Upload
buihanh
View
285
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI
(Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit)
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Seminar
Masalah-Masalah/Isu-Isu Lingkungan Diampu Oleh Bapak Drs. Mochamad
Rozikin M.AP
Kelompok 9:
Ahmad Hadi (135030101111132)
Reza Krisna Putra (135030107111101)
Rizki Adila Ramadhan (135030100111037)
Eka Prasetya Surya (135030100111113)
Kelas B
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRAS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB ILATAR BELAKANG
1.1 Latar BelakangLimbah berupakan benda (Padat, Cair, Gas, B3) yang tidak diperlukan
dan dibuang, limbah pada umumnya mengandung bahan pencemar dengan
konsentrasi bervariasi. Bila dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini
akan terakumulasi di alam sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem
Alam
Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidakseimbangan
ekosistem tidak dikelolah dengan baik. Pengelolahan limbah ini merupakan
upaya merencanakan melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
pendayagunaan limbah, serta pengendalian dampak yang ditimbulkannya
Upaya pengelolahan limbah tidak mudah dan memerlukan pengetahuan
tentang limbah ( Padat, Cair, Gas, B3) unsur-unsur yang terkandung serta
penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan selain itu perlu
keterampilan mengelolah limbah menjadi ekonomis dan mengurang jumlah
limbah yang terbuang ke alam.
Pelaksanaan kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan atau
pembangunan berkelanjutan (Suistanable Development) telah diatur dalam
Undang – Undang No 23 Tahun 1997 tentang pengeloaan Lingkungan Hidup.
Pembangunan merupakan upaya sadar mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya guna meningkatkan mutu kehipan rakyat dimana pelaksanaan
kegiatan pembangunan semakin meningkat dan menanggung resiko
pencemaran serta kerusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar
ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak karenanya (Amsyari,
1996).
Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan kegiatan usaha
yang secara ekonomi penting bagi negara dan secara sosial berperan besar bagi
lingkungan sekitarnya. Namun disisi lain kegiatan Perkebunan dan PKS
berpotensi mencemari lingkungan dan di perkirakan dapat menimbulkan dampak
penting terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi serta sosial, ekonomi
dan budaya.
Perkebunan Kelapa Sawit beserta pabrik pengelohannya merupakan
industry yang unik dimana pada industry ini sebenarnya dapat diterapkan konsep
Nir emisi. Dalam artian bahwa semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
kembali sehingga tidak ada limbah yang terbuang dan mencemari lingkungan.
Namun dalam pengembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti
dengan pembangunan pabrik juga dapat menimbulkan dampak negative
terhadap lingkungan yaitu berupa limbah cair, padat dan gas yang dikeluarkan
dari pabrik kelapa sawit yang apabila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan pencemaran lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Limbah industry ?2. Bagaiman limbah dari perkebunan dan pabrik kelapa sawit ?3. Bagaimana kebijakan mengenai limbah kelapa sawit ?
1.3 Tujuan1. Untuk mengetetahui apa yang di maksud Limbah Industry.
2. Untuk mengetahui limbah dari kelapa sawit.
3. Memahami kebijakan mengenai limbah kelapa sawit.
BAB II
Landasan Teori
2.1. Kebijakan Lingkungan
Kebijakan public adalah pemanfaatan yang strategis terhadap
sumberdaya – sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah – masalah
public atau pemerintah (Chandler dan Plano 1988). Bahkan Chandler dan Plano
juga beranggapan bahwa kebijakan public merupakan suatu bentuk intervensi
yang kontinum oleh pemerintah demi kepentingan orang – orang yang tidak
berdaya dalam masayrakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi
dalam pemerintah. Disini dapat dilihat bahwa kebijkan tidak semata dilihat dari
pemanfaatan strategis dari sumberdaya tetapi juga memiliki dimensi moral yang
sangat mendalam bahkan sangat menentukan (Donahue 2003). Kebijakan public
adalah segalah sesautu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka
melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda
(Dye 2011).
Analisi
skebijakanpadadasarnyamencakuptigahalutama,yaitubagaimanamerumuskanke
bijakan,implementasikebijakandanevaluasikebijakan(Dwijowijoto,2003).Setiapke
bijakandirumuskanuntuktujuantertentuyaitumengatursistemyangsedangberjalan
untukmencapaitujuan(visidanmisi)bersamayangtelahdisepakati.Dengandemikian
,analisiskebijakanadalahtindakanyangdiperlukanuntukdibuatnyasebuahkebijaka
n,baikkebijakanyangbarusamasekaliataukebijakanyangbarusebagaikonsekuensi
darikebijakanyangada.
Analisi
skebijakanmerupakansuatukeharusanbagiperumuskebijakan,namuntidakterlalud
itekankanpadaimplementasikebijakandanlingkungankebijakan.Padaimplementas
ikebijakandanlingkunganbiasanyadilakukanevaluasi.Namundemikian,evaluasike
bijakanmerupakanbagiandarianalisiskebijakanyanglebihberkenaandenganprose
durdanmanfaatdarikebijakan.Meskianalisakebijakanlebihfokuskepada
perumusan,pad
aprinsipnyasetiapanalisiskebijakanpastimencakupevaluasikebijakankarenaanalis
iskebijakanmenjangkausejakawalproseskebijakan,yaitumenemukanisukebijakan,
menganalisafaktor pendukungkebijakan,implementasinya,peluang
evaluasi,dankondisilingkungankebijakan.
Analisi
skebijakanpadadasarnyaadalahmenemukanlangkahstrategisuntukmempengaru
hisistem.Adaduapilihanskenarioyangdapatdilakukanuntukmempengaruhikinerjas
istemyaitu:
(1)kebijaka
nfungsional,skenariodengantindakanyangmempengaruhifungsidariunsursistemt
anpamerubahsistem;dan(2)kebijakanstruktural,skenariodengantindakanyangaka
nmenghasilkansistemyangberbeda(Aminullah,2004).
Tujuandarianalisiskebijaka
nadalahmenganalisisdanmencarialternatifkebijakanyangdapatdipakaisebagaida
sarpengambilankeputusanbagipenentukebijakan.Analisiskebijakanadalahilmuya
ngmenghasilkaninformasiyangrelevandengankebijakanpublik.Produkanalisiskebi
jakanadalahnasehatsehinggaseoranganaliskebijakanhanyalahpenasehatkebijak
anbukanpenentukebijakan.Olehkarenaituseoranganaliskebijakanmemerlukanhal
-halsebagaiberikut.
1. Harustahubagaimanamengumpulkan,mengorganisasidanmengko
munikasikaninformasidalamsituasidimanaterdapatketerbatasanwak
tudanakses.
2. Membutuhkanperspektif(pandangan)untukmelihatmasalah-
masalahsosialyangdihadapidalamkonteksnya.
3. Membutuhkankemampuantekni
kagardapatmemprediksikebijakanyangdiperlukandimasayangakan
datangdanmengevaluasialternatifkebijakandenganlebihbaik.
4. Harusmengert
iinstitusidanimplementasidarimasalahyangdiamatiuntukdapatmera
malkanakibatdarikebijakanyangdipilih,sehinggadapatmenyusunfakt
adanargumentasisecaralebihefektif.
Muhammadi et al. (2001) menyatakanbahwa analisis kebijakan adalah
pekerjaa
nintelektualmemilahdanmengelompokkanupayaatauuntukmemperolehpengetah
uantentangcara-
car
ayangstrategisdalammempengaruhisistemmencapaitujuanyangdiinginkan.Dala
msistemdinamisuntukmenyederhanakansistemdalamanalisiskebijakandigunaka
nsimulasimodel.Adaduatahapsimulasimodeluntukanalisiskebijakanyaitu:(1)
pengembangan kebijakan alternatif,yaitu suatu proses
berpikirkreatifuntukmenciptakanide-
id
ebarutentangtindakanyangdiperlukandalamrangkamempengaruhisistemuntukm
encapaitujuan,baikdengancaramerubahmodelmaupuntanpa merubah model;
dan (2) analisis kebijakan alternatif, suatuupaya untuk
menentukanalternatifkebijakanyangterbaikdenganmempertimbangka
nperubahansistemsertaperubahanlingkungankedepan.
2.2 Produksi BersihPembangunan berkelanjutan dapat dipromosikan melalui rancangan
kebijakan yang mendorong pada pengembangan, penyebaran dan perpindahan
teknologi yang sesuai dengan tujuan meningkatkan efisiensi energi, air dan
bahan baku, serta meminimalisasi terbentuknya limbah dan terlepasnya
kontaminan ke media lingkungan dalam rangka menghasilkan produk dan jasa
ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu strategi
merealisasikan pembangunan berkelanjutan adalah melalui pengembangan dan
menerapkan prinsip-prinsip Produksi Bersih.
Produksi bersih didefinisikan sebagai strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada
setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi,
produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya,
sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan
manusia serta kerusakan lingkungan (KLH, 2003). Produksi bersih merupakan
suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang
perlu diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup
produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan
(Alamsyah, 2000).
Definisi produksi bersih (cleaner production) seperti yang diadopsi oleh
UNEP adalah aplikasi terus-menerus strategi terintegrasi perlindungan
lingkungan pada proses, produk, dan jasa-jasa untuk meningkatkan efisiensi
keseluruhan, dan mengurangi resiko pada manusia dan lingkungan. Produksi
bersih dapat diaplikasikan pada proses yang digunakan dalam setiap industri,
untuk memproduksi, dan pada macam-macam jasa yang disediakan dalam
masyarakat.
Produksi bersih berfokus pada strategi untuk secara terus-menerus
mengurangi polusi dan dampak lingkungan melalui pengurangan di sumbernya
yaitu menghilangkan limbah dalam proses. Bagi proses produksi, produksi bersih
dihasilkan dari satu atau kombinasi mengkonservasi material mentah, air, energi,
menghilangkan material mentah beracun dan berbahaya; dan mengurangi
jumlah dan toksisitas semua emisi dan limbah di sumbernya selama proses
produksi. Bagi produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak
lingkungan, kesehatan, dan keselamatan produk selama keseluruhan siklus
hidupnya, dari ekstraksi material mentah, melalui pembuatan, penggunaan,
sampai pembuangan akhir dari produk. Bagi jasa, produksi bersih
mengimplikasikan penggabungan perhatian lingkungan kedalam disain dan
pengiriman jasa.
Produksi bersih mengacu pada mentalitas seberapa baik barang-barang
dan jasa diproduksi dengan dampak lingkungan minimum di bawah batasan
teknologis dan ekonomis sekarang. Produksi bersih tidak menghalangi
pertumbuhan, hanya menekankan bahwa pertumbuhan harus berkelanjutan
secara ekologis. Produksi bersih sebaiknya tidak dianggap hanya sebagai
strategi lingkungan, karena juga berhubungan dengan pertimbangan ekonomis.
Dalam konteks ini, limbah dianggap sebagai ‘produk’ dengan nilai ekonomi
negatif. Setiap aksi untuk m engurangi konsumsi material mentah dan energi,
dan mencegah atau mengurangi pembangkitan limbah, dapat meningkatkan
produktivitas dan membawa manfaat keuangan pada perusahaan.
Produksi bersih adalah strategi ‘win-win’, yaitu dengan tetap melindungi
lingkungan, konsumen, dan pekerja sementara juga memperbaiki efisiensi
industri, profitabilitas, dan daya kompetitif. Perbedaan kunci antara kontrol polusi
dan produksi bersih adalah dari segi waktu. Kontrol polusi terjadi setelah
peristiwa (after-the-event), pendekatan reaktif dan mengolah. Produksi bersih
adalah filosofi antisipasi dan pencegahan dengan melihat ke depan.
Diperkenalkan oleh UNEP tahun 1989, produksi bersih adalah aplikasi
berkelanjutan dari strategi lingkungan preventif terintegrasi yang diaplikasikan
pada proses, produk, dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi dan mengurangi
resiko bagi manusia dan lingkungan (WBCSD, 1996). Segala upaya yang dapat
mengurangi jumlah bahan berbahaya, polutan, atau kontaminan yang terbuang
melalui saluran pembuangan limbah atau terlepas ke lingkungan (termasuk
emisi-emisi yang cepat menguap di udara) sebelum didaur ulang, doilah, atau
dibuang.
Produksi adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus-menerus pada proses
produksi dan daur hidup dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap
manusia dan lingkungan (Bappedal, 1996). Thorpe (1999) menyatakan bahwa
produksi bersih adalah suatu konsep holistik bagaimana suatu produk dirancang
dan dikonsumsi secara benar tanpa mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Tujuan utama produksi bersih ini adalah implementasi perubahan dalam
disain produk, proses manufakturing, dan teknik-teknik manajemen untuk
meningkatkan efisiensi, mencegah polusi dan mengurangi limbah (Dames and
Moore, 1998:1). Berdasarkan pada definisi dan tujuan objektif mereka,
perbedaan antara eko-efisiensi dan produksi bersih adalah eko-efisiensi bermula
dari isu-isu efisiensi ekonomi yang mempunyai manfaat positif pada lingkungan,
sementara produksi bersih bermula dari isu- isu efisiensi lingkungan yang
mempunyai manfaat ekonomi positif (WBCSD, 1996).
Keuntungan implementasi produksi bersih antara lain (Environment Australia
2000): (1) mengurangi biaya-biaya produksi melalui peningkatan efisiensi,
penurunan limbah dari input material, (2) Meningkatkan produktivitas dan
memperbaiki produk; (3) Mengurangi konsumsi energi; (4) Mengembalikan nilai
produk sekunder (by-product); dan (5) Meminimalkan masalah pembuangan
limbah termasuk biaya pengolahan limbah. Potensi kerugian dalam implementasi
produksi bersih antara lain kesulitan dalam merubah sistem dan teknologi yang
ada. Perubahan dalam sistem dan teknologi akan memerlukan investasi yang
relatif besar, tingkatan sumber daya manusia yang baik, dan dukungan investor
(OECD, 1995).
Produksi bersih diperkenalkan oleh BAPEDAL pada tahun 1993. Sejak
saat itu produksi bersih terus dikembangkan dan disebarluaskan ke seluruh
sektor terkait di Indonesia. Pada tahun 1995 Pemerintah Indonesia
mencanangkan Komitmen Nasional Penerapan Produksi Bersih. Produksi bersih
bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan
pencemar lingkungan di seluruh tahapan produksi. Di samping itu, produksi
bersih juga melibatkan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
bahan baku, bahan penunjang dan energi di seluruh tahapan produksi.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2004), prinsip-prinsip pokok
dalam strategi produksi bersih dituangkan dalam 5R (re-think, re - use, reduction,
recovery and recycle) adalah :
Re-think adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat
awal kegiatan akan beroperasi. Implikasi dari re-think adalah: perubahan
dalam pola produksi dan konsumsi yang berlaku baik pada proses
maupun produk yang dihasilkan sehingga perlu dipahami secara benar
analisis daur hidup produk. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil
tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari
semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia
usaha.
Reuse atau penggunaan kembali adalah teknologi yang memungkinkan
suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakuan fisika,
kimia, dan biologi. Implikasi dari re-use adalah penggunaan kembali un-
treated water, pemakaian kemasan bahan kimia untuk bahan kimia
sejenis.
Reduction atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi
yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal
produksi. Implikasi dari reduction adalah mengurangi dan meminimalisasi
penggunaan bahan baku, air dan energi serta menghindari pemakaian
bahan baku berbahaya dan beracun serta mereduksi terbentuknya limbah
pada sumbernya, sehingga mencegah dari atau mengurangi timbulnya
masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta resikonya
terhadap manusia.
Recovery adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan atau energi
dari suatu limbah untuk kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi
dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia, dan biologi. Implikasi recovery
adalah : Me-recover krom pada limbah padat dari industri kulit, me-
recover timah hitam dari limbah aki bekas dan lain- lain.
Recycling atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk
memanfaatkan limbah dengan memproses kembali ke proses semula
yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika, kimia, dan biologi. Implikasi
recycling adalah: daur ulang limbah plastik menjadi bijih plastik, daur
ulang air proses, energi dan lain-lain.
Prinsip-prinsip tersebut lebih diarahkan pada pengaturan diri sendiri (self
regulation) daripada pengaturan secara commond and control. Jadi pelaksanaan
program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah
saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk mengubah sikap dan
perilaku seluruh stakeholder. Keuntungan penerapan produksi bersih adalah:
mengurangi terbentuknya pencemar, mencegah berpindahnya pencemar dari
suatu media ke media lain, mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan, memberikan peluang untuk mencapai sistem manajemen
lingkungan, mengurangi biaya pentaatan hukum, menghindari biaya
pembersihan lingkungan, dan memberi keunggulan daya saing di pasar
internasional (Noor, 2006). Produksi bersih dilakukan dengan cara
mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Penerapan produksi bersih dapat:
1. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi
bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya yaitu
mencegah terbentuknya limbah secara dini, yang dapat mengurangi biaya
investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya
perbaikan lingkungan.
2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui
pengurangan limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan yang
aman.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang melalui penerapan proses produksi dan penggunaan bahan baku
dan energi yang lebih efisien (konservasi sumberdaya, bahan baku dan
energi).
4. Mendukung prinsip environmental equity dalam rangka pembangunan
berkelanjutan.
5. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan
memanfaatkan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah di
dalam proses.
6. Memelihara ekosistem lingkungan.
7. Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.
Strategi produksi bersih mempunyai arti yang luas karena didalamnya
termasuk upaya pencegahan pencemaran melalui pilihan jenis proses yang
ramah lingkungan, minimalisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih.
Dengan adanya perkembangan dan perubahan cara pandang dalam
pengelolaan limbah, konsep produksi bersih menjadi pilihan kebijaksanaan
pemerintah untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
2.3 Pengertian Limbah Industri
Kegiatan manusia hampir semuanya menghasilkan barang sisa. Barang
sisaitu pun bisa berupa zat padat, cair ataupun gas. Jika tidak terjadi pengolahan
yangbersih dan sehat serta sesuai cara yang tepat maka zat sisa tersebut dapat
berdampakburuk bagi semua aspek, misalnya kesehatan tubuh, kesehatan
lingkungan dan jugakelestarian alam. Dalam pengendalian zat sisa yang
kemudian disebut sampah danlimbah maka pemerintah mengaturnya dalam
undang – undang dan peraturan.
Limbah dapat mencemari lingkungan dalam kondisi tertentu. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran maka dibutuhkan tindakan khusus dalam
mengatur danmengolah limbah yang dihasilkan baik berupa zat padat, cair
ataupun gas.
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi.Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah , yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya.
Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya).Bahan ini
dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi
mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Bahan
beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai keperluan
rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan,
diangkut dan lain-lain.Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk
pembersih deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna,
bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila
ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik.Terdapat lima juta jenis bahan kimia telah dikenal dan di antaranya
60.000 jenis sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap
tahun diperdagangkan.
Pengertian lain mengenai limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan
dan/atau proses produksi,termasuk di sini limbah B3 (bahan berbahaya dan
beracun). Menurut PeraturanPemerintah no 18 tahun 1999 tentang pengolahan
limbah berbahaya dalam pasal 1menyebutkan “Limbah bahan berbahaya dan
beracun, disingkat limbah B3, adalahsisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan/atauberacun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secaralangsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkanlingkungan hidup, dan/atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain”. (PP no 18 tahun 1999).
Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat
digolongkandalam 2 golongan yaitu :
1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses
lebihlanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari
pabrik gulayaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol,
ampas tebunya dapatdijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik
kertas. Limbah pabrik tahu masihbanyak mengandung protein dapat
dimanfaatkan sebagai media untukpertumbuhan mikroba misalnya untuk
produksi Protein Sel Tunggal/PST atauuntuk alga, misalnya Chlorella sp.
2. Limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai
tambahwalaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk
mempermudahsistem pembuangan. Contohnya: limbah pabrik tekstil
yang biasanya terutamaberupa zat-zat pewarna
Dalam peraturan pemerintah yang sama pun menyebutkan setiap badan
usahayang menghasilkan limbah cair, padat dan gas pun wajib pengolahan
untukmereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan
langsung kelingkungan alam bebas . Banyak hal yang perlu dipertimbangkan
untuk melakukanpengolahan, terutama dapat menimbulkan ketidakstabilan
lingkungan ekosistem danbisa memperngaruhi kesehatan lingkungan.
Di dalam PP no 20 tahun 1990 menjelaskan bahwa pengendalian
lingkunganakan diatur oleh pemerintah setempat dalam hal ini kekuasaan
tertinggi yaitu Gubernur, pemerintah setempat harus tegas bagi mereka pelaku
usaha yangmenghasilkan limbah untuk melakukan proses pengolahan terlebih
dahulu.
Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan
air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung
air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam
proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk
pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut.Air ditambah bahan kimia tertentu .
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah
juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak
mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan
bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa
berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu
lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah
secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.
Polusi udara sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau
dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-
asap sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui
keadaan dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor.
Polusi juga dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung
virus-virus penyakit yang dapat membahayakan kesehatan kita. Banyak warga
yang mengeluh akibat adanya polusi, sampai sekarangpun belum ada cara yang
ampuh untuk menangani polusi ,karena semakin hari semakin banyak orang
yang mengendarai kendaraan berotor sehingga makbanyak pula asap-asap yang
dihasilkan dan hal itu akan menyebabkan polusi udara.
Limbah Organik
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari
kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah
diuraikan melalui proses yang alami.Limbah pertanian berupa sisa tumpahan
atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida,
begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat
kimia yang setabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar
sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang
hidup didalamnya. Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan
seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak
goreng bekasdan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun
yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut
tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air
cucian.
Limbah anorganik
Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah
anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak
dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan
anorganik, zat-zat tersebut :
Garam anorganik seperti magnesium sulfat ,magnesium klorida yang
berasal dari kegiatan pertambangan dan industri. Asam anorganik seperti asam
sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil.
Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol
plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.
Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Limbah Pabrik
Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena
limbah ini mempunyai kadar gasyang beracun, pada umumnya limbah ini
dibuang di sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak
jarang warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-
hari, misalnya MCK(Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang
dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh
masyarakat.
2. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol,
bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton.
Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan
aki.
3. Limbah Industri
Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau
perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya
asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan
maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup
pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk
juga manusia.
2.3 Pengelolaan limbah
Dalam memproses pengolahan limbah padat terdapat empat proses yaitu
pemisahan, penyusunan ukuran, pengomposan, dan pembuangan limbah.
1. Pemisahan
Karena limbah padat terdiri dari ukuran yang berbedan dan kandungan
bahan yang berbeda juga maka harus dipisahkan terlebih dahulu, supaya
peralatan pengolahan menjadi awet. Sistem pemisahan ada tiga yaitu
diantaranya :
Sistem Balistik. Adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan
keseragaman ukuran / berat / volume.
Sistem Gravitasi. Adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat
misalnya Syarat barang yang ringan / terapung dan barang yang berat /
tenggelam.
Sistem Magnetis. Adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet
yang bersifat magnet, akan langsung menempel. Misalnya untuk
memisahkan campuran logam dan non logam.
2. Penyusunan Ukuran
Penyusunan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil
agar pengolahannya menjadi mudah.
3. Pengomposan
Pengomposan dilakukan terhadap buangan / limbah yang mudah
membusuk, sampah kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada
lumpur pabrik. Supaya hasil pengomposan baik, limbah padat harus dipisahkan
dan disamakan ukurannya atau volumenya.
4. Pembuangan Limbah
Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah
yang dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pembuangan Di Laut
Pembuangan limbah padat di laut, tidak boleh dilakukan pada
sembarang tempat dan perlu diketahui bahwa tidak semua limbah padat
dapat dibuang ke laut. Hal ini disebabkan :
- Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan.
- Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu lintas kapal.
- Laut menjadi dangkal.
- Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan
berbahaya dapat membunuh biota laut.
b. Pembuangan Di Darat Atau Tanah
Untuk pembuangan di darat perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus
dipertimbangkan sebagai berikut :
- Pengaruh iklim, temperatur dan angin.
- Struktur tanah.
- Jaraknya jauh dengan permukiman.
- Pengaruh terhadat sumber lain, perkebunan, perikanan,
peternakan, flora atau fauna. Pilih lokasi yang benar-benar tidak
ekonomis lagi untuk kepentingan apapun.
Pengelolaan Limbah Cair
`Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Pengelolaan air limbah
dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan
air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi
sedangkan pengolahan air dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada
Instalasi PengolahanAir Limbah/ IPAL (Waste Water Treatment Plant / WWTP).
Dalam pengolahan air limbah bertujuan untuk mencegah pencemaran
pada sumber air rumah tangga, melindungi hewan dan tanaman yang hidup
didalam air, menghindari pencemaran tanah permukaa dan menghilangkan
tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit. Sedangkan syarat Sistem
Pengelolaan Air Limbah adalah Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap
sumber-sumber air minum,tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan,
tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam
penggunaannya sehari-hari, tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang
mengakibatkan penyakit, tidak terbuka dan harus tertutup, tidak menimbulkan
bau atau aroma tidak sedap.
Metode Pengelolaan Air Limbah.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah air
limbah,diantaranya:
a) Pengenceran (disposal by dilution).
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami
pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami.
Namun, cara semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri
pathogen, larva dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada didalam air
limbah itu. Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan
berikut harus dipenuhi: Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk
keperluan lain.
Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari
30-40 kali3. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus
mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimmbulkan bau.
b) Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk
pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangan
mudah meresap kedalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air.
Apabila ceespool sudah penuh (±60bulan), lumpur didalamnya dapat dihisap
keluar atau dari semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang
satu penuh, air akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan
sumur air bersih adalah 45 meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.
c) Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang
telah mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy atau
septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam
tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan diameter 1-
2,5 meter dan kedalaman 2,5 meter. Lama pemakaian dapat mencapai 6-10
tahun.
d) Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah
air limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic
tank memiliki 4 bagian, antara lain:
Pengelolaan Limbah Gas
Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas
atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan
dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan
materi partikulat yang terbawah bersamanya.
1) Mengontrol Emisi Gas Buang
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida,
dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas
sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar
dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi
partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi
partikulat.
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon
monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat
dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter)
untuk menyempurnakan pembakaran.
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat
dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber
bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang
merupakan polutan.
2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
a) Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih
yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus
secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan
abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan
yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat
asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya
b) Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu
yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.
Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari
udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung
siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah
antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut
diendapkan.
c) Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip
kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja
pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan
kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap
debu yang dinamakan.
d) Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor
yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara
kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang
kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu
terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan
jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi).
Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.
e) Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang
kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya
adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat
dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung
silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada
sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi
muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan
menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini
menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara
menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-
masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion
negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada
di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Lingkungan Hidup Nasional
Pelaksanaan kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan atau
pembangunan berkelanjutan (Suistanable Development) telah diatur dalam
Undang – Undang No 23 Tahun 1997 tentang pengeloaan Lingkungan Hidup.
Pembangunan merupakan upaya sadar mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya guna meningkatkan mutu kehipan rakyat dimana pelaksanaan
kegiatan pembangunan semakin meningkat dan menanggung resiko
pencemaran serta kerusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar
ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak karenanya (Amsyari,
1996).
Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan kegiatan usaha
yang secara ekonomi penting bagi negara dan secara sosial berperan besar bagi
lingkungan sekitarnya. Namun disisi lain kegiatan Perkebunan dan PKS
berpotensi mencemari lingkungan dan di perkirakan dapat menimbulkan dampak
penting terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi serta sosial, ekonomi
dan budaya.
Perkebunan Kelapa Sawit beserta pabrik pengelohannya merupakan
industry yang unik dimana pada industry ini sebenarnya dapat diterapkan konsep
Nir emisi. Dalam artian bahwa semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
kembali sehingga tidak ada limbah yang terbuang dan mencemari lingkungan.
Namun dalam pengembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti
dengan pembangunan pabrik juga dapat menimbulkan dampak negative
terhadap lingkungan yaitu berupa limbah cair, padat dan gas yang dikeluarkan
dari pabrik kelapa sawit yang apabila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Uraian tersebut di atas semakin menjelaskan betapa eratnya hubungan antara
hukum lingkungan dengan kebijaksanaan lingkungan dalam pelaksanaan
pengelolaan lingkungan dengan mendasrakn kepada prinsip-prinsip hukum
lingkungan
Sepertidiketahuibahwahukumlingkunga
nmenyangkutberbagaiaspekataumateridarihukumadministrasi,perdata,pidana,per
pajakan,internasionaldantataruang.Haltersebutdapatdilihatdalampengembangand
anpembangunanlingkunganhidupantaralainmenyangkutperizinan,tuntutangantiker
ugianakibatkerusakanlingkungan,sengketatanahakibatperbuatanpidana,pengena
antarifataubeadalampengelolaan ruang dan peruntukan tanah negara untuk
kepetingan penyelengaraan pemerintah. Banyaknya masalah-masalah lingkungan
sangat membutuhkan berbagai pendekatan disiplin ilmu dan teknologi.
Melihat sejarah pembentukan undang-undang Lingkungan Hidup dalam
Repelita III, bab 7 tentang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dimana
pemerintah berkewajiban untuk menyusun undang-undang yang memuat ketentuan-
ketentuan pokok tentang masalah lingkungan yang mengatur:
a. Pemukiman manusia dan lingkungan hidup
b. Pengelolaan sumber daya alam
c. Pencemaran lingkungan
d. Yuridiksi departemen-departemen di bidang lingkungan
Hal inilah yang melatarbelakangi diterbitkannya Undang-Undang
Lingkungan hidup atau biasa disebut dengan UULH Nomor 4 Tahun 1982.
Undang-undang yang memuat azas serta prinsip-prinsip pokok tentang
perlindungan dan pengembangan lingkungan hidup ini beserta sanksi-sanksinya
akan merupakan dasar bagi semua peraturan perundang-undangan lainnya yang
diciptakan secara sektoral termasuk peraturan pelaksanaannya dan tata cara
pelembagaan, wewenang serta tanggung jawabnya. Saat ini Indonesia telah
mamasuki tahap industrilisasi yang merupakan tahapan pelaksanaan
pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
rakyat dan untuk meletakkan landasan untuk pembangunan selanjutnya.
3.2 Permasalahan Limbah Kelapa Sawit
Kelapa Sawit merupakan komoditas perkebunan yang telah diusahakan
di Indonesia secara tahun 1911. Komoditas ini mempunyai peran yang cukup
besar dalam perekenomian nasional maupun daerah (Damoko,2002)
Pada tahun 2014, luas total areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mencapai 10,9 juta hektar. Provinsi Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan
Tengah adalah Provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang paling luas.
Seiring dengan perkembangan areal kelapa sawit di Indonesia yang meningkat
dengan pesat pada decade terakhir ini, maka jumlah Pabrik Kelapa Sawit juga
akan bertambah secara nyata. Tahun 2014 jumlah PKS sudah mencapai 608
unit dengan riau yang memiliki 140 Pabrik.
Aktifitas proses produksi atau pengelolaan pada PKS selain
menghasilkan CPO juga menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan dampak
negative terhadap lingkungan baik ke air maupun udara. Oleh sebab itu
pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang No 23 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup serta Peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan
ini seperti : PP No 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendlian Pencemaran Air dan Kep. Men LH/28/2003 tentang Pedoman teknis
Pengkajian Pemanfaatan Air limbah dari industry Minyak Sawit pada tanah di
perkebunan sawit.
Dampak positif dari perkembangan sektor agroindustri umumnya dan
perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negatif terhadap
lingkungan akibat dihasilkan limbah cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan
pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan
dampak negatif dari kegiatan perkebunan kelapa sawit dan PKS perlu dilakukan
sekaligus meningkatkan dampak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup
dengan mengandalkan peraturan perundang - undangan saja, tetapi juga
didukung oleh pengaturan sendiri secara sukarela dan pendekatan instrumen-
instrumen ekonomi. Pengaturan seperti ini dikenal sebagai mixed policy tools
(Alamsyah, 2000).
Tidak adanya keterpaduan dalam realisasi konservasi lingkungan
menyebabkan Sungai Siak mengalami pencemaran limbah buangan industri
yang berada di sepanjang bantaran sungai. Aktivitas di bantaran sungai yang
telah mengalirkan limbah cair, padat dan jenis limbah beracun lainnya ke
perairan Siak antara lain industri karet, kertas, penggergajian kayu, perkebunan,
pertanian, perkampungan, lalu lintas perkapalan, pelabuhan dan masih banyak
lagi. Keadaan ini disebabkan pemerintah daerah tingkat II yang dilewati sungai ini
menerapkan kebijakan yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan masing-
masing. Apalagi di sepanjang bantaran sungai terdapat berbagai industri yang
memiliki perizinan dari pemerintah pusat melalui berbagai
departemen/kementerian. Fakta ini cukup menyulitkan pengaturan oleh
pemerintah provinsi Riau. Konsep yang ideal untuk mengatasi hal ini adalah “one
river one plan” yaitu konsep konservasi satu sungai satu rencana pengelolaan,
namun hal tersebut memerlukan pemahaman dari masing-masing pihak yang
terkait dengan eksploitasi maupun pelestarian Sungai Siak serta mampu
mengoptimalkan perannya tersebut.
Kementerian Lingkungan Hidup telah mengumumkan peringkat kinerja
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hasil penilaian KLH sepanjang tahun
2003. Kriteria penilaian mencakup penilaian pengendalian pencemaran air,
udara, pengelolaan limbah B3, penerapan analisis mengenai dampak lingkungan
(amdal), pelaksanaan produksi bersih, manajemen lingkungan dan hubungan
masyarakat serta pengembangannya. Berdasarkan laporan tersebut, jenis usaha
yang masuk kategori hitam (perusahaan belum mengendalikan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidupnya secara berarti) meliputi industri tekstil, penyedap
rasa, kertas, pertambangan, kelapa sawit, kayu lapis dan pabrik gula.
Daftar perusahaan industri kelapa sawit yang termasuk peringkat hitam
PROPER tahun 2003-2004
No Nama perusahaan Lokasi1 PT. Perdana Inti Sawit Rokan Hulu, Riau2. PT. Torganda Rokan Hulu, Riau
3. PT. Sari Aditya Loka I Merangin Jambi4. PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Handil, Jambi5. PTPN VI PKS Pinang Tinggi Muara Jambi, Jambi
Salah satu ketimpangan yang terjadi dalam industri kelapa sawit adalah
tidak proporsionalnya perbandingan luas perkebunan sawit rakyat dengan
perkebunan besar nasional dan swasta. Ketimpangan ini semakin besar dengan
perbedaan perlakuan oleh pemerintah. Perusahaan asing yang menguasai
perkebunan kelapa sawit besar dilindungi dan diadministrasikan oleh pemerintah,
sedangkan perkebunan sawit rakyat yang luasnya tidak seberapa kurang
mendapatkan perlindungan atau pembinaan.
3.3 Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit
Kenyataan menunjukan bahwa sejak masalah lingkungan hidup mulai
diperhatikan di Indonesia, maka berbagai macam program yang berkaitan
dengan lingkungan tidak mencapai sasaran secara optimal. Hal ini disebabkan
pendekatannya yang bersifat pemaksaan melalui berbagai peraturan perundang-
undangan dengan ancaman sanksi. Belajar dari hal tersebut, dewasa ini telah
terjadi perkembangan pemikiran di mana limbah yang dulunya dikategorikan
sebagai produk samping yang menimbulkan masalah dan selayaknya harus
ditanggulangi (end of pipe), saat ini dianggap sebagai indikator tidak efisiennya
proses produksi. Pemikiran inilah yang mendorong perubahan strategi
penanganan limbah.
Pada awalnya strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada
pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Akibat
terbatasnya daya dukung lingkungan alamiah untuk menetralisir pencemaran
yang semakin meningkat, upaya mengatasi masalah pencemaran berkembang
ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk (end of pipe treatment).
Pendekatan ini terfokus pada pengolahan dan pembuangan limbah untuk
mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Namun pada kenyataannya
pencemaran dan kerusakan lingkungan tetap terjadi dan cenderung terus
berlanjut.
Limbah pabrik kelapa sawit terdiri atas limbah padat berupa tandan
kosong, ampas press dan cangkang; serta limbah cair. Limbah tersebut
merupakan produk samping dari produk utama berupa crude palm oil (CPO) dan
kernel. Pada saat proses pabrikasi untuk menghasilkan produk utama tersebut
dibutuhkan bahan baku berupa tandan buah segar (TBS) dan air. Secara
skematis proses pengolahan kelapa sawit
sampaimenghasilkanproduksampingberupalimbahpadatdancairdapatdilihatpada
gambar di bawah ini.
Limbah pabrik kelapa sawit yang lain yaitu tandan kosong sawit (TKS)
yang dihasilkan dari 23% tandan buah segar (TBS) yang diolah dan serat
mesokarp yang juga berasal dari olahan TBS sebanyak 13%. Serat mesokarp ini
dapat digunakan sebagai bahan bakar di pabrik kelapa sawit, namun perlakuan
itu tidak bisa diaplikasikan pada tandan kosong sawit. Pembakaran tandan
kosong sawit tidak diijinkan karena menyebabkan polusi udara. Pada ekologi
produksi kelapa sawit, penggunaan kembali tandan kosong sawit dan serat
mesokarp sebagai pupuk, baik langsung pada tanaman di perkebunan ataupun
tidak langsung pada nursery, merupakan salah satu cara pemanfaatan.
Limbah cair dari PKS dapat menimbulkan dampak negatif kepada
lingkungan di sekitar pabrik. Dampak tersebut akan terjadi di lingkungan air
(sungai tempat pembuangan limbah cair) dalam bentuk: (1) kerusakan jenis
algae bloom/eutrophication dalam bentuk penurunan kadar oksigen dan
peningkatan toksin (sebagian alga beracun),kematian organisme air dan makhluk
hidup yang mengkonsumsi air tercemar seperti hewan darat dan bahkan
manusia, (3) bau busuk, (4) timbulnya penyakit, dan (5) pendangkalan perairan.
Pada lingkungan darat, limbah cair PKS dapat menyebabkan gangguan dan
kerusakan tanah, terutama untuk limbah yang mengandung minyak,
pencemaran air tanah, dan bau busuk.
3.4 Kebijakan Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit
Pada awalnya pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan
kapasitas daya dukung akibat terbatasnya daya dukung alamiah untuk
menetralisir pencemaran yang semakin meningkat. Upaya dalam mengatasi
masalah pencemaran berubah pendekatan pengolahan limbah yang terbentuk
(end of pipe treatment). Namun kenyataannya tidak memecahkan permasalahan
yang ada. Dalam prakteknya pendekatan pengolahan limbah mengalami
berbagai kendala yaitu: rendahnya pentaatan dan penegakan hukum, lemahnya
perangkat peraturan yang tersedia, rendahnya tingkat kesadaran, sifatnya reaktif
atau bereaksi setelah limbah itu terbentuk, memerlukan biaya investasi, operasi
serta pemeliharaan relatif tinggi. Hal tersebut menjadi salah satu alasan
mengapa kalangan industri tidak atau belum dapat melaksanakan pengelolaan
lingkungan secara optimal.
Di Indonesia, pengelolaan lingkungan diatur dalam Undang Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pada pasal 1
dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan
tanggung jawab masing-masing, masyarakat, serta pelaku pembangunan lain
dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan
kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan
hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang, perlindungan
sumberdaya alam non hayati, perlindungan sumberdaya buatan, konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman
hayati dan perubahan iklim (pasal 9).
Sistem pengelolaan lingkungan ISO 14001 merupakan bagian dari
keseluruhan sistem manajemen termasuk struktur organisasi, kegiatan
perencanaan, tanggung jawab, praktek-praktek, prosedur, proses dan sumber
daya untuk mengembangkan dan melaksanakan, mencapai, mengkaji, dan
memelihara kebijakan lingkungan.
Selain manajemen lingkungan, perangkat lain yang disarankan pakar
manajemen lingkungan untuk sebaiknya dipergunakan perusahaan dalam
rangka meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya adalah produksi bersih.
Pengembangan program produksi bersih di Indonesia dimulai sejak tahun 1993
dengan melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan kesadaran dan pelatihan,
bantuan teknis, pengembangan sistem informasi serta pengembangan insentif.
Perkembangan program produksi bersih dibagi dalam 4 periode waktu yaitu:
tahun 1993: rencana strategi penerapan produksi bersih; tahun 1994:
peningkatan kesadaran dan kemampuan; tahun 1995: komitmen nasional
produksi bersih; dan tahun 1996: cleaner production action plant.
Produksi bersih dalam kebijakan nasional produksi bersih, dimaksudkan
untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar
lingkungan pada seluruh tahapan produksi. Di samping itu, produksi bersih juga
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang, dan
energi. Salah satu komponen dalam promosi produksi bersih adalah mendorong
perubahan perilaku masyarakat untuk menghasilkan dan menggunakan produk-
produk dan jasa-jasa yang ramah lingkungan.
Penerapan produksi bersih pada industri dapat dilakukan dengan aplikasi
teknologi bersih. Penerapan teknologi bersih merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kinerja usaha yang nantinya akan terkait dengan penilaian
program PROPER (environmental performance rating) yang dilakukan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup. Keterbatasan teknologi pemisahan konvensional
pada industri kelapa sawit, merupakan salah satu kendala rendahnya recovery
dan banyaknya bahan yang terbuang menjadi limbah.
Dalam kaitan dengan rencana kegiatan usaha diatur tentang kwajiban
melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Peraturan
pemerintah yang terkait dengan AMDAL adalah PP No.27 tahun 1999 tentang
analisis mengenai dampak lingkungan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Kepmen
ini menyatakan bahwa: Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha
budidaya tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan berupa erosi tanah,
perubahan ketersediaan dan kualitas air, persebaran hama, penyakit dan gulma,
serta perubahan kesehatan tanah akibat penggunaan pestisida/herbisida.
Disamping itu sering pula muncul potensi konflik sosial dan penyebaran penyakit
endemik. Skala/besaran yang tercantum di bawah ini telah memperhitungkan
potensi dampak penting kegiatan terhadap ekosistem, hidrologi, dan bentang
alam. Skala /besaran tersebut merupakan luasan rata-rata dari berbagai ujicoba
untuk masing-masing kegiatan dengan mengambil lokasi di daerah dataran
rendah, sedang, dan tinggi.
Dalam kaitan dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran diatur dalam PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air. Pengendalian pencemaran udara diatur
dalam PP No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. Baku
mutu lingkungan ditetapkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.02 tahun 1998 tentang pedoman penetapan baku mutu lingkungan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 tentang indeks
standar pencemar udara. Peraturan ini menjelaskan bahwa Indeks Standar
Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang
menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang
didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan
makhluk hidup lainnya. Dalam peraturan ini diatur tentang: rentang Indeks
Standar Pencemar Udara. Indeks ini ditetapkan dengan cara mengubah kadar
pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi (pasal
2).
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang
baku tingkat kebauan. Isi peraturan ini adalah bahwa baku tingkat Kebauan
untuk odoran tunggal dan campuran, metoda pengukuran/pengujian dan
peralatan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran. Pada peraturan ini
dijelaskan bahwa: kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan
waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan; baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang
diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan; sumber bau atau zat odoran adalah setiap zat yang dapat
menimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu; zat odoran adalah zat
yang dapat berupa zat tunggal maupun campuran berbagai macam senyawa.
tentang pembuangan air limbah ke air atau sumber air diatur dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003 tentang pedoman
mengenai syarat dan tata cara perizinan serta pedoman kajian pembuangan air
limbah ke air atau sumber air yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup nomor 142 tahun 2003 tentang perubahan atas
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003. Peraturan
ini menyatakan bahwa setiap usaha dan atau kegiatan dilarang membuang air
limbah yang mengandung radioaktif ke air atau sumber air (pasal 1) dan
Bupati/Walikota dilarang menerbitkan izin pembuangan air limbah ke air atau
sumber air yang melanggar baku mutu air dan menimbulkan pencemaran air
(pasal 2). Pada pasal 3 dinyatakan bahwa syarat-syarat perizinan pembuangan
air limbah ke air atau sumber air wajib mematuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Untuk melakukan pengelolaan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian
terlebih dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada
tanah diperkebunan. Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin
pemanfaatan tersebut. Selain kedua peraturan tersebut di atas yang mengatur
secara spesifik pemanfaatan air limbah industri kelapa sawit, ada satu peraturan
lagi yang dikeluarkan oleh KLH yang mengatur tentang baku mutu air limbah
yang boleh dibuang ke lingkungan, yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 Tahun 1995.
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pemanfaatan air limbah
untuk digunakan sebagai pupuk pada lahan di perkebunan kelapa sawit yaitu:
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang
pedoman teknis pengkajian pemanfaatan air limbah dari industri minyak sawit
pada tanah di perkebunan kelapa sawit. Tujuan pedoman ini adalah sebagai
acuan dalam melakukan pengkajian pemanfaatan air limbah dari industri minyak
sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit. Pedoman teknis pengkajian
pemanfaatan air limbah pada tanah ini dibuat agar terdapat kesesuaian
pemahaman mengenai aspek-aspek yang harus ditinjau dalam menentukan
kelayakan lingkungan dari suatu kegiatan pemanfaatan air limbah pada tanah.
Pengkajian air limbah pada tanah perlu dilakukan karena adanya potensi
akumulasi bahan pencemar dalam tanah serta kemampuan tanah dalam
menetralisasi air limbah terbatas dan berbeda-beda tergantung pada karakteristik
tanah seperti permeabilitas tanah, komposisi dan sifat kimia tanah.
Dalam melakukan Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah, pemrakarsa
wajib terlebih dahulu memberitahukan rencana kegiatan Pengkajian
Pemanfaatan Air Limbah kepada Bupati/Walikota dengan menyampaikan surat
pemberitahuan beserta usulan rencana pengkajian. Selanjutnya Bupati/Walikota
menyampaikan usulan pengkajian kepada Instansi yang bertanggungjawab.
Pemrakarsa wajib menyampaikan laporan pengkajian pemanfaatan air limbah
yang sedang dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada
Instansi yang bertanggung jawab. Evaluasi Laporan Hasil Pemantauan
Pelaksanaan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit di Perkebunan
Kelapa Sawit dilakukan Instansi yang bertanggungjawab yang ditunjuk oleh
Bupati/Walikota.
Evaluasi dilakukan dengan melakukan pengecekan ada tidaknya indikasi
pencemaran dan atau perusakan lingkungan yang meliputi: kondisi tanah,
kondisi air tanah, kebauan, kondisi tanaman, serta kondisi air limbah yang sesuai
dengan baku mutu sebagaimana ditetapkan dalam izin. Apabila dari hasil
evaluasi tersebut tidak menunjukkan adanya indikasi pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan, maka pelaksanaan pengkajian pemanfaatan air limbah
dapat dilanjutkan. Sedangkan bila hasil evaluasi menunjukkan adanya indikasi
pencemaran maka pelaksanaan pemanfaatan air limbah harus dihentikan yang
berarti persetujuan pelaksanaan pengkajian pemanfaatan air limbah dicabut dan
pemrakarsa harus melakukan pemulihan kualitas lingkungannya.
Tata cara perizinan pemanfaatan air limbah industri minyak sawit diatur
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003
tentang pedoman syarat dan tata cara perizinan pemanfaatan air limbah industri
minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit. Dijelaskan bahwa
Bupati/Walikota menetapkan syarat dan tata cara perizinan pemanfaatan air
limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit di
kabupaten/kota dengan berpedoman pada Keputusan ini.
Pengajuan permohonan izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada
tanah di perkebunan kelapa sawit diajukan berdasarkan hasil kajian
pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa
sawit. Persyaratan minimal yang wajib dipenuhi dalam hal pengajuan izin
pemanfaatan air limbah industri sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit,
yaitu: BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/liter; nilai pH berkisar 6-9; dilakukan
pada lahan selain lahan gambut; dilakukan pada lahan selain lahan dengan
permeabilitas lebih besar 15 cm/jam; dilakukan pada lahan selain lahan dengan
permeabilitas kurang dari 1,5 cm/jam; tidak boleh dilaksanakan pada lahan
dengan kedalaman air tanah kurang dari 2 meter; dan pembuatan sumur pantau.
Surat Keputusan izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada
tanah di perkebunan kelapa sawit wajib mencantumkan ketentuan sekurang-
kurangnya meliputi: hasil pemantauan terhadap air limbah, air tanah, tanah,
tanaman, ikan, hewan dan kesehatan masyarakat; metode dan frekuensi
pemantauan; pelaporan hasil pemantauan, dilakukan oleh pemrakarsa kepada
Bupati/Walikota sekurang-kurangnya dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
tembusan disampaikan kepada Gubernur provinsi yang bersangkutan dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup; larangan mengenai : (1) adanya air larian
(run off) yang masuk ke sungai; (2) pengenceran air limbah yang dimanfaatkan;
(3) membuang air limbah pada tanah di luar lokasi yang ditetapkan dalam
Keputusan in; dan (4) membuang air limbah ke sungai bila air limbahnya melebihi
ketentuan yang berlaku.
Pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk/bahan pembenah tanah di
pertanaman kelapa sawit sangat dimungkinkan atas dasar adanya kandungan
hara dalam limbah tersebut. Pemanfaatan limbah ini disamping sebagai sumber
pupuk/bahan organik, juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah dimana
biaya tersebut diperkirakan dapat diturunkan sebesar 50 - 60 % (Pamin dkk.,
1996). Penurunan biaya ini disebabkan limbah cair yang digunakan adalah
limbah yang masih memiliki nilai BOD antara 3.500-5000 mg/l yang berasal dari
kolam anaerobik primer. Hal tersebut masih memenuhi persyaratan yang telah
diatur dalam Peraturan Menteri No.KB.310/452/MENTAN/XII/95 tentang
standarisasi pengolahan limbah PKS dan karet terutama untuk aplikasi lahan
sebagai sumber air dan pupuk. Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tidak boleh
menyebabkan penurunan mutu air tanah, kerusakan tanah dan penurunan mutu
air tanah pada sumber-sumber air yang berasal dari air larian dari kegiatan
pemanfaatan pupuk tersebut (Sutarta et al., 2000).
Direktorat Pengendalian Pencemaran Air dan Tanah BAPEDAL (1999)
menyatakan bahwa pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai sumber air
dan hara bagi tanaman kelapa sawit, sementara dipandang sebagai alternatif
penanganan limbah cair sekaligus sebagai salah satu upaya menuju produksi
bersih. Lebih lanjut disebutkan mengenai prinsip-prinsip pemanfaatan limbah cair
ke tanah, antara lain: (a) limbah tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktifitas; (b) limbah tidak mengandung B3; (c) tidak menyebabkan
pencemaran lingkungan, baik air, tanah dan wilayah sekitarnya; (d) limbah yang
dimanfaatkan memenuhi baku mutu yang ditentukan; (e) Penelitian dilakukan
untuk butir-butir sebelumnya oleh pihak netral; dan (f) ijin pemanfaatan limbah
diberikan setelah adanya pengkajian terhadap hasil penelitian tersebut.
Berbagai kebijakan tersebut telah mendorong perusahaan untuk
melakukan pengelolaan lingkungan, baik secara mandatory maupun voluntary.
Namun demikian, masih terdapat beberapa peraturan yang dianggap sebagai
beban bagi perusahaan baik beban administratif maupun biaya. Penerapan
sistem produksi bersih masih tergantung pada komitmen perusahaan untuk
mencapai daya saing produk di pasar internasional. Rangkuman peraturan yang
berkaitan dengan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan limbah kelapa sawit
serta kinerjanya.
Berdasarkan hasil review kebijakan tersebut dapat simpulkan bahwa faktor-faktor
yang penting diperhatikan dalam pengelolaan limbah pabrik kelapa sawit menuju
nir limbah adalah: (1) komitmen perusahaan dalam menerapkan sistem
manajemen lingkungan khususnya terkait pengelolaan limbah yang ramah
lingkungan, (2) komitmen pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan
limbah yang ditunjukan dengan penegakan hukum secara adil dan konsisten,
dan (3) ketersediaan peraturan perundang-undangan mulai dari tingkat pusat
(undang-undang) sampai pada tingkat SK. Bupati/ Kepala Dinas Teknis Bidang
Lingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada dasarnya limbah adalah sejenis kotoran yang berasal dari hasil
pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi
sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak
yang dihasilkan oleh limbah, meskipun demikian pada kenyataannya cara atau
solusi tersebut tidak ada hasilnya karena masih banyak pula kita jumpai limbah
atau sampah disungai dan didarat yang dapat pula menimbulkan banjir serta
kerusakan lingkungan lainnya
DAFTAR PUSTAKA