73
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 11 Tahun 2018 Seri E Nomor 7 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2018 Seri E Tanggal 14 Desember 2018 SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR, Ttd. ADE SARIP HIDAYAT Pembina Utama Madya NIP. 19600910 198003 1 003

BERITA DAERAH KOTA BOGOR filetentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Embed Size (px)

Citation preview

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

Nomor 11 Tahun 2018 Seri E Nomor 7

PERATURAN DAERAH KOTA BOGORNOMOR 11 TAHUN 2018

TENTANG

PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Bogor

Nomor 7 Tahun 2018Seri ETanggal 14 Desember 2018

SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR,Ttd.

ADE SARIP HIDAYATPembina Utama Madya

NIP. 19600910 198003 1 003

1

Walikota BogorProvinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH KOTA BOGORNOMOR 11 TAHUN 2018

TENTANG

PENYELENGGARAAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BOGOR,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakanpenanganan bidang kesehatan merupakanurusan pemerintahan wajib yang berkaitandengan pelayanan dasar yang menjadikewenangan Pemerintah Daerah,Pemerintah Kota Bogor telah menetapkanPeraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3Tahun 2005 tentang PenyelenggaraanKesehatan sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Daerah Kota BogorNomor 19 Tahun 2011 tentang Perubahanatas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3Tahun 2005 tentang PenyelenggaraanKesehatan;

2

b. bahwa berkenaan dengan telah terjadiperubahan paradigma mengenai kesehatandan perkembangan kesehatan menjadi lebihmutakhir serta perkembangan peraturanperundang-undangan di bidang kesehatan,maka Peraturan Daerah sebagaimanadimaksud pada huruf a sudah tidak sesuailagi dengan perkembangan, tuntutan,dan kebutuhan hukum dalam masyarakatsehingga perlu dicabut dan diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf adan huruf b, perlu membentuk PeraturanDaerah tentang Penyelenggaraan Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950tentang Pembentukan Daerah-DaerahKota Besar dalam Lingkungan PropinsiJawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,dan dalam Daerah Istimewa Yogyakartasebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 13Tahun 1954 tentang PengubahanUndang-Undang Nomor 16 dan 17Tahun 1950 (Republik Indonesia Dahulu)tentang Pembentukan Kota-Kota Besardan Kota-Kota Kecil di Jawa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1954Nomor 40, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 551);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1981Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3215);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999tentang Penyelenggara Negara yang Bersihdan Bebas dari Korupsi, Kolusi,dan Nepotisme (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3851);

3

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004tentang Praktik Kedokteran (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 116, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4431);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5059);

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5063);

7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009tentang Rumah Sakit (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5072);

8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011tentang Badan Penyelenggara JaminanSosial (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 116,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5256);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 244, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5587)sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Undang-Undang Nomor 9Tahun 2015 tentang Perubahan Keduaatas Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2015 Nomor 58, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5679);

4

10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014tentang Tenaga Kesehatan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 298, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5607);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 19Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokokbagi Kesehatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 36,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4276);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 101Tahun 2012 tentang Penerima Bantuanluran Jaminan Kesehatan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 264, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5372)sebagiamana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 76Tahun 2015 tentang perubahanatas Peraturan Pemerintah Nomor 101Tahun 2012 tentang Penerima Bantuanluran Jaminan Kesehatan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 226, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5746);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 46Tahun 2014 tentang Sistem InformasiKesehatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5542);

14. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013tentang Jaminan Kesehatan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2013Nomor 29) sebagaimana telah berapa kalidiubah terakhir dengan dengan PeraturanPresiden Nomor 19 Tahun 2016 tentangperubahan kedua atas Peraturan PresidenNomor 12 Tahun 2013 tentang JaminanKesehatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2016 Nomor 42);

5

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BOGOR

dan

WALIKOTA BOGOR

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANGPENYELENGGARAAN KESEHATAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah Kota adalah Daerah Kota Bogor.2. Pemerintah Daerah Kota adalah Wali Kota sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpinpelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan daerah otonom.

3. Wali Kota adalah Wali Kota Bogor.4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalampenyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan daerah.

5. Instansi teknis adalah instansi teknis di lingkunganPemerintah Daerah yang terkait dengan penyelenggaraankesehatan.

6. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap oranguntuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

7. Sistem Kesehatan Daerah adalah suatu tatananyang menghimpun berbagai upaya daerah secara terpadudan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatanyang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraanumum sebagaimana dimaksud pada PembukaanUndang-Undang Dasar Tahun 1945.

6

8. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentukdana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasidan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatandan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakanupaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah,pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

9. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkatUKM adalah setiap kegiatan untuk memeliharadan meningkatkan kesehatan serta mencegahdan menanggulangi timbulnya masalah kesehatandengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

10. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkatUKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatanpelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,pencegahan, penyembuhan penyakit, penguranganpenderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatanperseorangan.

11. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikandiri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuandan atau keterampilan melalui pendidikan di bidangkesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukankewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

12. Tenaga medis adalah Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis,Dokter Gigi Spesialis baik lulusan di dalam negeri maupunlulusan luar negeri yang diakui pemerintah.

13. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempatyang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanankesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

14. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangansecara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan, dan gawat darurat.

15. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkatPuskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakatdan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakatyang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

7

16. Laboratorium Kesehatan Daerah yang selanjutnya disingkatLabkesda adalah sarana kesehatan yang melaksanakanpelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan,dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusiaatau bahan bukan manusia untuk penentuan jenis penyakit,penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktoryang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangandan masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintahdaerah.

17. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatandan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukansecara terpadu, terintegrasi dan berkesinambunganuntuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,dan pemulihan kesehatan oleh pemerintahdan/atau masyarakat.

18. Promotif adalah kegiatan yang mencakup upaya peningkatanpengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuanindividu atau masyarakat dalam menjaga kesehatan diridan lingkungannya, serta berperilaku sehat.

19. Preventif adalah kegiatan yang mencakup upaya pencegahanpenyakit atau gangguan kesehatan, baik sejak sebelumterkena penyakit, deteksi dini terhadap adanya penyakit,maupun pencegahan terjadinya komplikasi buruk suatupenyakit.

20. Kuratif adalah kegiatan yang mencakup upayapenyembuhan, pengurangan dan penderitaan akibatpenyakit, mengendalikan penyakit, atau pengendaliankecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimalmungkin.

21. Rehabilitatif adalah kegiatan yang mencakup upayapemulihan seseorang agar dapat kembali ke masyarakatdan mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

22. Paliatif adalah kegiatan yang mencakup upaya mengurangikeparahan keadaan atau kondisi penyakit seseoranghingga menunggu berakhirnya penyakitnya.

8

23. Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkankemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapatmenolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatanyang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budayasetempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasankesehatan.

24. Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatanyang sistematis dan terus menerus terhadap datadan informasi tentang kejadian penyakit atau masalahkesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinyapeningkatan dan penularan penyakit atau masalahkesehatan untuk memperoleh dan memberikaninformasi guna mengarahkan tindakan pengendaliandan penanggulangan secara efektif dan efisien.

25. Pelayanan kesehatan adalah segala kegiatan pelayanankesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangkaobservasi, diagnosis, pengobatan, atau pelayanan kesehatanlainnya.

26. Fungsi sosial adalah fungsi sosial pelayanan kesehatanyang merupakan bagian dari tanggung jawab yang melekatpada setiap sarana pelayanan kesehatan, yang merupakanikatan moral dan etik dalam membantu pasien yang kurangatau tidak mampu untuk memenuhi kebutuhanakan pelayanan kesehatan.

27. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkatPPNS adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentudi lingkungan pemerintah daerah yang diberi wewenangkhusus oleh Undang- Undang untuk melakukan penyidikanterhadap pelanggaran peraturan daerah.

28. Informasi kesehatan adalah seperangkat tatananyang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, teknologidan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelolasecara terpadu untuk mengarahkan tindakanatau keputusan yang berguna dalam mendukungpembangunan kesehatan.

9

29. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungankesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaankesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telahmembayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah

30. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yangselanjutnya disebut PBI Jaminan Kesehatan adalah fakirmiskin dan orang tidak mampu sebagai peserta programjaminan kesehatan.

31. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidakmempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyaisumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyaikemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layakbagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

32. Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumbermata pencaharian, gaji atau upah yang hanya mampumemenuhi kebutuhan dasar yang layak namun tidakmampu membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya.

BAB IIASAS PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Pasal 2

Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan asas:a. perikemanusiaan;b. pemerataan;c. keseimbangan;d. manfaat;e. perlindungan;f. penghormatan terhadap hak dan kewajiban;g. keadilan;h. gender dan nondiskriminatif;i. norma-norma agama, pemberdayaan dan kemandirian,

hukum, etika, dan budaya daerah.

10

BAB IIIMAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

Pasal 3

Penyelenggaraan kesehatan dimaksudkan sebagai dasarkebijakan pembangunan kesehatan di Daerah Kotauntuk dijadikan pedoman bentuk dan cara penyelenggaraankesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota,swasta, dan masyarakat serta pemangku kepentingan di bidangkesehatan guna meningkatkan kesadaran, kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

Pasal 4

Tujuan penyelenggaraan kesehatan adalah terwujudnya derajatkesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasibagi pembangunan sumber daya manusia yang produktifdan berdaya saing secara sosial dan ekonomis.

Pasal 5

Sasaran penyelenggaraan kesehatan adalah:

a. terlaksananya sistem kesehatan daerah yang efektif, efisien,produktif, objektif, transparan, partisipatif, akuntabel,berkelanjutan, dan relevan sesuai dengan tuntutanserta kebutuhan masyarakat dan lingkungan;

b. terlaksananya tata kelola penyelenggaraan kesehatanyang bermutu mencakup aspek perencanaan, pengaturan,pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian,serta penilaian terhadap penyelenggaraan kesehatan;

c. terlaksananya tata laksana penyelenggaraan kesehatanyang bermutu dalam pelayanan kesehatan untuk seluruhlapisan masyarakat;

d. terdistribusikannya tugas, fungsi, wewenang,dan tanggung jawab kesehatan secara proporsionalkepada seluruh pemangku kepentingan kesehatanyaitu swasta, masyarakat, dan Pemerintah Daerah Kotasesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

11

e. terlaksananya upaya-upaya peningkatan pengetahuan,sikap, perilaku, dan kesadaran masyarakatuntuk berperilaku hidup sehat dan berkontribusidalam pembangunan kesehatan;

f. terpenuhinya kuantitas dan kualitas fasilitas pelayanankesehatan sesuai norma, standar, prosedur, dan kriteriapelayanan kesehatan;

g. terjalinnya koordinasi, sinkronisasi, dan sinergitasdalam mekanisme penyelenggaraan kesehatan di daerahyang terintegrasi dengan penyelenggaraan kesehatandi daerah.

BAB IVHAK DAN KEWAJIBAN

Bagian KesatuHak

Pasal 6

Dalam penyelenggaraan kesehatan, setiap orang berhak:

a. atas kesehatan;

b. mempunyai hak yang sama dalam memperoleh aksesatas sumber daya di bidang kesehatan;

c. mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatanyang aman, bermutu, dan terjangkau;

d. secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiripelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya;

e. mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajatkesehatan;

f. untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentangkesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab;

g. memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinyatermasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupunyang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

12

Bagian KeduaKewajiban

Pasal 7

(1) Dalam penyelenggaraan kesehatan, setiap orangberkewajiban:a. ikut mewujudkan, mempertahankan, dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakatyang setinggi-tingginya yang pelaksanaannya meliputiupaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatanmasyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan;

b. menghormati hak orang lain dalam upayamemperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi,maupun sosial;

c. berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,mempertahankan, dan memajukan kesehatanyang setinggi-tingginya;

d. menjaga dan meningkatkan derajat kesehatanbagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya;

e. turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.

(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf e sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

BAB VTANGGUNG JAWAB

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan kesehatan merupakan tanggung jawabpemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah,swasta, dan masyarakat.

(2) Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawab merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasiupaya kesehatan yang merata dan terjangkauoleh masyarakat di Daerah Kota.

13

(3) Tanggung jawab Pemerintah Daerah Kota sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi:

a. penyediaan lingkungan yang sehat bagi masyarakatuntuk memperoleh derajat kesehatanyang setinggi-tingginya;

b. ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan;

c. ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan daerahdan fasilitas kesehatan yang bermutu, aman,dan terjangkau;

d. ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi,dan fasilitas pelayanan kesehatan;

(4) memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakatdalam upaya kesehatan dan pelaksanaan jaminanpemeliharaan kesehatan masyarakat.

BAB VISISTEM KESEHATAN DAERAH

Bagian KesatuUmum

Pasal 9

(1) Sistem Kesehatan Daerah diselenggarakanuntuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakatyang setinggi-tingginya dengan melibatkan semua potensimasyarakat, swasta maupun Pemerintah Daerah Kotasecara sinergi, berhasil-guna, dan berdaya-guna.

(2) Sistem Kesehatan Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan prinsip dasaryang meliputi kepedulian, hak asasi manusia, adil,dan merata, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat,kemitraan, non diskriminatif, pengutamaan dan manfaat,serta tata penyelenggaraan yang baik.

14

Pasal 10

Sistem Kesehatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9terdiri dari 11 (sebelas) sub sistem yaitu:a. sub sistem sumber daya manusia kesehatan;b. sub sistem fasilitas kesehatan;c. sub sistem perbekalan kesehatan;d. sub sistem upaya kesehatan;e. sub sistem jaminan kesehatan dan rujukan;f. sub sistem manajemen kesehatan;g. sub sistem regulasi kesehatan;h. sub sistem informasi kesehatan;i. sub sistem jaminan dan pembiayaan kesehatan;j. sub sistem pemberdayaan masyarakat;k. sub sistem kerja sama dan kemitraan.

Bagian KeduaSub Sistem Sumber Daya Manusia Kesehatan

Pasal 11

(1) Sub sistem sumber daya manusia kesehatan merupakantatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan tenagakesehatan secara terpadu dan saling mendukung.

(2) Tujuan sub sistem sumber daya manusia kesehatan adalahtersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secaraterdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secaraberhasil guna dan berdaya guna.

(3) Sub sistem sumber daya manusia kesehatandiselenggarakan dengan mengacu kepada prinsip-prinsipsebagai berikut:a. kebutuhan pembangunan kesehatan serta dinamika

pasar di dalam maupun luar negeri;b. pemerataan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan

dan keadilan bagi tenaga kesehatan;

15

c. pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaranagama dan etika profesi;

d. objektif, transparan, dan berkelanjutan;e. perlindungan hukum.

(4) Pemerintah Daerah Kota bertanggungjawab atas:a. perencanaan pengadaan dan pendayagunaan tenaga

kesehatan sesuai dengan kebutuhan;b. pengaturan, pembinaan, pengawasan dan peningkatan

mutu tenaga kesehatan;c. perlindungan kepada tenaga kesehatan dalam

menjalankan praktek.

(5) Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatandiselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kotadan/atau masyarakat melalui pendidikandan/atau pelatihan.

(6) Perhitungan kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatandilakukan dengan analisa jabatan dan analisa beban kerjasesuai ketentuan.

Pasal 12

(1) Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasiminimum diploma tiga sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

(2) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakanpelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlianyang dimiliki dan kewenangan yang diatur dalam ketentuanperaturan perundang-undangan.

(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenagakesehatan wajib memiliki izin dari Pemerintah Daerah Kotasesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etikdan standar profesi yang diatur oleh organisasi profesi.

(5) Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan hakpengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan,dan standar prosedur operasional yang diatur sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

16

Bagian KetigaSub Sistem Fasilitas Kesehatan

Paragraf 1Umum

Pasal 13

(1) Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannyaterdiri atas:

a. pelayanan kesehatan perseorangan

b. pelayanan kesehatan masyarakat.

(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi:

a. pelayanan kesehatan tingkat pertama;

b. pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan

c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

(3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan oleh pihak Pemerintah DaerahKota dan swasta.

(4) Ketentuan persyaratan fasilitas pelayanan kesehatansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.

(5) Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diaturdengan Peraturan Wali Kota.

Pasal 14

Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 terdiri atas:

a. tempat praktik mandiri tenaga kesehatan;

b. Puskesmas;

c. klinik;

17

d. rumah sakit;

e. apotek;

f. unit transfusi darah;

g. laboratorium kesehatan;

h. optikal;

i. fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum;dan

j. fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.

Pasal 15

(1) Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawabatas ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah Daerah Kota dapat menentukan jumlahdan jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan serta pemberianizin beroperasi di daerahnya.

(3) Kewenangan Pemerintah Daerah Kota dalam menentukanjumlah dan jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatandidasarkan pada kebutuhan dan tanggung jawab daerahmasing-masing sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

(4) Penentuan jumlah dan jenis Fasilitas PelayananKesehatan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kotadengan mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:

a. luas wilayah;

b. kebutuhan kesehatan;

c. jumlah dan persebaran penduduk;

d. pola penyakit;

e. pemanfaatannya;

f. fungsi sosial; dan

g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

18

Paragraf 2Tempat Praktik Mandiri Tenaga Kesehatan

Pasal 16

(1) Pemerintah Daerah Kota menentukan jumlah tempatpraktik mandiri Tenaga Kesehatan berdasarkan kebutuhanmasyarakat terhadap pelayanan kesehatan melaluipenetapan rasio antara jumlah Tenaga Kesehatandibanding dengan jumlah penduduk.

(2) Jenis Tempat Praktik Mandiri Tenaga Kesehatan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3Puskesmas

Pasal 17

(1) Pemerintah Daerah Kota wajib menyediakan Puskesmas.

(2) Pendirian Puskesmas didasarkan pada pertimbangankebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitassesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

Pemerintah Daerah Kota wajib menetapkan kategori Puskesmasberdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuanpenyelenggaraan.

Pasal 19

Tampilan Puskesmas menunjukkan ciri khas denganmenggunakan logo Pemerintah Daerah Kota dan logo Puskesmasyang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

19

Paragraf 4Klinik

Pasal 20

(1) Pemerintah Daerah Kota menentukan jumlah tempatpraktik mandiri tenaga kesehatan berdasarkan kebutuhanmasyarakat terhadap pelayanan kesehatan pada 1 (satu)wilayah.

(2) Penentuan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanankesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanmelalui penetapan rasio antara jumlah tenaga kesehatandibanding dengan jumlah penduduk.

(3) Penetapan rasio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. kondisi geografis dan aksesibilitas masyarakat;

b. tingkat utilitas; dan

c. jam kerja pelayanan.

(4) Penetapan rasio sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diatur dengan Peraturan Wali Kota.

Paragraf 5Rumah Sakit

Pasal 21

(1) Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawab menyediakanRumah Sakit Daerah.

(2) Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawab dalammelakukan pemenuhan sebaran rumah sakit secara meratadi setiap wilayah berdasarkan pemetaan daerahdengan memperhatikan jumlah penduduk, rasio jumlahtempat tidur, dan akses masyarakat.

(3) Selain Pemerintah Daerah Kota yang bertanggung jawabdalam menyediakan rumah sakit sebagaimana dimaksudpada ayat (1), swasta dapat mendirikan rumah sakit sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

20

Pasal 22

Rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)dapat berupa Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

Pasal 23

(1) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 diklasifikasikan menjadi:a. Rumah Sakit Umum Kelas A;b. Rumah Sakit Umum Kelas B;c. Rumah Sakit Umum Kelas C; dand. Rumah Sakit Umum Kelas D.

(2) Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf d diklasifikasikan menjadi:a. Rumah Sakit Umum Kelas D; danb. Rumah Sakit Umum Kelas D pratama.

(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 diklasifikasikan menjadi:a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;b. Rumah Sakit Khusus Kelas B; danc. Rumah Sakit Khusus Kelas C.

Pasal 24

Pelayanan rawat inap rumah sakit harus dilengkapidengan fasilitas sebagai berikut:a. jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 40%

(empat puluh persen) dari seluruh tempat tiduruntuk rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kota;

b. jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20%(dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk rumahsakit milik swasta;

c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (limapersen) dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milikPemerintah Daerah Kota dan rumah sakit milik swasta.

21

Pasal 25

(1) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 meliputi Rumah Sakit Khusus:

a. ibu dan anak;

b. mata;

c. otak;

d. gigi dan mulut;

e. kanker;

f. jantung dan pembuluh darah;

g. jiwa;

h. infeksi;

i. paru;

j. telinga-hidung-tenggorokan;

k. bedah;

l. ketergantungan obat; dan

m. ginjal.

(2) Selain jenis Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Pemerintah Daerah Kota dapat menetapkanjenis Rumah Sakit Khusus lainnya.

(3) Jenis Rumah Sakit Khusus lainnya sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dapat berupa penggabungan jeniskekhususan atau jenis kekhususan baru.

(4) Penetapan jenis Rumah Sakit Khusus baru sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan hasil kajiandan mendapatkan rekomendasi asosiasi perumahsakitanserta organisasi profesi terkait.

Pasal 26

(1) Setiap Rumah Sakit wajib memiliki izin.

(2) Izin Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas Izin Mendirikan dan Izin Operasional.

22

(3) Izin Mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diajukan oleh pemilik rumah sakit.

(4) Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diajukan oleh pengelola rumah sakit.

Pasal 27

(1) Pemerintah mendelegasikan pemberian Izin Mendirikandan Izin Operasional Rumah Sakit kelas C dan RumahSakit kelas D penanaman modal dalam negerikepada Pemerintah Daerah Kota setelah mendapatkanrekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidangkesehatan pada Pemerintah Daerah Kota.

(2) Izin Mendirikan dan Izin Operasional Rumah Sakit kelas Cdan Rumah Sakit kelas D, diberikan oleh KepalaPemerintah Daerah Kota setelah mendapat rekomendasidari pejabat yang berwenang di bidang kesehatanpada Pemerintah Daerah Kota.

Pasal 28

(1) Setiap rumah sakit yang telah mendapakan IzinOperasional harus diregistrasi dan diakreditasi.

(2) Registrasi dan akreditasi merupakan persyaratanuntuk perpanjangan Izin Operasional dan perubahan kelas.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 29

(1) Pemerintah Daerah Kota melakukan pembinaandan pengawasan terhadap penyelenggaraan rumah sakitsesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.

(2) Pemerintah Daerah Kota dalam melaksanakan pembinaandan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat mengikutsertakan masyarakat, asosiasiperumahsakitan, atau organisasi profesi.

23

(3) Pembinaan dan pengawasan ditujukan untuk:

a. meningkatkan mutu penyelenggaraan Rumah Sakit;

b. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dankemudahan akses masyarakat terhadap Rumah Sakit;dan

c. meningkatkan mutu sistem informasi dan komunikasiRumah Sakit.

(4) Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui:

a. advokasi, sosialisasi, supervisi, konsultasi,dan bimbingan teknis;

b. pendidikan dan pelatihan; dan/atau

c. pemantauan dan evaluasi.

(5) Pemerintah Daerah Kota dalam melaksanakan pembinaandan pengawasan dapat mengenakan tindakan administratifterhadap Rumah Sakit yang tidak menaati ketentuandalam Peraturan Menteri ini.

(6) Tindakan administratif sebagaimana dimaksudpada ayat (5) dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis,publikasi menggunakan media elektronik atau media cetak,penyesuaian Izin Operasional, pemberhentian sementarasebagian kegiatan Rumah Sakit, pencabutan izin praktiktenaga kesehatan dan/atau pencabutan Izin Operasional.

(7) Penyesuaian Izin Operasional sebagaimana dimaksudpada ayat (6) berupa penurunan kelas Rumah Sakit.

Paragraf 6Apotek

Pasal 30

Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawab menyediakan apoteksesuai kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasiandengan mempertimbangkan jumlah Fasilitas PelayananKesehatan berupa tempat praktik mandiri tenaga kesehatan,klinik, pusat kesehatan masyarakat, dan rumah sakit.

24

Paragraf 7Unit Transfusi Darah

Pasal 31

Pemerintah Daerah Kota wajib menyediakan paling sedikit1 (satu) unit transfusi darah.

Paragraf 8Laboratorium Kesehatan

Pasal 32

Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawab menyediakanlaboratorium kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat terhadappelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan jumlahFasilitas Pelayanan Kesehatan berupa tempat praktik mandiritenaga kesehatan, klinik, pusat kesehatan masyarakat,dan rumah sakit.

Paragraf 9Optikal

Pasal 33

Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawab menyediakanoptikal sesuai kebutuhan masyarakat terhadap pelayanankesehatan dengan mempertimbangkan jumlah FasilitasPelayanan Kesehatan berupa tempat praktik mandiri tenagakesehatan, klinik, pusat kesehatan masyarakat, dan rumahsakit.

Paragraf 10Penyelenggaraan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pasal 34

(1) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memiliki sistemtata kelola manajemen dan tata kelola pelayanan kesehatanatau klinis yang baik.

25

(2) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaksanakansistem rujukan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat dimanfaatkansebagai tempat atau wahana pendidikan bagi tenagakesehatan, serta tempat penelitian dan pengembangandi bidang kesehatan yang dilaksanakan sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 35

(1) Dalam keadaan darurat, Fasilitas Pelayanan Kesehatanbaik Pemerintah Daerah Kota maupun swasta, wajibmemberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatannyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

(2) Dalam keadaan darurat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,baik Pemerintah Daerah Kota maupun swasta dilarangmenolak pasien dan/atau meminta uang muka.

Bagian KetigaSub Sistem Perbekalan Kesehatan

Pasal 36

(1) Pemerintah Daerah Kota menjamin ketersediaan perbekalankesehatan, terutama obat esensial.

(2) Dalam menjamin ketersediaan obat keadaan darurat,Pemerintah Daerah Kota dapat melakukan kebijakankhusus untuk pengadaan dan pemanfaatan obat.

(3) Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agarkebutuhan dasar masyarakat akan perbekalan kesehatanterpenuhi.

(4) Pemerintah daerah berwenang merencanakan kebutuhanperbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhandaerahnya.

(5) Kewenangan merencanakan kebutuhan perbekalankesehatan memperhatikan pengaturan dan pembinaanstandar pelayanan yang berlaku secara nasional.

26

Bagian KeempatSub Sistem Upaya Kesehatan

Paragraf 1Umum

Pasal 37

(1) Sub sistem upaya kesehatan merupakan tatananyang menghimpun berbagai Upaya Kesehatan Masyarakat(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secaraterpadu dan saling mendukung.

(2) Tujuan sub sistem upaya kesehatan adalahterselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai(accessible), terjangkau (affordable), dan bermutu (quality).

(3) Sub sistem upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentukkegiatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,dan paliatif.

Pasal 38

Sub sistem upaya kesehatan diselenggarakan dengan mengacukepada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. budaya, peran aktif masyarakat dan swasta;

b. memperhatikan fungsi sosial;

c. menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang,profesional, dan bermutu;

d. sesuai dengan norma sosial, moral, dan etika profesi.

Pasal 39

Unsur-unsur utama sub sistem upaya kesehatan terdiridari upaya kesehatan tingkat pertama, upaya kesehatan tingkatkedua, dan upaya kesehatan tingkat ketiga.

27

Pasal 40

Upaya kesehatan tingkat kedua dan upaya kesehatan tingkatketiga dalam penyelenggaraannya adalah upaya kesehatantingkat lanjutan.

Paragraf 2Upaya Kesehatan Tingkat Pertama

Pasal 41

(1) Upaya kesehatan tingkat pertama merupakan upayakesehatan yang secara umum mudah diperoleh, dijangkauoleh perorangan dan/atau masyarakat serta terjaminmutunya.

(2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mencakup sekurang-kurangnnya upaya-upaya kesehatanesensial dan upaya-upaya kesehatan pengembanganatau inovasi.

(3) Upaya kesehatan tingkat pertama diselenggarakanoleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)yang mencakup Puskesmas, praktik dokter, klinik, praktikbidan, praktik asuhan keperawatan, pelayanan kesehatantradisional, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), PosPembinaan Terpadu (Posbindu), Wahana PelayananKesehatan Dasar, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),dan Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK).

Paragraf 3Upaya Kesehatan Tingkat Lanjutan

Pasal 42

(1) Upaya kesehatan tingkat lanjutan merupakan upayakesehatan yang disediakan untuk memberikan pelayananrujukan bagi upaya-upaya kesehatan diluar kemampuandan kewenangan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

28

(2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diselenggarakan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan(FKRTL) yang mencakup rumah sakit, praktik dokterspesialis, dan sarana pengampu lainnya.

Pasal 43

Untuk pelaksanaan upaya kesehatan tingkat pertamasebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Pemerintah Daerah Kotadapat menyelenggarakan:

a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM);

b. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP);

c. upaya kesehatan penunjang;

d. upaya kesehatan lainnya;

e. pelaksanaan Manajemen dan Administrasi.

Pasal 44

Pelaksanaan upaya kesehatan tingkat pertama dapat salingmenunjang sehingga berjalan bersama-sama.

Pasal 45

Dalam pelaksanaan upaya kesehatan di fasilitas kesehatan,Pemerintah Daerah Kota dapat membentuk, membina,dan mengawasi jaringan serta jejaringnya.

Pasal 46

Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 33 dilaksanakan melalui kegiatan:

a. promosi kesehatan;

b. kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana;

c. kesehatan lingkungan;

d. kesehatan gizi masyarakat;

e. penanggulangan penyakit menular;

29

f. penanggulangan penyakit tidak menular;

g. upaya kesehatan gigi dan mulut;

h. upaya kesehatan sekolah;

i. upaya kesehatan kerja;

j. upaya kesehatan mata dan indra;

k. upaya kesehatan jiwa;

l. upaya kesehatan olahraga;

m. upaya kesehatan tradisional dan komplementer;

n. upaya kesehatan lanjut usia;

o. keperawatan masyarakat;

p. pelayanan kesehatan;

q. pelayanan rujukan;

r. pelayanan kesehatan pada bencana;

s. pelayanan darah;

t. pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alatkesehatan; makanan dan minuman; dan zat adiktif.

Paragraf 4Promosi Kesehatan

Pasal 47

(1) Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkanpengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakatuntuk berperilaku hidup bersih sehat sehingga mampumencegah terjadinya masalah kesehatan serta mampumemecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya.

(2) Sasaran promosi kesehatan adalah perorangan, keluarga,dan masyarakat.

(3) Promosi kesehatan dilaksanakan dengan strategipemberdayaan, bina suasana, advokasi, dan kemitraan.

(4) Fasilitas kesehatan wajib melaksanakan promosi kesehatanbaik di dalam gedung maupun di luar gedung.

30

Paragraf 5Kesehatan Ibu dan Anak

Pasal 48

(1) Upaya kesehatan ibu dan anak ditujukan untuk menjagakesehatan ibu dan anak sehingga mampu melahirkangenerasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangiangka kematian ibu dan anak.

(2) Upaya kesehatan ibu dan anak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi upaya promotif, preventif, kuratif,dan rehabilitatif.

(3) Pemerintah Daerah Kota menjamin ketersediaan sumberdaya kesehatan, fasilitas, alat, obat, dan pembiayaandalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anaksecara aman, bermutu, dan terjangkau.

(4) Setiap fasilitas kesehatan wajib menyelenggarakanpelayanan kesehatan ibu dan anak sesuai standardan menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (bukuKIA).

(5) Setiap puskesmas dan rumah sakit wajibmenyelenggarakan pelayanan kesehatan ramah anak.

(6) Setiap rumas sakit menerapkan pelayanan Rumah SakitSayang ibu dan bayi.

(7) Pelayanan kesehatan ibu dan anak dilaksanakanoleh tenaga kesehatan yang sesuai standar yang memilikikompetensi dan kewenangan, meliputi bidan, perawat,dokter, dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialisanak yang bekerja di fasilitas kesehatan pemerintahmaupun swasta dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).

(8) Setiap fasilitas kesehatan wajib melakukan penanganankegawatdaruratan ibu dan anak serta tindakan pra rujukanyang adekuat sesuai dengan kewenangannya.

(9) Pendanaan pelaksanaan upaya kesehatan ibu dan anakdapat dilakukan melalui program Pemerintah Daerah Kotadan/atau melalu sistem jaminan kesehatan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

31

(10) Pembiayaan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anakyang tidak mampu dilaksanakan oleh Pemerintah DaerahKota sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(11) Setiap fasilitas kesehatan yang menyelenggarakanpelayanan kesehatan ibu dan anak harus melakukanpencatatan dan pelaporan sesuai standar.

(12) Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak harus menjaditanggung jawab dan kewajiban bersama bagi keluarga,masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota.

(13) Peran aktif masyarakat alam peningkatan kesehatan ibudan anak diintegrasikan dalam kelurahan dan RukunWarga Siaga melalui:a. pemanfaatan buku KIA;b. kelas ibu hamil dan kelas ibu balita;c. program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi;d. kemitraan bidan dan paraji;e. kader posyandu dan kader motivator KIA;f. Forum Masyarakat Peduli KIA;g. fasilitator untuk anak dengan disabilitas;h. dokter kecil;i. kader kesehatan remaja dan konselor sebaya.

Paragraf 6Pelayanan Kesehatan Ibu

Pasal 49

(1) Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatanmasa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masasesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanankontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksualyang dilaksanakan sesuai standar.

(2) Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan pada remaja,calon pengantin, dan pasangan usia subur.

32

(3) Pelayanan kesehatan masa hamil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib dilakukan melalui pelayanan antenatalterpadu sesuai standar.

(4) Pelayanan pertolongan persalinan dilakukan oleh tenagakesehatan yang berkompeten difasilitas kesehatanyang memenuhi standar dan ketentuanyang dipersyaratkan.

(5) Persalinan dilakukan sesuai dengan standar AsuhanPersalinan Normal (APN) dan penanganan komplikasi.

Paragraf 7Keluarga Berencana

Pasal 50

(1) Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencanadimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasanganusia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehatdan cerdas.

(2) Pemerintah Daerah Kota sesuai kewenangannyabertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga,fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikanpelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu,dan terjangkau oleh masyarakat.

(3) Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuaistandar dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkandari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.

Paragraf 8Pelayanan Kesehatan Anak

Pasal 51

(1) Upaya pemeliharaan kesehatan anak harus ditujukanuntuk mempersiapkan generasi yang akan datangyang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untukmenurunkan angka kematian bayi dan anak.

33

(2) Upaya kesehatan anak dilakukan sejak anak masihdalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.

(3) Upaya Kesehatan Anak sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dilakukan melalui pelayanan kesehatan janindalam kandungan, bayi baru lahir, bayi, anak balita,anak prasekolah, anak usia sekolah, remaja,dan perlindungan kesehatan anak.

Paragraf 9Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir

Pasal 52

(1) Setiap bayi baru lahir berhak untuk ditolong kelahirannyaoleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

(2) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilaksanakan sesuaistandar pelayanan Neonatal Esensial.

(3) Setiap bayi mendapat akta kelahiran segera mungkinberdasarkan surat keterangan kelahiran yang diberioleh tenaga kesehatan baik dari fasilitas kesehatanmaupun yang ada pada buku KIA.

Paragraf 10Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita, dan Prasekolah

Pasal 53

(1) Pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan prasekolahditujukan untuk meningkatkan kelangsungan dan kualitashidup bayi, anak balita, dan prasekolah.

(2) Pelayanan kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolahdilaksanakan sesuai standar

34

Paragraf 11Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah dan Remaja

Pasal 54

(1) Pelayanan kesehatan anak sekolah ditujukanuntuk meningkatkan kemampuan hidup sehat pesertadidik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didikdapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonisdan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusiayang berkualitas.

(2) Pelayanan kesehatan remaja ditujukanuntuk mempersiapkan remaja menjadi orang dewasayang sehat dan produktif, baik social, maupun ekonomi.

(3) Pelayanan kesehatan anak sekolah dan remajadilaksanakan melalui upaya kesehatan sekolahdan pelayanan kesehatan peduli remaja.

(4) Upaya kesehatan sekolah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diselenggarakan melalui sekolah formaldan informal atau melalui lembaga pendidikan lain.

(5) Pelayanan kesehatan anak sekolah dan remaja dilakukanoleh tenaga kesehatan dengan melibatkan guru pembinausaha kesehatan sekolah, guru bimbingan dan konseling,kader kesehatan sekolah, dan konselor sebaya.

(6) Pemerintah Daerah Kota sesuai kewenangan berkewajibanmenjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi,informasi, dan layanan mengenai kesehatan remajaagar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab.

Paragraf 12Kesehatan Lingkungan

Pasal 55

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkankualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapaiderajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

35

Pasal 56

(1) Pemerintah Daerah Kota dan masyarakat menjaminketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyairisiko buruk bagi kesehatan.

(2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempatrekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

(3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguankesehatan antara lain:a. limbah cair;b. limbah padat;c. limbah gas;d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan

yang ditetapkan pemerintah;e. binatang pembawa penyakit;f. zat kimia yang berbahaya;g. kebisingan yang melebihi ambang batas;h. radiasi sinar pengion dan non pengion;i. air yang tercemar;j. udara yang tercemar; dank. makanan yang terkontaminasi.

(4) Ketentuan mengenai standar baku mutu kesehatanlingkungan dan proses pengolahan limbah sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkandengan Peraturan Wali Kota.

Paragraf 13Kesehatan Gizi Masyarakat

Pasal 57

(1) Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untukpeningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.

36

(2) Peningkatan mutu gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui :a. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai

dengan gizi seimbang;b. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik,

dan kesehatan;c. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi

yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dand. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

(3) Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh sikluskehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjutusia dengan prioritas kepada kelompok rawan:a. bayi dan balita;b. remaja perempuan; danc. ibu hamil dan menyusui.

(4) Pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemenuhankecukupan gizi pada keluarga miskin dan dalam situasidarurat.

(5) Pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap pendidikandan informasi yang benar tentang gizi kepada masyarakat.

(6) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakatmelakukan upaya untuk mencapai status gizi yang baik.

Pasal 58

Pemerintah Daerah Kota melakukan upaya-upaya untukmewujudkan keluarga sadar gizi.

Paragraf 14ASI Eksklusif

Pasal 59

(1) Setiap bayi berhak mendapatkan inisiasi menyusu dinidan pemberian air susu ibu eksklusif sejak dilahirkanselama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.

37

(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga,pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harusmendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaanwaktu dan fasilitas khusus.

(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksudpada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat saranaumum.

(4) Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawab menetapkankebijakan dalam rangka menjamin hak bayiuntuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.

(5) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Wali Kota.

Paragraf 15Penanggulangan Penyakit Menular

Pasal 60

(1) Pemerintah Daerah Kota dan masyarakat bertanggungjawab melakukan upaya pencegahan, pengendalian,dan pemberantasan penyakit menular serta akibatyang ditimbulkannya.

(2) Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasanpenyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnyapenyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacatdan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangidampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.

(3) Upaya pencegahan, pengendalian, dan penangananpenyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif,dan rehabilitatif bagi individu atau masyarakat.

(4) Pengendalian sumber penyakit menular sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dilakukan terhadap lingkungandan/atau orang dan sumber penularan lainnya.

(5) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakandengan harus berbasis wilayah.

38

(6) Pelaksanaan upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dilakukan melalui lintas sektor.

(7) Upaya pencegahan pengendalian, dan pemberantasanpenyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

Paragraf 16Imunisasi

Pasal 61

(1) Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undanganuntuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindarimelalui imunisasi.

(2) Pemerintah Daerah Kota wajib memberikan imunisasilengkap kepada setiap bayi, anak, anak sekolah,calon pengantin, dan ibu hamil.

Paragraf 17Surveilans Kesehatan

Pasal 62

(1) Penyelenggaraan surveilans kesehatan ditujukan untuk:a. menjamin tersedianya informasi tentang situasi,

kecenderungan penyakit, dan faktor risikonyaserta masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktoryang mempengaruhinya sebagai bahan pengambilankeputusan;

b. terselenggaranya kewaspadaan dini terhadapkemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa(KLB)/wabah dan dampaknya;

c. terselenggaranya investigasi dan penanggulanganKLB/wabah;

d. dasar penyampaian informasi kesehatankepada para pihak yang berkepentingan sesuaidengan pertimbangan kesehatan.

39

(2) Sasaran penyelenggaraan surveilans kesehatan meliputiprogram kesehatan yang ditetapkan berdasarkan prioritasnasional, spesifik lokal atau daerah, bilateral, regionaldan global, serta program lain yang dapat berdampakterhadap kesehatan.

(3) Sasaran penyelenggaraan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

Paragraf 18Penyelenggaraan Surveilans

Pasal 63

(1) Dinas Kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan wajibmenyelenggarakan surveilans kesehatan sesuaikewenangannya.

(2) Penyelenggaraan surveilans kesehatan pada DinasKesehatan dan dilaksanakan oleh masing-masing pengelolaprogram.

(3) Dalam hal belum ada pengelola program terhadap masalahkesehatan tertentu dan/atau dalam rangka kewaspadaandini dan respon KLB, tugas penyelenggaraan surveilanskesehatan dilaksanakan oleh unit kerja surveilans.

(4) Penyelenggaraan surveilans kesehatan pada fasilitaspelayanan kesehatan dilaksanakan oleh masing-masingpengelola program atau unit pengelola sistem informasikesehatan yang dimiliki.

Paragraf 19Kejadian Luar Biasa

Pasal 64

(1) Wali Kota berwenang menetapkan kejadian luar biasa danmengambil tindakan yang diperlukan dalam rangkapenanggulangan wabah penyakit menular.

(2) Pelaksanaan kejadian luar biasa sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus tetap memperhatikan hak asasimanusia.

40

Paragraf 20Penyakit Tidak Menular

Pasal 65

(1) Pemerintah Daerah Kota dan masyarakat melakukan upayapencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit tidakmenular beserta akibat yang ditimbulkannya.

(2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untukmeningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauanberperilaku sehat dan mencegah terjadinya penyakit tidakmenular beserta akibat yang ditimbulkan.

(3) Upaya pencegahan, pengendalian, dan penangananpenyakit tidak menular sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi individuatau masyarakat.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 66

(1) Pengendalian penyakit tidak menular dilakukandengan pendekatan surveilan faktor risiko, registri penyakit,dan surveilan kematian.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuanmemperoleh informasi yang esensial serta dapat digunakanuntuk pengambilan keputusan dalam upaya pengendalianpenyakit tidak menular.

(3) Kegiatan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukanmelalui kerja sama lintas sektor dan dengan membentukjejaring, baik nasional maupun internasional.

Pasal 67

(1) Pemerintah Daerah Kota bersama masyarakat bertanggungjawab untuk melakukan komunikasi, informasi,dan edukasi yang benar tentang faktor risiko penyakittidak menular yang mencakup seluruh fase kehidupan.

41

(2) Faktor risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)antara lain meliputi diet tidak seimbang, kurang aktivitasfisik, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan perilaku berlalulintas yang tidak benar.

Pasal 68

(1) Manajemen pelayanan kesehatan penyakit tidak menularmeliputi keseluruhan spectrum pelayanan baik promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

(2) Manajemen pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikelola secara professional sehingga pelayanan kesehatanpenyakit tidak menular tersedia, dapat diterima, mudahdicapai, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat.

(3) Manajemen pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dititikberatkan pada deteksi dini dan pengobatan penyakittidak menular.

Paragraf 21Kesehatan Gigi dan Mulut

Pasal 69

(1) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukanuntuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi,pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi,dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah, pemerintahdaerah, dan/atau masyarakat yang dilakukansecara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan.

(2) Kesehatan gigi dan mulut sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan melalui pelayanan kesehatangigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat,usaha kesehatan gigi sekolah.

(3) Pemerintah Daerah Kota wajib menjamin ketersediaantenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigidan mulut dalam rangka memberikan pelayanan kesehatangigi dan mulut yang aman, bermutu, dan terjangkauoleh masyarakat.

42

Paragraf 22Kesehatan Kerja

Pasal 70

(1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerjaagar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatanserta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

(2) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi pekerja di sektor formal dan informal.

(3) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksudpada ayat (1) berlaku bagi setiap orang selain pekerjayang berada di lingkungan tempat kerja.

(4) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) berlaku juga bagi kesehatanpada lingkungan Tentara Nasional Indonesia baik darat,laut, maupun udara serta Kepolisian Republik Indonesia.

(5) Pemerintah Daerah Kota menetapkan standar kesehatankerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatankerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan menjaminlingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawabatas terjadinya kecelakaan kerja.

(7) Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawabatas kecelakaan kerja yang terjadi dilingkungan kerjasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 71

(1) Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentukupaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja.

(2) Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempatkerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlakudi tempat kerja.

43

(3) Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawaipada perusahaan/instansi, hasil pemeriksaan kesehatansecara fisik dan mental digunakan sebagai bahanpertimbangan dalam pengambilan keputusan.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 72

(1) Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerjamelalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan,dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biayapemeliharaan kesehatan pekerja.

(2) Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguankesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemerintah Daerah Kota memberikan dorongandan bantuan untuk perlindungan pekerja sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

Paragraf 23Penanggulangan Gangguan Penglihatan

dan Gangguan Pendengaran

Pasal 73

(1) Penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguanpendengaran merupakan semua kegiatan yang dilakukanmeliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif,dan rehabilitatif yang ditujukan untuk meningkatkanderajat kesehatan indera penglihatan dan pendengaranmasyarakat.

(2) Penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menjadi tanggung jawab bersama pemerintah,pemerintah daerah, dan masyarakat.

44

Paragraf 24Kesehatan Jiwa

Pasal 74

(1) Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiaporang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat,bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lainyang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

(2) Upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif pasiengangguan jiwa, dan masalah psikososial.

(3) Upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah Daerah Kotadan masyarakat.

(4) Pemerintah Daerah Kota dan masyarakatbertanggung jawab menciptakan kondisi kesehatan jiwayang setinggi-tingginya dan menjamin ketersediaan,aksesibilitas, mutu dan pemerataan upaya kesehatan jiwasebagaimana dimaksud dalam pada ayat (2).

(5) Pemerintah Daerah Kota berkewajiban untukmengembangkan upaya kesehatan jiwa berbasismasyarakat sebagai bagian dari upaya kesehatan jiwakeseluruhan, termasuk mempermudah akses masyarakatterhadap pelayanan kesehatan jiwa.

Pasal 75

Pemerintah Daerah Kota dan masyarakat menjamin upayakesehatan jiwa secara preventif, promotif, kuratif,dan rehabilitatif, termasuk menjamin upaya kesehatan jiwadi tempat kerja.

Pasal 76

(1) Masyarakat berhak mendapatkan informasi dan edukasiyang benar mengenai kesehatan jiwa.

45

(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukanuntuk menghindari pelanggaran hak asasi seseorangyang dianggap mengalami gangguan kesehatan jiwa.

(3) Pemerintah Daerah Kota berkewajiban menyediakanlayanan informasi dan edukasi tentang kesehatan jiwa.

Pasal 77

(1) Upaya penyembuhan penderita gangguan kesehatan jiwamerupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah Kotadan masyarakat.

(2) Upaya penyembuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh tenagakesehatan yang berwenangdan di tempat yang tepat dengan tetap menghormati hakasasi penderita.

(3) Untuk merawat penderita gangguan kesehatan jiwa,digunakan fasilitas pelayanan kesehatan khususyang memenuhi syarat dan yang sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 78

(1) Penderita gangguan jiwa mempunyai hak yang samasebagai warga negara.

(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputipersamaan perlakuan dalam setiap aspek kehidupan,kecuali peraturan perundang-undangan menyatakan lain.

Pasal 79

(1) Penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang,mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang lain,dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamananumum wajib mendapatkan pengobatan dan perawatandi fasilitas pelayanan kesehatan.

46

(2) Pemerintah Daerah Kota dan masyarakat wajib melakukanpengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatanbagi penderita gangguan jiwa yang terlantar,menggelandang, mengancam keselamatan dirinyadan/atau orang lain, dan/atau mengganggu ketertibandan/atau keamanan umum.

(3) Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawabatas pemerataan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatanjiwa dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat.

(4) Tanggung jawab Pemerintah Daerah Kota sebagaimanadimaksud pada ayat (2) termasuk pembiayaan pengobatandan perawatan penderita gangguan jiwa untuk masyarakatmiskin.

Pasal 80

(1) Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan penegakanhukum (visum et repertum psikiatricum) hanya dapatdilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwapada fasilitas pelayanan kesehatan.

(2) Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang didugamengalami gangguan kesehatan jiwa dilakukan oleh timdokter yang mempunyai keahlian dan kompetensi sesuaidengan standar profesi.

Paragraf 25Kesehatan Olahraga

Pasal 81

(1) Upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkankesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat.

(2) Peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmanimasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan upaya dasar dalam meningkatkan prestasibelajar, kerja, dan olahraga.

47

(3) Upaya kesehatan olahraga sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan melalui aktifitas fisik, latihanfisik, dan/atau olahraga.

Pasal 82

(1) Upaya kesehatan olahraga lebih mengutamakanpendekatan preventif dan promotif, tanpa mengabaikanpendekatan kuratif dan rehabilitatif.

(2) Penyelenggaraan upaya kesehatan olahragadiselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kotadan masyarakat.

Paragraf 26Pelayanan Kesehatan Tradisional

Pasal 83

(1) Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatantradisional terbagi menjadi:

a. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakanketerampilan; dan

b. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakanramuan.

(2) Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah DaerahKota agar dapat dipertanggungjawabkan manfaatdan keamanannya serta tidak bertentangan dengan normaagama.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenispelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Wali Kota.

Pasal 84

(1) Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatantradisional yang menggunakan alat dan teknologi harusmendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang.

48

(2) Penggunaan alat dan teknologi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dapat dipertanggungjawabkan manfaatdan keamanannya serta tidak bertentangan dengan normaagama dan kebudayaan masyarakat.

Paragraf 27Kesehatan Lansia

Pasal 85

(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harusditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehatdan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuaidengan martabat kemanusiaan.

(2) Pemerintah Daerah Kota wajib menjamin ketersediaanfasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompoklanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktifsecara sosial dan ekonomis.

(3) Fasilitas kesehatan wajib menyelenggarakan pelayananramah lansia.

Paragraf 28Perawatan Kesehatan Masyarakat

Pasal 86

(1) Upaya keperawatan kesehatan masyarakat merupakanupaya kesehatan penunjang yang terintegrasi dalam semuaupaya kesehatan.

(2) Upaya keperawatan kesehatan masyarakat ditujukanuntuk meningkatkan kemandirikan masyarakatdalam kesehatan.

(3) Sasaran perawatan masyarakat individu, keluarga,kelompok dan masyarakat.

(4) Perawatan kesehatan masyarakat dilaksanakanoleh perawat atau tenaga kesehatan lain dalam bentukasuhan keperawatan.

49

Paragraf 29Pelayanan Darah

Pasal 87

(1) Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatanyang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasardengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuankomersial.

(2) Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperolehdari pendonor darah sukarela yang sehat dan memenuhikriteria seleksi pendonor dengan mengutamakan kesehatanpendonor.

(3) Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarelasebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebelum digunakanuntuk pelayanan darah harus dilakukan pemeriksaanlaboratorium guna mencegah penularan penyakit.

Pasal 88

Penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukanoleh Unit Transfusi Darah.

Pasal 89

(1) Pelayanan transfusi darah meliputi perencanaan,pengerahan pendonor darah, penyediaan, pendistribusiandarah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasienuntuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihankesehatan.

(2) Pelaksanaan pelayanan transfusi darah dilakukandengan menjaga keselamatan dan kesehatan penerimadarah dan tenaga kesehatan dari penularan penyakitmelalui transfusi darah.

(3) Pengelolaan darah untuk pelayanan transfusi darahdilaksanakan sesuai standar.

50

Pasal 90

(1) Pemerintah Daerah Kota bertanggung jawabatas pelaksanaan pelayanan darah yang aman,mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(2) Pemerintah Daerah Kota menjamin pembiayaandalam penyelenggaraan pelayanan darah sesuai ketentuanperundang-undangan.

(3) Darah dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

Paragraf 30Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Pasal 91

(1) Setiap rumah sakit wajib memiliki BDRS.

(2) Dalam hal rumah sakit telah memiliki izin penyelenggaraanUnit Transfusi Darah (UTD), pelayanan darahyang dilakukan BDRS harus merupakan pelayananyang terintegrasi dengan pelayanan UTD.

(3) BDRS mempunyai tugas:

a. menerima darah yang sudah di uji saring oleh UTD;

b. menyimpan darah dan memantau persediaan darah;

c. melakukan uji silang serasi darah pendonor dan darahpasien;

d. melakukan rujukan bila ada kesulitan hasil uji silangserasi dan golongan darah ABO/rhesus ke UTDsecara berjenjang;

e. menyerahkan darah yang cocok bagi pasien di rumahsakit;

f. melacak penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutanakibat transfusi darah yang dilaporkan dokter rumahsakit; dan

g. mengembalikan darah yang tidak layak pakai ke UTDuntuk dimusnahkan.

51

(4) Dalam hal BDRS belum mampu melakukan tugassebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf f,BDRS dapat melakukan kerja sama dengan BDRS lainatau merujuk ke UTD wilayahnya.

Paragraf 31Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi

dan Alat Kesehatan

Pasal 92

(1) Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatandiselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahayayang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alatkesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutudan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.

(2) Pemerintah Daerah Kota berkewajiban membinadan mengendalikan pengelolaan sediaan farmasi dan alatkesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar.

(3) Pemerintah daerah wajib melaksanakan upaya peningkatanpenggunaan obat rasional.

Paragraf 32Pengamanan Makanan dan Minuman

Pasal 93

(1) Pemerintah Daerah Kota berwenang dan bertanggung jawabmengawasi produksi dan pengolahan makanandan minuman sesuai standar dan/atau persyaratankesehatan.

(2) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuanstandar, persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakankesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilarang untuk diedarkan dan disita untuk dimusnahkansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

52

Paragraf 33Pengamanan Zat Adiktif

Pasal 94

(1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandungzat adiktif diarahkan agar tidak mengganggudan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga,masyarakat, dan lingkungan.

(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau,padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktifyang penggunaannya dapat menimbulkan kerugianbagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.

Bagian KelimaSub Sistem Jaminan Kesehatan dan Rujukan

Paragraf 1Umum

Pasal 95

(1) Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan merupakanpenyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengaturpelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanankesehatan secara timbal balik baik vertikalmaupun horizontal.

(2) Ruang lingkup penyelenggaraan Sistem Rujukan PelayananKesehatan meliputi Rujukan Pelayanan KesehatanPerorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

(3) Wilayah Cakupan Rujukan adalah pengaturanatau pembagian wilayah (regionalisasi) untuk rujukankesehatan perorangan berdasarkan kemampuandan jenjang fasilitas pelayanan kesehatan terstruktur(berjenjang), untuk mempermudah akses masyarakatterhadap pelayanan kesehatan sesuaidengan permasalahan kesehatan yang dimilikidengan efektif dan efisien.

53

(4) Ketentuan ayat (3) dikecualikan pada keadaankegawatdaruratan dan fasilitas pelayanan kesehatan tidakmempunyai sarana dan tenaga kesehatan yang dibutuhkan.

(5) Optimalisasi sistem rujukan dibantu oleh Sistem InformasiRujukan Elektronik (e-SIR).

(6) Pencapaian Universal Health Coverage (UHC) SistemJaminan Kesehatan merupakan tanggung jawabPemerintah Daerah Kota dan masyarakat baik mandirimaupun sektor swasta.

(7) Dukungan Pemerintah Daerah Kota dalam Sistem JaminanKesehatan berupa pembayaran iuran bagi peserta PBIdan jaminan pembiayaan bagi peserta bukan PBI.

(8) Dukungan sektor swasta dikaitkan denganperundang-undangan yang menyatakan bahwa setiapperseroan selaku subyek hukum mempunyai tanggungjawab sosial dan lingkungan.

(9) Dukungan masyarakat secara mandiri berupa kepesertaanmandiri Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

(10) Sistem Jaminan Kesehatan diatur dengan PeraturanWali Kota.

Paragraf 2Prinsip Pembiayaan Kesehatan

Pasal 96

Sub sistem pembiayaan kesehatan diselenggarakandengan mengacu kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. ketersediaan dan pengelolaan dana;

b. pembiayaan masyarakat rentan, fakir miskin dan orang tidakmampu;

c. daya guna dan hasil guna;

d. pemberdayaan masyarakat;

e. pemerataan dan perimbangan.

54

Paragraf 3Sumber Jaminan Kesehatan dan Rujukan

Pasal 97

(1) Pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, PemerintahProvinsi, Pemerintah Daerah Kota, masyarakat, dan/atausumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

(2) Pemerintah Daerah Kota mengalokasikan anggaranpembiayaan kesehatan paling sedikit 10% (sepuluh persen)dari APBD

Paragraf 4Pembiayaan Bagi Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

Pasal 98

(1) Setiap orang yang termasuk dalam kategori Fakir Miskindan Orang Tidak Mampu mempunyai hak memperolehpelayanan kesehatan yang optimal.

(2) Biaya pelayanan kesehatan bagi Fakir Miskin dan OrangTidak Mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan tanggung jawab pemerintah pusat melalui APBNdan Pemerintah Daerah Kota melalui APBD.

(3) Penetapan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampusebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Wali Kota.

Paragraf 5Pelayanan Rujukan

Pasal 99

(1) Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujukpasien bila keadaan penyakit atau permasalahan kesehatanmemerlukannya, kecuali dengan alasan yang sahdan mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.

55

(2) Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasiendan/atau keluarganya setelah mendapatkan penjelasandari tenaga kesehatan yang berwenang sesuai ketentuan.

(3) Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:

a. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakanstabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medisserta sesuai dengan kemampuan untuk tujuankeselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan;

b. melakukan komunikasi dengan penerima rujukandan memastikan bahwa penerima rujukan dapatmenerima pasien dalam hal keadaan pasien gawatdarurat; dan

c. membuat surat pengantar rujukan sesuai ketentuanuntuk disampaikan kepada penerima rujukan.

(4) Dalam komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99ayat (3) huruf b, penerima rujukan berkewajiban:

a. menginformasikan mengenai ketersediaan prasaranadan sarana serta kompetensi dan ketersediaan tenagakesehatan; dan

b. memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.

(5) Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengankondisi pasien dan ketersediaan sarana transportasi.

a. pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerusharus dirujuk dengan ambulans dan didampingioleh tenaga kesehatan yang kompeten.

b. dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitaspelayanan kesehatan perujuk, rujukan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dapat dilakukandengan menggunakan alat transportasi lain yang layak.

(6) Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telahditerima oleh penerima rujukan.

(7) Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukanpelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan.

56

Bagian KenamSub Sistem Informasi Kesehatan

Pasal 100

(1) Sub sistem informasi kesehatan merupakan pengelolaandata dan informasi kesehatan secara terpadu untukmengarahkan tindakan atau keputusan yang bergunadalam mendukung pembangunan kesehatan.

(2) Sub sistem informasi kesehatan bertujuan untuk:

a. menjamin ketersediaan, kualitas, dan akses terhadapinformasi kesehatan yang bernilai pengetahuanserta dapat dipertanggungjawabkan;

b. memberdayakan peran serta masyarakat, termasukorganisasi profesi dalam penyelenggaraan sisteminformasi kesehatan;

c. mewujudkan penyelenggaraan sistem informasikesehatan dalam ruang lingkup sistem kesehatannasional yang berdaya guna dan berhasil gunaterutama melalui penguatan kerja sama, koordinasi,integrasi dan sinkronisasi dalam mendukungpenyelenggaraaan pembangunan kesehatanyang berkesinambungan.

Bagian KetujuhSub Sistem Pemberdayaan Masyarakat

Pasal 101

(1) Sub sistem pemberdayaan masyarakat merupakan tatananyang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompokdan masyarakat umum yang berupa pelayanan kesehatan,advokasi, dan pengawasan sosial secara terpadu dan salingmendukung.

(2) Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan diarahkanpada:

a. meningkatnya perubahan perilaku dan kemandirianmasyarakat untuk hidup bersih dan sehat,

57

b. meningkatnya kemandirian masyarakat dalam sistemperingatan dini, penanggulangan dampak kesehatanakibat bencana, serta terjadinya wabah/KLB,

c. meningkatnya keterpaduan pemberdayaan masyarakatbidang kesehatan

(3) Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk Meningkatkanupaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)sehingga masyarakat mampu mengatasi permasalahankesehatan yang dihadapi secara mandiri dan menerapkanPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) denganlingkungan yang kondusif.

(4) Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakandengan prinsip-prinsip:a. kesukarelaan;b. otonom;c. keswadayaan;d. partisipatif;e. egaliter;f. demokratis;g. keterbukaan;h. kebersamaa;i. akuntabilitas; danj. desentralisasi.

(5) Pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatandilaksanakan secara terintegrasi dan bersinergioleh pemangku kepentingan terkait.

Bagian KedelapanSub Sistem Manajemen Kesehatan

Pasal 102

(1) Sub sistem manajemen kesehatan merupakan prosespengintegrasian semua sub sistem dari sistem kesehatanke dalam suatu kesatupaduan gerak menuju ke arahtercapainya tujuan sistem kesehatan daerah.

58

(2) Tujuan sub sistem manajemen kesehatan adalahterselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatanyang berhasil guna dan berdaya guna yang didukungoleh sistem informasi, ilmu, dan teknologi serta hukumkesehatan.

(3) Komponen-komponen dari sub sistem manajemenkesehatan adalah:a. manajemen upaya kesehatan;b. manajemen peningkatan mutu fasilitas pelayanan

kesehatan;c. manajemen pembiayaan kesehatan;d. manajemen sumber daya manusia kesehatan;e. manajemen sarana dan perbekalan kesehatan;f. manajemen pemberdayaan masyarakat.

Pasal 103

Sub sistem manajemen kesehatan diselenggarakandengan mengacu kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:a. administrasi kesehatan;b. informasi kesehatan;c. ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan;d. hukum kesehatan.

Bagian KesembilanSub Sistem Regulasi Kesehatan Umum

Pasal 104

(1) Dalam rangka mewujudkan perlindungan hukumbagi masyarakat penerima pelayanan kesehatanserta kepastian hukum bagi pemberi pelayanan agar dapattercapai mutu pelayanan yang setinggi-tingginyabagi seluruh masyarakat, Pemerintah Daerah Kotamenyusun regulasi kesehatan yang meliputi:a. registrasi;

59

b. perizinan;

c. rekomendasi;

d. lisensi dan sertifikasi;

e. pembinaan dan pengawasan;

f. akreditasi.

(2) Regulasi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan melalui penetapan pedoman berupaharmonisasi norma, standar, prosedur, dan kriteria,serta jaminan kualitas dan arah kebijakan penyelenggaraankesehatan di daerah sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Regulasi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur oleh Peraturan Wali Kota.

Bagian KesepuluhSub Sistem Kerja Sama dan Kemitraan

Pasal 105

(1) Pemerintah Daerah Kota mengembangkan pola kerja samadalam rangka penyelenggaraan kesehatan sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanantara Pemerintah Daerah Kota dengan:

a. pemerintah;

b. pemerintah provinsi lain;

c. pemerintah kabupaten/kota;

d. swasta;

e. badan/lembaga sosial

f. pihak luar negeri.

(3) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapatberbentuk :

a. bantuan pendanaan kesehatan;

60

b. bantuan tenaga ahli;

c. bantuan sarana dan prasarana;

d. pendidikan dan pelatihan;

e. kerja sama lain sesuai kesepakatan

BAB VIIPENYELENGGARAAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

OLEH PEMERINTAH DAERAH KOTA

Bagian KesatuUmum

Pasal 106

Fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakanoleh Pemerintah Daerah Kota meliputi:

a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas);

b. Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda);

c. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Bagian KeduaPuskesmas

Pasal 107

(1) Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagiandari tugas teknis operasional dinas dan merupakan unitpelaksana tingkat pertama serta ujung tombakpembangunan kesehatan.

(2) Puskesmas bertujuan mendukung tercapainya tujuanpembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkankesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehatbagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayahkerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatanyang setinggi-tingginya.

61

(3) Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerakpembangunan berwawasan kesehatan, pusatpemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatanprimer.

(4) Puskesmas melaksanakan peningkatan mutudan menjamin keselamatan penggunanya.

(5) Puskesmas dalam pengelolaan keuangannyaharus berbentuk Badan Layanan Umum Daerah sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 108

(1) Untuk mendukung pelaksanaan tugas teknisoperasional puskesmas dibentuk puskesmas pembantudan/atau puskesmas keliling serta jaringannya.

(2) Di wilayah kerja puskesmas dapat dibentuk upayakesehatan bersumberdaya masyarakat.

Pasal 109

Upaya kesehatan yang diselenggarakan puskesmas meliputiupaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.

Pasal 110

(1) Dana puskesmas bersumber dari retribusi pelayanan,dana pemerintah, dana Pemerintah Daerah Kotadan sumber lain yang sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

(2) Dana yang berasal dari retribusi pelayanan kesehatandi puskesmas dipergunakan untuk membiayai kegiatanoperasional, pengembangan sumber daya manusia,serta jasa pelayanan dan pembinaan manajemen pelayanankesehatan puskesmas.

(3) Pelaksanaan pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Wali Kota.

62

Bagian KetigaLabkesda

Pasal 111

(1) Labkesda dibentuk untuk menunjang program pelayanankesehatan seperti penanggulangan penyakit, penyediaandan pengelolaan air bersih, serta penyehatan lingkunganpermukiman.

(2) Labkesda melakukan pemeriksaan laboratorium kimialingkungan, toksikologi, mikrobiologi, serta pemeriksaanlaboratorium klinik untuk penunjang diagnosa penyakitdalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

(3) Dana yang berasal dari retribusi pelayanan kesehatandi Labkesda dikelola oleh Dinas Kesehatan yangdipergunakan seluruhnya untuk membiayai kegiatanoperasional, pengembangan sumber daya manusia,serta jasa pelayanan dan pembinaan manajemen pelayanankesehatan Pemerintah Daerah Kota.

(4) Pelaksanaan pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) diatur oleh Wali Kota.

Bagian KeempatRumah Sakit

Pasal 112

Untuk pelayanan kesehatan masyarakat tingkat lanjut,Pemerintah Daerah Kota wajib menyelenggarakan Rumah SakitDaerah.

Pasal 113

(1) Rumah sakit yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kotasebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 harus berbentukunit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidangkesehatan, instansi tertentu, atau lembaga teknis daerahdengan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

63

(2) Rumah sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentukbadan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerakdi bidang perumahsakitan.

Pasal 114

Rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanandan pengelolaannya.

Pasal 115

(1) Setiap penyelenggara rumah sakit wajib memiliki izin.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari izinmendirikan dan izin operasional.

Pasal 116

Jenis pelayanan rumah sakit harus sesuai dengan tipe dan kelasdari rumah sakit.

Bagian KelimaFungsi Sosial Pelayanan Kesehatan

Pasal 117

(1) Upaya pelayanan kesehatan swasta diselenggarakanberdasarkan fungsi sosial dengan memperhatikan prinsipkelayakan.

(2) Ketentuan tarif pelayanan kesehatan swasta di bidangmedik yang dilengkapi sarana rawat inap ditetapkanberdasarkan pada komponen biaya pelayananserta kemampuan membayar masyarakat.

(3) Penetapan besaran tarif untuk kelas III di rumah sakitberpedoman pada standar tarif yang ditetapkan Wali Kota.

(4) Penyelenggaraan pembinaan upaya kesehatandan pelaksanaan fungsi sosial pelayanan kesehatanmerupakan salah satu unsur penilaian evaluasidan pembinaan sarana pelayanan kesehatan swastadalam pemberian izin penyelenggaraan.

64

Bagian KeenamKewajiban dan Larangan

Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Pasal 118

(1) Setiap penyelenggara sarana pelayanan kesehatan swastawajib:a. mematuhi setiap ketentuan yang ditetapkan Wali Kota

sesuai dengan jenis pelayanan masing-masing;b. memberikan pertolongan pertama kepada penderita

gawat darurat tanpa memungut uang muka terlebihdahulu;

c. menyediakan minimal 25% (dua puluh lima persen)dari jumlah tempat tidur yang tersedia untuk orangyang kurang mampu dan/atau keluarga tidak mampubagi pelayanan kesehatan yang dilengkapidengan sarana rawat inap;

d. menetapkan pengaturan mengenai pemberiankeringanan atau pembebasan biaya pelayananbagi pasien kurang mampu atau tidak mampu;

e. melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuaiketentuan peraturan yang berlaku;

f. membantu program pemerintah di bidang pelayanankesehatan kepada masyarakat, programkependudukan, dan keluarga berencana;

g. memenuhi standar profesi dan menghormati hakpasien;

h. bekerja sama dengan upaya pelayanan kesehatanpemerintah dalam rangka rujukan medik,pendayagunaan tenaga medis, dan pendayagunaanperalatan medik canggih.

(2) Setiap penyelenggara sarana pelayanan kesehatan swastawajib melakukan upaya kesehatan terhadap masyarakatyang berada di wilayah kerjanya.

(3) Pelaksanaan upaya kesehatan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) diselenggarakan sesuai dengan kebutuhanpuskesmas.

65

(4) Dokter, dokter gigi, apoteker, asisten apoteker, bidan,perawat, perawat gigi, radiografer, dan fisioterapisuntuk menjalankan profesinya wajib memiliki surat tandaregistrasi.

(5) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dikeluarkan oleh instansi yang berwenang sesuai peraturanperundang-undangan.

Pasal 119

Setiap penyelenggara pelayanan kesehatan dilarang melakukantindakan di luar fungsi, kewenangan, dan keahliannya.

BAB VIIIPELAPORAN

Pasal 120

(1) Semua penyelenggara pelayanan kesehatan berkewajibanmelaporkan penyelenggaraan kegiatannya kepadaPemerintah Daerah Kota sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Kasus-kasus yang mempunyai potensi Kejadian Luar Biasa(KLB) harus dilaporkan oleh penyelenggara kesehatankepada Pemerintah Daerah Kota dalam waktu 1 x 24 (satukali dua puluh empat) jam.

BAB IXPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian KesatuPembinaan

Pasal 121

Pemerintah Daerah Kota melakukan pembinaan terhadap semuakegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanankesehatan.

66

Pasal 122

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 diarahkanuntuk:

a. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;

b. terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanandan perbekalan kesehatan yang cukup, aman, bermutu,dan terjangkau;

c. melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinankejadian yang dapat menimbulkan gangguandan/atau bahaya terhadap kesehatan;

d. memberikan kemudahan dalam rangka menunjangpeningkatan upaya kesehatan;

e. meningkatkan mutu pengabdian profesi tenaga kesehatan.

Bagian KeduaPengawasan

Pasal 123

Pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan swastadilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota bersama-samadengan organisasi profesi dan masyarakat.

Pasal 124

Pemerintah Daerah Kota melakukan pengawasan terhadapsemua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upayakesehatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, Badan UsahaMilik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, pemerintah daerah,swasta, atau masyarakat.

67

BAB XPERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 125

(1) Masyarakat dapat berperan serta baik secara peroranganmaupun terorganisasi dalam menetukan kebijaksanaanpemerintah pada penyelenggaraan kesehatan.

(2) Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui, memberimasukan dalam proses pengambilan keputusan,serta mengawasi penyelenggaraan kesehatan.

(3) Dalam rangka melaksanakan peran serta sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dibentuk BadanPertimbangan Kesehatan Daerah yang beranggotakan tokohmasyarakat dan para pakar.

BAB XISANKSI ADMINISTRASI

Bagian KesatuUmum

Pasal 126

(1) Setiap orang dan/atau badan yang melanggar Pasal 116,Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121 ayat (2), Pasal 122,dan Pasal 127, Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 37dapat dikenakan sanksi administrasi.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. penghentian sementara kegiatan;

d. penghentian tetap kegiatan;

68

e. pencabutan sementara izin;

f. pencabutan tetap izin;

g. denda administratif.

(3) Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Wali Kota.

BAB XIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 127

(1) Setiap orang dan/atau badan yang melanggar ketentuanPasal 12 ayat (3), Pasal 26 ayat (1), Pasal 70 ayat (6)dan ayat (7), Pasal 71 ayat (1), Pasal 72 ayat (1), Pasal 115,Pasal 118 ayat (1) dan ayat (4) diancam dengan pidanakurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda palingtinggi sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pelanggaran.

(3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),baik berupa tindak pidana kejahatan dan atau tindakanyang mengakibatkan kerugian bagi Pemerintah Daerah,orang pribadi, badan atau pihak lain diancamdengan hukuman pidana sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

BAB XIIIKETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 128

(1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksuddalam Pasal 132 dilaksanakan oleh PPNS di lingkunganPemerintah Daerah Kota yang pengangkatannya ditetapkanberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

69

(2) Wewenang PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah sebagai berikut:

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorangtentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempatkejadian dan melakukan pemeriksaan ;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksantanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagaisaksi atau tersangka;

g. mendatangkan ahli yang diperlukandalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapatpetunjuk dari penyidik umum tidak terdapat cukupbukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakpidana dan selanjutnya melalui penyidik umummemberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,tersangka atau keluarganya;

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapatdipertanggungjawabkan.

(3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalammelaksanakan tugasnya sebagai penyidik berada di bawahkoordinasi penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesiaberdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana.

(4) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikandan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntutumum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam HukumAcara Pidana.

70

BAB XIVKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 129

(1) Sarana pelayanan kesehatan yang sudah memiliki izinsebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan harusdisesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.

(2) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan ketika melakukan perpanjanganatau pembaharuan izin.

(3) Bagi sarana pelayanan kesehatan yang telah ada sebelumPeraturan Daerah ini berlaku dan belum memiliki izin,dalam tempo 6 (enam) bulan terhitung sejak berlakunyaPeraturan Daerah ini diwajibkan melakukan prosesperizinan.

(4) Untuk permohonan yang diajukan sebelum PeraturanDaerah ini berlaku wajib menyesuaikan dengan PeraturanDaerah ini.

(5) Seluruh instruksi, petunjuk, keputusan, peraturan,atau pedoman yang ada dan tidak bertentangandengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku.

BAB XVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 130

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan DaerahKota Bogor Nomor 3 Tahun 2005 tentang PenyelenggaraanKesehatan (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2005 Nomor 1Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan DaerahKota Bogor Nomor 19 Tahun 2011 tentang Perubahanatas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2005tentang Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah KotaBogor Tahun 2011 Nomor 7 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.

71

Pasal 131

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannyadalam Lembaran Daerah Kota Bogor.

Ditetapkan di Bogorpada tanggal 14 Desember 2018

WALIKOTA BOGOR,Ttd.

BIMA ARYA

Diundangkan di Bogorpada tanggal 14 Desember 2018

SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR,Ttd.

ADE SARIP HIDAYAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGORTAHUN 2018 NOMOR 7 SERI E

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BAGIAN HUKUM

DAN HAK ASASI MANUSIA,

Ttd.

N. HASBHY MUNNAWAR, S.H, M.Si.NIP. 19720918199911001

NOREG PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR,PROVINSI JAWA BARAT : (11/238/2018).

72