27
Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai Meskipun berwarna coklat karena mengandung partikel-partikel tanah, lumpur bahkan unsur logam berat karena tercampur rembesan air limbah industri pabrik, air Sungai Mahakam hingga kini masih tetap menjadi kebanggaan warga Kalimantan Timur, khususnya Kota Samarinda dan Kutai Kartanegara. Berdasarkan kepercayaan dan sedikit dongeng, setiap orang Kalimantan Timur meyakini, siapa pun pendatang atau tamu yang berkunjung ke Kalimantan Timur dan pernah meminum air Sungai Mahakam, diyakini pasti akan kembali lagi ke daerah tersebut, bahkan menetap. Sungai sepanjang 920 Km yang menjadi salah satu sarana transportasi sungai terpenting di propinsi Kaltim itu tak pernah sepi dari lintasan kapal motor dan kapal kontainer, yang terkadang menumpahkan limbah oli sisa ke sungai. Masyarakat agaknya tak pernah peduli dengan warna airnya yang keruh, atau berwarna hitam ketika air sungai surut, terbukti pinggiran sungai tak pernah sepi dari aktivitas manusia yang datang dan pergi mandi, mencuci atau bahkan mengambil air dari sungai tersebut untuk dikonsumsi. Padahal masyarakat dapat

Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai 

Meskipun berwarna coklat karena mengandung partikel-partikel tanah, lumpur bahkan

unsur logam berat karena tercampur rembesan air limbah industri pabrik, air Sungai

Mahakam hingga kini masih tetap menjadi kebanggaan warga Kalimantan Timur,

khususnya Kota Samarinda dan Kutai Kartanegara.

Berdasarkan kepercayaan dan sedikit dongeng, setiap orang Kalimantan Timur

meyakini, siapa pun pendatang atau tamu yang berkunjung ke Kalimantan Timur dan

pernah meminum air Sungai Mahakam, diyakini pasti akan kembali lagi ke daerah

tersebut, bahkan menetap. Sungai sepanjang 920 Km yang menjadi salah satu sarana

transportasi sungai terpenting di propinsi Kaltim itu tak pernah sepi dari lintasan kapal

motor dan kapal kontainer, yang terkadang menumpahkan limbah oli sisa ke sungai.

Masyarakat agaknya tak pernah peduli dengan warna airnya yang keruh, atau berwarna

hitam ketika air sungai surut, terbukti pinggiran sungai tak pernah sepi dari aktivitas

manusia yang datang dan pergi mandi, mencuci atau bahkan mengambil air dari sungai

tersebut untuk dikonsumsi. Padahal masyarakat dapat memanfaatkan air sungai dengan

lebih nyaman dan terjamin kebersihannya apabila mampu menerapkan hasil penelitian

seorang dosen dari Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman

(Samarinda) yang diadopsi dari Negara Sudan, dan kemudian dikembangkan di wilayah

tersebut.

Adalah Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji kelor dan

menyulapnya menjadi ”serbuk ajaib” yang dapat mengubah air keruh dengan partikel

tanah maupun unsur logam menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar

Page 2: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

baku mutu yang ditetapkan.

Endapkan Partikel Logam

Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-

isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta

logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di

dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk

menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat

dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan

PDAM setempat.

”Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan

kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut

memenuhi standar baku air minum dan air bersih,” katanya.

Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya

mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13

mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar baku

mutu air bersih 1,0 mg/l.

Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi

standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan

kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah

memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.

Page 3: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

Arang

Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih

terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan arang yang

dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran saat proses pengadukan. Arang

berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.

Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam dengan parameter

kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah dibersihkan dengan sebuk biji kelor

menurun menjadi 7,75 NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan,

yaitu 25NTU. Untuk parameter warna yang semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75

Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan

50 Pt.Co.

Membuat Serbuk

Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah

kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan

perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam

waktu 10 hingga 15 menit setelah pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat di

dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.

Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan,

pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu

dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan

disaring.

Page 4: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

”Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan

mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan diaduk

dengan cepat,” katanya. Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga

15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari

10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40 liter.

Lebih Ekonomis

Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda), Alimudin

mengakui, cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air

dengan bahan baku tawas yang digunakan selama ini. Perbedaan penjernihan air

dengan menggunakan tawas dan serbuk biji kelor adalah pada lamanya waktu

pengendapan partikel setelah pengadukan, yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan

serbuk kelor mencapai 10 hingga 15 menit. Karena tawas jarang diproduksi di Kaltim,

pihak PDAM Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi

(Manado) dan Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat sebelum

digunakan untuk menjernihkan air sungai.

Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis dibanding tawas,

apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara daun dan buahnya

yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan. Enos yang juga

dosen pengasuh mata kuliah Pengendalian Pencemaran menambahkan, tanaman kelor

yang dikembangbiakkan dengan biji dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah

berair, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar daerah aliran

sungai (DAS) Mahakam.

Page 5: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

”Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan

kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,” katanya.

Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan

alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut melestarikan lingkungan dengan

membudidayakan tanaman tersebut di sekitar DAS

Meskipun berwarna coklat karena mengandung partikel-partikel tanah, lumpur bahkan

unsur logam berat karena tercampur rembesan air limbah industri pabrik, air Sungai

Mahakam hingga kini masih tetap menjadi kebanggaan warga Kalimantan Timur,

khususnya Kota Samarinda dan Kutai Kartanegara.

Berdasarkan kepercayaan dan sedikit dongeng, setiap orang Kalimantan Timur meyakini,

siapa pun pendatang atau tamu yang berkunjung ke Kalimantan Timur dan pernah

meminum air Sungai Mahakam, diyakini pasti akan kembali lagi ke daerah tersebut,

bahkan menetap. Sungai sepanjang 920 Km yang menjadi salah satu sarana transportasi

sungai terpenting di propinsi Kaltim itu tak pernah sepi dari lintasan kapal motor dan

kapal kontainer, yang terkadang menumpahkan limbah oli sisa ke sungai.

Masyarakat agaknya tak pernah peduli dengan warna airnya yang keruh, atau berwarna

hitam ketika air sungai surut, terbukti pinggiran sungai tak pernah sepi dari aktivitas

manusia yang datang dan pergi mandi, mencuci atau bahkan mengambil air dari sungai

tersebut untuk dikonsumsi. Padahal masyarakat dapat memanfaatkan air sungai dengan

lebih nyaman dan terjamin kebersihannya apabila mampu menerapkan hasil penelitian

seorang dosen dari Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman (Samarinda)

yang diadopsi dari Negara Sudan, dan kemudian dikembangkan di wilayah tersebut.

Adalah Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji kelor dan

menyulapnya menjadi ”serbuk ajaib” yang dapat mengubah air keruh dengan partikel

tanah maupun unsur logam menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar

baku mutu yang ditetapkan.

Endapkan Partikel Logam

Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-

isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta

logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di

dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk

menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat

Page 6: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan

PDAM setempat.

”Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan

kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut

memenuhi standar baku air minum dan air bersih,” katanya.

Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya

mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13

mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar

baku mutu air bersih 1,0 mg/l.

Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi

standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan

kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah

memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.

Arang

Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih

terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan arang yang

dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran saat proses pengadukan. Arang

berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.

Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam dengan parameter

kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah dibersihkan dengan sebuk biji kelor

menurun menjadi 7,75 NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan,

yaitu 25NTU. Untuk parameter warna yang semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75

Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan 50

Pt.Co.

Membuat Serbuk

Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah

kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan

perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam

waktu 10 hingga 15 menit setelah pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat di

dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.

Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan,

pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu

dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan

disaring.

”Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan

mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan diaduk

dengan cepat,” katanya. Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga

Page 7: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari

10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40 liter.

Lebih Ekonomis

Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda), Alimudin mengakui,

cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air dengan

bahan baku tawas yang digunakan selama ini. Perbedaan penjernihan air dengan

menggunakan tawas dan serbuk biji kelor adalah pada lamanya waktu pengendapan

partikel setelah pengadukan, yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan serbuk kelor

mencapai 10 hingga 15 menit. Karena tawas jarang diproduksi di Kaltim, pihak PDAM

Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi (Manado) dan

Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat sebelum digunakan

untuk menjernihkan air sungai.

Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis dibanding tawas,

apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara daun dan buahnya

yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan. Enos yang juga dosen

pengasuh mata kuliah Pengendalian Pencemaran menambahkan, tanaman kelor yang

dikembangbiakkan dengan biji dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair,

sehingga dapat dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)

Mahakam.

”Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan

kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,” katanya.

Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan

alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut melestarikan lingkungan dengan

membudidayakan tanaman tersebut di sekitar DAS.(Aspek-35)

1. A.    Judul

Efektifitas Bijih Kelor Dalam Mengurangi Kadar Ion Besi pada Limbah

Pabrik Besi

 

1. B.     Latar Belakang

 Akhir-akhir ini, keragaman hayati yang dimiliki Indonesia mulai mengalami erosi

akibat perusakan habitat, eksploitasi spesies flora dan fauna secara berlebihan

sta penyeragaman varietas tanaman dan ras hewan budidaya. Sementara itu,

industri pabrik besi mengalami kurang efektif dalam pengolahan limbah, Oleh

sebab itu, perlu diadakan suatu penelitian untuk mendapatkan bahan pengolah

limbah yang lebih ekonomis/murah yang berasal dari sumberdaya hayati yang

ada di Indonesia, seperti biji kelor (Moringa oleifera). [1]

Page 8: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

Beberapa tahun terakhir pencemaran terhadap lingkungan berlangsung dimana-

mana dengan laju yang sangat cepat dan beban pencemaran dalam lingkungan

semakin berat seiring dengan semakin banyaknya industri yang membuang

limbah pada perairan, hal ini dapat menimbulkan permasalahan yang perlu

ditangani secara khusus terutama limbah logam berat. Beberapa ion logam berat

seperti arsenik (As), timbal (Pb), kadmium (Cd), ( Fe) besi dan merkuri (Hg)

sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, walaupun pada

konsentrasi yang rendah efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung pada

makhluk hidup dan akan terakumulasi pada rantai makanan.

Peningkatan pencemaran di lingkungan akibat berbagai kegiatan industri

menyebabkan kandungan logam di lingkungan meningkat sampai melebihi nilai

ambang batas yang diizinkan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa

pencemaran logam berat di lingkungan telah sampai pada batas yang

memprihatinkan. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan

lingkungan dan pada akhirnya akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin kecil ukuran serbuk biji kelor

ternyata kemampuannya untuk mengadopsi ion besi dalam air semakin besar,

demikian juga usia ternyata ikut menentuakan kemampuan biji kelor untuk

mengadopsi ion-ion besi dalam air. Pengurangan kadar ion besi yang paling

besar terjadi pada penggunaan ukuran butir 180μmdari biji kelor yang berusia

muda yaitu sebesar 874 μg besi/gram biji kelor.[2]

Biji buah kelor mengandung senyawa bioaktif  rhamnosyloxy-benzil-

isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel

lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspense dengan partikel

kotoran melayang dalam air, sehingga sangat potensial digunakan sebagai

koagulan alami untuk membersihkan air sehingga layak minum.

Kemampuan koagulan Kelebihan biji buah kelor sebagai koagulan dibanding

koagulan kimia yang biasa digunakan seperti tawas adalah kemampuannya

untuk mengendapkan berbagai ion logam terlarut dan bakteri-bakteri berbahaya

disamping mudah dperoleh di lingkungan sekitar. Serbuk biji kelor juga dapat

menurunkan kadar ion Fe, Cu dan Mn. Tetapi kadang bijih kelor dianggap

sebelah mata  karena dianggap sebagian masyarakat besar  tidak berguna dan

tidak mempunyai daya jual beli. [3]

Selain itu biji kelor juga dapat menurunkan turbiditas limbah pabrik pada proses

kosi/flokulasi, dosis optimum koagulan pada proses tersebut, pengaruh waktu

Page 9: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

sedimentasi dan kedalaman kolum sedimentasi terhadap turbiditas tersisihkan

pada proses sedimentasi dan bentuk grafik profil pengendapan limbah cair

industri pencucian jeans yang dikoagulasi/flokulasi dengan koagulan biji kelor.

 

1. C.    Rumusan Masalah

1. Apa manfaat bijih kelor (Moringa oleifera) selain sebagai koagulan?

2. 2.      Kenapa hasil penjernihan air dengan bijih daun kelor tidak bertahan

lama?

3. Berapakah pH larutan optimum dalam proses koagulasi besi menggunakan

biji kelor?

 

1. D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menurunkan kadar ion besi dalam air.

2. Untuk mengendapkan ion logam berat pada limbah pabrik besi

3. Pemanfaatan daun kelor  selain sebagai koagulan untuk penjernihan air.

Dan adapun pemanfaatan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Pemanfaatan bijih dau kelor dalam pemurnian air limbah pada pabrik besi.

2. Untuk mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang

terkandung dalam limbah suspense dengan partikel kotoran melayang dalam

air.

 

1. E.     Kajian Pustaka

Kerangka teoritik ini digunakan sebagai perbandingan terhadap penelitian yang

sudah ada. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa karya yang

berkaitan dengan penelitian ini sebagai acuan dan berjudul rumusan berpikir.

Adapun kajian pustaka tersebut di antaranya:  Rukeisih Achmad ( 2009) berisi

tentang pencemaran logam berat pada besi, dan jurnal tentang pemurniaan bijih

kelor pada air, skripsi Zukarnain( 2008) Efektifitas bijih kelor dalam mengurangi

kadar kadmium.

1. F.      Kerangkan Teoritik

Page 10: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

1. Bijih kelor

Biji buah kelor mengandung senyawa bioaktif rhamnosyloxy-benzil-

isothiocyanate, yang mampumengadopsi dan menetralisir partikel-partikel

lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi dengan partikel

kotoran melayang dalam air, sehingga sangat potensial digunakan sebagai

koagulan alami untuk membersihkan air dari ion-ion logam

terlarut .kemampuannya untuk mengadopsi ion besi dalam air semakin besar,

demikian juga usia ternyata ikut menentuakan kemampuan biji kelor untuk

mengadopsi ion-ion besi dalam air. Pengurangankadar ion besi yang paling besar

terjadi pada penggunaan ukuran butir 180 μm dari biji kelor yang berusia muda.

Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan penjernihan

air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat menyebabkan

terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air. Cara

penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang

banyak tumbuh pohon kelor.

 

Sinonim: Moringa pterygosperma,Gaertn.

Nama Lokal :

Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi

(Madura),Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba),

Ongge (Bima); Haufo (Timor).

Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman “drumstick” karena bentuk

polong buahnya yang memanjang meskipun ada juga yang menyebut sebagai

“horseradish”karena rasa akarnya menyerupai “radish”. Kelor (moringa oliefera)

termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11

meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena

berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya

getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang

kuat.Batang pokoknya berwarna kelabu,Daunnya berbentuk bulat telur dengan

ukuran kecilkecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat

berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah

300-500 meter di atas permukaan laut.

Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya

berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau

Page 11: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang

(Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan keras

serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah warna

menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Budidaya tanaman Moringa atau kelor

memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim

kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga,

dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam.

Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan bila ia

ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila

dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang

panjang. [4]

 

Klasifikasi tanaman kelor adalah sebagai berikut (Cronquist, 1981):

Kingdom : Plantae

Divisio    : Magnoliophyta

Class       : Magnoliopsida

Subclass  : Dilleniidae

Ordo        : Capparales

Family : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera Lamk.

 

Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk

ketingian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut,bunganya berwarna putih

kekuning- dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada

Page 12: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

daerah yang mempunyai kuningan, dan tudung pelepah bunganya berwarna

hijau.Biji kelor merupakan bagian dari tanaman kelor yang memiliki protein

dengan konsentrasi yang tinggi. Protein biji kelor penting untuk diketahui karena

untuk keperluan penjernihan air, protein inilah yang berperan sebagai

koagulanpartikel-partikel penyebab kekeruhan. Hidayat (2006) menyatakan

bahwa konsentrasi protein dari biji kelor (biji dalam) sebesar 147.280 ppm/gram,

dari kulit biji kelor sebesar 15.680 ppm/gram, dan dari kulit biji kelor sebesar

73.547 ppm/gram. Konsentrasi protein yang tinggi di dalam biji kelor oleh Jahn

(1986)dalam Hidayat (2006) dinyatakan sebagai flokulan polielektrolit kationik

alami berbasis polipeptida dengan berat molekul berkisar antara 6.000-16.000

daltonyang mengandung tiga asam amino yang sebagaian besar merupakan

asam glutamat, metionin, dan arginin. Kenyataan ini diperkuat oleh LaMer dan

Heal(1963) dalam Hidayat (2006) dinyatakan bahwa biji kelor sebagai

polielektrolitdapat dijadikan sebagai bahan penjernih air dengan cara adsorpsi

dan membuat jembatan antar partikel.

1. Besi

Keberadaan  besi pada kerak bumi menempati posisi ke 4 terbesar , besi

ditemukan dalam bentuk kation Fero  dan feri dalam permukaan alami,

Keberadaan besi pada peraiaran alami dengan Ph sekitar 7 dan kadar oksigen

terlarut dioksidasi menjadi ion feri, Salah satu metode pemisahan logam berat

yang banyak digunakan adalah flotasi. Secara umum flotasi dapat didefinisikan

sebagai suatu proses di mana padatan, cairan atau zat terlarut yang bersifat

non-polar mengapung  di permukaan larutan dengan menempel pada zat yang

bersifat hidrofobik, yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari air, misalnya

gelembung gas. Proses flotasi banyak digunakan karena prosesnya mudah dan

cepat, serta menghasilkan pemisahan yang baik.[5]

Besi  dalam satu dari lebih  pori unsur- unsur  penting dan air tanah, perairan

mengandung besi  sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga,

karena menyebabkan bekas karat dari pakaian,porselen,dan alat- aat

lainya,serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum,pada

konsentrasi diatas kurang lebih 0,31 mg/ l. Sifat perairan pada besi adalah reaksi

redoks, pembentuknan kompleks, metabolisme dan pertukaran besi pada antara

fase dan fase padat yang mengandung  besi karbonat,hidroksida dn sulfida.[6]

Besi (II) Sebagai ion berhidrat yang dapat larut  merupkan jenis besi yang

terdapat dalam air tanah , karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen

oleh atmosfer ,konsumsi bahan organik dalam media mikroorganisme sehingga

Page 13: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

menghasilkan keadaan reduksi pada tanah,dalam perairan dengan PH  sangat

rendah kedua bentuk ion ferro dan ferri dapa ditemukan , hal ini terjadi bila

perairan memperoleh buangan dang beri limbah tambang asam dan libah yang

bersifat H2SO4   yanig dihasilkan oksidasi FeS2( bijih besi)  melalu reaksi sebagai

berikut:

2FeS2 + 2 H2O  +2  7O2                                                    4H+  4SO4_2FE2+            

Kerusakan perairan yang disebabkan oleh aliran limbah tambang asam ini

diperlihatkan dengan penutupan air oleh aliran limbah tambang asam.

Flotasi telah lama digunakan sebagai proses separasi logam-logam berat dari air

limbah.

Biasanya pada proses ini digunakan oksigen sebagai difusernya. Akan tetapi,

pada penelitian ini digunakan campuran udara-ozon sebagai difuser. Dengan

ditambahkan ozon yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan oksigen,

proses kinerja proses flotasi diharapkan akan meningkat. Pada proses flotasi

diperlukan beberapa bahan kimia tambahan, diantaranya surfaktan dan

koagulan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa dosis yang dibutuhkan untuk

mendapatkan hasil yang optimum.

Pada proses flotasi ini digunakan tiga jenis limbah, yaitu limbah besi, limbah

tembaga dan limbah nikel. Pertama-tama air limbah yang dibuat dari garamnya

dicampur dengan zeolit yang berfungsi sebagai bahan pengikat, Sodium Lauril

Sulfat (SLS) sebagai surfaktan, NaOH sebagai pengatur pH, dan Polyaluminum

chloride (PAC) sebagai koagulan. Kemudian limbah yang telah dicampur

dimasukkan ke dalam tangki flotasi. Campuran udara-ozon sebagai difuser

dialirkan sehingga dapat mengangkat limbah logam ke permukaan sehingga

dapat dipisahkan dari air.Sampel yang diambil dianalisis kandungan logamnya,

pH, DO, dan CODnya.[7]

1. Koagulasi dan Flokulasi

Koagulasi dan flokulasi adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa

latin”coagulare” (yang berarti bergerak bersama-sama) dan ”flokulare”(yang

berarti membentuk flok) yang digunakan untuk menjelaskan agresi partikel-

partikel koloid. Koagulasi adalah destabilisasi partikel yang dihasilkan lapisan

ganda bermuatan listrik yang mengelilingi permukaan partikel (Metcalf, 1994),

sehubungan dengan stabilitas koloid dan koagulasi Amirtharajah dan O’Melia

(1990) dalam Hidayat (2006) menyatakan bahwa suspensi koloid tidak

Page 14: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

mempunyai muatan listrik yang bersih, muatan utama partikel harus

diseimbangkan di dalam sistem itu. Gambar 2.11 menunjukkan skema partikel

koloid bermuatan negatif dengan awan ion (lapisan difusi) di sekitar partikel. Ion

bermuatan berlawanan yang berkumpul di daerah interfasial bersama-sama

muatan utama membentuk suatu lapisan elektrik ganda. Lapisan difusi ini

dihasilkan oleh daya tarik elektrostatik ion yang berlawanan terhadap partikel

(counterions), tolakan elektrostatik ion bermuatan sama sebagai partikel

(similions), dan difusi molekuler atau termal yang berlawanan gradien

konsentrasi akibat efek elektrostatik. [8]

1. Spektroskopi Serapan Atom (SSA)

Spektroskopi Serapan Atom (SSA) atau Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS)

adalah alat yang mengukur radiasi dari atom-atom yang tereksitasi (absorban),

bila suatu atom dari suatu unsur pada keadaan dasar (ground state) dikenai

radiasi akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron kulit terluar naik ke

tingkat energi yang lebih tinggi disebut keadaan tereksitasi (exited

state). Perbedaan energi antara keadaan dasar dan keaadan tereksitasi sama

dengan besar energi yang diserap .Salah satu keuntungan analisis dengan SSA

adalah tidak perlu dilakukan pemisahan unsur atau larutan, sampel dapat

dianalisis langsung kandungan unsurnya karena SSA merupakan instrumen yang

mempunyai spesialisasi untuk menganalisis unsur logam dengan tingkat

keakuratan yang baik.Komponen utama SSA secara garis besar adalah sebagai

berikut.[9]

1. Spektrofotometri Inframerah

Spetrofotometri inframerah (IR) memiliki daerah radiasi pada panjang

gelombang sekitar 1400-200 nm. Alat ini digunakan untuk penentuan struktur,

khususnya senyawa organik. Sumber radiasi yang umum digunakan adalah

neslert atau lampu glower dan menggunakan detektor termal. Kelebihan dari IR

mencakup persyaratan ukuran sampel yang kecil, perkembangan spektrum yang

cepat dan memiliki kemampuan untuk menyimpan data.[10] Keunggulan IR

lainnya adalah spektrum-spektrumnya bisa disimpan dan ditransformasikan

dalam hitungan detik. Tehnik ini memudahkan penelitian reaksi polimer-polimer

seperti degradasi atau ikatan silang   Cara penanganan sampel tergantung dari

jenis cuplikan yaitu apakah berbentuk gas, cairan, atau padatan. Ada tiga cara

umum untuk mengolah cuplikan yang berupa padatan yaitu lempeng KBr, mull,

dan bentuk film atau lapisan tipis. Lempeng (pellet) KBr dibuat dengan

menggerus cuplikan (0,1-2% berat) dengan kalium bromida (KBr) dalam mortar

dari batu agate untuk mengurangi kontaminasi yang menyerap radiasi IR dan

Page 15: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

kemudian dimasukkan ke dalam tempat khusus kemudian di vakum untuk

melepaskan air. Campuran dipres beberapa saat (10 menit) pada tekanan 80

Torr (8 hingga 20 ton per satuan luas). Kalium bromida yang digunakan harus

kering dan dianjurkan penggerusandilakukan dibawah lampu inframerah untuk

mencegah kondensasi uap air. Kerugian metode pellet KBr adalah sifat KBr yang

hidroskopis hingga sukar memperoleh pelet yang bebas sempurna terhadap

kontaminasi air, yang memberikan serapan lebar pada 3500 cm-1 dan sukar

mendapat ulangan yang tinggi Secara garis besar proses pembacaan sampel

dengan alat IR adalah sinar IR dilewatkan melalui sampel dan  larutan

pembanding, kemudian dilewatkan pada monokromator untuk menghilangkan

sinar yang  tidak diinginkan. Berkas ini kemudian didispersikan melalui prisma.

 

1. G.    Rumusan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian

yang diajukan dirumuskan sebagai berikut:

Ho   : Pemurnian bijih kelor sebagai koagulan dalam pemurnian air limbah hanya

bertahan sementara.

Ha        : Pemurnian bijih kelor sebagai koagulan dalam pemurnian air limbah

bisa berthan lama.

 

1. H.     Metode Penelitian

2. 1.      Jenis Penelitian

Penelitian yang akan digunakan adalah ada 2 jenis penelitian kualitatif, dan

kuantitatif [11]

1. Metode kualitatif

yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi

pada subjek penelitian, seperti prilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-

lain., secara menyeluruh dan secara deskriptif. Penelitian ini juga dapat

dikatakan sebagai penelitian dengan analisis deskriptif karena dalam melakukan

penelitian tidak menggunakan angka-angka statistic, melainkan penelitian yang

Page 16: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

berangkat dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkret, baik alamiah maupun

rekayasa.

Selain itu penelitian ini juga merupakan penelitian survey, yang merupakan

metode formal untuk memperoleh informasi yang ditempuh dengan obeservasi

terhadap obyek penelitian. Pemelitian ini kurang mengendalikan control proses

penelitiannya, tidak seperti eksperimen, tetapi biayasanya dapat membuat

kesimpulan umum yang tinggi daya generalisasinya. Penelitian survey tidak

hanya digunakan untuk melukiskan kondisi yang ada tetapi juga untuk

membandingkan keadaan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan atau

menilai keefekifan program.

1. Meode penelitian kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian

dan fenomemena serta hubungan- hubunganya dan tujuan penelitian ini adalah

ngembangkan dan menggunakan model- model matematis teori- teori atau

hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam dan penelitiaan ini banyak

digunakan dalam menyajikan suatu fakta atau mendiskripsikan statistik  untuk

menunjukan suatu hubungan antar variable. Metode ini juga digunakan untuk

eksperimental deskripsi,survai dan menemukan korelasional.

Pada penelitian ini menggunakan korelasi hubungan antara metode kualitatif

dan kuantitatif yang digunakan sebagai sumber acuan dalam peneltian dan

menekankan untuk metode kuantitatifnya. Pada penelitian ini digunakan bijih

daun kelor sebagai pemurnian pada limbah dalm mengurangi kadar ion besi.

 

1. I.       Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2011.

Penelitian dilakukan di laboratorium kimia Universitas Negeri Semarang dan

laboratorium kimia Universitas Negeri Semarang

 

1. J.       Bahan dan Alat

2. 1.      Bahan

Bahan kimia yang digunakan adalah:

Page 17: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

1. Biji kelor

2. Akuades

3. HCl (Pa)

4. NaOH (Pa)

5. Etanol (Pa)

6. Kloroform (Pa)

7. Besi (Pa)

 

1. 2.    Alat

Alat yang diperlukan dalam penelitian adalah:

1. Timbangan analitis Mettler AW 166

2. Gelas beaker 500 ml

3. Gelas beaker 100 ml

4. Corong pisah 250 ml

5. Labu ukur 1000 ml

6. Pipet volume 100 ml

7. Pipet volume 50 ml

8. Gelas arloji

9. Pengaduk

10.Stirer11. Stopwatch

11.Toples

12.Spektrofotometer Serapan Atom Merk Shimadzu AA 6200

13.pH meter merk LF91 KLE 1/T

14.Konduktivitimeter merk LF91 KLE 1/T

15.Spektrofotometer Infrared (IR) merk Shimadzu

 

1. K.     Cara Kerja

2. Preparasi Koagulan Biji Kelor

Buah kelor yang sudah tua di pohon diambil bijinya (dikupas kulit luarnya),

kemudian dibersihkan dari kulit arinya (berwarna coklat) hingga diperoleh biji

kelor yang berwarna putih. Biji kelor yang sudah dikupas selanjutnya ditumbuk

dengan menggunakan cawan porselen dan kemudian disimpan dalam toples dan

ditutup rapat.

Page 18: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

1. Pembuatan Larutan  besi 50 ppm

Ditimbang larutan limbah  0,005 gram kemudian ditambahkan sedikit etanol,

dimasukkan ke labu ukur 100 ml dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.

1. Pembuatan Larutan Stok besi 500 ppm sebanyak 1000 ml

Limbah pabrik  sampel ditimbang sebanyak 1,6292 gram kemudian dimasukkan

ke dalam gelas beaker 50 ml, ditambahkan akuades kurang lebih 10 ml dan

diaduk hingga larut. Larutan Fe dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml dan

ditambahkan akuades sampai tanda batas, selanjutnya larutan dikocok.

1. Analisis Kualitatif dengan IR

Sampel yang digunakan adalah endapan hasil proses koagulasi dengan waktu

pengendapan 120 menit dengan bilangan gelombang 4000cm–400cm-. Alat IR

yang digunakan adalah merk Shimadzu denganresolution 2.0 dan no.of scans 20,

sedangkan sebagai pembanding digunakan data sekunder IR biji kelor

1. Pembuatan Kurva Standar besi

Pembuatan kurva standar disiapkan sederet larutan besi disiapkan dengan

konsentrasi 0; 10; 20; 30; 40; 50; 60 dan 70 ppm yang diukur absorbansinya

dengan SSA, kemudian dibuat kurva hubungan antara konsentrasi larutan

sebagai sumbu X dan absorbansi larutan sebagai sumbu Y. Nilai absorbansi yang

diperoleh dimasukkan ke persamaan Y= aX, persamaan ini digunakan untuk

menentukan konsentrasi kadmium(II) dari absorbansi yang diperoleh untuk tiap-

tiap parameternya.

1. Penentuan Dosis Biji Kelor dan Waktu Pengendapan Optimum

Serbuk biji kelor dibuat dengan variasi konsentrasi yaitu sebesar 10, 20,30, 40

dan 50 ppm, interaksi yang dilakukan menurut langkah berikut: serbuk biji kelor

diletakkan di atas gelas arloji dan ditambahkan sedikit larutan besi 50 ppm,

diaduk sampai diperoleh larutan berwarna putih, kemudian dicampur kembali

dengan larutan besi 50 ppm 500 ml. Larutan ini diaduk cepat dengan magnetik

stirer selama 0,5 menit, kemudian diaduk lambat selama 5 menit. Masing-

masing larutan dibiarkan mengendap dengan berbagai variasi waktu

pengendapan yaitu 0;15; 30; 60; 90; dan 120 menit. Setiap waktu pengendapan

dipipet 15 ml kemudiandiukur nilai pH, konduktivitas dan kadar kadmium(II).

1. Penentuan pH Larutan Optimum

Page 19: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

Larutan besi 50 ppm sebanyak 500 ml diatur pH larutan dengan variasi menjadi

pH 2, 3, 4, 5, dan 6, kemudian ditambahkan serbuk biji kelor dengan dosis

optimum. Interaksi dengan biji kelor dilakukan menurut langkah berikut: serbuk

biji kelor diletakkan di atas gelas arloji dan ditambahkan sedikit larutan fe 50

ppm pH 2, diaduk sampai diperoleh larutan berwarna putih, kemudiandicampur

kembali dengan larutan fe 50 ppm pH 2 500 ml. Larutan ini diaduk cepat dengan

magnetik stirer selama 0,5 menit kemudian diaduk lambat selama 5 menit.

Masing masing larutan dibiarkan mengendap dengan waktu

pengendapanoptimum. Masing-masing larutan dipipet 15 ml kemudian diukur

nilai pH, konduktivitas dan konsentrasi besi ini diulang dengan prosedur yang

sama dengan variasi pH 3, 4, 5, dan 6.

1. Perbandingan Penurunan Intensitas Warna

Serbuk bijih kelor dengan konsentrasi sebesar dosis optimum (50 ppm), interaksi

yang dilakukan menurut langkah berikut: serbuk biji kelor diletakkan di atas

gelas arloji dan ditambahkan sedikit larutan besi 50 ppm, diaduk sampai

diperoleh larutan berwarna putih, kemudian dicampur kembali dengan larutan

besi 50 ppm 500 ml. La rutan ini diaduk cepat dengan magnetik stirer selama

0,5 menit kemudian diaduk lambat selama 5 menit. Larutan dipipet 20 ml (t0)

dandiukur nilai pH dan konduktivitas, kemudian dibiarkan mengendap dengan

waktu pengendapan optimum (120 menit) kemudian dipipet 20 ml (t1) Nilai pH

dan konduktivitas.

 

1. L.       Sumber Data

Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Pabrik besi yang ada di Semarang

khususnya diKrapyak untuk mengetahui limbah pabrik besi, karena pada

dasarnya limbah sangat mencemari keadaaan sekitar penduduk tanpa adanya

perlakuan yang sebaik- baknya,maka pada kondisi yang seperti itu limbah pabrik

dimurnikan dengan bijih daun kelor sebagai koagulan agar dampak pencemaran

yang ada tidak terlalu besar.

 

1. M.   Sistematika Pembahasan

            Untuk mempermudah dalam memahami pembahasan skripsi, penulis

membagi sistematiaka penyusuan  dalam lima bab.

Page 20: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

1. Bagian muka meliputi halaman judul, nota pembimbing, halaman

pengesahan, halaman motto, persembahan, kata pengantar dan daftar isi.

2. Bagain inti meliputi :

BAB  I     : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Identifikasi Masalah

3. Pembatasan Masalah

4. Rumusan Masalah

5. Manfaat Penelitian

 

BAB II    : Landasan Teori yang terdiri dari kajian pustaka. Kedua, kerangka 

teoritik     yang terdiri atas:

1. Bijih kelor

2. Besi

3. Koagulasi dan flokasi

4. Spektroskopi SSA

5. Spektroskopi IR

 

                     BAB III    : METODE  PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

2. Waktu dan Tempat Penelitian

3. Alat dan Bahan

4. Metode pengambilan sampel

5. Prosedur kerja

1. Preparasi sampel

2. Pembuatan larutan Ban Besi

3. Analisis SSA daan  IR

4. Penentuan PH

5. Penentuan dosis bijih kelor

6. Penerunan intensitas warna

 

BAB IV    : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 21: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

2. Pengujian Hipotesis

3. Pembahasan Hasil Penelitian

4. Keterbatasan Penelitian

 

BAB V     : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

3. Penutup

4. Bagian Akhir, terdiri dari :

Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Pendidikan Penulis dan Lampiran-Lampiran.

 

[1] Effendi, Hefni, ‘Telaah Kualitas Air,  Yogyakarta:  Kanisius.

[2] Anonymous, 2007, Tanaman Obat

Indonesia, http://www.//iptek.net.id/ind/pd.tanobat/view.php/id1457, diakses

tanggal 11 desember

[3] Hidayat, Saleh., Pemberdayaan Masyarakat Bantaran Sungai Lematang

Dalam Menurunkan Kekeruhan Air  Dengan Biji Kelor (Moringaoleifera Lamk)

Sebagai Upaya Pengembangan Proses Penjernihan Air2006.Universitas Negeri

Malang.

[4] Cronquist. An Integrated System of Classification of Flowering

Plant, Colombia: University Press, New York.2007

[5] Bintal, amin.’ Distribusi logam berat pada sedimen

diperaiaran’ .diambil http://www.unri.ac.id/jurnal tanggal 17 Desember.

[6] Palar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta:. Penerbit Rineka

Cipta,1994.

[7] Bintal  Amin, ‘ bijih kelor , dalam http://www.unri. ac.id/jurnal/jurnal_natur 

diakses  tanggal 11  Desember

[8] Zukarnain, ‘ Efektifitas Bjih Elor Dalam Mengurangi  Kadar Kadmium.’,Skripsi,

Malang: Jurusan Kimia UIN Malang

Page 22: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

[9] Hayati, Elok Kamilah, 2007, Dasar-Dasar Analisis Spektrofotometri, UIN

Malang

[10] Socrates., Infra Red Caracteristic Group Frequencies Table And Charts,

Second Edition, University Of West London.1994.

[11] Suwahono,M.Pd, Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia. Hlm. 13-15

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonymous.  Tanaman Obat Indonesia, http://www.//iptek.net.id/ind/pd.tanobat.

Bintal  amin, ‘ bijih kelor , dalam http://www.unri. ac.id/jurnal/jurnal_natur 

diakses tanggal 11  Desember.

Cronquist. An Integrated System of Classification of Flowering Plant,Colombia:

University Press, New York.2007

Effendi, Hefni. Telaah Kualitas Air, Yogyakarta: Kanisius.2003.

Hayati, Elok Kamilah. Dasar-Dasar Analisis Spektrofotometri, UIN Malang.2006

Hidayat, Saleh. Pemberdayaan Masyarakat Bantaran Sungai Lematang Dalam

Menurunkan Kekeruhan Air Dengan Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk) Sebagai

Upaya Pengembangan Proses Penjernihan Air,Universitas Negeri Malang.2006.

 

Palar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat,Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta,1994.

Socrates. Infra Red Caracteristic Group Frequencies Table And ChartsSecond

Edition, University Of West London.1994. view.php/id1457, diakses 20 desember

2011.

Suwahono,M.Pd, Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia.

Zukarnain, ‘ Efektifitas bjih elor dalam mengurangi  kadar kadmium.’,skripsi,

Malang: jurusan kimia UIN Malang.

FORMAT REVISI PENULISAN LKTI TAHUN 2011

1. COVER : berisi judul, Logo Institusi, Nama Penyusun, Nama Institusi, Kota, dan Tahun2. HALAMAN PENGESAHAN yang ditandatangani oleh penyusun, pembimbing, dan Kepala Institsusi 3. DAFTAR ISI4. ISI, meliputi : 

Page 23: Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai

a. Judulb. Latar Belakangc. Perumusan Masalahd. Tujuane. Manfaatf. Tinjauan Pustaka, disertai dengan sitasiContoh melakukan perujukan sumber pustaka dalam naskah tulisan :"Smith (1983) menemukan bahwa tumbuhan pengikat N dapat diinfeksi oleh beberapa spesies Rhizobium yang berbeda"."Integrasi vertikal sistem rantai pasokan dapat menghemat total biaya distribusi antara 15% sampai 25% (Smith, 1949, Bond et al., 1955, Jones dan Green, 1963).""Walaupun keberadaan Rhizobium normalnya mampu meningkatkan pertumbuhan kacang-kacangan (Ngyen, 1987), namun telah didapat pula hasil yang berbeda bahkan berlawanan (Washington, 1999)."g. Metode pelaksanaanh. Hasil dan Pembahasani. Kesimpulan.      5. DAFTAR PUSTAKA, sesuai dengan ejaan penulisan daftar pustaka yang benar.Contoh :Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress syndrome. New England        J Med337(6): 435-439.Buller H. Hoggartt K. 1994b. The social integration of British home owners into rench rural       communities. J Rural Studies 10(2):197-210.Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT (ed.), Second        Homes: Curse or Blessing ? Oxford:Pergamon Pr. Hlm 210-237.Grinspoon L, Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London:Yale Univ Press.Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge:Cambirdge Univ Press.      6. LAMPIRAN, jika ada 

      Font : Times New Roman, ukuran 12, Margin atas, bawah, kanan, dan kiri 3 cm, spasi 1,5