21
KELARUTAN ALBUMIN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari, energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai bahan makanan. Secara umum, bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Protein merupakan biopolymer polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Protein merupakan biopolymer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur. (Hawab, HM : 2004). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut : “ Bagaimana cara membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam pelarut”. 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari praktikum ini antara lain adalah utuk membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam pelarut. 1.4 Manfaat

Biokimia Protein

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas laporan

Citation preview

Page 1: Biokimia Protein

KELARUTAN ALBUMIN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari,

energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai bahan makanan. Secara umum, bahan makanan

tersebut mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Protein merupakan biopolymer

polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida.

Protein merupakan biopolymer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel maupun

jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa

senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur. (Hawab, HM :

2004).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di buat rumusan masalah sebagai

berikut : “ Bagaimana cara membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam

pelarut”.

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari praktikum ini antara lain

adalah utuk membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam pelarut.

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat dari praktikum ini antara lain adalah : dapat

membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam pelarut.

Page 2: Biokimia Protein

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Albumin mencakup semua protein yang larut dalam air bebas dan amonium sulfat

2,03 mol/L. Albumin merupakan protein sederhana. Struktur globular yang tersusun dari

ikatan polipeptida tunggal dengan susunan asam amino sebagaimana ditunjukkan pada labu

6. Berdasarkan klasifikasi protein menurut komposisinya di dalam albumin tidak tergantung

komponen bukan protein( Kusnawijaya, 1981; Montgomert et al, 1983; Pesce and Lwarence,

1987).

Kandungan albumin antara suatu spesies dengan spesies lainnya berbeda. Salah satu

faktor yang menentukan kadar albumin dalam jaringan adalah nutrisi (Tandra dkk, 1988)

menjelaskan bahwa faktor utama sintesa albumin adalah nutrisi, lingkungan, hormon, dan ada

tidaknya suatu penyakit, lebih lanjut Lestiani dkk, (2000) menjelaskan bahwa kira – kira 12 g

albumin disintesa oleh hati setiap hari pada penderita sironis hepatitislanjut fungsi sintesis

albumin menurun. Asam amino mempunyai peranan sangat penting bagi sintesa albumin

dalam jaringan.

Asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti

ester. Sifat kelarutan pada protein sangat tergantung dari jenis protein. Selain itu jenis dan

macam pelarut yang cocok juga berperan contohnya, albumin dapat larut dalam air, asam,

basa dan larutan garam encer, dapat digumpalkan oleh panas dan dapat diendapkan oleh

garam jenuh (amonium sulfat), misalkan serum albumin, laktalbumin (pada susu) dan

ovalbumin (pada telur).

Albumin merupakan fraksi protein, sehingga proses pemisahannya dapat dilakukan

menggunakan prinsip-psinsip pemisahan protein. Pemisahan protein acap kali dilakukan

dengan menggunakan berbagai pelarut, elektrolit atau keduanya, untuk mengeluarkan fraksi

protein yang berbeda menurut karakteristiknya (Murray et al., 1990). Pemisahan protein dari

berbagai campuran yang terdiri dari  berbagai macam sifat asam-basa, ukuran dan bentuk

protein dapat dilakukan dengan cara elektrofesa, kromatografi, pengendapan, dan perbedaan

kelarutan (Wirahadikusumah, 1981). Prinsip dari masing-masing metode pemisahan fraksi

protein tersebut adalah sebagai berikut:

Page 3: Biokimia Protein

1.  Elektroforesa

Elektroforesa merupakan teknik pemisahan senyawa yang tergantung dari pergerakan

molekul bermuatan. Jika suatu larutan campuran protein diletakkan di antara kedua elektroda,

molekul yang bermuatan akan berpindah ke salah satu electrode dengan kecepatan tergantung

pada muatan bersihnya, dan tergantung pada medium penyangga yang digunakan

(Montgomery et al., 1983). Kecepatan gerak albumin dalam elektroforesa adalah 6,0 dalam

buffer berkekuatan ion 0,1 pH 8,6 (Pesce and Lawrence, 1987)

2.  Kromatografi

Kromatografi meliputi cara pemisahan bahan terlarut dengan memanfaatkan perbedaan

kecepatan geraknya melalui medium berpori (Sudarmadji, 1996). Metode ini didasarkan pada

perbedaan kelarutan dan sifat asam basa pada masing-masing fraksi protein. Ada tiga teknik

kromatografi yang biasanya dipergunakan untuk pemisahan protein yaitu kromatografi partisi

dan kromatografi penukar ion, dan kromatografi lapis tipis (WIrahadikusumah, 1981).

3.  Pengendapan protein sebagai garam

Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu,

seperti asam triklorasetat dan asam perklorat. Penambahan ini menyebabkan terbentuknya

garam protein yang tidak larut. Zat pengendap lainnya adalah asam tungstat, fosfotungstat,

dan metafosfat. Protein jugha dapat diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn dan Pb

(Wirahadikusumah, 1981).

4.  Pengendapan protein dengan penambahan garam

Pengendapan protein dengan cara penambahan garam didasarkan pada pengaruh yang

berbeda daripada penambahan garam tersebut pada kelarutan protein globuler

(Wirahadikusumah, 1981). Lebih lanjut Thena wijaya (1987) menjelaskan bahwa pada

umunya dengan meningkatnya kekuatan ion, kelarutan protein semakin besar, tetapi setelah

mencapai titik tertentu kekuatannya justru akan semakin menurun. Pada kekuatan ion rendah

gugus protein yang terionisasi dikelilingi oleh ion lawan sehingga terjadinya interaksi antar

protein, dan akibatnya kelarutan protein akan menurun. Jenis garam netal yang biasa

Page 4: Biokimia Protein

digunakan untuk pengendapan protein adalah magnesium klorida, magnesium sulfat, natrium

sulfat, dan ammonium sulfat.

5.  Pengendapan pada titik isoelektik

Titik isoelektrik adalah pH pada saat protein memiliki kelarutan terendah dan mudah

membentuk agregat dan mudah diendapkan (Sudarmadji, 1996). Berbagai protein globular

mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variable yang mempengaruhi

kelarutan ini dalah pH, kekuatan ion, sifat  dielektrik pelarut dan temperature. Setiap protein

mempunyai pH isoelektrik, dimana pada pH isoelekrik tersebut molekul protein mempunyai

daya kelarutan yang minimum. Thenawijaya (1987) menjelaskan bahwa perubahan pH akan

mengubah ionisasi gugus fungsional protein, yang berarti pula mengubah muatan protein.

Protein akan mengendap pada titik isoelektiknya, yaitu titik yang menunjukkan muatan total

protein sama dengan nol (0), sehingga interaksi antar protein menjadi maksimum.

6.  Pengedapan protein dengan pemanasan

Temperature dalam batas-batas tertentu dapat menaikkan kelarutan protein. Pada umunya

kelarutan protein naik pada suhu lebih tinggi (0-40°C). pada suhu di atas 40°C kebanyakan

protein mulai tidak mantap dan mulai terjadi denaturasi (Wirahadikusumah, 1981). Suwandi

dkk. (1989) menjelaskan bahwa denaturasi dapat didefinisikan sebagai perubahan struktur

sekunder, tersier, dan kuartener dari molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan

peptide. Peristiwa denaturasi biasanya diikuti dengan koagulasi  (penggumpalan). De Man

(1989) menjelaskan bahwa rentang suhu denaturasi dan koagulasi sebagian besar protein

sekitas 55 sampai 75°C. suhu koagulasi albumin telur 56°C, albumin serum sapi 67°C, dan

albumin susu dapi 72°C.

Page 5: Biokimia Protein

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

1. Tabung reaksi

2. Pipet tetes

3. Rak tabung reaksi

4. Penjepit tabung reaksi

5. Gelas ukur

6. Vorteks

Bahan :

1. Larutan albumin 2 %

2. NaOH 0,2 %

3. NaCO3 0,2 %

4. Larutan HCl 0,2 %

5. Aquades

3.2 Prosedur Kerja

1. Siapkan 4 tabung reaksi, masukkan 1 ml larutan albumin 2 %pada masing-masing

tabung reaksi

2. Kemudia tambahkan ke dalam tabung reaksi

ke 1: 1 ml aquades

ke 2: 1 ml larutan NaOH 0,2 %

ke 3: 1 ml larutan HCl 0,2 %

ke 4: 1 ml larutan NaCO3 0,2 %

3. Maing-masing tabung reaksi di vorteks selama 1-2 menit, biarkan sesaat dan amati

apa yang terjadi

Page 6: Biokimia Protein

BAB 1V

DATA DAN ANALISIS DATA

4.1 Data Kelarutan Albumin

Tabel 1

No Prosedur Hasil Pengamatam

Sebelum Sesudah

1. Albumin 1 ml +

aquades 1 ml

- Warna albumin : Kuning

muda

- Warna aquades : tidak

berwarna

- Albumin + aquades : tidak

berwarna

- Setelah di vorteks 1-2

menit:

Larutan tidak berwarna,

berbuih (++++), volume

bertambah, albumin larut

dalam aquades (tidak ada

endapan dan gumpalan

putih)

2. 1 ml Albumin + 1

ml NaOH 0,2 %

- Warna albumin : Kuning

muda

- Warna NaOH : tidak

berwarna

- Albumin + NaOH : putih

kekuningan

- Setelah di vorteks 1-2

menit : Larutan tidak

berwarna, berbuih (+++),

volume bertambah,

albumin larut dalam NaOH

(tidak ada endapan dan

gumpalan putih)

3. 1 ml albumin + 1 ml

HCl 0,2 %

- Warna albumin : Kuning

muda

- Warna HCl : tidak

berwarna

- Albumin + HCl : tidak

berwarna

- Setelah di vorteks 1-2

menit : Larutan tidak

berwarna, berbuih (++++),

volume tidak bertambah,

albumin larut dalam HCl

Page 7: Biokimia Protein

( tetapi terdapat sedikit

gumpalan berwarna putih)

4. 1 ml Albumin + 1

ml NaCO3 0,2 %

- Warna albumin : Kuning

muda

- Warna NaCO3 : tidak

berwarna

- Albumin + NaCO3 : tidak

berwarna

- Setelah di vorteks 1-2

menit : Larutan tidak

berwarna, berbuih (++),

terdapat gumpalan

berwarna putih

- Terdapat sedikit endapan.

Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml aquades (tidak berwarna)

menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit, larutan

tetap tidak berwarna namun, terdapat buih (++++), volume bertambah serta albumin larut

dalam aquades dan tidak terdapat endapan dan gumpalan putih.

Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml NaOH 0,2 % (tidak berwarna)

menghasilkan larutan berwarna putih kekuningan. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2

menit dan terbentuk larutan yang tidak berwarna, berbuih (+++), volume bertambah, albumin

larut dalam NaOH dan tidak ada endapan dan gumpalan berwarna putih.

Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml HCl 0,2 % (tidak berwarna)

menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit, larutan

yang terbentuk tetap tidak berwarna namun, terdapat buih (++++), volume tidak bertambah,

albumin larut dalam HCl tetapi terdapat sedikit gumpalan berwarna putih.

Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml NaCO3 0,2 % (tidak berwarna)

menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di voerteks selama 1-2 menit,

larutan yang terbentuk tetap tidak berwarna namun, terdapat buih (++), volume tidak

bertambah, terdapat gumpalan berwarna putih dan terdapat sedikit endapan.

Page 8: Biokimia Protein

Tabel 2

No Kegiatan Hasil Pengamatan

Sebelum Sesudah

1 1 mL albumin + 1 mL aquades

divorteks ±1-2 menit

- Warna aquades =

tidak berwarna

- Warna albumin =

putih kekuningan

- Warna larutan =

putih keruh

- Warna larutan =

putih keruh (+)

- Terdapat gumpalan

putih (+) di atas

2 1 mL albumin + 1 mL NaOH

0,2% divorteks ±1-2 menit

- Warna NaOH = tidak

berwarna

- Warna albumin =

putih kekuningan

- Warna larutan =

tidak berwarna,

terdapat endapan

berwarna putih (+) di

bawah

- Warna larutan =

tidak berwarna

- Terdapat gumpalan

putih (+) di atas

3 1 mL albumin + 1 mL HCl

0,2% divorteks ±1-2 menit

- Warna HCl = tidak

berwarna

- Warna albumin =

putih kekuningan

- Warna larutan =

tidak berwarna,

terdapat endapan

berwarna putih (++

+) di tengah

- Warna larutan =

putih keruh (++)

- Terdapat gumpalan

putih (+++) di atas

4 1 mL albumin + 1 mL NaCO3

0,2% divorteks ±1-2 menit

- Warna NaCO3 =

tidak berwarna

- Warna albumin =

putih kekuningan

- Warna larutan =

tidak berwarna,

- Warna larutan =

putih kekuningan

- Terdapat gumpalan

putih (++) di atas

Page 9: Biokimia Protein

terdapat endapan

berwarna putih (++)

di bawah

Aquades tidak berwarna ditambah dengan albumin berwarna putih kekuningan

menghasilkan larutan yang berwarna putih keruh kemudian divorteks ±1-2 menit, warna

larutan berubah menjadi putih keruh (+) dan terdapat gumpalan berwarna putih (+) di bagian

atas.

NaOH tidak berwarna ditambah dengan albumin berwarna putih kekuningan

menghasilkan larutan yang tidak berwarna dan terdapat endapan berwarna putih (+) di bagian

bawah kemudian divorteks ±1-2 menit, warna larutan berubah menjadi tidak berwarna dan

terdapat gumpalan berwarna putih (+) di bagian atas.

HCl tidak berwarna ditambah dengan albumin berwarna putih kekuningan

menghasilkan larutan yang tidak berwarna dan terdapat endapan berwarna putih (+++) di

bagian tengah kemudian divorteks ±1-2 menit, warna larutan berubah menjadi putih keruh (+

+) dan terdapat gumpalan berwarna putih (+++) di bagian atas.

NaCO3 tidak berwarna ditambah dengan albumin berwarna putih kekuningan

menghasilkan larutan yang tidak berwarna dan terdapat endapan berwarna putih (++) di

bagian bawah kemudian divorteks ±1-2 menit, warna larutan berubah menjadi putih

kekuningan dan terdapat gumpalan berwarna putih (++) di bagian atas.

Tabel 3

No. Kegiatan Hasil Pengamatan

Sebelum Sesudah

1. 1 mL albumin + 1 mL

aquades divorteks ±1-2

menit

- Albumin : tidak

berwarna

- Aquades : tidak

berwarna

-Warna larutan : tidak

berwarna

-Tidak ada endapan

2. 1 mL albumin + 1 mL

NaOH 0,2 % divorteks ±1-

- Albumin : tidak -Warna larutan : tidak

Page 10: Biokimia Protein

2 menit berwarna

- NaOH : tidak

berwarna

berwarna

- Ada endapan

3. 1 mL albumin + 1 mL HCl

0,2 % divorteks ±1-2 menit

- Albumin : tidak

berwarna

- HCl : tidak berwarna

-Warna larutan : tidak

berwarna

-Ada endapan

4. 1 mL albumin + 1 mL

NaCO3 0,2% divorteks ±1-

2 menit

- Albumin : tidak

berwarna

- NaCO3 : tidak

berwarna

-Warna larutan : tidak

berwarna

- Tidak ada endapan

Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml aquades (tidak berwarna)

menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit, larutan

tetap tidak berwarna namun dan tidak terdapat endapan

Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml NaOH 0,2 % (tidak berwarna)

menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit dan

terbentuk larutan yang tidak berwarna, dan ada endapan.

Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml HCl 0,2 % (tidak berwarna)

menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit, larutan

yang terbentuk tetap tidak berwarna namun, dan ada endapan.

Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml NaCO3 0,2 % (tidak berwarna)

menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di voerteks selama 1-2 menit,

larutan yang terbentuk tetap tidak berwarna dan tidak endapan.

Page 11: Biokimia Protein

BAB V

PEMBAHASAN

Pada uji kelarutan albumin ini bertujuan untuk membuktikan kelarutan albumin pada

berbagai macam pelarut.bersadasarkan hasil percobaan perubahan yang sama yaitu bahwa

albumin akan larut dalam pelarut air, asam, basa, dan larutan garam encer. Dalam hal ini

tidak albumin dengan konsentrasi 2% dan 4% . meskipun semakin tinggi konsentrasi albumin

maka akan semakin keruh warna larutan. Larutan yang terbentuk pun adalah larutan

homogen.

Ketika albumin dicampur dengan air albumin larut dalam air, keduanya tidak dapat

dipisahkan. Karena gugus karbohidrat akan melepas H+ sedangkan gugus amino akan akan

menerima H+, begitu juga albumin dicampur dengan basa (NaOH) hasilnya sama juga dengan

asam.dan aquades. Pada percampuran antara albumin dengan HCl yaitu larut. Hal ini

disebabkan karena konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion –COO-

sehingga terbentuk gugus –COOH. Pada albumin yang dicampur dengan larutan garam encer

NaCO3 menunjukkan bahwa albumin juga larut dalam larutan garam encer.

Sehingga dapat dikatakan bahwa sifat kelarutan protein itu bergantung dari jenis

protein dan macam pelarut yang dicampurkan pada protein tersebut. Kelarutan protein diatas

disebabkan karena protein mempunyai sifat amfoter, sifat ion switzer, dan optis aktif. Sifat-

sifat inilah yang menyebabkan kelarutan protein bergantung pada jenis protein serta jenis dan

macam-macam pelarut.

Page 12: Biokimia Protein

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa albumin dapat

dilarutkan dalam air, basa kuat, asam kuat, serta garam encer. Protein dalam ekstrak udang

tidak dapat larut dalam keadaan apapun. Protein dalam ekstrak jamur tidak dapat larut dalam

keadaan apapun. Protein dalam ektrak daging dapat larut dalam keadaan apapun. Dan protein

dalam taoge dapat larut dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, kelarutan protein bergantung

pada jenis protein serta jenis dan macam-macam pelarut.

6.2 Saran

Diharapkan praktikan lebih teliti dan menjaga kebersihan saat melakukan

praktikum kelaruta albumin agar data yang diperoleh lebih akurat dan tepat.

Page 13: Biokimia Protein

DISKUSI

Page 14: Biokimia Protein

DAFTAR PUSTAKA

Ratnasari.Evie dkk.2011.Petunjuk Praktikum Biokimia.Surabaya : Jurusan Biologi FMIPA

UNESA.

Page 15: Biokimia Protein