11
Nelayan Mengatur ‘strategi’, Sebelum Menangkap Udang Rebon 03 | November 2017 Cocomesh Bahan Reklamasi Bekas Tambang Mengenal Konsorsium Lamin Segawi Profil Ibu Rahni, Pembuat Terasi Maknyus... Pelatihan Kemasan dan PIRT. bidukputih

bidukputihpeka-indonesia.org/wp-content/uploads/2018/01/BidukPutih-3-part1... · dan syukur apabila bisa menjadi pengusaha ... maupun pengetahuan serta mencari solusi kendala yang

Embed Size (px)

Citation preview

Nelayan Mengatur ‘strategi’, Sebelum Menangkap Udang Rebon

03

| Novem

ber 2

017

Cocomesh Bahan Reklamasi Bekas Tambang

Mengenal KonsorsiumLamin Segawi

Profil Ibu Rahni, Pembuat Terasi Maknyus...

Pelatihan Kemasan dan PIRT.

bidukputih

bidukputih Penanggung jawab: SARDI WINATA Pemimpin Redaksi: FARHAN Redaksi Pelaksana: NGATMAN Produksi: MAHARDIKA PUSPITASARI Tim Reporter/Kontributor: EKO SETIAWAN, M. ROYCHAN MADJID, ARIEF TAJALI, SRI PURWANI, IBRAHIM, NONO RACHMAT BASUKI, LUKMAN, HENDI SAPUTRA, MASHUD, AMSARI, RATNA Distribusi: RURU Keuangan: ASEP SUNARYA & NAILY MARDIANA Desain ADNAN

DISCLAIMER Proyek Kemakmuran Hijau Window 2 LOT 1 MCA-Indonesia ini dikelola oleh Yayasan Kehati. Buletin ini dibuat dengan dukungan masyarakat Amerika Serikat melalui Millennium Challenge Corporation. Informasi, opini, dan kesimpulan yang dicantumkan di sini tidak mewakili posisi Millennium Challenge Corporation atau Pemerintah Amerika Serikat.

Dari RedaksiPembangunan PLTS untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui rumah produksi yang terjamin pasokan listriknya sedang berlangsung. Selain kerja keras konsorsium, dibutuhkan juga partisipasi masyarakat khususnya pemerintah kampung agar PLTS ini nantinya dapat terus beroperasi.

Dalam edisi 3 ini dipaparkan peningkatan kapasitas kelompok usaha kecil penerima manfaat proyek melalui pelatihan kemasan dan PIRT. Inspirasi dari profil Ibu Rahni, beliau telah menggeluti profesi pembuat terasi kurang lebih 13 tahun. Kabar Pelatihan Keuangan Usaha juga kami sajikan. Selain itu, terdapat kabar pertemuan kelompok membahas cara mendapatkan nomer PIRT dan permasalahan pemasaran produk. Kegiatan proyek ini difasilitasi oleh Yayasan KEHATI, GPM W2 Lot1 MCA-Indonesia.

Pembaca dapat mengenal salah satu konsorsium yang turut mengelola proyek ini, yaitu Lamin Segawi bagaimana perannya dalam membangun proyek ini. Sebagai pengetahuan, budidaya rumput laut metode rawai/bentang tali dan pemanfaatan sabut kelapa menjadi cocomesh kami bahas dengan segala aspek prasyaratnya. Lewat media inilah segala kegiatan dan gambaran mengenai kegiatan ini dipublikasikan. Selamat membaca!

FOTO

: PIX

ABAY

.CO

M

Edisi 3 | November 2017 bidukputih1

Bagaimana Cara Mengurus PIRT

Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga)

Di masyarakat kita sering menemukan kasus konsumen keracunan atau sakit karena makanan. Produk makanan yang beredar di masyarakat kadang belum sepenuhnya aman untuk dikonsumsi. Peredaran produk makanan terutama yang diproduksi oleh rumah tangga perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini terutama untuk menjamin bahwa makanan yang beredar dan dipasarkan tersebut aman dikonsumsi.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar produk adalah mendorong agar produk rumah tangga terutama makanan dapat mengurus perijinannya untuk pemasaran. Oleh karena itu, sebelum memasarkan produk makanan dan minuman ke masyarakat, diperlukan Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Hal ini diperlukan sebagai izin jaminan usaha makanan dan minuman rumahan yang dijual dan beredar di masyarakat memenuhi standar keamanan makanan atau izin edar produk pangan.

Izin PIRT hanya diberikan kepada produk pangan olahan dengan tingkat resiko yang rendah.

Berdasarkan peraturan yang ada bahwa nomor PIRT ini dipergunakan untuk makanan dan minuman yang memiliki daya tahan/keawetan diatas 7 hari. Nomor PIRT yang sekarang berjumlah 15 digit, untuk yang lama 12 digit. Nomor PIRT berlaku selama 5 tahun dan setelahnya dapat diperpanjang.

Untuk makanan dan minuman yang daya tahannya dibawah 7 hari akan masuk golongan Layak Sehat Jasa Boga dan nomor PIRT berlaku selama 3 tahun saja. Biasanya lama pengurusan PIRT 1 minggu – 3 bulan, tergantung masing-masing kotamadya atau kabupaten setempat.

Lalu bagaimana kalua masyarakat yang memiliki usaha rumah tangga terutama produk makanan mau mengurus perijinan PIRT itu? Berikut ini adalah cara untuk melakukan pengurusan ijin PIRT seperti dalam aturan pada umumnya.

Syarat-syarat yang diperlukan:

1. Mengisi form dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya

2. Fotokopi KTP

3. Pas foto 3×4, 3 lembar

4. Ke Puskesmas wilayah (lokasi produksi) untukpemeriksaan kesehatan dan sanitasi

5. Mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan untukmendapatkan SPP-IRT. Biasanya diadakan 3 bulansekali, atau menunggu peserta secara kolektif, minimal 15 orang (tergantung aturan dan kebijakan masing-masing kotamadya / kabupaten). Biaya penyuluhanberkisar Rp. 100.000 – 200.000, tergantung wilayahkota / kabupaten

6. Menyertakan hasil uji laboratorium. Dinas Kesehatanyang akan menentukan/menyarankan laboratoriumuntuk pengujian.

Untuk persyaratan nomor 4 sampai 6, biaya ditanggung oleh produsen. Untuk di beberapa daerah, pengurusan PIRT sudah bebas biaya, contohnya Kota Manado.

Contoh Sertifikat PIRT. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Edisi 3 | November 2017bidukputih2

DinKes akan mengadakan survei secara langsung ke lokasi tempat pembuatan makanan kecil yang didaftarkan. Setelah survei dilakukan dan semuanya berjalan dengan lancar maka surat PIRT akan dikel-uarkan dalam waktu dua minggu. Selain itu akan diberikan penyu-luhan kepada pelaku usaha, bagaimana cara pengawetan makanan dan cara penulisan nomor registrasi serta informasi yang lainnya. Pelaku usaha akan diberikan bekal ilmu dan penyuluhan yang lengkap cara produksi makanan yang aman dan be-nar. Termasuk di dalamnya pemakaian bahan pengawet, sa-nitasi dan bahan tambahan dalam produk makanan olahan.

Berikut ini adalah produk-produk yang izin PIRT tidak dapat dikeluarkan apabila bahan yang diproduksi adalah:

1. Susu dan hasil olahannya

2. Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses penyimpanan dan atau penyimpanan beku

3. Makanan kaleng

4. Makanan bayi

5. Minuman beralkohol

6. AMDK (Air Minum Dalam Kemasan)

7. Makanan / Minuman yang wajib memenuhi persyaratan SNI

8. Makanan / Minuman yang ditetapkan oleh Badan POM

Catatan:

• Persyaratan di tiap daerah bisa berbeda

• Permohonan tidak dapat diajukan jika memerlukan izin dari BPOM atau memerlukan persyaratan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Ringkasan Persyaratan PIRT

Persyaratan untuk membuat PIRT adalah mengikuti penyuluhan. Setelah mengikuti penyuluhan, akan memperoleh sertifikat yang menjadi syarat pembuatan PIRT.

Setiap orang/kelompok yang akan membuat PIRT menghubungi pihak puskesmas bagian kesehatan lingkungan untuk mengawasi proses pembuatan produk.

Kemudian pihak puskesmas akan membawa sampel yang akan diuji di lab. Selanjutnya menunggu hasil uji lab, jika dinyatakan bebas dari bahan tambahan pangan yang berbahaya maka sertifikat PIRT akan diterbitkan dan memperoleh nomor PIRT yang berlaku selama 3 tahun.

Foto atas dan bawah: Penyuluhan Keamanan Pangan Bagi Industri Rumah Tangga di Kampung Giring-Giring. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Edisi 3 | November 2017 bidukputih3

Profil Srikandi Pendukung Ekonomi Keluarga

Ibu Rahni Pembuat Terasi Maknyus...Terasi Batu Putih merupakan salah satu produk khas yang ada di Kab. Berau, Kalimatan Timur. Ada satu tepat yang terkenal masyarakatnya sebagai pembuat terasi, yaitu di Logpon, Kampung Batu Putih Kec. Batu Putih, Kab. Berau. Salah satu pembuat terasi disana adalah Ibu Rahni.

Ibu Rahni ini tinggal di Jl. Pelabuhan RT. 1 Log-pon kecamatan Batu Putih kabupaten Batu Pu-tih Kalimatan Timur. Beliau telah menggeluti profesi pembuat terasi kurang lebih sudah 13 tahun.

Ibu Rahni sekeluarga bisa disebut sebagai keluarga pembuat terasi yang sudah ada di situ sejak dulu. Keterampilan membuat terasi sebenarnya dia peroleh turun temurun dari orang tuanya yang memang sebagai pembuat terasi. “.... Saya itu Mas membuat terasi ya dari orang tua dulu yang ngajari...” .

Ibu Rahni menceritakan bahwa sejak usia 12 tahun sudah terbiasa membuat terasi yang dilakukan setelah pulang sekolah. Kebiasaan dari kecil inilah yang membuat Ibu Rahni bertekad mencoba menjadi pembuat terasi dan syukur apabila bisa menjadi pengusaha besar. Sejak saat itu dia mulai mempraktikkan resep membuat terasi dan berhasil membuat terasi untuk dijual ke warung-warung sekitar.

Selain itu, Ibu Rahni juga memberikan pelatihan bagi kelompok ibu-ibu yang ada di tetangga Kampung yaitu di Kampung Sumber Agung. Proses pembe-lajaran ini juga dianggap untuk menyebarkan ilmu dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam memberikan pelatihan ibu Rahni dibantu salah satu temannya yang juga pembuat terasi yang ada di Logpon tersebut.

Ibu rahni juga menjadi ketua kelompok untuk pembuat terasi yang ada di Logpon Kampung Batu Putih. Produk yang dipasarkan Ibu Rahni dan kelompoknya berupa terasi yang mempunyai ciri khas Batu Putih yaitu berbentuk lempengan bunder menyerupai beaf untuk burger. Kemasan yang juga menjadi ciri khasnya adalah dibungkus dengan daun nipah, inilah yang membedakan dengan produk di tempat lain.

Produk lain yang coba dibuat adalah dalam kemasan botol yang pemasarannya sudah sampai diluar Kampung Batu Putih bahkan menurut penuturannya sudah sampai pulau Jawa.

Harapan yang disampaikan Ibu Rahni dan kelompoknya agar ada keterlibatan langsung pe-merintah baik Kampung mau-pun kecamatan bahkan kabu-paten untuk pengembangan produknya.

Selama ini Ibu Rahni dan kelompoknya aktif terlibat dalam proyek Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) yang dikelola oleh Kehati dengan bantuan dana dari MCA-Indonesia yang dilaksanakan oleh Konsorsium Peka Indonesia.

Proyek ini mendorong masyarakat untuk meman-faatkan sumber daya alam sebagai potensi di Kam-pung- nya menjadi lebih bermanfaat dan berkelan-jutan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Partisipasi perempuan dalam proyek ini juga sangat didorong agar memberikan dampak yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam proyek ini juga melibatkan stakeholder terkait untuk menjamin keberlangsu- ngan usaha dan kegiatan yang telah dilakukan di masyarakat demi kemajuan daerah tersebut.

Ibu Rahni (FOTO: PEKA INDONESIA)

Kemasan Botol Terasi (FOTO: PEKA INDONESIA)

Narasumber dari Diskopperindag memberikan penjelasan dalam pelatihan kemasan dan sertifikasi halal. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Edisi 3 | November 2017bidukputih4

KABAR PELATIHAN

PELATIHAN PENGEMASAN DAN SERTIFIKASI HALAL Bagi Kampung Giring-Giring, Batu Putih, dan Sumber Agung

Kelompok usaha yang ada di Kampung Giring-Giring, Kampung Sumber Agung dan kampung Batu Putih sampai saat ini sudah menghasilkan berbagai produk sesuai dengan potensi sumber daya yang ada.

Proyek Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) untuk energi yang terbarukan yang dikelola oleh Yayasan Kehati dengan dana dari MCA-Indonesia dan pelaksananya Konsorsium Peka Indoensia telah melakukan pendampingan pada kelompok tersebut. Kelompok-kelompok telah melakukan pertemuan secara rutin sebulan sekali untuk melakukan tukar pengalaman maupun pengetahuan serta mencari solusi kendala yang diahadapi.

Salah satu kendala yang dihadapi oleh kelompok dalam meningkatkan kualitas produk dan menambah pendapatan adalah kemasan produk dan sertifikasi halal. Dua hal tersebut yang sampai saat ini masih menjadi perhatian kelompok untuk menyebarluaskan pemasaran produknya.

Oleh karena itu, Konsorsium Peka Indoensia bekerja sama dengan stakeholder terkait dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Berau mengadakan pelatihan pengemasan dan sertifikasi halal bagi kelompok di lokasi proyek tersebut.

Kegiatan pelatihan pengemasan dan sertifikasi halal ini dilakukan pada tanggal 10 November 2017 yang bertempat di Kampung Sumber Agung kecamatan Batu Putih kabupaten Berau. Peserta yang hadir dalam pelatihan ini adalah 10 orang dari perwakilan kelompok di kampung Sumber Agung dan kampung Giring-Giring serta 5 orang dari perwakilan kelompok kampung Batu Putih.

Narasumber dalam pelatihan ini adalah 2 orang dari Diskoperindag kabupaten Berau yaitu Bapak Anas dan Bapak Abdul Rahman. Selain itu turut hadir pula pengurus dari BUMK Kampung Sumber Agung dan Kampung Giring-Giring serta perwakilan dari pemerintah kampung Sumber Agung. Turut hadir pula dari tim Konsorsium Peka Indonesia baik dari tingkat kabupaten dan kecamatan sebagai pelaksana dari kegiatan ini.

Pelatihan pengemasan dan sertifikasi halal, 10 November 2017 bertempat di Kampung Sumber Agung Kec. Batu Putih Kab Berau.

Edisi 3 | November 2017 bidukputih5

Kemudian acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh pemateri pertama yaitu tentang Pengemasan oleh Bapa Abdul Rahman.

Dalam penjelasannya pemateri menyampaikan hal-hal yang penting dalam pengemasan seperti :

• Bagaimana cara menarik konsumen

• Kesesuaian ukuran pengemasan dengan isi barang yang dikemas dengan permintaan konsumen

• Kesesuaian bahan pengemas, apakah jenis barang yang dijual sekali pakai atau berkali kali dipakai

• Muatan tulisan yang ada dalam kemasan baik itu Merk, label persyaratan ( PIRT, Kadaluarsa, bahan yang dipakai dsb.

• Tonjolkan nama produk dan bahan

Selain itu Beliau juga menyampaikan tentang adanya peluang bagi masyarakat ataupun kelompok-kelompok di kampung untuk menitipkan produk-produknya ke bandara melalui stan Diskoperindag pada tahun depan.

Sesi berikutnya adalah sesi tanya jawab. Dalam sesi ini ada beberapa pertanyaan yg muncul antara lain dari Pak Dedi tentang permintaan kekurangan botol untuk pengemasan di kampung Batu Putih. Ibu Nurlaela dari kampung Giring-Giring menanyakan bagaimana tata cara menitipkan barang ke stan bandara. Kemudian ada permintaan akan masukan dari pengemasan terhadap produk produk yang sudah ada sekarang.

Pertanyaan–pertanyaan tersebut dijawab oleh pemateri sebagai berikut :

• Untuk syarat ikut di stan tinggal mendaftarkan produknya dan produk tersebut akan dinilai oleh tim diskoperindag apakah layak atau tidak untuk dijual di stan bandara.

• Untuk permintaan botol terasi di batu putih pihak dinas mempersilahkan mendaftar sehingga dapat diketahui bagaimana kemasan yang diperlukan dan volume pemesanannya.

• Pemateri juga mengomentari tentang kemasan produk produk yang di sediakan di meja pemateri.

Sesi kedua dilanjutkan pada pukul 1.00 wita. Pemateri kedua berasal dari Diskoperindag yaitu Pak Anas yang menyampaikan materi tentang sertifikasi halal. Dalam penyampaiannya pemateri memberikan hal hal tentang bagaimana tata cara mengajukan sertifikasi halal.

Sertifikasi halal akan dikeluarkan oleh LPPM POM- MUI Kalimantan timur beberapa hal tentang persyaratan terlampir. Selanjutnya pemateri memberikan form isian yang harus diisi dan praktik mengisi form tersebut hingga selesai. Kegiatan ini menggunakan metode penjelasan dan praktik langsung sehingga ada diskusi dan praktik dalam pelaksanaannya.

Adanya pelatihan ini sangat disabut baik oleh kelompok-kelompok terutama untuk kemajuan usaha yang selama ini dijalankan.

Berikut salah satu komentar dari peserta pelatihan ini, “…..Ya kami ini senang Pak sudah dibantu dari konsorsium PEKA dan MCA-Indonesia (MCA-I) mulai dari latihan produk-produknya sampai sekarang ada pelatihan pengemasan dan label halal ini, yah….mudah-mudahan ya Pak nanti kami cepet mendapatkan label halal biar pemasarannya bisa lebih luas tidak hanya di sini-sini saja….” Jelas Bu Nurlaela dari kelompok Kampung Giring-Giring.

Kelompok penerima manfaat sangat antusias terhadap pelatihan ini dan berharap proyek ini bisa memberikan dampak bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan di masyarakat.

Ibu-Ibu Kelompok antusias bertukar pengalaman mengolah dodol dalam pelatihan. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Edisi 3 | November 2017bidukputih6

KABAR ENERGI TERBARUKAN

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Kampung Giring-Giring dan Sumber Agung.

Pembangkit listrik energi terbarukan bukan isu baru lagi bagi masyarakat. Sangat disayangkan seandainya pembangkit listrik energi terbarukan yang telah dibangun, hanya sedikit sekali yang masih bertahan dan beroperasi. Diperlukan usaha bagi kita semua untuk terus mendorong pemanfaatan potensi sumber daya yang ada untuk dapat dikelola lebih baik lagi dan berkelanjutan.

Suasana Rapat Lintas Sektor Persiapan Pembangunan PLTS. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Kabupaten Berau mempunyai potensi sumber daya alam yang luar biasa melimpah untuk pengelolaan energi terbarukan, salah satunya dalah sinar matahari. Kemudian bagaimana pemanfaatan dan pengelolaan potensi tersebut dapat dimanfaatkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah tanggung jawab sekaligus tantangan bersama yang sudah ada di depan mata kita.

Pemerintah Kampung sebagai lembaga penerima bantuan pembangkit listrik energi terbarukan serta selaku organisasi pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat menjadi kunci utama dalam koordinasi.

Pemerintah Kampung harus memaksimalkan peran dan kewenangannya untuk mendampingi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki.

Pemerintah Kampung perlu memberdayakan dan menguatkan kelembagaan yang sudah dibangun sebelumnya, contohnya seperti Badan Usaha Milik Kampung/Desa, kelembagaan adat atau organisasi kemasyarakatan setempat, untuk mengelola potensi

sumber daya yang dimiliki sehingga pemeliharaan dan pelestariannya juga terjamin.

Dapat memastikan masyarakat siap menerima dan mengelola energi terbarukan itu penting untuk menjamin keberlanjutannya. Disinilah peran perencanaan di tingkat Kampung dapat dimaksimalkan dan dikuatkan.

Untuk meningkatkan partisipasinya Kampung dapat menganggarkan pelatihan untuk para operator pembangkit dalam RPJM Kampung/Desa, sehingga tidak perlu lagi bergantung dan menunggu dari program pelatihan dari pihak lain.

Masyarakat perlu penguatan kapasitas, investasi terbesar dalam pengelolaan energi terbarukan adalah melihat basis potensi masyarakat di Kampung untuk mengelola potensi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang sama yakni kesejahteraan masyarakat.

Vendor PLTS Memberikan penjelasan Mengenai Rencana Pembangunan PLTS. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Edisi 3 | November 2017 bidukputih7

Mengenal Lebih Dekat

LAMIN SEGAWI LAMIN SEGAWI, rumah kerja bersama dalam bahasa Banjar. LAMIN SEGAWI berusaha mendekatkan layanan ke wilayah kerja yang lebih kecil. Menjadikan konteks lokal sebagai basis utama pengembangan dan pemberian layanan, serta pada saat yang sama berusaha menguatkan potensi sumber daya dan kelembagaan lokal secara berkelanjutan.

Saat ini Lamin Segawi tergabung dalam konsorsium proyek Pe-manfaatan Sumberdaya Alam dan Energi Terbarukan Secara Berke-lanjutan. Penerima manfaat bagi Peningkatan Kesejahteraan Mas-yarakat 2 Kampung di Kawasan Bentang Alam Karst di Kecamatan Batu Putih dan Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau.

Lokasi proyek di Kampung Sum-ber Agung dan Batu Putih di Keca-matan Batu Putih, serta Kampung Giring-Giring dan Teluk Sulaiman di Kecamatan Biduk-Biduk, Kabu-paten Berau, Kalimantan Timur.

Lamin Segawi berperan serta ikut mengawasi pembangunan PLTS untuk pasokan energi terbarukan tenaga surya bagi kelompok usaha kecil.

Dalam mengembangkan dan me-mastikan berjalannya program ini, Lamin Segawi rutin melakukan

monitoring dan evaluasi. Mereka turun langsung mengecek proses pembangunan PLTS dan rumah produksi, mengecek perkemban-gan bibit rumput laut, dan turut menginisiasi berbagai macam pelatihan penunjang untuk kelom-pok penerima manfaat.

Lamin Segawi juga turut men-dampingi dan mengarahkan pe-serta studi banding rumput laut dari Kampung Sumber Agung dan pengolahan kelapa terpadu dari Kampung Giring-Giring.

Lamin Segawi juga ikut meningkat pendapatan Masyarakat melalui pembentukkan Kelompok-kelom-pok Usaha Kecil penerima manfaat dan mengawasi distribusi bantuan alat, bibit, dan bahan baku.

VisiMewujudkan pembangunan Kalimantan yang lestari dan berkelanjutan.Misi1. Melakukan penelitian dan kajian

strategis pembangunan berkelanju-tan di Kalimantan,

2. Melakukan pemberdayaan mas-yarakat Kalimantan dalam as-pek sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan,

3. Mendorong perbaikan tata kelola pemerintah daerah dan perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan,

4. Melakukan upaya peningkatan ka- pasitas dan pendidikan bagi ko-munitas dan organisasi masyarakat yang bekerja di Kalimantan,

5. Melakukan upaya advokasi kebija-kan publik yang mendukung pem-bangunan berkelanjutan di Kali-mantan,

6. Mendorong keterbukaan peme- rintah daerah dalam penyajian dan pemberian akses terhadap informa-si publik,

7. Bekerjasama secara aktif dengan para pemangku kepentingan pem-bangunan di Kalimantan,

8. Melaksanakan kegiatan lain yang sejalan dengan tujuan yayasan.

Monitoring dan Evaluasi rumput laut di kelompok petani rumput laut Kampung Sumber Agung. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Petani rumput laut bersiap menanam rumput laut dengan metode rawai. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Edisi 3 | November 2017bidukputih8

BUDIDAYA RUMPUT LAUT: METODE RAWAIMetode rawai merupakan salah satu metode permukaan yang paling banyak diminati pada buddaya rumput laut. Metode ini mirip dengan metode lepas dasar tetapi diletakkan dipermukaan dan lebih fleksibel terhadap kedalaman perairan. Disamping lebih mudah dalam pemilihan lokasi, alat dan bahan yang digunakan juga lebih tahan lama, serta biaya relatif murah.

Pada prinsifnya, metode rawai menggunakan tali panjang yang dibentangkan sehingga metode tersebut dikenal dengan istilah metode long line. Teknik budidaya dengan metode rawai adalah sebagai berikut :

1. Bibit yang akan ditanam diikat dengan tali rapia atau tali polietilen kecil (diameter 1 mm) kemudian diikatkan pada tali ris dengan jarak tidak kurang dari 25 cm dengan panjang tali ris berkisar 50 – 75 cm yang direntangkan dengan tali utama (diameter 10 mm ), semakin panjang tali ris yang digunakan, semakin besar memungkinkan untuk terbelit atau terkait dengan tali ris disampingnya terutama pada saat arus /ombak agak besar.

2. Tali jangkat dengan ukuran 10 mm diikatkan pada kedua ujung tali utama yang dibawahnya sudah diikatkan pada jangkar, batu karang, batu pemberat atau karung yang telah berisi pasir.

3. Pelampung yang terbuat daru styroform, botol polyetilen 0,5 liter atau pelampung khusus pada tali ris dapat digunakan untuk mengapungkan rumput laut agar tetap berada pada posisi yang diinginkan.

4. Pelampung diikat pada tali ris dengan menggu-nakan tali penghubung dengan panjang seki-tar 10 – 15 cm supaya rumput laut tidak mengapung dipermukaan.

5. Pada satu bentangan tali utama, dapat diikatkan be-berapa tali ris dengan jarak antar tali ris sekitar 1 m, untuk menghindari benturan antar tali ris akibat ge-lombang atau arus kuat.

Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk satu blok yang terdiri dari 6 bentangan tali ris dengan luas 1 blok, 5 x 50 m (panjang tali ris 50 m dengan dengan jarak antar tali ris 1 m) adalah sebagai berikut :

• Tali iris polietilen diameter 8 mm sebanyak 8 kg.• Bibit rumput laut sebanyak 150 kg.

• Tali jangkar dan tali utama polietilen diameter 10 mm sebanyak 4,5 kg tergantung kedalaman air lokasi budidaya.

• Jangkat, patok kayu atau karung berisi pasir sebanyak 4 buah.

• Tali raffia atau polietilen diameter 1 mm sebanyak 3 kg.

• Pelampung utama sebanyak 6 – 8 buah.• Pelampung pembentuk berupa botol air minum

sebanyak 200 buah.• Peralatan lainnya berupa pisau, keranjang, dan

perahu/sampan.

Edisi 3 | November 2017 bidukputih9

Peluang, Nilai Ekonomis, dan Dampak Lingkungan

COCOMESH BAHAN REKLAMASI BEKAS TAMBANG

Pemanfaatan Cocomesh pada tebing. (FOTO: RUMAHSABUT.COM)

CARA MEMBUAT COCOMESH

Bahan:

Sabut kelapa

Peralatan:

• Mesin Pengurai sabut kelapa• Mesin pemintal sabut• Proses Pembuatan:

1. Siapkan sabut kelapa yang sudahcukup tua.

2. Giling kulit kelapa/cabik menjadisabut dengan mesin Pengurai sabut.

3. Jemur sabut kelapa sampai kering.

4. Pintal sabut menjadi tambangdengan mesin pemintal sabut.

5. Anyam/merajut tambang menjadijaring/cocomesh.

6. Jaring sabut kelapa/cocomesh siap digunakan.

Cocomesh adalah jaring yang dibuat dari sabut kelapa. Saat ini banyak dimanfaatkan dan menjadi primadona dalam membantu proses reklamasi tambang, pantai, atau hutan. Kelebihan dari material cocomesh ini adalah tahan lama. Mampu bertahan sekitar 4 tahun atau lebih sehingga material dapat tumbuh selama masa pertumbuhan vegetasi baru.

Sifatnya yang biodegradable dan kuat, membantu mempermudah tumbuhnya tanaman baru pada bidang Cocomesh yang diletakkan di tanah bekas tambang.

Pemanfaatan Cocomesh telah terbukti mampu menghijaukan areal bekas tambang, atau hutan gundul. Banyak perusahan konsultan penghijauan bekas tambang mulai beralih kepada material yang alami.

Sifat material cocomesh yang terbuat dari sabut kelapa, yaitu mampu menyimpan air dalam waktu cukup lama, menyebabkan permukaan tanah yang ditutup oleh material ini terjaga kelembapannya.

Hal ini mampu mempengaruhi struktur tanah agar mudah ditanami dengan bibit tananam atau biji. Selain itu, cocomesh sebagai pengganti tanah pada saat penanaman biji atau bibit tanaman tersebut.

Pemakaian material cocomesh sangat cocok untuk lahan miring atau berbatu, melihat dari sifat elastisitas material ini. Contoh yang telah diaplikasikan seperti pada kawasan bekas tambang.

Penggunaan cocomesh sangat cocok untuk tambang dengan lahan miring. Selain itu, cocomesh sangat efektif pada lahan bebatuan.

Ukuran Cocomesh di PasaranJarak antar tali: 2×2 cm, 3×3 cm, dan 4x4 cmDiameter tali: 0,5 cmDimensi: 1×50 m, 1x30m , 2x25m, 2x30m, 2×50 m atau sesuai permintaan.