontrol berupa tes essay

yang dibuat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Dua kelompok

tersebut diberikan instrumen yang sama. Instrument tes disusun berdasarkan

indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang telah ditetapkan. Adapun

kisi-kisi instrumen tes yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah

ini.

Page 19: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Aspek Indikator Nomor

soal

Interpretation

Mengekspresikan data pada masalah ke dalam

model matematika dan bentuk umum SPLDV

4a, 5a

Analysis

Menganalisis hubungan informasi dan

masalah untuk memperoleh jawaban

penyelesaian dari masalah sesuai konsep

SPLDV

2, 3a, 5b

Evaluation Menilai kredibilitas suatu pernyataan yang

melibatkan konsep SPLDV

3b

Inferential

Menarik kesimpulan dari masalah yang

berkaitan dengan SPLDV

3c

Membuat contoh permasalahan baru dari

bentuk matematika yang ada yang berkaitan

dengan SPLDV

4b

Explanation

Memberikan penjelasan dengan rinci

mengenai pernyelesaian masalah yang

berkaitan dengan SPLDV

1

Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis, dibutuhkan rubrik

penskoran sebagai pedoman penskoran untuk tiap jawaban siswa. Pedoman

penskoran dibuat berdasarkan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang

dapat diberikan oleh siswa serta mengacu pada rubric penskoran Peter A.

Facione yang berjudul The Holistic Critical Thinking Scoring Rubric.30

Berikut pedoman penskoran tes kemampuan berpikir kritis matematis

disediakan pada Tabel 3.3.

30

Peter A. Facione, dkk., The Holistic Critical Thinking Scoring Rubric, (Insight

Assesment: 2009)

Page 20: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Aspek

Penilaian Kriteria Penilaian Skor

Interpretation

Mengidentifikasi masalah dengan tepat, dapat

menuliskan model matematika dengan tepat dan

jawaban benar

4

Mengidentifikasi masalah dengan tepat, akan

tetapi kurang tepat dalam menuliskan model

matematika.

3

Mengidentifikasi masalah kurang tepat, namun

dapat menuliskan model matematika dengan

tepat

2

Mengidentifikasi masalah kurang tepat, juga

tidak dapat menuliskan model matematika

dengan tepat

1

Tidak menjawab sama sekali 0

Analyse

Menuliskan jawaban sesuai informasi yang

diberikan dengan prosedur yang lengkap dan

jawaban yang tepat

4

Menuliskan jawaban sesuai informasi yang

diberikan, dengan prosedur kurang lengkap

namun jawaban tepat

3

Menuliskan jawaban sesuai informasi yang

diberikan dengan prosedur yang lengkap, tetapi

jawaban kurang tepat.

2

Menuliskan jawaban sesuai informasi yang

diberikan dengan prosedur yang kurang lengkap

dan jawaban kurang tepat.

1

Tidak menjawab sama sekali 0

Evaluation

Menilai kebenaran dengan tepat serta

memberikan alasan mengenai jawaban yang

diberikan dengan tepat

4

Menilai kebenaran dengan tepat akan tetapi,

alasan yang diberikan kurang tepat 3

Salah dalam menilai kebenaran dan kurang tepat

dalam memberikan alasan 2

Salah dalam menilai kebenaran dan tidak mampu

memberikan alasan mengenai jawaban yang 1

Page 21: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Aspek

Penilaian Kriteria Penilaian Skor

diberikan.

Tidak menjawab sama sekali 0

Inferential

Menjawab pertanyaan dengan melakukan

perhitungan dengan benar serta menarik

kesimpulan akhir dengan tepat

4

Menjawab pertanyaan dengan melakukan

perhitungan dengan benar namun kurang tepat

dalam memberikan kesimpulan akhir

3

Menjawab pertanyaan dengan melakukan

perhitungan dengan benar akan tetapi tidak

memberikan kesimpulan

2

Menjawab pertanyaan dengan dengan benar

tanpa ada langkah-langkah penyelesaian. 1

Tidak menjawab sama sekali 0

Explanation

Menuliskan jawaban dengan tepat serta

menjelaskan alasan dengan rinci 4

Menuliskan jawaban dengan tepat dan

menjelaskan alasan dengan tepat tetapi tidak

rinci

3

Menuliskan jawaban dengan tepat, tetapi kurang

tepat dalam memberikan alasan

2

Menuliskan pernyataan tanpa menjelaskan

alasan. 1

Tidak menjawab sama sekali 0

Sebelum instrumen penelitian ini digunakan, dilakukan pengujian terlebih

dahulu berupa uji validitas, reliabilitas untuk mengetahui kelayakan instrumen

sebagai alat ukur kemampuan berpikir kritis dan juga mengetahui daya beda serta

taraf kesukaran instrumen kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini.

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan agar dapat mengetahui apakah instrumen ini

mampu mengukur kemampuan berpikir kritis atau tidak. Uji validitas yang

dilakukan yaitu uji validitas isi dan uji validitas empiris.

Page 22: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

a. Validitas Isi

Dalam penelitian ini, validitas isi dilakukan dengan memberikan form

penilaian instrument tes kemampuan berpikir kritis kepada para ahli dalam bidang

matematika yaitu 3 Dosen Pendidikan Matematika UIN Jakarta dan 5 Guru

matematika SMP/MTs dan SMA.

Dalam form penilaian instrumen, peneliti menyediakan 3 kolom pilihan

penilaian, yaitu Esensial (E), Tidak Esensial (TE) dan Tidak Relevan (TR) serta

satu kolom komentar. Hasil validitas isi digunakan sebagai acuan untuk

memperbaiki isi instrumen.

Metode perhitungan validitas isi menggunakan CVR (Content Validity

Ratio) dengan rumus sebagai berikut:31

𝐶𝑉𝑅 =(𝑛𝑒 −

𝑁2)

𝑁2

Keterangan:

𝑛𝑒: Jumlah penilai yang menyatakan butir soal esensial

𝑁: Jumlah panelis

𝐶𝑉𝑅: Content Validity Ratio (rasio validitas isi)

Validitas isi dengan metode CVR dilakukan pada setiap butir soal

menggunakan kriteria Lawshe yang terdiri dari esensial (E), tidak esensial (TE)

dan tidak relevan (TR). Jika hasil perhitungan nilai CVR pada butir soal tidak

memenuhi nilai minimum CVR yang telah ditentukan pada tabel nilai minimum

CVR, maka soal tersebut tidak valid dan dapat dibuang atau diperbaiki sesuai

saran ahli. Berikut hasil uji validitas isi yang digunakan dengan metode CVR dari

7 orang ahli dalam Tabel 3.4:

31

C. H. Lawshe, A Quantitative Approach to Content Validity, (Personel, Psychology,

INC: 1975), h. 567-568

Page 23: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Isi dengan Metode CVR Instrumen Kemampuan Berpikir

Kritis

Indikator

Kemamp

uanTes

Berpikir

kritis

No E TE TR N Nilai

CVR

Mini

mum

Skor

Kriteria Ket.

Interpretat

ion

4A 7 0 0 7 1 0,99 Valid Digunakan

5A 7 0 0 7 1 0,99 Valid Digunakan

Analysis

2 7 0 0 7 1 0,99 Valid Digunakan

3A 6 1 0 7 0,71 0,99 Tidak

valid

Digunakan

dengan

perbaikan

5B 7 0 0 7 1 0,99 Valid Digunakan

Evaluatio

n 3B 7 0 0 7 1 0,99 Valid Digunakan

Inferential 3C 7 0 0 7 1 0,99 Valid Digunakan

4B 7 0 0 7 1 0,99 Valid Digunakan

Explanati

on 1 7 0 0 7 1 0,99 Valid Digunakan

Berdasarkan hasil uji validitas isi metode CVR di atas menunjukkan

bahwa terdapat 8 butir dari 9 butir soal dinyatakan valid yaitu soal nomor 1, 2, 3b,

3c, 4a, 4b, 5a, 5b dan 1 butir soal dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 3a.

dalam hal ini, peneliti melakukan perbaikan redaksi kalimat dalam soal sesuai

saran dari ahli dan tetap menggunakan soal tersebut sebagai instrumen

kemampuan berpikir kritis.

b. Validitas Empiris

Untuk menguji validitas empiris, terlebih dahulu instrumen diujikan

kepada 30 Siswa kelas IX SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. Setelah skor tiap butir telah

didapatkan, maka selanjutnya menghitung rhitung dicari menggunakan rumus

korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut.32

32

Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.

221

Page 24: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

𝑟𝑥𝑦 =𝑁(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√(𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2) − (𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2)

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑ 𝑋 : Skor butir soal

∑ 𝑌 : Skor total

N : Banyaknya peserta tes

Uji validitas instrumen dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙pada taraf signifikansi 5% yang degrees of freedom atau

derajat kebebasannya yaitu dk = n – 2 atau dengan membandingkan hasil Sig. (2

tailed). Dengan kriteria jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙maka soal dikatakan valid,

sebaliknya jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙maka soal dikatakan tidak valid. Penghitungan

uji validitas ini menggunakan perangkat lunak SPSS dengan hasil disajikan pada

Tabel 3.5 berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas empiris dengan perangkat

SPSS di atas, menunjukkan bahwa 9 dari 9 soal dinyatakan valid dan dapat

digunakan untuk instrument tes kemampuan berpikir kritis.

Tabel 3.5

Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Validitas Instrumen Kemampuan

Berpikir Kritis

No.

Soal

Indikator Validitas Ket.

rhitung rtabel

1 Explanation 0,587 0,361 Valid

2 Analysis 0,599 0,361 Valid

3A Analysis 0,441 0,361 Valid

3B Evaluation 0,595 0,361 Valid

3C Inferential 0,754 0,361 Valid

4A Interpretation 0,427 0,361 Valid

4B Inferential 0,801 0,361 Valid

5A Interpretation 0,529 0,361 Valid

5B Analysis 0,582 0,361 Valid

Page 25: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas yaitu ketetapan atau keajegan hasil yang diperoleh dari suatu

pengukuran.33

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila rhitung > 0,7.

Reliabilitas yang diuji pada instrumen ini menggunakan Cronbach’s Alpha

dengan rumus sebagai berikut:34

𝑟 = (𝑘

𝑘 − 1)(1 −

Σσ𝑏2

𝜎𝑡2 )

Keterangan:

r : Nilai reliabilitas

k : Banyaknya item pertanyaan

Σσ𝑏2 : Jumlah varians butir

𝜎𝑡2 : Varians total

Kriteria menurut Guildford dalam menginterpretasikan derajat reliabilitas

instrumen disajikan dalam Tabel 3.6 di bawah ini.35

Tabel 3.6

Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen

Koefisien korelasi Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ 𝑟11 ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat baik

0,70 ≤ 𝑟11 < 0,90 Tinggi Baik

0,40 ≤ 𝑟11 < 0,70 Sedang Cukup

0,20 ≤ 𝑟11 < 0,40 Rendah Buruk

𝑟11 < 0,20 Sangat rendah Sangat buruk

Berdasarkan hasil perhitungan uji Reliabilitas instrumen menggunakan

perangkat lunak SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:

33

Ali Hamzah, ibid., h. 233 34

Ibid., h.233 35

Karunia E. L., Mokhammad R. Y., op.cit., h.206.

Page 26: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

𝐓𝐚𝐛𝐞𝐥 𝟑. 𝟕

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Berpikir Kritis

Cronbach's Alpha N of Items

.732 9

Perhitungan uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan perangkat

lunak SPSS, diperoleh r hitung sebesar 0,732 yang didapat dari 9 butir soal

berpikir kritis tersebut reliabel dan dapat memberikan hasil ketetapan yang tinggi.

3. Taraf Kesukaran

Uji taraf kesukaran ini perlu dilakukan untuk mengklasifikasikan tingkat

kesulitan tiap butir soal apakah sulit, sedang atau mudah. Taraf kesukaran soal

dapat dilihat dari persentase siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut.

Berikut rumus menghitung taraf kesukaran.36

𝑃 =𝐵

𝐽𝑠

Keterangan :

P = indeks kesukaran soal yang dicari

B = jumlah siswa yang menjawab benar

Js = jumlah seluruh siswa

Setelah menemukan nilai P maka digunakan tabel berikut untuk

menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir tes.37

Tabel 3.8

Klasifikasi Taraf Kesukaran

Nilai P Interpretasi

𝑃 = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < 𝑃 ≤ 0,30 Sukar

0,30 < 𝑃 ≤ 0,70 Sedang

0,70 < 𝑃 < 1,00 Mudah

𝑃 = 1,00 Terlalu mudah

36

Ali Hamzah, op. cit., h.245. 37

Karunia E. L., Mokhammad R. Y., op. cit., h.224.

Page 27: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Hasil perhitungan uji taraf kesukaran butir soal instrumen kemampuan

berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9

Hasil Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Berpikir

Kritis

Indikator

kemampuan tes

berpikir kritis

No Soal Nilai P Interpretasi

Interpretation 4A 0.733 Sedang

5A 0.208 Sukar

Analysis

2 0.083 Sedang

3A 0.65 Sedang

5B 0.15 Mudah

Evaluation 3B 0.583 Sukar

Inferential 3C 0.075 Sukar

4B 0.092 Sukar

Explanation 1 0.492 Sukar

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran 9 butir soal yang valid,

diperoleh 1 soal dengan kategori mudah, 3 soal dengan kategori sedang dan 5 soal

dengan kategori sukar.

4. Daya Pembeda

Uji daya beda butir soal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah butir

soal tersebut mampu membedakan kemampuan siswa yang tinggi dan rendah.38

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda butir tes adalah sebagai

berikut39

.

𝐷𝑝 =𝐵𝐴

𝐽𝐴−

𝐵𝐵

𝐽𝐵

38

Ali Hamzah, op. cit., h.240. 39

Ibid., h.241.

Page 28: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Keterangan:

𝐷𝑝 : Daya pembeda butir

𝐵𝐴 : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

𝐵𝐵 : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

𝐽𝐴 : Banyaknya siswa kelas atas

𝐽𝐵 : Banyaknya siswa kelas bawah

Setelah menemukan nilai Dp maka digunakan Tabel 3.10 berikut untuk

menginterpretasikan daya pembeda tiap butir tes:40

Tabel 3.10

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

Nilai Dp Interpretasi

0,70 < 𝐷𝑝 ≤ 1,00 Sangat baik

0,40 < 𝐷𝑝 ≤ 0,70 Baik

0,20 < 𝐷𝑝 ≤ 0,40 Cukup

0,00 < 𝐷𝑝 ≤ 0,20 Jelek

𝐷𝑝 ≤ 0,00 Sangat Jelek

Negatif Soal dibuang

Hasil perhitungan uji daya pembeda Instrumen kemampuan berpikir kritis

adalah:

40

Karunia E. L., Mokhammad R. Y., op. cit., h. 217.

Page 29: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Tabel 3.11

Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis

Indikator

kemampuan tes

berpikir kritis

No

Soal Nilai Dp Interpretasi

Interpretation 4A 0.233 Cukup

5A 0.25 Cukup

Analysis

2 0.1 Jelek

3A 0.233 Cukup

5B 0.167 Jelek

Evaluation 3B 0.2 Jelek

Inferential 3C 0.083 Jelek

4B 0.117 Jelek

Explanation 1 0.25 Cukup

Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda dari 9 butir soal, terdapat

4 soal memiliki daya pembeda cukup dan 5 soal memiliki daya pembeda jelek.

Berdasarkan hasil rekapitulasi uji coba instrumen pada tabel 3.12 maka

peneliti menyimpulkan bahwa soal yang digunakan dalam posttest pada akhir

penelitian yaitu sebanyak 9 butir soal. Yaitu, soal nomor 1, 2, 3a, 3b, 3c, 4a, 4b,

5a, 5b. dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.736 menunjukkan bahwa instrumen

memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi sehingga baik digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis. Berikut adalah hasil rekapitulasi uji coba instrumen tes

kemampuan berpikir kritis yang disajikan pada Tabel 3.12.

Page 30: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Tabel 3.12

Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kiritis

Indikator

kemampuan

tes berpikir

kritis

No

Soal CVR Validitas

Taraf

Kesukaran

Daya

Pembeda Keterangan

Interpretation

4A Valid Valid Sedang Cukup Digunakan

5A Valid Valid Sukar Cukup Digunakan

Analysis

2 Valid Valid Sedang Jelek Digunakan

3A Tidak

valid Valid Sedang Cukup Digunakan

5B Valid Valid Mudah Jelek Digunakan

Evaluation 3B Valid Valid Sukar Jelek Digunakan

Inferential

3C Valid Valid Sukar Jelek Digunakan

4B Valid Valid Sukar Jelek Digunakan

Explanation 1 Valid Valid Sukar Cukup Digunakan

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif dan teknik analisis inferensial. Teknik analisis deskriptif digunakan

untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data. Teknik ini

mencakup ukuran kecenderungan seperti rata-rata, median, modus,ukuran

penyebaran data serta ukuran distribusi yaitu skewness dan kurtosis. Berikut

kriteria kemampuan siswa pada interpretasi skor analisis deskriptif.

Page 31: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Tabel 3.13

Kriteria Kemampuan Siswa41

Nilai Keterangan

80-100 Sangat baik

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Sangat kurang

Untuk teknik analisis inferensial digunakan dengan pengujian hipotesis

mengenai perbedaan dua rata-rata populasi. Pengolahan data dimulai dengan uji

normalitas, homogenitas, hingga perbedaan dua rata-rata kelompok yang

dilakukan dengan perangkat lunak SPSS (Statistical Package for Social Sciences)

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini

menggunakan Shapiro-Wilk pada perangkat SPSS 23. Perumusan hipotesis untuk

uji normalitas adalah sebagai berikut:

𝐻0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

𝐻1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

Pada perhitungan uji normalitas dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS pada taraf signifikansi 5%, untuk memutuskan hipotesis mana yang dipilih,

dilihat dari nilai signifikansi yang dihasilkan. Kriteria pengambilan keputusannya

adalah sebagai berikut:42

41

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ed. Revisi, Cet. 5, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2005), h. 245 42

Kadir, Statistika Terapan, (Konsep, Contoh dan Analisa Data dengan Pogram

SPSS/Lisrel dalam Penelitian), (Jakarta: Rajawali Press,2015), Cet. 1, Ed. 1, h.157.

Page 32: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Jika nilai signifikansi > 0,05, H0 diterima maka sampel berasal dari

populasi berdistribusi normal.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, H0 ditolak maka sampel berasal dari populasi

berdistribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal

dari populasi yang variansnya homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji

homogenitas menggunakan uji Levene pada perangkat SPSS. Perumusan hipotesis

untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

𝐻0: 𝜎12 = 𝜎2

2 (varians kedua kelompok sama atau homogen)

𝐻1: 𝜎12 ≠ 𝜎2

2(varians kedua kelompok berbeda atau tidak homogen)

Pada perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS pada taraf signifikansi 5%, untuk memutuskan hipotesis mana yang dipilih,

dilihat dari nilai signifikansi yang dihasilkan. Kriteria pengambilan keputusannya

adalah sebagai berikut:43

Jika nilai signifikansi > 0,05, H0 diterima maka varians kedua kelompok

sama atau homogen.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, H0 ditolak maka varians kedua kelompok

berbeda atau tidak homogen.

2. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian normalitas dan homogenitas teah menunjukkna bahwa skor

teskemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kedua kelas berdistribusi

normal dan homogen. Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan uji-t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen yang selama

pembelajarannya menggunakan model Ill-Structured Problem Solving (ISPS)

lebih tinggi dari kelas kontrol yang selama pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran konvensional.

43

Ibid, h.170.

Page 33: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Hipotesis statistika yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

𝐻0: 𝜇1 ≤ 𝜇2

𝐻1: 𝜇1 > 𝜇2

Keterangan:

𝜇1: rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen

𝜇2: rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas kontrol

Perumusan hipotesis untuk uji hipotesis adalah sebagai berikut:

𝐻0: rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelompok

eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata kemampuan berpikir kritis

matematis siswa pada kelompok kontrol.

𝐻1: rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelompok

eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa

pada kelompok kontrol.

Pada perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS Independent Sampels T Test untuk uji-t pada taraf signifikansi 5%, untuk

memutuskan hipotesis mana yang dipilih, dilihat dari nilai signifikansi yang

dihasilkan. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi > 0,05, H0 diterima maka varians kedua kelompok

sama atau homogen.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, H0 ditolak maka varians kedua kelompok

berbeda atau tidak homogen.

3. Menentukan Proporsi Varians (Effect Size)

Populasi varians adalah ukuran mengenai besarnya pengaruh (effect size)

variable perlakuan (bebas) terhadap kriterium (tak bebas). Effect size dapat

dinyatakan sebagai koefisien determinasi 𝜂2. Berikut formulasi effect size:44

𝜂2 =𝑡𝜊

2

𝑡𝜊2 + 𝑑𝑏

44

Ibid., h. 296

Page 34: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

Keterangan:

𝑡𝜊2 = t hitung

db = derajat bebas

Dengan kriteria effect size adalah sebagai berikut:45

Tabel 3.14

Kriteria Effect Size

Nilai Effect Size Keterangan

0,01 < 𝜂2 < 0,09 Efek kecil

0,09 < 𝜂2 < 0,25 Efek sedang

𝜂2 > 0,25 Efek besar

45

Ibid,.

Page 35: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan penelitian yang

diperoleh sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan model ill-

structured problem solving berbantuan question prompts tergolong cukup

sedangkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran konvensional tergolong kurang. Kemampuan

berpikir kritis matematis meliputi indikator interpretation, analysis,

evaluation, inferential, explanation. Kemampuan berpikir kritis matematis

siswa yang diajar dengan model ill-structured problem solving berbantuan

question prompts lebih unggul pada indikator analisis (analysis) dan

explanation (menjelaskan) dibandingkan pada indikator interpretasi

(interpretation), memberi kesimpulan (inferential) dan evaluasi

(evaluation)

2. Model ill-structured problem solving berbantuan question prompts lebih

efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis katematis siswa

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (𝜂2 = 0,137).

Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan model

ill-structured problem solving berbantuan question prompts lebih tinggi

daripada kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat peneliti

berikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru yang ingin menerapkan model ill-structured problem solving

pada pembelajaran di kelas, diharapkan dapat menyusun Lembar Kerja

Siswa (LKS) dengan langkah yang lebih rinci dan mempertimbangkan

Page 36: BERBANTUAN QUESTION PROMPTS TERHADAP KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48210/1/EVA... · mendapatkan dana PIP.1 Selain adanya PIP, telah disebutkan pula

dengan alokasi waktu yang disediakan agar penyelesaian masalah siswa

lebih optimal. Selain itu, diharapkan dapat menerapkan soal-soal non-rutin

atau soal model ill-structured problem ke dalam tiap-tiap pokok bahasan

materi.

2. Bagi Sekolah, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

kemampuan berpikir kritis matematis siswa yag diajarkan dengan model

Ill-structured problem solving berbantuan question prompts lebih tinggi

dibandingkan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Oleh

karena itu, model ISPS berbantuan QP ini dapat menjadi salah satu

alternative yang disarankan dalam pembelajaran matematika di sekolah.

3. Bagi peneliti selanjutnya terkait pembelajaran model ill-structured

problem solving berbantuan question prompts, disarankan untuk

melakukan penelitian pada pokok bahasan lain dengan mengukur

kemampuan matematis lainnya.