Blunt Abd Trauma

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    1/25

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    2/25

    Gambar 1. Pembagian regio abdomen

    Sedangkan pembagian abdomen juga dipermudah menjadi empat kuadran dengan

    menggunakan satu garis vertikal dan satu garis horisontal yang saling berpotongan

    pada umbilicus. Kuadran tersebut adalah kuadran kanan atas, kuadran kiri atas,

    kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah. 9

    Gambar 2 . Pembagian abdomen menjadi empat kuadran

    Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di bagian

    belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di

    bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri atas beberapa lapis, yaitu

    dari luar ke dalam, lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis; lemak subkutan dan

    fasia superfisial (fasia Scarpa); kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus

    abdominis eksternus, m. oblikus abdominis internus, dan m. tranversus abdominis;

    dan akhirnya lapisan preperitoneal, dan peritoneum. Otot di bagian depan terdiri atas

    sepasang otot rektus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh

    linea alba. 9

    Gambar 3. Otot-otot abdomen

    Tabel 1. Otot-otot dinding anterior dan lateral abdomen

    Nama otot Origo Insertio Persarafan Kerja

    M. obliqus externus abdominis 8 costa bagian bawah Processus Xiphoideus, linea

    alba, crista pubica, tuberculum pubikum, dan crista iliaca.

    6 N. Thoracalis bagian bawah, N. Iliohypogastricus dan N. Ilioinguinalis. Melindungi

    isi abdomen, menekan isi abdomen, membantu fleksio dan rotasio tubuh. Membantu

    ekspirasi kuat, miksi, defekasi, partus dan refleks muntah.

    M. obliqus internus abdominis Fascia lumbalis, lateral ligamentum inguinale.

    3costa bagian bawah, processus xiphoideus, linea alba dan symphisis pubis.

    Persarafan sama dengan m. Obliqus externus abdominis.

    Cara Kerja sama dengan m. Obliqus externus abdominis.

    M. transversus abdominis 6 rawan costa bagian bawah, fascia lumbalis, crista iliaca,

    lateral ligamentum inguinale.

    processus xiphoideus, linea alba dan symphisis pubis. Persarafan sama dengan m.

    Obliqus externus abdominis.

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    3/25

    Menekan isi abdomen

    M. rectus abdominis Symphisis pubis dan crista pubica Rawan costa 5, 6, 7 dan

    processus xiphoideus

    6 N thoracalis bagian bawah. Menekan isi abdomen dan fleksio columna vertebralis;

    otot pembentuk ekspirasi.

    M. pyramidalis Permukaan anterior pubis Linea alba N. thoracalis 12

    Meregangkan linea alba

    Tabel 2. Otot-otot dinding posterior abdomen

    Nama otot Origo Insertio Persarafan Kerja

    M. psoas Processus transversus, corpus dan discus intervertebralis vertebra thoracica

    12 dan vertebra lumbalis.

    Bersama m. Iliacus ke trochanter minor femur. Flexus lumbalis Fleksio paha pada

    tubuh, bila paha difiksasi, otot mengfleksio tubuh pada paha seperti dari posisis

    berbaring ke posisi duduk.

    M. quadratus lumborum Ligamentum iliolumbalis, crista iliaca, ujung processus

    transversus vertebrae lumbalis bagian bawah.

    Costa 12 Plexus lumbalis Fiksasi costa 12 selama inspirasi, menekan costa 12 selama

    ekspirasi kuat.

    M. iliacus

    Fossa iliaca Bersama m. Psoas ke trochanter minor femur. N. femoralis Sama dengan

    kerja m. Psoas

    Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Perdarahan

    dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kranikaudal diperoleh pendarahan dari

    cabang aa.interkostales VI s/d XII dan a.epigastrika superior. Dari kaudal, a.iliaka

    sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda eksterna, dan a.epigastrica inferior. Kekayaan

    vaskularisasi ini memungkinkan sayatan perut horizontal maupun vertikal tanpa

    menimbulkan gangguan pendarahan. Persarafan dinding perut dilayani secara

    segmental oleh n.torakalis VI s/d XII dan n.lumbalis I.9

    Rongga perut (cavitas abdominalis) dibatasi oleh membran serosa yang tipis

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    4/25

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    5/25

    perlekatan peritonium ligamentum falciforme. Lobus kanan terbagi menjadi lobus

    quadratus dan lobus caudatus oleh adanya kandung empedu, fissura untuk

    ligamentum teres hepatis, vena cava inferior, dan fissura untuk ligamentum venosum.

    Porta hepatis atau hilus hati ditemukan pada permukaan postero-inferior dengan

    bagian atas ujung bebas omentum majus melekat pada pinggirnya. Hati dikelilingi

    oleh capsula fibrosa yang membentuk lobulus hati. Pada ruang antara lobulus-lobulus

    terdapat saluran portal, yang mengandung cabang arteri hepatica, vena porta, dan

    saluran empedu (segitiga portal). 9

    2. Limpa

    Merupakan massa jaringan limfoid tunggal yang terbesar dan umumnya berbentuk

    oval, dan berwarna kemerahan. Terletak pada regio hypochondrium kiri, dengan

    sumbu panjangnya terletak sepanjang iga X dan kutub bawahnya berjalan ke depan

    sampai linea axillaris media, dan tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik. Batas

    anterior limpa adalah lambung, cauda pankreas, flexura coli sinistra. Batas posterior

    pada diaphragma, pleura kiri ( recessus costodiaphragmatica kiri ), paru kiri, costa IX,

    X, dan XI kiri. 9

    3. Lambung

    Merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar dan mempunyai 3 fungsi utama:

    (1) menyimpan makanan dengan kapasitas 1500 ml pada orang dewasa; (2)

    mencampur makanan dengan getah lambung untuk membentuk kimus yang setengah

    padat, dan (3) mengatur kecepatan pengiriman kimus ke usus halus sehingga

    pencernaan dan absorbsi yang efisien dapat berlangsung.

    Lambung terletak pada bagian atas abdomen, dari regio hipochondrium kiri sampai

    regio epigastrium dan regio umbilikalis. Sebagian besar lambung terletak di bawah

    iga-iga bagian bawah. Batas anterior lambung adalah dinding anterior abdomen, arcus

    costa kiri, pleura dan paru kiri, diaphragma, dan lobus kiri hati. Sedangkan batas

    posterior lambung adalah bursa omentalis, diaphragma, limpa, kelenjar suprarenal

    kiri, bagian atas ginjal kiri, arteri lienalis, pankreas, mesocolon tranversum, dan colon

    tranversum. Secara kasar lambung berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang,

    ostium cardiacum dan ostium pyloricum, dua curvatura yang disebut curvatura mayor

    dan minor, serta dua permukaan anterior dan posterior. Lambung dibagi menjadi

    fundus, corpus dan antrum. Fundus berbentuk kubah dan menonjol ke atas terletak di

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    6/25

    sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus terisi gas. Sedangkan corpus adalah

    badan dari lambung. Antrum merupakan bagian bawah dari lambung yang berbentuk

    seperti tabung. Dinding ototnya membentuk sphincter pyloricum, yang berfungsi

    mengatur kecepatan pengeluaran isi lambung ke duodenum.

    Membran mukosa lambung tebal dan memiliki banyak pembuluh darah yang terdiri

    dari banyak lipatan atau rugae. Dinding otot lambung mengandung serabut

    longitudinal, serabut sirkular dan serabut oblik. Serabut longitudinal terletak paling

    superficial dan paling banyak sepanjang curvatura, serabut sirkular yang lebih dalam

    mengelilingi fundus lambung,dan menebal pada pylorus untuk membentuk sphincter

    pyloricum. Sedangkan serabut oblik membentuk lapisan otot yang paling dalam,

    mengelilingi fundus berjalan sepanjang anterior dan posterior. 9

    4. Kandung empedu (Vesica Fellia)

    Vesica Fellia adalah kantong seperti buah pear yang terletak pada permukaan viseral

    hati. Secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu : fundus, corpus dan collum.

    Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hati; dimana

    fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX

    kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan viseral hati dana arahnya keatas,

    belakang dan kiri. Sedangkan collum dilanjutkan sebagai ductus cysticus yang

    berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus

    communis membentuk ductus choledochus. Batas anterior vesica fellia pada dinding

    anterior abdomen dan bagian pertama dan kedua duodenum. Batas posterior pada

    colon tranversum dan bagian pertama dan kedua duodenum.

    Vesica Fellia berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas 50 ml. Vesica

    Fellia mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses ini,

    maka mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling

    berhubungan seperti sarang tawon. Empedu dialirkan ke duodenum sebagai akibat

    kontraksi dan pengosongan parsial kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan

    masuknya makanan berlemak ke dalam duodenum . lemak menyebabkan pengeluaran

    hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum; hormon kemudian masuk ke dalam

    darah menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama otot polos

    yang terletak pada ujung distal ductus choledochus dan ampula relaksasi sehingga

    memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum. Garam-garam

    empedu dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    7/25

    membantu pencernaan serta absorbsi lemak. 9

    5. Usus halus

    Usus halus merupakan bagian pencernaan yang paling panjang, dibagi menjadi 3

    bagian : duodenum, jejunum, dan ileum. Fungsi utama usus halus adalah pencernaan

    dan absorpsi hasil-hasil pencernaan.

    Duodenum berbentuk huruf C yang panjangnya sekitar 25 cm, melengkung sekitar

    caput pankreas, dan menghubungkan lambung dengan jejunum. Di dalam duodenum

    terdapat muara saluran empedu dan saluran pankreas. Sebagian duodenum diliputi

    peritonium, dan sisanya terletak retroperitonial. Duodenum terletak pada regio

    epigastrium dan regio umbilikalis. Dibagi menjadi 4 bagian :

    1. Bagian pertama duodenum.

    Panjangnya 5 cm, mulai pada pylorus dan berjalan keatas dan ke belakang pada sisi

    kanan vertebra lumbalis pertama. Bagian ini terletak pada bidang transpilorica. Batas

    anterior pada lobus quadratus hati dan kandung empedu. Batas posterior pada bursa

    omentalis ( 2,5 cm pertama), arteri gastroduodenalis, ductus choledochus dan vena

    porta, serta vena cava inferior. Batas superior pada foramen epiploicum Winslow dan

    batas inferior pada caput pankreas.

    2. Bagian kedua duodenum

    Panjangnya 8 cm, berjalan ke bawah di depan hilus ginjal kanan di sebelah vertebra

    lumbalis kedua dan ketiga. Batas anterior pada fundus kandung empedu dan lobus

    kanan hati, colon tranversum, dan lekukan- lekukan usus halus. Batas posterior pada

    hilus ginjal kanan dan ureter kanan. Batas lateral pada colon ascenden, flexura coli

    dextra, dan lobus kanan hati. Batas medial pada caput pancreas.

    3. Bagian ketiga duodenum

    Panjangnya 8 cm, berjalan horisontal ke kiri pada bidang subcostalis, mengikuti

    pinggir bawah caput pankreas. Batas anterior pada pangkal mesenterium usus halus,

    dan lekukan-lekukan jejunum. Batas posterior pada ureter kanan, muskulus psoas

    kanan, vena cava inferior, dan aorta. Batas superior pada caput pankreas, dan batas

    inferior pada lekukan-lekukan jejunum.

    4. Bagian keempat duodenum

    Panjangnya 5 cm, berjalan ke atas dan kiri, kemudian memutar ke depan pada

    perbatasan duodenum dan jejunum. Terdapat ligamentum Treitz yang menahan

    junctura duodeno-jejunalis. Batas anterior pada permulaan pangkal mesenterium dan

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    8/25

    lekukan-lekukan jejunum. Batas posterior pada pinggir kiri aorta dan pinggir medial

    muskulus psoas kiri. 9

    Jejunum dan Ileum panjangnya 6 m, dua perlima bagian atas merupakan jejunum.

    Jejunum mulai pada junctura duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura

    ileocaecalis. Dalam keadaan hidup, jejunum dan ileum dibedakan dengan gambaran

    berikut :

    1. Lekukan jejunum terletak pada bagian atas rongga peritonium di bawah sisi kiri

    mesocolon tranversum, ileum terletak pada bagian bawah rongga peritonium dan

    dalam pelvis.

    2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dari ileum.

    3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan kiri

    aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta.

    4. Pembuluh darah mesenterium membentuk satu atau dua arkade dengan cabang-

    cabang yang panjang dan jarang, sedangkan ileum menerima banyak pembuluh darah

    pendek, berasal dari tiga atau lebih arkade.

    5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkal, sedangkan pada

    mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian.

    6. Kelompokan jaringan limfoid ( agmen Peyer ) terdapat pada mukosa ileum bagian

    bawah sepanjang pinggir antimesentrik. 9

    6. Usus besar

    Usus besar dibagi dalam caecum, appendix vermiformis, colon ascenden, colon

    tranversum, colon descenden, dan colon sigmoideum, rectum dan anus. Fungsi utama

    usus besar adalah absorpsi air dan elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak

    dicernakan sampai dapat dikeluarkan dari tubuh sebagai feses.

    Caecum terletak pada fossa iliaca, panjang 6 cm, dan diliputi oleh peritonium.

    Batas anterior pada lekukan-lekukan usus halus, sebagian omentum majus, dan

    dinding anterior abdomen regio iliaca kanan. Batas posterior pada m. psoas dan m.

    iliacus, n. femoralis, dan n. cutaneus femoralis lateralis. Batas medial pada appendix

    vermiformis.

    Appendix vermiformis panjangnya 8 13 cm, terletak pada regio iliaca kanan.

    Ujung appendix dapat ditemukan pada tempat berikut : (1) tergantung dalam pelvis

    berhadapan dengan dinding kanan pelvis; (2) melekuk di belakang caecum pada fossa

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    9/25

    retrocaecalis; (3) menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum; (4) di depan atau

    di belakang bagian terminal ileum.

    Colon ascenden terletak pada regio iliaca kanan dengan panjang 13 cm. Berjalan

    ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus kanan hati, di mana colon

    ascenden secara tajam ke kiri, membentuk flexura coli dextra, dan dilanjutkan sebagai

    colon tranversum. Peritonium menutupi pinggir dan permukaan depan colon ascenden

    dan menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen. Batas anterior pada

    lekukan-lekukan usus halus, omentum majus, dan dinding anterior abdomen. Batas

    posterior pada m. Iliacus, crista iliaca, m. Quadratus lumborum, origo m. Tranversus

    abdominis, dan kutub bawah ginjal kanan.

    Colon tranversum panjangnya 38 cm dan berjalan menyilang abdomen,

    menduduki regio umbilikalis dan hipogastrikum. Batas anterior pada omentum majus

    dan dinding anterior abdomen. Batas posterior pada bagian kedua duodenum, caput

    pankreas, dan lekukan-lekukan jejunum dan ileum.

    Colon descenden terletak pada regio iliaca kiri, dengan panjang 25 cm. Berjalan

    ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis. Batas anterior pada lekukan-

    lekukan usus halus, omentum majus, dan dinding anterior abdomen. Batas posterior

    pada pinggir lateral ginjal kiri, origo m. Tranversus abdominis, m. Quadratus

    lumborum, crista iliaca, m. Iliacus, dan m. Psoas kiri. 9

    b. Organ Retroperitoneal

    1. Ginjal

    Berperan penting dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh dan

    mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Kedua ginjal berfungsi

    mengekskresi sebagian besar zat sampah metabolisme dalam bentuk urin. Ginjal

    berwarna coklat-kemerahan, terletak tinggi pada dinding posterior abdomen, sebagian

    besar ditutupi oleh tulang iga. Ginjal kanan terletak lebih rendah dibanding ginjal kiri,

    dikarenakan adanya lobus kanan hati yang besar.

    Ginjal dikelilingi oleh capsula fibrosa yang melekat erat dengan cortex ginjal. Di luar

    capsula fibrosa terdapat jaringan lemak yang disebut lemak perirenal. Fascia renalis

    mengelilingi lemak perirenal dan meliputi ginjal dan kelenjar suprarenalis. Fascia

    renalis merupakan kondensasi jaringan areolar, yang di lateral melanjutkan diri

    sebagai fascia tranversus. Di belakang fascia renalis terdapat banyak lemak yang

    disebut lemak pararenal.

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    10/25

    Batas anterior ginjal kanan pada kelenjar suprarenalis, hati, bagian kedua duodenum,

    flexura coli dextra. Batas posterior pada diaphragma, recessus costodiaphragmatica

    pleura, costa XII, m. Psoas, m. Quadratus lumborum, dan m. Tranversus abdominis.

    Pada ginjal kiri, batas anterior pada kelenjar suprarenalis, limpa, lambung, pankreas,

    flexura coli kiri, dan lekukan-lekukan jejunum. Batas posterior pada diaphragma,

    recessus costodiaphragmatica pleura, costa XI, XII, m. Psoas, m. Quadratus

    lumborum, dan m. Tranversus abdominis. 9

    2. Ureter

    Mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria, dengan didorong sepanjang ureter

    oleh kontraksi peristaltik selubung otot, dibantu tekanan filtrasi glomerulus. Panjang

    ureter 25 cm dan memiliki tiga penyempitan : (1) di mana piala ginjal berhubungan

    dengan ureter;(2) waktu ureter menjadi kaku ketika melewati pinggir pelvis;(3) waktu

    ureter menembus dinding vesica urinaria. Ureter keluar dari hilus ginjal dan berjalan

    vertikal ke bawah di belakang peritonium parietal pada m. Psoas, memisahkannya

    dari ujung processus tranversus vertebra lumbalis. Ureter masuk ke pelvis dengan

    menyilang bifurcatio a. Iliaca comunis di depan articulatio sacroiliaca, kemudian

    berjalan ke bawah pada dinding lateral pelvis menuju regio ischiospinalis dan

    memutar menuju angulus lateral vesica urinaria.

    Pada ureter kanan, batas anterior pada duodenum, bagian terminal ileum, av. Colica

    dextra, av. Iliocolica, av. Testicularis atau ovarica dextra, dan pangkal mesenterium

    usus halus. Batas posterior pada m. Psoas dextra.

    Batas anterior ginjal kiri pada colon sigmoideum, mesocolon sigmoideum, av. Colica

    sinistra, dan av. Testicularis atau ovarica sinistra. Batas posterior pada m. Psoas

    sinistra. 9

    3. Pankreas

    Merupakan kelenjer eksokrin dan endokrin, organ lunak berlobus yang terletak pada

    dinding posterior abdomen di belakang peritonium. Bagian eksokrin kelenjer

    menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein,

    lemak, dan karbohirat. Bagian endokrin kelenjer, yaitu pulau langerhans,

    menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang berperan penting dalam

    metabolisme karbohidrat. Pankreas menyilang bidang transpilorica.

    Dibagi menjadi empat bagian, yaitu : (1) caput pankreas berbentuki seperti cakram,

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    11/25

    terletak pada bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang av.

    Mesenterica superior dan dinamakan processus uncinatus; (2) collum pancreas

    merupakan bagian yang mengecil dan menghubungkan caput dengan corpus

    pankreas. Terletak di depan pangkal vena porta dan pangkal arteri mesenterica

    superior dari aorta; (3) corpus berjalan ke atas dan kiri menyilang garis tengah; (4)

    cauda berjalan menuju ke ligamentum lienorenalis dan berhubungan dengan hilus

    limpa.

    Batas anterior pankreas dari kanan ke kiri : colon tranversum, perlekatan mesocolon

    tranversum, bursa omentalis, dan lambung. Sedangkan batas posterior pankreas dari

    kanan ke kiri : ductus choledochus, vena porta, vena lienalis, vena cava inferior, aorta,

    pangkal arteri mesenterica superior, m. Psoas kiri, kelenjer suprarenalis kiri, ginjal

    kiri, dan hilus limpa. 9

    II.3 PATOFISIOLOGI

    Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat

    dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (noncomplient organ)

    seperti hati, limpa, pankreas, dan ginjal. Kerusakan intra abdominal sekunder untuk

    kekuatan tumpul pada abdomen secara umum dapat dijelaskan dengan 3 mekanisme,

    yaitu :

    Pertama, saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara

    struktur. Akibatnya, terjadi tenaga potong dan menyebabkan robeknya organ

    berongga, organ padat, organ viseral dan pembuluh darah, khususnya pada ujung

    organ yang terkena. Contoh pada aorta distal yang mengenai tulang torakal dan

    mengurangi yang lebih cepat dari pada pergerakan arkus aorta. Akibatnya, gaya

    potong pada aorta dapat menyebabkan ruptur. Situasi yang sama dapat terjadi pada

    pembuluh darah ginjal dan pada cervicothoracic junction.

    Kedua, isi intra-abdominal hancur di antara dinding abdomen anterior dan columna

    vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan remuk, biasanya

    organ padat (spleen, hati, ginjal) terancam.

    Ketiga, adalah gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan

    intra-abdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya pada ruptur organ berongga.

    10

    II.4 KLASIFIKASI

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    12/25

    Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :

    1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan

    2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama adalah

    peritonitis

    Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :

    a. Organ Intraperitoneal

    Intraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ seperti hati, limpa, lambung, colon

    transversum, usus halus, dan colon sigmoid.

    Ruptur Hati

    Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun trauma tembus.

    Hati merupakan organ yang sering mengalami laserasi, sedangkan empedu jarang

    terjadi dan sulit untuk didiagnosis. Pada trauma tumpul abdomen dengan ruptur hati

    sering ditemukan adanya fraktur costa VIIIX. Pada pemeriksaan fisik sering

    ditemukan nyeri pada abdomen kuadran kanan atas. Nyeri tekan dan Defans muskuler

    tidak akan tampak sampai perdarahan pada abdomen dapat menyebabkan iritasi

    peritoneum ( 2 jam post trauma). Kecurigaan laserasi hati pada trauma tumpul

    abdomen apabila terdapat nyeri pada abdomen kuadran kanan atas. Jika keadaan

    umum pasien baik, dapat dilakukan CT Scan pada abdomen yang hasilnya

    menunjukkan adanya laserasi. Jika kondisi pasien syok, atau pasien trauma dengan

    kegawatan dapat dilakukan laparotomi untuk melihat perdarahan intraperitoneal.

    Ditemukannya cairan empedu pada lavase peritoneal menandakan adanya trauma

    pada saluran empedu. 3

    Gambar 5. Ruptur hati

    Ruptur Limpa

    Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat terjadi trauma tumpul

    abdomen. Ruptur limpa merupakan kondisi yang membahayakan jiwa karena adanya

    perdarahan yang hebat. Limpa terletak tepat di bawah rangka thorak kiri, tempat yang

    rentan untuk mengalami perlukaan. Limpa membantu tubuh kita untuk melawan

    infeksi yang ada di dalam tubuh dan menyaring semua material yang tidak dibutuhkan

    lagi dalam tubuh seperti sel tubuh yang sudah rusak. Limpa juga memproduksi sel

    darah merah dan berbagai jenis dari sel darah putih. Robeknya limpa menyebabkan

    banyaknya darah yang ada di rongga abdomen. Ruptur pada limpa biasanya

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    13/25

    disebabkan hantaman pada abdomen kiri atas atau abdomen kiri bawah. Kejadian

    yang paling sering meyebabkan ruptur limpa adalah kecelakaan olahraga, perkelahian

    dan kecelakaan mobil. Perlukaan pada limpa akan menjadi robeknya limpa segera

    setelah terjadi trauma pada abdomen.

    Pada pemeriksaan fisik, gejala yang khas adanya hipotensi karena perdarahan.

    Kecurigaan terjadinya ruptur limpa dengan ditemukan adanya fraktur costa IX dan X

    kiri, atau saat abdomen kuadran kiri atas terasa sakit serta ditemui takikardi. Biasanya

    pasien juga mengeluhkan sakit pada bahu kiri, yang tidak termanifestasi pada jam

    pertama atau jam kedua setelah terjadi trauma. Tanda peritoneal seperti nyeri tekan

    dan defans muskuler akan muncul setelah terjadi perdarahan yang mengiritasi

    peritoneum. Semua pasien dengan gejala takikardi atau hipotensi dan nyeri pada

    abdomen kuadran kiri atas harus dicurigai terdapat ruptur limpa sampai dapat

    diperiksa lebih lanjut. Penegakan diagnosis dengan menggunakan CT scan. Ruptur

    pada limpa dapat diatasi dengan splenectomy, yaitu pembedahan dengan

    pengangkatan limpa. Walaupun manusia tetap bisa hidup tanpa limpa, tapi

    pengangkatan limpa dapat berakibat mudahnya infeksi masuk dalam tubuh sehingga

    setelah pengangkatan limpa dianjurkan melakukan vaksinasi terutama terhadap

    pneumonia dan flu diberikan antibiotik sebagai usaha preventif terhadap terjadinya

    infeksi. 6

    Ruptur Usus Halus

    Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena trauma tumpul

    menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala burning

    epigastric pain yang diikuti dengan nyeri tekan dan defans muskuler pada abdomen.

    Perdarahan pada usus besar dan usus halus akan diikuti dengan gejala peritonitis

    secara umum pada jam berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus dua belas jari

    biasanya bergejala adanya nyeri pada bagian punggung. Diagnosis ruptur usus

    ditegakkan dengan ditemukannya udara bebas dalam pemeriksaan Rontgen abdomen.

    Sedangkan pada pasien dengan perlukaan pada usus dua belas jari dan colon sigmoid

    didapatkan hasil pemeriksaan pada Rontgen abdomen dengan ditemukannya udara

    dalam retroperitoneal. 6

    b. Organ Retroperitoneal

    Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan vena cava.

    Trauma pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik.

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    14/25

    Evaluasi regio ini memerlukan CT scan, angiografi, dan intravenous pyelogram.

    Gambar 6. Retroperitoneal stuctures.

    Ruptur Ginjal

    Trauma pada ginjal biasanya terjadi karena jatuh dan kecelakaan kendaraan bermotor.

    Dicurigai terjadi trauma pada ginjal dengan adanya fraktur pada costa ke XIXII

    atau adanya tendensi pada flank. Jika terjadi hematuri, lokasi perlukaan harus segera

    ditentukan. Laserasi pada ginjal dapat berdarah secara ekstensif ke dalam ruang

    retroperitonial. Gejala klinis : Pada ruptur ginjal biasanya terjadi nyeri saat inspirasi di

    abdomen dan flank, dan tendensi CVA. Hematuri yang hebat hampir selalu timbul,

    tapi pada mikroscopic hematuri juga dapat menunjukkan adanya ruptur pada ginjal.

    Diagnosis, membedakan antara laserasi ginjal dengan memar pada ginjal dapat

    dilakukan dengan pemeriksaan IVP atau CT scan. Jika suatu pengujian kontras seperti

    aortogram dibutuhkan karena adanya alasan tertentu, ginjal dapat dinilai selama

    proses pengujian tersebut. Laserasi pada ginjal akan memperlihatkan adanya

    kebocoran pada zat warna, sedangkan pada ginjal yang memar akan tampak gambaran

    normal atau adanya gambaran warna kemerahan pada stroma ginjal. Tidak adanya

    visualisasi pada ginjal dapat menunjukkan adanya ruptur yang berat atau putusnya

    tangkai ginjal. Terapi : pada memar ginjal hanya dilakukan pengamatan. Beberapa

    laserasi ginjal dapat diterapi dengan tindakan non operatif. Terapi pembedahan wajib

    dilakukan pada ginjal yang memperlihatkan adanya ekstravasasi. 2

    Ruptur Pankreas

    Trauma pada pankreas sangat sulit untuk di diagnosis. Kebanyakan kasus diketahui

    dengan eksplorasi pada pembedahan. Perlukaan harus dicurigai setelah terjadinya

    trauma pada bagian tengah abdomen, contohnya pada benturan stang sepeda motor

    atau benturan setir mobil. Perlukaan pada pankreas memiliki tingkat kematian yang

    tinggi. Perlukaan pada duodenum atau saluran kandung empedu juga memiliki tingkat

    kematian yang tinggi.

    Gejala klinis, kecurigaan perlukaan pada setiap trauma yang terjadi pada abdomen.

    Pasien dapat memperlihatkan gejala nyeri pada bagian atas dan pertengahan abdomen

    yang menjalar sampai ke punggung. Beberapa jam setelah perlukaan, trauma pada

    pankreas dapat terlihat dengan adanya gejala iritasi peritonial.

    Diagnosis, penentuan amilase serum biasanya tidak terlalu membantu dalam proses

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    15/25

    akut. Pemeriksaan CT scan dapat menetapkan diagnosis. Kasus yang meragukan

    dapat diperiksa dengan menggunakan ERCP ( Endoscopic Retrogade Canulation of

    the Pancreas) ketika perlukaan yang lain telah dalam keadaan stabil.

    Terapi, penanganan dapat berupa tindakan operatif atau konservatif, tergantung dari

    tingkat keparahan trauma, dan adanya gambaran dari trauma lain yang berhubungan.

    Konsultasi pembedahan merupakan tindakan yang wajib dilakukan. 8

    Ruptur Ureter

    Trauma pada ureter jarang terjadi tetapi berpotensi menimbulkan luka yang

    mematikan. Trauma sering kali tak dikenali pada saat pasien datang atau pada pasien

    dengan multipel trauma. Kecurigaan adanya cedera ureter bisa ditemukan dengan

    adanya hematuria paska trauma. 2

    Mekanisme trauma tumpul pada ureter dapat terjadi karena keadaan tiba-tiba dari

    deselerasi/ akselerasi yang berkaitan dengan hiperekstensi, benturan langsung pada

    Lumbal 23, gerakan tiba-tiba dari ginjal sehingga terjadi gerakan naik turun pada

    ureter yang menyebabkan terjadinya tarikan pada ureteropelvic junction. Pada pasien

    dengan kecurigaan trauma tumpul ureter biasanya didapatkan gambaran nyeri yang

    hebat dan adanya multipel trauma. Gambaran syok timbul pada 53% kasus, yang

    menandakan terjadinya perdarahan lebih dari 2000 cc. Diagnosis dari trauma tumpul

    ureter seringkali terlambat diketahui karena seringnya ditemukan trauma lain,

    sehingga tingkat kecurigaan tertinggi ditetapkan pada trauma dengan gejala yang

    jelas.

    Pilihan terapi yang tepat tergantung pada lokasi, jenis trauma, waktu kejadian, kondisi

    pasien, dan prognosis penyelamatan. Hal terpenting dalam pemilihan tindakan operasi

    adalah mengetahui dengan pasti fungsi ginjal yang kontralateral dengan lokasi

    trauma.

    II.5 KOMPLIKASI RUPTUR ORGAN

    Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen karena

    adanya ruptur pada organ. Penyebab yang paling serius dari peritonitis adalah

    terjadinya suatu hubungan (viskus) ke dalam rongga peritoneal dari organ-organ intra-

    abdominal (esofagus, lambung, duodenum, intestinal, colon, rektum, kandung

    empedu, apendiks, dan saluran kemih), yang dapat disebabkan oleh trauma, darah

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    16/25

    yang menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus yang mengalami

    strangulasi, pankreatitis, PID (Pelvic Inflammatory Disease) dan bencana vaskular

    (trombosis dari mesenterium/emboli). 4

    Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat

    penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis),

    ruptur saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering

    menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptur apendiks,

    sedangkan stafilokokus dan stretokokus sering masuk dari luar. Pada luka tembak

    atau luka tusuk tidak perlu lagi dicari tanda-tanda peritonitis karena ini merupakan

    indikasi untuk segera dilakukan laparotomi eksplorasi. Namun pada trauma tumpul

    seringkali diperlukan observasi dan pemeriksaan berulang karena tanda rangsangan

    peritoneum bisa timbul perlahan-lahan. 4

    Gejala dan tanda yang sering muncul pada penderita dengan peritonitis antara lain:5

    1. Nyeri perut seperti ditusuk

    2. Perut yang tegang (distended)

    3. Demam (>380C)

    4. Produksi urin berkurang

    5. Mual dan muntah

    6. Haus

    7. Cairan di dalam rongga abdomen

    8. Tidak bisa buang air besar atau kentut

    9. Tanda-tanda syok

    Menegakkan diagnosis peritonitis secara cepat adalah penting sekali. Diagnosis

    peritonitis didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

    penunjang. Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis. Kebanyakan

    pasien datang dengan keluhan nyeri abdomen. Nyeri ini bisa timbul tiba-tiba atau

    tersembunyi. Pada awalnya, nyeri abdomen yang timbul sifatnya tumpul dan tidak

    spesifik (peritoneum viseral) dan kemudian infeksi berlangsung secara progresif,

    menetap, nyeri hebat dan semakin terlokalisasi (peritoneum parietale). Dalam

    beberapa kasus (misal: perforasi lambung, pankreatitis akut, iskemia intestinal) nyeri

    abdomen akan timbul langsung secara umum/general sejak dari awal. Mual dan

    muntah biasanya sering muncul pada pasien dengan peritonitis. Muntah dapat terjadi

    karena gesekan organ patologi atau iritasi peritoneal sekunder.11

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    17/25

    Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya tidak baik.

    Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis hebat akan

    muncul gejala hipotermia. Takikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator

    inflamasi dan hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual dan muntah,

    demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. Dengan adanya

    dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi semakin hipotensi.

    Hal ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis

    hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.11

    Pada pemeriksaan abdomen, pemeriksaan yang dilakukan akan sangat menimbulkan

    ketidaknyamanan bagi pasien, namun pemeriksaan abdomen ini harus dilakukan

    untuk menegakkan diagnosis dan terapi yang akan dilakukan. Pada inspeksi,

    pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi menununjukkan

    kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan

    usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya akan

    ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended.11

    Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling terasa sakit di

    abdomen, auskultasi dimulai dari arah yang berlawanan dari yang ditunjuik pasien.

    Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising usus.

    Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama

    sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus

    ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik). Sedangkan pada peritonitis lokal bising

    usus dapat terdengar normal.11

    Palpasi. Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang sangat

    sensitif. Bagian anterior dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif. Palpasi

    harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri. Hal

    ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang

    nyeri. Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses

    inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni

    adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi

    kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan.11

    Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot

    dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi bagian

    yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.

    Perkusi. Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    18/25

    bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan

    pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan

    menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.11

    Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok

    dubur dan pemeriksaan vaginal untuk membantu penegakan diagnosis. Nyeri pada

    semua arah menunjukkan general peritonitis.11

    II.6 PEMERIKSAAN FISIK

    Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat

    abdomen. Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang cedera dalam

    tabrakan kendaraan bermotor meliputi :kejadian apa, dimana, kapan terjadinya dan

    perkiraan arah dari datangnya ruda paksa tersebut. Sifat, letak dan perpindahan nyeri

    merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan defekasi dan

    sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus

    diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting. Sifat nyeri, cara timbulnya dan

    perjalanan selanjutnya sangat penting untuk menegakkan diagnosis.11

    Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi,

    pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan

    abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga

    perlu diperhatikan.11

    Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara

    sistematik meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

    Pada inspeksi, perlu diperhatikan :

    Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya

    kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.

    Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan organ-

    organ apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank

    (Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan

    retroperitoneal, tetapi hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari.

    Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena kemungkinan

    adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi peritoneal.

    Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang

    tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis.

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    19/25

    Pada auskultasi, perlu diperhatikan :

    Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus bising

    usus selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali.

    Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya

    trauma diafragma.

    Pada palpasi, perlu diperhatikan :

    Adanya defence muscular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot dinding

    perut abdomen akibat peritonitis.

    Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan organ-

    organ yang mengalami trauma atau adanya peritonitis.

    Pada perkusi, perlu diperhatikan : Redup hati yang menghilang menunjukkan adanya udara bebas dalam rongga perut

    yang berarti terdapatnya robekan (perforasi) dari organ-organ usus.

    Nyeri ketok seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda-tanda peritonitis

    umum.

    Adanya Shifting dullness menunjukkan adanya cairan bebas dalam rongga perut,

    berarti kemungkinan besar terdapat perdarahan dalam rongga perut.

    Pemeriksaan rektal toucher dilakukan untuk mencari adanya penetrasi tulang akibatfraktur pelvis, dan tinja harus dievaluasi untuk gross atau occult blood. Evaluasi tonus

    rektal penting untuk menentukan status neurology pasien dan palpasi high-riding

    prostate mengarah pada trauma salurah kemih.

    Pemeriksaan abdominal tap merupakan pemeriksaan yang penting untuk

    mendapatkan tambahan keterangan bila terjadi pengumpulan darah dalam rongga

    abdomen, terutama bila jumlah perdarahan masih sedikit, sehingga klinis masih tidak

    begitu jelas dan sulit ditentukan. Caranya dapat dilakukan dengan :

    buli- buli dikosongkan, kemudian penderita dimiringkan ke sisi kiri.

    Disinfeksi kulit dengan yodium dan alcohol.

    Digunakan jarum yang cukup besar dan panjang, misalnya jarum spinal no. 1820.

    Sesudah jarum masuk ke rongga perut pada titik kontra Mc Burney, lalu diaspirasi.

    Dianggap positif bila diperoleh darah minimal sebanyak 0.5 cc

    II.7 PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium:

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    20/25

    Pemeriksaan darah dan urin (meliputi urinalisa, toksikologi urin, dan pada wanita

    dilakukan tes kehamilan).

    Nilai elektrolit serum, tingkat kreatinin, dan glukosa.

    Lipase serum atau amylase sensitif sebagai marker trauma pancreas mayor atau

    usus. Tingkat elevasi dapat disebabkan oleh trauma kepala dan muka atau campuran

    penyebab non traumatic (alcohol, narkotik, obat-obat yang lain). Amylase atau lipase

    mungkin berkurang karena iskemi pancreas akibat hipotensi sistemik yang disertai

    trauma. Akan tetapi, hiperamilasemia atau hiperlipasemia meningkatkan sugesti

    trauma intra-abdominal dan sebagai indikasi radiografi dan pembedahan.

    Semua pasien harus menceritakan riwayat imunisasi tetanusnya. Jika belum

    dilakukan maka diberikan profilaksis.

    Pemeriksaan dengan foto:

    Hal yang penting dalam evaluasi pasien trauma tumpul abdomen adalah menilai

    kestabilan hemodinamik. Pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil, evaluasi

    yang cepat harus ditegakkan untuk mengetahui adanya hemoperitonium. Hal ini dapat

    diketahui dengan DPL atau FAST scan. Pemeriksaan radiografik abdomen

    diindikasikan pada pasien stabil saat pemeriksaan fisik dilakukan.

    Radiografi

    Radiografi dada membantu dalam diagnosis trauma abdomen seperti ruptur

    hemidiafragma atau pneumoperitonium.

    Radiografi pelvis atau dada dapat menunjukkan fraktur dari tulang thoracolumbar.

    Mengetahui fraktur costa dapat memperkirakan kemungkinan organ yang terkena

    trauma.

    Tampak udara bebas intra intraperitoneal, atau udara retroperitoneal yang terjebak

    dari perforasi duodenal.

    Ultrasonografi

    Pemeriksaan digunakan untuk mendeteksi hemoperitonium dan diinterpretasikan

    positif jika cairan ditemukan dan negatif jika tidak tampak cairan.

    Pemeriksaan FAST berdasar pada asumsi bahwa kerusakan abdomen berhubungan

    dengan hemoperitonium. Meskipun, deteksi cairan bebas intraperitoneal berdasar

    pada faktor-faktor seperti lokasi trauma, adanya perdarahan tertutup, posisi pasien,

    dan jumlah cairan bebas.

    Protokol pemeriksaan sekarang ini terdiri dari 4 area dengan pasien terlentang.

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    21/25

    Lokasi tersebut adalah perikardiak, perihepatik, perisplenik, dan pelvis.

    Penggambaran perikardial digunakan lubang subcosta atau transtoraksis. Memberikan

    4 bagian penggambaran jantung dan dapat mendeteksi adanya hemoperikardium yang

    ditunjukkan dengan pemisahan selaput viseral dan parietal perikardial. Perihepatik

    menunjukkan gambar bagian dari liver, diafragma, dan ginjal kanan. Menampakkan

    cairan pada ruang subphrenik dan ruang pleura kanan. Perisplenik menggambarkan

    splen dan ginjal kiri dan menampakkan cairan pada ruang pleura kiri dan ruang

    subphrenik. Pelvis menggambarkan penggunaan vesika urinaria sebagai lubang

    sonografi. Gambar ini dilakukan saat bladder penuh. Pada laki-laki, cairan bebas

    tampak sebagai area tidak ekoik (warna hitam) pada celah rektovesikuler. Pada

    wanita, akumulasi cairan pada cavum Douglas, posterior dari uterus.

    Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST positif memerlukan CT scan

    untuk menentukan sebab dan luasnya kerusakan.

    Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST negative memerlukan

    observasi, pemeriksaan abdomen serial, dan follow-up pemeriksaan FAST.

    Pasien dengan hemodinamik tidak stabil dengan hasil FAST negative merupakan

    diagnosis yang meragukan untuk penanganan dokter.

    Computed Tomography (CT) Scan

    CT scan tetap kriteria standar untuk mendeteksi kerusakan organ padat. CT scan

    abdomen dapat menunjukkan kerusakan yang lain yang berhubungan, fraktur vertebra

    dan pelvis dan kerusakan pada cavum toraks.

    Memberikan gambaran yang jelas pancreas, duodenum, dan sistem genitourinarius.

    Gambar dapat membantu banyak jumlah darah dalam abdomen dan dapat

    menunjukkan organ dengan teliti.

    Keterbatasan CT scan meliputi kepekaannya yang rendah untuk diagnostik trauma

    diafragma, pancreas, dan organ berongga. CT scan juga mahal dan memakan dan

    memerlukan kontras oral atau intravena, yang menyebabkan reaksi yang merugikan.

    Prosedur Diagnostik :

    Diagnostic peritoneal lavage

    DPL diindikasikan untuk trauma tumpul pada (1) pasien dengan trauma tulang

    belakang, (2) dengan trauma multiple dan syok yang tidak diketahui, (3) Pasien

    intoksikasi yang mengarah pada trauma abdomen, (4) Pasien lemah dengan

    kemungkinan trauma abdomen, (5) pasien dengan potensial trauma intra-abdominal

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    22/25

    yang akan menjalani anestesi dalam waktu lama untuk prosedur yang lain

    Kontraindikasi absolut untuk DPL yaitu pasien membutuhkan laparotomi.

    Kontraindikasi relatif meliputi kegemukan, riwayat pembedahan abdomen yang

    multipel, dan kehamilan. Metode bervariasi dalam memasukkan kateter ke ruang peritoneal. Meliputi metode

    open, semiopen dan closed. Metode open memerlukan insisi kulit infraumbilikal

    sampai dan melewati linea alba. Peritoneum dibuka dan kateter diletakkan langsung.

    Metode semiopen hampir sama hanya peritoneum tidak dibuka dan kateter melalui

    perkutaneus melalui peritoneum ke dalam ruang peritoneal. Metode closed

    memerlukan kateter untuk dipasang di dalam kulit, subkutan, linea alba dan

    peritoneum.

    Hasil DPL dinyatakan positif pada trauma tumpul abdomen jika menghasilkan

    aspirasi 10 mL darah sebelum pemasukan cairan lavase, mempunyai RBC lebih dari

    100.000 RBC/mL, lebih dari 500 WBC/mL, peningkatan amylase, empedu, bakteri,

    atau urin. Hanya sekitar 30 mL darah dibutuhkan dalam peritoneum untuk

    menghasilkan DPL positif secara mikroskopik.

    DPL di tunjukkan pada beberapa studi mempunyai akurasi diagnostik 98-100%,

    sensivitas 98-100% dan spesifikasi 90-96%. DPL mempunyai keuntungan termasuk

    sensitivitas tinggi, interpretasi cepat, dan segera. Positif palsu dapat terjadi jika jalan

    infraumbilikal digunakan pada pasien fraktur pelvis. Sebelum dilakukan DPL, vesica

    urinaria dan lambung harus di dekompresi.

    Dengan kemampuan yang cepat, noninvasive, dan lebih menggambarkan

    (pemeriksaan FAST, CT scan), peranan DPL kini terbatas untuk evaluasi pasien

    trauma yang tidak stabil yang hasil FAST negative atau tidak jelas. 10

    II.8 PENATALAKSANAAN

    Terapi Medis

    Keberhasilan utama paramedis dengan latihan Advanced Trauma Life Support

    merupakan latihan menilai dengan cepat jalan napas pasien dengan melindungi tulang

    belakang, pernapasan dan sirkulasi. Kemudian diikuti dengan memfiksasi fraktur dan

    mengontrol perdarahan yang keluar. Pasien trauma merupakan risiko mengalami

    kemunduran yang progresif dari perdarahan berulang dan membutuhkan transport

    untuk pusat trauma atau fasilitas yang lebih teliti dan layak. Sebab itu, melindungi

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    23/25

    jalan napas, menempatkan jalur intravena, dan memberi cairan intravena, kecuali

    keterlambatan transport. Prioritas selanjutnya pada primary survey adalah penilaian

    status sirkulasi pasien. Kolaps dari sirkulasi pasien dengan trauma tumpul abdomen

    biasanya disebabkan oleh hipovolemia karena perdarahan. Volume resusitasi yang

    efektif dengan mengontrol darah yang keluar infuse larutan kristaloid melalui 2 jalur.

    10

    Primary survey dilengkapi dengan menilai tingkat kesadaran pasien menggunakan

    Glasgow Coma Scale. Pasien tidak menggunakan pakaian dan dijaga tetap bersih,

    kering, hangat.

    Secondary survey terdiri dari pemeriksaan lengkap dan teliti sebagai indikasi dalam

    pemeriksaan fisik.

    Manajemen Non Operative Trauma Tumpul Abdomen

    Strategis manajemen nonoperatif berdasarkan pada CT scan dan kestabilan

    hemodinamik pasien yang saat ini digunakan dalam penatalaksanaan trauma organ

    padat orang dewasa, hati dan limpa. Pada trauma tumpul abdomen, termasuk

    beberapa trauma organ padat, manajemen nonoperatif yang selektif menjadi standar

    perawatan. Angiografi merupakan keutamaan pada manajemen nonoperatif trauma

    organ padat pada orang dewasa dari trauma tumpul. Digunakan untuk kontrol

    perdarahan.

    Terapi Pembedahan

    Indikasi laparotomi pada pasien dengan trauma abdomen meliputi tanda-tanda

    peritonitis, perdarahan atau syok yang tidak terkontrol, kemunduran klinis selama

    observasi, dan adanya hemoperitonium setelah pemeriksaan FAST dan DPL.

    Ketika indikasi laparotomi, diberikan antibiotik spektrum luas. Insisi midline biasanya

    menjadi pilihan. Saat abdomen dibuka, kontrol perdarahan dilakukan dengan

    memindahkan darah dan bekuan darah, membalut semua 4 kuadran, dan mengklem

    semua struktur vaskuler. Kerusakan pada lubang berongga dijahit. Setelah kerusakan

    intra-abdomen teratasi dan perdarahan terkontrol dengan pembalutan, eksplorasi

    abdomen dengan teliti kemudian dilihat untuk evaluasi seluruh isi abdomen.

    Setelah trauma intra-abdomen terkontrol, retroperitonium dan pelvis harus diinspeksi.

    Jangan memeriksa hematom pelvis. Penggunaan fiksasi eksternal fraktur pelvis untuk

    mengurangi atau menghentikan kehilangan darah pada daerah ini. Setelah sumber

    perdarahan dihentikan, selanjutnya menstabilkan pasien dengan resusitasi cairan dan

    pemberian suasana hangat. Setelah tindakan lengkap, melihat pemeriksaan

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    24/25

  • 7/30/2019 Blunt Abd Trauma

    25/25

    trauma tumpul abdomen masih menjadi kecurigaan. Penatalaksanaan harus

    secepatnya dilakukan jika telah terbukti adanya trauma tumpul abdomen dengan

    kegawatan, mengingat banyaknya organ-organ penting yang terdapat di intra

    abdominal. Komplikasi yang sering terjadi pada trauma tumpul abdomen adalah

    peritonitis. Kematian pada trauma tumpul abdomen disebabkan karena sepsis dan

    perdarahan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Campbell, Brendan. 2007. Abdominal exploration. http://www.TauMed.com

    2. Gordon, Julian. 2006. Trauma Urogenital. http://www.emedicine.com

    3. Khan, Nawas Ali. 2207. Liver Trauma. Chairman of Medical Imaging, Professor of

    Radiology, NGHA, King Fahad Hospital, King Abdul Aziz Medical City Riyadh,

    Saudi Arabia. http://www.emedicine.com

    4. Molmenti, Hebe, 2004. Peritonitis. Medical Encyclopedia. Medline Plus

    http://medlineplus.gov/

    5. Nestor, M.D. 2007. Blunt Abdominal Trauma

    6. Odle, Teresa. 2007. Blunt Abdominal Trauma. http://www.emedicine.com

    7. Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-dasar Urologi. Fakultas Kedokteran Universitas

    Brawijaya. Malang

    8. Salomone, Joseph. 2007. Blunt Abdominal Trauma. Department of Emergency

    Medicine, Truman Medical Center, University of Missouri at Kansas City School of

    Medicine. http://www.emedicine.com

    9. Snell, Richard. 1997. Anatomi Klinik Bagian 1. EGC. Jakarta

    10. Udeani, John. 2005. Abdominal Trauma Blunt. Department of Emergency

    Medicine, Charles Drew University / UCLA School of Medicine.

    http://www.emedicine.com

    11. Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta

    sorces :http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-

    abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSH

    Under Creative Commons License:Attribution Non-Commercial

    http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSH