Upload
doandien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1818, 2015 KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 217/PMK.05/2015
TENTANG
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL NOMOR 13 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
ketentuan mengenai standar akuntansi pemerintahan
dinyatakan dalam bentuk pernyataan standar akuntansi
pemerintahan;
b. bahwa untuk penyusunan dan penyajian laporan
keuangan Badan Layanan Umum, perlu diatur
ketentuan mengenai penyajian, pedoman struktur, dan
persyaratan minimum isi laporan keuangan Badan
Layanan Umum dalam suatu pernyataan standar
akuntansi pemerintahan;
c. bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, dalam hal diperlukan
perubahan terhadap Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan, perubahan tersebut diatur dengan
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -2-
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan;
d. bahwa Ketua Badan Pemeriksa Keuangan melalui surat
Nomor 1005/S/I-XII/09/2014 tanggal 3 September 2014
telah memberikan pertimbangan atas Rancangan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah tentang
Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum;
Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERNYATAAN
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
NOMOR 13 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
2. Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan,
pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi
dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta
penginterpretasian atas hasilnya.
3. Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya
disingkat SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -3-
4. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
selanjutnya disingkat PSAP adalah SAP yang diberi
judul, nomor, dan tanggal efektif.
Pasal 2
Badan Layanan Umum selaku entitas akuntansi dan entitas
pelaporan menyusun laporan keuangan berbasis akrual.
Pasal 3
Penyusunan laporan keuangan berbasis akrual oleh Badan
Layanan Umum selaku entitas akuntansi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan mulai Tahun 2015 sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah pusat.
Pasal 4
Penyusunan laporan keuangan berbasis akrual oleh Badan
Layanan Umum selaku entitas pelaporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan dengan menggunakan
SAP berbasis akrual.
Pasal 5
(1) SAP berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 dinyatakan dalam bentuk PSAP Nomor 13
tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan
Umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(2) PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Lampiran I Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Pasal 6
PSAP Nomor 13 tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan
Layanan Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -4-
ini digunakan untuk menyusun laporan keuangan Badan
Layanan Umum selaku entitas pelaporan mulai Tahun 2016.
Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -5-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Desember 2015
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BAMBANG P.S. BRODJONEGORO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 Desember 2015
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -6-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2015
TENTANG
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL NOMOR 13 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
NOMOR 13 TENTANG
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -7-
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL
PERNYATAAN NO 13
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -8-
DAFTAR ISI
PARAGRAF PENDAHULUAN 1-7 TUJUAN 3 RUANG LINGKUP 4-5 ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN 6-7 DEFINISI 8-9 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM 10 TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
11
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
12-13
STRUKTUR DAN ISI 14-16 PENDAHULUAN 14 PERIODE PELAPORAN 15 TEPAT WAKTU 16 LAPORAN REALISASI ANGGARAN 17-51 LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH 52-55 NERACA 56-71 LAPORAN OPERASIONAL 72-89 LAPORAN ARUS KAS 90- 111 AKTIVITAS OPERASI 92-93 AKTIVITAS INVESTASI 94-99 AKTIVITAS PENDANAAN 100-106 AKTIVITAS TRANSITORIS 107-111 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS 112-115 PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM KE DALAM LAPORAN KEUANGAN ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN
116 –123
PENGHENTIAN SATUAN KERJA BADAN LAYANAN UMUM MENJADI SATUAN KERJA BIASA
124-125
TANGGAL EFEKTIF 126
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -9-
Lampiran:
Ilustrasi Lampiran PSAP 13.A : Contoh Format Laporan Realisasi
Anggaran Badan Layanan Umum
Ilustrasi Lampiran PSAP 13.B : Contoh Format Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih Badan Layanan
Umum
Ilustrasi Lampiran PSAP 13.C : Contoh Format Neraca Badan
Layanan Umum
Ilustrasi Lampiran PSAP 13.D : Contoh Format Laporan Operasional
Badan Layanan Umum
Ilustrasi Lampiran PSAP 13.E : Contoh Format Laporan Arus Kas
Badan Layanan Umum
Ilustrasi Lampiran PSAP 13.F : Contoh Format Laporan Perubahan
Ekuitas Badan Layanan Umum
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -10-
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
NOMOR 13
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM
Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, satuan kerja dapat ditetapkan menjadi satuan kerja yang
menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU).
Satuan kerja tersebut diberikan fleksibitas pengelolaan keuangan dengan
menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan tanpa mengutamakan keuntungan, melakukan kegiatannya
dengan prinsip efisiensi dan produktivitas. Satuan kerja pemerintah
dimaksud memberikan layanan publik, seperti pemberian layanan
barang/jasa, pengelolaan dana khusus, dan pengelolaan kawasan.
2. Sesuai dengan ketentuan, satuan kerja yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan,
antara lain pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas,
pengelolaan utang-piutang, pengelolaan investasi dan pengadaan
barang/jasa, kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional non
Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada
pegawai sesuai dengan kontribusinya.
TUJUAN 3. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan
keuangan BLU dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan
keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar BLU. Untuk
mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan
dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -11-
keuangan dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan
keuangan disusun dengan menerapkan akuntansi berbasis akrual.
RUANG LINGKUP 4. Secara umum, Standar Akuntansi Badan Layanan Umum
mengacu pada seluruh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), kecuali diatur tersendiri dalam PSAP ini.
5. BLU merupakan instansi di lingkungan pemerintah pusat/daerah yang mengelola kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan. Sebagai instansi pemerintah, BLU menerapkan pernyataan standar ini dalam menyusun laporan keuangan.
ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN
6. BLU adalah entitas pelaporan karena merupakan satuan kerja pelayanan yang walaupun bukan berbentuk badan hukum yang mengelola kekayaan negara/daerah yang dipisahkan, mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. pendanaan entitas tersebut merupakan bagian dari APBN/APBD; b. entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan; c. pimpinan entitas tersebut adalah pejabat yang diangkat atau
ditunjuk; d. entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung
kepada entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya dan secara tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran;
e. mempunyai kewenangan dalam pengelolaan keuangan, antara lain penggunaan pendapatan, pengelolaan kas, investasi, dan pinjaman sesuai dengan ketentuan;
f. memberikan jasa layanan kepada masyarakat/pihak ketiga; g. mengelola sumber daya yang terpisah dari entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya; h. mempunyai pengaruh signifikan dalam pencapaian program
pemerintah; dan i. laporan keuangan BLU diaudit dan diberi opini oleh auditor
eksternal. 7. Selaku penerima anggaran belanja pemerintah (APBN/APBD)
yang menyelenggarakan akuntansi, BLU adalah entitas akuntansi,
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -12-
yang laporan keuangannya dikonsolidasikan pada entitas akuntansi/entitas pelaporan yang secara organisatoris membawahinya.
DEFINISI 8. Badan Layanan Umum yang selanjutnya disingkat BLU adalah
instansi di lingkungan pemerintah pusat/pemerintah daerah dan yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
9. Laporan Keuangan BLU adalah bentuk pertanggungjawaban BLU yang disajikan dalam bentuk Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM 10. Laporan keuangan BLU merupakan laporan yang terstruktur
mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh BLU.
Tujuan umum laporan keuangan BLU adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil
operasi, dan perubahan ekuitas BLU yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan BLU adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya, dengan:
a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas BLU;
b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas BLU;
c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya;
e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -13-
f. menyediakan informasi mengenai potensi BLU untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan BLU; dan
g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
dan kemandirian BLU dalam mendanai aktivitasnya.
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
11. Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLU
berada pada pimpinan BLU atau pejabat yang ditunjuk.
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM 12. Komponen laporan keuangan BLU terdiri atas:
a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; c. Neraca; d. Laporan Operasional; e. Laporan Arus Kas; f. Laporan Perubahan Ekuitas; dan g. Catatan atas Laporan Keuangan.
13. Laporan keuangan BLU memberikan informasi tentang sumber daya
ekonomi dan kewajiban BLU pada tanggal pelaporan dan arus sumber daya
ekonomi selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan pengguna untuk
melakukan penilaian terhadap kemampuan ekonomi BLU dalam
menyelenggarakan kegiatannya di masa mendatang.
STRUKTUR DAN ISI
PENDAHULUAN 14. Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pengungkapan
tertentu pada lembar muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan
pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan atau
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
PERIODE PELAPORAN 15. Laporan keuangan BLU disajikan paling kurang sekali dalam
setahun.
16.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -14-
TEPAT WAKTU 17. Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak
tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal
pelaporan. Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu
BLU bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan yang
tepat waktu.
LAPORAN REALISASI ANGGARAN 18. Laporan Realisasi Anggaran BLU menyajikan informasi
realisasi pendapatan-LRA, belanja, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
19. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) BLU paling kurang mencakup pos-pos sebagai berikut: a. Pendapatan-LRA; b. Belanja; c. Surplus/defisit-LRA; d. Penerimaan pembiayaan; e. Pengeluaran pembiayaan; f. Pembiayaan neto; dan g. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).
20. Pendapatan BLU yang dikelola sendiri dan tidak disetor ke Kas Negara/Daerah merupakan pendapatan negara/daerah.
21. Satuan kerja pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan BLU diberikan fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan anggaran,
termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan
pengadaan barang/jasa. Salah satu bentuk fleksibilitas dalam pengelolaan
pendapatan adalah bahwa pendapatan dapat dikelola langsung untuk
membiayai belanjanya. Pendapatan yang dikelola langsung untuk membiayai
belanja tersebut berarti bahwa pendapatan BLU tidak disetorkan terlebih
dahulu ke Kas Negara/Kas Daerah. Setiap pendapatan dan belanja
dilaporkan kepada unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
untuk mendapatkan persetujuan atau pengesahan.
22. Pendapatan-LRA pada BLU diakui pada saat pendapatan kas yang diterima BLU diakui sebagai pendapatan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -15-
23. Pemerintah dapat membuat mekanisme pengakuan pendapatan-
LRA BLU sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkup pemerintah
tersebut. Misalnya, pemerintah membuat mekanisme pengesahan
pendapatan-LRA BLU yang disampaikan kepada Bendahara Umum Negara
(BUN)/Bendahara Umum Daerah (BUD).
24. Dalam hal bendahara penerimaan pendapatan-LRA BLU merupakan
bagian dari BUN/BUD, maka pendapatan-LRA BLU diakui pada saat kas
diterima oleh bendahara penerimaan BLU.
25. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
26. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
27. Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian pendapatan yang merupakan hak mitra KSO.
28. Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan LRA BLU tahun berjalan dibukukan sebagai pengurang SiLPA pada BLU penambah SiLPA pada pemerintah pusat/daerah.
29. Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan LRA BLU tahun sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada BLU dan penambah SAL pada pemerintah pusat/pemerintah daerah.
30. Pendapatan-LRA pada BLU diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
31. Pendapatan-LRA pada BLU merupakan pendapatan bukan pajak.
32. Termasuk pendapatan bukan pajak pada BLU adalah: a. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat; b. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas
akuntansi/entitas pelaporan; c. Pendapatan hasil kerja sama; d. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas; dan e. Pendapatan BLU lainnya.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -16-
33. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 31 huruf a adalah imbalan yang diperoleh dari jasa
layanan yang diberikan kepada masyarakat.
34. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 31 huruf b adalah imbalan
yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahi maupun yang tidak
membawahinya.
35. Pendapatan hasil kerja sama sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 31 huruf c adalah perolehan dari kerjasama operasional, sewa-
menyewa, dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLU.
36. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 31 huruf d adalah pendapatan yang diterima dari
masyarakat atau badan lain berupa kas, tanpa adanya kewajiban bagi BLU
untuk menyerahkan barang/jasa.
37. Pendapatan BLU lainnya sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 31
huruf e, antara lain berupa:
a. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
dan/atau
e. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLU.
38. Pendapatan Hibah berupa barang/jasa tidak dilaporkan pada LRA
karena pengakuan pendapatan berbasis kas. Pendapatan Hibah berupa
barang/jasa dilaporkan pada Laporan Operasional yang berbasis akrual.
39. Contoh pendapatan layanan yang bersumber dari entitas
akuntansi/entitas pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 31
huruf b adalah Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BLU memperoleh
pendapatan dari Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP) mahasiswa
yang didanai dari anggaran kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD).
40. Belanja pada BLU diakui pada saat pengeluaran kas yang dilakukan oleh BLU disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -17-
41. Belanja pada BLU diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi, dan fungsi.
42. Klasifikasi ekonomi untuk BLU, yaitu belanja pegawai, belanja
barang, dan belanja modal.
43. Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja pada BLU selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA.
44. Transaksi pembiayaan dapat terjadi pada BLU yang melakukan
transaksi perolehan pinjaman dan/atau investasi jangka panjang.
Penerimaan pembiayaan pada BLU terjadi pada saat pinjaman jangka
panjang diterima dan/atau divestasi investasi jangka panjang dilaksanakan.
Sementara, pengeluaran pembiayaan pada BLU terjadi pada saat pelunasan
pinjaman jangka panjang dan/atau pengeluaran investasi jangka panjang.
45. Penerimaan pembiayaan pada BLU diakui pada saat kas yang diterima BLU disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
46. Pengeluaran pembiayaan pada BLU diakui pada saat pengeluaran pembiayaan disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
47. Penambahan pokok investasi yang berasal dari pendapatan BLU diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
48. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.
49. Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan Belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
50. Apabila BLU menerima alokasi anggaran selain dari entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya, maka BLU menyusun LRA sesuai dengan entitas akuntansi/entitas pelaporan yang mengalokasikan anggaran tersebut.
51. Alokasi anggaran yang diterima oleh BLU sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 49 adalah alokasi anggaran yang tidak terkait dengan imbalan
jasa layanan yang diberikan oleh BLU kepada entitas pelaporan yang
mengalokasikan anggaran tersebut, misalnya alokasi anggaran untuk Dana
Bergulir yang diberikan oleh BUN/BUD kepada BLU yang berada di bawah
kementerian/lembaga/pemerintah daerah/SKPD.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -18-
52. Contoh format LRA BLU disajikan pada ilustrasi PSAP ini. Ilustrasi
hanya merupakan contoh dan bukan merupakan bagian dari standar. Tujuan
ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar untuk membantu
dalam pelaporan keuangan.
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH 53. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
54. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih BLU menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut: a. Saldo Anggaran Lebih awal; b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; e. Lain-lain; dan f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
55. Di samping itu, BLU menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
56. Contoh format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih BLU
disajikan pada ilustrasi PSAP ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan
bukan merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah
menggambarkan penerapan standar untuk membantu dalam pelaporan
keuangan.
NERACA 57. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
58. Neraca BLU menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut:
a. Kas dan setara kas; b. Investasi jangka pendek; c. piutang dari kegiatan BLU; d. persediaan; e. Investasi jangka panjang;
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -19-
f. aset tetap; g. aset lainnya; h. kewajiban jangka pendek; i. kewajiban jangka panjang; dan j. ekuitas.
59. Kas dan setara kas pada neraca BLU merupakan kas yang berasal
dari pendapatan BLU baik yang telah dan yang belum diakui oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
60. Kas pada BLU yang sudah dipertanggungjawabkan kepada unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum merupakan bagian dari Saldo Anggaran Lebih.
61. Dalam rangka perhitungan saldo kas dengan catatan SAL pada
BLU, BLU harus dapat mengidentifikasikan kas pada BLU yang berasal dari
pendapatan yang telah diakui oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
62. BLU sesuai dengan karakteristiknya dapat mengelola kas yang
bukan milik BLU dan/atau sisa kas dana investasi yang berasal dari
APBN/APBD.
63. Dana kas BLU yang bukan milik BLU diakui sebagai kas dan setara kas.
64. Dana kas sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62 antara lain:
a. Dana titipan pihak ketiga;
b. Uang jaminan; dan
c. Uang muka pasien rumah sakit.
65. Kas yang berasal dari sisa dana investasi APBN/APBD diakui sebagai aset lainnya.
66. Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan BLU pada tahun berjalan maupun tahun sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada BLU penambah ekuitas pada Pemerintah Pusat/Daerah.
67. Sesuai dengan peraturan perundangan-undangan, BLU tidak dapat
melakukan investasi jangka panjang kecuali atas persetujuan Menteri
Keuangan atau Gubernur/Bupati/Walikota. Investasi jangka panjang
dimaksud terdiri dari investasi permanen dan investasi nonpermanen.
68. Investasi permanen pada BLU, antara lain berbentuk penyertaan
modal.
69. Investasi nonpermanen pada BLU, antara lain sebagai berikut:
a. Investasi pemberian pinjaman kepada pihak lain;
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -20-
b. Investasi dalam bentuk dana bergulir;dan
c. Investasi nonpermanen lainnya.
70. Walaupun kepemilikan investasi pada BLU ada pada BUN/BUD, tetapi investasi tersebut tetap dilaporkan pada laporan keuangan BLU. Perlakuan pelaporan investasi ini selaras dengan status BLU sebagai entitas pelaporan, dimana seluruh sumber daya ekonomi yang digunakan BLU dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam melayani masyarakat harus dilaporkan dalam laporan keuangan BLU.
71. BUN/BUD sebagai pemilik investasi melaporkan juga investasi yang
dicatat oleh BLU pada laporan keuangan BUN/BUD.
72. Contoh format Neraca BLU disajikan dalam ilustrasi PSAP ini.
Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan merupakan bagian dari
standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar
untuk membantu dalam pelaporan keuangan.
LAPORAN OPERASIONAL 73. Laporan Operasional (LO) menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
74. Struktur Laporan Operasional BLU mencakup pos-pos sebagai berikut: a. Pendapatan-LO; b. Beban; c. Surplus/Defisit dari kegiatan operasional; d. Kegiatan nonoperasional; e. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa; f. Pos Luar Biasa; dan g. Surplus/Defisit-LO.
75. BLU menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber pendapatan, yang terdiri atas: a. Pendapatan dari alokasi APBN/APBD; b. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat; c. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas
akuntansi/entitas pelaporan; d. Pendapatan hasil kerja sama;
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -21-
e. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas/barang/jasa; dan
f. Pendapatan BLU lainnya.
Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
76. BLU menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi
jenis beban. Klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan
perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
77. Pendapatan-LO pada BLU diakui pada saat: a. Timbulnya hak atas pendapatan; b. Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber
daya ekonomi. 78. Pendapatan-LO pada BLU yang diperoleh sebagai imbalan atas
suatu pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih
imbalan. 79. Pendapatan-LO pada BLU yang diakui pada saat direalisasi adalah
hak yang telah diterima oleh BLU tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
80. Pendapatan-LO pada BLU merupakan pendapatan bukan pajak.
81. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
82. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
83. Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian pendapatan yang merupakan hak mitra KSO.
84. Beban pada BLU diakui pada saat: a. timbulnya kewajiban; b. terjadinya konsumsi aset; dan/atau c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -22-
85. Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari
pihak lain ke BLU tanpa diikuti keluarnya kas.
86. Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat
pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban
dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional BLU.
87. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi
pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.
88. Beban pada BLU diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
89. Klasifikasi ekonomi untuk BLU yaitu beban pegawai, beban barang,
beban penyisihan, dan beban penyusutan aset tetap/amortisasi.
90. Contoh format Laporan Operasional BLU disajikan dalam ilustrasi
standar ini. Ilustrasi merupakan contoh dan bukan merupakan bagian dari
standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar
untuk membantu dalam klarifikasi artinya.
LAPORAN ARUS KAS 91. Laporan Arus Kas pada BLU menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas, dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan pada BLU.
92. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
AKTIVITAS OPERASI 93. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
a. Pendapatan dari alokasi APBN/APBD;
b. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
c. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan;
d. Pendapatan hasil kerja sama;
e. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas; dan
f. Pendapatan BLU lainnya.
94. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
a. Pembayaran Pegawai;
b. Pembayaran Barang;
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -23-
c. Pembayaran Bunga; dan
d. Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa,
AKTIVITAS INVESTASI 95. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi
lainnya, tidak termasuk investasi jangka pendek dan setara kas.
96. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
BLU kepada masyarakat di masa yang akan datang.
97. Arus masuk kas dari aktivitas investasi, antara lain terdiri atas: a. Penjualan Aset Tetap;
b. Penjualan Aset Lainnya;
c. Penerimaan dari Divestasi; dan
d. Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
98. Investasi yang dilakukan oleh BLU dapat berasal dari pendapatan
BLU dan APBN/APBD. Penerimaan dari Divestasi sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 96 huruf c dan Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 96 huruf d merupakan penerimaan
dari divestasi dan penjualan investasi yang berasal dari pendapatan BLU dan
investasi yang berasal dari APBN/APBD. 99. Arus keluar kas dari aktivitas investasi, antara lain terdiri atas:
a. Perolehan Aset Tetap;
b. Perolehan Aset Lainnya;
c. Penyertaan Modal;
d. Pembelian Investasi dalam bentuk sekuritas; dan
e. Perolehan investasi jangka panjang lainnya;
100. Pengeluaran atas penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 98 huruf c, pembelian Investasi dalam bentuk sekuritas
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 98 huruf d, dan perolehan Investasi
jangka panjang lainnya sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 98 huruf e
merupakan pengeluaran dari divestasi dan pembelian investasi yang berasal
dari pendapatan BLU dan pengeluaran investasi yang berasal dari
APBN/APBD.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -24-
AKTIVITAS PENDANAAN
101. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang yang berhubungan dengan pemberian pinjaman jangka panjang
dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah dan komposisi pinjaman jangka panjang dan utang jangka
panjang.
102. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian
pinjaman jangka panjang.
103. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan, antara lain sebagai
berikut: a. Penerimaan pinjaman; dan
b. Penerimaan dana dari APBN/APBD untuk diinvestasikan.
104. Sebagai bagian dari Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah,
BLU dapat memperoleh dana dari APBN/APBD untuk tujuan investasi BLU.
Penerimaan dana dari APBN/APBD untuk diinvestasikan sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 102 huruf b merupakan penerimaan dana dari
APBN/APBD yang disajikan sebagai dana kelolaan BLU dalam kelompok aset
lainnya dan utang jangka panjang kepada BUN/BUD pada neraca.
105. Dengan mengakui penerimaan dana tersebut sebagai utang, BLU
harus mengakui penerimaan dana dalam arus masuk kas aktivitas
pendanaan. Sebaliknya, jika BLU menyetor kembali dana investasi ke
BUN/BUD maka penyetoran dana investasi tersebut diakui sebagai arus
keluar kas dalam aktivitas pendanaan.
106. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan, antara lain sebagai
berikut: a. Pembayaran pokok pinjaman; dan
b. Pengembalian investasi dana dari APBN/APBD ke BUN/BUD.
107. Pengembalian investasi dana dari APBN/APBD ke BUN/BUD
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 105 huruf b merupakan
pengembalian investasi yang berasal dari APBN/APBD karena penarikan dana
investasi dari masyarakat.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -25-
AKTIVITAS TRANSITORIS 108. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
109. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan
pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris, antara lain
transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK). PFK menggambarkan kas yang
berasal dari jumlah dana yang diterima secara tunai untuk pihak ketiga,
misalnya potongan Pajak.
110. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris, meliputi penerimaan PFK.
111. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris, meliputi pengeluaran PFK.
112. Contoh format Laporan Arus Kas BLU disajikan dalam ilustrasi
PSAP ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan merupakan bagian
dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar
untuk membantu dalam pelaporan keuangan.
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS 113. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
114. Laporan Perubahan Ekuitas pada BLU menyajikan paling kurang pos-pos sebagai berikut: a. Ekuitas awal; b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya: 1). koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya; dan 2). perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas akhir. 115. Di samping itu, BLU menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-
unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -26-
116. Contoh format Laporan Perubahan Ekuitas pada BLU disajikan
pada ilustrasi PSAP ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan
merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan
penerapan standar untuk membantu dalam pelaporan keuangan.
PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM KE DALAM LAPORAN KEUANGAN ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN
117. Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas BLU digabungkan pada laporan keuangan entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
118. Seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada LRA BLU dikonsolidasikan ke dalam LRA entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
119. Sesuai dengan karakteristik entitas akuntansi/entitas pelaporan
yang tidak berstatus BLU, unsur LRA entitas tersebut terdiri dari pendapatan
dan belanja serta tidak mempunyai unsur surplus/defisit dan SiLPA. Dalam
hal entitas akuntansi/pelaporan membawahi satuan kerja BLU, LRA
konsolidasian entitas akuntansi/entitas pelaporan tersebut mengikuti format
LRA BLU.
120. Laporan Arus Kas BLU dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
121. Transaksi dalam Laporan Arus Kas BLU yang dikonsolidasikan pada
Laporan Arus Kas unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
adalah pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang telah disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
122. Laporan Perubahan SAL BLU tidak digabungkan pada laporan
keuangan entitas pelaporan yang membawahinya karena entitas pelaporan
tersebut tidak menyajikan Laporan Perubahan SAL termasuk pemerintah
daerah.
123. Laporan Perubahan SAL BLU digabungkan dalam Laporan Perubahan SAL Bendahara Umum Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.
124. Dalam rangka konsolidasian laporan keuangan BLU ke dalam laporan keuangan entitas yang membawahinya, perlu dilakukan eliminasi terhadap akun-akun timbal balik (reciprocal accounts) seperti
www.peraturan.go.id
2015, No.1818 -27-
pendapatan, beban, aset, dan kewajiban yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan dalam satu entitas pemerintahan kecuali akun-akun pendapatan dan belanja pada LRA yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan sebagaimana dinyatakan pada Paragraf 31 huruf b.
PENGHENTIAN SATUAN KERJA BADAN LAYANAN UMUM MENJADI SATUAN KERJA BIASA
125. Sesuai ketentuan perundangan, pemerintah dapat mencabut status
pola pengelolaan keuangan BLU pada satuan kerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah. 126. Dalam hal satuan kerja tidak lagi menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU, maka satuan kerja tersebut menyusun laporan keuangan selayaknya entitas akuntansi pemerintah lainnya, dan satuan kerja tersebut harus menyusun laporan keuangan penutup per tanggal pencabutan statusnya sebagai BLU.
TANGGAL EFEKTIF 127. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini
berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan mulai Tahun Anggaran 2016.
www.peraturan.go.id