Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BIMBINGAN PRA NIKAH UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
CALON PENGANTIN LEPAS DARI ORANG TUA DI KUA
UMBULHARJO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan KepadaFakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat
Memeperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Disusun oleh:
Nur Latifah
NIM 16220048
Pembimbing:
A Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si
NIP. 19750427 200801 1 008
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada
Bapak dan Ibu tercinta :*
Slamet dan Sri Suwarni
vii
MOTTO
﴾٥فَإِنَّ َمَع اْلعُْسِر يُْسًرا ﴿
﴾٦إِنَّ َمَع اْلعُْسِر يُْسًرا ﴿
﴾٧فَإِذَا فََرْغَت فَانَصْب ﴿
Artinya:
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”1
Q.S Al-Insyirah : 5 - 7
1 Al-Qur’an, 94 : 5-7. Ayat Al-Qur’an di skripsi ini diambil dari Mushaf Al-Qur’an, Quran
Tajwid (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), hlm. 596.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpah rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Bimbingan Pra Nikah untuk Meningkatkan Kemandirian
Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua di KUA Umbulharjo Yogyakarta” dengan
lancar. Tak lupa, sholawat serta salam pada suri tauladan kita Nabi Muhammad
SAW. Atas bantuan dan kerjasamanya, peneliti ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Hj. Nurjannah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak A. Said Hasan Basri, S.Psi, M.Si., selaku ketua prodi Bimbingan
Konseling Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar membantu
peneliti menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Seluruh dosen dan karyawan prodi Bimbingan Konseling Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta telah memberikan ilmu
pengetahuan, bantuan dan pelayanan administrasi.
5. Bapak Handdri Kusuma Kusuma, S.Ag., M.Si., selaku Kepala KUA
Umbulharjo Yogyakarta yang telah mengizinkan penelitian ini dan juga telah
banyak memberikan informasi serta bantuan selama penelitian ini berlangsung.
ix
6. Bapak Sehona, S.Ag dan Bapak Eman Suherman, S.Ag. I beserta seluruh
karyawan KUA Umbulharjo dan BP4 Umbulharjo yang banyak membantu dan
memberikan arahan selama penelitian.
7. Ria Puspitasari dan Ferdina Christi serta seluruh calon pengantin yang suka
rela memberikan jawaban dengan jujur atas pernyataan dalam skala penelitian.
8. Titik Wulandari dan Suci Arumsari, my best sisters ever yang selalu
mensupportku dalam segala hal saat memilih jalan yang tepat.
9. Febry Permata Lukita Sari, Aan Yuliyanti, Novi Dwi Lestari, Eka Andriyani,
Dewi Maghfiroh, Rissa Safitri, Yovi Midita Kesuma, Aisyah Isnaini Mareta
Herarmi, Febriani Nur Khasanah, semua teman baikku yang menemaniku dan
mendukungku selama ini.
10. Dian, Churin, Fina, Mbak Pipit, Anita, Anin, dan Putri, teman baruku yang
menjadi penyemangat di hari-hari akhir mengerjakan skripsi.
11. Teman seperjuangan di kampus tercinta, teman-teman BKI 2016 yang selama
hampir 4 tahun selalu bersama.
Semua pihak yang tidak mungkin peneliti sebutan satu-persatu. Tentunya
kebaikan kalian sangat membantu peneliti menjadi pribadi yang lebih baik lagi di
masa depan. Semoga segala bantuannya akan terbalas dengan kebaikan juga. Sekali
lagi terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 13 Februari 2020
Peneliti
Nur Latifah
x
ABSTRAK
NUR LATIFAH, 16220048, “Bimbingan Pra Nikah untuk Meningkatkan
Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua di KUA Umbulharjo
Yogykarta”, Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020.
Berbagai permasalahan akan dihadapi oleh calon pengantin seperti tingkat
ekonomi, tingkat kesiapan dan kematangan calon pengantin dalam membina rumah
tangga di masa depan. Maka dari itu, peran bimbingan pra nikah menjadi sangat
penting dan vital sebagai bekal bagi calon pengantin untuk melakukan perencanaan
kehidupan dan pengambilan tindakan akan keputusan yang tepat. Tujuan penelitian
adalah cara bimbingan pra nikah dan tingkat kemandirian calon pengantin lepas
dari orang tua di KUA Umbulharjo Yogyakarta. Teknik pengambilan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan skala dengan
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methods
(sequential exploratory), yakni analisis data kualitatif untuk mengetahui cara
bimbingan pra nikah dan analisis data kuantitatif untuk mengetahui tingkat
kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua di KUA Umbulharjo Yogyakarta.
Terdapat 1 penyuluh, 1 penghulu, 1 Kepala KUA, dan 48 calon pengantin yang
dijadikan subjek dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling. Berdasarkan
analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa cara bimbingan pra nikah melalui
tiga cara yaitu bimbingan mandiri, bimbingan terpadu dan bimbingan insidental.
Sedangkan hasil perhitungan skala dari 48 subjek menunjukkan bahwa tingkat
kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua berada pada kategori sedang
dengan jumlah 35,5%, yang artinya tingkat kemandirian calon pengantin cukup
baik untuk lepas dari orang tua.
Kata Kunci: Bimbingan Pra Nikah, Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari
Orang Tua
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN. ...................................................................... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI. ............................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI . ................................. iv
SURAT PERNYATAAN BERJILBAB . ...................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN. ................................................................... vi
MOTTO. ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR. ................................................................................. viii
ABSTRAK. .................................................................................................. x
DAFTAR ISI. ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR. ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN. ....................................................................... 1
A. Penegasan Judul. ..................................................................... 1
B. Latar Belakang. ....................................................................... 4
C. Rumusan Masalah. .................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian. ................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka. .................................................................... 9
G. Landasan Teori. ....................................................................... 14
xii
H. Metode Penelitian.................................................................... 34
I. Uji Coba Instrumen Skala. ....................................................... 42
J. Kisi-Kisi Setelah Uji Coba. ..................................................... 45
K. Teknik Analisis Data. .............................................................. 46
BAB II GAMBARAN UMUM KUA UMBULHARJO. ............................ 50
A. Profil KUA Umbulharjo Yogyakarta. ...................................... 50
B. Gambaran Umum Bimbingan Pra Nikah di KUA
Umbulharjo Yogyakarta. ......................................................... 55
BAB III CARA BIMBINGAN PRA NIKAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMANDIRIAN CALON PENGANTIN LEPAS DARI ORANG
TUA DI KUA UMBULHARJO YOGYAKARTA. ....................... 60
A. Cara Bimbingan Pra Nikah di KUA Umbulharjo Yogyakarta. . 61
B. Tingkat Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua
di KUA Umbulharjo Yogyakarta. ............................................ 73
BAB IV PENUTUP. ..................................................................................... 80
A. Kesimpulan. ................................................................................ 80
B. Saran-Saran. ................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN. ........................................................................... 85
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Skala Uji Coba Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari
Orang Tua. .................................................................................... 41
Tabel 1.2 Hasil Uji Coba Validitas Skala Kemandirian Calon Pengantin
Lepas dari Orang Tua. ................................................................... 43
Tabel 1.3 Hasil Uji Coba Cronbach Alfa. ...................................................... 45
Tabel 1.4 Kisi-kisi Skala Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari
Orang Tua. .................................................................................... 46
Tabel 1.5 Kategorisasi Penilaian Kemandirian Calon Pengantin Lepas
dari Orang Tua. ............................................................................. 49
Tabel 2.1 Struktur Organisasi KUA Umbulharjo Yogyakarta. ....................... 54
Tabel 3.1 Distribusi Kategorisasi Kemandirian Calon Pengantin Lepas
dari Orang Tua. ............................................................................. 75
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Eksplorasi Sekuensial. .................................................... 35
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Uji Coba. ............................................................................... 86
2. Data Input Uji Coba. .............................................................................. 89
3. Hasil Uji Reabilitas Skala. ...................................................................... 95
4. Instrumen Skala Penelitian. .................................................................... 97
5. Data Input Skala Penelitian. ................................................................... 100
6. Bimbingan Mandiri yang Diadakan di Aula KUA Umbulharjo
Yogyakarta ............................................................................................ 106
7. Diskusi Materi Bimbingan Pra Nikah Antara Sesama Calon Pengantin .. 106
8. Pemaparan Hasil Diskusi oleh Salah Satu Perwakilan Kelompok
Calon Pengantin ..................................................................................... 107
9. Pengisian Skala Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang
Tua Di KUA Umbulharjo Yogyakarta. ................................................... 108
10. Daftar Riwayat Hidup. ........................................................................... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi yang berjudul “Bimbingan Pra Nikah untuk Meningkatkan
Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua di KUA Umbulharjo
Yogyakrata” perlu adanya penegasan judul dan batasan-batasan penggunaan
istilah. Hal ini berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memahami judul maupun isi dari penelitian ini.
1. Bimbingan Pra Nikah
Secara epistimologi, bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu, untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya
dengan baik agar individu itu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan
dapat mengadakan penyesuaian dengan baik.1 Pra menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah awalan (prefiks) yang bermakna sebelum. 2
Menurut Kamal Mukhtamar, “nikah” secara bahasa mempunyai arti
sebenarnya (haqiqat) dan arti kiasan (majaz). Arti sebenarnya dari
“nikah”, ialah “dham”, yang berarti “menghimpit”, “menindih” atau
“berkumpul”, sedang arti kiasannya ialah “watha” yang berarti “setubuh”
atau “aqad” yang berarti “mengadakan perjanjian pernikahan”.
1 Bimo Wlagito, Bimbingan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1984), hlm. 3. 2 Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1995), hlm. 697.
2
Secara harfiah maka bimbingan pra nikah merupakan pemberian
bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran
kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.3
Dapat dirumuskan dari pengertian di atas bahwa bimbingan pra
nikah adalah proses pemberian bantuan kepada calon pengantin untuk
diberikan pemahaman mengenai pernikahan dan berkeluarga dengan
harapan agar keduanya mencapai kebahagiaan hidup.
2. Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua
Menurut Erikson kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri
dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses
mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah
individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya
ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan
inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri,
membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah
tanpa ada pengaruh dari orang lain.4 Calon pengantin lepas dari orang tua
memiliki arti kata yakni calon merupakan orang yang akan menjadi
menantu; 5 pengantin yang berarti orang yang sedang melangsungkan
3 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Nomor: Dj.Ii/542 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. 4 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 185. 5 Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1995), hlm.
147.
3
perkawinannya, mempelai; 6 lepas berarti tidak terlambat, tidak terikat
lagi;7 dari berarti kata depan yang menyatakan tempat permulaan;8 dan
orang tua berarti ayah dan ibu kandung.9
Kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua yang dimaksud
dalam hal ini adalah usaha calon pengantin (suami-istri) yang mampu
melepaskan diri dari bantuan orang tua dalam mengatur permasalahan dan
membuat keputusan sehingga dapat menentukan arah tindakan yang
hendak dijalani.
3. KUA Umbulharjo Yogyakarta
KUA kepanjangan dari Kantor Urusan Agama adalah instansi
Kementerian Agama yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota di bidang urusan agama
Islam dalam wilayah kecamatan. KUA Kecamatan Umbulharjo sebagai
salah satu garda terdepan unit pelaksanan Kementerian Agama yang
berada di bagian Timur Kota Yogyakarta dalam mewujudkan visi untuk
kehidupan yang agamis di wilayah kecamatan.10
Penegasan istilah judul di atas dapat disimpulkan bahwa maksud dari
penelitian yang berjudul “Bimbingan Pra Nikah untuk Meningkatkan
Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua di KUA Umbulharjo
6 Ibid., hlm. 66. 7 Ibid., hlm. 517. 8 Ibid., hlm. 186. 9 Ibid., hlm. 629. 10 KUA Umbulharjo, “KUA Umbulharjo Yogyakarta”, 2009, http://kua-
umbulharjo.blogspot.com/2009/03/daftar -isi_941.tml?m=1, diakses pada tanggal 20 April 2019 pukul 21.15.
4
Yogyakarta” adalah cara pemberian bantuan yang diberikan oleh pembimbing
atau penyuluh kepada calon pengantin dengan tujuan untuk menambah
wawasan mengenai pernikahan dan kemandirian dalam diri calon pengantin di
KUA Umbulharjo Yogyakarta.
B. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial dimana mereka hidup saling
membutuhkan satu dengan yang lain. Allah SWT menciptakan manusia antara
laki-laki dan perempuan untuk hidup saling berpasang-pasangan dengan
adanya pernikahan membentuk keluarga yang sah. Sesuai dengan Al-Qur’an
Surat Adz-Dzariyat ayat 4911:
َوِمن ُكل ِ َشْىء َخلَْقنَا َزْوَجْينِ لَعَلَُّكمْ تَذَكَُّرونَ
Artinya : “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu
mengingat (kebesaran Allah)”.
Maka dalam sebuah penikahan terdapat dua orang yang saling
mencintai dan terbentuk menjadi satu pasangan sehingga diharapkan dapat
melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pernikahan merupakan
jalan menuju sebuah ikatan yang suci dimana kedua pasangan pengantin
mengikrarkan janji untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius yaitu
berumahtangga.
Pemilihan lokasi penelitian dikarenakan populasi penduduk khususnya
di Kota Yogyakarta, menurut status perkawinan semester II 2018 yakni
Kecamatan Umbulharjo memiliki jumlah penduduk yang tinggi daripada
11 Al-Qur’an, 51 : 49. Ayat Al-Qur’an di skripsi ini diambil dari Mushaf Al-Qur’an, Quran
Tajwid (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), hlm. 522.
5
kecamatan-kecamatan lain sebesar 69.630 dari jumlah total 413.961.12 Maka
dari itu, jumlah angka pernikahan di KUA Umbulharjo di setiap bulannya
paling banyak dari KUA di kecamatan lain. Hal tersebut membuat KUA
Umbulharjo memiliki peran penting di masyarakat dalam kepengurusan
penanganan pernikahan. Selain itu, KUA Umbulharjo juga menerapkan
bimbingan pra nikah bagi calon pasangan pengantin sebagai upaya untuk
pencegahan perceraian dan pemahaman makna pernikahan. Bimbingan pra
nikah di KUA Umbulharjo dilakukan setiap bulannya dengan diikuti oleh
sejumlah calon pasangan pengantin yang telah mendaftarkan diri untuk siap
menikah.
Bimbingan pra nikah merupakan upaya membantu pasangan (calon
suami-istri, dan suami-istri) oleh konselor profesional, sehingga mereka dapat
berkembang dan mampu memcahkan masalah yang dihadapi melalui cara-cara
yang saling menghargai, toleransi, dan dengan komunikasi yang penuh
pengertian, sehingga tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan,
kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga.13 Dapat dirumuskan
bahwa bimbingan pra nikah diharapkan mampu menjadikan calon pengantin
menjadi pribadi yang lebih mandiri dalam mengatur berbagai permasalahan
yang akan dihadapi.
12 Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, “Statistik Penduduk D.I. Yogyakarta”, 2018,
http://kependudukan.jogjaprov.go.id/olah.php?module=statistik&periode=11&jenisdata=penduduk&berdasarkan=statusperkawinan&prop=34&kab=71&kec= , diakses pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 23.05.
13 Sofyan S Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling) (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
165.
http://kependudukan.jogjaprov.go.id/olah.php?module=statistik&periode=11&jenisdata=penduduk&berdasarkan=statusperkawinan&prop=34&kab=71&kechttp://kependudukan.jogjaprov.go.id/olah.php?module=statistik&periode=11&jenisdata=penduduk&berdasarkan=statusperkawinan&prop=34&kab=71&kec
6
Menikah pada dasarnya bukan hanya menyatukan calon pengantin saja,
tetapi juga menyatukan dua keluarga yang memiliki latar belakang yang
berbeda, sehingga hal tersebut tidak dapat terhindarkan dari kesalahpahaman
dan permasalahan dalam keluarga. Menurut asumsi peneliti bahwa berbagai
permasalahan yang biasanya dijumpai calon pangasan pengantin dapat dilihat
dari tingkat ekonomi dan tingkat kesiapan serta kematangan calon pengantin.
Pada tingkat ekonomi, menurut kompas.com bahwa 57,6 persen
responden Laporan Industri Pernikahan 2017 di Indonesia mengaku bahwa
biaya pernikahan lebih banyak ditanggung oleh calon pengantin.14 Dalam hal
ini, tidak semua orang mempermasalahkan faktor ekonomi yang menjadikan
alasan pasangan untuk sulit menikah, tetapi sebagian juga memiliki
kekhawatiran terkait menikah yang membutuhkan biaya cukup banyak apalagi
untuk biaya kehidupan keluarga ke depan yang harus dijadikan pedoman bagi
calon pengantin yang akan membina rumah tangga.
Pada tingkat kesiapan dan kematangan calon pengantin, diperlukan
kesiapan baik dari aspek mental, sprititual, ekonomi, kesehatan, dan lain
sebagainya sebelum memutuskan untuk menikah. Hal tersebut penting
dilakukan karena kualitas sebuah pernikahan sangat ditentukan oleh kesiapan
dan kematangan kedua calon pengantin dalam menyongsong kehidupan
berumahtangga.15 Selain itu, perencanaan dan ketegasan dalam pengambilan
14 Nabilla Tashandra, “Lebih Praktis Atur Biaya Pernikahan dengan Bridestory Pay”, 2018,
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/05/10/110000120/lebih-praktis-atur-biaya-pernikahan-dengan-bridestory-pay, diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 22.40.
15 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Buku Saku untuk Calon Pengantin (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2014).
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/05/10/110000120/lebih-praktis-atur-biaya-pernikahan-dengan-bridestory-payhttps://lifestyle.kompas.com/read/2018/05/10/110000120/lebih-praktis-atur-biaya-pernikahan-dengan-bridestory-pay
7
keputusan dan tindakan dalam sebuah pernikahan sangat dibutuhkan calon
pengantin agar terhindar dari berbagai permasalahan. Kematangan dalam
pernikahan ini dimaksudkan kedua calon pengantin telah memiliki tanggung
jawab dan komitmen akan kehidupannya kelak bersama dengan pasangannya.
Maka dari itu, bimbingan pra nikah menjadi sangat penting dan vital
sebagai bekal bagi kedua calon pasangan untuk memahami secara subtansial
tentang seluk-beluk kehidupan keluarga dan rumah tangga. 16 Apabila
bimbingan pra nikah ini tidak terlaksana dengan baik dikhawatirkan
permasalahan calon pengantin yang hendak dihadapi setelah memasuki
pernikahan akan semakin berat, misalnya permasalahan dalam menentukan
tempat tinggal dan perencanaan setelah memiliki anak. Banyak fenomena yang
terjadi dimasyarakat bahwa masih banyak calon pengantin yang memilih untuk
tetap tinggal dengan orang tua dari salah satu pihak terkait, maka besar
kemungkinan berbagai permasalahan akan terus bermunculan dan hal yang
tidak bisa terhindarkan adalah perselisihan dan juga menimbulkan perceraian
bagi pasangan pengantin. Sebagai contoh bahwa pasangan yang telah menikah
tetapi perencanaan setelah menikah dan memiliki anak tidak diatur dengan
baik, maka pasangan tersebut menitipkan anaknya kepada kedua orang tua
pasangan sehingga pada akhirnya merepotkan kedua orang tua.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian terhadap permasalahan calon pengantin dalam perencanaan
16 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Nomor: Dj.Ii/542 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
8
kematangan pernikahan yang tepat melalui bimbingan pra nikah untuk
dijadikan pembahasan skripsi dengan judul “Bimbingan Pra Nikah untuk
Meningkatkan Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua di KUA
Umbulharjo Yogyakarta”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara bimbingan pra nikah di KUA Umbulharjo Yogyakarta?
2. Bagaimana tingkat kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua di
KUA Umbulharjo Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan cara bimbingan pra nikah di KUA
Umbulharjo Yogyakarta.
2. Mengetahui tingkat kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua di
KUA Umbulharjo Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan ilmiah khususnya bimbingan
pra nikah dalam meningkatkan kemandirian calon pengantin lepas dari
orang tua.
9
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi kantor
urusan agama yang menjadi subjek maupun pihak yang lain dalam rangka
peningkatan mutu kegiatan-kegiatan yang terkait dengan bimbingan pra
nikah. Diharapkan penelitian ini menjadi tolak ukur dalam melihat
sejauhmana keberhasilan cara bimbingan pra nikah dalam meningkatkan
kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua.
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, ditemukan beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka
ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan penelitian ini
dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun penelitian yang relevan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Skripsi yang disusun oleh Hapipah program studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan judul “Peran Bimbingan
Pra Nikah bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan”. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif yang menjelaskan tentang peran
bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Ciputat. Subjek dalam penelitian
ini adalah enam pengawai KUA yang terdiri dari lima narasumber dan satu
kepala KUA serta empat calon pengantin. Adapun hasil dari penelitian ini
adalah pelaksanaan bimbingan pra nikah yang dilakukan petugas KUA
kepada calon pengantin mengenai pemahaman peran keluarga kurang
10
maksimal dikarenakan kompetensi pembimbing yang terbatas, kurangnya
kedisiplinan calon pengantin untuk mengikuti bimbingan pra nikah dan
minimnya sarana dan prasarana yang disediakan KUA dalam
menyelenggarakan bimbingan pra nikah.17
Adapun penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang akan diteliti. Persamaan penelitian ini berkaitan
dengan bimbingan pra nikah namun lebih memfokuskan pada peran
bimbingan pra nikah agar calon pengantin memahami fungsinya dalam
keluarga. Sedangkan perbedaan pada penelitian yang akan diteliti adalah
penggunaan metode penelitian dengan mix methods dan juga mengenai
bimbingan pra nikah yang berkaitan dengan kemandirian calon pengantin
untuk lepas dari orang tua.
2. Skripsi yang disusun oleh Melia Fitri program studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 dengan judul “Pelaksanaan
Bimbingan Pra Nikah bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang menjelaskan tentang
pelaksanaan bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Pondok Aren.
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari kepala KUA, dua orang penghulu,
penyuluh, dan tiga calon pengantin. Adapun hasil dari penelitian ini adalah
17 Hapipah, Peran Bimbingan Pra Nikah bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan, Skripsi (Jakarta: Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ,UIN Syarif Hidayatullah, 2013).
11
pelaksanaan bimbingan pra nikah di Pondok Aren dilakukan setiap satu
minggu sekali di hari Rabu mencakup materi mengenai kesehatan
reproduksi, keluarga sakinah, UUD Perkawinan, kitab munakahat tentang
pernikahan, kewajiban suami dan istri, fiqih Islam, kerukunan dan doa-doa
untuk pasangan calon pengantin. Pelaksaan bimbingan pra nikah di KUA
Pondok Aren menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan sesi tanya
jawab antara calon pengantin dan pembimbing pra nikah.18
Persamaan dan perbedaan penelitian ini adalah memiliki fokus
yang sama mengenai cara bimbingan pra nikah, sedangkan perbedaannya
penelitian yang akan diteliti mengenai pentingnya bimbingan pra nikah
dalam meningkatkan kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua dan
juga dalam penelitian yang akan diteliti menggunakan metode penelitian
mix methods.
3. Skripsi yang disusun oleh Pebriana Wulansari program studi Bimbingan
Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden
Intan Lampung tahun 2017 dengan judul “Bimbingan Pra Nikah bagi
Calon Pengantin sebagai Upaya Pencegahan Perceraian (Studi Badan
Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di Kantor Urusan
Agama Kedondong Pesawaran”. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif yang menjelaskan tentang pelaksanaan bimbingan pra
nikah di KUA Kecamatan Kedondong. Subjek dalam penelitian ini terdiri
18 Melia Fitri, Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, Skripsi (Jakarta: Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ,UIN Syarif Hidayatullah, 2014).
12
dari enam orang calon pengantin dan tiga orang pegawai yang memberikan
bimbingan pra nikah. Adapun hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan
bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Kedondong dilakukan melalui
dua tahap yakni pra pelaksanaan dan tahap pelaksanaan. Bimbingan pra
nikah yang dilaksanakan oleh BP4 KUA Kecamatan Kedondong cukup
efektif sehingga memberikan dampak kepada calon pengantin. Salah satu
keberhasilan yang telah dicapai dari pelaksanaan bimbingan pra nikah
adalah kesadaran dari pasangan pengantin akan hak dan tanggung jawab
sebagai seorang suami dan istri.19
Persamaan penelitian ini hanya berkaitan dengan pelaksanaan
bimbingan pra nikah saja, sedangkan perbedaannya dengan penelitian
yang akan diteliti terletak pada metode penelitian yang digunakan yakni
mix methods sehingga didapatkan hasil yang berbeda dengan mengukur
tingkat kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua setelah mengikuti
bimbingan pra nikah.
4. Jurnal yang disusun oleh Maria Agustin dan Fabiola Hendrati Fakultas
Psikologi Universitas Merdeka Malang tahun 2013 dengan judul
“Hubungan Kemandirian Istri dengan Keharmonisan Perkawinan pada
Tahap Awal Perkawinan di Kelurahan Pagentan Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
koleratif yang dilaksanakan di Desa Putih Kabupaten Kediri dengan
19 Pebriana Wulansari, Bimbingan Pra Nikah bagi Calon Pengantin sebagai Upaya
Pencegahan Perceraian (Studi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di kantor Urusan Agama Kedondong Pesawaran, Skripsi (Lampung: Prodi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, IAIN Raden Intan, 2017).
13
populasi sebesar 628 pasangan yang kemudian menggunakan teknik
purposive sampling dan mendapatkan sampel sejumlah 90 pasangan
dengan 45 pasangan istri yang bekerja dan 45 pasangan istri yang tidak
bekerja. Adapun hasil dari penelitian ini diperoleh t-hitung sebesar 2,158
yang menunjukkan bahwa ada perbedaan keharmonisan perkawinan
ditinjau dari istri bekerja dan istri tidak bekerja di Desa Putih Kabupaten
Kediri.20
Persamaan penelitian ini hanya berkaitan dengan kemandirian saja
tetapi memiliki banyak perbedaan yakni tema yang diambil dalam
penelitian dan metode yang digunakan, penelitian ini meneliti mengenai
bimbingan pra nikah untuk meningkatkan kemandirian calon pengantin
lepas dari orang tua dengan menggunakan metode penelitian mix methods.
Penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas membahas berbagai
macam kajian tentang bimbingan pra nikah dan kemandirian. Akan tetapi,
peneliti akan melakukan penelitian yang berbeda dengan hasil-hasil penelitian
di atas. Adapun perbedaannya penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian ini membahas tentang cara bimbingan pra nikah yang
dilaksanakan di KUA Umbulharjo Yogyakarta dalam rangka untuk
meningkatkan kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua. Selain itu
perbedaan lainnya terletak pada subjek, tempat dan waktu penelitian.
20 Maria Agustin dan Fabiola Hendrati, “Hubungan Kemandirian Istri dengan
Keharmonisan Perkawinan Pada Tahap Awal Perkawinan di Keluarahan Pagentan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang”, Jurnal Psikologi Tabularasa, vol. 8: 2 (Agustus, 2013), hlm. 691 – 697.
14
G. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Bimbingan Pra Nikah
a. Pengertian Bimbingan Pra Nikah
Bimbingan menurut Prayitno adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa;
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu
dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-
norma yang berlaku. 21 Jadi, bimbingan lebih menekankan pada
pemberian bantuan kepada individu agar dapat mengembangkan
kemampuanya ke arah yang lebih baik.
Berkaitan dengan pra nikah, pra menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah awalan (prefiks) yang bermakna sebelum.22 Walgito
menyatakan bahwa dalam pernikahan terdapat adanya ikatan lahir
batin, yang berarti bahwa dalam perkawinan itu perlu ada ikatan
tersebut kedua-duanya. Ikatan lahir adalah ikatan yang menampak,
ikatan formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Oleh
karena itu, pernikahan pada umumnya diinformasikan kepada
21 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), hlm. 99. 22 Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1995), hlm. 697.
15
masyarakat luas agar masyarakat dapat mengetahuinya.23 Penjelasan
tersebut menegaskan bahwa pra nikah merupakan sebelum seorang
laki-laki dan perempuan melakukan ijab qabul untuk menjalin sebuah
hubungan berumahtangga.
Secara harfiah dalam Peraturan Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dijelaskan bahwa bimbingan pra nikah adalah
pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan
rumah tangga dan keluarga.24 Sedangkan Sofyan Willys menjelaskan
bahwa bimbingan pra nikah merupakan upaya membantu pasangan
(calon suami-istri, dan suami-istri) oleh konselor profesional,
sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapi melalui cara-cara yang saling menghargai,
toleransi, dan dengan komunikasi yang penuh pengertian, sehingga
tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarga. 25 Bimbingan pra nikah
merupakan kegiatan dari KUA yang wajib dilakukan oleh calon
pengantin yang dimaksudkan agar membuat keputusannya agar lebih
23 Ali Murtadho, Konseling Perkawinan: Perspektif Agama-Agama (Semarang: Semarang
Press, 2009), hlm. 29-31. 24 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Nomor: Dj.Ii/542 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. 25 Sofyan S Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling) (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
165.
16
mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara
lebih baik.26
Dapat dirumuskan pada pengertian tersebut bahwa bimbingan
pra nikah adalah calon pengantin diberikan pemahaman dalam
pernikahan dan berkeluarga oleh seorang yang profesional dari KUA
agar keduanya mendapatkan pemaknaan pernikahan dan mencapai
kebahagiaan hidup.
b. Dasar Perkawinan dan Tujuan Bimbingan Pra Nikah
Dasar adanya perkawinan menurut undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 Pasal 1 dan pasal 2. Dalam Pasal 1 dijelaskan sebagai
berikut:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa”.
Selanjutnya dalam Pasal 2 dinayatakan bahwa:
1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.27
26 Latipun, Psikologi Konseling (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2011), hlm.
154. 27 Kementrian Agama Kantor Wilayah D.I Yogyakarta, Panduan Menuju Keluarga Sakinah
(Yogyakarta: Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah Kanwil Kementrian Agama D.I.
Yogyakarta, 2015), hlm.7-8.
17
Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
Nomor: Dj.Ii/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kursus Pra Nikah Pasal 2 tujuan dari bimbingan pra nikah
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
tentang kehidupan rumah tangga/ keluarga dalam mewujudkan
keluarga sakinah, mawaddah, warahmah serta mengurangi angka
perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.28
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dasar perkawinan
dan tujuan bimbingan pra nikah telah diatur dan ditetapkan dalam
undang-undang dan peraturan pemerintah, sehingga calon pasangan
pengantin berhak memperoleh bimbingan pra nikah sebagai panduan
dalam membina keluarga yang sakinah.
c. Penyelenggara Bimbingan Pra Nikah
Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, Nomor: Dj.Ii/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah Pasal 3 bahwa peyelenggara
bimbingan pra nikah adalah sebagai berikut:
1) Penyelenggara kursus pra nikah adalah BP4 dan organisasi
keagamaan Islam yang telah memiliki Akreditasi dari
Kementerian Agama.
28 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Nomor: Dj.Ii/542 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
18
2) Kementerian Agama dapat menyelenggarakan kursus pra nikah
yang pelaksanaannya bekerja sama dengan Badan Penasihatan,
Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau organisasi
keagamaan Islam lainnya.
3) Dalam pelaksanaannya BP4 dan organisasi keagamaan Islam
penyelenggara kursus pra nikah dapat bekerja sama dengan
instansi atau kementrian lain atau lembaga lainnya.
4) Akreditasi yang diberikan kepada BP4 dan organisasi keagamaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 2 tahun dan
selanjutnya dapat diperpanjang dengan permohonan baru.29
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa penyelanggara
bimbingan pra nikah adalah KUA. Maka, KUA Umbulharjo yang
merupakan salah satu KUA di Kota Yogyakarta rutin mengadakan
bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di setiap bulannya.
d. Materi dan Narasumber Bimbingan Pra Nikah
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Nomor: Dj.Ii/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah Pasal 8 menyatakan bahwa:
1) Materi Kursus Pra Nikah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
kelompok dasar, kelompok inti dan kelompok penunjang.
29 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
19
2) Kursus pra nikah dilakukan dengan metode ceramah, diskusi,
tanya jawab dan penugasan yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan.
3) Narasumber terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga,
tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang memiliki kompetensi
sesuai dengan keahlian yang dimaksud pada ayat (1).
4) Materi Kursus Pra Nikah diberikan sekurang-kurangnya 16 jam
pelajaran.30
Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa materi dan
narasumber bimbingan pra nikah sudah ditentukan dari peraturan di
atas, dengan narasumber dari berbagai elemen masyarakat yang
memiliki profesi di bidangnya sehingga saat memberikan materi
narasumber sudah memiliki pengalaman.
e. Cara Bimbingan Pra Nikah
Adapun cara dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah pada
dasarnya sama dengan cara Bimbingan Konseling pernikahan dan
keluarga Islami yang umum. Hal yang membedakan terletak dalam
praktik serta taktik tersendiri sesuai dengan permasalahan.31 Secara
umum, cara Bimbingan Konseling Islami yang diklasifikasikan
berdasarkan segi komunikasi adalah sebagai berikut:
30 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. 31 Musnamar, Thohari. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam (Yogyakarta:
UII Press, 1992), hlm. 77.
20
1) Komunikasi langsung
Komunikasi langsung adalah pembimbing bertatap muka
dengan orang yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan secara
individu atau kelompok.
a) Secara individu yakni pembimbing dalam hal ini melakukan
komunikasi langsung dengan pihak yang dibimbingnya.
Pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan
pihak yang dimbimbing dengan artian percakapan pribadi.
b) Secara kelompok yakni pembimbing melakukan komunikasi
langsung dengan klien dalam situasi kelompok. Pembimbing
melakukan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi
bersama kelompok yang mempunyai masalah yang sama,
ataupun pemberian bimbingan dengan cara memberikan
materi bimbingan atau konseling tertentu (ceramah) kepada
kelompok yang telah disiapkan.
2) Komunikasi tidak langsung
Komunikasi tidak langsung adalah bimbingan atau
konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal
ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
a) Secara individual melalui surat menyurat ataupun melalui
telepon.
21
b) Secara kelompok melalui papan bimbingan, surat kabar atau
majalah, brosur, radio (media audio), dan televisi.32
Cara bimbingan pra nikah juga dijelaskan dalam Peraturan
Direktur Jenderal Masyarakat Islam yang dibedakan menjadi tiga cara
yaitu:33
1) Bimbingan terpadu
Bimbingan terpadu dilaksanakan selama 16 JPL (jam
pelajaran) selama 2 hari. Bimbingan terpadu merupakan
bimbingan secara tatap muka oleh pembimbing atau fasilitator
bimbingan perkawinan dengan modul yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Agama. Fasilitator dan narasumber bimbingan
terpadu diambil dari unsur Kementerian Agama atau kementerian
terkait dan juga lembaga lain yang telah memenuhi persyaratan.
Tempat pelaksanaan bimbingan dilakukan di Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan, Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/ Kota, atau tempat lain yang diterapkan oleh
penyelenggara disesuaikan denngan kondisi wilayah masing-
masing. Dalam hal peserta bimbingan, apabila calon pengantin
kurang dari 30 orang maka pelaksanaanya dapat digabung dengan
kecamatan lain dan dikoordinasikan oleh Kepala Seksi
Kabupaten/ Kota setempat.
32 Ibid., hlm. 49-50. 33 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
22
2) Bimbingan mandiri
Pemerintah melalui Keputusan Menteri Agama Nomor
477 Tahun 2004, bahwasannya sebelum pernikahan berlangsung
calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang
arti sebuah rumah tangga melalui bimbingan mandiri. Dalam
peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
bimbingan mandiri merupakan pemberian bekal pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan, dalam waktu singkat kepada calon
pengantin tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga.
Kementerian Agama dapat menyelenggarakan bimbingan
mandiri yang pelaksanannya bekerjasama dengan Badan
Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau
organisasi keagamaan Islam lainnya. Hal ini Kementerian Agama
menegaskan bahwa Kantor Urusan Agama menyelenggarakan
bimbingan mandiri dan dalam pelaksanaannya bekerjasama
dengan BP4. Narasumber dalam bimbingan mandiri terdiri dari
konsultan perkaiwnan dan keluarga, tokoh agama, dan tokoh
masyarakat yang memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian
yang dimaksud. Bimbingan mandiri dilaksanakan dalam waktu
singkat yakni kurang lebih 3 jam sehingga materi harus
menyesuaikan dengan waktu yang tersedia.
23
3) Bimbingan insidental
Bimbingan insidental dalam hal ini calon pengantin tidak
dapat mengikuti bimbingan terpadu ataupun bimbingan mandiri
dengan alasan tertentu, maka calon pengantin dapat mengikuti
bimbingan insidental. Calon pengantin dapat melakukan
bimbingan insidental dengan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a) Calon pengantin wajib mendapatkan Buku Bacaan Mandiri
yang diterbitkan oleh Kementerian Agama.
b) Pada saat mendaftar kehendak nikah di KUA, calon pengantin
wajib mendapatkan bimbingan perkawinan tentang dasar-
dasar perkawinan, membangun keluarga sakinah, serta
peraturan perundangan yang berhubungan dengan masalah
keluarga.
c) Calon pengantin wajib mendatangi puskesmas untuk
mendapatkan bimbingan kesehatan reproduksi, pola
hidupbersih dan sehat, serta kesehtan keluarga, dibuktikan
dengan surat keterangan bimbingan kesehatan keluarga dari
Puskesmas.
d) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, b, dan c, calon pengantin wajib mendapatkan
penasehatan dan bimbingan mengenai dinamika perkawinan,
kebutuhan keluarga, pengelolaan konflik, serta pendidikan
24
anak, dari 2 (dua) orang penasehat, dari unsur: konselor BP4
atau Penyuluh Agama Islam di wilayah tempat tinggal atau di
wilayah yang dapat dijangkau oleh calon pengantin dan
dibuktikan dengan surat pernyataan penasehatan yang
ditandatangani oleh penasehat tersebut.
e) Blanko surat pernyataan penasehatan sebagaimana dimaksud
pada huruf d disediakan oleh KUA.
2. Tinjauan Tentang Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang
Tua
a. Pengertian Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua
Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang
mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu
kata keadaan atau kata benda. 34 Menurut Steinberg kata “mandiri”
diambil dari dua istilah yang pengertiannya sering disejajarkan silih
berganti, yaitu autonomy dan independence, karena perbedaan sangat
tipis dari kedua istilah tersebut. Istilah “kemandirian” menunjukkan
adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk meyelesaikan
masalahnya tanpa bantuan khusus dari orang lain dan keengganan
untuk dikontrol orang lain. Individu yang mandiri sebagai individu
yang dapat berdiri sendiri, dapat menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya, mampu mengambil keputusan sendiri, mempunyai
34 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 185.
25
inisiatif dan kreatif, tanpa mengabaikan lingkungan.35 Dalam hal ini
dapat dirumuskan bahwa kemandirian merupakan kemampuan
individu dalam mengatur permasalahan dan pengambilan keputusan
dengan sebebas-bebasnya tanpa ada campur tangan dari pihak lain.
Calon pengantin lepas dari orang tua memiliki arti kata yakni
calon merupakan orang yang akan menjadi menantu; 36 pengantin
yang berarti orang yang sedang melangsungkan perkawinannya,
mempelai; 37 lepas berarti tidak terlambat, tidak terikat lagi; 38 dari
berarti kata depan yang menyatakan tempat permulaan;39 dan orang
tua berarti ayah dan ibu kandung.40 Dapat disimpulkan bahwa calon
pengantin lepas dari orang tua adalah seseorang yang akan
melangsungkan pernikahan sehingga mampu untuk bergerak maju
tanpa campur tangan orang tua.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kemandirian calon
pengantin lepas dari orang tua adalah usaha calon pengantin (suami-
istri) yang mampu mengatur permasalahan dan pengambilan
keputusan yang sedang dihadapi tanpa adanya campur tangan dari
orang tua.
35 Eti Nurhayatii, Psikologi Pendidikan inovatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm.
130-131. 36 Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1995), hlm.
147. 37 Ibid., hlm. 66. 38 Ibid., hlm. 517. 39 Ibid., hlm. 186. 40 Ibid., hlm. 629.
26
b. Aspek-aspek Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua
Dijelaskan oleh Steinberg bahwa kemandirian secara
psikososial tersusun dari tiga aspek pokok yaitu: (1) mandiri emosi
adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan
kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu, terutama
sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainnya yang banyak
melakukan interaksi dengannya, (2) mandiri bertindak adalah
kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan
menindaklanjutinya, (3) mandiri berpikir adalah kebebasan untuk
memaknai seperangkat prinsip benar-salah, baik-buruk, apa yang
berguna dan sia-sia baginya.
Pertama, kemandirian emosi. Menjelang akhir masa remaja
ketergantungan emosional mereka terhadap orang tua menjadi
semakin jauh berkurang, menyusul semakin memuncak kemandirian
emosional mereka, meskipun ikatan emosional anak terhadap orang
tua tidak mungkin dapat dipatahkan secara sempurna. Maka
kemandirian emosi pada calon pengantin lepas dari orang tua adalah
bagaimana calon pengantin mampu menahan diri untuk meminta
bantuan dari orang tua saat mengalami masa-masa yang kurang baik
sehingga calon pengantin dapat melepaskan diri dari ketergantungan
yang selama ini selalu diberikan oleh orang tuanya.
Kedua, kemandirian bertindak. Mandiri dalam bertindak
berarti bebas bertindak sendiri tanpa terlalu bergantung pada
27
bimbingan orang lain. Kemandirian calon pengantin lepas dari orang
tua dalam perspektif kemandirian bertindak adalah mampu untuk
membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan
seharusnya meminta pertimbangan orang tua sehingga dapat
mempertimbangkan berbagai alternatif dari tindakannya berdasarkan
penilaian sendiri.
Ketiga, kemandirian berpikir. Diantara ketiga komponen
kemandirian, kemandirian berpikir merupakan proses yang paling
kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan
pencapaiannya terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya
tidak disadari, dan umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit
dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya.
Kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua dalam hal berpikir
adalah calon pengantin yang memiliki keyakinan pada nilai-nilai
mereka sendiri bukan hanya nilai yang ditanamkan oleh orang tua
yang selama ini sebagai figur dalam kehidupan berumahtangga.41
Menurut Robert Havighurst membagi kemandirian menjadi
beberapa aspek, yaitu:
1) Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol
emosi dan tidak tergantung pada kebutuhan emosi dan orang tua.
Berkaitan dengan kemandirian calon pengantin lepas dari orang
41 Eti Nurhayatii, Psikologi Pendidikan inovatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm.
133-136.
28
tua dalam hal ini calon pengantin mampu menahan diri dari sikap
ketidaktergantungan kepada orang tua.
2) Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur
ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang
tua. Maka, kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua dari
segi ekonomi adalah calon pengantin mampu untuk mengatur
kebutuhan dan tidak tergantung kembali dengan orang tua.
3) Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Kemandirian calon
pengantin lepas dari orang tua dari segi intelektual adalah calon
pengantin mampu mengatasi permasalahan dan mampu untuk
mengambil keputusan tanpa campur tangan dari orang tua.
4) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung
atau menunggu aksi dari orang lain. Kemandirian calon pengantin
lepas dari orang tua dalam sosial adalah calon pengantin mampu
bergaul ataupun mampu untuk berinteraksi dengan dengan orang
lain tanpa harus ada orang tua yang mendampingi.42
Ketiga aspek dalam kemandirian di atas yakni kemandirian
dalam emosi, bertindak dan berpikir merupakan satu kesatuan yang
saling berurutan dalam tahap proses menjadi orang yang mandiri.
42 Shovia Lintina, Pengaruh Konsep Diri dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian
Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi (Jakarta: Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah, 2015).
29
Calon pengantin dalam menjalankan kemandirian untuk lepas dari
orang tua didasari mampu mengontrol emosi dilanjutkan mampu
untuk mengatur tindakan yang akan dilakukan sehingga dipuncaknya
mampu untuk mandiri dalam berpikir di setiap pengambilan
keputusan. Aspek-aspek kemandirian dari Steinberg dijadikan dasar
dalam menyusun item-item pada skala kemandirian calon pengantin
lepas dari orang tua. Dan aspek kemandirian berikutnya merupakan
beberapa aspek mengenai kemandirian calon pengantin dilihat dari
beberapa sudut pandang baik dari segi emosi, ekonomi, intelektual
dan sosial.
c. Cara Meningkatkan Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang
Tua
Meningkatkan kemandirian merupakan upaya yang dilakukan
individu dalam rangka menjalani kehidupan ke depannya menjadi
lebih baik. Dalam meningkatkan kemandirian pada calon pengantin
dapat terlihat dari cara berpikir dan bertindak dalam mengambil
sebuah keputusan. Menurut Ali dan Asrori terdapat sejumlah upaya
untuk meningkatkan kemandirian seseorang individu sebagai
berikut:43 (1) penciptaan partisipasi dan keterlibatan dalam keluarga,
yang diwujudkan dalam keterlibatan pemecahan masalah sehingga
dapat mengetahui resiko dan konsekuensi saat mengambil sebuah
43 Priskila Hesti Anomsari, Upaya Meningkatkan Nilai Kemandirian Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Kembang Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013, Skripsi (Semarang: Prodi Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, 2013).
30
keputusan; (2) penciptaan keterbukaan, diwujudkan dalam bentuk
toleransi terhadap perbedaan pendapat sehingga mampu untuk
mengendalikan emosi saat mempertimbangkan berbagai solusi dari
pendapat orang lain; (3) penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi
lingkungan, diwujudkan dalam bentuk mendorong rasa ingin tahu
individu terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya agar mengetahui
berbagai tindakan yang tepat untuk dirinya; (4) penerimaan positif
tanpa syarat, yang diwujudkan dalam bentuk tidak membeda-bedakan
dan menerima dengan apa adanya sehingga dapat menghargai potensi
yang ada dalam dirinya; (5) empati, yang diwujudkan dalam bentuk
memahami pikiran dan perasaan sehingga memiliki keyakinan
terhadap apa yang dilakukan; (6) penciptaan kehangatan hubungan,
yang diwujudkan dalam bentuk interaksi yang baik sehingga tercipta
komunikasi dalam sebuah hubungan.
Dalam upaya pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut,
diharapkan calon pengantin dapat membentuk sikap dan karakter
sebagai individu yang mandiri dalam setiap pengambilan keputusan
dan bertanggung jawab akan apa yang telah dikerjakan. Maka, calon
pengantin mampu untuk mempersiapkan pernikahan secara matang
dari segi kematangan fisik, mental dan sosial. Dikarenakan peran yang
akan ditanggung calon pengantin nantinya menuntut untuk bertindak
lebih mandiri.
31
d. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemandirian Calon Pengantin
Lepas dari Orang Tua
Lerner dan Spanier menyebutkan bahwa kemandirian
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
1) Faktor internal atau kondisi diri. Faktor internal adalah faktor dari
dalam diri yang meliputi:
a) Usia
Usia mempengaruhi tingkat kemandirian seseorang, biasanya
semakin panjang usia seseorang maka semakin mandiri.
Namun hal tersebut tidaklah mampu dijadikan pedoman akan
kemandirian karena masih banyak faktor yang lebih
berpengaruh dalam kemandirian seseorang.
b) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang berpengaruh
akan kemandirian dalam berpikir ataupun bertindak, karena
orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih
mampu untuk menganalisis berbagai hal yang akan
dilakukannya dengan penuh pertimbangan sehingga dapat
mengambil keputusan yang tepat.
c) Konsep diri
Konsep diri yang positif membuat seseorang dapat
menentukan arah yang akan diambil sehingga seseorang
32
tersebut mampu untuk menilai diri sendiri bagaimana sikap
ketergantungannya dengan orang lain.
2) Faktor eksternal atau lingkungan. Faktor eksternal adalah faktor
dari luar diri seseorang meliputi:
a) Keluarga
Peranan orang tua dalam mendidik anaknya sangat
berpengaruh dalam menentukan kepribadian seorang anak,
hal tersebut juga berpengaruh dalam pembentukkan
kemandirian dalam diri seorang anak tersebut.
b) Pekerjaan
Pekerjaan berperan dalam meningkatkan kemandirian diri
seseorang, hal tersebut dapat terlihat dari cara memilih
pekerjaan ataupun juga tindakan saat bekerja.
c) Latar belakang budaya
Penyesuaian diri dengan latar belakang budaya dalam
lingkungan sosial melatih seseorang untuk bertanggung
jawab dan mandiri dalam bertindak.44
Faktor internal yang mempengaruhi kemandirian di atas
merupakan tanggung jawab masing-masing individu sehingga dapat
menentukan bahwa individu bisa mandiri sesuai dengan kondisi di
dalam dirinya. Faktor eksternal kemandirian individu yang
44 Shovia Lintina, Pengaruh Konsep Diri dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian
Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi (Jakarta: Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah, 2015).
33
disebabkan oleh lingkungan juga berpengaruh terhadap diri individu
dalam melatih kemandirian karena adanya keterikatan individu
tersebut dengan keadaan lingkungan disekitarnya.
e. Perspektif Bimbingan Konseling Islam (BKI) terhadap Kemandirian
Calon Pengantin
Perspektif BKI terhadap kemandirian calon pengantin tertera
dalam Al-Qur’an Surat QS an-Nisaa’ [4] ayat 3445:
َل اللَّهُ بَْعَضُهْم َعلَٰی بَْعض اُموَن َعلَی النِ َساِء بَِما فَضَّ َجاُل قَوَّ الِر Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri),
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain (wanita)...”.
Dimana surat tersebut menjelaskan bahwasannya sebuah
tanggung jawab dalam pernikahan adalah pengantin itu sendiri, bukan
orang tua bahkan orang lain. Kemandirian calon pengantin dalam
berumahtangga sangat penting untuk kehidupan di masa depannya,
dikarenakan keluarga merupakan satu kesatuan yang utuh tanpa ada
campur tangan dari pihak luar akan setiap hal dalam penentuan
keputusan. Maka, diperlukan bimbingan pra nikah untuk menerapkan
nilai-nilai Islami dalam penentuan setiap keputusan atas kemandirian
calon pengatin. Maka rumah tangga yang akan dibina oleh calon
pengantin dapat dilandasi dengan agama dan iman yang kuat.
45 Al-Qur’an, 4 : 34. Ayat Al-Qur’an di skripsi ini diambil dari Mushaf Al-Qur’an, Quran
Tajwid (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), hlm. 84 .
34
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian mix methods. Metode
penelitian kombinasi adalah suatu metode penelitian yang
mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan
metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu
kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif,
valid, reliabel dan obyektif.46 Creswell mengemukakan tentang metode
kombinasi model sequential adalah suatu prosedur penelitian dimana
peneliti mengembangkan hasil penelitian dari satu metode dengan metode
lain dikarenakan penggunaan metode ini dikombinasikan secara berurutan.
Bila urutan pertama menggunakan metode kuantitatif, dan urutan kedua
menggunakan kualitatif, maka metode tersebut dinamakan kombinasi
model sequential explanatory. Bila urutan pertama menggunakan metode
kualitatif dan urutan kedua menentunakan kuantitatif, maka metode
tersebut dinamakan metode penelitian kombinasi model sequential
exploratory.47 Oleh karena itu, prioritas utama menggunakan penelitian
kualitatif untuk mengeksplorasi/ menjelajahi masalah yang diteliti. Proses
penggabungan diawali pada saat menghubungkan hasil analisis data
kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif.48
46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mix Methods)
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 404. 47 Ibid., hlm. 407- 413. 48 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penlitian Gabungan
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 437.
35
Gambar 1.1
Model Eksploratoris Sukensial
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah
sequential exploratory. Maka dari itu, data kualitatif didapatkan melalui
wawancara dan observasi kepada subjek untuk mendapatkan data yang
mendalam mengenai cara bimbingan pra nikah, sedangkan data kuantitatif
didapatkan melalui penyebaran skala kepada peserta calon pengantin yang
mengikuti bimbingan pra nikah yang berkaitan mengenai kemandirian
calon pengantin lepas dari orang tua.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Peneliti membutuhkan subjek untuk menjadi sumber
informasi terkait dengan cara bimbingan pra nikah di KUA
Umbulharjo Yogyakarta. Informan adalah orang yang dimintai
informasi oleh peneliti atau orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi atau fakta dari suatu objek penelitian.49
49 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 108.
Kualitatif
Pengumpulan
data Analisis
Kuantatif
Pengumpulan
data Analisis
Kesimpulan
36
Metode penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu50 sehingga peneliti menetapkan kriteria khusus
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan
mampu menjawab rumusah masalah penelitian. Subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Peserta calon pengantin yang mengikuti bimbingan pra nikah di
KUA Umbulharjo Yogyakarta sebanyak 52 calon pengantin 51
dengan batasan kriteria sebagai berikut:
(a) Telah mendaftar diri sebagai calon pengantin di KUA
Umbulharjo Yogyakarta.
(b) Telah terdaftar sebagai peserta kegiatan pelaksanaan
bimbingan pra nikah.
(c) Intensif dalam mengikuti bimbingan pra nikah sampai akhir
kegiatan sebanyak 48 calon pengantin.
2) Bapak Handdri Kusuma, S.Ag., M.Si sebagai kepala KUA
Umbulharjo Yogyakarta dikarenakan berperan dalam adanya
kegiatan pelaksanaan bimbingan pra nikah dan ikut serta dalam
mendampingi pelaksanaan bimbingan pra nikah di KUA
Umbulharjo Yogyakarta.
50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 85. 51 Hasil observasi jumlah peserta calon pengantin yang hadir bimbingan mandiri tanggal
15 Januari 2020.
37
3) Bapak Sehona, S.Ag sebagai penghulu dikarenakan berperan
sebagai pemateri dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah untuk
memberikan pemahaman pernikahan kepada calon pengantin.
4) Bapak Eman Suherman, S.Ag. I sebagai penyuluh dikarenakan
subjek berperan aktif dalam membimbing pelaksanaan
bimbingan pra nikah. Batasan kriteria dalam pemilihan subjek
sebagai berikut.
(a) Memiliki pengalaman minimal 2 tahun dalam memberikan
penyuluhan pra nikah bagi calon pengantin serta telah
memiliki sertifikasi bimbingan teknis (BimTek) pra nikah.
(b) Memiliki kompetensi yang baik di bidangnya secara umum
maupun agama.
b. Objek Penelitian
Objek adalah benda, hal dan sebagainya yang dijadikan saran
untuk diteliti.52 Objek penelitian merupakan benda atau hal-hal yang
menjadi sasaran penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian sebagai berikut:
1) Cara bimbingan pra nikah di KUA Umbulharjo Yogyakarta.
2) Tingkat kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua di KUA
Umbulharjo Yogyakarta.
52 Meity Taqdir Qodratilah, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011). hlm. 366.
38
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan dimana dua
orang atau lebih saling berhadapan secara fisik.53 Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan cara merekam jawaban
atas pertanyaan yang diberikan kepada responden.54
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. 55 Hal tersebut dipilih dikarenakan peneliti
secara langsung berkomunikasi dengan responden sehingga lebih
fleksibel dalam meengajukan pertanyaan yang lebih rinci dan tidak
harus terpacu dengan pedoman wawancara sistematis. Metode
pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui data tentang cara
bimbingan pra nikah di KUA Umbulharjo Yogyakarta.
53 Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis untuk Pemula (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2012). hlm. 88. 54 Meity Taqdir Qodratilah, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011). hlm. 188. 55 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 74.
39
b. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan terhadap pola
perilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan informasi
tentang fenomena yang diinginkan. 56 Terdapat tiga jenis teknik
observasi yakni obersvasi partisipan, observasi non-partisipan, dan
observasi sistematik (berkerangka). 57 Penelitian ini menggunakan
observasi non-partisipan yang artinya peneliti tidak ikut serta dan
berperan aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Dikarenakan kegiatan
bimbingan pra nikah di KUA Umbulharjo Yogyakarta sudah diisi oleh
pemateri yang telah disesuaikan dengan keahlian di bidangnya. Maka
peneliti hanya mengamati cara bimbingan pra nikah di KUA
Umbulharjo Yogyakarta dan juga peneliti tidak ikut dalam
pengambilan peran.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data dengan
mencatat atau menyalin data yang sudah ada dalam dokumen atau
arsip. 58 Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan dokumen-
dokumen yang terkait dengan tema penelitian yang dilakukan.
Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
akan digunakan oleh peneliti karena dianggap sangat akurat dengan
56 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mix Methods)
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 196-197. 57 Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis untuk Pemula (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2012). hlm. 71-72. 58 Waryono, dkk, Pedoman Penulisan skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014), hlm. 29.
40
adanya bukti konkrit berupa dokumen-dokumen dari pihak KUA
Umbulharjo Yogyakarta yang terkait dengan bimbingan pra nikah
yang dilakukan.
d. Skala
Skala merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran
akan menghasilkan data kuantitatif. Skala yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert, dimana skala ini digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item skala yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban
pernyataan penelitian dibuat dalam bentuk checklist dengan jawaban
pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS).59
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori
kemandirian dari Steinberg yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat kemandirian calon pengantin lepas dari orang
59 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mix Methods)
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 135-137.
41
tua. Skala kemandirian ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori
kemandirian menurut Steinberg, yang terdiri dari tiga aspek
kemandirian yaitu kemandirian emosi, kemandirian bertindak dan
kemandirian berpikir. Pemberian skor jawaban dalam skala ini yakni
4, 3, 2, 1 dan disesuaikan dengan item yang bersifat favorable dan
unfavorable. Tingginya skor yang diperoleh dari skala ini,
menunjukkan tingginya tingkat kemandirian calon pengantin lepas
dari orang tua. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan skala
kepada peserta calon pengantin yang mengikuti bimbingan pra nikah
di KUA Umbulharjo Yogyakarta. berikut adalah skala kemandirian
calon pengantin lepas dari orang tua sebagai instrumen skala uji coba.
Tabel 1.1
Skala Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua
Variabel Aspek Indikator No Item Jumlah
Favorabl
e
Unfavorab
le
Kemandirian
Calon
Pengantin
Lepas dari
Orang Tua
Kemandirian
Emosi
Melepaskan diri
dari sifat
ketergantungan
7, 16, 30 6, 14, 36 6
Mengendallikan emosi diri sendiri
12, 15, 32
5, 17, 18, 37
7
Kemandirian
Bertindak
Kemampuan untuk
membuat keputusan
sendiri
2, 22, 24,
38
8, 31, 34 7
Mampu
mempertimbangkan
berbagai alternatif
tindakan
19, 20,
28
23, 26, 35,
39
7
Kemandirian
Berpikir
Keyakinan pada
nilai-nilai sendiri
1, 9, 29,
40
4, 10, 13 7
Keyakinan terhadap
potensi diri
3, 21, 33 11, 25, 27 6
Jumlah 20 20 40
42
I. Uji Coba Instrumen Skala Penelitian
Hasil dalam suatu penelitian diperlukan adanya data yang akurat dan
obyektif, maka dari itu perlu suatu alat ukut yang tepat untuk memenuhi dua
syarat yakni valid dan reliabel. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Uji Coba
Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 18 Desember 2019,
dengan cara bimbingan pra nikah mandiri di KUA Umbulharjo
Yogyakarta dilaksanakan. Pemberian instrumen skala diberikan secara
langsung kepada semua calon pengantin yang telah mengikuti bimbingan
pra nikah sebanyak 58 orang. Instrumen skala diberikan setelah
pelaksanaan bimbingan pra nikah selesai, dengan harapan setelah materi
bimbingan pra nikah diberikan kepada calon pengantin maka instrumen
tersebut berguna untuk mengukur seberapa besar kemandirian calon
pengantin lepas dari orang tua. Instrumen skala ini berupa sampel uji coba
dalam bentuk print out yang digunakan untuk mengukur valid dan reliabel
item pernyataan.
b. Hasil Uji Coba
1) Uji Validitas
Salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam penelitian adalah
validitas. Validitas menurut A. Muri Yusuf adalah seberapa jauh
instrumen itu benar-benar mengukur apa (objek) yang hendak diukur.
Maka, semakin tinggi validitas instrumen, semakin baik instrumen itu
43
untuk digunakan.60 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Sugiyono syarat minimum
untuk dianggap memenuhi syarat valid adalah:61
a) Jika r≥ 0,30, maka item instrumen dinyatakan valid.
b) Jika r≤ 0,30, maka item dinyatakan tidak valid.
Berdasarkan uji coba validitas melalui SPSS for windows
terhadap 40 item yang telah diuji cobakan, maka terdapat 34 item yang
dinyatakan valid dan 6 item yang dinyatakan tidak valid. Selanjutnya,
34 item yang telah valid disusun kembali untuk dijadikan alat
pengumpul data dalam penelitian ini:
Tabel 1.2
Hasil Uji Coba Validitas Skala Kemandirian Calon Pengantin
Lepas dari Orang Tua
No Nomor Item rxy Keterangan
1 Item 1 0,398 Valid
2 Item 2 0,427 Valid
3 Item 3 0,384 Valid
4 Item 4 -0,087 Tidak Valid
5 Item 5 0,308 Valid
6 Item 6 0,417 Valid
7 Item 7 0,503 Valid
8 Item 8 -0,225 Tidak Valid
9 Item 9 0,231 Tidak Valid
10 Item 10 0,642 Valid
11 Item 11 0,467 Valid
12 Item 12 0,504 Valid
60 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penlitian Gabungan
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 234. 61 Yeni Mutiara, Quarterlife Crisis Mahasiswa BKI Tingkat Akhir, Skripsi (Yogyakarta: Prodi
Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018).
44
13 Item 13 0,518 Valid
14 Item 14 0,177 Tidak Valid
15 Item 15 0,508 Valid
16 Item 16 0,39 Valid
17 Item 17 0,291 Tidak Valid
18 Item 18 0,342 Valid
19 Item 19 0,358 Valid
20 Item 20 0,343 Valid
21 Item 21 0,547 Valid
22 Item 22 0,516 Valid
23 Item 23 0,501 Valid
24 Item 24 0,346 Valid
25 Item 25 0,513 Valid
26 Item 26 0,574 Valid
27 Item 27 0,647 Valid
28 Item 28 0,55 Valid
29 Item 29 0,54 Valid
30 Item 30 0,559 Valid
31 Item 31 0,588 Valid
32 Item 32 0,616 Valid
33 Item 33 0,563 Valid
34 Item 34 0,489 Valid
35 Item 35 0,242 Tidak Valid
36 Item 36 0,49 Valid
37 Item 37 0,432 Valid
38 Item 38 0,491 Valid
39 Item 39 0,429 Valid
40 Item 40 0,316 Valid
2) Uji Reabilitas
Instrumen yang valid belum cukup untuk mendapatkan hasil
penelitian yang ideal, karenakanya instrumen yang valid masih saja
perlu diuji apakah instrumen tersebut reliabel, artinya jika digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan
45
data yang sama. 62 Menurut A. Muri Yusuf reabilitas adalah
konsistensi atau kestabilan skor sutau instrumen penlitian terhadap
individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda. Jadi,
suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen itu dicobakan
kepada subjek yang sama secara berulang-ulang namun hasilnya tetap
sama atau relatif sama. 63 Pada penelitian ini, uji reabilitas
menggunakan cronbach alfa melalui SPSS for windows. Pemberian
interpretasi terhadap reabilitas variabel yakni jika koefisien cronbach
alfa lebih dari 0,6.
Tabel 1.3
Hasil Uji Coba Cronbach Alfa
Variabel Koefisien
Reliabilitas N Item Keterangan
Kemandirian calon
pengantin lepas dari
orang tua
0.901 40 Reliabel
J. Kisi-Kisi Setelah Uji Coba
Setelah melakukan uji validitas dan uji reabilitas, maka instrumen skala
tersebut dapat dinyatakan layak untuk mengukur sampel dalam penelitian ini.
Selanjutnya, dilakukan penomoran ulang masing-masing item skala
kemandirian calon pengantin lepas dari orang tua, berikut kisi-kisi setelah
dilakukan uji coba:
62 Yeni Mutiara, Quarterlife Crisis Mahasiswa BKI Tingkat Akhir, Skripsi (Yogyakarta: Prodi
Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018).
63 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penlitian Gabungan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 242.
46
Tabel 1.4
Kisi-Kisi Skala Kemandirian Calon Pengantin Lepas dari Orang Tua Variabel Aspek Indikator No Item Jumlah
Favorabl
e
Unfavorab
le
Kemandirian
Calon Pengantin
Lepas dari Orang
Tua
Kemandirian Emosi Melepaskan diri
dari sifat
ketergantungan
6, 12, 25 5, 30 5
Mengendallikan
emosi diri sendiri
9, 11, 27 4, 13, 31 6
Kemandirian
Bertindak
Kemampuan untuk
membuat keputusan
sendiri
2, 17, 19,
32
26, 29 6
Mampu
mempertimbangkan
berbagai alternatif
tindakan
14, 15,
23
18, 21, 33 6
Kemandirian
Berpikir
Keyakinan pada
nilai-nilai sendiri
1, 24, 34 7, 10 5
Keyakinan terhadap potensi diri
3, 16, 28 8, 20, 22 6
Jumlah 19 15 34
K. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.64 Maka data yang diperoleh dari subjek penelitian ini sesuai dengan
yang ditulis dan dipahami oleh peneliti.
Proses pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian
kualitatif dapat menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles dan
64 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 89.
47
Huberman bahwa proses penelitian kualitatif meliputi tiga tahap yakni
tahap deskripsi, tahap reduksi, dan tahap seleksi. Proses analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif yaitu data reduction, data display,
dan conclusions.65
a. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks yang bersifat
naratif guna menjawab rumusan masalah mengenai cara bimbingan
pra nikah yang dilakukan oleh pihak KUA Umbulharjo.
c. Tahap conclusions, pengumpulan data kualitatif yang digabungkan
dan diinterpretasikan sehingga dapat dihasilkan penarikan kesimpulan
dan verifikasi.
Setelah itu, tahap selanjtunya adalah keabsahan data kualitatif
dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
pengumpulan data untuk menguji dan mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triagulasi sumber yang berarti
untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
65 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mix Methods)
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 482.
48
yang sama.66 Hal ini dilakukan untuk melakukan pengecekan kembali atas
kebenaran jawaban “member check”.
2. Analisis Data Kuantitatif
Proses pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan analisis deskriptif, yakni analisis varian satu
jalan, analisis ini dilakukan untuk mengolah data yang hanya mengenal
satu pembanding variabel. 67 Teknik analisis ini biasa digunakan untuk
penelitian yang bersifat eksplorasi dimana mengungkapkan dan
mendeskrisipkan hasil penelitiannya.
Analisis data ini menggunakan skala untuk menjawab rumusan
masalah mengenai tingkat kemandirian calon pengantin lepas dari orang
tua di KUA Umbulharjo Yogyakarta. Sebelumnya, skala dilakukan uji
coba terlebih dahulu untuk mengukur uji validitas dan uji reabilitas
sehingga skala dapat terbukti valid dan reliabel. Setelah itu, dilakukan
kembali penyebaran skala dengan penomora