35
1 TINDAK PIDANA KHUSUS KODE MATA KULIAH : WHI 4236 BLOCK BOOK Planing Group : I WAYAN SUARDANA, S.H., M.H. Dr. I GUSTI KETUT ARIAWAN, S.H., M.H. I MADE TJATRA YASA, S.H., M.H. IDA BAGUS SURYA DARMA JAYA, S.H., M.H. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009/2010

BLOCK BOOK - fl.unud.ac.idfl.unud.ac.id/block-book/BLOCK BOOK Th.2009/BB... · pidana khusus, merupakan materi kuliah di luar ... Perkuliahan dan tutorial dalam Mata Kuliah Kriminologi

Embed Size (px)

Citation preview

1

TINDAK PIDANA KHUSUS KODE MATA KULIAH : WHI 4236

BLOCK BOOK

Planing Group :

I WAYAN SUARDANA, S.H., M.H. Dr. I GUSTI KETUT ARIAWAN, S.H., M.H.

I MADE TJATRA YASA, S.H., M.H. IDA BAGUS SURYA DARMA JAYA, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2009/2010

2

1. Identifikasi Mata Kuliah. MKK 077 : TINDAK PIDANA KHUSUS

Team Pengajar : 1. I Wayan Suardana, S.H., M.H.

2. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H.

3. I Made Tjatra Yasa, S.H., M.H.

4. Ida Bagus Surya Darma J, S.H., M.H.

Status Mata Kuliah : MK Wajib institusional (Universitas/Fakultas).

SKS : 2

2. Deskripsi Mata Kuliah. Substansi Mata Kuliah Tindak Pidana Khusus mencakup 3 materi,

yaitu : Tindak Pidana Ekonomi, Tindak Pidana Narkotika dan

Psikotropika dan Tindak Pidana Korupsi. Materi mata kuliah tindak

pidana khusus, merupakan materi kuliah di luar tindak pidana umum

sebagaimana diatur dalam KUHP. Substansi pembahasan dalam

mata kuliah tindak pidana umum, menyangkut 3 (tiga) permasalahan,

yakni : tindak pidana, pertanggungjawaban pidana serta pidana dan

pemidanaan.

3. Tujuan Mata Kuliah. Dengan konsep dan pemahaman terhadap mata kuliah tindak pidana

umum mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan peraturan

perundang­undangan di luar KUHP, sebagai suatu peraturan

perundang­undangan yang bersifat khusus. Sebagai suatu

perundang­undangan yang bersifat khusus, dasar hukum maupun

keberlakuannya, dapat menyimpang dari ketentuan umum Buku I

KUHP. Bahkan dalam hukum acara (hukum formal) peraturan

perundang­undangan tindak pidana khusus dapat menyimpang dari

3

UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Kekhususan

peraturan perundang­undangan tindak pidana khusus, dari aspek

norma, jelas mengatur hal­hal yang belum diatur dalam KUHP.

Subyek tindak pidana diperluas karena tidak saja meliputi orang

pribadi tetapi juga badan hukum. Sedangkan dalam masalah

pemidanaan, dilihat dari pola perumusan maupun pola ancaman

sanksi, juga dapat menyimpang dari ketentuan KUHP. Sustansi mata

tindak pidana korupsi dan tindak pidana narkotika dan psikotropika,

lebih terfokus pada kebijakan kriminalisasi serta pidana dan

pemidanaan. Sedangkan tindak pidana ekonomi, dengan cakupan

yang demikian luas, maka substansi yang akan disampaikan adalah

UU No. 7 Tahun 1955. Oleh karena itu perkuliahan ini diawali

dengan pemahaman tentang kekhususan peraturan perundang­

undangan tindak pidana khusus serta dasar hukum berlakunya.

Setelah itu, perkuliahan dilanjutkan dengan kebijakan kriminalisasi

serta pidana dan pemidanaan dalam peraturan perundang­undangan

tindak pidana khusus dimaksud (Tindak pidana ekonomi, tindak

pidana narkotika dan psikotropika serta tindak pidana korupsi).

4. Metode dan Strategi Proses Pembelajaran. Metode Perkuliahan adalah Problem Based Learning (PBL) pusat

pembelajaran ada pada mahasiswa. Metode yang diterapkan adalah

“belajar” (Learning) bukan “mengajar” (Teaching).

Strategi pembelajaran : kombinasi perkuliahan 50 % ( 6 kali

pertemuan perkuliahan ) dan tutorial 50 % (6 kali pertemuan tutorial ).

Satu kali pertemuan untuk Tes Tengah semester, dan satu kali

pertemuan untuk Tes Akhir Semester. Total pertemuan 14 kali.

4

1. Pelaksanaan Perkuliahan & Tutorial :

Perkuliahan dan tutorial dalam Mata Kuliah Kriminologi ini,

masing­masing direncanakan berlangsung sebanyak 6 kali

pertemuan yaitu :

a. Perkuliahan : pertemuan 1, 3, 5, 7, 9 dan 11; dan

b. Tutorial : pertemuan 2, 4, 6, 8, 10, 12

2. Strategi perkuliahan:

Perkuliahan tentang sub­sub pokok bahasan dipaparkan dengan

alat bantu media papan tulis, power point slide, serta peyiapan

bahan bacaan tertentu yang dipandang sulit diakses oleh

mahasiswa. Sebelum mengikuti perkuliahan mahasiswa sudah

mempersiapkan diri (self study) mencari bahan (materi),

membaca dan memahami pokok bahasan yang akan dikuliahkan

sesuai dengan arahan (guidance) dalam Block Book. Tehnik

perkuliahan : pemaparan materi, tanya­jawab dan diskusi (proses

pembelajaran dua arah).

3. Strategi Tutorial:

a. Mahasiswa mengerjakan tugas­tugas: (Discussion task; Study

Task dan Problem Task) sebagai bagian dari self study ( 20

jam perminggu ), kemudian berdiskusi di kelas, tutorial,

presentasi power point, dan diskusi.

b. Dalam 6 kali tutorial di kelas, mahasiswa diwajibkan :

1) Menyetor karya tulis berupa paper dan/atau tugas­tugas

lain sesuai dengan topik tutorial 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.

5

2) Mempresentasikan tugas tutorial dalam bentuk power

point presentation ataupun slide head projector untuk

tugas tutorial 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

5. Ujian dan Penilaian. a. Ujian :

Ujian dilaksanakan dua kali dalam bentuk tertulis yaitu Ujian

tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) b. Penilaian :

Penilaian Akhir dan proses pembelajaran ini berdasarkan Rumus

Nilai Akhir sesuai Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas

Udayana, sebagai berikut :

(UTS + TT) 2 + 2(UAS)

________________ = Nilai Akhir 3

Skala Nilai Huruf Angka

Penguasaan Kompetensi

Ket. Dgn Skala Nilai

0 – 10 0 ­ 100

A 4 B+ 3,5 B 3 C+ 2,5 C 2 D+ 1,5 D 1 E 0

Sangat Baik Antara sangat baik dengan baik Baik Antara baik dan cukup Cukup Kurang Sangat kurang Gagal

8,0 – 10,0 80 – 100 7,0 – 7,9 70 – 79 6,5 – 6,9 65 – 69 6,0 – 6,4 60 – 64 5,5 – 5,9 55 – 59 5,0 – 5,4 50 – 54 4,0 – 4,9 40 – 49 0,0 – 3,9 0 – 39

6

6. Materi/Organisasi Perkuliahan.

1. Pengantar. a. Kekhususan Peraturan perundang­undangan Tindak Pidana

Khusus.

b. Perkembangan Peraturan perundang­undangan Tindak

Pidana Khusus.

c. Dasar Hukum serta keberlakuan Peraturan Perundang­

undangan Tindak Pidana Khusus.

2. Tindak Pidana Ekonomi. a. Latar belakang diundangkannya UU No. 7 tahun 1955 tentang

Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan TPE

b. Perubahan tindak pidana ekonomi sampai diundangkannya

UU No. 8/Prp/1962

c. Unsur­unsur serta bentuk­bentuk Tindak Pidana Ekonomi

d. Sanksi dalam Tindak Pidana Ekonomi

e. Peradilan Tindak Pidana Ekonomi

1) Penyelesaian Di luar Acara (Schiking) dalam tindak pidana

penyelundupan.

2) Peradilan Tindak Pidana Ekonomi

3. Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika. a. Pengaturan Narkotika dan Psikotropika di Indonesia Pra­

Kemerdekaan dan Perkembangan Konvensi Internasional

tentang Narkotika dan Psikotropika.

7

b. Peraturan Perundang­undangan Narkotika dan Psikotropika

Pasca kemerdekaan (UU No. 9 Tahun 1976, UU No. 5 Tahun

1997 dan UU No. 22 Tahun 1997)

4. Kebijakan Kriminalisasi, Pidana dan Pemidanaan UU

tentang Narkotika dan Psikotropika. a. Kebijakan kriminalisasi dalam UU No. 5 Tahun 1997 dan UU

No.22 Tahun 1997.

b. Masalah Kualifikasi Tindak Pidana

c. Masalah perumusan sanksi pidana

d. Masalah ancaman sanksi minimal

e. Masalah pembantuan, percobaan dan permufakatan jahat

dalam UU No. 5 Tahun 1997 dan UU No. 22 Tahun 1997

5. Tindak Pidana Korupsi. a. Fase Pengaturan Pemberantasan Tindak Pidana korupsi di

Indonesia.

b. Kebijakan kriminalisasi tindak pidana korupsi dalam :

1) Peraturan Penguasa Militer Nomor. Prt / Perpu / 1957

tentang Pemberantasan Korupsi.

2) Peraturan Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat Nomor

Prt / Perpu / 013/1958.

3) Undang­undang Nomor 24/Prp/1960 dan Keputusan

Presiden Nomor 228 Tahun 1967 tentang Tindak Pidana

Korupsi.

4) Undang­undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

5) Undang­undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

8

6) Undang­undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan

atas Undang­undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

6. Pidana dan Pemidanaan dan Peradilan Tindak Pidana

Korupsi. a. Sistem Pemidanaan dalam UU No 20 tahun 2001

b. Masalah pengembalian kerugian negara

c. Peradilan tindak pidana korupsi

d. Masalah pengembalian asset negara pasca ratifikasi Konvensi

Anti Korupsi 2003 (UNCAC 2003)

7. Bahan Bacaan.

Buku­buku :

a. Tindak Pidana Korupsi :

Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.

­­­­­­­­­2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.

Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.

Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.

Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

9

Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.

Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

Makalah/Artikel

Mulya Lubis, Todung 2005. “Memerangi Korupsi di Peradilan Dari Sisi Advokat”, Makalah pada Seminar Anti Corruption Summit diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 11­12 Agustus2005.

Nasution, Bismar 2007. ”Stolen Asset Recovery Initiative dari Perspektif Hukum Ekonomi di Indonesia” Makalah Narasumber dalam Seminar Pengkajian Hukum Nasional (SPHN 2007), Jakarta 28 Nopember 2007.

Pratomo, Eddy 2007. Paparan Dirjen Hukum dan perjanjian Internasional mengenai Inisiatif StAR dalam Perspektif Kerjasama Internasional. Makalah Narasumber dalam Seminar Pengkajian Hukum Nasional (SPHN 2007), Jakarta 28 Nopember 2007.

b. Tindak Pidana Ekonomi :

Anwar, Mochammad 1979. Hukum Pidana di Bidang Ekonomi. Bandung : Alumni

10

­­­­­­­­­1986. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku I). Bandung : Alumni.

Fuady, Munir 1999. Hukum Perbankan Modern, Berdasarkan Undang­undang Tahun 1998, Buku Kesatu, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Arief, Barda Nawawi1992. “Konsep Indonesia tentang Tindak Pidana di Bidang Perekonomian” dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief (ed.) Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

­­­­­­­­­­­­2002. “Kebijakan Sistem Pemidanaan Dalam Bidang Perbankan (Evaluasi Sistem Pemidanaan dalam Undang­ undang Perbankan dan Undang­undang Bank Indoensia”, Makalah pada Colloquium Penyusunan Naskah Akademik dan RUU Perbankan, Diselenggarakan atas kerjasama FH UNDIP dengan Bank Indoensia, Semarang 27 Juni 2002.

Reksodiputro, Mardjono, 1993. ”Hukum Positif Mengenai Kejahatan Ekonomi dan Perkembangannya di Indonesia ” dalam Kumpulan Makalah tentang Kejahatan Ekonomi di Bidang Perbankan., Jakarta : Bank Indonesia

­­­­­­­­­1997. Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku Kesatu, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.

c. Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika :

Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.

Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.

Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui Perundang­undangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta

11

Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta

Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.

Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung

Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.

8. Persiapan Proses Perkuliahan.

Mahasiswa diwajibkan sudah memiliki Block Book Mata Kuliah

Kriminologi ini sebelum perkuliahan dimulai, serta mempersiapkan

materi sehingga proses perkuliahan dan tutorial dapat terlaksana

dengan lancar.

12

Pertemuan 1 : Perkuliahan 1 (Lectures)

Pengantar. a. Kekhususan Peraturan perundang­undangan Tindak Pidana

Khusus.

b. Perkembangan Peraturan perundang­undangan Tindak Pidana

Khusus.

c. Dasar Hukum serta keberlakuan Peraturan Perundang­undangan

Tindak Pidana Khusus.

Bahan Bacaan :

Atmasasmita, Romli 2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.

Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.

Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.

Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.

Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika.

13

Pertemuan 2 : Tutorial 1

Discussion Task – Study Task:

Peraturan perundang­undangan tindak pidana khusus, merupakan

peraturan perundang­undangan yang mengatur tentang hal­hal yang

bersifat khusus di luar KUHP. Titik tolak kekhususan suatu peraturan

perundang­undangan khusus dapat dilihat dari perbuatan yang diatur,

masalah subyek tindak pidana maupun pidana dan pemidanaannya.

Tugas :

v Identifikasi peraturan perundang­undangan tindak pidana khusus,

selain UU No 7 Tahun 1955, UU No. 5 Tahun 1997, UU No. 22

Tahun 1997 dan UU No. 20 tahun 2001

v Identifikasi dan diskusikan penyimpangan­penyimpangan dalam

peraturan perundang­undangan tindak pidana khusus tersebut

terhadap ketentuan umum Buku I KUHP

Bahan Bacaan :

Atmasasmita, Romli 2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.

Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.

Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.

Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika

Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan

14

serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

15

Pertemuan 3 : Perkuliahan 2 (Lectures)

Tindak Pidana Ekonomi. a. Latar belakang diundangkannya UU No. 7 tahun 1955 tentang

Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan TPE

b. Perubahan tindak pidana ekonomi sampai diundangkannya

UU No. 8/Prp/1962

c. Unsur­unsur serta bentuk­bentuk Tindak Pidana Ekonomi

d. Sanksi dalam Tindak Pidana Ekonomi

e. Peradilan Tindak Pidana Ekonomi

1) Penyelesaian Di luar Acara (Schiking) dalam tindak pidana

penyelundupan.

2) Peradilan Tindak Pidana Ekonomi

Bahan Bacaan :

Anwar, Mochammad 1979. Hukum Pidana di Bidang Ekonomi. Bandung : Alumni

­­­­­­­­­­­1986. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku I). Bandung : Alumni.

Fuady, Munir 1999. Hukum Perbankan Modern, Berdasarkan Undang­undang Tahun 1998, Buku Kesatu, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Arief, Barda Nawawi1992. “Konsep Indonesia tentang Tindak Pidana di Bidang Perekonomian” dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief (ed.) Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

­­­­­­­­­­­­2002. “Kebijakan Sistem Pemidanaan Dalam Bidang Perbankan (Evaluasi Sistem Pemidanaan dalam Undang­ undang Perbankan dan Undang­undang Bank Indoensia”, Makalah pada Colloquium Penyusunan Naskah Akademik dan RUU Perbankan, Diselenggarakan atas kerjasama FH UNDIP dengan Bank Indoensia, Semarang 27 Juni 2002.

16

Reksodiputro, Mardjono, 1993. ”Hukum Positif Mengenai Kejahatan Ekonomi dan Perkembangannya di Indonesia ” dalam Kumpulan Makalah tentang Kejahatan Ekonomi di Bidang Perbankan., Jakarta : Bank Indonesia

­­­­­­­­­1997. Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku Kesatu, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.

17

Pertemuan 4 : Tutorial 2

Discussion Task – Study Task

Diundangkannya UU No 7 Drt Tahun 1955 tentang Pengusutan,

penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi tidak dapat dilepaskan

dengan kebijakan pemerintah saat itu yang menghendaki adanya

keseragaman dalam pemidanaan dalam kasus­kasus tindak pidana

ekonomi. Setelah mengalami berbagai perubahan dan penambahan,

lingkup tindak pidana ekonomi, dapat digolongkan ke dalam tindak

pidana ekonomi dalam pengertian sempit dan pengertian luas. Kebijakan

untuk mengkriminalisasikan suatu perbuatan sebagai tindak pidana

ekonomi, berbeda dengan tindak pidana umum maupun dalam hal

pidana dan pemidanaannya. Tindak pidana ekonomi juga mengenal cara

penyelesaian di luar acara (schikking).

Tugas :

v Diskusikan tindak pidana ekonomi dalam pengertian sempit dan

luas ?

v Diskusikan tentang penyelesaian tindak pidana ekonomi di luar

acara, serta identifikasi dasar hukumnya !

Bahan Bacaan :

Anwar, Mochammad 1979. Hukum Pidana di Bidang Ekonomi. Bandung : Alumni

­­­­­­­­­­­1986. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku I). Bandung : Alumni.

Fuady, Munir 1999. Hukum Perbankan Modern, Berdasarkan Undang­undang Tahun 1998, Buku Kesatu, Bandung : Citra Aditya Bakti.

18

Arief, Barda Nawawi1992. “Konsep Indonesia tentang Tindak Pidana di Bidang Perekonomian” dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief (ed.) Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

­­­­­­­­­­­­2002. “Kebijakan Sistem Pemidanaan Dalam Bidang Perbankan (Evaluasi Sistem Pemidanaan dalam Undang­ undang Perbankan dan Undang­undang Bank Indoensia”, Makalah pada Colloquium Penyusunan Naskah Akademik dan RUU Perbankan, Diselenggarakan atas kerjasama FH UNDIP dengan Bank Indoensia, Semarang 27 Juni 2002.

Reksodiputro, Mardjono, 1993. ”Hukum Positif Mengenai Kejahatan Ekonomi dan Perkembangannya di Indonesia ” dalam Kumpulan Makalah tentang Kejahatan Ekonomi di Bidang Perbankan., Jakarta : Bank Indonesia

­­­­­­­­­­­1997. Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku Kesatu, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.

19

Pertemuan 5 : Perkuliahan 3 (Lectures)

Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika. a. Pengaturan Narkotika dan Psikotropika di Indonesia Pra­

Kemerdekaan dan Perkembangan Konvensi Internasional tentang

Narkotika dan Psikotropika.

b. Peraturan Perundang­undangan Narkotika dan Psikotropika

Pasca kemerdekaan (UU No. 9 Tahun 1976, UU No. 5 Tahun

1997 dan UU No. 22 Tahun 1997)

Bahan Bacaan :

Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.

Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.

Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui Perundang­undangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta

Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta

Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.

Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung

Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.

20

Pertemuan 6 : Tutorial 3

Discussion Task – Study Task

Undang­undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika (Lembaran

Negara Tahun 1976 Nomor 37 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor

3086) mulai diberlakukan tanggal 26 Juli 1976. Materi muatan Undang­

undang ini cakupannya lebih luas apabila dibandingkan dengan cakupan

materi muatan Verdovende Midellen Ordonantie. Diundangkannya

Undang­undang No. 9 tahun 1976, tidak dapat dilepaskan dengan

perkembangan lalu lintas dan alat­alat perhubungan serta pengangkutan

modern yang menyebabkan cepatnya penyebaran/pemasukan narkotika

ke Indonesia, di samping pula kemajuan di bidang pembuatan obat­

obatan. ternyata tidak cukup memadai bila tetap memakai undang­

undang tersebut. Verdovende Midellen Ordonantie hanya mengatur

tentang perdagangan dan penggunaan narkotika.

Tidak berbeda halnya dengan pengaturan narkotika, masalah

psikotropika­pun sebenarnya telah mendapat pengaturan jauh sebelum

diberlakukannya Undang­undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika, dengan dikeluarkannya Staatsblad 1949 Nomor 419

tanggal 22 Desember 1949 tentang Sterkwerkendegenees Middelen

Ordonantie atau Ordonansi Obat Keras. Jadi pertama kali psikotropika

tidak diatur tersendiri tetapi disatukan dengan bahan baku obat atau obat

jadi lainnya yang termasuk obat keras (Daftar G).

Sebelum dikeluarkannya Undang­undang Nomor 5 Tahun 1997

tentang Psikotropika, di era tahun 1985, tepatnya pada tanggal 2 April

1985 keluar Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21

3/Men.Kes/Per/IV/1 985 tentang Obat Keras Tertentu. Peraturan Menteri

Kesehatan tersebut mencabut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

983/A/SK/1971 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

21

10381/A/SK/1972. Dalam peraturan mengenai obat keras tertentu

tersebut, terdapat obat­obat yang disebutkan dalam Lampiran I antara

lain Etisiklidina, Fenmentraszin, Lisergida (LSD) dan Psilosibin yang

dilarang untuk diimpor, diproduksi, didistribusikan, disimpan dan

dipergunakan. Sedangkan dalam Lampiran II terdapat antara lain

Phenobarbital dan Benzodiazepin serta turunannya yang didalam hal

mengimpor, memproduksi serta mendistribusikan diatur secara ketat,

diawasi serta harus dilaporkan. Kemudian pada tanggal 8 Februari 1993

dikeluarkan lagi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

124/Men.Kes/Per/II/1993 tentang Obat Keras Tertentu yang merupakan

perbaikan serta penambahan Peraturan Menteri Kesehatan RI terdahulu.

Dalam peraturan tersebut juga dilampiri Lampiran I dan II.

Tugas :

v Baca dengan baik kalimat di atas, kemudian diskusikan, tentang

kebijakan pemerintah Indonesia dalam masalah pengaturan

narkotika dan psikotropika. Hubungkan pula dengan

perkembangan konvensi internasional dalam memberantas

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

Bahan Bacaan :

Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.

Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.

Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui

22

Perundang­undangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta

Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta

Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.

Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung

Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.

23

Pertemuan 7 : Perkuliahan 4 (Lectures)

Kebijakan Kriminalisasi, Pidana dan Pemidanaan UU tentang

Narkotika dan Psikotropika.

a. Kebijakan kriminalisasi dalam UU No. 5 Tahun 1997 dan UU

No.22 Tahun 1997.

b. Masalah Kualifikasi Tindak Pidana

c. Masalah perumusan sanksi pidana

d. Masalah ancaman sanksi minimal

e. Masalah pembantuan, percobaan dan permufakatan jahat dalam

UU No. 5 Tahun 1997 dan UU No. 22 Tahun 1997

Bahan Bacaan :

Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.

Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.

Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui Perundang­undangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta

Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta

Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.

Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung

24

Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.

25

Pertemuan 8 : Tutorial 4

Discussion Task – Study Task

Apabila dicermati, kebijakan kriminalisasi dari kedua Undang­undang

tersebut di atas terfokus pada ”penyalahgunaan dan peredaran gelap”

narkotika dan psikotropika. Hal ini dapat dilihat dari rumusan pasal mulai

dari penanaman, produksi, penyaluran, lalu lintas, pengedaran sampai

ke pemakaiannya, termasuk pemakaian pribadi, tidak pada kekayaan

(“property/assets”) yang diperoleh dari tindak pidana “narkotika dan

psikotropika itu sendiri. Kebijakan kriminalisasi dalam kedua Undang­

undang tersebut, apabila dibandingkan dengan apa yang diisyaratkan

konvensi PBB, sebenarnya masih ada kekurangannya. Khususnya untuk

narkotika, Konvensi PBB juga mengisyaratkan agar perbuatan

“mengubah atau mengalihkan/mentransfer kekayaan, yang diketahuinya

berasal dari tindak pidana narkotika atau berasal dan keikutsertaan

melakukan tindak pidana itu, untuk tujuan menyembunyikan asal usul

gelap dan kekayaan itu atau untuk tujuan membantu seseorang

menghindari akibat­akibat hukum dari keterlibatannya melakukan tindak

pidana itu, dijadikan/ditetapkan sebagai suatu tindak pidana.

Tugas :

v Cermati kebijakan kriminalisasi dalam UU tentang narkotika dan

psikotropika kemudian bandingkan dengan konvensi­konvensi

internasional tentang narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi oleh pemerintah Indonesia.

Bahan Bacaan :

Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.

26

Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.

Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui Perundang­undangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta

Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta

Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.

Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung

Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.

27

Pertemuan 9 : Perkuliahan 5 (Lectures)

Tindak Pidana Korupsi.

a. Fase Pengaturan Pemberantasan Tindak Pidana korupsi di

Indonesia.

b. Kebijakan kriminalisasi tindak pidana korupsi dalam :

3) Peraturan Penguasa Militer Nomor. Prt / Perpu / 1957

tentang Pemberantasan Korupsi.

4) Peraturan Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat Nomor

Prt / Perpu / 013/1958.

5) Undang­undang Nomor 24/Prp/1960 dan Keputusan

Presiden Nomor 228 Tahun 1967 tentang Tindak Pidana

Korupsi.

6) Undang­undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

7) Undang­undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

8) Undang­undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan

atas Undang­undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Bahan Bacaan :

Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.

­­­­­­­­­2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.

Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.

28

Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.

Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.

Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

29

Pertemuan 10 : Tutorial 5

Discussion Task – Problem Task

a. Pada tahun 2006 telah dibangun proyek lapangan tembak yang berlokasi di Banjar Celuk, Desa Paksebali, Kec. Dawan, Kab. Klungkung yang dikerjakan oleh penyedia barang/jasa CV. GUNAKSA JAYA TEKNIK Direktur atas nama Ir. I NENGAH ARIYANTA dengan menggunakan dana APBD perubahan tahun 2006,dengan pagu sebesar Rp. 2.500.000.000,­ (Dua Milyar lima ratus juta rupiah) dengan nilai kontrak sebesar Rp 2.484.161.000,­ ( Dua Milyar empat ratus delapan puluh empat juta seratus enam puluh satu ribu rupiah) berdasarkan nilai Kontrak kerja dengan No kontrak

Nomor : 602.1/5036/DPUK­CK (Pihak Pertama) Nomor : 189/GJT­GNK/Kont./XI/2006 (Pihak kedua) Pejabat Pengguna anggaran adalah Kepala Dinas PU Kab. Klungkung yang saat itu dijabat oleh Ir. ANAK AGUNG NGURAH AGUNG, Dipl. HE. Msc.

b. Sistim yang digunakan dalam proyek pembangunan lapangan tembak yang berlokasi di Banjar Celuk, Desa Paksebali, Kec. Dawan, Kab. Klungkung adalah penunjukan langsung, sesuai dengan Keputusan Bupati Klungkung Nomor . 640/31/2006, tanggal 2 Nopember 2006.

c. Proyek pembangunan lapangan tembak di Dsn. Celuk Desa Paksebali Kec. Dawan Kab.Klungkung menggunakan Konsultan perencana / pengawas dari CV.HASTA REKA dengan Direktur I WAYAN YULIARSANA, ST, ditunjuk dengan sistim penunjukan langsung sesuai Surat Persetujuan Penetapan Penunjukan langsung oleh Kadis PU Klungkung Nomor : 602.1/4950/DPUK­CK tanggal 9 Nopember 2006. (Pihak kedua) tanggal 15 Nopember 2006;

d. Setiap Berita acara Pemeriksaan fisik Pekerjaan dalam rangka pengajuan pembayaran termin atas proyek tersebut ditandatangani oleh : Ketua Pengelola Kegiatan/ Kasubdin Bidang Cipta Karya Dinas PU Kab. Klungkung atas nama I. G.L.A. SURATMA ST, Sekretaris kegiatan Penataan Kawasan dan Tata Bangunan Dinas PU Kab. Klungkung Ir. I KETUT SUARSANA, Direksi lapangan Dinas PU Kab. Klungkung IDA BAGUS MAHESNAWA ST. dan diketahui oleh

30

Kepala Dinas PU Kab. Kiunglung atas nama Ir. A.A NGURAH AGUNG DipLHE. MSC, dan juga ditandatangani oleh Konsultan Pengawas dan CV. HASTA REKA dengan Direktur atas nama I WAYAN YULIARSANA, ST dan kontraktor atas nama Ir. I NENGAH ARIYANTA.;

c. Dalam pekerjaan proyek tersebut telah selesai dikerjakan oleh Kontraktor dan dilakukan serah terima yaitu penyerahan pertama pada tanggal 29 mei 2007 berdasarkan berita acara serah terima pertama (PHO) Nomor : 602.1/821/DPUK­CK tanggal 29 mei 2007 dan serah terima kedua tanggal 29 Nopember 2007 berdasarkan berita acara serah terima kedua Nomor: 602.1/3238/DPUK­CK tanggal 29 Nopember 2007.;

d. Setelah dilakukan audit oleh BPKP Perwakilan Propinsi Bali ditemukan kekurangan Volume pekerjaaan (fisik) yang mengakibatkan kelebihan pembayaran yang merugikan keuangan Negara senilai Rp. 69.171.944,88.­ (enam puluh sembilan juta seratus tuju puluh satu ribu sembilan ratus empat puluh empat delapan puluh delapan perseratus) yang disebabkan ketidak cermatan pemeriksaan fisik Direksi/Pengawas lapangan dan pengelola Kegiatan pembangunan lapangan tembak;

Tugas : v Cermati kasus di atas, kemdian diskusikan, apakah dalam kasus

tersebut telah terjadi tindak pidana korupsi.

Bahan Bacaan :

Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.

­­­­­­­­­2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.

Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.

Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.

31

Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.

Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

32

Pertemuan 11 : Perkuliahan 6 (Lectures)

Pidana dan Pemidanaan dan Peradilan Tindak Pidana

Korupsi. a. Sistem Pemidanaan dalam UU No 20 tahun 2001

b. Masalah pengembalian kerugian negara

c. Peradilan tindak pidana korupsi

d. Masalah pengembalian asset negara pasca ratifikasi Konvensi

Anti Korupsi 2003 (UNCAC 2003)

Bahan Bacaan :

Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.

­­­­­­­­­2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.

Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.

Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.

Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.

Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan

33

serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

34

Pertemuan 12 : Tutorial 6

Discussion Task – Problem Task

Ratifikasi UNCAC 2003 oleh pemerintah Indonesia yang secara politis

menempatkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang

memiliki komitmen pemberantasan korupsi lewat kerjasama

internasional, diharap mampu memberikan dorongan terutama bagi

negara­ negara lain yang kurang kooperatif dalam pengembalian asset

hasil korupsi di Indonesia, di samping pula langkah Indonesia untuk

mencegah dan mengembalikan aset hasil korupsi dari negara lain akan

menjadi bagian dari agenda kerjasama internasional dalam upaya

pemberantasan korupsi secara global. Dijelaskan pula bahwa

pemberantasan korupsi sebenarnya bukanlah hanya dalam lingkup

penegakan hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu

proses peradilan pidana (criminal proceedings) semata­mata, melainkan

juga dapat dilaksanakan lewat upaya keperdataan (civil proceeding).

Strategi pencegahan korupsi harus dilihat sebagai upaya strategis di

samping upaya pemberantasan (represif).

Tugas :

v Diskusikan, apakah instrument pendukung/peraturan perundang­

undangan di Indonesia telah memadai dalam rangkaian usaha

pengembalian asset Negara yang diinvestasikan di sentra­sentra

finansial negara maju.

v Diskusikan pula, kelebihan dan kelemahan upaya keperdataan

(civil proceeding) dalam pengembalian asset negara yang

dikorupsi.

35

Bahan Bacaan :

Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.

­­­­­­­­­2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.

Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.

Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.

Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.

Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika

Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika