13
BROMHIDROSIS Karina, S.Ked. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang I. Pendahuluan Bromhidrosis diartikan sebagai bau badan dengan awitan pada usia setelah pubertas dan jarang bau badan menjadi berlebihan atau tidak sedap. 1 Bromhidrosis dapat dibagi menjadi bromhidrosis apokrin dan bromhidrosis ekrin. Bromhidrosis apokrin diartikan sebagai bau tidak sedap yang dihasilkan oleh kelenjar apokrin. Keadaan ini biasa terjadi di aksila. Sekresi kelenjar apokrin berupa cairan berminyak diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan E- 3-methyl-2-hexenoic acid (E-3M2H) yang mempunyai bau khas. Sementara itu, bromhidrosis ekrin dapat disebabkan oleh konsumsi beberapa jenis makanan seperti bawang putih dan alkohol serta gangguan metabolik. 1-3 Bromhidrosis merupakan kondisi kronis dan dapat terjadi pada semua ras. Walupun tidak 1

Bromhidrosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bromhidrosis

Citation preview

Page 1: Bromhidrosis

BROMHIDROSIS

Karina, S.Ked.

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang

I. Pendahuluan

Bromhidrosis diartikan sebagai bau badan dengan awitan pada usia

setelah pubertas dan jarang bau badan menjadi berlebihan atau tidak

sedap.1

Bromhidrosis dapat dibagi menjadi bromhidrosis apokrin dan

bromhidrosis ekrin. Bromhidrosis apokrin diartikan sebagai bau tidak

sedap yang dihasilkan oleh kelenjar apokrin. Keadaan ini biasa terjadi

di aksila. Sekresi kelenjar apokrin berupa cairan berminyak diuraikan

oleh bakteri sehingga menghasilkan E-3-methyl-2-hexenoic acid (E-

3M2H) yang mempunyai bau khas. Sementara itu, bromhidrosis ekrin

dapat disebabkan oleh konsumsi beberapa jenis makanan seperti

bawang putih dan alkohol serta gangguan metabolik.1-3

Bromhidrosis merupakan kondisi kronis dan dapat terjadi pada

semua ras. Walupun tidak ditemukan morbiditas pada bromhidrosis

tetapi bau badan tidak sedap sering membuat individu yang terkena

merasa malu sehingga mengganggu kualitas hidupnya. Oleh karena itu,

perlu diketahui lebih lanjut mengenai bromhidrosis sehingga

diharapakan dapat menambah pengetahuan mengenai etiologi,

manifestasi klinis, cara menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan

bromhidrosis agar dapat diterapkan guna mencegah komplikasi berupa

penurunan fungsi psikososial individu yang mengalami

bromhhidrosis.1,3

II. Epidemiologi

1

Page 2: Bromhidrosis

Awitan bromhidrosis terjadi pada usia setelah pubertas dan banyak

terjadi pada populasi penduduk Afrika dan Amerika. Tidak terdapat

predileksi geografi, walaupun musim panas dan iklim panas dapat

memperburuk penyakit. Higienitas perorangan yang buruk juga

menjadi salah satu faktor pendukung.1,4

Bromhidrosis apokrin terjadi pada semua orang dari berbagai ras

tetapi lebih banyak terjadi pada etnik kulit hitam. Bromhidrosis lebih

banyak terjadi pada laki-laki. 4,5

III. Etiopatogenesis

Kelenjar sekretori manusia terdiri dari apokrin dan ekrin. Kelenjar

ekrin tersebar hampir diseluruh permukaan tubuh dan berhubungan

dengan proses termoregulasi dengan menghasilkan keringat sedangkan

kelenjar apokrin menyebabkan bau khas feromon. Kelenjar ini

menghasilkan sejumlah kecil cairan berminyak yang tidak berbau saat

mencapai permukaan kulit. Bau khas dihasilkan akibat penguraian oleh

bakteri terhadap cairan berminyak.1

Aroma tubuh manusia dihasilkan dari kelenjar apokrin walaupun

dapat berasal dari sumber lain. Sekresi kelenjar sebasea dan

penguraian produk dari keratinisasi, terutama pada hiperhidrosis, dapat

menghasilkan bau tidak sedap. Sekresi kelenjar ekrin biasanya tidak

berbau tetapi berbagai subtansi dapat diekskresikan, seperti bawang

putih dan arsen. Karakteristik bau bisa berhubungan dengan berbagai

amino – aciduria. Keringat dapat memiliki bau khas seperti pada

penyakit gout, diabetes, scurvy, dan penyakit lain. Beberapa pasien

yang mengeluh bau badan dapat mengalami fobia atau paronia.3,4

Kelenjar apokrin banyak ditemukan di daerah aksila dan genital

tetapi juga dapat ditemukan di dada, telinga (kelenjar seruminous), dan

area periorbital (kelenjar Moll). Sekresi apokrin berpengaruh terhadap

produksi bau melalui aktivitas bakteri terhadap komponen yang

dihasilkan. Host di daerah aksila terdiri dari berbagai bakteri,

kebanyakan berupa bakteri Gram positif. Leyden menyatakan

2

Page 3: Bromhidrosis

walaupun ada beberapa mikroorganisme yang merupakan flora normal

aksila, seperti Micrococcaceae, Aerobic diphtheroids, dan

Propionibacteria, namun hanya diphtheroids yang menghasilkan bau

badan khas.1-3, 6,7

Bromhidrosis apokrin memiliki prevalensi paling banyak dari

bentuk bromhidrosis. Beberapa faktor dapat menyebabkan patogenesis

dari bromhidrosis apokrin. Penguraian bakteri terhadap sekresi

kelenjar apokrin menghasilkan amonia dan asam lemak rantai pendek

yang memiliki bau khas yang tajam. Asam yang paling banyak adalah

(E)-3-methyl-2-hexanoic acid (E-3M2H) akan dibawa ke permukaan

kulit oleh dua protein pengikat, yaitu apocrine secretion binding

proteins (ASOB 1 dan ASOB 2). Apocrine secretion binding protein 2

(ASOB 2) merupakan apolipoprotein D yang berfungsi membawa

feromon pada mamalia. (E)-3-methyl-2-hexanoic acid (E-3M2H) dan

(RS)-3-hydroxy-3-methlyhexanoic acid (HMHA) dihasilkan melalui

aktivitas spesifik zinc-dependent N-alpha-acyl-glutamine

aminoacylase (N-AGA) dari Corynebacterium species.1,3,5,6,8,9

Selain itu, pengaruh hiperhidrosis pada bromhidrosis belum jelas.

Beberapa pendapat mengatakan bahwa keringat yang dihasilkan

kelenjar ekrin memperberat bromhidrosis apokrin dengan mendorong

penyebaran lokal dari komponen keringat yang dihasilkan kelenjar

apokrin dan meningkatkan kelembaban lingkungan untuk bakteri

berkembang biak.1

Pada situasi tertentu, sekresi dari kelenjar ekrin yang tidak berbau

dapat menghasilkan bau tidak sedap dan menyebabkan bromhidrosis

ekrin. Ketika keringat yang dihasilkan kelenjar ekrin melembutkan

keratin, degradasi bakteri terhadap keratin dapat menghasilkan bau

tidak sedap. Mengkonsumsi beberapa makanan, seperti bawang putih,

kari, alkohol, dan beberapa obat (penisilin dan bromida) dapat

menyebabkan bromhidrosis ekrin. Selain itu, bromhidrosis ekrin dapat

disebabkan oleh gangguan metabolik.3,5

3

Page 4: Bromhidrosis

IV. Manifestasi Klinis

Riwayat pasien dengan keluhan bau badan tidak sedap terutama di

aksila meskipun area genital dan kaki dapat terpengaruh. Bau

digambarkan sebagai bau yang tajam, tengik, ataupun asam.1,3

Pemeriksaan fisik pada bromhidrosis tidak khas. Bromhidrosis

tidak berhubungan dengan gangguan anatomi sehingga kulit terlihat

normal. Namun, individu dengan bromhidrosis ekrin yang disebabkan

degradasi bakteri dari keratin mungkin memiliki maserasi dan keratin

tebal lembab pada pemeriksaan. Temuan ini paling sering terlihat pada

permukaan plantar dan intertriginosa.1,3

V. Diagnosis

Diagnosis pasien bromhidrosis didapatkan dari keluhan pasien

berupa bau badan yang tidak sedap di aksila, area genital, dan kaki.

Selain itu, pada bromhidrosis ekrin perlu ditanyakan riwayat

penggunaan obat (bromida), makanan (alkohol, bawang putih, dan

kari) serta gangguan metabolik.1,3

Pada pemeriksaan fisik pasien bromhidrosis tidak ditemukan lesi

kulit yang abnormal namun pada bromhidrosis ekrin dapat ditemukan

maserasi dan keratin pada plantar dan intertriginosa.1,3

Pada pemeriksaan laboratorik tidak didapatkan hasil abnormal.

Sementara itu, pada patologi dilaporkan tidak terdapat abnormalitas di

kelenjar apokrin pada individu yang terkena tetapi beberapa penelitaan

juga melaporkan bahwa terdapat peningkatan jumlah dan ukuran pada

kelenjar apokrin.1,5

VI. Penatalaksanaan

a. Umum

4

Page 5: Bromhidrosis

Penatalaksanaan dilakukan dengan cara sering mencuci daerah

aksila, menggunakan deodoran atau antiperspirant (aluminium

klorida) dan parfum. Mencukur rambut ketiak dapat membantu

mengurangi bau badan sehingga mengurangi akumulasi bakteri dan

keringat pada rambut. Penggunaan sabun antibakteri dan topikal

antibakteri dapat membantu mengurangi bau.1

b. Terapi non-bedah

Injeksi toksin botulinum A dilaporkan dapat memperbaiki

bromhidrosis aksila dan genital. Toksin botulinum A menghambat

pengeluaran asetilkolin dari membran presinaps neuromuscular

junction. Hal ini dapat mencegah rangsangan transmisi kolinergik

neuroreseptor postganglion. Oleh karena, kelenjar apokrin dan

ekrin dipengaruhi oleh rangsangan kolinergik sehingga injeksi

toksin botulinum A pada area hiperhidrosis dapat menghentikan

produksi keringat yang dihasilkan kelenjar.1,11

Terapi frequency-doubled, Q-switched Nd:YAG laser juga

efektif untuk mengatasi bromhidrosis aksila. Laser ini

memancarkan sinar hijau berkekuatan tinggi. Gelombang energi

yang dihasilkan akan diserap melanin dan hemoglobin kemudian

ditransmisikan ke kelenjar apokrin dan menyebabkan kerusakan

pada kelenjar dan mikrosirkulasi.1,3,12

c. Terapi pembedahan

Beberapa pemeriksaan sebelum pembedahan untuk tatalaksana

bromhidrosis apokrin perlu dilakukan. Penilaian pasien penting

dilakukan karena berhubungan dengan pembentukan skar setelah

operasi, waktu penyembuhan lama, infeksi, dan komplikasi lain.

Upper thoracic sympathectomy telah berhasil menangani

bromhidrosis apokrin. Operasi pembuangan kelenjar apokrin dapat

dilakukan melalui pembuangan jaringan subkutan atau sampai kulit

aksila. Walaupun operasi eksisi memiliki efektifitas tinggi tetapi

5

Page 6: Bromhidrosis

hal ini juga tergantung dari kedalaman jaringan yang dibuang,

teknik operasi yang digunakan, regenerasi, dan kembalinya fungsi

apokrin. Baik superficial liposuction dan ultrasound assisted

liposuction efektif untuk penatalaksanaan bromhidrosis.1

VII. Prognosis

Bromhidrosis apokrin merupakan penyakit kronis. Seseorang yang

terkena bromhidosis sering merasa malu dan hal ini dapat

mengganggu fungsi psikososialnya.1

VIII. Simpulan

Bromhidrosis diartikan sebagai bau badan dengan awitan setelah

pubertas. Jarang bau badan menjadi berlebihan atau tidak sedap.

Bromhidrosis dibagi menjadi bromhidrosis apokrin dan bromhidrosis

ekrin.

Bromhidrosis apokrin diartikan sebagai bau tidak sedap yang

dihasilkan oleh kelenjar apokrin. Sekresi kelenjar apokrin berupa

cairan berminyak diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan E-3-

methyl-2-hexenoic acid (E-3M2H) yang mempunyai bau khas.

Sementara itu, bromhidrosis ekrin dapat disebabkan oleh konsumsi

beberapa jenis makanan seperti bawang putih dan alkohol serta

gangguan metabolik.

Gejala bromhidrosis berupa riwayat bau badan tidak sedap

sedangkan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorik tidak

didapatkan temuan yang spesifik. Pada patologi didapatkan

peningkatan jumlah dan ukuran kelenjar apokrin.

Penatalaksanaan bromhidrosis, yaitu mencuci daerah aksila,

penggunaan deodoran atau antiperspirant dan parfum, injeksi toksin

botulinum A, laser serta terapi pembedahan.

Bromhidrosis merupakan suatu kondisi kronis ditandai dengan bau

badan berlebihan atau bau tidak sedap. Bromhidrosis berhubungan

6

Page 7: Bromhidrosis

dengan sekresi kelenjar apokrin dan mengganggu kualitas hidup

seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiseman MC. Disorder of apocrine sweat glands. In: Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th ed. New York: McGraw – Hill; 2012. p. 731-2.

7

Page 8: Bromhidrosis

2. Coulson IH. Disorder of sweat glands. In: Wilkinson SM, Beck MH. Rook’s Textbook of Dermatology, 8th ed. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2010. p. 45. 21.

3. James WD, Berger Timothy, Elston Dirk. Andrew’s Disease of The Skin Clinical Dermatology, 11th ed. Philadelphia: Elsevier; 2010. p. 777-9.

4. Hurley HJ. Disorder of the sweat glands. In: Orkin M, Maibach H, Dahl MV. Dermatology. Norwalk: Apleton - Lange; 1991. p. 384.

5. Wasitaatmadja SM. Dermatologi Kosmetik. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedoktean Universitas Indonesia; 2011. hal. 250-1.

6. Mao GY, Yang SL, Zheng JH. Etiology and management of axillary bromidrosis: a brief review. Int J Dermatol. 2008; 47: 1063–8.

7. Natsch A, Derrer S, Flachsmann F, Schmid J. A broad diversity of volatile carboxylic acids, released by a bacterial aminoacylase from axilla secretions, as candidate molecules for the determination of human-body odor type. Chem Biodivers. 2006; 3 (1): 1-20

8. Dearborn FM. Disease of The Skin. New Delhi: B. Jain Publisher; 2002. p. 457–8

9. Zeng C, Spielman AI, Vowels BR et al. A human axillary odorant is carried by apolipoprotein D. Proc Natl Acad Sci USA. 1996; 93: 6626–30.

10. Heckman M, Ceballos AO, Plewig G. Botulinum toxin A for axillary hyperhydrosis (excessive sweating). N Engl JMed. 2001;344: 448-93

11. Lee Jae, Byung Kim, Kim MB. A case of foul genital odor treated with botulinum toxin A. Dermatol Surg. 2004; 30: 1233-35.

12. Kunachak S, Wongwaisayawan S, Leelaudomlipi P. Noninvasive treatment of bromidrosis by frequency-doubled Q-switched Nd:YAG laser. Aesth. Plast. Surg. 2000; 24: 198-201.

8