Upload
yoshanda17
View
67
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bronkitis
Citation preview
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas
1. Nama : Ny. M/Perempuan/40 tahun
2. Pendidikan : SMP
3. Pekerjaan : -
4. Alamat : RT 5 Pematang Sulur
5. Tanggal periksa : 18 Mei 2015
II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan
Keluarga :
a. Status perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah anak : 3
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi rumah : Rumah berdinding semen dan
beratap genteng dengan ukuran rumah 10 x 7 meter. Samping
kanan ada rumah tetangga, mempunyai halaman rumah.
Pencahayaan cukup, pertukaran udara cukup. Memiliki ruang
tamu, 2 ruang kamar tidur, 1 ruang keluarga sekaligus ruang
makan dengan 6 jendela dan 1 ruang dapur dan ada kamar
mandi. Sumber air dari air sumur. Kamar mandi menggunakan
wc jongkok.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama anaknya. anak pasien merupakan
pelajar dan sedangkan pasien bekerja wiraswasta.
III. Aspek psikologis di keluarga :
Secara psikologis pasien tidak bermasalah. Pasien dikenal sebagai ibu
yang baik bagi keluarganya.
2
IV. Anamnesa :
a. Keluhan utama :
Batuk sejak 3 hari yang lalu
b. Keluhan tambahan :(-)
c. Riwayat perjalanan penyakit
pasien mengeluhkan batuk sejak tiga hari terakhir dan
semakin memberat sejak satu hari sebelum pemeriksaan. Pasien
mengatakan bahwa pasien batuk tetapi hilang timbul, terdapat
dahak berwarna putih bening dan kental, pasien juga
mengeluhkan nyeri pada perut saat batuk. Pasien mengatakan
sudah sering batuk sejak sekitar 2 minggu terakhir, dan kambuh –
kambuhan. Pasien mengatakan batuk terutama saat cuaca dingin.
V. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga :
Riwayat mengalami keluhan yang sama Disangkal.
Riwayat TBC / pengobatan OAT : Disangkal
Riwayat batuk lama : Disangkal
Riwayat batuk darah : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat sakit maag : Disangkal
.
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36 ⁰C
3
Kepala
Bentuk : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil
isokhor, refleks cahaya (+/+)
THT :
Hidung: Dalam batas normal
Telinga: Dalam batas normal
Tenggorokan: Tonsil: T1-T1, faring tidak hiperemis
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Rhonki +/+,
wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial di
midklavikula sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi :BJ I-II regular, gallop (-), murmur
(-)
Abdomen:
4
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepar
dan lien tidak teraba.
Ektremitas: o Superior: Edema (-/-), akral hangat, nyeri tekan (-/-)tanda
peradangan (-/-),
o Inferior: Edema (-/-), nyeri tekan (-/-), kemerahan (-/-).
VII. Pemeriksaan anjuran
Pemeriksaan Sputum
Darah Lengkap
Rontgen
VIII. Diagnosa
Bronkitis Kronis
IX. Diagnosa Banding
1. TB paru
2. Asma
X. Manajemen
- Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita
adalah penyakit bronkitis.
Menjelaskan kepada pasien tentang pencegahan dan cara
menghindar dari faktor pencetusnya terutama menghindari
asap rokok menggunakan masker atau penutup hidung
- Preventif
5
Menghindari aktivitas yang berlebihan seperti mencuci
yang terlalu banyak dan tidak ada istirahatnya
Mengkonsumsi makanan bergizi
- Kuratif
Non Farmakologi
1. Istirahat di rumah
2. Menggunakan masker
F armakologi
OBH syirup 3x1
Amosisilin 3 x 500 mg
Paracetamol 3 x 500 mg
- Dissability
(-)
- Rehabilitatif
Menjelaskan kepada pasien untuk tidak bekerja terlalu
berat
Menjelaskan kepada pasien cara pencegahan kekambuhan
XI. Resep
6
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang IV Sipin
Dokter : Ahmad Habibi SIP : No.188/SIK/2015 STR: No. 365/STR/2015
Tanggal : 15 Mei 2015
R/ Amoksisilin 500 mg tab No X
∫ 3 dd tab I
R/ Paracetamol 500 mg tab No X
∫ 3 dd tab I
R/ OBH syr NO 1 ∫ 3 dd I C
Pro : Ny. M / 40 tahun Resep tidak boleh ditukar tanpa Alamat : RT 5 Pematang sulur sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1 DEFINISI
Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik,
pada keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan
batuk produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-
turut, biasanya keadaan ini disertai emfisema paru
2.2 INSIDENSI
Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan.
Frekuensi angka kejadian lebih sering pada pria disbanding wanita, usia
penderita bronchitis krinis lebih sering dijumpai di atas 50 tahun.
2.3 ETIOLOGI
Faktor penyebab tersering pada bronchitis kronis adalah asap rokok, debu
dan asap industri, polusi udara (Fayyaz, 2009)
2.4 GAMBARAN KLINIS
Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah banyak.
Dahak makin banyak dan berwarna kuning (purulen), pada serangan
akut kadang dapat dijumpai batuk darah
Sesak nafas. Sesak bersifat progresif, maikin memberat saat
beraktifitas
Pada pemeriksaan auskultasi kadang dapat didapatkan whizzing juga
ronkhi
2.5 KLASIFIKASI
Secara klinis, bronchitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni :
Bronchitis kronis ringan, ditandai dengan batuk berdahak dan
keluhan lain yang ringan
Bronchitis kronis mukopurulen, diandai dengan batuk berdahak
kental,purulen (berwarna kekuningan)
Bronchitis kronik dengan penyempitan saluran nafas, ditandai dengan
batuk berdahak yang disertai dengan sesak nafas berat dan suara
mengi
8
2.6 PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronkhitis adalah hipertropi dari kelanjar
mukosa bronkhus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan
infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.
Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkhus tampaknya
mempengaruhi bronkhiolus yang kecil-kecil sedemikian rupa sampai
bronkhiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama
adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah
industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktivitas silia dan pagositosis,
sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya
sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia sel-sel penghasil mukus
di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkhus mengalami kelumpuhan
atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel penghasil
mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit
dikeluarkan dari saluran nafas.
9
2.7 PENDEKATAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Adanya batuk berdahak ataupun tidak, biasanya di sertai sesak nafas
yang memberat saat melakukan aktifitas.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan keadaan normal dan kadang-
kadang terdengar suara wheezing di beberapa tempat. Rhonki dapat
terdengar jika produksi sputum meningkat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thorax
Foto thorax biasanya menunjukkan gambaran normal atau
tampak corakan bronkial meningkat dan terdapat gambaran air
bonkogram. Diagnosis ditegakkan dengan foto thorax dengan
gambaran fotonya tidak dijumpai infiltrat.
10
b. Uji faal paru
Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji
fungsi paru.
c. Laboratorium
Pada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat.
2.8 DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Empisema
2. Bronkiektasis
3. Asma
2.9 TERAPI
Tujuan pengobatan bronkhitis adalah untuk mengurangi gejala batuk,
melegakan pernafasan serta menyembuhkan bronkhitis. Terapi bronkhitis
meliputi :
1. Istirahat yang cukup
11
2. Minum cairan yang banyak
3. Menghindari udara dingin & AC
4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik
Rehabilitasi paru adalah program latihan pernafasan.
Jenis obat yang dipakai untuk bronkhitis :
1. Antibiotik
Bronkhitis biasanya terjadi akibat infeksi virus, sehingga antibiotik
tidak efektif
2. Obat batuk
Jika batuk kering, maka diberikan obat penekan batuk
(antitusif)
Jika batuk berdahak, maka diberikan obat pengencer dahak
(mukolitik)
3. Obat lain
Pada pasien yang memiliki riwayat asma atau penyekit paru obstruktif
kronik, maka direkomendasikan inhaler dan obat-obatan lain untuk
mengurangi peradangan dan membuka bagian dalam paru-paru yang
menyempit.
12
BAB III
ANALISIS KASUS
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
1. pasien mengeluhkan batuk sejak tiga hari terakhir dan semakin memberat
sejak satu hari sebelum pemeriksaan. Pasien mengatakan bahwa pasien
batuk tetapi hilang timbul, terdapat dahak berwarna putih bening dan
kental, pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut saat batuk. Pasien
mengatakan sudah sering batuk sejak sekitar dua minggu yang lalu, dan
kambuh – kambuhan. Pasien mengatakan batuk terutama saat cuaca
dingin.
. Pada pemeriksaan fisik didapat pada Paru didapatkan: Ronkhi (+/+) pada
Paru.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, akhirnya didapatkan diagnosa
penyakit yang diderita pasien yaitu bronkitis kronis. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan dari gejala-gejala yang dikeluhkan pasien yaitu batuk
berdahak sejak 3 hari yang lalu dan kambuh kambuhan. Dimana gejala ini
sesuai dengan teori menunjukkan gejala Bronkitis
2. Pasien tinggal bersama anaknya. anak pasien merupakan pelajar dan
sedangkan pasien wiraswasta. Rumah pasien berdinding semen dan
beratap genteng dengan ukuran rumah 10 x 7 meter. Samping kanan ada
rumah tetangga, mempunyai halaman rumah. Pencahayaan cukup,
13
pertukaran udara cukup. Memiliki ruang tamu, 2 ruang kamar tidur, 1
ruang keluarga sekaligus ruang makan dengan 6 jendela dan 1 ruang
dapur dan ada kamar mandi. Sumber air dari air sumur. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok.
Disini Tidak ada hubungan penyakit pasien dengan keadaan rumah
pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Secara psikologis pasien tidak punya masalah dalam keluarga. Pasien
dikenal sebagai seorang ibu yang baik bagi keluarganya. Didalam
hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien.
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit bronkitis
kronis adalah akibat dari terpapar dengan asap rokot dan debu sehingga
ini merupakan faktor pencetus timbulnya penyakit tersebut pada pasien .
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :
Adapun faktor pencetus atau etiologi yang menimbulkan Bronkitis
kronis adalah terpapar dengan asap rokot dan debu.
e. Analisis untuk menghindari faktor pencetus atau memperberat
penyakit :
Untuk menghindari faktor pencetus terjadinya bronkitis Kronis yaitu
menghindari terpaparnya dari asap rokok dan debu . Menjaga daya tahan
tubuh dengan minum vitamin sehingga menambah stamina .
RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA
PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
14
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, menjelaskan tentang
pencegahan dan cara menghindar dari faktor pencetusnya.
Menjelaskan kepada pasien untuk tidak terlalu beraktifitas yang berlebihan.
RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA
KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit Bronkitis merupakan
penyakit obstruksi paru kronik, pada keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan
sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya tiga bulan atau
bahkan dua tahun berturut-turut.
Memberi edukasi kepada pasien untuk menjauhi atau menghindari faktor
pencetus timbulnya bronkitis tersebut. Menekankan kepada pasien untuk menjaga
kesehatan dengan meningkatkan daya tahan tubuh, seperti minum vitamin.
ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG
DAPAT MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN
PADA PASIEN
pasien diberi nasehat bahwa Bronkitis Kronis ini dapat berkelanjutan apabila
tidak menghindari faktor-faktor pencetus bahkan dapat menjadi berat. Oleh
karena itu pasien dianjurkan :
Istirahat yang cukup selama pengobatan
Rutin minum obat
Mengurangi aktivitas yang terlalu berat, mencuci jangan terlalu banyak
dan jangan mencuci pada malam hari
Kontrol jika penyakit tidak kunjung sembuh
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Djojodibroto R, 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC.
p. 121
2. Price S & Wilson, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. p. 178
3. Rasad S, 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta:Badan Penerbit
FKUI. p. 100
4. Syarif dkk, 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
5. Wenzel & Fowler, 2006. Acute Bronchitis. The New England Journal of
Medicine 2006; 355:2125-2130.
6. Worral G, 2008. Acute Bronchitis. Pubmed journal Can Fam
Physician. 2008 February; 54(2): 238–239.
16
LAMPIRAN
17
kamar mandi pasien Kamar Pasien