Upload
yasinta-dwi-kharisma
View
29
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas laporan
Citation preview
KELARUTAN ALBUMIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari,
energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai bahan makanan. Secara umum, bahan makanan
tersebut mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Protein merupakan biopolymer
polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida.
Protein merupakan biopolymer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel maupun
jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa
senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur. (Hawab, HM :
2004).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di buat rumusan masalah sebagai
berikut : “ Bagaimana cara membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam
pelarut”.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari praktikum ini antara lain
adalah utuk membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam pelarut.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat dari praktikum ini antara lain adalah : dapat
membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam pelarut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Albumin mencakup semua protein yang larut dalam air bebas dan amonium sulfat
2,03 mol/L. Albumin merupakan protein sederhana. Struktur globular yang tersusun dari
ikatan polipeptida tunggal dengan susunan asam amino sebagaimana ditunjukkan pada labu
6. Berdasarkan klasifikasi protein menurut komposisinya di dalam albumin tidak tergantung
komponen bukan protein( Kusnawijaya, 1981; Montgomert et al, 1983; Pesce and Lwarence,
1987).
Kandungan albumin antara suatu spesies dengan spesies lainnya berbeda. Salah satu
faktor yang menentukan kadar albumin dalam jaringan adalah nutrisi (Tandra dkk, 1988)
menjelaskan bahwa faktor utama sintesa albumin adalah nutrisi, lingkungan, hormon, dan ada
tidaknya suatu penyakit, lebih lanjut Lestiani dkk, (2000) menjelaskan bahwa kira – kira 12 g
albumin disintesa oleh hati setiap hari pada penderita sironis hepatitislanjut fungsi sintesis
albumin menurun. Asam amino mempunyai peranan sangat penting bagi sintesa albumin
dalam jaringan.
Asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti
ester. Sifat kelarutan pada protein sangat tergantung dari jenis protein. Selain itu jenis dan
macam pelarut yang cocok juga berperan contohnya, albumin dapat larut dalam air, asam,
basa dan larutan garam encer, dapat digumpalkan oleh panas dan dapat diendapkan oleh
garam jenuh (amonium sulfat), misalkan serum albumin, laktalbumin (pada susu) dan
ovalbumin (pada telur).
Albumin merupakan fraksi protein, sehingga proses pemisahannya dapat dilakukan
menggunakan prinsip-psinsip pemisahan protein. Pemisahan protein acap kali dilakukan
dengan menggunakan berbagai pelarut, elektrolit atau keduanya, untuk mengeluarkan fraksi
protein yang berbeda menurut karakteristiknya (Murray et al., 1990). Pemisahan protein dari
berbagai campuran yang terdiri dari berbagai macam sifat asam-basa, ukuran dan bentuk
protein dapat dilakukan dengan cara elektrofesa, kromatografi, pengendapan, dan perbedaan
kelarutan (Wirahadikusumah, 1981). Prinsip dari masing-masing metode pemisahan fraksi
protein tersebut adalah sebagai berikut:
1. Elektroforesa
Elektroforesa merupakan teknik pemisahan senyawa yang tergantung dari pergerakan
molekul bermuatan. Jika suatu larutan campuran protein diletakkan di antara kedua elektroda,
molekul yang bermuatan akan berpindah ke salah satu electrode dengan kecepatan tergantung
pada muatan bersihnya, dan tergantung pada medium penyangga yang digunakan
(Montgomery et al., 1983). Kecepatan gerak albumin dalam elektroforesa adalah 6,0 dalam
buffer berkekuatan ion 0,1 pH 8,6 (Pesce and Lawrence, 1987)
2. Kromatografi
Kromatografi meliputi cara pemisahan bahan terlarut dengan memanfaatkan perbedaan
kecepatan geraknya melalui medium berpori (Sudarmadji, 1996). Metode ini didasarkan pada
perbedaan kelarutan dan sifat asam basa pada masing-masing fraksi protein. Ada tiga teknik
kromatografi yang biasanya dipergunakan untuk pemisahan protein yaitu kromatografi partisi
dan kromatografi penukar ion, dan kromatografi lapis tipis (WIrahadikusumah, 1981).
3. Pengendapan protein sebagai garam
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu,
seperti asam triklorasetat dan asam perklorat. Penambahan ini menyebabkan terbentuknya
garam protein yang tidak larut. Zat pengendap lainnya adalah asam tungstat, fosfotungstat,
dan metafosfat. Protein jugha dapat diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn dan Pb
(Wirahadikusumah, 1981).
4. Pengendapan protein dengan penambahan garam
Pengendapan protein dengan cara penambahan garam didasarkan pada pengaruh yang
berbeda daripada penambahan garam tersebut pada kelarutan protein globuler
(Wirahadikusumah, 1981). Lebih lanjut Thena wijaya (1987) menjelaskan bahwa pada
umunya dengan meningkatnya kekuatan ion, kelarutan protein semakin besar, tetapi setelah
mencapai titik tertentu kekuatannya justru akan semakin menurun. Pada kekuatan ion rendah
gugus protein yang terionisasi dikelilingi oleh ion lawan sehingga terjadinya interaksi antar
protein, dan akibatnya kelarutan protein akan menurun. Jenis garam netal yang biasa
digunakan untuk pengendapan protein adalah magnesium klorida, magnesium sulfat, natrium
sulfat, dan ammonium sulfat.
5. Pengendapan pada titik isoelektik
Titik isoelektrik adalah pH pada saat protein memiliki kelarutan terendah dan mudah
membentuk agregat dan mudah diendapkan (Sudarmadji, 1996). Berbagai protein globular
mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variable yang mempengaruhi
kelarutan ini dalah pH, kekuatan ion, sifat dielektrik pelarut dan temperature. Setiap protein
mempunyai pH isoelektrik, dimana pada pH isoelekrik tersebut molekul protein mempunyai
daya kelarutan yang minimum. Thenawijaya (1987) menjelaskan bahwa perubahan pH akan
mengubah ionisasi gugus fungsional protein, yang berarti pula mengubah muatan protein.
Protein akan mengendap pada titik isoelektiknya, yaitu titik yang menunjukkan muatan total
protein sama dengan nol (0), sehingga interaksi antar protein menjadi maksimum.
6. Pengedapan protein dengan pemanasan
Temperature dalam batas-batas tertentu dapat menaikkan kelarutan protein. Pada umunya
kelarutan protein naik pada suhu lebih tinggi (0-40°C). pada suhu di atas 40°C kebanyakan
protein mulai tidak mantap dan mulai terjadi denaturasi (Wirahadikusumah, 1981). Suwandi
dkk. (1989) menjelaskan bahwa denaturasi dapat didefinisikan sebagai perubahan struktur
sekunder, tersier, dan kuartener dari molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan
peptide. Peristiwa denaturasi biasanya diikuti dengan koagulasi (penggumpalan). De Man
(1989) menjelaskan bahwa rentang suhu denaturasi dan koagulasi sebagian besar protein
sekitas 55 sampai 75°C. suhu koagulasi albumin telur 56°C, albumin serum sapi 67°C, dan
albumin susu dapi 72°C.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Rak tabung reaksi
4. Penjepit tabung reaksi
5. Gelas ukur
6. Vorteks
Bahan :
1. Larutan albumin 2 %
2. NaOH 0,2 %
3. NaCO3 0,2 %
4. Larutan HCl 0,2 %
5. Aquades
3.2 Prosedur Kerja
1. Siapkan 4 tabung reaksi, masukkan 1 ml larutan albumin 2 %pada masing-masing
tabung reaksi
2. Kemudia tambahkan ke dalam tabung reaksi
ke 1: 1 ml aquades
ke 2: 1 ml larutan NaOH 0,2 %
ke 3: 1 ml larutan HCl 0,2 %
ke 4: 1 ml larutan NaCO3 0,2 %
3. Maing-masing tabung reaksi di vorteks selama 1-2 menit, biarkan sesaat dan amati
apa yang terjadi
BAB 1V
DATA DAN ANALISIS DATA
4.1 Data Kelarutan Albumin
Tabel 1
No Prosedur Hasil Pengamatam
Sebelum Sesudah
1. Albumin 1 ml +
aquades 1 ml
- Warna albumin : Kuning
muda
- Warna aquades : tidak
berwarna
- Albumin + aquades : tidak
berwarna
- Setelah di vorteks 1-2
menit:
Larutan tidak berwarna,
berbuih (++++), volume
bertambah, albumin larut
dalam aquades (tidak ada
endapan dan gumpalan
putih)
2. 1 ml Albumin + 1
ml NaOH 0,2 %
- Warna albumin : Kuning
muda
- Warna NaOH : tidak
berwarna
- Albumin + NaOH : putih
kekuningan
- Setelah di vorteks 1-2
menit : Larutan tidak
berwarna, berbuih (+++),
volume bertambah,
albumin larut dalam NaOH
(tidak ada endapan dan
gumpalan putih)
3. 1 ml albumin + 1 ml
HCl 0,2 %
- Warna albumin : Kuning
muda
- Warna HCl : tidak
berwarna
- Albumin + HCl : tidak
berwarna
- Setelah di vorteks 1-2
menit : Larutan tidak
berwarna, berbuih (++++),
volume tidak bertambah,
albumin larut dalam HCl
( tetapi terdapat sedikit
gumpalan berwarna putih)
4. 1 ml Albumin + 1
ml NaCO3 0,2 %
- Warna albumin : Kuning
muda
- Warna NaCO3 : tidak
berwarna
- Albumin + NaCO3 : tidak
berwarna
- Setelah di vorteks 1-2
menit : Larutan tidak
berwarna, berbuih (++),
terdapat gumpalan
berwarna putih
- Terdapat sedikit endapan.
Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml aquades (tidak berwarna)
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit, larutan
tetap tidak berwarna namun, terdapat buih (++++), volume bertambah serta albumin larut
dalam aquades dan tidak terdapat endapan dan gumpalan putih.
Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml NaOH 0,2 % (tidak berwarna)
menghasilkan larutan berwarna putih kekuningan. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2
menit dan terbentuk larutan yang tidak berwarna, berbuih (+++), volume bertambah, albumin
larut dalam NaOH dan tidak ada endapan dan gumpalan berwarna putih.
Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml HCl 0,2 % (tidak berwarna)
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit, larutan
yang terbentuk tetap tidak berwarna namun, terdapat buih (++++), volume tidak bertambah,
albumin larut dalam HCl tetapi terdapat sedikit gumpalan berwarna putih.
Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml NaCO3 0,2 % (tidak berwarna)
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di voerteks selama 1-2 menit,
larutan yang terbentuk tetap tidak berwarna namun, terdapat buih (++), volume tidak
bertambah, terdapat gumpalan berwarna putih dan terdapat sedikit endapan.
Tabel 2
No Kegiatan Hasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
1 1 mL albumin + 1 mL aquades
divorteks ±1-2 menit
- Warna aquades =
tidak berwarna
- Warna albumin =
putih kekuningan
- Warna larutan =
putih keruh
- Warna larutan =
putih keruh (+)
- Terdapat gumpalan
putih (+) di atas
2 1 mL albumin + 1 mL NaOH
0,2% divorteks ±1-2 menit
- Warna NaOH = tidak
berwarna
- Warna albumin =
putih kekuningan
- Warna larutan =
tidak berwarna,
terdapat endapan
berwarna putih (+) di
bawah
- Warna larutan =
tidak berwarna
- Terdapat gumpalan
putih (+) di atas
3 1 mL albumin + 1 mL HCl
0,2% divorteks ±1-2 menit
- Warna HCl = tidak
berwarna
- Warna albumin =
putih kekuningan
- Warna larutan =
tidak berwarna,
terdapat endapan
berwarna putih (++
+) di tengah
- Warna larutan =
putih keruh (++)
- Terdapat gumpalan
putih (+++) di atas
4 1 mL albumin + 1 mL NaCO3
0,2% divorteks ±1-2 menit
- Warna NaCO3 =
tidak berwarna
- Warna albumin =
putih kekuningan
- Warna larutan =
tidak berwarna,
- Warna larutan =
putih kekuningan
- Terdapat gumpalan
putih (++) di atas
terdapat endapan
berwarna putih (++)
di bawah
Aquades tidak berwarna ditambah dengan albumin berwarna putih kekuningan
menghasilkan larutan yang berwarna putih keruh kemudian divorteks ±1-2 menit, warna
larutan berubah menjadi putih keruh (+) dan terdapat gumpalan berwarna putih (+) di bagian
atas.
NaOH tidak berwarna ditambah dengan albumin berwarna putih kekuningan
menghasilkan larutan yang tidak berwarna dan terdapat endapan berwarna putih (+) di bagian
bawah kemudian divorteks ±1-2 menit, warna larutan berubah menjadi tidak berwarna dan
terdapat gumpalan berwarna putih (+) di bagian atas.
HCl tidak berwarna ditambah dengan albumin berwarna putih kekuningan
menghasilkan larutan yang tidak berwarna dan terdapat endapan berwarna putih (+++) di
bagian tengah kemudian divorteks ±1-2 menit, warna larutan berubah menjadi putih keruh (+
+) dan terdapat gumpalan berwarna putih (+++) di bagian atas.
NaCO3 tidak berwarna ditambah dengan albumin berwarna putih kekuningan
menghasilkan larutan yang tidak berwarna dan terdapat endapan berwarna putih (++) di
bagian bawah kemudian divorteks ±1-2 menit, warna larutan berubah menjadi putih
kekuningan dan terdapat gumpalan berwarna putih (++) di bagian atas.
Tabel 3
No. Kegiatan Hasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
1. 1 mL albumin + 1 mL
aquades divorteks ±1-2
menit
- Albumin : tidak
berwarna
- Aquades : tidak
berwarna
-Warna larutan : tidak
berwarna
-Tidak ada endapan
2. 1 mL albumin + 1 mL
NaOH 0,2 % divorteks ±1-
- Albumin : tidak -Warna larutan : tidak
2 menit berwarna
- NaOH : tidak
berwarna
berwarna
- Ada endapan
3. 1 mL albumin + 1 mL HCl
0,2 % divorteks ±1-2 menit
- Albumin : tidak
berwarna
- HCl : tidak berwarna
-Warna larutan : tidak
berwarna
-Ada endapan
4. 1 mL albumin + 1 mL
NaCO3 0,2% divorteks ±1-
2 menit
- Albumin : tidak
berwarna
- NaCO3 : tidak
berwarna
-Warna larutan : tidak
berwarna
- Tidak ada endapan
Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml aquades (tidak berwarna)
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit, larutan
tetap tidak berwarna namun dan tidak terdapat endapan
Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml NaOH 0,2 % (tidak berwarna)
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit dan
terbentuk larutan yang tidak berwarna, dan ada endapan.
Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml HCl 0,2 % (tidak berwarna)
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di vorteks selama 1-2 menit, larutan
yang terbentuk tetap tidak berwarna namun, dan ada endapan.
Albumin (kuning muda) 1 ml ditambahkan 1 ml NaCO3 0,2 % (tidak berwarna)
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, larutan di voerteks selama 1-2 menit,
larutan yang terbentuk tetap tidak berwarna dan tidak endapan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada uji kelarutan albumin ini bertujuan untuk membuktikan kelarutan albumin pada
berbagai macam pelarut.bersadasarkan hasil percobaan perubahan yang sama yaitu bahwa
albumin akan larut dalam pelarut air, asam, basa, dan larutan garam encer. Dalam hal ini
tidak albumin dengan konsentrasi 2% dan 4% . meskipun semakin tinggi konsentrasi albumin
maka akan semakin keruh warna larutan. Larutan yang terbentuk pun adalah larutan
homogen.
Ketika albumin dicampur dengan air albumin larut dalam air, keduanya tidak dapat
dipisahkan. Karena gugus karbohidrat akan melepas H+ sedangkan gugus amino akan akan
menerima H+, begitu juga albumin dicampur dengan basa (NaOH) hasilnya sama juga dengan
asam.dan aquades. Pada percampuran antara albumin dengan HCl yaitu larut. Hal ini
disebabkan karena konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion –COO-
sehingga terbentuk gugus –COOH. Pada albumin yang dicampur dengan larutan garam encer
NaCO3 menunjukkan bahwa albumin juga larut dalam larutan garam encer.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sifat kelarutan protein itu bergantung dari jenis
protein dan macam pelarut yang dicampurkan pada protein tersebut. Kelarutan protein diatas
disebabkan karena protein mempunyai sifat amfoter, sifat ion switzer, dan optis aktif. Sifat-
sifat inilah yang menyebabkan kelarutan protein bergantung pada jenis protein serta jenis dan
macam-macam pelarut.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa albumin dapat
dilarutkan dalam air, basa kuat, asam kuat, serta garam encer. Protein dalam ekstrak udang
tidak dapat larut dalam keadaan apapun. Protein dalam ekstrak jamur tidak dapat larut dalam
keadaan apapun. Protein dalam ektrak daging dapat larut dalam keadaan apapun. Dan protein
dalam taoge dapat larut dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, kelarutan protein bergantung
pada jenis protein serta jenis dan macam-macam pelarut.
6.2 Saran
Diharapkan praktikan lebih teliti dan menjaga kebersihan saat melakukan
praktikum kelaruta albumin agar data yang diperoleh lebih akurat dan tepat.
DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari.Evie dkk.2011.Petunjuk Praktikum Biokimia.Surabaya : Jurusan Biologi FMIPA
UNESA.