35
Bab III Analisis Lingkungan Bisnis 3.1 Economic Development Environment Isu Perubahan indikator-indikator ekonomi pembangunan digunakan sebagai isu utama. Perubahan yang terjadi pada indikator-indikator ini pada akhirnya akan mengubah lingkungan ekonomi pembangunan yang pada dasarnya menjadi salah satu lingkungan eksternal suatu bisnis yang berpengaruh besar terhadap aktivitas bisnis. Berikut adalah tabel yang menunjukan terjadinya perubahan pada indikator-indikator ekonomi pembangunan yang digunakan dalam analisis mengenai pengaruh perkembangan ekonomi terhadap perusahaan yang bergerak di industri perbankan : Tabel 3.1. Indikator Perkembangan Ekonomi No . Variabel Tahun Ket. 2011/2012 2012/2013 1 Produk Domestik Bruto per kapita Rp 33.531.354,5 6 Rp 36.508.486,3 2 Naik 2 Konsumsi Rumah Tangga (Makanan) 51.08 50.66 Turu n 3 Konsumsi Rumah Tangga (Non-Makanan) 48.92 49.34 Naik

Big Paper GBE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BPR

Citation preview

Page 1: Big Paper GBE

Bab III

Analisis Lingkungan Bisnis

3.1 Economic Development Environment

Isu

Perubahan indikator-indikator ekonomi pembangunan digunakan sebagai isu utama.

Perubahan yang terjadi pada indikator-indikator ini pada akhirnya akan mengubah

lingkungan ekonomi pembangunan yang pada dasarnya menjadi salah satu lingkungan

eksternal suatu bisnis yang berpengaruh besar terhadap aktivitas bisnis. Berikut adalah

tabel yang menunjukan terjadinya perubahan pada indikator-indikator ekonomi

pembangunan yang digunakan dalam analisis mengenai pengaruh perkembangan ekonomi

terhadap perusahaan yang bergerak di industri perbankan :

Tabel 3.1. Indikator Perkembangan Ekonomi

No. VariabelTahun

Ket.2011/2012 2012/2013

1 Produk Domestik Bruto per kapita Rp 33.531.354,56 Rp 36.508.486,32 Naik

2 Konsumsi Rumah Tangga (Makanan) 51.08 50.66 Turun

3Konsumsi Rumah Tangga (Non-

Makanan)48.92 49.34 Naik

4 Tingkat Pengangguran Terbuka 6.14 5.92 Turun

5Persentase Rumah Tangga Status

Kepemilikan Rumah Milik Sendiri78,77% 80,18% Naik

6Penduduk Berumur 15 Tahun Ke

Atas yang Melek Huruf 93.25% 93.92% Naik

7 Persentase Penduduk Miskin 11,66% 11,37% Turun

8 Human Development Index 73,29 73.81 Naik

9 Kredit Investasi Perbankan 591.073(Miliar Rupiah)

794.128(Miliar Rupiah)

Naik

10 Kredit Modal Kerja1.325.357

(Miliar Rupiah)1.593.281

(Miliar Rupiah)Naik

Sumber: Data Badan Pusat Statistik

Page 2: Big Paper GBE

Pembahasan

Berdasarkan indikator moneter yaitu Produk Domestik Bruto per kapita yang

mengalami peningkatan, terjadi penurunan pada persentase penduduk miskin yang diikuti

dengan penurunan tingkat pengangguran dan peningkatan tingkat pendidikan yang dapat

dilihat dari meningkatnya jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf.

Dengan menurunnya persentase penduduk miskin, dapat mendorong daya beli masyarakat

yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Daya beli masyarakat yang semakin tinggi

dapat meningkatkan pertumbuhan pada industri, dalam hal ini adalah industri perbankan.

Daya beli masyarakat yang semakin tinggi dan pendidikan yang lebih baik dapat membuat

masyarakat menyadari akan pentingnya perbankan sehingga dapat mendorong masyarakat

untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dengan cara mengajukan kredit kepada

perbankan. Masyarakat dapat mengajukan kredit kepada perbankan seperti yang terlihat

pada kredit investasi perbankan dan kredit modal kerja yang mengalami peningkatan.

Berdasarkan indikator non-moneter, tingkat pengangguran terbuka mengalami

penurunan, sebaliknya persentase rumah tangga dengan status kepemilikan rumah milik

sendiri mengalami peningkatan dan diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk berumur

15 tahun ke atas yang melek huruf. Adanya peningkatan pada indikator pendidikan dan

indikator perumahan serta penurunan pada tingkat pengangguran terbuka dapat menjadi

indikator yang menunjukkan bahwa terjadi perbaikan pada perekonomian yang dapat

mengarah pada perkembangan ekonomi di Indonesia.

Menurunnya tingkat pengangguran serta meningkatnya kepemilikan rumah milik

sendiri dapat menjadi indikator bahwa terjadi peningkatan kemampuan daya beli

masyarakat Indonesia. Meningkatnya indikator pendidikan yang ditandai dengan

meningkatnya jumlah penduduk di atas umur 15 tahun yang melek huruf dapat

berpengaruh terhadap menurunnya tingkat pengangguran. Masyarakat yang sudah melek

huruf sekarang mampu untuk mencari pekerjaan sehingga pengangguran mengalami

penurunan. Hal ini juga sejalan dengan meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat yang

dilihat dari peningkatan konsumsi rumah tangga masyarakat pada non-makanan, sebaliknya

konsumsi rumah tangga masyarakat pada makanan mengalami penurunan. Kedua indikator

tersebut berbanding terbalik karena pada saat ini kecenderungan masyarakat Indonesia

mulai banyak melakukan pemenuhan kebutuhan pada kebutuhan non-makanan seperti

Page 3: Big Paper GBE

sandang dan papan sehingga konsumsi rumah tangga pada makanan cenderung mengalami

penurunan. Kondisi tersebut semakin dikuatkan dengan peningkatan Human Development

Index atau yang lebih dikenal dengan Indeks Pengembangan Manusia yang dapat menjadi

indikator tingkat kesejahteraan manusia dan keberhasilan pembangunan manusia yang

dapat mengarah pada perkembangan ekonomi.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Berdasarkan analisis di atas, ditemukan adanya peluang bagi PT. BPR Universitas

Gadjah Mada untuk dapat mengembangkan usahanya, meningkatkan aktivitas pelayanan

jasa kepada para nasabah dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kredit

sebagai akibat dari peningkatan daya beli masyarakat, peningkatan konsumsi rumah

tangga non-makanan seperti sandang dan papan, dan indikator-indikator lainnya yang

mendukung. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Menteri Keuangan Bambang P. S.

Brodjonegoro bahwa kebutuhan sekunder telah terjangkau bagi segenap warga Indonesia

terutama dalam pemenuhan kebutuhan perumahan namun masih terdapat kesulitan karena

terbatasnya akses untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun lembaga keuangan

lainnya1. Ancaman yang dapat timbul adalah terjadinya kredit macet yang diakibatkan oleh

debitur yang gagal membayar kredit. Melihat peluang dan ancaman yang terjadi, PT. BPR

Universitas Gadjah Mada dalam memberikan kredit kepada calon debitur harus memitigasi

risiko yang akan terjadi dengan menjaga tingkat NPL agar tetap di bawah 5%.

3.2 Regional Economy Environment

Isu

Lingkungan ekonomi regional juga memberikan pengaruh yang besar bagi aktivitas

bisnis perusahaan. Perubahan indikator-indikator aktivitas ekonomi di tingkat regional

menunjukan adanya perubahan lingkungan ini. Penulis mengambil indikator-indikator

terkait pertumbuhan ekonomi di D.I. Yogyakarta, yang menjadi isu utama dalam

lingkungan ini. Berikut adalah tabel yang menunjukan pertumbuhan ekonomi yang terjadi

di D.I. Yogyakarta :

Tabel 3.2. Indikator Ekonomi Regional Propinsi D.I. Yogyakarta

1 Situs Resmi Kementrian Keuangan. http://www.kemenkeu.go.id/Berita/menkeu-kenaikan-pendapatan-kapita-tingkatkan-daya-beli-perumahan. Diakses pada tanggal 2 April pukul 19.28 WIB.

Page 4: Big Paper GBE

No. VariabelTahun

Ket.2011 2012

1Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar Harga Berlaku

57031,75(miliar rupiah)

63690,32(miliar rupiah)

Naik

2Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar Harga Konstan

23308,56(miliar rupiah)

24567,48(miliar rupiah)

Naik

4 Tingkat Pengangguran Terbuka 3,97% 3,34% Turun

Sumber: Data Badan Pusat Statistik Diakses 19 Maret 2015 pukul 11.43 WIB

Pembahasan

Peningkatan PDRB di D.I. Yogyakarta membuat pemerintah setempat mampu untuk

meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana atau infrastruktur daerahnya. Kondisi

infrastruktur suatu daerah menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan suatu

perusahaan jika akan melakukan investasi di suatu wilayah. Infrastruktur yang membaik

akan menarik para investor untuk melakukan investasi di daerah tersebut. Semakin banyak

investasi masuk maka kegiatan bisnis akan semakin lancar sehingga struktur biaya suatu

perusahaan terkait operasional bisnis di wilayah tersebut akan semakin baik. Kondisi

tersebut selanjutnya akan meningkatkan jumlah dan aktivitas industri serta perdagangan.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Peluang yang terjadi dengan adanya peningkatan PDRB dan penurunan tingkat

pengangguran terbuka bagi PT. BPR Universitas Gadjah Mada adalah dengan semakin

banyaknya kegiatan bisnis dapat menjadi peluang bagi bank untuk menyalurkan kredit.

Sedangkan, ancaman yang dapat terjadi adalah PT. BPR Universitas Gadjah Mada bersaing

dengan bank lain dalam pemberian kredit sehingga kesempatan untuk mendapatkan

keuntungan menjadi berkurang. Melihat peluang dan ancaman yang hadir dikarenakan oleh

meningkatnya PDRB dan menurunnya tingkat pengangguran terbuka, PT. BPR Universitas

Gadjah Mada perlu untuk melakukan inovasi produk dan memberlakukan suku bunga yang

kompetitif agar dapat menarik nasabah.

3.3 Monetary and Fiscal Policies Environment

Isu

Penetapan BI Rate yang dilakukan oleh Bank Indonesia dapat berpengaruh terhadap

kegiatan perbankan. Di sisi lain, apabila terjadi perubahan pada pajak pendapatan

perorangan juga dapat berpengaruh terhadap kegiatan perbankan.

Page 5: Big Paper GBE

Pembahasan

Bank Indonesia menetapkan BI Rate sebesar 7,5% per April 20152 , hal ini dapat

menyebabkan bank dapat menaikkan suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman.

Kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat untuk menunda kegiatan

konsumsi mereka dan beralih untuk menyimpan uang mereka di bank. Untuk menghindari

agar margin tidak tertekan, bank perlu untuk menaikkan suku bunga pinjaman, namun

dengan menaikkan suku bunga pinjaman akan muncul masalah baru yaitu muncul risiko

kredit bermasalah.

Di sisi lain, apabila pemerintah menurunkan pajak pendapatan perorangan maka akan

terjadi peningkatan konsumsi masyarakat, hal yang sama berlaku sebaliknya yaitu apabila

pemerintah menaikkan pajak pendapatan perorangan maka konsumsi masyarakat akan

menurun. Ketika pemerintah menurunkan pajak pendapatan perorangan dan mendorong

konsumsi masyarakat, pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan permintaan uang yang

akan cenderung menaikkan suku bunga. Suku bunga yang tinggi membuat pinjaman

menjadi lebih mahal sehingga menurunkan investasi.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Peluang yang dapat terjadi dikarenakan oleh penetapan BI Rate dan perubahan pada

pajak perorangan adalah masyarakat akan lebih senang untuk menyimpan uangnya di bank

karena ada kenaikkan BI Rate. Ancaman yang dapat terjadi adalah apabila terjadi

penurunan pada BI Rate maka nasabah akan menarik uangnya keluar. Sedangkan apabila

terjadi perubahan pada pajak pendapatan perorangan maka akan berpengaruh terhadap

keputusan investasi. Melihat peluang dan ancaman yang hadir, PT. BPR Universitas

Gadjah Mada perlu untuk menjaga likuiditasnya dengan cara mendapatkan dana dari pihak

ketiga maupun dari bank umum.

3.4 Industry and Sectoral Policies Environment

Isu

Kebijakan di bidang perbankan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan

ditujukan untuk memperbaiki struktur pasar agar menjadi semakin kokoh, efisien, dan lebih

2 Situs Resmi Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data/Default.aspx. Diakses pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 10.00 WIB.

Page 6: Big Paper GBE

transparan sehingga dapat memberi manfaat bagi perekonomian yang berkelanjutan3.

Selain kebijakan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, Gubernur Bank Indonesia

mengeluarkan arah kebijakan perbankan tahun 2015 dan menargetkan ekonomi Indonesia

pada tahun 2015 dapat mencapai 5,4%-5,8% dengan defisit transaksi berjalan yang

membaik.

Pembahasan

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang berfungsi untuk mengatur dan

mengawasi kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan merupakan

lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang memiliki fungsi,

tugas, wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksanan, dan penyidikan. Kebijakan di

bidang perbankan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan antara lain :

1. POJK tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan

2. POJK tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi bagi Konglomerasi

Keuangan

3. POJK tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif

(Laku Pandai)

4. POJK tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

5. POJK tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Perbankan Syariah

6. POJK tentang Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Tujuan dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan ini adalah untuk

memperbaiki struktur pasar agar menjadi semakin kokoh, efisien, dan lebih transparan

sehingga dapat memberi manfaat bagi perekonomian yang berkelanjutan.

Gubernur Bank Indonesia mengeluarkan arah kebijakan perbankan tahun 2015 yaitu

inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Selain itu, Bank Indonesia

menargetkan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 dapat mencapai 5,4%-5,8% dengan

defisit transaksi berjalan yang membaik4..

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan arah

kebijakan perbankan yang dikeluarkan oleh Gubernur Bank Indonesia, peluang bagi PT. 3 Situs resmi Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/ojk-rilis-enam-kebijakan-perbankan#. Diakses pada tanggal 28 Maret 2015 pukul 11.00

4 Situs resmi tabloid Kontan. http://nasional.kontan.co.id/news/ini-arah-kebijakan-bi-di-2015. Diakses pada tanggal 28 Maret 2015 pukul 11.30

Page 7: Big Paper GBE

BPR Universitas Gadjah Mada adalah dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan maka proses

bisnis yang dilakukan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada menjadi lebih terkontrol dan

turut berkontribusi dalam menumbuhkan perekonomian Indonesia dengan mengikuti arah

kebijakan perbankan. Ancaman yang akan terjadi adalah apabila terjadi risiko sistemik

pada industri perbankan maka dapat terjadi kemungkinan bahwa risiko sistemik tersebut

akan berdampak pada proses bisnis yang dilakukan oleh PT. BPR Universitas Gadjah

Mada. Melihat peluang dan ancaman yang hadir dikarenakan oleh kebijakan-kebijakan

yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, PT. BPR

Universitas Gadjah Mada tetap harus mengikuti kebijakan regulator yaitu Otoritas Jasa

Keuangan dan mengikuti arah kebijakan perbankan Bank Indonesia.

3.5 Domestic Political Environment

Isu

Pemilu Presiden yang diselenggarakan pada tahun 2014 lalu mendorong percepatan

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Percepatan pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi

yang dibantu peningkatan konsumsi karena pemilu akan menghadapi tantangan kebijakan

pengetatan kredit rumah tangga dan meningkatnya harga komoditas

Pembahasan

Bank Indonesia merilis laporan Tinjauan Kebijakan Moneter tahun 2014 yang terdiri

dari berbagai indikator dini dan indikator penuntun yang mengindikasikan percepatan

pertumbuhan ekonomi5. Percepatan pertumbuhan ekonomi ini bersumber dari peningkatan

konsumsi rumah tangga seiring dengan belanja pemilu, namun pengaruh pelaksanaan

pemilu terhadap konsumsi rumah tangga tidak sekuat pengaruh yang terjadi pada periode-

periode sebelumnya. Percepatan pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh konsumsi rumah

tangga dan konsumsi pemerintah yang meningkat.

Konsumsi masih menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan

ekonomi yang dibantu peningkatan konsumsi karena pemilu akan menghadapi tantangan

kebijakan pengetatan kredit rumah tangga dan meningkatnya harga komoditas. Bank

Indonesia membuat kebijakan yang membatasi kredit rumah tangga dapat memperlambat

5 Bank Indonesia. 2014. Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2014. Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter. Jakarta.

Page 8: Big Paper GBE

konsumsi domestik yang akan menekan pertumbuhan ekonomi. Kredit konsumsi yang

mencakup sebesar 25% dari total kredit turun paling tajam dibandingkan kredit modal kerja

maupun kredit ekspor. Pertumbuhan kredit konsumsi seperti pembelian mobil, sepeda

motor, dan rumah melambat sebesar 20% pada akhir tahun 2014. Adanya kebijakan yang

diberlakukan oleh Bank Indonesia dapat menjadi ancaman bagi perusahaan terutama

perbankan dalam memberikan kredit kepada nasabah.

Sejalan dengan konsumsi yang menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi di

Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa hingga akhir tahun 2014 jumlah

pembiayaan atau kredit secara keseluruhan yang telah disalurkan perbankan baik bank

umum maupun bank perkreditan rakyat kepada masyarakat di Provinsi DIY mencapai RP

29,7 triliun. Komposisi pinjaman yang diberikan sebanyak 60% berupa pembiayaan modal

kerja dan investasi, sementara 40% sisanya merupakan pembiayaan konsumsi. Jumlah

kredit yang disalurkan kepada UMKM di Provinsi DIY mencapai Rp 12,7 triliun atau

mencapai 42,8% dari seluruh pinjaman yang disalurkan perbankan di Provinsi DIY. Jumlah

penyaluran kredit kepada UMKM tumbuh sebesar 22,4%. Hal ini menunjukkan adanya

dukungan yang baik dari sektor perbankan terhadap perkembangan sektor UMKM di

Provinsi DIY sehingga dapat terjadi distribusi pendapatan yang lebih merata bagi seluruh

masyarakat di Provinsi DIY6.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Dengan adanya percepatan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh konsumsi rumah

tangga, dapat mendukung perkembangan sektor UMKM di Provinsi D. I. Yogyakarta

sehingga dapat terjadi distribusi pendapatan yang lebih merata bagi seluruh masyarakat.

Hal ini dapat menjadi peluang bagi perusahaan dalam menyalurkan kredit karena di

Provinsi D. I. Yogyakarta terdapat banyak pelaku usaha yang usahanya berada dalam

sektor UMKM. Percepatan pertumbuhan ekonomi yang dihadapkan dengan kebijakan

pengetatan kredit rumah tangga dapat menjadi ancaman bagi perusahaan karena dapat

membatasi jumlah kredit yang akan diberikan kepada debitur, seperti dalam hal pemberian

KPR. Melihat peluang dan ancaman yang hadir dikarenakan oleh percepatan pertumbuhan

ekonomi, PT. BPR Universitas Gadjah Mada tetap harus mengikuti kebijakan regulator

6 Situs Resmi Warta Ekonomi. 2015. http://wartaekonomi.co.id/read/2015/02/02/44008/sepanjang-2014-perbankan-di-yogyakarta-salurkan-kredit-rp-297-triliun.html. Diakses pada tanggal 8 April 2015 pukul 20.00 WIB.

Page 9: Big Paper GBE

yaitu Otoritas Jasa Keuangan dan melakukan kerjasama dengan developer dalam hal

pemberian kredit untuk KPR.

3.6 International Political Environment

Isu

Proses regionalisasi dalam bidang ekonomi kawasan ASEAN pertama kali diawali

dengan disepakatinya Preferential Trading Agreement (PTA) tahun 1977, kemudian

dilanjutkan dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 1992, dan akan berakhir

dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) pada tahun 2015. MEA merupakan realisasi dari integrasi ekonomi yang

termuat dalam visi ASEAN 2020 yang terdiri dari tiga pilar yang saling terintegrasi, yaitu:

1. ASEAN Security Community

2. ASEAN Economic Community

3. ASEAN Socio-Culture Community

Pembahasan

Untuk menghadapi AEC pada tahun 2015 ini, terlebih dahulu dimulai dengan proses

integrasi pasar modal di kawasan ASEAN pada tahun 2013 melalui program Perdagangan

Bebas Pasar Modal yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses integrasi industri

perbankan pada tahun 2020 melalui program Perdagangan Bebas Perbankan (ASEAN

Banking Integration Framework). Adanya integrasi ini diharapkan dapat menjadi jembatan

penghubung bagi aktivitas perdagangan dan keuangan Negara-negara ASEAN dengan

aktivitas sistem perekonomian global7.

Perbankan merupakan lembaga intermediasi antara pihak yang memiliki kelebihan dana

dengan pihak yang kekurangan dana. Perbankan juga menjadi intermediasi antara investor

dengan industri. Dengan terealisasinya AEC, dapat dipastikan bahwa akan terjadi serbuan

bank asing untuk bersaing dalam mendapatkan nasabah. Bank asing tersebut tentunya

datang dengan membawa sistem yang mereka miliki yang tentunya sudah lebih maju dan

memiliki strategi bisnis yang baik yang dapat menyebabkan perubahan dalam persaingan

perbankan di Indonesia sehingga persaingan dalam dunia perbankan menjadi semakin

ketat. Semakin meningkatnya persaingan dengan bank asing, maka dapat menumbuhkan

7 Situs resmi Berita Satu. http://www.beritasatu.com/blog/ekonomi/1746-asean-economic-community-antara-peluang-dan-ancaman.html. Diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 17.57.

Page 10: Big Paper GBE

iklim persaingan yang positif bagi perbankan di Indonesia karena dapat mendorong

terjadinya persaingan sempurna di industri perbankan.

Moody’s Investors Service, penyedia peringkat kredit, penelitian, dan analisis risiko

terkemuka mengatakan bahwa prospek pada sistem perbankan Indonesia akan tetap stabil,

hal ini mencerminkan ekspektasi Moody’s Investors Service bahwa bank-bank negara

tersebut akan terus melaporkan fundamental keuangannya yang kuat, termasuk keuntungan

yang tinggi dan tingkat modal yang dimiliki, meskipun terdapat perlambatan ekonomi yang

dapat memberikan tekanan pada kualitas aset. Prospek pada sistem perbankan Indonesia

yang stabil secara keseluruhan untuk sistem perbankan telah efektif sejak Januari 20108.

Laporan tersebut juga mengatakan bahwa perbankan Indonesia akan mempertahankan

rasio modal yang sehat bahkan di bawah skenario buruk, di mana non-performing loan

diasumsikan meningkat menjadi sekitar enam kali level saat ini. Selain itu, profil likuiditas

bank harus tetap stabil selama 12-18 bulan ke depan, mengingat bahwa pertumbuhan kredit

diperkirakan akan melambat. Pada profitabilitas, menurut Moody’s Investors Service,

perbankan Indonesia akan tetap merupakan salah satu yang paling menguntungkan secara

global9.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Peluang bagi PT. BPR Universitas Gadjah Mada apabila AEC terealisasi adalah

memiliki jumlah simpanan dan pinjaman yang meningkat dan terjadinya perpindahan

teknologi dari negara maju ke negara berkembang yang dapat membantu untuk

memberikan pelayanan kepada para nasabah dengan lebih baik dibandingkan sebelum

terealisasinya AEC. Di sisi lain, dengan majunya industri perbankan, maka pengusaha kecil

dan menengah dapat memiliki akses yang lebih baik dari sebelumnya ke layanan

perbankan, sehingga dapat menjadi peluang bagi PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam

memberikan lebih banyak kredit kepada para pengusaha kecil dan menengah.

Industri perbankan di Indonesia saat ini lebih banyak dikuasai oleh perbankan asing,

baik bank swasta asing, bank campuran, maupun bank lokal yang dimiliki oleh asing.

Ancaman yang dapat terjadi bagi industri perbankan Indonesia akan semakin besar. PT.

BPR Universitas Gadjah Mada menghadapi ancaman dalam menghadapi AEC seperti 8 Situs resmi harian The Jakarta Post. http://www.thejakartapost.com/news/2014/04/07/aec-2015-banks-expected-grab-opportunities.html. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015 pukul 00.15

9 Situs resmi harian The Jakarta Post. http://www.thejakartapost.com/news/2014/04/07/aec-2015-banks-expected-grab-opportunities.html. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015 pukul 00.15

Page 11: Big Paper GBE

adanya pola persaingan baru karena tidak hanya menghadapi bank-bank lokal, namun juga

menghadapi bank-bank terbaik di regional ASEAN karena tidak terdapat batas yang dapat

menjadi hambatan antar negara. Melihat peluang dan ancaman yang hadir dikarenakan oleh

akan terealisasinya AEC, PT. BPR Universitas Gadjah Mada juga harus mampu untuk

memberikan penawaran pendanaan yang menarik untuk para nasabah karena akan semakin

banyak bank-bank yang menawarkan pendanaan kepada para nasabah sehingga PT. BPR

Universitas Gadjah Mada mampu untuk berkompetisi.

3.7 Governmental Environment

Isu

Pemerintah pusat dan industri perbankan melakukan interaksi dengan mendirikan

Otoritas Jasa Keuangan. Pemerintah, dalam hal ini adalah Otoritas Jasa Keuangan berperan

dalam mengatur dan mengawasi segala kegiatan perbankan agar tercipta industri perbankan

yang sehat.

Pembahasan

Otoritas Jasa Keuangan mulai dibicarakan pada pertengahan tahun 2008 karena terjadi

krisis global. Otoritas Jasa Keuangan diperlukan untuk mengantisipasi kompleksitas sistem

keuangan global dan menghindari adanya konflik yang terjadi antara Departemen

Keuangan dan Bank Indonesia dalam mengawasi lembaga keuangan. Dengan adanya

Otoritas Jasa Keuangan, maka Bank Indonesia harus melepaskan pengawasannya terhadap

perbankan, sedangkan Departemen Keuangan harus melepaskan pengawasan terhadap

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Peluang yang dapat terjadi dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan bagi PT. BPR

Universitas Gadjah Mada adalah proses bisnis yang dilakukan menjadi lebih terkontrol.

Sedangkan ancaman yang dapat terjadi adalah pengeluaran PT. BPR Universitas Gadjah

Mada yang menjadi lebih besar dikarenakan oleh adanya iuran kepada Otoritas Jasa

Keuangan untuk operasional lembaga tersebut. Melihat peluang dan ancaman yang hadir,

maka PT. BPR Universitas Gadjah Mada tetap harus mengikuti kebijakan regulator yaitu

Otoritas Jasa Keuangan.

Page 12: Big Paper GBE

3.8 Information Technology

Isu

Perbankan dituntut untuk dapat memproses transaksi dengan cepat, aman, dan tepat

sehingga membutuhkan teknologi atau sistem yang lebih maju dan sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh perbankan agar dapat membuat para nasabah puas dengan pelayanan yang

diberikan oleh bank.

Pembahasan

Pembangunan yang cepat pada industri perbankan ditandai dengan perubahan

fundamental yang terjadi pada kegiatan operasional. Perubahan ini merevolusi pola

pelayanan bank terhadap nasabah, salah satu contohnya adalah penggunaan Automated

Teller Machine (ATM). Nasabah yang antusias dengan penggunaan fasilitas ATM yang

ditawarkan oleh bank akan membuat para pejabat bank bahwa ATM dapat menarik

nasabah lebih banyak. Selain ATM, penggunaan internet banking juga semakin banyak

digunakan oleh industri perbankan agar dapat memproses transaksi dengan cepat, aman,

dan tepat. Adanya ATM dan internet banking dapat memudahkan nasabah dalam

melakukan transaksi perbankan karena dapat dilakukan di manapun nasabah tersebut

berada.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Peluang dari adanya teknologi atau sistem yang dibutuhkan perbankan seperti ATM

dan internet banking adalah dapat membantu PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam

melakukan proses bisnisnya. Sedangkan, ancaman yang dapat terjadi adalah dikarenakan

PT. BPR Universitas Gadjah Mada belum menerapkan teknologi atau sistem tersebut

dalam proses bisnisnya, maka nasabah maupun calon nasabah dapat lebih memilih bank

lain yang telah menerapkan teknologi atau sistem tersebut. Melihat peluang dan ancaman

yang hadir dikarenakan oleh teknologi atau sistem yang dibutuhkan oleh perbankan, maka

PT. BPR Universitas Gadjah Mada perlu untuk menerapkan teknologi atau sistem tersebut

agar dapat memproses transaksi dengan cepat, aman, dan tepat serta dapat menarik minat

nasabah.

3.9 Processing Technology

Isu

Page 13: Big Paper GBE

Perbankan dalam memproses keseluruhan data dan informasi yang diberikan oleh

nasabah tentunya membutuhkan suatu teknologi yang dapat membantu proses tersebut agar

dapat berjalan dengan cepat, akurat, dan sistematis.

Pembahasan

Secara berkesinambungan, PT. BPR Universitas Gadjah Mada terus meningkatkan

kapabilitas Core Banking System melalui aplikasi PINtech Sistem Perbankan Mikro untuk

meningkatkan pelayanan kepada nasabah tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian.

Peningkatan pelayanan tersebut juga ditujukan untuk mengakomodasikan penerapan

konsep Know Your Customer (KYC) dan Anti Money Laundering (AML). Core Banking

System ini berfungsi untuk menyimpan data nasabah, dimulai dari memasukkan,

mengubah, hingga menghapus data nasabah. Selain itu, dari Core Banking System yang

menggunakan PINtech Sistem Perbankan Mikro ini dapat mencatat transaksi kas harian,

memonitor mutasi transaksi harian, serta memonitor saldo rekening kas di bank setiap saat.

Untuk mendukung proses kredit, teknologi yang digunakan berbeda dengan tabungan dan

deposito. PT. BPR Universitas Gadjah Mada menggunakan Google Drive untuk

memasukkan, menyimpan, mengubah, dan menghapus data nasabah kredit. Untuk

memproses seluruh layanan tersebut, PT. BPR Universitas Gadjah Mada memiliki

infrastruktur teknologi informasi seperti jaringan, server, dan proteksi keamanan teknologi

informasi.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Data para nasabah baru dan nasabah lama yang telah tersimpan dan tercatat di server

yang dimiliki oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dan dapat diperbarui sewaktu-waktu

dapat membuat para nasabah menjadi loyal kepada bank karena tidak akan terjadi

kesalahan transaksi perbankan. Ancaman yang dapat timbul adalah adanya teknologi

pemrosesan yang belum dapat diterapkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dapat

membuat nasabah lebih memilih bank lain yang telah menerapkan teknologi pemrosesan

yang lebih maju. Melihat peluang dan ancaman yang hadir dikarenakan oleh teknologi

pemrosesan ini, maka PT. BPR Universitas Gadjah Mada perlu untuk menerapkan

teknologi pemrosesan yang lebih maju agar dapat mendukung pelayanan yang akan

diberikan kepada nasabah.

Page 14: Big Paper GBE

3.10 Demographic Environment

Isu

Isu terkait dengan lingkungan demografi adalah terjadinya perubahan kondisi

demografi di D.I. Yogyakarta. Perubahan tersebut dapat terlihat dari indikator variabel

demografi yang ada pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. Variabel demografi yang digunakan

dalam analisis kasus ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencakup tiga

indikator didalamnya, yaitu indikator kesehatan yang berupa tingkat harapan hidup,

indikator pendidikan yang berupa tingkat melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan

indikator ekonomi yang berupa pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan.

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan angka dari indikator-indikator yang

terdapat pada Indeks Pembangunan Manusia per Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta tahun

2011 yang digunakan dalam analisis ini10:

Tabel 3.3 Indikator pada Indeks Pembangunan Manusia per Kabupaten/Kota di

D.I Yogyakarta tahun 2011

Kabupaten/

Kota

Harapan

Hidup

Angka

Melek

Huruf

Rata-rata

Lama

Sekolah

Pengeluaran

Riil per

Kapita

IPM Peringkat

IPM

Kulonprogo 74,38 90,69 8,20 630,38 74,49 106

Bantul 71,31 91,03 8,82 646,08 74,53 107

G. Kidul 70,97 84,66 7,65 625,20 70,45 285

Sleman 75,06 92,61 10,30 647,84 78,20 14

Yogyakarta 73,44 98,03 11,48 649,71 79,52 1

DIY 73,22 90,84 9,07 646,56 75,77 4

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi D.I Yogyakarta

Sedangkan tabel yang menunjukkan angka dari indikator-indikator yang terdapat pada

Indeks Pembangunan Manusia per Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta tahun 2012 yang

digunakan dalam analisis ini11:

10 Situs Resmi BPS D.I Yogyakarta. http://yogyakarta.bps.go.id/index.php?r=site/page&view=sosduk.tabel.4-5-29. Diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 09.18.

11 Situs Resmi BPS D.I Yogyakarta. http://yogyakarta.bps.go.id/index.php?r=site/page&view=sosduk.tabel.4-5-29. Diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 09.18.

Page 15: Big Paper GBE

Tabel 3.4 Indikator pada Indeks Pembangunan Manusia per Kabupaten/Kota di

D.I Yogyakarta tahun 2012

Kabupaten/

Kota

Harapan

Hidup

Angka

Melek

Huruf

Rata-rata

Lama

Sekolah

Pengeluaran

Riil per

Kapita

IPM Peringkat

IPM

Kulonprogo 74,58 92,04 8,37 634,34 75,33 4

Bantul 71,34 92,19 8,95 654,96 75,58 3

G. Kidul 71,04 84,97 7,70 631,91 71,11 5

Sleman 75,29 94,53 10,52 653,11 79,31 2

Yogyakarta 73,51 98,10 11,56 657,65 80,24 1

DIY 73,27 92,02 9,21 653,78 76,75 4

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi D.I Yogyakarta

Pembahasan

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa masing-masing indikator yang terdapat

pada Indeks Pembangunan Manusia mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun

2012. Peningkatan ini terjadi di tiap Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta. Indeks

Pembangunan Manusia yang pada dasarnya mencakup tiga indikator yaitu indikator

kesehatan yang berupa tingkat harapan hidup, indikator pendidikan yang berupa tingkat

melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan indikator ekonomi yang berupa pengeluaran

riil per kapita yang disesuaikan apabila mengalami peningkatan maka dapat

mengindikasikan bahwa kondisi penduduk Indonesia, terutama D.I Yogyakarta berada pada

posisi yang lebih baik dari sebelumnya.

Pembangunan akan menempatkan pembangunan manusia sebagai kunci untuk

mencapai pengembangan sosial ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. Upaya untuk

memiliki pembangunan manusia yang baik dapat direalisasikan jika para penduduk

memiliki umur yang panjang atau relatif sehat, memiliki pengetahuan atau keterampilan

yang memadai, serta memiliki peluang untuk merealisasikan peluang maupun keterampilan

yang dimiliki dalam kegiatan kegiatan yang produktif sehingga dapat menghasilkan uang

atau dalam kata lain memiliki pekerjaan.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Page 16: Big Paper GBE

Kondisi ini tentunya dapat menjadi peluang bagi PT. BPR Universitas Gadjah Mada

karena berdasarkan peningkatan indikator-indikator tersebut membuat kebutuhan akan

perbankan seperti tabungan, deposito, dan kredit semakin meningkat. Di sisi lain, dengan

meningkatnya pendidikan di D.I Yogyakarta yang dilihat dari angka melek huruf dan rata-

rata lama sekolah dapat menjadi ancaman bagi PT. BPR Universitas Gadjah Mada karena

masyarakat sudah semakin paham mengenai perbankan sehingga mereka memiliki

preferensi tertentu terhadap suatu produk maupun layanan perbankan. perlu untuk

melakukan inovasi dalam layanan yang ditawarkan agar lebih menarik bagi masyarakat.

Melihat peluang dan ancaman yang hadir dikarenakan oleh peningkatan indikator-indikator

tersebut, PT. BPR Universitas Gadjah Mada perlu untuk melakukan inovasi produk

maupun layanan perbankan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan perbankan.

3.11 Social Environment

Isu

Dalam menghadapi konflik bisnis dengan lingkungan masyarakat, perusahaan

mengembangkan Corporate Social Responsibility (CSR). Tren pengadaan program

tanggung jawab sosial perusahaan diawali dengan adanya peraturan pemerintah melalui

Undang-Undang Persereoan Terbatas, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan

tanggung jawab sosial perusahaan (Pasal 74 UU no 40 Tahun 2007).

Pembahasan

Suatu bisnis yang beroperasi di dalam suatu masyarakat tentunya akan menjadi

tantangan bagi para pengusaha dalam menghadapi lingkungan sosial. Hal ini dimaksudkan

agar jalannya suatu bisnis dapat terhindar dari konflik negatif yang nantinya dapat merusak

kinerja bisnis. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya pada perusahaan

industri yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat, tetapi juga

sektor-sektor lain seperti: jasa, asuransi, komunikasi, lembaga keuangan bank dan bukan

bank.

PT. BPR Universitas Gadjah Mada terletak di lingkungan kampus Universitas Gadjah

Mada. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, PT. BPR Universitas Gadjah

Mada telah melakukan edukasi keuangan kepada masyarakat sekitar, memberikan beasiswa

kepada mahasiswa Universitas Gadjah Mada, memberikan bantuan berupa sepeda kepada

Page 17: Big Paper GBE

Universitas Gadjah Mada untuk mendukung program Bike to Campus, memberikan

bantuan kepada korban bencana alam, serta membagikan sembako dan daging kurban pada

saat Idul Adha.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Peluang dari pengadaan program tanggung jawab sosial perusahaan bagi PT. BPR

Universitas Gadjah Mada adalah dapat meningkatkan brand awareness, dapat melakukan

promosi secara tidak langsung, dan dapat bersosialisasi dengan komunitas sekitar.

Sedangkan ancaman yang mungkin timbul adalah apabila terjadi konflik negatif maka akan

berpengaruh terhadap kinerja bisnis. Melihat peluang dan ancaman yang muncul dari

adanya tanggung jawab sosial ini, PT. BPR Universitas Gadjah Mada tetap harus

menjalankan bisnisnya dengan selalu menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar.

3.12 Cultural Environment

Isu

Isu terkait dengan lingkungan budaya yang sedang terjadi saat ini adalah fenomena

pergeseran budaya masyarakat di D.I. Yogyakarta karena perkembangan zaman dan

pembangunan yang terjadi di D.I. Yogyakarta.

Pembahasan

Perkembangan zaman yang ditandai dengan berbagai macam teknologi baru atau

inovasi yang dapat mempermudah kegiatan manusia, dapat memberikan pengaruh yang

besar terhadap pergeseran budaya di masyarakat. Masyarakat semakin mengerti pentingnya

perbankan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang pada awalnya belum

memanfaatkan bank secara maksimal atau bahkan sama sekali tidak menggunakan bank

dalam kehidupan sehari-hari, pada akhirnya masyarakat tersebut mengetahui akan

pentingya perbankan dalam kehidupan sehari-hari. Pergeseran budaya yang terjadi adalah

perkembangan zaman menyebabkan masyarakat menjadi semakin paham akan pentingnya

bank dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bank yang tersebar

di D.I Yogyakarta, baik bank umum, bank perkreditan rakyat, maupun bank asing. Setiap

bank menawarkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga

masyarakat bebas memilih layanan perbankan apa yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Page 18: Big Paper GBE

Pembangunan yang terjadi di D.I Yogyakarta semakin meningkat, hal ini ditandai

dengan banyaknya pusat perbelanjaan baru yang berada di D.I Yogyakarta. Semakin

maraknya pembangunan tersebut, dapat menggeser budaya-budaya yang ada di D.I

Yogyakarta seperti gaya hidup, budaya konsumerisme, hingga terjadinya perubahan

perilaku sosial. Masyarakat didorong untuk mengikuti produk-produk yang berkembang

dengan cepat. Banyaknya iklan semakin membuat masyarakat memperhatikan produk-

produk baru untuk dikonsumsi yang pada akhirnya masyarakat tersebut menjadi konsumtif.

Masyarakat menjadi semakin konsumtif yang ditandai dengan pembelian barang-barang

yang tidak diperlukan karena proses konsumsi mereka didasarkan oleh hasrat atau

keinginan, bukan didasarkan oleh kebutuhan.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Perilaku-perilaku tersebut menjadi peluang bagi PT. BPR Universitas Gadjah Mada

untuk memanfaatkan kondisi masyarakat eksternal yang berpengaruh kepada perusahaan

yaitu masyarakat yang sebelumnya tidak atau kurang memanfaatkan perbankan menjadi

bergantung pada perbankan seperti semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya

perbankan dalam kehidupan sehari-hari seperti menabung di bank, mengajukan kredit,

serta menyimpan uang dalam bentuk deposito.

Sementara itu, pergeseran budaya ini juga dapat menciptakan ancaman bagi PT. BPR

Universitas Gadjah Mada. Masyarakat yang semakin konsumtif akan lebih sering untuk

mengeluarkan uangnya untuk membeli produk-produk yang tidak dibutuhkan dibandingkan

menyimpan uangnya di bank dalam bentuk tabungan atau deposito.

Melihat peluang dan ancaman yang hadir dikarenakan oleh pergeseran lingkungan

sosial dan budaya di D.I Yogyakarta, PT. BPR Universitas Gadjah Mada berperan dalam

melakukan sosialisasi literasi keuangan terhadap masyarakat ke pelajar, ibu-ibu rumah

tangga, dan beberapa kalangan masyarakat agar tidak menjadi masyarakat yang konsumtif.

Sosialisasi literasi keuangan ini juga didukung oleh program Otoritas Jasa Keuangan yang

mengatur bahwa bank harus melakukan sosialisasi literasi keuangan ke masyarakat. Selain

itu, langkah yang dilakukan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada sudah tepat dengan

menetapkan tata kelola Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) melalui prinsip-prinsip di dalamnya. Prinsip-prinsip tersebut dibuat untuk mengatur,

Page 19: Big Paper GBE

mengelola, dan mengendalikan perilaku seluruh pihak yang terkait dengan operasional

bisnis perusahaan, mulai dari atas ke bawah serta dalam dan luar perusahaan.

3.13 Natural Environment

Isu

Dalam memberikan pelayanan kredit kepada calon debitur, bank dapat terkait secara

tidak langsung dengan lingkungan alam. Bank dapat memberikan kredit kepada sektor

yang berpotensi merusak lingkungan. Risiko kredit dapat menjadi lebih besar karena

adanya kesinambungan proyek dan arus kas debitur yang dapat terganggu dikarenakan

biaya sosial yang tinggi.

Pembahasan

Sebagai salah satu sumber pemberi dana, bank tidak saja hanya melihat pertimbangan

ekonomisnya, tetapi juga keterpaduan dengan lingkungan, terutama lingkungan alam,

sehingga perbankan dapat tidak membiayai proyek-proyek yang diperkirakan akan

menimbulkan dampak yang merugikan lingkungan alam. Perbankan menawarkan banyak

jasa layanan seperti tabungan, deposito, dan kredit. Dalam menyalurkan kredit, dapat

menjadi masalah bagi perbankan apabila kredit tersebut digunakan untuk suatu usaha atau

kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran atau perusakan lingkungan alam.

Bank Indonesia memiliki kebijakan mengenai green banking yang didukung dengan

misi Bank Indonesia sejak awal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

dengan menjaga stabilitas moneter dan stabilitas keuangan untuk mendukung

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

meliputi: pro growth, pro job, pro poor, dan pro environment. Bank Indonesia memiliki

beberapa peraturan yang berkaitan dengan green banking yaitu bank harus

mempertimbangkan perlindungan lingkungan dalam menilai kualitas aset (PBI No.

14/15/PBI/2012) dan bank harus meningkatkan kredit produktif dan akses kredit untuk

usaha kecil dan menengah (UKM) (PBI No.14/26/PBI/2012 and PBI

No.14/22/PBI/2012)12.

Risiko kerusakan lingkungan yang timbul sebenarnya dapat diantisipasi sejak awal oleh

bank. Apabila tidak dipertimbangkan oleh bank, maka dapat menimbulkan ditutupnya

12Situs Resmi Green Growth Knowledge. 2015. http://www.greengrowthknowledge.org/sites/default/files/4A_Bank%20Indonesia%20.pdf. Diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 18.30 WIB.

Page 20: Big Paper GBE

proyek yang dibiayai oleh bank karena dituduh merusak lingkungan. Apabila proyek yang

dibiayai oleh suatu bank ditutup, maka hal yang akan terjadi pada bank adalah kredit bank

yang telah diberikan kepada debitur untuk proyek tersebut akan mengalami kegagalan

dalam pembayaran dikarenakan oleh kesulitan keuangan yang terjadi pada proyek yang

dibiayai oleh bank. Apabila suatu bank bermasalah dalam hal kegagalan pembayaran

kredit, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan suatu bank. Apabila suatu

bank dapat mengelola kreditnya dengan baik maka hal tersebut tidak akan berpengaruh

terhadap kesehatan bank.

Peluang, Ancaman, dan Strategi Pengembangan Perusahaan

Peluang bagi PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam menerapkan kebijakan green

banking adalah turut menjaga lingkungan dengan memberikan kredit kepada debitur

dengan terlebih dahulu melakukan analisis terlebih analisis terhadap lingkungan. Hal ini

sejalan dengan yang diinginkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu mendorong

perbankan untuk menyalurkan kreditnya ke proyek yang ramah lingkungan karena

potensinya masih cukup besar, seperti pembiayaan hidro dan pengelolaan sampah.

Ancaman bagi PT. BPR Universitas Gadjah Mada dengan adanya green banking ini adalah

dikarenakan peluang mengenai potensi proyek yang ramah lingkungan yang dapat dibiayai

oleh bank masih cukup besar, maka akan terjadi persaingan yang cukup ketat antar

perbankan dalam memberikan jasa layanan kredit. Dalam perkreditan, tentunya juga akan

selalu dihadapkan dengan hal-hal di masa mendatang yang tidak pasti sehingga dapat

menjadi ancaman bagi perusahaan. Melihat peluang dan ancaman yang hadir dikarenakan

oleh penerapan green banking, PT. BPR Universitas Gadjah Mada perlu melakukan

analisis mendalam dalam memberikan kredit kepada calon debitur dengan memperhatikan

aspek lingkungan.

Bab IV

Penutup

Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa lingkungan eskternal bisnis berpengaruh

terhadap perusahaan dalam hal ini adalah PT. BPR Universitas Gadjah Mada baik secara

langsung maupun tidak langsung. Seiring dengan perubahan lingkungan eksternal bisnis, maka

Page 21: Big Paper GBE

muncul peluang sekaligus ancaman bagi perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang, yang sebelumnya telah diuraikan di masing-masing aspek lingkungan bisnis.

Perusahaan harus dapat menangkap peluang dan ancaman tersebut dengan cepat, untuk

kemudian menyusun strategi dalam menghadapinya. Strategi-strategi pengembangan yang telah

diuraikan sebelumnya di masing-masing lingkungan bisnis dapat dirangkum menjadi poin-poin

strategi besar (grand strategy) yang dapat diaplikasikan langsung oleh PT. BPR Universitas

Gadjah Mada sebagai berikut:

Tabel 4.1 Strategi Besar PT. BPR Universitas Gadjah Mada

ASPEK STRATEGI BESAR

GENERAL

STRATEGY

1. Pengembangan pangsa pasar dengan tidak melupakan budaya

lokal.

2. Menjadi bank yang sehat, kuat, dan bermanfaat bagi stakeholder.

OPERATION

1. Melakukan ekspansi dengan membuka cabang baru dan

membuka kantor kas.

2. Meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada nasabah.

FINANCE1. Mengikuti Tingkat Kesehatan Bank.

2. Menata likuiditas bank.

GENERAL AFFAIR

(HRD, Facilities,

CSR)

1. Pengembangan sumber daya manusia dengan melakukan

pelatihan yang diadakan setiap tahun.

2. Menambah program-program tanggung jawab sosial perusahaan.

TECHNOLOGY

1. Melakukan pembaharuan teknologi-teknologi yang digunakan

dalam aktivitas bisnis diikuti dengan perawatan yang intensif

terutama terkait dengan teknologi informasi yang berkembang

sangat cepat.

Page 22: Big Paper GBE

DAFTAR PUSTAKA