23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Spesimen Ikan 2.1.1. Klasifikasi Ikan Betutu Klasifikasi: Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Eleotridae Genus : Oxyeleotris Spesies : Oxyeleotris marmorata Gambar 1. Ikan Betutu 3

Betutu 14

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FPIK, BIOPER

Citation preview

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Spesimen Ikan2.1.1. Klasifikasi Ikan BetutuKlasifikasi: Kerajaan : AnimaliaFilum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Eleotridae Genus : Oxyeleotris Spesies : Oxyeleotris marmorata

Gambar 1. Ikan Betutukan Betutu (Oxyeleotris marmorata) adalah nama ikan air tawar. Dalam bahasa Inggris disebut marble goby atau marble sleeper, merujuk pada pola-pola warna di tubuhnya yang serupa batu pualam kemerahan. Di berbagai daerah di Indonesia ikan ini memiliki nama bakut, bakutut, belosoh, beloso, boso, boboso, bodobodo, ikan bodoh, gabus bodoh, ketutuk, ikan malas, ikan hantu dan lain-lain. Meskipun jarang yang berukuran besar, ikan yang banyak terdapat di negara-negara Asia Tenggara ini (termasuk Indonesia) diburu oleh banyak pemancing karena tarikannya yang kuat dan tiba-tiba dan karena khasiat yang ditawarkan oleh ikan ini. Ikan betutu memang mendapatkan julukan gabus malas atau ikan malas karena ikan ini memang malas berpindah tempat. Sekalipun diusik, dia cenderung diam saja di dasar air. Hanya di malam hari ikan betutu aktif mencari makan (nocturnal) berupa udang-udang kecil, kepiting, dan siput air. Ikan ini banyak kita jumpai di sungai-sungai, rawa, waduk, ataupun saluran-saluran air. Ikan dengan ciri berkepala besar ini memiliki panjang tubuh maksimum sekitar 65 cm, namun kebanyakan antara 2040 cm atau kurang. Berwarna merah bata pudar, kecoklatan atau kehitaman, dengan pola-pola gelap simetris di tubuhnya. Tanpa bercak bulat (ocellus) di pangkal ekornya. Ciri-ciri lainnya adalah sirip dorsal (punggung) yang sebelah muka dengan enam jari-jari yang keras (duri); dan yang sebelah belakang dengan satu duri dan sembilan jari-jari yang lunak. Sirip anal dengan satu duri dan 78 jari-jari lunak. Sisik-sisik di tengah punggung, dari belakang kepala hingga pangkal sirip dorsal (predorsal scales) 6065 buah. Sisik-sisik di sisi tubuh, di sepanjang gurat sisi (lateral row scales) 8090 buah. Ikan betutu cenderung pendiam sehingga tidak membutuhkan kolam yg besar, karena justru menghambat pertumbuhan lantaran kesulitan menangkap mangsa. Proporsi jumlah ikan dalam tiap meter kolam adalah 10 15 ekor dewasa. Sedangkan kolam berukuran 1 m2 cukup untuk menampung bibit ukuran ( 1 -3 cm ) sebanyak 1000 2000 ekor . Kedalaman air yang ideal 25 30 cm.

2.1.2. Habitat dan Distribusi Ikan BetutuHabitat betutu rsebar luas, meliputi perairan-perairan tawar di daerah beriklim tropis atau subtropics. Betu menyenangi temapt yng arusnya tenang dan berlumpur seperti rawa, danau, atau muara sungai. Ikan ini gemar sekali membenamkan dirinya di dalam lumpur. Tempat-tempat yang banyak tumbuhan airnya juga disukai sebagai tempat berlindung dan sekaligus tempat melangsungkan pemijahan.Di Jawa Barat, pada awalnya betutu belum dikenal oleh penduduk disekitar Waduk Saguling. Ikan ini mulai terperangkap di perairan tersebut pada awal tahun 1987. Penyebarannya diduga berasal dari para petani yang berusaha memeliharanya dalam karamba di aliran sungai citarum. Akibat seringnya banjir melanda sungai ini dengan mudah menyebar dan berkembang biak di seluruh perairan Waduk Saguling.

2.1.3. Reproduksi Ikan BetutuIkan Betutu dikenal sebagai ikan yang suka kawin. Pemijahannya tidak mengenal musim dan dapat berlangsung sepanjang tahun, tiga sampai empat kali dalam setahun. Kemampuan memijah biasanya meningkat pada saat musim hujan. Periode pemijahan relatif pendek, mungkin karena ukuran telur-telur yang ada di dalam goand nya hampir seragam. Ikan ini memilih waktu malam hari sebagai saat yang tepat untuk melangsungkan perkawinan. Namun di siang hari pun mereka kadang-kadang tak segan-segan memijah.Dalam perkawinannnya, induk betina akan melekatkan telur-telurnya pada substrat yang ada. Bersamaan dengan itu, sang jantan akan terus mendampinginya sambil melepaskan spermanya untuk membuahi telur tersebut. Peristiwa pembuahanya terjadi di dalam air (di luar tubuh). Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi embrio dan akan menetas kira-kira 2-3 hari kemudian. Dalam sekali pemijahan, induk betina sanggup melepaskam telur hingga 40.000 butir.

2.1.4. Ciri Ikan Betutu Jantan dan BetinaAdapun ciri ikan betutu jantan dan ikan betutu betina adalah sebagai berikut: Ciri induk jantan yaitu warna tubuhnya umumnya lebih gelap dari pada betina. Pada urogenital ikan betutu jantan berbentuk bulat dan terdapat titik di tengah bulatan urogenital tersebut. Ciri induk betina yaitu warna tubuhnya lebih cerah daripada ikan betutu jantan. Pada urogenital ikan betutu betina berbentuk segitiga dan berwarna merah muda, dan menojol keluar tubuh.

2.1.5. Siklus Hidup Ikan BetutuSiklus hidup ikan betutu dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan Betutu dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan betutu sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.

2.2 Hubungan Panjang BeratPertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu akibat terjadinya pembelahan sel secara mitosis yang disebabkan oleh kelebihan jumlah input energi dan asam amino yang berasal dari makanan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut adalah sebagai berikut.1. Faktor dalam umumnya faktor yang sulit dikontrol, diantaranya adalah keturunan, parasit, penyakit, jenis kelamin dan umur.2. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan.3. Faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya adalah oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas.Meskipun secara umum faktor lingkungan memiliki peranan yang sangat penting, yaitu makanan dan suhu perairan, namun di daerah tropis makanan lebih berperan penting dibandingkan dengan suhu perairan. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran sistem metrik dengan satuan panjang millimeter. Ada dua ukuran panjang yang diukur, yaitu total length dan standard length. Total Length/TL (Panjang Total)Adalah panjang ikan yang diukur dari mulai ujung terdepan bagian kepala hingga ujung terakhir bagian ekornya. Standard Length/SL (Panjang Standard)Adalah panjang ikan yang diukur dari mulai ujung terdepan bagian kepala hingga ujung terakhir tulang ekornya.Berat dapat diangggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Pengukuran berat dari berbagai penimbangan ikan yang paling tepat adalah dengan menggunakan timbangan duduk dan timbangan gantung, adapun keuntungan yang dimiliki dari kedua timbangan ini adalah bekerjanya lebih teliti, pengaruh dari luar seperti angin dapat dikurangi, serta pendugaan pertama terhadap berat ikan yang ditimbang tidak perlu dilakukan, karena secaralangsung dapat menunjukkanberatnya,(Abdul 1985).Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik, yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya namun hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dari panjang ikan berbeda-beda. Kalau diplotkan, panjang dan berat ikan dalam suatu panjang maka akan didapatkan sepertiga bentuk gambar di bawah ini. Maka hubungan tadi tidak selamanya mengikuti hukum kubik namun dalam suatu bentuk rumus yang umum sebagaimana yang diungkapkan oleh Effendie (2002) adalah sebagai berikut.W = a . LbDimana :W = Berat (gram)L = Panjang total ikan (cm)a = Konstantab = Eksponen atau sudut tangensial

Kalau rumus umum tadi ditransformasikan ke dalam logaritma maka akan mendapatkan persamaan log W = log a + b Log L, yaitu persamaan linear atau persamaan garis lurus, harga n adalah harga pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Yang harus ditentukan dari persamaan tersebut adalah harga a dan b, sedangkan harga W dan L telah diketahui.Menurut Carlander (1969), harga eksponen telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2 - 4 namun dari kebanyakan harga b tadi berkisar dari 2,4 - 3,5. Bila harga b = 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya.Pertumbuhan demikian dinamakan pertumbuhan isometrik. Sedangkan apabila b > atau b < dinamakan pertumbuhan alometrik. Jika harga b < 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Keadaan tersebut dinamakan alometrik negatif. Jika harga b > 3 menunjukkan ikan tersebut montok yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjangnya. Keadaan tersebut dinamakan alometrik positif. Teknik perhitungan panjang dan berat menurut Rousfell dan Everhart (1960) dan Lagler (1961) secara langsung adalah dengan membuat daftar tersusun dari harga L, log L, W, log W, log L x log W dan (log L)2. Apabila N = jumlah ikan yang sedang dihitung, maka untuk mencari harga a dan b adalah sebagai berikut.

Kemudian harga log a dan b dimasukkan ke dalam rumus :log W = log a + b log L2.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk proses yang terjadi di dalam gonad baik terhadap individu maupun populasi. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan vitelogenesis, yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan berat gonad dan diameter telur. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10 - 25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5 - 10%. Dari TKG ini dapat diketahui bila ikan itu akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Pencapaian gonad yang akan matang pun dipengaruhi oleh suplai nutrien makanan serta periode mencari makanan dalam setahun sehingga ikan dengan nutrient makanan yang cukup akan cepat berkembang fungsi seksualitasnya.Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yaitu makroskopis dan mikroskopis. Cara makroskopis adalah dengan pengamatan morfologi, yaitu melihat bentuk, ukuran panjang, berat, warna dan isi gonad. Lalu dengan cara mikroskopis adalah dengan pengamatan histologi, yaitu dengan melihat struktur gonad. Perkembangan ikan betina lebih banyak dilihat daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat di dalam testis. Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum 1968) adalah sebagai berikut.1. Dara : Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.2. Dara Berkembang : Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.3. Perkembangan I : Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih.4. Perkembangan II : Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna orange kemerah-merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.5. Bunting : Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari padanya jernih dan masak.6. Mijah : Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur di dalam ovarium.7. Mijah Salin : Gonad belum kosong sama sekali tidak ada telur yang bulat telur.8. Salin : Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.9. Pulih Salin : Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.

Gambar 2. Tingkat Kematangan Gonad menurut Effendi (1979)(Sumber : Bagus. 2012. Siklus Kehidupan Ikan. Yayasan Pustaka Nusantara: Jakarta)Menurut Effendie (1979), beberapa tanda yang dapat dijadikan pembeda dalam penentuan kelompok tingkat kematangan gonad, diantaranya adalah : Untuk ikan betina 1. Bentuk ovarium.2. Besar kecilnya ovaium.3. Pengisian ovarium dalam rongga perut.4. Warna ovarium.5. Halus tidaknya ovarium.6. Ukuran telur dalam ovarium secara umum.7. Kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagian-bagian lainnya.8. Ukuran diameter telur.9. Warna telur.

Untuk ikan jantan 1. Bentuk testis.2. Besar kecilnya testis.3. Pengisian testis dalam rongga tubuh.4. Warna testis.5. Keluar tidaknya testis dari tubuh ikan (sebelum ikan dibedah atau dalam keadaan segar).Tingkat kematangan gonad pun memiliki hubungan yang erat dengan berat gonad dan garis tengah telur. Semakin tinggi tingkat kematangan gonad suatu ikan maka akan semakin berat gonadnya dan besar ukuran telurnya, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena adanya proses vitelogenesis.

2.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya termasuk pada garis tengah telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai proses selesai (Effendie, 1979). Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Peningkatan bobot ovarium dan testis juga bergantung pada ketersediaan pakan. Reproduksi dimulai sejak terjadinya perkembangan gonad hingga lahirnya individu baru. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif, dapat dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut Indeks Kematangan Gonad (IKG), yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100% (Nikolsky, 1969).IKG = Dimana :IKG= Indeks Kematangan Gonad (%)BG= Berat Gonad (gram)BT= Berat Tubuh (gram)

Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Nilai IKG ini memiliki hubungan dengan TKG yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Semakin tinggi tahapan TKG maka nilai IKG pun akan semakin besar. Selain gonad yang ditimbang beratnya, hati ikan pun turut ditimbang. Hal tersebut dikarenakan pada hati terjadi proses vitelogenesis, yaitu proses pembentukan kuning telur. Perhitungan Hepatosomatik Indeks (HSI) pada hati menggunakan rumus :HSI = Dimana :HSI= Hepatosomatik Indeks (%)BH= Berat Hati (gram)BT= Berat Tubuh (gram)

2.5 FekunditasFekunditas adalah jumlah telur yang matang sebelum dikeluarkan pada saat ikan memijah. Dalam hal ini telur yang ukurannya berlainan tetap diperhitungkan. Oleh karena itu, dalam pengukurannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Secara tidak langsung, fekunditas dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Menurut Nikolsky (1963) bahwa jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Fekunditas individu akan sulit diterapkan untuk beberapa jenis ikan yang mengadakan pemijahan beberapa kali dalam setahun karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Menurut Royce (1972) menyatakan bahwa fekunditas total adalah jumlah telur yang dihasilkan dalam ikan selama hidup. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Ikan-ikan yang besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda.Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak memperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat menurut Bagenal (Gerking 1967) lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri daripada dengan panjang. Bahkan lebih mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang berumur tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Kaidah-kaidah dalam fekunditas yang dikemukakan oleh Nikolsky (1969) sebagai berikut:a. Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun lagi, fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas mutlaknya. Fekunditas relatif maksimum terjadi pada golongan ikan muda. Ikan-ikan tua kadang-kadang tidak memijah setiap tahun. Individu yang tumbuh dan masak lebih cepat mempunyai tendensi mati lebih dahulu.b. Fekunditas mutlak atau relatif sering menjadi kecil pada ikan-ikan atau kelas umur yang jumlahnya banyak, terjadi untuk spesies yang mempunyai perbedaan makanan di antara kelompok umur.c. Pengaturan fekunditas terbanyak dalam merespon terhadap persediaan makanan berhubungan dengan telur yang dihasilkan oleh ikan yang cepat pertumbuhannya, lebih gemuk dan lebih besar. Mekanismenya berhubungan dengan pemasakan oosit. Kenaikan fekunditas populasi dapat disebabkan oleh kematangan gonad yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat.d. Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad lebih awal serta fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan predator dalam jumlah besar.e. Perbedaan fekunditas diantara populasi spesies yang hidup pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda, bentuk migran fekunditasnya lebih besar.f. Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolisme yang mengadakan reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan menghasilkan perubahan dalam pertumbuhan, seperti ukuran pada umur tertentu, ukuran dan jumlah telur atau jumlah siklus pemijahan dalam satu tahun.g. Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan makanan melalui kematangan gonad yang terjadi lebih awal, menambah kematangan individu pada individu yang lebih gemuk dan mengurangi antara siklus pemijahan.h. Kualitas telur terutama isi kuning telur bergantung kepada umur dan persediaan makanan dan dapat berbeda dari satu populasi ke populasi yang lain.Menurut Bagenal (1967), untuk ikan-ikan tropis dan subtropis, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini sesuai dengan studi populasi dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan pula dalam pengelolaan perikanan yang baik. Terdapat 3 cara atau metode menghitung telur dalam aspek fekunditas yaitu sebagai berikut.1. Metode Numerik : Dengan menghitung semua jumlah telur yang ada pada gonad secara manual (satu per satu).2. Metode Volumetrik a. Menghitung volume gonad keseluruhan (dapat dilakukan dengan memasukannya pada gelas ukur berisi air dan menghitung selisih volume awal air saja dan volume akhir, yaitu air dan gonad). (V)b. Membagi kedua gonad dalam 3 bagian (anterior A, tengah T dan posterior P)c. Menghitung volume ke-3 bagian gonad tersebut di setiap gonad (terdapat 6 bagian) (seperti pada cara yang pertama). (v)

APT

APT

Gambar 3. Pembagian Kedua Gonad dalam 3 Bagian(Sumber : Azis, Fatwa Nor. 2012. Ikan Mas. Jakarta)

d. Menghitung telur pada 6 bagian telur tersebut secara manual. (x)e. Menghitung fekunditas dengan memasukannya pada rumus. (X)X : x = V : v atauX = Dimana :X = Jumlah telur dalam gonad yang akan dicari (fekunditas)x = Jumlah telur dari sebagian kecil gonadV = Isi (volume) seluruh gonadv = Isi (volume) sebagian gonad3. Metode Gravimetrik : Pada prinsipnya sama dengan volumetrik, bedanya hanya pada ukuran volume diganti dengan ukuran berat gonad.

2.6 Posisi Inti TelurMengetahui diameter dan posisi inti telur cukup penting untuk dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti dapat digunakan sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Telur yang sudah matang cenderung memiliki diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang, posisi inti telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak berada di tengah. Diameter telur pun ada hubungannya dengan fekunditas. Semakin banyak telur yang dipijahkan (fekunditas) maka ukuran diameter telurnya semakin kecil, demikian pula sebaliknya. Hal ini juga dikemukakan oleh Wotton (1998) bahwa ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang lebih banyak, sedangkan yang memiliki diameter telur yang besar cenderung memiliki fekunditas rendah. Semakin besar ukuran diameter telur akan semakin baik karena dalam telur tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan dapat bertahan lebih lama. Larva yang berasal dari telur yang besar memiliki keuntungan karena memiliki cadangan kuning telur yang lebih banyak sebagai sumber energi sebelum memperoleh makanan dari luar. Ukuran diameter telur dapat menentukan kualitas yang berhubungan dengan kandungan kuning telur dimana telur yang berukuran besar juga dapat menghasilkan larva yang berukuran besar. Effendie (1997) menyatakan bahwa semakin berkembang gonad maka ukuran diameter telur yang ada di dalamnya semakin besar sebagai hasil pengendapan kuning telur, hidrasi dan pembentukan butir-butir minyak.

DAFTAR PUSTAKAUjang Komarudin A.K, Betutu, Jakarta, Penebar Swadaya, 2000

Soewardi, K. 2006. Studi Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Bleeker) di Sungai Cisadane dan Waduk Saguling, Jawa Barat. Jurnal Natur Indonesia 8 (2): 105 113.

Suryani, S.A.M.P., Sukoso, dan K. Sugama. Oxyeleotris marmorata, Marble goby pada laman FishBase.org, diakses 25/04/2008

3