Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Bintang Boson Dua Fluida pada Temperatur Tertentu
Aldi Pratama Putra
1Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Kampus UI
Depok, Depok, 16424,Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat astrofisika dari bintang boson dua fluida dan perbandingannya dengan model bintang boson satu fluida pada temperatur nol dan temperatur tidak nol. Persamaan keadaan bintang boson dua fluida didapatkan pada sistem nonrelativistik dengan menggunakan representasi termodinamika serta memenuhi persamaan Gross-Pitaevskii. Penelitian ini dibatasi dengan pendekatan bahwa bintang dalam kondisi statik dan simetri bola. Persamaan keadaan bintang boson dua fluida dijadikan input Persamaan Tolman-Oppenheimer-Volkoff yang dikerjakan secara numerik dengan metode Runge-Kutta dan metode cari akar. Didapatkan relasi massa dengan jari-jari bintang boson dua fluida dengan massa maksimum pada temperatur nol dan temperatur tidak nol adalah sekitar 0.51$m*$. Diketahui juga bahwa pada sistem bintang boson dua fluida pada temperatur tidak nol terdapat daerah ketidakstabilan bintang pada saat tekanan dan densitas energi rendah (limit mendekati nol). Kata Kunci: boson, persamaan Gross-Pitaevskii, persamaan Keadaan, persamaan Tolman-Oppenheimer-Volkoff
Two-Fluid Boson Star at Finite Temperature
Abstract
The purpose of this study is to find out the astrophysical properties of two-fluid boson star and comparison with boson star at zero and non-zero temperature systems. The equation of state of two-fluid boson star in a non-relativistic system was found using thermodynamics representation which satisfies Gross-Pitaevskii approximation. This study is constrained to a static and spherically symmetric approximation. The equation of state of two-fluid boson star becomes an input for The Tolman-Oppenheimer-Volkoff equation which then is solved numerically using Runge-Kutta and root-finding method. We find the mass-radius relation of two-fluid boson star whose maximum mass at zero and non-zero temperature is about 0.51$m*$. We also find, in non-zero temperature system, that the two-fluid boson star has instability region in low pressure and low energy density (limit to zero).
Keywords: boson, Gross-Pitaevskii equation, equation of state, Tolman-Oppenheimer-Volkoff equation
2
Pendahuluan
Berdasarkan fakta observasi kosmologi, 95\% dari alam semesta kita terbentuk
dari dua hal yang tidak diketahui yaitu dark matter dan dark energy. Dark matter tersusun
dari Weakly Interacting Massive Particle (WIMP) yang tidak terdeteksi akselerator. Ada
beberapa kandidat yang memungkinkan menjadi dark matter, yang paling terkenal adalah
axion dan WIMP. Kemungkinan dark matter dijelasakan dengan cara menggambarkan
dark matter sebagai fluida dengan tekanan efektif tidak nol juga dipertimbangkan di
beberapa literatur.
Pada tahun 1995 kondensat Bose-Einstein ditemukan, keberadaanya didapat dari
eksperimen dengan teknik pendinginan menggunakan laser serta teknik pendinginan
dengan evaporasi. Kondensat Bose-Einstein telah terobservasi dan dipelajari secara
intensif serta implikasinya pada ranah astrofisika juga dipelajari. Pada tahun 2012 telah
ditemukan partikel skalar boson yang dinamakan Higgs Boson pada eksperimen Large
Hadron Collider (LHC). Ditemukannya partikel Higgs Boson memberikan harapan
bahwa mungkin ada objek antariksa yang tersusun dari partikel skalar boson, atau disebut
bintang boson. Bintang boson dapat memodelkan fase ke-5 dari materi yaitu kondensat
Bose-Einstein (Bose-Einstein Condensate) dalam skala astrofisika. Bintang boson juga
menjadi salah satu kandidat “dark matter”.
Penjelasan tentang bintang boson yang mengikuti statistika Bose-Einstein pada
sistem non-relativistik dan menggunakan teori gravitasi Newton telah dipelajari oleh
Dehnen dan Gensheimer, mereka menjelaskan sifat astrofisika dari bintang boson
khususnya relasi massa dan jari-jari bintang pada bagian outer. Chavanis dan Harko,
meneliti bintang boson pada temperatur nol dengan menggunakan representasi
hidrodinamika. Mereka menganalisis kemungkinan objek kompak dalam skala astrofisika
yang dapat mengandung kondensat Bose-Einstein sebagai materi penyusunnya
berdasarkan sifat superfluiditas yang ada pada bintang kompak. Untuk mempelajari
kondensat Bose-Einstein digunakan persamaan Gross-Pitaevskii dengan suku nonlinear
yang menggambarkan permasalahan lebih umum seperti pada bintang boson. Dimana
pada kasus yang sederhana, suku nonliear yang digunakan dalam persamaan Gross-
3
Pitaevskii berasal dari potensial interaksi antar atom efektif namun pendekataan ini tidak
dapat menjelaskan kasus yang lebih umum.
Dalam penelitian ini dipelajari sifat astrofisika pada bintang boson dua fluida
yaitu bintang boson yang mengandung fluida boson dengan vektor kecepatan empat yang
berbeda satu sama lain. Sifat astrofisika dapat dilihat dengan mempertimbangkan efek
temperatur pada bintang. Pada penelitian ini digunakan representasi termodinamika untuk
dapat mengetahui efek temperatur pada bintang dengan tujuan agar perhitungan lebih
mudah dilakukan. Bintang boson yang ditinjau dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan statik dan simetri bola.
LandasanTeori
Ketika kita meninjau sistem klasik, kita menggunakan statistika Maxwell-
Boltzman. Namun, ketika sistem yang kita tinjau adalah sistem kuantum maka kita harus
menggunakan statistika yang lain yaitu statistika Bose-Einstein dan statistika Fermi-
Dirac. Oleh karena itu, sistem kuantum mengenal dua jenis partikel yaitu boson dan
fermion. Boson merupakan partikel dengan spin kelipatan bilangan bulat dari !!!
yang
memenuhi distribui Bose-Einstein. Sedangkan, fermion merupakan partikel yang
memenuhi distribusi Fermi-Dirac yang memiliki spin kelipatan ganjil dari !!!!!
dan
memenuhi prinsip larangan Pauli, yaitu dua atau lebih fermion tidak dapat berada dalam
keadaan kuantum yang sama. Pada penelitian kali ini kami mengkaji suatu bintang yang
mengandung dua fluida boson sehingga kami menggunakan statistika Bose-Einstein
untuk merepresentasikan sistem tersebut.
Sebuah sistem fluida dapat digambarkan oleh persamaan keadaan. Untuk
mendapatkan persamaan keadaan sistem harus dikaji terlebih dahulu mekanika statistik
dari sistem tersebut. Keadaan dasar pada sistem partikel boson yang tidak berinteraksi
merupakan salah satu keadaan dimana semua partikel boson menempati keadaan level
4
partikel tunggal yang paling dasar atau keadaan sistem dimana temperaturnya mendekati
nol. Energi partikel tunggal bisa diformulasikan sebagai berikut,
Dalam mekanika statistik, ekspresi matematis dari potensial termodinamika untuk gas
ideal adalah
dengan merupakan fungsi grand partisi untuk partikel boson bebas yang
didefinisikan
Hamiltonian untuk partikel boson bebas bersifat hermitian sehingga bagian diagonalnya
merupakan energi. Sehingga dapat diketahui fungsi partisi untuk partikel boson bebas
adalah
µ merupakan potensial kimia dan dimana 𝑘!merupakan konstanta Boltzmann.
Maka potensial termodinamika untuk gas boson ideal adalah
5
Diketahui bahwa dalam mensumasikan daerah disekitar keadaan partikel tunggal dalam
limit termodinamika (semakin banyak jumlah partikel N, volume V semakin membesar
dan kerapatan jumlah partikel n memiliki nilai yang tetap) dapat digantikan dengan
integral di daerah sekitar vektor gelombang k,
ν merupakan faktor degenerasi yang berhubungan dengan spin. Dengan
mentransformasikan integral ke dalam bentuk energi maka didapat,
Potensial termodinamika dapat ditulis sebagai berikut
baris kedua didapat dari integral parsial, diasumsikan dan
.
Dari potensial termodinamika dapat diketahui rata-rata jumlah partikel N, yaitu
dengan menurunkan potensial termodinamika terhadap potensial kimia µ dengan
temperatur T dan volume V dianggap tetap,
6
Untuk menjelaskan sistem fluida boson yang pada temperatur di bawah temperatur kritis
menunjukkan fenomena kondensat Bose-Einstein dibutuhkan persamaan nonlinear klasik
yaitu persamaan Gross-Pitaevskii. Persamaan Gross-Pitaevskii tidak lain adalah
persamaan Schrodinger dengan tambahan suku nonlinear. Penurunan persamaan Gross-
Pitaevskii dimulai dari Hamiltonian sistem banyak benda yang menjelaskan N partikel
boson yang berinteraksi dan berada di keadaan kuantum yang sama serta terperangkap
oleh potensial eksternal 𝑉!"#, yaitu
Untuk menjelaskan kasus yang lebih umum, seperti pada bintang boson, dapat
diasumsikan sebuah suku nonlinear . Sehingga didapat persamaan Gross-
Pitaevskii secara umum, dapat ditulis sebagai:
dimana dan,
adalah rapat massa dalam bintang boson.
Bintang kompak merupakan bintang yang terbentuk setelah peristiwa ledakan
supernova, dan memiliki kerapatan yang sangat tinggi. Bintang pada keadaan seimbang,
maka tekanan yang berasal dari gravitasi memiliki besar tepat sama dengan tekanan yang
7
berasal dari materi nuklir di dalam bintang tersebut.
Pada bagian dalam bintang, terdapat distribusi materi, maka 𝐺!! ≠ 0, sehingga tensor
energi-momentum 𝑇!! ≠ 0, 𝑇!! fluida ideal:
Pada tahun 1939, Tollman, Oppenheimer dan Volkoff berhasil memecahkan
problem dari persamaan medan Einstein untuk bintang kasus statik dan simetri bola.
Sedangkan, jika tekanan arah radial tidak sama dengan tekanan arah tangensial maka
persamaan TOV termodifikasi menjadi:
dan
untuk memecahkan persamaan TOV, maka diperlukan input berupa ε (kerapatan energi)
dan p (tekanan), dan dengan menyelesaikan persamaan TOV tersebut, maka akan
diperoleh massa dan radius bintang.
Kondisi awal ditentukan dari pusat bintang, r = 0, dengan kata lain M(r = 0) = 0,
dan pada permukaan p = 0, maka solusi dari persamaan TOV dapat dicari dengan proses
iterasi dari p(r = 0) ≠ 0 sampai p(r = R) = 0.
Hasil dan Pembahasan
Pada model bintang boson dua fluida yang diteliti penulis, didapatkan persamaan
keadaan bintang boson dua fluida pada sistem nonrelativistik yang juga konsisten secara
termodinamika dan memenuhi relasi tekanan dengan densitas energi. Alasan
menggunakan pendekatan termodinamika adalah untuk mendapatkan persamaan keadaan
8
sistem yang dapat menjelaskan kasus bintang boson pada temperatur tidak nol.
Persamaan keadaan yang didapat adalah,
yang
dengan 𝑃!"#"$%&! adalah tekanan untuk boson bebas pada sistem non-relativistik di
keadaaan dasar.
dimana dan dengan kerapatan jumlah partikel n didapat dari
kerapatan jumlah partikel kritis 𝑛! yang didefinisikan
dan
Nilai-nilai yang didapat kemudian di-fitting. Hasil fitting berupa polinomial
dijadikan input pada persamaan TOV dengan variasi nilai inisiasi tekanan di pusat
bintang, sehingga memberikan nilai pada parameter-parameter sistem bintang boson dua
fluida. Dengan asumsi tekanan fluida 1 dan fluida 2 sama P1 = P2, rapat energi ε, tekanan
arah radial ψ, dan tekanan paralel Π digambarkan oleh persamaan di bawah ini:
dimana, .
9
Gambar 1. Plot densitas energi terhadap tekanan dengan variasi temperature dan nilai parameter b.
Dari Gambar (1) menunjukkan relasi antara densitas energi dengan tekanan,
dalam satuan MeV 𝑓𝑚!!, pada bintang boson dua fluida dengan variasi temperatur 0
MeV, 5 MeV, 15 MeV dan variasi nilai parameter b = 0.001, 0.0001, 0.0004. Dari
gambar terlihat relasi antara densitas energi dengan tekanan pada masing-masing kasus
mendekati linear yang artinya semakin besar tekanan semakin besar juga densitas energi
dalam sistem bintang. Dari gambar juga dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada relasi densitas energi dengan tekanan baik pada temperatur nol maupun
pada temperatur tidak nol, tidak ada perbedaan signifikan juga baik pada nilai parameter
b = 0.001, 0.0001 dan 0.0004. Hal ini membuat penulis menduga bahwa tidak adanya
perbedaan yang signifikan disebabkan oleh variasi temperatur dan nilai parameter b yang
tidak terlalu besar.
Propertis Astrofisika direpresentasikan dengan gambar-gambar grafik yang
merupakan relasi antara massa tidak berdimensi dengan jari-jari tidak berdimensi pada
bintang boson dua fluida di limit temperatur nol yang ditunjukkan pada Gambar (2), dan
relasi antara massa tidak berdimensi dengan densitas energi serta tekanan, juga relasi
antara jari-jari tidak berdimensi dengan densitas energi dan tekanan yang ditunjukkan
10
pada Gambar (3).
Gambar 2. Relasi massa terhadap radius dengan variasi parameter b pada temperature nol.
Gambar (2) menunjukkan relasi massa yang tidak berdimensi dengan jari-jari yang tidak
berdimensi pada limit temperatur nol. Dari Gambar (2) dapat dilihat perbedaan massa
maksimum dari ketiga grafik di atas. Untuk grafik dengan nilai b = 0.0001 dengan grafik
dengan nilai b = 0.0004 terlihat berhimpitan atau sama, sehingga kedua grafik memiliki
nilai massa maksimum yang sama yaitu sekitar 0.50378m*. Grafik dengan nilai
parameter b = 0.001 memiliki massa maksimum sebesar sekitar 0.50369m*. Perbedaan
nilai massa maksimum yang tidak signifikan dari ketiga grafik pada Gambar (2)
dikarenakan nilai parameter b yang dipakai tidak terlalu besar selisihnya, nilai parameter
b merupakan suku koreksi dari persamaan densitas energi sistem bintang boson dua
fluida. Dengan demikian suku koreksi pada persamaan densitas energi sistem tersebut
memberikan pengaruh pada sifat astrofisika bintang boson dua fluida di temperatur nol
yang ditunjukkan pada hubungan antara massa dengan jari-jari bintang.
Pada Gambar (3) bisa dilihat relasi massa dengan densitas energi dan tekanan,
serta jari-jari dengan densitas energi dan tekanan pada bintang boson dua fluida di
temperatur 0 MeV.
11
Gambar 3. Hubungan antara mass yang tidak berdimensi dengan densitas energi saat T = 0 MeV (a), jari-
jari yang tidak berdimensi dengan densitas energi saat T = 0 MeV (b), massa yang tidak berdimensi dengan
tekanan saat T = 0 MeV (c) serta jari-jari yang tidak berdimensi dengan tekanan saat T = 0 MeV (d).
Dari Gambar (3) khususnya gambar (a) dan (c) dapat diketahui bahwa massa
bintang boson dua fluida naik seiring dengan bertambahnya densitas energi sistem dan
tekanan sistem, kenaikan massa bintang boson dua fluida terjadi sampai mencapai massa
maksimumnya lalu massa bintang boson dua fluida turun dengan tidak signifikan seiring
dengan bertambahnya densitas energi dan tekanan sistem. Pada gambar (b) dan (d)
ditunjukkan bahwa semakin besar densitas energi sistem dan tekanan sistem maka jari-
jari bintang boson dua fluida akan semakin kecil, namun terjadi kenaikan jari-jari bintang
pada saat awal bertambahnya densitas energi dan tekanan sistem. Tren pada keempat
grafik dalam Gambar (3) sesuai dengan karakteristik bintang kompak dimana bintang
kompak memiliki massa yang sangat besar dengan jari-jari yang sangat kecil, hal tersebut
diakibatkan besarnya tekanan sistem dan densitas energi sistem bintang kompak.
Pada gambar dibandingkan sistem non-relativistik dari bintang boson dua fluida
12
dengan variasi temperatur 5 MeV, 15 MeV dan nilai parameter b = 0.001, 0.0001 dan
0.0004.
Gambar 4. (a) Relasi antara massa dan jari-jari yang tidak berdimensi pada T = 5 MeV, (b) Relasi antara
massa dan jari-jari yang tidak berdimensi pada T = 15 MeV.
Pada Gambar (4), bisa dilihat relasi massa yang tidak berdimensi dengan jari-jari
bintang yang tidak berdimensi untuk sistem pada temperatur T = 5 MeV dan T = 15
MeV. Pada masing-masing plot grafik juga bisa dilihat pengaruh beda nilai parameter b.
Plot grafik pada Gambar (4) dimulai dari tekanan dan densitas energi yang cukup rendah
(besar tekanan mendekati 10!! MeV 𝑓𝑚!!) hingga tekanan dan densitas energi yang
tinggi (tekanan mencapai 5000 MeV 𝑓𝑚!!). Pada gambar (a) terlihat pengaruh nilai
parameter b tidak berbengaruh secara signifikan, ketiga grafik di gambar (a) seluruhnya
nyaris berhimpit. Begitu juga dengan gambar (b) dimana nilai parameter b tidak
berpengaruh besar jika dilihat dari ketiga grafik yang diplot. Plot ketiga grafik di gambar
(a) dan gambar (b) pada Gambar (4) memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan
Gambar (2), tren dari kedua gambar tersebut berbeda. Jika pada Gambar (2) diketahui
bahwa bessarnya massa maksimum pada bintang berbanding terbalik dengan besarnya
jari-jari pada bintang. Pada Gambar (2), tren yang terjadi adalah sebaliknya, terlihat
besarnya massa maksimum pada bintang berbanding lurus dengan besarnya jari-jari. Hal
tersebut tidak sesuai dengan ciri suatu objek kompak astrofisika dimana seharusnya objek
memiliki massa yang besar dengan jari-jari yang kecil.
Pada Gambar (5) dan (6) ditunjukkan relasi antara massa yang tidak berdimensi
13
dengan densitas energi dan tekanan serta relasi antara jari-jari yang tidak berdimensi
dengan densitas energi dan tekanan untuk temperatur 5 MeV dan 15 MeV secara
berurutan.
Gambar 5. Hubungan antara mass yang tidak berdimensi dengan densitas energi saat T = 5 MeV (a), jari-
jari yang tidak berdimensi dengan densitas energi saat T = 5 MeV (b), massa yang tidak berdimensi dengan
tekanan saat T = 5 MeV (c) serta jari-jari yang tidak berdimensi dengan tekanan saat T = 5 MeV (d).
Pada Gambar (5) (a) dan (c) diketahui bahwa semakin besar densitas energi dan
tekanan sistem maka nilai massa bintang boson dua fluida menuju nilai massa
maksimumnya. Setelah mencapai nilai massa maksimum, nilai massa bintang boson dua
fluida cenderung tetap atau konstan (pada daerah stabil). Untuk penjelasan jari-jari
bintang boson dua fluida, yang ditunjukkan pada Gambar (5) (b) dan (d), dapat diketahui
bahwa pada densitas energi dan tekanan yang rendah (pada daerah ketidakstabilan
bintang) nilai jari-jari bintang boson dua fluida meningkat sampai mencapai jari-jari
maksimumnya, setelah itu nilai jari-jari bintang menurun seiring semakin besarnya
14
densitas energi dan tekanan sistem.
Gambar 6. Hubungan antara mass yang tidak berdimensi dengan densitas energi saat T = 15 MeV (a), jari-
jari yang tidak berdimensi dengan densitas energi saat T = 15 MeV (b), massa yang tidak berdimensi
dengan tekanan saat T = 15 MeV (c) serta jari-jari yang tidak berdimensi dengan tekanan saat T = 15 MeV
(d).
Berbeda dengan Gambar (5) (a) dan (c), pada Gambar (6) (a) dan (c) diketahui
bahwa pada densitas energi dan tekanan yang sangat rendah atau pada daerah
ketidakstabilan bintang, nilai massa bintang menurun secara signifikan, setelah itu nilai
massa meningkat menuju nilai massa maksimumnya seiring dengan bertambah besarnya
densitas energi dan tekanan sistem. Pada Gambar (6) (b) dan (d), jari-jari bintang pada
daerah ketidakstabilan bintang menurun, kemudian nilai jari-jari bintang naik seiring
dengan bertambahnya densitas energi dan tekanan sistem, nilai jari-jari terus naik sampai
mencapai nilai maksimum jari-jarinya. Setelah itu, bintang berada dalam kondisi yang
stabil sehingga jari-jari hanya mengalami penurunan yang tidak signifikan.
Berikutnya akan dilakukan perbandingan model bintang boson dua fluida dengan
15
model bintang boson satu fluida. Perbandingan hanya dilakukan pada temperatur nol (T =
0 MeV) karena temperatur tidak nol yang digunakan penulis berbeda dengan temperatur
tidak nol yang digunakan pada penelitian sebelumnya. Perbandingan dilakukan dengan
membandingkan model bintang boson dua fluida yang menggunakan representasi
termodinamika dengan bintang boson satu fluida yang juga menggunakan representasi
termodinamika serta dibandingkan juga dengan bintang boson satu fluida yang
menggunakan representasi hidrodinamika.
Gambar 7. Perbandingan persamaan keadaan dari sistem bintang boson dua fluida dengan bintang boson
satu fluida pada temperature T = 0 MeV.
Pada Gambar (7) ditunjukkan perbandingan relasi persamaan keadaan (densitas
energi dan tekanan) antara sistem bintang boson dua fluida dengan sistem bintang boson
satu fluida. Dari gambar di atas terlihat bahwa orde persamaan keadaan dari sistem
bintang boson dua fluida sedikit lebih rendah dibandingkan sistem bintang boson satu
fluida. Ada hal yang sama yang dapat kita ketahui dari perbandingan pada gambar di atas
yaitu semakin besar tekanan semakin besar juga densitas energi dari sistem. Namun,
perbedaan orde dari sistem yang dibandingkan menjadi hal yang menarik karena adanya
perbedaan dipengaruhi oleh banyaknya fluida dari sistem tersebut.
16
Gambar 8. Perbandingan relasi massa yang tidak berdimensi dengan jari-jari yang tidak berdimensi dari
sistem bintang boson satu fluida pada temperatur T = 0 MeV dan sistem bintang boson dua fluida pada
temperature T = 0 MeV.
Gambar (8) menunjukkan relasi massa yang tidak berdimensi dengan jari-jari
yang tidak berdimensi dari ketiga sistem yang dibandingkan. Grafik kecil yang berwarna
pada gambar di atas adalah relasi massa yang tidak berdimensi dengan jari-jari yang tidak
berdimensi dari sistem bintang boson dua fluida, perbesaran dari grafik tersebut terdapat
di dalam grafik utama. Ada hal yang sama yang dapat diketahui dari perbandingan grafik
pada gambar di atas yaitu besarnya massa maksimum pada bintang berbanding terbalik
dengan besarnya jari-jari bintang. Massa maksimum dari sistem yang dibandingkan
kurang lebih sama, sekitar 0.5m*.
17
Gambar 9. Perbandingan relasi massa yang tidak berdimensi dengan densitas energi sistem bintang boson
satu fluida pada temperatur T = 0 MeV dan bintang boson dua fluida pada temperatur T = 0 MeV.
Pada Gambar (9) ditunjukkan perbandingan relasi massa yang tidak berdimensi
dengan densitas energi dari sistem bintang boson dua fluida dengan sistem bintang boson
satu fluida. Terlihat pada sistem bintang boson dua fluida memiliki massa yang lebih
besar daripada sistem bintang boson satu fluida. Besarnya massa meningkat seiring
semakin besarnya densitas energi dari sistem.
18
Gambar 10. Perbandingan relasi jari-jari yang tidak berdimensi dengan densitas energi sistem bintang
boson satu fluida pada temperatur T = 0 MeV dan bintang boson dua fluida pada temperatur T = 0 MeV.
Pada Gambar (10) ditunjukkan perbandingan relasi jari-jari yang tidak berdimensi
dengan densitas energi dari sistem bintang boson dua fluida dengan sistem bintang boson
satu fluida. Sistem bintang boson satu fluida memiliki jari-jari yang lebih besar daripada
sistem bintang boson satu fluida. Besarnya jari-jari cenderung turun seiring bertambahnya
densitas energi dari sistem. Dari Gambar (9) dan Gambar (10) menunjukkan kedua sistem
yang dibandingkan sesuai dengan ciri bintang kompak dimana memiliki massa yang besar
dan jari-jari yang kecil.
Kesimpulan
1. Pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kritis, relasi antara tekanan dan
densitas energi linear, semakin besar tekanan maka semakin besar juga densitas
energi dari sistem bintang boson dua fluida,
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari persamaan keadaan bintang boson dua
19
fluida dengan persamaan keadaan bintang boson satu fluida,
3. Terdapat perbedaan yang signifikan dari propertis bintang boson dua fluida
dengan propertis bintang boson satu fluida.
Saran 1. Dilakukan perhitungan ulang untuk kasus temperatur tidak nol khususnya (T = 15
MeV),
2. Memilih nilai parameter b yang perbedaannya signifikan ,
3. Memilih variasi temperatur yang perbedaannya signifikan.
DaftarPustaka
[1] Wolfgang Ketterle, Rev. Mod. Phys. 74, 1131 (2002).
[2] E. A. Cornell and C. E. Wieman, Rev. Mod. Phys. 74, 875 (2002).
[3] Glendenning, N. K. (1996) Compact Stars. Springer, Berlin
[4] S. Latifah, A. Sulaksono and T. Mart, Phys. Rev. D 90, no. 12, 127501 (2014)
[arXiv:1412.1556 [astro-ph.SR]].
[5] Yuri S. Kivshar, Tristram J. Alexander, and Sergey K. Turitsyn, Phys. Lett. A. 278,
225230 (2001).
[6] Heinz Dehnen and Ralph N. Gensheimer, ASS. 259, 355-369 (1998).
[7] P. H. Chavanis and Tiberiu Harko, Phys. Rev. D. 86, 064011 (2012).
[8] Stuart L. Shapiro and Saul A. Teukolsky, Black Holes, White Dwarfs and Neutron
Stars. The Physics of Compact Objects (Wiley-VCH Verlag GmbH and Co. KGaA,
Weinheim, 2004).
[9] Walter Greiner, Ludwig Neise and Horst St ̈ ocker. Thermodynamics and Statistical
Mechanics (Springer-Verlag New York Inc, 1995).
[10] . Lewis Ryder. Introduction to General Relativity (Cambridge University Press, New
York, 2009).