Upload
lynguyet
View
245
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
TINDAK PIDANA KHUSUS KODE MATA KULIAH : WHI 4236
BLOCK BOOK
Planing Group :
I WAYAN SUARDANA, S.H., M.H. Dr. I GUSTI KETUT ARIAWAN, S.H., M.H.
I MADE TJATRA YASA, S.H., M.H. IDA BAGUS SURYA DARMA JAYA, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2009/2010
2
1. Identifikasi Mata Kuliah. MKK 077 : TINDAK PIDANA KHUSUS
Team Pengajar : 1. I Wayan Suardana, S.H., M.H.
2. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H.
3. I Made Tjatra Yasa, S.H., M.H.
4. Ida Bagus Surya Darma J, S.H., M.H.
Status Mata Kuliah : MK Wajib institusional (Universitas/Fakultas).
SKS : 2
2. Deskripsi Mata Kuliah. Substansi Mata Kuliah Tindak Pidana Khusus mencakup 3 materi,
yaitu : Tindak Pidana Ekonomi, Tindak Pidana Narkotika dan
Psikotropika dan Tindak Pidana Korupsi. Materi mata kuliah tindak
pidana khusus, merupakan materi kuliah di luar tindak pidana umum
sebagaimana diatur dalam KUHP. Substansi pembahasan dalam
mata kuliah tindak pidana umum, menyangkut 3 (tiga) permasalahan,
yakni : tindak pidana, pertanggungjawaban pidana serta pidana dan
pemidanaan.
3. Tujuan Mata Kuliah. Dengan konsep dan pemahaman terhadap mata kuliah tindak pidana
umum mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan peraturan
perundangundangan di luar KUHP, sebagai suatu peraturan
perundangundangan yang bersifat khusus. Sebagai suatu
perundangundangan yang bersifat khusus, dasar hukum maupun
keberlakuannya, dapat menyimpang dari ketentuan umum Buku I
KUHP. Bahkan dalam hukum acara (hukum formal) peraturan
perundangundangan tindak pidana khusus dapat menyimpang dari
3
UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Kekhususan
peraturan perundangundangan tindak pidana khusus, dari aspek
norma, jelas mengatur halhal yang belum diatur dalam KUHP.
Subyek tindak pidana diperluas karena tidak saja meliputi orang
pribadi tetapi juga badan hukum. Sedangkan dalam masalah
pemidanaan, dilihat dari pola perumusan maupun pola ancaman
sanksi, juga dapat menyimpang dari ketentuan KUHP. Sustansi mata
tindak pidana korupsi dan tindak pidana narkotika dan psikotropika,
lebih terfokus pada kebijakan kriminalisasi serta pidana dan
pemidanaan. Sedangkan tindak pidana ekonomi, dengan cakupan
yang demikian luas, maka substansi yang akan disampaikan adalah
UU No. 7 Tahun 1955. Oleh karena itu perkuliahan ini diawali
dengan pemahaman tentang kekhususan peraturan perundang
undangan tindak pidana khusus serta dasar hukum berlakunya.
Setelah itu, perkuliahan dilanjutkan dengan kebijakan kriminalisasi
serta pidana dan pemidanaan dalam peraturan perundangundangan
tindak pidana khusus dimaksud (Tindak pidana ekonomi, tindak
pidana narkotika dan psikotropika serta tindak pidana korupsi).
4. Metode dan Strategi Proses Pembelajaran. Metode Perkuliahan adalah Problem Based Learning (PBL) pusat
pembelajaran ada pada mahasiswa. Metode yang diterapkan adalah
“belajar” (Learning) bukan “mengajar” (Teaching).
Strategi pembelajaran : kombinasi perkuliahan 50 % ( 6 kali
pertemuan perkuliahan ) dan tutorial 50 % (6 kali pertemuan tutorial ).
Satu kali pertemuan untuk Tes Tengah semester, dan satu kali
pertemuan untuk Tes Akhir Semester. Total pertemuan 14 kali.
4
1. Pelaksanaan Perkuliahan & Tutorial :
Perkuliahan dan tutorial dalam Mata Kuliah Kriminologi ini,
masingmasing direncanakan berlangsung sebanyak 6 kali
pertemuan yaitu :
a. Perkuliahan : pertemuan 1, 3, 5, 7, 9 dan 11; dan
b. Tutorial : pertemuan 2, 4, 6, 8, 10, 12
2. Strategi perkuliahan:
Perkuliahan tentang subsub pokok bahasan dipaparkan dengan
alat bantu media papan tulis, power point slide, serta peyiapan
bahan bacaan tertentu yang dipandang sulit diakses oleh
mahasiswa. Sebelum mengikuti perkuliahan mahasiswa sudah
mempersiapkan diri (self study) mencari bahan (materi),
membaca dan memahami pokok bahasan yang akan dikuliahkan
sesuai dengan arahan (guidance) dalam Block Book. Tehnik
perkuliahan : pemaparan materi, tanyajawab dan diskusi (proses
pembelajaran dua arah).
3. Strategi Tutorial:
a. Mahasiswa mengerjakan tugastugas: (Discussion task; Study
Task dan Problem Task) sebagai bagian dari self study ( 20
jam perminggu ), kemudian berdiskusi di kelas, tutorial,
presentasi power point, dan diskusi.
b. Dalam 6 kali tutorial di kelas, mahasiswa diwajibkan :
1) Menyetor karya tulis berupa paper dan/atau tugastugas
lain sesuai dengan topik tutorial 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
5
2) Mempresentasikan tugas tutorial dalam bentuk power
point presentation ataupun slide head projector untuk
tugas tutorial 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
5. Ujian dan Penilaian. a. Ujian :
Ujian dilaksanakan dua kali dalam bentuk tertulis yaitu Ujian
tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) b. Penilaian :
Penilaian Akhir dan proses pembelajaran ini berdasarkan Rumus
Nilai Akhir sesuai Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas
Udayana, sebagai berikut :
(UTS + TT) 2 + 2(UAS)
________________ = Nilai Akhir 3
Skala Nilai Huruf Angka
Penguasaan Kompetensi
Ket. Dgn Skala Nilai
0 – 10 0 100
A 4 B+ 3,5 B 3 C+ 2,5 C 2 D+ 1,5 D 1 E 0
Sangat Baik Antara sangat baik dengan baik Baik Antara baik dan cukup Cukup Kurang Sangat kurang Gagal
8,0 – 10,0 80 – 100 7,0 – 7,9 70 – 79 6,5 – 6,9 65 – 69 6,0 – 6,4 60 – 64 5,5 – 5,9 55 – 59 5,0 – 5,4 50 – 54 4,0 – 4,9 40 – 49 0,0 – 3,9 0 – 39
6
6. Materi/Organisasi Perkuliahan.
1. Pengantar. a. Kekhususan Peraturan perundangundangan Tindak Pidana
Khusus.
b. Perkembangan Peraturan perundangundangan Tindak
Pidana Khusus.
c. Dasar Hukum serta keberlakuan Peraturan Perundang
undangan Tindak Pidana Khusus.
2. Tindak Pidana Ekonomi. a. Latar belakang diundangkannya UU No. 7 tahun 1955 tentang
Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan TPE
b. Perubahan tindak pidana ekonomi sampai diundangkannya
UU No. 8/Prp/1962
c. Unsurunsur serta bentukbentuk Tindak Pidana Ekonomi
d. Sanksi dalam Tindak Pidana Ekonomi
e. Peradilan Tindak Pidana Ekonomi
1) Penyelesaian Di luar Acara (Schiking) dalam tindak pidana
penyelundupan.
2) Peradilan Tindak Pidana Ekonomi
3. Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika. a. Pengaturan Narkotika dan Psikotropika di Indonesia Pra
Kemerdekaan dan Perkembangan Konvensi Internasional
tentang Narkotika dan Psikotropika.
7
b. Peraturan Perundangundangan Narkotika dan Psikotropika
Pasca kemerdekaan (UU No. 9 Tahun 1976, UU No. 5 Tahun
1997 dan UU No. 22 Tahun 1997)
4. Kebijakan Kriminalisasi, Pidana dan Pemidanaan UU
tentang Narkotika dan Psikotropika. a. Kebijakan kriminalisasi dalam UU No. 5 Tahun 1997 dan UU
No.22 Tahun 1997.
b. Masalah Kualifikasi Tindak Pidana
c. Masalah perumusan sanksi pidana
d. Masalah ancaman sanksi minimal
e. Masalah pembantuan, percobaan dan permufakatan jahat
dalam UU No. 5 Tahun 1997 dan UU No. 22 Tahun 1997
5. Tindak Pidana Korupsi. a. Fase Pengaturan Pemberantasan Tindak Pidana korupsi di
Indonesia.
b. Kebijakan kriminalisasi tindak pidana korupsi dalam :
1) Peraturan Penguasa Militer Nomor. Prt / Perpu / 1957
tentang Pemberantasan Korupsi.
2) Peraturan Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat Nomor
Prt / Perpu / 013/1958.
3) Undangundang Nomor 24/Prp/1960 dan Keputusan
Presiden Nomor 228 Tahun 1967 tentang Tindak Pidana
Korupsi.
4) Undangundang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5) Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
8
6) Undangundang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6. Pidana dan Pemidanaan dan Peradilan Tindak Pidana
Korupsi. a. Sistem Pemidanaan dalam UU No 20 tahun 2001
b. Masalah pengembalian kerugian negara
c. Peradilan tindak pidana korupsi
d. Masalah pengembalian asset negara pasca ratifikasi Konvensi
Anti Korupsi 2003 (UNCAC 2003)
7. Bahan Bacaan.
Bukubuku :
a. Tindak Pidana Korupsi :
Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.
2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.
Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.
Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.
Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
9
Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.
Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
Makalah/Artikel
Mulya Lubis, Todung 2005. “Memerangi Korupsi di Peradilan Dari Sisi Advokat”, Makalah pada Seminar Anti Corruption Summit diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1112 Agustus2005.
Nasution, Bismar 2007. ”Stolen Asset Recovery Initiative dari Perspektif Hukum Ekonomi di Indonesia” Makalah Narasumber dalam Seminar Pengkajian Hukum Nasional (SPHN 2007), Jakarta 28 Nopember 2007.
Pratomo, Eddy 2007. Paparan Dirjen Hukum dan perjanjian Internasional mengenai Inisiatif StAR dalam Perspektif Kerjasama Internasional. Makalah Narasumber dalam Seminar Pengkajian Hukum Nasional (SPHN 2007), Jakarta 28 Nopember 2007.
b. Tindak Pidana Ekonomi :
Anwar, Mochammad 1979. Hukum Pidana di Bidang Ekonomi. Bandung : Alumni
10
1986. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku I). Bandung : Alumni.
Fuady, Munir 1999. Hukum Perbankan Modern, Berdasarkan Undangundang Tahun 1998, Buku Kesatu, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Arief, Barda Nawawi1992. “Konsep Indonesia tentang Tindak Pidana di Bidang Perekonomian” dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief (ed.) Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
2002. “Kebijakan Sistem Pemidanaan Dalam Bidang Perbankan (Evaluasi Sistem Pemidanaan dalam Undang undang Perbankan dan Undangundang Bank Indoensia”, Makalah pada Colloquium Penyusunan Naskah Akademik dan RUU Perbankan, Diselenggarakan atas kerjasama FH UNDIP dengan Bank Indoensia, Semarang 27 Juni 2002.
Reksodiputro, Mardjono, 1993. ”Hukum Positif Mengenai Kejahatan Ekonomi dan Perkembangannya di Indonesia ” dalam Kumpulan Makalah tentang Kejahatan Ekonomi di Bidang Perbankan., Jakarta : Bank Indonesia
1997. Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku Kesatu, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.
c. Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika :
Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.
Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.
Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui Perundangundangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta
11
Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta
Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.
Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung
Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.
8. Persiapan Proses Perkuliahan.
Mahasiswa diwajibkan sudah memiliki Block Book Mata Kuliah
Kriminologi ini sebelum perkuliahan dimulai, serta mempersiapkan
materi sehingga proses perkuliahan dan tutorial dapat terlaksana
dengan lancar.
12
Pertemuan 1 : Perkuliahan 1 (Lectures)
Pengantar. a. Kekhususan Peraturan perundangundangan Tindak Pidana
Khusus.
b. Perkembangan Peraturan perundangundangan Tindak Pidana
Khusus.
c. Dasar Hukum serta keberlakuan Peraturan Perundangundangan
Tindak Pidana Khusus.
Bahan Bacaan :
Atmasasmita, Romli 2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.
Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.
Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.
Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.
Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika.
13
Pertemuan 2 : Tutorial 1
Discussion Task – Study Task:
Peraturan perundangundangan tindak pidana khusus, merupakan
peraturan perundangundangan yang mengatur tentang halhal yang
bersifat khusus di luar KUHP. Titik tolak kekhususan suatu peraturan
perundangundangan khusus dapat dilihat dari perbuatan yang diatur,
masalah subyek tindak pidana maupun pidana dan pemidanaannya.
Tugas :
v Identifikasi peraturan perundangundangan tindak pidana khusus,
selain UU No 7 Tahun 1955, UU No. 5 Tahun 1997, UU No. 22
Tahun 1997 dan UU No. 20 tahun 2001
v Identifikasi dan diskusikan penyimpanganpenyimpangan dalam
peraturan perundangundangan tindak pidana khusus tersebut
terhadap ketentuan umum Buku I KUHP
Bahan Bacaan :
Atmasasmita, Romli 2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.
Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.
Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.
Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika
Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan
14
serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
15
Pertemuan 3 : Perkuliahan 2 (Lectures)
Tindak Pidana Ekonomi. a. Latar belakang diundangkannya UU No. 7 tahun 1955 tentang
Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan TPE
b. Perubahan tindak pidana ekonomi sampai diundangkannya
UU No. 8/Prp/1962
c. Unsurunsur serta bentukbentuk Tindak Pidana Ekonomi
d. Sanksi dalam Tindak Pidana Ekonomi
e. Peradilan Tindak Pidana Ekonomi
1) Penyelesaian Di luar Acara (Schiking) dalam tindak pidana
penyelundupan.
2) Peradilan Tindak Pidana Ekonomi
Bahan Bacaan :
Anwar, Mochammad 1979. Hukum Pidana di Bidang Ekonomi. Bandung : Alumni
1986. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku I). Bandung : Alumni.
Fuady, Munir 1999. Hukum Perbankan Modern, Berdasarkan Undangundang Tahun 1998, Buku Kesatu, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Arief, Barda Nawawi1992. “Konsep Indonesia tentang Tindak Pidana di Bidang Perekonomian” dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief (ed.) Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
2002. “Kebijakan Sistem Pemidanaan Dalam Bidang Perbankan (Evaluasi Sistem Pemidanaan dalam Undang undang Perbankan dan Undangundang Bank Indoensia”, Makalah pada Colloquium Penyusunan Naskah Akademik dan RUU Perbankan, Diselenggarakan atas kerjasama FH UNDIP dengan Bank Indoensia, Semarang 27 Juni 2002.
16
Reksodiputro, Mardjono, 1993. ”Hukum Positif Mengenai Kejahatan Ekonomi dan Perkembangannya di Indonesia ” dalam Kumpulan Makalah tentang Kejahatan Ekonomi di Bidang Perbankan., Jakarta : Bank Indonesia
1997. Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku Kesatu, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.
17
Pertemuan 4 : Tutorial 2
Discussion Task – Study Task
Diundangkannya UU No 7 Drt Tahun 1955 tentang Pengusutan,
penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi tidak dapat dilepaskan
dengan kebijakan pemerintah saat itu yang menghendaki adanya
keseragaman dalam pemidanaan dalam kasuskasus tindak pidana
ekonomi. Setelah mengalami berbagai perubahan dan penambahan,
lingkup tindak pidana ekonomi, dapat digolongkan ke dalam tindak
pidana ekonomi dalam pengertian sempit dan pengertian luas. Kebijakan
untuk mengkriminalisasikan suatu perbuatan sebagai tindak pidana
ekonomi, berbeda dengan tindak pidana umum maupun dalam hal
pidana dan pemidanaannya. Tindak pidana ekonomi juga mengenal cara
penyelesaian di luar acara (schikking).
Tugas :
v Diskusikan tindak pidana ekonomi dalam pengertian sempit dan
luas ?
v Diskusikan tentang penyelesaian tindak pidana ekonomi di luar
acara, serta identifikasi dasar hukumnya !
Bahan Bacaan :
Anwar, Mochammad 1979. Hukum Pidana di Bidang Ekonomi. Bandung : Alumni
1986. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku I). Bandung : Alumni.
Fuady, Munir 1999. Hukum Perbankan Modern, Berdasarkan Undangundang Tahun 1998, Buku Kesatu, Bandung : Citra Aditya Bakti.
18
Arief, Barda Nawawi1992. “Konsep Indonesia tentang Tindak Pidana di Bidang Perekonomian” dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief (ed.) Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
2002. “Kebijakan Sistem Pemidanaan Dalam Bidang Perbankan (Evaluasi Sistem Pemidanaan dalam Undang undang Perbankan dan Undangundang Bank Indoensia”, Makalah pada Colloquium Penyusunan Naskah Akademik dan RUU Perbankan, Diselenggarakan atas kerjasama FH UNDIP dengan Bank Indoensia, Semarang 27 Juni 2002.
Reksodiputro, Mardjono, 1993. ”Hukum Positif Mengenai Kejahatan Ekonomi dan Perkembangannya di Indonesia ” dalam Kumpulan Makalah tentang Kejahatan Ekonomi di Bidang Perbankan., Jakarta : Bank Indonesia
1997. Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku Kesatu, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.
19
Pertemuan 5 : Perkuliahan 3 (Lectures)
Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika. a. Pengaturan Narkotika dan Psikotropika di Indonesia Pra
Kemerdekaan dan Perkembangan Konvensi Internasional tentang
Narkotika dan Psikotropika.
b. Peraturan Perundangundangan Narkotika dan Psikotropika
Pasca kemerdekaan (UU No. 9 Tahun 1976, UU No. 5 Tahun
1997 dan UU No. 22 Tahun 1997)
Bahan Bacaan :
Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.
Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.
Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui Perundangundangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta
Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta
Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.
Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung
Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.
20
Pertemuan 6 : Tutorial 3
Discussion Task – Study Task
Undangundang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Tahun 1976 Nomor 37 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
3086) mulai diberlakukan tanggal 26 Juli 1976. Materi muatan Undang
undang ini cakupannya lebih luas apabila dibandingkan dengan cakupan
materi muatan Verdovende Midellen Ordonantie. Diundangkannya
Undangundang No. 9 tahun 1976, tidak dapat dilepaskan dengan
perkembangan lalu lintas dan alatalat perhubungan serta pengangkutan
modern yang menyebabkan cepatnya penyebaran/pemasukan narkotika
ke Indonesia, di samping pula kemajuan di bidang pembuatan obat
obatan. ternyata tidak cukup memadai bila tetap memakai undang
undang tersebut. Verdovende Midellen Ordonantie hanya mengatur
tentang perdagangan dan penggunaan narkotika.
Tidak berbeda halnya dengan pengaturan narkotika, masalah
psikotropikapun sebenarnya telah mendapat pengaturan jauh sebelum
diberlakukannya Undangundang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, dengan dikeluarkannya Staatsblad 1949 Nomor 419
tanggal 22 Desember 1949 tentang Sterkwerkendegenees Middelen
Ordonantie atau Ordonansi Obat Keras. Jadi pertama kali psikotropika
tidak diatur tersendiri tetapi disatukan dengan bahan baku obat atau obat
jadi lainnya yang termasuk obat keras (Daftar G).
Sebelum dikeluarkannya Undangundang Nomor 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika, di era tahun 1985, tepatnya pada tanggal 2 April
1985 keluar Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21
3/Men.Kes/Per/IV/1 985 tentang Obat Keras Tertentu. Peraturan Menteri
Kesehatan tersebut mencabut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
983/A/SK/1971 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
21
10381/A/SK/1972. Dalam peraturan mengenai obat keras tertentu
tersebut, terdapat obatobat yang disebutkan dalam Lampiran I antara
lain Etisiklidina, Fenmentraszin, Lisergida (LSD) dan Psilosibin yang
dilarang untuk diimpor, diproduksi, didistribusikan, disimpan dan
dipergunakan. Sedangkan dalam Lampiran II terdapat antara lain
Phenobarbital dan Benzodiazepin serta turunannya yang didalam hal
mengimpor, memproduksi serta mendistribusikan diatur secara ketat,
diawasi serta harus dilaporkan. Kemudian pada tanggal 8 Februari 1993
dikeluarkan lagi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
124/Men.Kes/Per/II/1993 tentang Obat Keras Tertentu yang merupakan
perbaikan serta penambahan Peraturan Menteri Kesehatan RI terdahulu.
Dalam peraturan tersebut juga dilampiri Lampiran I dan II.
Tugas :
v Baca dengan baik kalimat di atas, kemudian diskusikan, tentang
kebijakan pemerintah Indonesia dalam masalah pengaturan
narkotika dan psikotropika. Hubungkan pula dengan
perkembangan konvensi internasional dalam memberantas
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.
Bahan Bacaan :
Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.
Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.
Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui
22
Perundangundangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta
Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta
Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.
Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung
Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.
23
Pertemuan 7 : Perkuliahan 4 (Lectures)
Kebijakan Kriminalisasi, Pidana dan Pemidanaan UU tentang
Narkotika dan Psikotropika.
a. Kebijakan kriminalisasi dalam UU No. 5 Tahun 1997 dan UU
No.22 Tahun 1997.
b. Masalah Kualifikasi Tindak Pidana
c. Masalah perumusan sanksi pidana
d. Masalah ancaman sanksi minimal
e. Masalah pembantuan, percobaan dan permufakatan jahat dalam
UU No. 5 Tahun 1997 dan UU No. 22 Tahun 1997
Bahan Bacaan :
Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.
Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.
Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui Perundangundangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta
Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta
Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.
Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung
25
Pertemuan 8 : Tutorial 4
Discussion Task – Study Task
Apabila dicermati, kebijakan kriminalisasi dari kedua Undangundang
tersebut di atas terfokus pada ”penyalahgunaan dan peredaran gelap”
narkotika dan psikotropika. Hal ini dapat dilihat dari rumusan pasal mulai
dari penanaman, produksi, penyaluran, lalu lintas, pengedaran sampai
ke pemakaiannya, termasuk pemakaian pribadi, tidak pada kekayaan
(“property/assets”) yang diperoleh dari tindak pidana “narkotika dan
psikotropika itu sendiri. Kebijakan kriminalisasi dalam kedua Undang
undang tersebut, apabila dibandingkan dengan apa yang diisyaratkan
konvensi PBB, sebenarnya masih ada kekurangannya. Khususnya untuk
narkotika, Konvensi PBB juga mengisyaratkan agar perbuatan
“mengubah atau mengalihkan/mentransfer kekayaan, yang diketahuinya
berasal dari tindak pidana narkotika atau berasal dan keikutsertaan
melakukan tindak pidana itu, untuk tujuan menyembunyikan asal usul
gelap dan kekayaan itu atau untuk tujuan membantu seseorang
menghindari akibatakibat hukum dari keterlibatannya melakukan tindak
pidana itu, dijadikan/ditetapkan sebagai suatu tindak pidana.
Tugas :
v Cermati kebijakan kriminalisasi dalam UU tentang narkotika dan
psikotropika kemudian bandingkan dengan konvensikonvensi
internasional tentang narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi oleh pemerintah Indonesia.
Bahan Bacaan :
Hamzah, Andi dan RM Surahman 1994. kejahatan Narkotika dan Psikotropika.
26
Jaffe, J.H. 1980, Drug Addiction And Drug Abuse in Goodman, L.S. & Gilman, A. (Ed), The Pharmacological Basic of Therapeutics, 5 th ed., Mc Milan Publ. Co. Inc., New York, 1975, dalam Jokosuyono, Bahaya Narkotika Dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius, Cet. I, Yogyakarta.
Kaligis, O.C. dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006. Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana melalui Perundangundangan dan Peradilan. O.C. Kaligis Associates: Jakarta
Marviana, Dian M (t.t.) Narkoba, PKBI, Jakarta
Suyono, Joko 1997. Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Yayasan Kanisius Yogyakarta.
Wijaya A.W 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung
Yanny L , Dwi 2000, Narkoba Pencegahan Dan Penanganannya, P.T. Gramedia.
27
Pertemuan 9 : Perkuliahan 5 (Lectures)
Tindak Pidana Korupsi.
a. Fase Pengaturan Pemberantasan Tindak Pidana korupsi di
Indonesia.
b. Kebijakan kriminalisasi tindak pidana korupsi dalam :
3) Peraturan Penguasa Militer Nomor. Prt / Perpu / 1957
tentang Pemberantasan Korupsi.
4) Peraturan Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat Nomor
Prt / Perpu / 013/1958.
5) Undangundang Nomor 24/Prp/1960 dan Keputusan
Presiden Nomor 228 Tahun 1967 tentang Tindak Pidana
Korupsi.
6) Undangundang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
7) Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
8) Undangundang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Bahan Bacaan :
Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.
2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.
Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.
28
Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.
Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.
Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
29
Pertemuan 10 : Tutorial 5
Discussion Task – Problem Task
a. Pada tahun 2006 telah dibangun proyek lapangan tembak yang berlokasi di Banjar Celuk, Desa Paksebali, Kec. Dawan, Kab. Klungkung yang dikerjakan oleh penyedia barang/jasa CV. GUNAKSA JAYA TEKNIK Direktur atas nama Ir. I NENGAH ARIYANTA dengan menggunakan dana APBD perubahan tahun 2006,dengan pagu sebesar Rp. 2.500.000.000, (Dua Milyar lima ratus juta rupiah) dengan nilai kontrak sebesar Rp 2.484.161.000, ( Dua Milyar empat ratus delapan puluh empat juta seratus enam puluh satu ribu rupiah) berdasarkan nilai Kontrak kerja dengan No kontrak
Nomor : 602.1/5036/DPUKCK (Pihak Pertama) Nomor : 189/GJTGNK/Kont./XI/2006 (Pihak kedua) Pejabat Pengguna anggaran adalah Kepala Dinas PU Kab. Klungkung yang saat itu dijabat oleh Ir. ANAK AGUNG NGURAH AGUNG, Dipl. HE. Msc.
b. Sistim yang digunakan dalam proyek pembangunan lapangan tembak yang berlokasi di Banjar Celuk, Desa Paksebali, Kec. Dawan, Kab. Klungkung adalah penunjukan langsung, sesuai dengan Keputusan Bupati Klungkung Nomor . 640/31/2006, tanggal 2 Nopember 2006.
c. Proyek pembangunan lapangan tembak di Dsn. Celuk Desa Paksebali Kec. Dawan Kab.Klungkung menggunakan Konsultan perencana / pengawas dari CV.HASTA REKA dengan Direktur I WAYAN YULIARSANA, ST, ditunjuk dengan sistim penunjukan langsung sesuai Surat Persetujuan Penetapan Penunjukan langsung oleh Kadis PU Klungkung Nomor : 602.1/4950/DPUKCK tanggal 9 Nopember 2006. (Pihak kedua) tanggal 15 Nopember 2006;
d. Setiap Berita acara Pemeriksaan fisik Pekerjaan dalam rangka pengajuan pembayaran termin atas proyek tersebut ditandatangani oleh : Ketua Pengelola Kegiatan/ Kasubdin Bidang Cipta Karya Dinas PU Kab. Klungkung atas nama I. G.L.A. SURATMA ST, Sekretaris kegiatan Penataan Kawasan dan Tata Bangunan Dinas PU Kab. Klungkung Ir. I KETUT SUARSANA, Direksi lapangan Dinas PU Kab. Klungkung IDA BAGUS MAHESNAWA ST. dan diketahui oleh
30
Kepala Dinas PU Kab. Kiunglung atas nama Ir. A.A NGURAH AGUNG DipLHE. MSC, dan juga ditandatangani oleh Konsultan Pengawas dan CV. HASTA REKA dengan Direktur atas nama I WAYAN YULIARSANA, ST dan kontraktor atas nama Ir. I NENGAH ARIYANTA.;
c. Dalam pekerjaan proyek tersebut telah selesai dikerjakan oleh Kontraktor dan dilakukan serah terima yaitu penyerahan pertama pada tanggal 29 mei 2007 berdasarkan berita acara serah terima pertama (PHO) Nomor : 602.1/821/DPUKCK tanggal 29 mei 2007 dan serah terima kedua tanggal 29 Nopember 2007 berdasarkan berita acara serah terima kedua Nomor: 602.1/3238/DPUKCK tanggal 29 Nopember 2007.;
d. Setelah dilakukan audit oleh BPKP Perwakilan Propinsi Bali ditemukan kekurangan Volume pekerjaaan (fisik) yang mengakibatkan kelebihan pembayaran yang merugikan keuangan Negara senilai Rp. 69.171.944,88. (enam puluh sembilan juta seratus tuju puluh satu ribu sembilan ratus empat puluh empat delapan puluh delapan perseratus) yang disebabkan ketidak cermatan pemeriksaan fisik Direksi/Pengawas lapangan dan pengelola Kegiatan pembangunan lapangan tembak;
Tugas : v Cermati kasus di atas, kemdian diskusikan, apakah dalam kasus
tersebut telah terjadi tindak pidana korupsi.
Bahan Bacaan :
Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.
2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.
Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.
Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.
31
Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.
Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
32
Pertemuan 11 : Perkuliahan 6 (Lectures)
Pidana dan Pemidanaan dan Peradilan Tindak Pidana
Korupsi. a. Sistem Pemidanaan dalam UU No 20 tahun 2001
b. Masalah pengembalian kerugian negara
c. Peradilan tindak pidana korupsi
d. Masalah pengembalian asset negara pasca ratifikasi Konvensi
Anti Korupsi 2003 (UNCAC 2003)
Bahan Bacaan :
Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.
2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.
Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.
Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.
Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.
Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan
33
serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
34
Pertemuan 12 : Tutorial 6
Discussion Task – Problem Task
Ratifikasi UNCAC 2003 oleh pemerintah Indonesia yang secara politis
menempatkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang
memiliki komitmen pemberantasan korupsi lewat kerjasama
internasional, diharap mampu memberikan dorongan terutama bagi
negara negara lain yang kurang kooperatif dalam pengembalian asset
hasil korupsi di Indonesia, di samping pula langkah Indonesia untuk
mencegah dan mengembalikan aset hasil korupsi dari negara lain akan
menjadi bagian dari agenda kerjasama internasional dalam upaya
pemberantasan korupsi secara global. Dijelaskan pula bahwa
pemberantasan korupsi sebenarnya bukanlah hanya dalam lingkup
penegakan hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu
proses peradilan pidana (criminal proceedings) sematamata, melainkan
juga dapat dilaksanakan lewat upaya keperdataan (civil proceeding).
Strategi pencegahan korupsi harus dilihat sebagai upaya strategis di
samping upaya pemberantasan (represif).
Tugas :
v Diskusikan, apakah instrument pendukung/peraturan perundang
undangan di Indonesia telah memadai dalam rangkaian usaha
pengembalian asset Negara yang diinvestasikan di sentrasentra
finansial negara maju.
v Diskusikan pula, kelebihan dan kelemahan upaya keperdataan
(civil proceeding) dalam pengembalian asset negara yang
dikorupsi.
35
Bahan Bacaan :
Atmasasmita, Romli 1995, Kapital Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju.
2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Cetakan I.
Chazawi, Adami 2003. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Banyumedia Publishing.
Hamzah, Andi 1984. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : Gramedia.
Klitgaard, Robert Membasmi Korupsi (Controlling Corruption) terjemahan oleh Hermoyo, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Koeswadji, Harmien Hadiati 1994. Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan Ketindak Pidana Korupsi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Marpaung, Leden 2001, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta : Bina Grafika.
Mulyadi, Lilik 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan Khusus Terhadap Proses Penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut UU No. 31 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika
Yunara, Edi 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Suwaryadi, 1999, Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pencegahannya, Jakarta : Sinar Grafika