106
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1107, 2019 KEMENKES. Perizinan Rumah Sakit. Klasifikasi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2019 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit yang profesional dan bertanggung jawab dibutuhkan dalam mendukung upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu; b. bahwa rumah sakit dengan karakteristik dan organisasi yang kompleks membutuhkan kepastian dan perlindungan hukum dalam rangka mengarahkan dan meningkatkan pengelolaannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (4) dan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

BERITA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA No.1107, 2019 KEMENKES. Perizinan Rumah Sakit. Klasifikasi.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 30 TAHUN 2019

TENTANG

KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit yang

profesional dan bertanggung jawab dibutuhkan dalam

mendukung upaya kesehatan dalam rangkaian

pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu;

b. bahwa rumah sakit dengan karakteristik dan organisasi

yang kompleks membutuhkan kepastian dan

perlindungan hukum dalam rangka mengarahkan dan

meningkatkan pengelolaannya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan untuk

melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (4) dan Pasal 28

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan

tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4431);

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -2-

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5063);

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5072);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5584) sebagaimana

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5607);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5942);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara

Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6215);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -3-

Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016

tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana

Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2016 Nomor 1197);

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017

tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 1023);

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2018

tentang Aplikasi dan Sarana, Prasarana, dan Alat

Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018

Nomor 1012);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KLASIFIKASI

DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau

Online Single Submission yang selanjutnya disingkat

OSS adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh

lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur,

atau bupati/wali kota kepada pemilik dan pengelola

Rumah Sakit melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

3. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang

selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga

pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -4-

urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman

modal.

4. Izin Mendirikan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut

Izin Mendirikan adalah izin usaha yang diterbitkan oleh

Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur,

atau bupati/wali kota setelah pemilik Rumah Sakit

melakukan pendaftaran sampai sebelum pelaksanaan

pelayanan kesehatan dengan memenuhi persyaratan

dan/atau komitmen.

5. Izin Operasional Rumah Sakit yang selanjutnya disebut

Izin Operasional adalah izin komersial atau operasional

yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama

menteri, gubernur, atau bupati/wali kota setelah pemilik

Rumah Sakit mendapatkan Izin Mendirikan.

6. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia

yang memegang kekuasaan pemerintahan negara

Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan

menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

7. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

8. Kementerian Kesehatan adalah kementerian yang

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang kesehatan.

9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kesehatan.

10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada

Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung

jawabnya di bidang pelayanan kesehatan.

Pasal 2

Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, atau swasta.

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -5-

Pasal 3

Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang

bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu dengan

pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan

Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 4

(1) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 harus berbentuk badan hukum

yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang

perumahsakitan.

(2) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa:

a. badan hukum yang bersifat nirlaba; dan

b. badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk

perseroan terbatas atau persero,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikecualikan bagi Rumah Sakit yang diselenggarakan

oleh badan hukum yang bersifat nirlaba.

BAB II

BENTUK DAN JENIS PELAYANAN

Bagian Kesatu

Bentuk

Pasal 5

(1) Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit statis,

Rumah Sakit bergerak, dan Rumah Sakit lapangan.

(2) Rumah Sakit statis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan Rumah Sakit yang didirikan di suatu lokasi

dan bersifat permanen untuk jangka waktu lama untuk

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -6-

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.

(3) Rumah Sakit bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan bersifat

sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat

dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain.

(4) Rumah Sakit bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) hanya dapat difungsikan pada daerah tertinggal,

perbatasan, kepulauan, daerah yang tidak mempunyai

Rumah Sakit, dan/atau kondisi bencana dan situasi

darurat lainnya.

(5) Rumah Sakit bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dapat berbentuk bus, pesawat, kapal laut, karavan,

gerbong kereta api, atau kontainer.

(6) Rumah Sakit lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi

tertentu dan bersifat sementara selama kondisi darurat

dan masa tanggap darurat bencana, atau selama

pelaksanaan kegiatan tertentu.

(7) Rumah Sakit lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(6) dapat berbentuk tenda, kontainer, atau bangunan

permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah

Sakit.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit bergerak

dan Rumah Sakit lapangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kedua

Jenis Pelayanan

Paragraf 1

Umum

Pasal 6

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit

dikategorikan:

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -7-

a. Rumah Sakit umum; dan

b. Rumah Sakit khusus.

Paragraf 2

Rumah Sakit Umum

Pasal 7

(1) Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal

6 huruf a memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit.

(2) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit

umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling

sedikit terdiri atas:

a. pelayanan medik;

b. pelayanan keperawatan dan kebidanan;

c. pelayanan penunjang medik; dan

d. pelayanan penunjang nonmedik.

Pasal 8

(1) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2) huruf a, terdiri atas:

a. pelayanan medik umum;

b. pelayanan medik spesialis; dan

c. pelayanan medik subspesialis.

(2) Pelayanan medik umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a merupakan pelayanan yang dilakukan

oleh dokter atau dokter gigi yang meliputi pelayanan

medik dasar.

(3) Pelayanan medik spesialis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b merupakan pelayanan yang dilakukan

oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang

meliputi pelayanan medik spesialis dasar, dan pelayanan

medik spesialis lain selain spesialis dasar.

(4) Pelayanan medik spesialis dasar sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) meliputi pelayanan penyakit dalam, anak,

bedah, dan obstetri dan ginekologi.

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -8-

(5) Pelayanan medik spesialis lain selain spesialis dasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi pelayanan

mata, telinga hidung tenggorok-bedah kepala leher, saraf,

jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,

kedokteran jiwa, paru, orthopedi dan traumatologi,

urologi, bedah saraf, bedah plastik rekonstruksi dan

estetika, bedah anak, bedah thorax kardiak dan vaskuler,

kedokteran forensik dan medikolegal, bedah mulut,

konservasi/endodonsi, orthodonti, periodonti,

prosthodonti, pedodonti, penyakit mulut, dan pelayanan

medik spesialis lain.

(6) Pelayanan medik subspesialis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c merupakan pelayanan yang

dilakukan oleh dokter subspesialis yang melakukan

pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah,

penyakit dalam, anak, obstetri dan ginekologi,

kedokteran jiwa, mata, telinga hidung tenggorok-bedah

kepala leher, paru, saraf, jantung dan pembuluh darah,

orthopedi dan traumatologi, kulit dan kelamin dan

subspesialis lain.

(7) Dalam hal belum terdapat dokter subspesialis, pelayanan

medik subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

dapat dilakukan oleh dokter spesialis dengan kualifikasi

tambahan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 9

Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b meliputi asuhan

keperawatan generalis dan/atau asuhan keperawatan

spesialis, dan asuhan kebidanan.

Pasal 10

(1) Pelayanan penunjang medik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c terdiri atas:

a. pelayanan penunjang medik spesialis;

b. pelayanan penunjang medik subspesialis; dan

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -9-

c. pelayanan penunjang medik lain.

(2) Pelayanan penunjang medik spesialis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi pelayanan

laboratorium, radiologi, anestesi dan terapi intensif,

rehabilitasi medik, kedokteran nuklir, radioterapi,

akupunktur, gizi klinik, dan pelayanan penunjang medik

spesialis lainnya.

(3) Pelayanan penunjang medik subspesialis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi pelayanan

subspesialis dibidang anestesi dan terapi intensif,

dialisis, dan pelayanan penunjang medik subspesialis

lainnya.

(4) Pelayanan penunjang medik lain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c meliputi pelayanan sterilisasi yang

tersentral, pelayanan darah, gizi, rekam medik, dan

farmasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 11

Pelayanan penunjang nonmedik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d terdiri atas laundri/binatu,

pengolah makanan, pemeliharaan sarana prasarana dan alat

kesehatan, sistem informasi dan komunikasi, dan

pemulasaran jenazah.

Pasal 12

(1) Sumber daya manusia pada Rumah Sakit umum berupa

tenaga tetap meliputi:

a. tenaga medis;

b. tenaga psikologi klinis;

c. tenaga keperawatan;

d. tenaga kebidanan;

e. tenaga kefarmasian;

f. tenaga kesehatan masyarakat;

g. tenaga kesehatan lingkungan;

h. tenaga gizi;

i. tenaga keterapian fisik;

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -10-

j. tenaga keteknisian medis;

k. tenaga teknik biomedika;

l. tenaga kesehatan lain; dan

m. tenaga nonkesehatan.

(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter

gigi spesialis, dan/atau dokter subspesialis.

(3) Dokter spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

terdiri atas dokter spesialis atau dokter gigi spesialis

untuk pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik

spesialis, dan medik spesialis lain selain spesialis dasar.

(4) Dokter spesialis untuk pelayanan medik spesialis dasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi dokter

spesialis penyakit dalam, anak, bedah, dan obstetri dan

ginekologi.

(5) Dokter spesialis untuk pelayanan penunjang medik

spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi

dokter spesialis anestesi, radiologi, farmakologi klinik,

patologi klinik, patologi anatomi, mikrobiologi klinik,

parasitologi, kedokteran fisik dan rehabilitasi,

akupunktur klinik, gizi klinik, onkologi radiasi,

kedokteran nuklir, dan pelayanan penunjang medik

spesialis lain.

(6) Dokter spesialis untuk pelayanan medik spesialis lain

selain spesialis dasar sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) meliputi dokter spesialis mata, telinga hidung

tenggorok-bedah kepala leher, saraf, jantung dan

pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa,

paru, orthopedi dan traumatologi, urologi, bedah saraf,

bedah plastik rekonstruksi dan estetika, bedah anak,

bedah thorax kardiak dan vaskuler, kedokteran forensik

dan medikolegal, bedah mulut, konservasi/endodonsi,

orthodonti, periodonti, prosthodonti, pedodonti, penyakit

mulut, emergensi, dan dokter spesialis lain.

(7) Dokter subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

meliputi dokter subspesialis di bidang spesialisasi bedah,

penyakit dalam, anak, obstetri dan ginekologi, anestesi

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -11-

terapi intensif, kedokteran jiwa, mata, telinga hidung

tenggorok-bedah kepala leher, paru, saraf, jantung dan

pembuluh darah, orthopedi dan traumatologi, kulit dan

kelamin, dan subspesialis lain.

(8) Dalam hal belum terdapat dokter subspesialis

sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dokter spesialis

dengan kualifikasi tambahan dapat memberikan

pelayanan subspesialis tertentu sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(9) Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan

hasil analisis beban kerja, serta kebutuhan dan

kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

Paragraf 3

Rumah Sakit Khusus

Pasal 13

(1) Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 huruf b memberikan pelayanan utama pada satu

bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan

disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau

kekhususan lainnya.

(2) Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat menyelenggarakan pelayanan lain di luar

kekhususannya.

(3) Pelayanan lain di luar kekhususannya sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) meliputi pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan kegawatdaruratan.

(4) Pelayanan rawat inap di luar kekhususannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling banyak 40%

dari seluruh jumlah tempat tidur.

Pasal 14

(1) Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 terdiri atas Rumah Sakit khusus:

a. ibu dan anak;

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -12-

b. mata;

c. gigi dan mulut;

d. ginjal;

e. jiwa;

f. infeksi;

g. telinga-hidung-tenggorok kepala leher;

h. paru;

i. ketergantungan obat;

j. bedah;

k. otak;

l. orthopedi;

m. kanker; dan

n. jantung dan pembuluh darah.

(2) Selain Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Menteri dapat menetapkan Rumah Sakit khusus

lainnya.

(3) Rumah Sakit khusus lainnya sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dapat berupa penggabungan jenis

kekhususan yang terkait keilmuannya atau jenis

kekhususan baru.

(4) Penetapan Rumah Sakit khusus lainnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan hasil

kajian dan rekomendasi asosiasi perumahsakitan serta

organisasi profesi terkait.

Pasal 15

(1) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit

khusus paling sedikit terdiri atas:

a. pelayanan medik;

b. pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan;

c. pelayanan penunjang medik; dan

d. pelayanan penunjang nonmedik.

(2) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a terdiri atas pelayanan medik umum, pelayanan

medik spesialis sesuai kekhususan, pelayanan medik

spesialis lain di luar kekhususan, pelayanan subspesialis

sesuai kekhususan, dan pelayanan spesialis dengan

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -13-

kualifikasi tambahan sesuai kekhususan.

(3) Pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi

asuhan keperawatan generalis, keperawatan spesialis,

dan/atau asuhan kebidanan sesuai kekhususannya.

(4) Pelayanan penunjang medik sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c meliputi pelayanan penunjang

medik spesialis, pelayanan penunjang medik

subspesialis, dan pelayanan penunjang medik lain.

(5) Pelayanan penunjang nonmedik sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d meliputi laundri/binatu, pengolah

makanan, pemeliharaan sarana prasarana dan alat

kesehatan, sistem informasi dan komunikasi, dan

pemulasaran jenazah.

Pasal 16

(1) Sumber daya manusia pada Rumah Sakit khusus berupa

tenaga tetap meliputi:

a. tenaga medis;

b. tenaga keperawatan dan/atau tenaga kebidanan;

c. tenaga kefarmasian;

d. tenaga kesehatan lain; dan

e. tenaga nonkesehatan,

sesuai dengan pelayanan kekhususan dan/atau

pelayanan lain di luar kekhususannya.

(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a terdiri atas dokter, dokter gigi, termasuk dokter

spesialis sesuai kekhususannya, dokter gigi spesialis

sesuai kekhususannya, dokter spesialis lain di luar

kekhususannya, dokter subspesialis, dan/atau dokter

spesialis dengan kualifikasi tambahan sesuai

kekhususannya.

(3) Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan

hasil analisis beban kerja, serta kebutuhan dan

kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -14-

BAB III

KLASIFIKASI

Pasal 17

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, Rumah Sakit umum dan

Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

diklasifikasikan berdasarkan kriteria bangunan dan

prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya manusia,

dan peralatan.

Pasal 18

(1) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 terdiri atas:

a. Rumah Sakit umum kelas A;

b. Rumah Sakit umum kelas B;

c. Rumah Sakit umum kelas C; dan

d. Rumah Sakit umum kelas D.

(2) Rumah Sakit umum kelas D sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. Rumah Sakit umum kelas D; dan

b. Rumah Sakit umum kelas D pratama.

(3) Rumah Sakit umum kelas A dan kelas B sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b memiliki

kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis.

(4) Rumah Sakit umum kelas C dan kelas D sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d memiliki

kemapuan pelayanan medik spesialis.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dikecualikan bagi Rumah Sakit kelas D pratama.

(6) Rumah Sakit umum kelas D pratama sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b dan ayat (5)

diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -15-

Pasal 19

(1) Rumah Sakit umum kelas A sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a merupakan Rumah Sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar,

5 (lima) penunjang medik spesialis, 12 (dua belas)

spesialis lain selain spesialis dasar, dan 13 (tiga belas)

subspesialis.

(2) Rumah Sakit umum kelas B sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b merupakan Rumah Sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar,

4 (empat) penunjang medik spesialis, 8 (delapan) spesialis

lain selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis dasar.

(3) Dalam hal Rumah Sakit umum kelas B sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) akan meningkatkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan mediknya, penambahan

pelayanan paling banyak 2 (dua) spesialis lain selain

spesialis dasar, 1 (satu) penunjang medik spesialis, 2

(dua) pelayanan medik subspesialis dasar, dan 1 (satu)

subspesialis lain selain subspesialis dasar.

(4) Rumah Sakit umum kelas C sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c merupakan Rumah Sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar

dan 4 (empat) penunjang medik spesialis.

(5) Dalam hal Rumah Sakit umum kelas C sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) akan meningkatkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan mediknya, penambahan

pelayanan paling banyak 3 (tiga) pelayanan medik

spesialis lain selain spesialis dasar, dan 1 (satu)

penunjang medik spesialis.

(6) Rumah Sakit umum kelas D sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ayat (1) huruf d merupakan Rumah Sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -16-

(7) Dalam hal Rumah Sakit umum kelas D sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) akan meningkatkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan mediknya, penambahan

pelayanan paling banyak 1 (satu) pelayanan medik

spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik spesialis.

(8) Dalam hal di satu wilayah administratif provinsi tidak

terdapat Rumah Sakit umum kelas A, Rumah Sakit

umum kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat menambah pelayanan mediknya paling banyak 3

(tiga) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu)

penunjang medik spesialis, dan 9 (sembilan) pelayanan

medik subspesialis berupa pelayanan medik subspesialis

dasar dan/atau subspesialis lain selain subspesialis

dasar.

(9) Dalam hal di satu wilayah administratif kabupaten/kota

tidak terdapat Rumah Sakit umum kelas B, Rumah Sakit

umum kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dapat menambah pelayanan mediknya paling banyak 7

(tujuh) spesialis lain selain spesialis dasar dan 1 (satu)

penunjang medik spesialis.

(10) Dalam hal di satu wilayah administratif kabupaten/kota

tidak terdapat Rumah Sakit umum kelas C, Rumah Sakit

umum kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

dapat menambah pelayanan mediknya paling banyak 2

(dua) spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik

spesialis.

(11) Penambahan pelayanan medik sebagaimana dimaksud

pada ayat (8), ayat (9), dan ayat (10) harus tetap

mempertimbangkan akses terhadap pelayanan kesehatan

kelas rumah sakit diatasnya yang berada antar wilayah

administratif.

(12) Penambahan pelayanan medik dengan

mempertimbangkan akses terhadap pelayanan kesehatan

kelas rumah sakit diatasnya yang berada antar wilayah

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (11)

dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi dari

dinas kesehatan daerah provinsi setempat.

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -17-

Pasal 20

(1) Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 terdiri atas:

a. Rumah Sakit khusus kelas A;

b. Rumah Sakit khusus kelas B; dan

c. Rumah Sakit khusus kelas C.

(2) Rumah Sakit khusus kelas C sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c hanya untuk Rumah Sakit khusus

ibu dan anak.

Pasal 21

(1) Rumah Sakit khusus kelas A sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a merupakan Rumah Sakit

khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai

kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar

dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya

secara lengkap.

(2) Rumah Sakit khusus kelas B sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b merupakan Rumah Sakit

khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai

kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar

dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya yang

terbatas.

(3) Rumah Sakit khusus kelas C sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c merupakan Rumah Sakit

khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai

kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar

dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya yang

minimal.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) dikecualikan untuk Rumah Sakit khusus gigi dan

mulut.

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -18-

Pasal 22

Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi Rumah Sakit

umum dan Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 21 tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

BAB IV

PERIZINAN

Bagian Kesatu

Persyaratan

Pasal 23

(1) Setiap Rumah Sakit wajib memiliki izin setelah

memenuhi persyaratan sesuai dengan klasifikasi Rumah

Sakit.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya

manusia, kefarmasian, dan peralatan.

Pasal 24

(1) Lokasi bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (2) harus berada pada lahan yang

sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau

rencana tata bangunan lingkungan kabupaten/kota

setempat dan peruntukan lahan untuk fungsi Rumah

Sakit.

(2) Lahan bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memiliki batas yang jelas dan

dilengkapi akses/pintu yang terpisah dengan bangunan

fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan.

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -19-

Pasal 25

(1) Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (2) harus memenuhi prinsip keselamatan,

kesehatan, kenyamanan, dan keamanan serta

kemudahan.

(2) Rencana blok bangunan Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus berada dalam satu area

yang terintegrasi dan saling terhubung.

(3) Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus memenuhi peryaratan teknis sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 26

(1) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (2) merupakan tenaga tetap yang bekerja

secara purna waktu.

(2) Selain tenaga tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap

dan/atau konsultan berdasarkan kebutuhan dan

kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 27

(1) Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (2) harus menjamin ketersediaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.

(2) Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilaksanakan di instalasi farmasi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 28

(1) Peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)

meliputi peralatan medis dan peralatan nonmedis yang

memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu,

keamanan, keselamatan, dan laik pakai.

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -20-

(2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa peralatan medis mayor dan peralatan medis

minor, sesuai dengan kebutuhan dan kriteria klasifikasi

Rumah Sakit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Peralatan

medis berdasarkan kriteria klasifikasi Rumah Sakit

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Direktur

Jenderal.

Bagian Kedua

Jenis Izin

Pasal 29

(1) Izin Rumah Sakit meliputi:

a. Izin Mendirikan; dan

b. Izin Operasional.

(2) Izin Mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a merupakan izin yang diajukan oleh pemilik

Rumah Sakit untuk mendirikan bangunan atau

mengubah fungsi bangunan yang telah ada menjadi

Rumah Sakit.

(3) Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b merupakan izin yang diajukan oleh pimpinan

Rumah Sakit untuk melakukan kegiatan pelayanan

kesehatan termasuk penetapan kelas Rumah Sakit

dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen.

(4) Izin Mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berlaku selama Rumah Sakit memberikan pelayanan

kesehatan.

(5) Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang selama memenuhi persyaratan dan kriteria

klasifikasi Rumah Sakit.

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -21-

Pasal 30

(1) Dalam hal Rumah Sakit memberikan pelayanan

kesehatan tertentu, Rumah Sakit harus mendapatkan

izin pelayanan kesehatan tertentu dari Menteri.

(2) Pelayanan kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi pelayanan, radioterapi, kedokteran

nuklir, kehamilan dengan bantuan atau kehamilan di

luar cara alamiah, transplantasi organ, sel punca untuk

penelitian berbasis pelayanan terapi, dan pelayanan

kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

(3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan

pelayanan yang dilakukan dengan menggunakan

teknologi baru, teknologi tinggi, berisiko keselamatan

pasien dan/atau berbiaya tinggi.

(4) Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa Rumah Sakit kelas A, Rumah Sakit kelas B, dan

Rumah Sakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.

(5) Penetapan Rumah Sakit lain oleh Menteri sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan yang tinggi dan

pendekatan akses pelayanan kesehatan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

(1) Izin Mendirikan dan Izin Operasional merupakan

perizinan berusaha sektor kesehatan yang diterbitkan

oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota

berdasarkan kewenangan masing-masing melalui

Lembaga OSS sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota dalam

menerbitkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus mempertimbangkan sebaran Rumah Sakit secara

merata di setiap wilayah provinsi dan kabupaten/kota

berdasarkan pemetaan dengan memperhatikan jumlah

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -22-

dan persebaran penduduk, rasio jumlah tempat tidur,

dan akses masyarakat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Izin Mendirikan dan Izin Operasional Rumah Sakit kelas

A dan Rumah Sakit penanaman modal asing diberikan

oleh Menteri melalui Direktur Jenderal.

(4) Izin Mendirikan dan Izin Operasional Rumah Sakit kelas

B diberikan oleh gubernur setelah mendapatkan

notifikasi dari kepala dinas yang berwenang di bidang

kesehatan pada Pemerintah Daerah provinsi.

(5) Izin Mendirikan dan Izin Operasional Rumah Sakit kelas

C dan Rumah Sakit kelas D diberikan oleh bupati/wali

kota setelah mendapatkan notifikasi dari kepala dinas

yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah

Daerah kabupaten/kota.

Pasal 32

(1) Penerbitan izin melalui Lembaga OSS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dilakukan dalam

bentuk dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan

transaksi elektronik.

(2) Untuk Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah dengan pengelolaan keuangan Badan

Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah,

ketentuan perizinan berusaha sektor kesehatan melalui

Lembaga OSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan untuk perpanjangan Izin Operasional.

Pasal 33

Persyaratan untuk memperoleh Izin Mendirikan Rumah Sakit

meliputi:

a. dokumen kajian dan perencanaan bangunan yang terdiri

atas Feasibility Study (FS), Detail Engineering Design dan

master plan; dan

b. pemenuhan pelayanan alat kesehatan.

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -23-

Pasal 34

(1) Persyaratan untuk memperoleh Izin Operasional Rumah

Sakit meliputi:

a. profil Rumah Sakit paling sedikit meliputi visi dan

misi, lingkup kegiatan, rencana strategi, dan

struktur organisasi;

b. pengisian kriteria klasifikasi sesuai dengan kelas

Rumah Sakit yang dimohonkan meliputi pelayanan,

sumber daya manusia, peralatan, dan bangunan

dan prasarana, sebagai self assessment mengacu

pada Lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

c. surat keterangan atau sertifikat izin kelayakan atau

pemanfaatan dan kalibrasi alat kesehatan;

d. sertifikat akreditasi; dan

e. surat pernyataan yang mencantumkan komitmen

jumlah tempat tidur untuk Rumah Sakit penanaman

modal asing berdasarkan kesepakatan atau kerja

sama internasional sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Sertifikat akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d dipenuhi untuk perpanjangan Izin Operasional

Rumah Sakit.

Bagian ketiga

Tata Cara Perizinan

Pasal 35

(1) Pemilik Rumah Sakit harus mengajukan pendaftaran

melalui sistem OSS untuk mendapatkan nomor induk

berusaha.

(2) Nomor induk berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh

pemilik Rumah Sakit untuk mendapatkan Izin

Mendirikan dan Izin Operasional.

(3) Pemilik Rumah Sakit yang telah mendapatkan nomor

induk berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -24-

dapat diterbitkan Izin Mendirikan oleh Lembaga OSS.

(4) Pemilik Rumah Sakit harus melakukan pemenuhan

komitmen untuk mendapatkan Izin Mendirikan yang

berlaku efektif.

(5) Pemenuhan komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) dipenuhi paling lama 2 (dua) tahun.

(6) Pemenuhan komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) dilakukan dengan menyampaikan persyaratan Izin

Mendirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

kepada Kementerian Kesehatan untuk Rumah Sakit kelas

A dan penanaman modal asing, Pemerintah Daerah

provinsi untuk Rumah Sakit kelas B, dan Pemerintah

Daerah kabupaten/kota untuk Rumah Sakit kelas C dan

kelas D.

(7) Pemenuhan komitmen kepada Kementerian Kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilakukan

melalui sistem perizinan online Kementerian Kesehatan.

(8) Pemenuhan komitmen kepada Pemerintah Daerah

provinsi atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilakukan

melalui sistem perizinan online instansi pemberi izin

masing-masing Pemerintah Daerah.

(9) Sistem perizinan online Kementerian Kesehatan dan

instansi pemberi izin masing-masing Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) dapat

diitegrasikan dengan sistem OSS dengan cara melakukan

interoperabilitas.

(10) Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi,

atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan

evaluasi terhadap pemenuhan komitmen sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) paling lama 14 (empat belas) hari

sejak pemilik Rumah Sakit menyampaikan pemenuhan

komitmen.

(11) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (10), Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah

provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota

memberikan notifikasi persetujuan atau perbaikan

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -25-

kepada pemilik Rumah Sakit melalui sistem OSS.

(12) Pemilik Rumah Sakit wajib melakukan perbaikan melalui

sistem OSS sejak diterimanya hasil evaluasi dari

Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi,

atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (11).

(13) Dalam rangka melakukan perbaikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (12), pemilik Rumah Sakit dapat

melakukan perpanjangan pemenuhan komitmen untuk

jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak

diterimanya notifikasi perbaikan melalui sistem OSS.

(14) Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi,

atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan

verifikasi kembali terhadap pemenuhan komitmen

sebagaimana dimaksud pada ayat (13) paling lama 10

(sepuluh) hari sejak pemilik Rumah Sakit menyampaikan

kembali pemenuhan komitmen.

(15) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (14), Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah

provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota

memberikan persetujuan atau penolakan Izin Mendirikan

kepada pemilik Rumah Sakit melalui sistem OSS.

Pasal 36

(1) Untuk mendapatkan Izin Operasional yang diterbitkan

oleh Lembaga OSS, pimpinan Rumah Sakit harus

memiliki Izin Mendirikan dan pemenuhan komitmen Izin

Operasional.

(2) Pemenuhan komitmen Izin Operasional sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

menyampaikan persyaratan Izin Operasional

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) kepada

Kementerian Kesehatan untuk Rumah Sakit kelas A dan

penanaman modal asing, Pemerintah Daerah provinsi

untuk Rumah Sakit kelas B, dan Pemerintah Daerah

kabupaten/kota untuk Rumah Sakit kelas C dan kelas D.

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -26-

(3) Pemenuhan komitmen kepada Kementerian Kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui

sistem perizinan online Kementerian Kesehatan.

(4) Pemenuhan komitmen kepada Pemerintah Daerah

provinsi atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan

melalui sistem perizinan online instansi pemberi izin

masing-masing Pemerintah Daerah.

(5) Sistem perizinan online Kementerian Kesehatan dan

instansi pemberi izin masing-masing Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dapat

diitegrasikan dengan sistem OSS dengan cara melakukan

interoperabilitas.

(6) Pemenuhan komitmen Izin Operasional sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan paling lama 3

(tiga) bulan untuk mendapatkan Izin Operasional yang

berlaku efektif.

(7) Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi,

atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan

verifikasi dan visitasi dalam jangka waktu paling lama 14

(empat belas) hari sejak pimpinan Rumah Sakit

menyampaikan pemenuhan komitmen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(8) Visitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan

oleh tim yang bertugas melakukan penilaian kesesuaian

komitmen terhadap kriteria klasifikasi Rumah Sakit.

(9) Penilaian kesesuaian komitmen terhadap kriteria

klasifikasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada

ayat (8) dilakukan sesuai dengan pedoman yang diatur

oleh Direktur Jenderal.

(10) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (8) meliputi:

a. Tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal, terdiri

atas unsur Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan

daerah provinsi, dinas kesehatan daerah

kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan,

untuk Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit

penanaman modal asing;

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -27-

b. Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah

provinsi, terdiri atas unsur Kementerian Kesehatan,

dinas kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan

daerah kabupaten/kota, dan asosiasi

perumahsakitan, untuk Rumah Sakit kelas B; dan

c. Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah

kabupaten/kota, terdiri atas unsur dinas kesehatan

daerah provinsi, dinas kesehatan daerah

kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan,

untuk Rumah Sakit kelas C dan kelas D.

(11) Berdasarkan hasil verifikasi dan visitasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (7), Kementerian Kesehatan,

Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah

kabupaten/kota mengeluarkan notifikasi persetujuan

atau penolakan melalui sistem OSS dalam jangka waktu

paling lama 10 (sepuluh) hari sejak dilakukan visitasi.

(12) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (11)

merupakan pemenuhan komitmen Izin Operasional.

Pasal 37

(1) Dalam hal Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah belum melakukan pengelolaan

keuangan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan

Umum Daerah, Izin Mendirikan diperoleh melalui

pengajuan permohonan pemilik Rumah Sakit kepada

Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sebagai

pemberi izin sesuai dengan kelas Rumah Sakit dengan

melampirkan dokumen persyaratan Izin Mendirikan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

(2) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah

surat permohonan dan dokumen persyaratan Izin

Mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diterima lengkap, pemberi izin harus menerbitkan surat

untuk persetujuan atau penolakan permohonan Izin

Mendirikan disertai dengan alasan penolakan.

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -28-

(3) Dalam hal permohonan Izin Mendirikan ditolak, pemilik

Rumah Sakit dapat mengajukan permohonan ulang Izin

Mendirikan.

Pasal 38

(1) Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)

yang telah memiliki Izin Mendirikan dapat melakukan

permohonan Izin Operasional kepada Direktur Jenderal,

gubernur, atau bupati/wali kota sebagai pemberi izin

sesuai dengan kelas Rumah Sakit dengan melampirkan

dokumen persyaratan Izin Operasional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1).

(2) Terhadap dokumen permohonan Izin Operasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kementerian

Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah

Daerah kabupaten/kota melakukan verifikasi dan

visitasi.

(3) Visitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

oleh tim yang memiliki tugas dan unsur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 36 ayat (8) dan ayat (10) dalam

jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak penugasan.

(4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus

menyampaikan laporan hasil visitasi dalam jangka waktu

7 (tujuh) hari kerja setelah visitasi dilakukan.

(5) Berdasarkan hasil verifikasi dan visitasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal, gubernur,

atau bupati/wali kota harus menerbitkan surat

persetujuan atau penolakan permohonan Izin

Operasional paling lama 10 (sepuluh) hari sejak diterima

laporan hasil visitasi.

Pasal 39

(1) Izin Operasional memuat penetapan kelas berdasarkan

hasil penilaian pemenuhan kriteria klasifikasi Rumah

Sakit berupa bangunan dan prasarana, kemampuan

pelayanan, sumber daya manusia, dan peralatan.

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -29-

(2) Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan jika persentase hasil penilaian masing-masing

kriteria klasifikasi Rumah Sakit terpenuhi sesuai dengan

pedoman penetapan kelas Rumah Sakit yang ditetapkan

oleh Direktur Jenderal.

(3) Dalam hal persentase hasil penilaian tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

penetapan kelas pada Izin Operasional ditetapkan

berdasarkan hasil penilaian kriteria klasifikasi Rumah

Sakit yang telah dilakukan.

Bagian Keempat

Perpanjangan dan Perubahan Izin Operasional

Pasal 40

(1) Pimpinan Rumah Sakit harus melakukan perpanjangan

Izin Operasional paling lambat 6 (enam) bulan sebelum

Izin Operasional berakhir.

(2) Ketentuan persyaratan dan tata cara Izin Operasional

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 36, dan

Pasal 38 berlaku secara mutatis mutandis terhadap

persyaratan dan tata cara perpanjangan Izin Operasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 41

(1) Dalam hal masa berlaku Izin Operasional berakhir dan

pemilik Rumah Sakit belum mengajukan perpanjangan

Izin Operasional, Rumah Sakit harus menghentikan

kegiatan pelayanannya kecuali pelayanan

kegawatdaruratan dan pasien yang sedang dalam

perawatan inap.

(2) Rumah Sakit yang tidak mematuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tetap

menyelenggarakan pelayanan tanpa Izin Operasional,

dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 30: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -30-

Pasal 42

(1) Perubahan Izin Operasional harus dilakukan pimpinan

Rumah Sakit apabila terjadi perubahan:

a. badan hukum;

b. nama Rumah Sakit;

c. kepemilikan modal;

d. jenis Rumah Sakit;

e. alamat Rumah Sakit; dan/atau

f. kelas Rumah Sakit.

(2) Perubahan Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan dengan

melampirkan:

a. Izin Operasional sebelum perubahan;

b. surat pernyataan penggantian badan hukum

dan/atau nama Rumah Sakit yang ditandatangani

pemilik Rumah Sakit; dan

c. perubahan akta notaris.

(3) Ketentuan persyaratan dan tata cara Izin Operasional

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 36, dan

Pasal 38 berlaku secara mutatis mutandis terhadap

perubahan Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c sampai dengan huruf f.

BAB V

PENYELENGGARAAN

Pasal 43

(1) Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.

(2) Pelayanan kegawatdaruratan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 44

(1) Dalam menyelenggarakan pelayanan rawat inap

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1), Rumah

Sakit harus memiliki:

Page 31: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -31-

a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling

sedikit:

1. 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat

tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah; dan

2. 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat

tidur untuk Rumah Sakit milik swasta.

b. jumlah tempat tidur perawatan di atas perawatan

kelas I paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari

seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta.

c. jumlah tempat tidur perawatan intensif paling

sedikit 8% (delapan persen) dari seluruh tempat

tidur untuk Rumah Sakit baik milik Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta.

(2) Dalam hal pelayanan rawat inap di Rumah Sakit umum,

Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas 5% (lima

persen) untuk pelayanan unit rawat intensif (ICU), dan

3% (tiga persen) untuk pelayanan intensif lainnya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (c)

dikecualikan untuk Rumah Sakit khusus mata dan

Rumah Sakit khusus gigi dan mulut.

Pasal 45

(1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit

pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar

Rumah Sakit pendidikan.

(2) Penetapan Rumah Sakit pendidikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 46

(1) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta dapat berupa

Rumah Sakit dengan penanaman modal asing.

(2) Penyelenggaraan Rumah Sakit dengan penanaman modal

asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

Page 32: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -32-

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Rumah Sakit dengan penanaman modal asing

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki paling

sedikit 200 (dua ratus) tempat tidur atau dilaksanakan

berdasarkan kesepakatan/kerja sama internasional.

(4) Klasifikasi Rumah Sakit dengan penanaman modal asing

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. Rumah Sakit umum kelas A dan kelas B; dan

b. Rumah Sakit khusus kelas A dan kelas B.

Pasal 47

(1) Rumah Sakit dapat mendayagunakan tenaga kesehatan

dan tenaga nonkesehatan warga negara asing sesuai

kebutuhan pelayanan.

(2) Pendayagunaan tenaga kesehatan dan tenaga

nonkesehatan warga negara asing sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 48

Setiap Rumah Sakit harus memiliki peraturan internal dan

organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 49

(1) Pimpinan Rumah Sakit tidak boleh merangkap jabatan

manajerial di Rumah Sakit lain.

(2) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi

kepala atau direktur Rumah Sakit.

(3) Kepala atau direktur Rumah Sakit harus seorang tenaga

medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di

bidang perumahsakitan.

(4) Selain kepala atau direktur Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (3), pimpinan unsur pelayanan

medik di Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang

mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang

Page 33: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -33-

perumahsakitan.

Pasal 50

(1) Dalam rangka pengelolaan Rumah Sakit, pemilik Rumah

Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2)

dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga.

(2) Kerja sama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 51

(1) Setiap Rumah Sakit wajib terakreditasi.

(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan paling lama setelah beroperasi 2 (dua)

tahun sejak Rumah Sakit memperoleh Izin Operasional

pertama kali sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 52

(1) Peningkatan kelas Rumah Sakit dapat dilakukan sesuai

dengan kriteria klasifikasi Rumah Sakit.

(2) Peningkatan kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara bertahap dan hanya diperbolehkan naik

satu tingkat di atasnya.

(3) Peningkatan kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) hanya dapat dilakukan terhadap Rumah

Sakit yang telah terakreditasi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 53

(1) Rumah Sakit dapat melakukan pengembangan pelayanan

medik spesialistik dan subspesialistik program kesehatan

nasional.

(2) Pengembangan pelayanan medik spesialistik dan

subspesialistik program kesehatan nasional sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan

pedoman masing-masing program kesehatan yang diatur

Page 34: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -34-

oleh Direktur Jenderal.

(3) Selain melakukan pengembangan pelayanan medik

spesialistik dan subspesialistik program kesehatan

nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah

Sakit dapat melakukan pengembangan pelayanan medik

spesialistik dan subspesialistik melalui kemitraan dengan

penanam modal asing berupa pembentukan klinik utama

penanaman modal asing sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(4) Klinik utama penanaman modal asing sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) didirikan dalam area Rumah

Sakit kelas B dan kelas A.

(5) Pelayanan klinik utama penanaman modal asing

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus terintegrasi

dengan penyelenggaraan pelayanan Rumah Sakit.

(6) Rumah Sakit yang melakukan pengembangan pelayanan

klinik utama penanaman modal asing sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) harus memiliki Izin Operasional

Rumah Sakit penanaman modal asing.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan klinik

utama penanaman modal asing sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 54

(1) Setiap Rumah Sakit yang telah mendapatkan Izin

Operasional harus teregistrasi di Kementerian Kesehatan

melalui aplikasi registrasi online Kementerian Kesehatan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(2) Selain melakukan registrasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Rumah Sakit juga harus melakukan

pembaharuan data secara berkala setiap 3 (tiga) bulan

atau sewaktu-waktu jika terjadi perubahan data Rumah

Sakit.

Page 35: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -35-

Pasal 55

(1) Pemberian nama Rumah Sakit harus memperhatikan

nilai dan norma agama, sosial budaya, dan etika.

(2) Pemberian nama Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat disesuaikan dengan kepemilikan,

jenis, dan kekhususannya.

(3) Pemberian nama Rumah Sakit khusus sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) harus mencantumkan

kekhususannya.

(4) Pemberian nama Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilarang:

a. menambahkan kata internasional, international,

kelas dunia, world class, global, dan/atau yang

disebut nama lainnya yang bermakna sama;

b. mencantumkan kepemilikan institusi atau bidang

kekhususan lain yang bermakna serupa; dan/atau

c. menggunakan nama orang yang masih hidup.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 56

(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan

Rumah Sakit sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan

masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri, gubernur,

dan bupati/wali kota dapat mengikutsertakan

masyarakat, asosiasi perumahsakitan, dan/atau

organisasi profesi.

(3) Selain Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dewan Pengawas

Rumah Sakit dan Badan Pengawas Rumah Sakit dapat

melakukan pembinaan dan pengawasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 36: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -36-

(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditujukan untuk:

a. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang

terjangkau oleh masyarakat;

b. pemantauan terhadap mutu dan keselamatan pasien

dalam penyelenggaraan Rumah Sakit;

c. pengembangan jangkauan pelayanan dan

pemantauan sistem rujukan;

d. penilaian kelayakan lokasi sesuai dengan

peruntukkan dan pemenuhan persyaratan perizinan

Rumah Sakit lain;

e. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah

Sakit;

f. peningkatan kemampuan manajemen risiko; dan

g. peningkatan sistem pembuangan limbah.

(5) Dalam melakukan penilaian kelayakan lokasi sesuai

dengan peruntukan dan pemenuhan persyaratan

perizinan Rumah Sakit lain sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) huruf d, Menteri dapat melakukan teguran

terhadap institusi pemberi izin masing-masing

Pemerintah Daerah yang memberikan notifikasi

pemenuhan komitmen atau institusi pemberi Izin

Operasional tidak sesuai dengan ketentuan peraturan

Menteri ini.

(6) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan melalui:

a. advokasi, sosialisasi, supervisi, konsultasi, dan

bimbingan teknis;

b. pendidikan dan pelatihan;

c. pemantauan dan evaluasi; dan/atau

d. reviu kelas Rumah Sakit.

Pasal 57

(1) Reviu kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 56 ayat (6) huruf d merupakan pelaksanaan

monitoring dan evaluasi oleh Menteri dalam rangka

kesesuaian klasifikasi Rumah Sakit sesuai dengan

Page 37: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -37-

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Selain dalam rangka kesesuaian klasifikasi Rumah Sakit,

reviu kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilaksanakan untuk memperoleh gambaran

sebaran kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan

dalam penataan sistem rujukan.

(3) Menteri mendelegasikan pelaksanaan reviu kelas Rumah

Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada

Direktur Jenderal.

(4) Reviu kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a. reviu kelas Rumah Sakit yang dilakukan secara

nasional; dan

b. reviu kelas Rumah Sakit yang dilakukan

berdasarkan laporan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan.

(5) Reviu kelas Rumah Sakit yang dilakukan berdasarkan

laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b

dilaksanakan apabila ditemukan ketidaksesuaian kelas

Rumah Sakit pada saat kredensial atau rekredensial.

(6) Hasil reviu kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dipergunakan oleh Menteri, gubernur, atau

bupati/wali kota dalam melakukan penetapan kelas

Rumah Sakit yang baru, dan/atau Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan dalam penyesuaian kontrak

dengan Rumah Sakit.

(7) Dalam hal Rumah Sakit berkeberatan terhadap hasil

reviu kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada

ayat (6), Rumah Sakit dapat mengajukan keberatan

disertai alasannya kepada Kementerian Kesehatan paling

lama 14 (empat belas) hari sejak hasil reviu kelas Rumah

Sakit.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai reviu kelas Rumah Sakit

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

dengan menggunakan pedoman reviu kelas yang

ditetapkan oleh Menteri.

Page 38: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -38-

Pasal 58

(1) Dalam melaksanakan pengawasan, Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah mengangkat tenaga pengawas

berdasarkan kompetensi dan keahliannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Tenaga pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

melaksanakan pengawasan yang bersifat teknis medis

dan teknis perumahsakitan.

Pasal 59

(1) Menteri, gubernur, bupati/wali kota dalam

melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 57 dapat mengenakan tindakan

administratif terhadap Rumah Sakit yang tidak menaati

ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis,

penyesuaian Izin Operasional, pemberhentian sementara

sebagian kegiatan Rumah Sakit, pencabutan izin praktik

tenaga kesehatan, dan/atau pencabutan Izin

Operasional.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 60

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku:

a. Rumah Sakit yang telah memiliki izin Mendirikan

dan Izin Operasional berdasarkan ketentuan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014

tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26

Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha

Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan,

tetap berlaku sampai habis masa berlakunya izin;

b. Rumah Sakit yang sedang dalam proses pengajuan

Izin mendirikan dan/atau Izin Operasional baru

Page 39: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -39-

atau perpanjangan dan telah memenuhi persyaratan

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56

Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor

Kesehatan, tetap diberikan Izin Mendirikan

dan/atau Izin Operasional sesuai dengan ketentuan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014

tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018

tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi

Secara Elektronik Sektor Kesehatan;

c. Rumah Sakit kelas C dan kelas D yang telah

memiliki izin penyelenggaraan untuk memberikan

pelayanan kesehatan tertentu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30, masih dapat memberikan

pelayanan paling lambat 10 (sepuluh) tahun sejak

Peraturan Menteri ini diundangkan.

d. Reviu kelas terhadap Rumah Sakit yang telah

memiliki Izin Operasional berdasarkan ketentuan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014

tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26

Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha

Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan,

dilakukan menggunakan kriteria klasifikasi Rumah

Sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit atau Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang

Klasifikasi Rumah Sakit;

e. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan

dan Izin Operasional berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi

dan Perizinan Rumah Sakit dan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan

Page 40: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -40-

Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

Sektor Kesehatan harus menyesuaikan dengan

ketentuan Peraturan Menteri ini paling lambat 1

(satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini

diundangkan; dan

f. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional

dan/atau perpanjangan Izin Operasional dan telah

memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan/atau

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018

tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi

Secara Elektronik Sektor Kesehatan, harus memiliki

tenaga tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,

Pasal 16, dan Pasal 26 paling lambat 4 (empat)

tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

(2) Rumah Sakit kelas C dan kelas D yang akan tetap

memberikan pelayanan kesehatan tertentu setelah

ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c, harus menyesuaikan klasifikasinya

sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini.

(3) Ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf (e) tidak berlaku bagi Rumah Sakit yang

sudah memiliki izin operasional tetapi bangunan tidak

terintegrasi dan tidak saling terhubung sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2).

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 61

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

659/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Rumah Sakit

Indonesia Kelas Dunia;

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah

Page 41: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -41-

Sakit;

c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014

tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221);

dan

d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018

tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi

Secara Elektronik Sektor Kesehatan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 887), sepanjang

mengatur persyaratan dan perizinan rumah sakit,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 62

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Page 42: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -42-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 Agustus 2019

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 26 September 2019

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

Page 43: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -43-

Page 44: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -44-

Page 45: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -45-

Page 46: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -46-

Page 47: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -47-

Page 48: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -48-

Page 49: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -49-

Page 50: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -50-

Page 51: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -51-

Page 52: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -52-

Page 53: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -53-

Page 54: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -54-

Page 55: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -55-

Page 56: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -56-

Page 57: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -57-

Page 58: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -58-

Page 59: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -59-

Page 60: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -60-

Page 61: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -61-

Page 62: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -62-

Page 63: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -63-

Page 64: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -64-

Page 65: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -65-

Page 66: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -66-

Page 67: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -67-

Page 68: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -68-

Page 69: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -69-

Page 70: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -70-

Page 71: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -71-

Page 72: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -72-

Page 73: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -73-

Page 74: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -74-

Page 75: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -75-

Page 76: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -76-

Page 77: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -77-

Page 78: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -78-

Page 79: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -79-

Page 80: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -80-

Page 81: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -81-

Page 82: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -82-

Page 83: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -83-

Page 84: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -84-

Page 85: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -85-

Page 86: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -86-

Page 87: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -87-

Page 88: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -88-

Page 89: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -89-

Page 90: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -90-

Page 91: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -91-

Page 92: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -92-

Page 93: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -93-

Page 94: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -94-

Page 95: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -95-

Page 96: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -96-

Page 97: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -97-

Page 98: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -98-

Page 99: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -99-

Page 100: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -100-

Page 101: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -101-

Page 102: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -102-

Page 103: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -103-

Page 104: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -104-

Page 105: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -105-

Page 106: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229 , Tambahan Lembaran

2019, No.1107 -106-