30
LATAR BELAKANG Batu Apung (pumice) adalah hasil gunung api yang kaya akan silika dan mempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang larut di dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen hingga pasir atau bercampur halus dan kasar.Pumice terjadi bila magma asam muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan udara luas secara tiba-tiba. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yangmengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.Eksplorasi secara umum dilakukan dengan tambang terbuka dan secara manual, yaitu tidak membutuhkan peralatan yang khusus untuk mendapatkannya. Kebanyakan batu apung yang diperoleh dari penambangannya hanya berupa batu apung yang dipisah berdasarkan ukurannyayang kemudian dijual dengan variasi ukuran tersebutTeknik Penambangan batuapung terdiri dari Eksplorasi, Penambangan dan Pengolahan. Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api Kuarter sampai Tersier muda. Batu apung lebih banyak digunakan di sektor industri. 1

BGI Batu Pumice

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BGI Batu Pumice

LATAR BELAKANG

Batu Apung (pumice) adalah hasil gunung api yang kaya akan silika

dan mempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas

yang larut di dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen

hingga pasir atau bercampur halus dan kasar.Pumice terjadi bila magma asam

muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan udara luas secara tiba-tiba.

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api

yangmengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara

horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.Eksplorasi secara umum

dilakukan dengan tambang terbuka dan secara manual, yaitu tidak membutuhkan

peralatan yang khusus untuk mendapatkannya. Kebanyakan batu apung yang

diperoleh dari penambangannya hanya berupa batu apung yang dipisah

berdasarkan ukurannyayang kemudian dijual dengan variasi ukuran

tersebutTeknik Penambangan batuapung terdiri dari Eksplorasi, Penambangan dan

Pengolahan. Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan

rangkaian gunung api Kuarter sampai Tersier muda. Batu apung lebih banyak

digunakan di sektor industri.

1

Page 2: BGI Batu Pumice

PENDAHULUAN

Posisi geografis dan geologis Indonesia yang terletak di daerah tropis,

dimana sebagian besar di daerah di Indonesia terletak pada jalur pegunungan

berapi. Oleh karena itu, Indonesia sangat kaya dengan jenis-jenis batuan alam,

seperti misalnya bahan galian golongan C yang tersebar luas di beberapa daerah di

Indonesia. Bahan galian golongan C itu seperti batu kapur/ gamping, batu kali,

pasir (pasir urug dan pasir besi), batu bara, genteng, batu kerikil, gypsum,

kalsite, manner, pyrite, silt, batu lempung, trass, andesit,batu apung, dll. Namun

dalam makalah ini, kami hanya membahas batu apung.Batu apung atau pumice

adalah bahan galian industri yang termasuk golongan C yang cukup berperan

dalam sektor industri, baik sebagai bahan utama maupun sebagai bahan

tambahan. Batu Apung adalah hasil gunung api yang kaya akan silika dan

mempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang

larut di dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen

hingga pasir atau bercampur halus dan kasar. Batu Apung terdiri dari pada

silika, alumina, soda, besi oksida. Warna : putih, abu-abu kebiruan, abu-abu

gelap, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, jingga. Bongkah-bongkah di

waktu kering dapat terapung diatas air.Penyelidikan umum dan eksplorasi batu

apung telah banyak dilakukan di Indonesia, salah satunya di beberapa daerah

yang tersebar di pulau lombok, NTB. Pulau Lombok salah daerah penghasil

batu apung terbanyak di Indonsia. Eksplorasi secara umum dilakukan dengan

tambang terbuka dan secara manual, yaitu tidak membutuhkan peralatan yang

khusus untuk mendapatkannya. Kebanyakan batu apung yang diperoleh dari

penambangannya hanya berupa batu apung yang dipisah berdasarkan

ukurannya yang kemudian dijual dengan variasi ukuran tersebut. Namun dalam

proses pengolahan selanjutnya untuk menghasilkan suatu produk yang berguna,

dilakukan oleh perusahaan yang cenderung menggunakan bahan baku batu apung,

contohnya industri cat.

2

Page 3: BGI Batu Pumice

Batu apung dapat diaplikasikan dalam sektor industri dan sektor

konstruksi.Aplikasinya dalam sektor industri cenderung memproduksi barang-

barang pelengkap, seperti cat, plamur, dan semen. Sedangkan pada sektor

konstruksi, cenderung menghasilkan bahan baku bangunan, seperti agregar

ringan beton.Perkembangan sector industri dan konstruksi, terutama di

Negara-negara maju, telah menunjukkan peningkatan yang berarti, dan hal ini

mengakibatkan segi permintaan akan batu apung Indonesia terus meningkat. Dari

segi pemasokan, produksi batu apung di Indonesia sebagian besar berasal dari

daerah Nusa Tenggara Barat dan sisanya dari daerah ternate, pulau Jawa

dan lain-lain. Sementara itu, impor batu apung dapat dikatakan tidak ada atau

untuk kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi.Di Lombok Barat sedikitnya

ada 20 perusahaan pengololahan batuapung yang tersebar di berbagai wilayah.

Namun Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat banyak menuai

masalah, terutama masalah lingkungan, dimana sebagian besar penambangan

dilakukan tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian

lingkungan.Limbah batu apung yang berasal dari pengayakan batu apung itu

sendiri telah merusak lingkungan. Hal ini dikarenakan pembuangannya pada

lahan yang masih produktif. Sehingga diperlukan suatu usaha untuk

menaggulangi limbah tersebut. Salah satunya yaitu dengan penggunaan limbah

batu apung sebagai bahan bangunan, berupa batako, paving blok, genteng

beton, beton ringan. Hal ini dikarenakan selain sebagai salah satu

penggulangan limbah batu apung, juga menjadi salah satu alternatif bahan

bangunan yang ekonomis, serta peluang lapangan kerja bagi masyarakat.

3

Page 4: BGI Batu Pumice

Definisi

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelombang berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.

Gambar 1 Batu Apung

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api

yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi

secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung

mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak

(berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya,

dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam

breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung

adalah :

-Feldspar

-Kuarsa

-Obsidian

-Kristobalit

-Tridimit

4

Page 5: BGI Batu Pumice

Proses pembentukan

Pumice terjadi bila magma asam muncul ke permukaan dan bersentuhan

dengan udara luas secara tiba-tiba. Buih gelas alam dengan gas yang

terkandung di dalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma

membeku dengan tiba-tiba.Pumice umumya terdapat sebagai fragmen yang

terlemparkan pada saat gunung api dengan ukuran dari kerikil sampai

bongkah. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan,

bahan lepas, atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat pula dibuat

dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang

dilakukan pada obsidian dari Krakatau, suhu yang diperlukan untuk megubah

obsidian menjadi batu apung rata-rata 880 oC. Berat jenis obsidian yang semula

2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut oleh sebab itu mengapung

didalam air. Batu apung ini mempunyai sifat hydraulis. Pumice berwarna putih

abu-abu, kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran lubang yang

bervariasi baik berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan

lubang yang terorientasi. Kadang-kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit atau

kalsit. Batuan ini tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu

higroskopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang

rendah.Kekuatan tekan antara 30-20 kg/cm 2. Komposisi utama mineral silikat

amorf. Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal

terbentuknya sama dengan batu apung adalah pumicit, volkanik cinter, dan

scoria. Sedangkan mineral- mineral yang terdapat dalam batu apung adalah

feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.Didasarkan pada cara

pembentukan (desposisi), distribusi ukuran partikel (fragmen) dan material

asalnya, endapan batu apung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

- Sub areal

- Sub aqueous

- New ardante, yaitu endapan yang dibentuk oleh pergerakan ke luar

secara horizontal dari gas dalam lava, yang menghasilkan campuran

5

Page 6: BGI Batu Pumice

fragmen dengan berbagai ukuran dalam suatu bentuk matriks.Hasil endapan

ulang (redeposit).

Gambar 2. Variasi ukuran batu apung

Gambar 3. Batu apung size 1-2 cm(triple small)

Gambar 4. Batu apung size 2-3 cm(double small)

6

Page 7: BGI Batu Pumice

Gambar 5. Batu apung size 3-5 cm(small)

Dari metamorfosisnya, hanya daerah-daerah yang relative ada gunung

api, akan mempunyai endapan batu apung yang ekonomis. Umur geologi dari

endapan-endapan ini antara tersier sampai sekarang. Gunung api yang aktif

selama umur geologi tersebut antara lain pada jalur pinggiran laut Pasifik dan

jalur yang mengarah dari laut Mediteran ke pegunungan Himalaya kemudian ke

India Timur.

Sifat-sifat batu apung

Sifat-sifat kimia batu apung adalah sebagai berikut:

a. Komposisi kimianya:

SiO2 : 60,00 – 75,00%

Al2O3 : 12,00 – 15,00%

Fe2O3 : 0,90 – 4,00%

Na2O : 2,00 – 5,00%

K2O : 2,00 – 4,00%

MgO : 1,00 – 2,00%

CaO : 1,00 - 2,00%

Unsur lainnya : TiO2, SO3, dan Cl.

7

Page 8: BGI Batu Pumice

b. Hilang pijar (LOI atau loss of ignition) : 6%

c. pH : 5

d. Berwarna terang

e. Mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas.

f. Sifat fisika:

Bobot isi ruah : 480 – 960 kg/cm3

Peresapan air : 16,67%

Gravitasi spesifik:0,8 gr/cm3

Hantaran suara : rendah

Rasio kuat tekan terhadap beban : Tinggi

Konduktifitas panas : rendah

Ketahanan terhadap api : s.d 6 jam

Teknik Penambangan

Batu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan relatif

tidak keras. Oleh sebab itu, penambangan dilakukan dengan tambang terbuka

atau tambang permukaan dengan peralatan sederhana. Pemisahan terhadap

pengotor dilakukan dengan cara manual. Apabila dikehendaki ukuran butir

tertebtu proses pemecahan (grinding) dan pengayakan dapat dilakukan.

1) Eksplorasi

Penelusuran keterdapatan endapan batu apung dilakukan dengan

mempelajari struktur geologi batuan di daerah sekitar jalur gunung api,

antara lain dengan mencari singkapan-singkapan dengan geolistrik atau

melakukan pengeboran dan pembuatan beberapa sumur uji. Selanjutnya,

dibuat peta topografi daerah yang diperkirakan mengandung endapan batu

apung dengan skala yang besar guna melakukan eksplorasi detail. Eksplorasi

8

Page 9: BGI Batu Pumice

detail bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas cadangan dengan

lebih pasti. Metode eksplorasi yang digunakan diantaranya adalah dengan

pengeboran (bor tangan dan bor mesin) atau dengan pembuatan sumur

uji.Dalam menentukan metode mana yang akan dipakai, harus dilihat kondisi

dari lokasi yang akan dieksplorasi, yaitu didasarkan pada peta topografi yang

dibuat pada tahap penelusuran (prospeksi). Metode eksplorasi dengan

pembuatan sumur uji, diawali dengan membuat pola empat persegi panjang

(dapat juga dengan bentuk bujur sangkar) dengan jarak dari satu titik atau dari

sumur uji yang satu ke sumur uji berikutnya antara 25-50 m. peralatan yang

dipakai dalam pembuatan sumur uji diantaranya adalah cangkul, linggis,

belincong, ember dan tali.Pada eksplorasi dengan pengeboran dapat dilakukan

dengan menggunakan alat bor yang dilengkapi dengan bailer (penangkap

contoh), baik bor tangan ataupun bor mesin. Dalam eksplorasi ini, dilakukan

juga pengukuran dan pemetaan yang lebih detail untuk digunakan dalam

perhitungan cadangan dan pembuatan perencanaan tambang.

2) Penambangan

Pada umumnya, endapan batu apung terletak dekat ke permukaan bumi,

sehingga penambangannya dilakukan dengan cara tambang terbuka dan selektif.

Pengupasan tanah penutup dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana (secara

manual) ataupun dengan alat-alat yang mekanis, seperti bulldozer, scraper,

dan lain-lain. Lapisan endapan batu apungnya sendiri dapat digali dengan

menggunakan excavator antara lain backhoe atau power shovel, lalu dimuat

langsung ke dalam truk untuk diangkut ke pabrik pengolahan.

9

Page 10: BGI Batu Pumice

Gambar 6. Eskavator

Gambar 7. Backhoe

10

Page 11: BGI Batu Pumice

Gambar 8. Power Shovel

3) Pengolahan

Untuk menghasilkan batu apung dengan kualitas yang sesuai dengan

persyaratan ekspor atau kebutuhan di sector konstruksi dan industri, batu apung

dari tambang diolah terlebih dahulu, antara lain dengan menghilangkan pengotor

dan mereduksi ukurannya.

Gambar 9. Batu apung yang telah dipilah sesuai ukuran

Secara garis besar, proses pengolahan batu apung terdiri atas:

a. Pemilahan (sorting); untuk memisahkan batu apung yang bersih dari batu

apung yang masih banyak pengotornya (impuritis), dan dilakukan dengan

scalping screens.

11

Page 12: BGI Batu Pumice

Gambar 10. Scalping Screens

b. Peremukan (crushing); dengan tujuan untuk mereduksi ukuran, dengan

menggunakan crusher, hamm er mills, dan roll mills.

Gambar 11. Impact crusher

Gambar 12. Cone crusher

12

Page 13: BGI Batu Pumice

Gambar 13. Roll Mill

c. Sizing; untuk memilah material berdasarkan ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar, yang dilakukan dengan menggunakan saringan (screen).

Gambar 14. Vibrating screen

d. Pengeringan (drying); dilakukan jika material dari tambang banyak

mengandung air, yang salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan

rotary dryer.

13

Page 14: BGI Batu Pumice

Gambar 15. Rotary Dryer

Gambar 16. Proses pengayaan batu apung

14

Page 15: BGI Batu Pumice

POTENSI

Tempat Diketemukan

Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan

rangkaian gunung api Kuarter sampai Tersier muda. Tempat dimana batu

apung didapatkan antara lain:

1. Jambi: Salambuku Lubukgaung, Kec. Bangko, Kab. Sarko (merupakan

piroklastik halus yang berasal dari satuan batuan gunung api atau tufa dengan

komponen batu apung diameter 0,5-0,15 cm terdapat dalam formasi Kasai).

2. Lampung: sekitar Kepulauan Krakatau terutama di P.Panjang (sebagai hasil

letusan gunung Krakatau yang memuntahkan batu apung).

3. Jawa Barat: Kawah Danu, Banten sepanjang pantai laut sebelah barat

(diduga hasil kegiatan Gunung Krakatau); Nagreg, Kab. Bandung (berupa

fragmen dalam batuan tufa).

4. Mancak, Pabuaran Kab. Serang (mutu baik untuk agregat beton, berupa

fragmen pada batuan tufa dan aliran permukaan) Cicurug Kab.Sukabumi

(kandungan SiO2= 6 3,20%, Al 2O3= 12,5% berupa fragmen pada batuan tufa);

Cikatomas, Cicurug, Gunung Kiaraberes Bogor.

5. Daerah Istimewa Yogyakarta; Kulon Progo pada Formasi Andesit Tua.

6. Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgasela (tebal

singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha): Masbagik Utara

7. Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur (tebal singkapan 2-5 m

sebaran 1000 Ha); Tanah Beak, Kec. Batukliang Kab. Lombok Tengah

(dimanfaatkan sebagai campuran beton ringan dan filter); Kopang, Mantang

Kec. Batukliang Kab. Lombok Barat (telah dimanfaatkan untuk batako,

15

Page 16: BGI Batu Pumice

sebaran 3000 Ha); Narimaga Kec Rembiga Kab. Lombok Barat (tebal

singkapan 2-4 m, telah diusahakan rakyat).

8. Maluku: Rum, Gato, Tidore (kandungan SiO2 = 35,92-67,89%; Al2O3= 6,4-

16,98%).

Pemanfaatan

Batu apung lebih banyak digunakan di sektor industri dibandingkan dengan

sektor konstruksi.

1. Di sektor konstruksi

Di bidang konstruksi, batu apung banyak dimanfaatkan untuk

pembuatan agregat ringan dan beton. Agregat ringan karena mempunyai

karakteristik yang sangat menguntungkan yaitu ringan dan kedap suara (high

in sulation). Berat spesifik batu apung sebesar 650 kg/cm3 sebandingkan

dengan bata biasa seberat 1.800 – 2.000 kg/cm3. Dari batu apung lebih

mudah dibuat blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi

pelesteran. Kelebihan lain dari penggunaan batu apung dalam pembuatan agregat

adalah tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik.

2. Di sektor industri

Di bidang industri, batu apung digunakan sebagai bahan pengisi,

pemoles/penggosok, pembersih, stonewashing, abrasif, isolator temperature

tinggi dan lain-lain.

Batu apung Media Filtrasi

16

Page 17: BGI Batu Pumice

Sebagai media filtrasi, batu apung banyak digunakan untuk membersihkan

limbah perkotaan dan industry. Karena mempunyai luas area permukaan yang

besar serta berpori banyak, sehingga batu apung idea untuk digunakan sebagai

agen filtrasi.Suatu badan penelitian berkembang telah menunjukkan apung

menjadi media yang efektif untuk penyaringan air minum. Struktur berbusa dan

kemurnian dekat-putih Hess apung membuatnya ideal untuk menangkap dan

menahan cyanobacterial racun dan kotoran lainnya yang ditemukan mengotori air

minum.

Batu apung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan media filtrasi

lain seperti tanah liat diperluas, antrasit, pasir, dan PFA disinter. Tes dilakukan

perbandingan antara pasir unggun dan filter batu apung untuk mengobati air

ditemukan apung menjadi keunggulan dalam kinerja kekeruhan penghapusan dan

kerugian head.

Manfaat batu apung untuk aplikasi pengolahan air meliputi:

- Peningkatan tingkat filtrasi

- pemanfaatan energy rendah

- Sebagai alas dasar yang baik dalam medium filtrasi

- Lebih besar luas permukaan

- Rendah-biaya perawatan filter

- Ekonomis: menghemat pengeluaran modal untuk pemban gkit pengobatan limbah baru

1. Filtrasi Minuman

Pemurnian bahan dan bahkan minuman jadi penting untuk rasa konsistensi

dan kualitas. Hal yang sama karakteristik yang membuat batu apung media filtrasi

yang superior untuk air juga berlaku untuk minuman dan cairan lainnya. Batu

17

Page 18: BGI Batu Pumice

apung adalah tidak beracun, benar-benar inert dan sangat serbaguna-dapat tanah

secara konsisten terhadap berbagai spesifikasi.

2. Sebagai penghias lampu hias

Dalam perkembangannya, batu apung banyak digunakan sebagai

penghias lampu hias. Seperti yang telah dilakukan oleh Deddy Effend y,

perajin asal Yogyakarta, yang memanfaatkan serpihan batu apung untuk

mempercantik desain atau model lampu bias buatannya. Proses pembuatannya

dimulai dengan memotong batu apung dengan gergaji mesin menjadi lempengan

setebal 2-3 milimeter dengan panjang dan lebarn ya sekitar 10-15 cm.

Berikut adalah beberapa contoh spesifikasi batu apung yang digunakan

dalam sector industri:

a) Untuk pigmen adalah sebagai berikut:

- Hilang pijar : maks. 5%

- Zat terbang : maks. 1%

- Lolos saringan 300 m : min. 70%

- Lolos saringan 150 m : maks. 30%

b) Untuk keramik tembikar

- SiO2 : 69,80%

- Al2O3: 17,70%

- Fe2 O3: 1,58%

- MgO : 0,53%

- CaO : 1,49%

- Na2O: 2,45%

- K2O: 4,17%

18

Page 19: BGI Batu Pumice

- H2O : 2,04%

- Kadar air : 21%

- Kuat lentur: 31,89 kg/cm3

- Peresapan air : 16,66%

- Berat volume : 1,18 gr/cm2

- Keplastisan : Plastis

- Ukuran butir : 15 – 150 mesh

Komposisi bahan untuk keramik tembikar ini terdiri atas pumice , tanah

liat, dan kapur dengan perbandingan masing-masing 35%, 60% dan 5%.

Penggunaan batu apung ini dimaksudkan untuk mengurangi bobot dan

meningkatkan kualitas tembikar. Di samping disector konstruksi dan industri,

batu apung juga dimanfaatkan pada bidang pertanian, yaitu sebagai bahan aditif

dan substitusi pada tanah pertanian.

Gambar 2. Batu apung

Tingkat kerusakan lahan akibat Penambangan batu apung

Tingkat kerusakan lahan akibat penambangan galian-C batu apung

didekati dengan melihat beberapa faktor: kedalaman galian, luasan

penambangan, kemiringan lahan, keberadaan vegetasi dan aktivitas konservasi

paska penambangan. Berdasarkan skor yang digunakan, tingkat kerusakan

19

Page 20: BGI Batu Pumice

lahan (rusak berat, sedang dan ringan) bervariasi pada masing-masing lokasi

penambangan. Di sentra penambangan batu apung Lombok Barat sekitar

34% termasuk rusak berat, 61% rusak sedang dan 5% rusak ringan. Di

Lombok Tengah sekitar 20% rusak berat, 75% rusak sedang dan 5% rusak

ringan, sementara di Kabupaten Lombok Timur sekitar 12% rusak berat, 80%

rusak sedang dan 8% rusak ringan. Kerusakan berat tersebut disebabkan oleh

penggalian dalam (>3m), lereng yang curam (>20%), dan tanpa adanya upaya

pengelolaan lahan konservatif paska penambangan.

Penggalian dalam (>3m) ditemukan di beberapa lokasi penambangan di

Lombok bagian utara dan ten gah. Penggalian 1,5 – 3 meter merupakan

kedalaman penggalian yang paling dominan di semua lokasi. Penggalian dalam

(>3 m) pada lahan miring (>20%) dan tebing menimbulkan keruskan yang paling

parah, meskipun luas kerusakan relatif sempit. Penggalian dangkal pada pada

lahan datar tetapi tanpa adanya revegetasi pasca penggalian juga akan memacu

kerusakan lahan pada tahapan berikutnya. Bertambahnya luasan areal lahan

penambangan berimplikasi terhadap makin luasnya kerusakan lahan yang terjad i,

yang tentunya akan berimplikasi terhadap meningkatnya biaya pemulihan lahan

yang diperlukan. Penambangan yang dilakukan pada lahan dengan kemiringan

>20 % ditemukan di beberapa tempat yakni di Lombok Utara, Batukliang, dan

Pringgasela. Kemiringan lahan penambangan yang paling dominan di semua

lokasi berkisar antara 6 - 10%.

Dari semua lokasi penambangan yang diobservasi ternyata sebagian

besar belum dilakukan upaya pengelolaan lahan paska penambangan. Dengan

kata lain bekas penambangan sebagian besar masih dibiarkan terlantar tanpa

upaya rehabilitasi. Selain tiga aspek yang telah dibahas diatas, aspek luas

areal penambangan juga berperan penting dalam menciptakan image tentang

tingkat kerusakan lahan. Areal penambangan dengan rata-rata luasan >15 ha

ditemukan di Lombok Utara. Areal penambangan dengan luas antara 6 -10 ha

banyak d itemukan di Lombok Utara dan beberapa lokasi di Kec. Masbagik

20

Page 21: BGI Batu Pumice

Lombok Timur. Luas areal penambangan antara 1-5 Ha merupakan areal yang

paling banyak ditemukan di semua lokasi penambangan

PENUTUP

Batu apung terbentuk dari hasil letusan gunung api. Batuapung atau

pumice adalah jenis batuan yang berwarna terang,mengandung buih yang

terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya d isebut juga sebagai

21

Page 22: BGI Batu Pumice

batuan gelas vulkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi

letusan gunung api yang mngeluarkan materialnya ke udara kemudian

mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan

piroklastik.

Batuapung mempunyai sifat nersikular yang tinggi, mengandung

jumlah sel yang banyak akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung

didalamnya. Pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-

fragmen dalam breksi gunung api. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat

dalam batuapung adalah feldpar, kuarsa, obsidian, cristobalit dan tridimit. Salah

satu potensi bahan galian gol C di Lombok Barat adalah batuapung, keberadaann

ya tersebar di beberapa kecamatan terutama di bagian utara Lombok Barat, seperti

Kecamatan Bayan, Gangga, Kayangan sebagian lagi di bagian tengah yaitu

kecamatan Narmada dan Lingsar. Keberadaannya adalah sebagai hasil

aktifitas gunung api Rinjani yang kaya akan silika dan mempunyai struktur

porous yang terjadi akibat keluarnya gas-gas yang ada didalamnya pada waktu

pembentukannya.

Di Lombok Barat sedikitnya ada 20 perusahaan pengololahan

batuapung yang tersebar di berbagai wilayah. Batuapung di Lombok Barat

merupakan komoditi ekspor terutama ke China sebagai salah satu bahan

dalam pencucian textile. Pada umumnya batuapung juga digunakan untuk

bahan penggosok, bahan bangunan ringan dan tahan api, pengisi isolator

temperatur tinggi, rendah dan akustik, sebagai bahan penyerap dan saringan.

Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat banyak menuai masalah,

terutama masalah lingkungan, dimana sebagian besar penambangan dilakukan

tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Fadhillah, Said. 2005.

Modul Pelatihan AMDAL Pertambangan.

22

Page 23: BGI Batu Pumice

Jakarta: Kementerian Pembangunan Daerah tertinggal

Sukandarrumudi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta:UGM Press

23