27
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik atau non parasit.Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik.Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius.Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia (Semangun, 1994) . Utamanya yang menyerang tanaman adalah pathogen.Pada waktu sekarang telah dikenal banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting.Patogen adalah organism penyebab penyakit tanaman. Patogen (pathos = menderita + gen = asal-usul) merupakan agen yang menyebabkan penderitaan (sakit).Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman.Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Kenyataan ini akan menyulitkan dalam mempelajari penyakit pada tanaman. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka diadakan klasifikasi penyakit tumbuhan sehingga memudahkan kita untuk mempelajari penyakit tumbuhan menurut kepentingannya masing- masing.sampai sekarang kita telah mengenal berbagai kretaria yang digunakan untuk maksud tersebut . Yunasfi, 2002.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Danpenyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Universitas Sumatera Utara . Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan.Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen.Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan virus (Motoredjo, 1989).Fisiopath merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman, misalnya suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang berasal dari pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri dan kurangnya unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979). Konsep timbulnya penyakit diawali dengan menunjuk pathogen sebagai penyebab penyakit utama, yang selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku teks mengenai konsep timbulnya penyakit umumnya dianut tiga segitiga penyakit.Komponen tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan dan berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa factor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga konsep timbulnya suatu penyakit menjadi lebih berkembang.

biomet UAS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS BIOMET UAS

Citation preview

Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik atau non parasit.Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik.Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius.Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia (Semangun, 1994).Utamanya yang menyerang tanaman adalah pathogen.Pada waktu sekarang telah dikenal banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting.Patogen adalah organism penyebab penyakit tanaman. Patogen (pathos = menderita + gen = asal-usul) merupakan agen yang menyebabkan penderitaan (sakit).Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman.Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Kenyataan ini akan menyulitkan dalam mempelajari penyakit pada tanaman. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka diadakan klasifikasi penyakit tumbuhan sehingga memudahkan kita untuk mempelajari penyakit tumbuhan menurut kepentingannya masing-masing.sampai sekarang kita telah mengenal berbagai kretaria yang digunakan untuk maksud tersebut.Yunasfi, 2002.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Danpenyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Universitas Sumatera Utara.Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan.Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen.Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan virus (Motoredjo, 1989).Fisiopath merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman, misalnya suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang berasal dari pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri dan kurangnya unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979).Konsep timbulnya penyakit diawali dengan menunjuk pathogen sebagai penyebab penyakit utama, yang selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku teks mengenai konsep timbulnya penyakit umumnya dianut tiga segitiga penyakit.Komponen tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan dan berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa factor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga konsep timbulnya suatu penyakit menjadi lebih berkembang.Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil manfaatnya, dapat ditinjau dari dua sudut (pandangan) :1.Sudut BIOLOGIyang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain.2.Sudut EKONOMIyang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.Sedang penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofitSumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya.Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :1.Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya.2.Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya.1.Infeksiadalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya.2.Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang. Akibatnya adanya infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadang-kadang merupakan rangkaian yang disebutsyndrom. Pada gejala itu sering kita jumpai adanya tanda, misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-peristiwa di atas terjadilah :3.Periode (masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya gejala yang pertama. Namun demikian di dalam praktek sering dihitung mulai dari inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala pertama tersebut hingga waktunya menjadi jauh lebih panjang.4.Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi tanaman yang terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi.Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan penyakit. Di samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu perkembangan patogen dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus ini biasanya dapat dibedakan menajdi :1. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya.1.Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya .Berdasarkan kondisi sel yang dipakai sebagai sumber makanannya maka parasit atau patogen dapat dibedakan menjadi :1. Patofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang masih hidup.2. Pertofitapabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang dibunuhnya lebih dahulu.Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh patogen, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :1. Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau penurunan ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-lain.2. Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal dari dalam artinya bersifat genetis atau bawaan.Berdasarkan ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi :1. Endemi (Enfitosis) yaitu penyakit yang selalu timbul dan menyebabkan kerugian yang cukup berarti.2. Epidemi (Epifitosis) yaitu penyakit yang timbulnya secara berkala dan menimbulkan kerugian yang cukup berarti.3. Sporadis yaitu penyakit yang timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan kerugian yang berarti.Tanggapan tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari tanaman inang tersebut dan dapat dibedakan menjadi :1. Tahanapabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang oleh patogen.2. Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh patogen, jadi merupakan lawan dari tahan.3. Toleranapabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan produksinya.Bentuk yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebutKekebalansedang bentuk ekstrem dari toleran disebutInapparency, artinya dalam keadaan yang bagaimanapun juga tetap memiliki sifat tersebut.Pyenson, L.1979. Fundamentals of Entomology and Plant Pathology. The Avi. Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. 98 107Sinaga, M.S. 2003.Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta, Penebar Swadaya.Patogen dalam arti luas adalah tiap agen yang menyebabkan penyakit. Namun, istilah ini biasanya hanya digunakan untuk menunjukkan penyebab penyakit yang tergolong organisme yang hidup saja terutama, cendawan, bakteri, nematoda, virus, dan tumbuhan parasitik yang menyerang tumbuhan (Sinaga, 2003).

Musim panas/kemarau yang lebih panas akan menguntungkan patogen termofilik.Akibat peningkatan temperatur, distribusi geografis serangga vektor penyakit tanaman menjadi meluas sehingga memperluas insidensi penyakit.Meningkatnya temperatur diketahui telah meningkatkan seranganPhytophthora cinnamomi, penyebab penyakit busuk akar dan pangkal batang pada tanaman berdaun lebar dan konifer.Kekeringan yang terjadi pada musim kemarau dapat meningkatkan serangan jamur penyebab penyakit yang sangat tergantung tekanan/stress yang dialami inangnya.Berkurangnya hari hujan diperkirakan dapat menurunkan serangan patogen yang menyerang daun.Peningkatan konsentrasi CO2di udara mengakibatkan meningkatnya fekunditas dan agresiveness patogen (Coakleyet al., 1999)Hasil penelitian menunjukkan setiap peningkatan suhu sebesar 1oC dapat mempercepat terjadinya penyakit hawar daun kentang (4-7 hari lebih cepat).Garrett, KAet al.2006.Climate Change Effects on Plant Disease: Genomes to Ecosystems.Annu. Rev. Phytopathol. 44:489509.

.1 Konsep Timbulnya Penyakit (Konsep Segi Tiga Gangguan)Penyakit tanaman dapat terjadi jika sedikitnya terdapat kontak dan interaksi antara dua komponen. Komponen tersebut berupa tanaman dan patogen. Jika pada saat terjadinya kontak tersebut lingkungan mendukung, maka akan terjadi penyakit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu penyakit akan terjadi jika pada suatu waktu di satu tempat terdapat tanaman yang rentan, sementara patogen yang virulen dan lingkungan baik fisik kimia maupun biologi yang sesuai dengan untuk terjadinya penyakit. Apabila satu faktor saja tidak tersedia, maka penyakit tidak akan terjadi. Interaksi antara tanaman, patogen yang virulen dan lingkungan ini sering disebut sebagai konsep segitiga penyakit (Utami dan Anggraini, 2008:228).Pada konsep segi tiga penyakit tersebut, apabila salah satu faktor penyebab tidak ada, maka tidak akan terjadi suatu penyakit pada tanaman. Namun, apabila dalam kondisi pertumbuhan tanaman terdapat pathogen disekitar tanaman tersebut serta lingkungan mendukung pertumbuhan pathogen, maka kecenderungan untuk terjadinya infeksi penyakit pada tanaman cukup besar (Adinugroho, 2008:14).2.2Peran Manusia dalam Menimbulkan Penyakit Tanaman (Konsep Segi Empat Gangguan)Konsep timbulnya suatu penyakit semakin berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu penyakit tumbuhan, pada awalnya para pakar yang dipelopori oleh DeBary (dalam Adinugroho, 2008:4) menujuk pathogen sebagai penyebab penyakit yangutama.Dalamperkembangannya, diketahui bahwa dalam berbagai buku teks mengenai penyakit tumbuhan umunya dianut konsep segitiga penyakit (disease triangle) seperti antara lain dikemukan oleh Blanchard dan Tattar (dalam Adinugroho, 2008:4). Ketiga komponen penyakit tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan.Kemudian berkembang sebuah konsep yang didasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan (Triharsono, 2010:51).Hal tersebut dikarenakan manusia dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan sebagai faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tanaman.Konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit (dalam Adinugroho, 2008:4).Manusia sebagaipenanam, berusaha untuk mempengaruhi ketiga faktor yang dapat menimbulkan penyakit (lingkungan, inang, dan patogen) agar terjadi interaksi yang menguntungkan bagi manusia. Namun demikian, adanya campur tangan manusia menyebabkan interaksi dari kempat faktor tersebut yang akan memicu terjadinya penyimpangan proses fisiologi tanaman, sehingga terjadi penyakit (Utami dan Anggraini, 2008:228).Dalam konsep segi empat gangguan, gangguan akan terjadi jika tanaman rentan berinteraksi dengan patogen virulen dalam lingkungan yang menguntungkan perkembangan pengganggu, karena adanya tindakan manusia. Dengan demikian perlindungan tanaman pada konsep segi empat gangguan ini ditujukan untuk empat sasaran, yaitu tanaman, pengganggu, lingkungan dan manusia (Purnomo, 2006:6). Sehingga dibutuhkan manajemen lahan yang baik oleh manusia agar tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan terjadinya interaksi ketiga faktor dalam konsep segi tiga gangguan.Adinugroho W.C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman. Tidak Diterbitkan. Tugas Kuliah. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).Purnomo, B. 2006. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, (Tanpa Penerbit)Semangum , S . 1996 .Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Gajammada . YogyakartaHarsono. Tri.2012.Biologi "Taksonomi Tumbuhan"daftar-isi-kata-pengantar-i-daftar-isi.html.Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012

Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Hama TanamanPopulasi hama di alam bersifatdinamis, selalu berubah berubah-ubah karena adanya berbagai faktor yang selalu berubah berubah-ubah pulaA. Faktor dalam (Internal)1.sifat genetis hama2.kemampuan berkembang biakSiklus hidupKeperidianNisbah kelamin3.kemampuan untuk bertahan hidupB.Faktor Luar (Eksternal)faktor lingkungan, yang terdiri dari1.Faktor fisika.GeografisMenggambarkan situasi alam suatu tempat sifatnya menghambat pemencaran hama dari satu daerah ke daerah lainb.Iklim/cuacaSuhuSerangga tergolong hewan yang berdarah dingin (poikilotermal), sehingga suhu badannya mudah mengikuti suhu lingkungan. Setiap spesies serangga memerlukan suhu lingkungan yang berbeda dengan penyesuaian suhu ada pada suatu kisaran yang berbeda pada setiap spesies (dipengaruhi oleh faktor dalam spesies tersebut)KelembabanBerpengaruh pada biologi hama. Erat hubungannya dengan kandungan air dalam tubuh serangga. Kelembaban udara juga sangat berpengaruh pada perkembangan patogen seranggac.CahayaBerpengaruh pada perilaku seranggaDiurnal: aktif pada siang hariNocturnal: aktif pada malam hariCrepuscular: aktif pada sore hariReaksi positif dan negatif serangga terhadap cahayad.AnginBerpengaruh pada pemencaran hamae.Curah hujanDapat berpengaruh langsung, secara mekanis dapat menghanyutkan serangga-serangga yang berukuran kecil. Secara tidak langsungmenyebabkan kelembaban udara tinggi, sehingga sesuai bagi perkembangan patogen penyebab penyakit serangga2.Faktor makananSerangga/hewan yang menjadi hama adalah serangga/hewan yang memakan tanaman atau fitofagPemakan satu jenis tumbuhan (monofag)Pemakan beberapa jenis tumbuhan (oligofag)Pemakan banyak jenis tumbuhan (polifag)Kuantitas : menanam secara monokultur menyebabkan kuantitas makanan berlimpah dan baik untuk perkembangan serangga/hewan fitofagKualitas : menentukan taraf perkembangan populasi hama (pertumbuhan, perkembangan, kesuburan, mortalitas)3.Faktor biotikPeranan musuh alamiah dan pesaing mempengaruhi tinggi rendahnya populasi hama-Predator(serangga atau hewan lain)-Parasitoid (serangga)-Patogen (virus, cendawan, bakteri, nematoda)-Pesaing (intraspesifik, interspesifik)

Cuaca dapat mempengaruhi setiap organisme di alam ini tidak terkecuali organisme pengganggu tanaman. Proses kehidupan yang penting seperti pertumbuhan, perkembangan, daya tahan hidup dan juga perilakunya secara langsung ataupun tidak langsung dipengarahi oleh perubahan lingkungan.

Penyebaran hewan dan tumbuhan di alam ini bukanlah terjadi secara kebetulan namun sebagai hasil interaksi dari pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadapnya. Sebaran geografis suatu organisme antara lain dibatasi oleh faktor-faktor fisikyaitu suhu, kelembaban udara, cahaya dan tersedianya air.

Perkembangan hama dan penyakit mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan lingkungan habitatnya.Keadaan lingkungan selalu berubah-ubah, organisme penggangu yang hidup di dalamnyapun selalu berubah menyesuaikan diri.

Faktor-faktor yang mempengaruhiperkembangan OPT dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi dua(Little, 1971) yaitu:1.Faktor dalamadalah faktor yang beradadalam tubuh orgnisme seperti organ tubuh dan keadaan fisiologisnya.2.Faktor luar adalah faktor yang berada di luar tubuh organisme yang mempengaruhinya langsung dan tidak langsung yaitu faktor fisik, biotik dan makanan.

Kedua kelompok tersebut bekerjasama membentuk corak lingkungan hidup yang berbeda yang bersifat menekan atau merangsang perkembangan OPT. kelompok factor luar dapat dibedakan lagi menjadi factor fisik, biotic dan factor makanan.

Faktor fisik dapat dibedakan menjadi unsur cuaca dan topografi suatu daerah merupakan faktor penghambat atau sekurang-kurangnya mempengaruhi penyebaran OPT. Hal ini disebabkan oleh perbedaan topografi yang menyebabkan terjadinya perbedaan faktor iklim dan secara tidak langsung menimbulkan perbedaan tumbuhan yang tumbuh.

Faktor biotik adalah semua faktor yang pada dasarnya bersifat hidup dan berperan dalam keseimbangan populasi OPT. Termasuk dalam faktor biotik adalah parasit, predator, kompetisi dan resistensi tanaman.Faktor makanan adalah unsur utama yang menentukan perkembangan OPT. tersedianya inang(tanaman dan hewan) yang menjadi sumber makanan merupakan factor pembatas dalam menentukan taraf kejenuhan populasi (carryng Capacity) lingkungan atas OPT.

Faktor cuaca mempunyai peranan penting dalam siklus kehidupan serangga. Dalam batas yang luas, cuaca mempengaruhi penyebarannya, kelimpahanya,dan sebagai salah satu faktor utama penyebab timbulnya serangan hama.

Kelimpahan serangga berhubungan erat dengan perbandingan antara kelahiran dan kematianpada suatu waktu tertentu. Kelahiran dipengaruhi antara lain oleh cuaca, makanan dan taraf kepadatannya. Kematian terutama dipengaruhi oleh cuaca dan musuh alami. Kepadatan dapat mengakibatkan emigrasi yang dapat berarti sebagai kurangnya individu di suatu lokasi yang dianggap suatu kematian. Cuaca berpengaruh langsung terhadap tingkat kelahiran dan kematian, secara tidak langsung cuaca mempengaruhi hama melalui pengaruhnya terhadap kelimpahan organisme lain termasuk musuh alaminya.

Organisme, khususnya serangga mempunyai daya menahan pengaruh faktor lingkungan fisik sehingga menjadi kebal. Organisme serangga dapat mengatasi keadaan yang ekstrem berupa adaptasi yang berhubungan dengan faktor genetis atau penyesuain yang sifatnya fisiologis. Serangga sesuai dengan sifatnya mempunyai kemampuan meyesuaikan diri dengan lingkungan tetapi karena serangga juga mempunyai sayap, serangga dapat pindah menghindari tempat yang ekstrim mencari tempat yang lebih sesuai.

Faktor cuaca dapat mempengaruhi segala sesuatu dalam sistem komunitas serangga anatara lain fisiologi, perilaku, dan ciri-ciri biologis lainnya baik langsung maupun tidak langsung. Faktor cuaca dapat dipisahkan menjadi unsur-unsur cuaca: suhu, kelembaban, cahaya dan pergerakan udara/angin.

1.suhu

Pengaruh suhu terhadap kehidupan serangga banyak dipelajari di negara beriklim dingin/sedang, dimana suhu selalu berubah menurut musim. Di negara tropika seperti Indonesia keadaanya berbeda, iklimnya hampir sama sehingga variasi suhu relatif kecil. Perbedaan suhu yang nyata adalah karena ketinggian. Serangga adalah organisme yang sifatnya poikilotermal sehingga suhu badan serangga banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara.

Beberapa aktifitas serangga dipengaruhi oleh suhu dan kisaran suhu optimal bagi serangga bervariasi menurut spesiesnya. Secara garis besar suhu berpengaruh pada (nayar et al, 1981) kesuburan/produksi telur, laju pertumbuhan dan migrasi atau penyebarannya.

Mengukur kecepatan pertumbuhan serangga dalam hubungannya dengan suhu dapat dilakukan sengan thermal constant. Hal tersebut berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan antara perkembangan serangga dengan jumlah thermal constant biasanya dinyatakan denganhari derajat (day degree accumulation). Walaupun kurang tepat namun sering digunakan untuk perkiraan perkembangan serngga. Potter dan Timmons melaporkan bahwa log-degree day mempunyai korelasi yang tinggi dengan kumulatif persentase tangkapanhamapenggerek tanaman hortikultura. Ternyata hubungan tersebut dapat digunakan untuk menduga saat penerbangan pertama seranga penggerek tersebut.

Hamawereng batang coklat untuk menyelesaikan siklus hidupnya dari telur sampai dewasa/mati membutuhkan total konstanta panas efektif sebesar 500 hari derajat. Untuk mencapai jumlah tersebut diperlukan waktu sebulan (30 hari) untuk generasi musim panas dengan suhu rata-rata harian 27 derajat celcius dan membutuhkan waktu 42 hari untuk generasi musim gugur dengan suhu rata-rata harian 22 derajat celcius (Kisimoto, 1981)

Kematian serangga dalam hubungannya dengan suhu terutama berkaitan dengan pengaruh batas-batas ekstrim dan kisaran yang masih dapat ditahanserangga (suhu cardinal). Suhu yang sangat tinggi mempunyai pengaruh langsung terhadap denaturasi/ merusak sifat protein yang mengakibatkan serangga mati.Pada suhu rendah kematian serangga terjadi karena terbentukknya kristal es dalam sel.

2. KelembabanSerangga seperti juga hewan yang lain harus memperhatikan kandungan air dalam tubuhnya, akan mati bila kandungan airnya turun melewati batas toleransinya.Berkurangnya kandungan air tersebut berakibat kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolisme.Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi dengan jenis serangga, pada umumnya berkisar antara 50-90% dari berat tubuhnya. Pada serangga berkulit tubuh tebal kandungan airnya lebih rendah.

Agar dapat mempertahankan hidupnya serangga harus selaluu berusaha agar terdapat keseimbangan air yang tepat. Beberapa seranggaharus dilingkungan udara yang jenuh dengan uap air sedang yang lainnya mampu menyesuaikan diri pada keadaan kering bahkan mampu menahan lapar untuk beberapa hari.

Kelembaban juga mempengaruhi sifat-sifat, kemampuan bertelur dan pertumbuhan serangga.3.CahayaCahaya mempunyai perananpenting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan tahan kehidupannya serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai.

Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Berdasarkan hasl di atas serangga dapat digolongkanoSerangga diurnal yaitu serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi aktif pada siang harioSerangga krepskular adala serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang aktif pada senja hari.oSerangga nokturnal adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah aktif pada malam hario

Penelitian menunjukkan bahwa cahaya bulan berpengaruh nyata pada tangkapan lampu perangkap terhadp serangga nokturnal.

4.pergerakan udarapergerakan udara merupakan salah satu faktor yang penting dalam penyebaran kehidupan serangga.Penyebaran arah serangga kadang mengikuti arah angin.

BerandaKuliah Agribisnis Ku..Top of Form

Bottom of Form

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan SeranggaDIPOSKAN OLEHERLIN RAHAYUDI 07.52RABU, 28 MARET 2012

Secara umumterdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan serangga, yaitu faktor internal, faktor external dan faktor makanan.Faktor InternalKemampuan berkembang biak (reproductive potensial) akan menentukan tinggi rendahnya, populasi hama. Apabila di telusuri lebih lanjut, kemampuan berkembang biak itu bergantung kepada kecepatan berkembang biak (rate of multiplication) dan perbandingan sex ratio serangga hama. Kemudian kecepatan berkembang biak ditentukan oleh keperidian (fecundity) dan jangka waktu perkembangan.a.Sex RatioSerangga hama pada umumnya berkembang biak melalui perkawinan walaupun ada beberapa spesies tertentu yang menghasilkan keturunannya tanpa melalui pembuahan telurnya yang disebut partenogenesis. Perbandingan serangga jantan dan serangga betina atau lebih dikenal dengan sex ratio sangat penting dalam menentukan cepatnya pertumbuhan populasi hama. Sebagian besar serangga mempunyai sex ratio 1:1 yang artinya kemungkinan serangga jantan dan serangga betina yang bertemu kemudian melakukan kopulasi akan lebih tinggi sehingga reproduksi serangga tersebut akan tinggi. Pada beberapa serangga hama tertentu, perbandingan sex ratio tidaklah demikian, contoh pada serangga hamaXylosandrus compactussex rationya 1:9; pada seranggaHyphothenemus hampeisex rationya 1:59, artinya serangga betina lebih banyak dari serangga jantan. Kemudian pada serangga hamaSaissetia nigradanSaissetia coffeae, telur menetas menjadi serangga betina dan belum ditemukan serangga jantan. Ada lagi yang menyatakan sex ratio itu sebagai sex faktor yaitu perbandingan antara jumlah serangga betina dengan populasi serangga atau :

Sebagai contoh suatu populasi serangga ada 80 ekor di antaranya 40 ekor serangga betina. Jadi sex faktor = 0,5. Apabila sex faktor = 1,0 berarti seluruh populasi betina, maka peluang biakan serangga itu partenogenesis.b.KeperidianKeperidian adalah kemampuan indiviidu betina untuk menghasilkan sejumlah telur. Serangga hama yang mempunyai keperidian cukup tinggi biasanya diketahui dengan faktor luar sebagai penghambat perkembangannya juga tinggi. Baik berupa makanannya, musuh alami, faktor fisik: ataupun faktor kompetisi antara serangga hama itu sendiri dalam memperoleh ruang tempat hidup, memperoleh makanan dan lain sebagainya. Pada serangga hama tertentu meletakkan telur satu per satu dan dalam jumlah yang tidak begitu banyak, namun mayoritas serangga hama akan meletakkan telur secara berkelompok dan begitu menetas akan terjadi kompetisi diantara serangga sendiri. Kompetisi akan terjadi pada individu-individu dalam suatu habitat untuk mendapatkan sumber kebidupan. Kompetisi antar individu dapat terjadi dalam bentuk:1)Kompetisi dalam hal makananKompetisi dalam hal makanan biasanva terjadi karena populasi makanan saat itu berkurang, sedangkan populasi serangga stabil atau bahkan meningkat. Akibatnya akan bekerja faktor yang bersifatdensity dependent, yang berkaitan dengan suplai makanan tersebut, terjadinya penurunan populasi serangga karena meningkatnya mortalitas. Kompetisi diatas dapat dicontohkan pada serangga hama gudang:Tribolium sp.,Sitophilus sp. yang suplai makanannya terbatas seperti gudang-gudang dikosongkan sehingga makanan terbatas dan serangga banyak mati. Bagi serangga yang kuat dalam kompetisi itu akan tetap hidup karena serangga tersebut masih mendapat makanan.2)Kompetisi dalam hal ruang gerakKompetisi itu terjadi pada serangga hama yang hidup dan berkembang pada ruang gerak terbatas. Dapat dicontohkan serangga yang hidup pada lubang gerak. Bila dalam sebuah lubang gerak dihuni oleh 2 ekor larva atau lebih, maka ruang gerak menjadi sempit. Akibatnya serangga yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan terdesak dan mati.3)Kompetisi dalam hal tempat berlindungKompetisi ini sering dijumpai pada serangga-serangga yang berukuran kecil yang umumnya lemah, tidak tahan sinar matahari langsung, kelembaban yang rendah, hujan lebat dan angin kencang. Jika tempat berlindung terbatas maka sebagian populasinya akan tertimpa keadaan ekstrim di atas. Akibatnya populasi menurun. Pengaruh lain akibat kompetisi ini adalah menurunnya populasi musuh alami karena berkurangnya inang ataupun mangsa.c.Jangka Waktu Perkembangan SeranggaPada sebagian serangga hama jangka waktu perkembangan dari telur sampai dewasa berlangsung pendek, tetapi pada serangga lain perkembangannya berlangsung lama. Serangga yang mengalami metamorfosa holometabola perkembangan serangga dimulai dari telur-larva-pupa/kepompong-dewasa. Pada serangga yang mengalami metamorfasa hemimetabola atau paurometabola perkembangannya dimulai dari telur-nimfa-dewasa. Kualitas makanan akan berpengaruh kepada pertumbuhan serangga seperti dicontohkan pada seranggaDasynus piperisyang diberi makanan (buah lada) dari varietas Natar mempunyai bobot tubuh yang lebih besar daripada serangga yang diberi makanan dari varietas Cunuk dan Petaling. Hal itu berkaitan dengan perbedaan karbohidrat, protein maupun pipereni pada tiga varietas tersebut. Demikian pula pengaruh makanan terhadap serangga hama diantaranya tercermin dari siklus hidup serangga itu. Pada umumnya serangga yang kebutuhan nutrisinya terpenuhi dan berimbang, siklus hidupnya akan lebih cepat bila dibandingkan dengan serangga hama yang kebutuhan nutrisinya tidak cukup. Berbagai spesies serangga masing-masing mempunyai berbagai spesies serangga jangka perkembangan bagian serangga yang berbeda-beda pula. Ada serangga yang siklus hidupnya beberapa hari, atau hidup lebih dari satu bulan. PadaCoccus viridis, begitu telur diletakkan maka 11 jam kemudian telur menetas menjadi nimfa. Faktor EksternalMerupakan faktor yang berhubungan dengan lingkungan tempat hidup serangga. Terdapat tiga faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan hama, yaitu faktor abiotik, biotik, dan makanan.a.Faktor Abiotik1)Suhu/TemperaturSetiap spesies serangga mempunyai jangkauan suhu masing-masing dimana ia dapat hidup, dan pada umumnya jangkauan suhu yang efektif adalah suhu minimum. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk kehidupannya. Diluar kisaran suhu tersebut serangga dapat mengalami kematian. Efek ini terlihat pada proses fisiologis serangga, dimana pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang (menurun) pada suhu yang lain (Ross, et al., 1982; Krebs, 1985). Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah 15C (suhu minimum), 25C suhu optimum dan 45C (suhu maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan akan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit (Natawigena, 1990).2)Kelembaban UdaraKelembaban udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung atau tidak langsung. Serangga yang hidup di lingkungan yang kering mempunyai cara tersendiri untuk mengenfisienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat pada feces yang akan dibuang dan menggunakan kembali air metabolik tersebut, contohnya serangga rayap. Oleh karena itu kelembaban harus dilihat sebagai keadaan lingkungan dan kelembaban sebagai bahan yang dibutuhkan organisme untuk melangsungkan proses fisiologis dalam tubuh. Sebagai unsur lingkungan, kelembaban sangat menonjol sebagai faktor modifikasi suhu lewat reduksi evapotranspirasi. Selanjutnya tidak ada organisme yang dapat hidup tanpa air karena sebagian besar jaringan tubuh dan kesempurnaan seluruh proses vital dalam tubuh akan membutuhkan air. Serangga akan selalu mengkonsumsi air dari lingkungannya dan sebaliknya secara terus menerus akan melepaskan air tubuhnya melalui proses penguapan dan ekskresi. Dalam hal ini kebutuhan air bagi serangga sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya terutama kelembaban udara.Beberapa penelitian mengenai beberapa ketahanan serangga terhadap kekeringan menunjukkan korelasi yang tinggi dengan keadaan lembab tempat hidupnya. Secara umum kelembaban udara dapat mempengaruhi pembiakan, pertumbuhan, perkembangan dan keaktifan serangga baik langsung maupun tidak langsung. Kemampuan serangga bertahan terhadap keadaan kelembaban udara sekitarnya sangat berbeda menurut jenisnya. Dalam hal ini kisaran toleransi terhadap kelembaban udara berubah untuk setiap spesies maupun stadia perkembangannya, tetapi kisaran toleransi ini tidak jelas seperti pada suhu. Bagi serangga pada umumnya kisaran toleransi terhadap kelembaban udara yang optimum terletak didalam titik maksimum 73-100 persen. Cuaca yang lembab merangsang pertumbuhan populasi, sedang cuaca yang sangat kering atau keadaan yang banyak hujan menghambat pertumbuhan tersebut. Kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan larva yang baru menetas.3)Cahaya, Warna, dan BauCahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu (Natawigena, 1990).Sumber cahaya dan panas yang utama di alam adalah radiasi surya. Radiasi dalam hal ini radiasi langsung yang bersumber dari surya dan radiasi baur yang berasal dari atmosfir secara keseluruhan. Untuk menjelaskan sifat radiasi di bedakan antara panjang gelombang cahaya dan intensitas cahaya atau radiasi. Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga berbeda antara serangga yang aktif siang hari dengan yang aktif pada malam hari. Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang oleh keadaan intensitas maupun panjang gelombang cahaya di sekitarnya. Sebaliknya ada serangga pada keadaan cahaya tertentu justru menghambat keaktifannya. Pada umumnya radiasi yang berpengaruh terhadap serangga adalah radiasi infra merah, dalam hal ini berpengaruh untuk memanaskan tubuh serangga.4)AnginAngin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan proses penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer (Natawigena, 1990). Angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya serangga yang demikian dapat terbawa sejauh mungkin oleh gerakan angin.b.Faktor Biotik Komponen terpenting dari faktor biotik adalah parasitoid, predator, dan entomopatogen.1)ParasitoidParasitoid berukuran kecil dan mempunyai waktu perkembangan lebih pendek dari inangnya dengan cara menumpang hidup pada atau di dalam tubuh serangga hama. Dalam tubuh host/inang tersebut, parasitoid mengisap cairan tubuh atau memakan jaringan bagian dalam tubuh inang. Parasitoid yang hidup di dalam tubuh inang disebut endoparasitoid dan yang menempel di luar tubuh inang disebut ectoparasitoid. Parasitoid umumnya mempunyai inang yang lebih spesifik, sehingga dalam keadaan tertentu parasitoid lebih efektif mengendalikan hama. Kelemahan dari parasitoid itu karena adanya parasitoid tertentu yang dapat terkena parasit lagi oleh parasitoid lain. Kejadian seperti diatas disebut hiperparasitisme dan parasitoid lain tersebut disebut parasit sekunder. Bila parasit sekunder ini terkena parasit lagi disebut parasit tersier. Parasit sekunder dan parasit tersier disebut sebagai hyperparasit.2)PredatorPredator yaitu binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain. Predator biasanya berukuran lebih besar dari parasit dan perkembangannya lebih lama inangnya. Predator tidak spesifik terhadap pemilihan mangsa. Oleh karena itu predator adalah serangga atau hewan lain yang memakan serangga hama secara langsung. Untuk perkembangan larva menjadi dewasa dibutuhkan banyak mangsa. Predator yang monophagous (mempunyai satu inang) menggunakan serangga hama sebagai makanan utamanya. Predator seperti ini biasanya efektif tetapi mempunyai kelemahan, yaitu apabila populasi hama yang rnenjadi hama mangsanya berkurang, biasanya predator tidak dapat bertahan hidup lama. Pada umumnya predator tidak bersifat monophagous, contoh: kumbang familiCoccinellidae, belalang sembah dan lain sebagainya.3)EntomopatogenEntomopatogen dapat menimbulkan penyakit, meliputi cendawan, bakteri, virus, nematoda atau hewan mikro lainnya yang dapat mempengaruhi kehidupan serangga hama. Entomopatogen sudah mulai dikembangkan sebagai pestisida alami untuk mengendalikan serangga hama. Sebagai contohBacillus thuringiensissudah diformulasikan dengan berbagai merek dagang. Bakteri ini akan menginfeksi larva sehingga tidak mau makan dan akhirnya larva mati. Demikian pula dengan cendawan sudah dikembangkan untuk mengendalikan serangga hama, sepertiMetarhizium anisopliaeyang digunakan untuk mengendalikan larvaOryctes rhinoceros. Entomopatogen lain seperti virusNuclear Po1yhidrosis Virus(NPV) yang mempunyai prospek cukup baik untuk mengendalikan larva Lepidoptera, seperti ulat grayak. Faktor MakananFaktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama. Keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, curah hujan dan tindakan manusia. Pada musim hujan, orang banyak menanam lahannya dengan berbagai tanaman. Apabila semua faktor lain sangat mendukung perkembangan serangga maka pertambahan populasi serangga akan sejalan dengan makin bertambahnya makanan. Keadaan sebaliknya akan menurunkan populasi serangga hama. Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga itu disebut hubungan bertautan padat ataudensity independent. Oleh karena itu faktor makanan dapat digunakan untuk menekan populasi serangga hama, baik dalam bentuk tidak memahami lahan pertanian dengan tanaman yang merupakan makanan serangga hama, bisa juga menanami lahan pertanian dengan tanaman yang tidak disukai serangga hama tertentu atau dengan tanaman resistens. Misal makin luasnya tanaman kelapa akan meningkatkan, populasiArtona sp. Walaupun demikianArtonalebih menyukai daun tua dan bukan daun muda yang baru terbuka ataupun daun yang belum terbuka kurang disukai. Walang sangit hanya menghisap butir padi dalam keadaan matang susu. Jelaslah tersedianya kualitas makanan dalam jumlah yang memadai akan meningkatkan populasi hama dengan cepat.LABEL:PERLINTAN2 komentar:1. Intan.Pachirishu18 September 2012 06.54thx yaa buat artikel`a :)salam kenal1. Ari Nugroho24 Maret 2013 10.25arigatou....tulisanyamembantu saya untuk mencintai serangga, termasuk membantu skripsi saya.ariPoskan KomentarPosting Lama BerandaLencana FacebookElin Erlin|Buat Lencana Anda

PengikutLabels Perlintan(2) Sistem Pertanian Terpadu(1) Tentang Aku(1)Blog Archive Maret(4)elin.itu.erlin. Diberdayakan olehBlogger.Popular Posts Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan SeranggaSecara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan serangga, yaitu faktor internal, faktor external dan faktor makanan. ... Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (SITT)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga da... Pertumbuhan Populasi SeranggaPopulasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke waktu lainnya, tetapi naik turun yang berkisar sekitar suatu g... Mulai Nge BloggingSebelumnya, aku pengen kenalan ma temen-temen semua.. Orang bilang kalo tak kenal maka tak sayang bukan? Nhaaah karena aku pengen di...Our Network Sites Damar WuAbout UsKuliah Agribisnis Ku.. 2010 | Many thanks to:Free Blogger Templates,Web Design CompanyandSEOCompany

Homoitermadalahhewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktorumur, faktorkelamin, faktorlingkungan, faktorpanjang waktu siang dan malam, faktormakananyang dikonsumsi, dan faktor jenuh pencernaanair.[1][2]Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsaburungdanmamalia.Hewan berdarah dinginatau disebut jugaPoikilotermadalah hewan yangsuhutubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya[1]. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Yang termasuk dalam Poikiloterm adalah bangsaIkan,Reptil, danAmfibi.[2]Suhu yang tinggi menjelaskan mengapa banyak organisme berdarah dingin seperti ikan, ampibi, crustacea, dan kadal hidup lebih lama di daerah bergaris lintang besar daripada bergaris lintang kecil, menurut penelitian baru-baru ini diterbitkan dalam "Proceedings of the National Academy of sciences (PNAS) online". Asisten Profesor Dr Stephan Munch dan Ph.D. calon "Santiago Salinas", keduanya dari Universitas Stony Brook School of Atmospheric dan Ilmu Kelautan, ditemukan bahwa bermacam macam jarak suhu dari spesies untuk mengubah temperatur tubuhnya dengan temperatur lingkungannya, temperatur lingkungan adalah faktor dominan mengendalikan geografis variasi dalam jangka hidup spesies.Melihat pada data jangka hidup dari lab dan pengamatan lapangan selama lebih dari 90 spesies dari bumi, air tawar, lingkungan laut. Mereka belajar organisme yang berbeda dengan rata-rata umurnya - dari Arcartia tonsa, yang memiliki jangka hidup dari rata-rata 11,6 hari, dengan mutiara remis Margaritifera margaritifera, yang memiliki rata-rata jangka hidup dari 74 tahun. Mereka menemukan bahwa dari berbagai jenis, suhu yang konsisten yang bereksponensial berkaitan dengan jangka hidupnya.Hubungan antara suhu dan jangka hidup dari penelitian Munch dan Salinas, ditemukan melalui analisis data dengan cara yang serupa dengan hubungan yang memprediksi teori metabolis ekologi (MTE). Teori ini, yang merupakan kerangka pemodelan yang telah digunakan untuk menjelaskan cara pada sejarah kehidupan, dinamika populasi, pola geografis, dan proses ekologi skala hewan dengan ukuran tubuh dan suhu.Jangka hidup di dari 87% makhluk hidup bebas dan spesies yang Munch Salinas pelajari bervariasi sebagai prediksi MTE. Namun setelah mengeluarkan efek suhu, masih terdapat banyak variasi di dalam jangka hidup spesies ini, menunjukkan bahwa lainnya, faktor lokal masih memainkan peran dalam menentukan jangka hidup.[3]Lihat pula[sunting|sunting sumber] Homoiterm(hewan berdarah panas)Referensi[sunting|sunting sumber]1. ^Guyton, D.C.1993.Fisiologi Hewan, edisi 2. EGC.Jakarta2. ^ShvoongTermogulasi pada hewan. Diakses 18 Februari 20113. ^Hewan berdarah dingin,Lingkungan yang lebih hangat akan membuat jangka hidup pendek.Diakses 20 Februari 2011Kategori: Hewan Fisiologi hewan Suhu ShvoongTermogulasi pada hewan. Diakses 18 Februari 2011 ^Swenson, GM.1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing Co. Inc:USA