Upload
murtaza-muhammad-yusuf
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DBD
Citation preview
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PENYULUHAN
KESEHATAN MENGENAI DEMAM BERDARAH DENGUE
DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KUTA ALAM
KOTA BANDA ACEH
I. Latar belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik
akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa
demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata,
otot dan persendian, hingga perdarahan spontan.
Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada
tahun 1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi
ke sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Banyak faktor yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita DBD
antara lain karena kepadatan vektor penular, mobilitas penduduk, belum
optimalnya program pemberantasan sarang nyamuk baik dilihat dari sarana
maupun prasarana, perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat belum
optimal. Selain itu kasus DBD biasanya meningkat selama musim penghujan.
Data Dunia dan Nasional pada Januari-Oktober 2010 mencatat 2.106
kasus. Jumlah ini dilaporkan jauh meningkat dibandingkan dengan kasus yang
terjadi pada 2009 yang hanya 1.859 kasus, sementara untuk tahun 2008 jauh
lebih tinggi hingga mencapai angka 2.436 kasus. Ada 4 kabupaten/kota di
Aceh yang tergolong endemis DBD sejak 2008 hingga Januari-Oktober 2010,
yaitu Lhoksemawe, Banda Aceh, Aceh Besar dan Aceh Tamiang.
Berdasarkan data Profil Dinas kesehatan Provinsi Aceh tahun 2009,
jumlah kasus DBD sebanyak 2.072 kasus. Sementara data yang didapatkan
dari Dinas Kesehatan kota Banda Aceh tahun 2010, jumlah kasus yang terjadi
sebanyak 750 kasus jauh lebih tinggi daripada angka kejadian pada tahun
2009 yang berjumlah 306 kasus.
Upaya-upaya untuk mengantisipasi dan menanggulangi berjangkitnya
DBD di daerah-daerah telah dilakukan oleh dinas terkait, seperti penanganan
kasus di Rumah Sakit, Puskesmas, dan fogging. Demikian juga bentuk-bentuk
upaya pemberdayaan masyarakat khususnya dalam pencegahan dan
penanggulangan DBD melalui gerakan 3M Plus, peningkatan derajat
kesehatan, upaya perlindungan khusus terhadap penyakit, upaya penemuan
kasus secara dini dan pengobatan segera, serta upaya untuk mencegah
kefatalan dan kecacatan ini terus dikembangkan dan ditingkatkan.
Namun pada kenyataannya penanganan DBD di tingkat masyarakat
belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini dilihat dari belum
banyaknya masyarakat yang memahami dan melakukan upaya penanganan
yang tepat yakni melalui gerakan 3M Plus sehingga angka kasus DBD ini
masih ada dan cukup tinggi.
Meskipun banyak upaya yang dilakukan, target pemerintah untuk
menurunkan kejadian DBD menjadi 20 per 100.000 penduduk didaerah
endemis masih tetap sulit dicapai, hal ini terlihat pada akhir 2008 saja jumlah
kasus DBD masih tetap tinggi. Secara nasional angka kejadian saat ini 48 per
100.000 dengan angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) pada tahun 2009
adalah 1,8%, tidak jauh berbeda dengan angka kejadian DBD tahun 2008
sebanyak 50 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 1%.
Adanya kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan oleh berbagai tenaga
kesehatan diharapkan mampu memberdayakan peran serta masyarakat untuk
dapat mencegah dan menurunkan angka Demam Berdarah Dengue. Promosi
kesehatan atau penyuluhan kesehatan yang di berikan tentang pertolongan
pertama pada penderita Demam Berdarah Dengue, dan selanjutnya dirujuk ke
rumah sakit bila perlu, penaburan bubuk abate pada tempat-tempat
penampungan air, pemberantasan sarang nyamuk dengan cara bergotong
royong yang melibatkan masyarakat, serta penyebaran leaflet pada
masyarakat.
Pada tahun 2009, Widia melakukan penelitian dan hasil penelitian
menunjukkan Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada
kontainer (p=0,001), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,001), ketersediaan
tutup pada kontainer (p=0,001), frekuensi pengurasan kontainer (p=0,027),
pengetahuan responden tentang DBD (p=0,030) dengan kejadian DBD di
Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Hal ini berarti bahwa
masyarakat harus aktif dalam kegiatan 3M plus dan harus lebih diintensifkan
secara mandiri agar dapat mengurangi keberadaan jentik, masyarakat juga
harus merubah kebiasaan menggantung pakaian dengan maksud untuk
menekan penularan penyakit DBD.
II. Judul Kegiatan
Kegiatan ini merupakan sebuah penyuluhan dengan judul “Demam
Berdarah Dengue”
III. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk :
1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat kecamatan Kuta Alam, supaya
menjaga tingkat kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal
2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat kecamatan Kuta Alam, tanda
dan gelaja awal dari DBD sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan
3. Memberikan pemahaman mengenai cara pencegahan penyakit DBD ini
dengan cara-cara yang sederhana, murah dan mudah.
4. Moment untuk mempererat silaturahmi dokter muda Unsyiah dengan
masyarakat Kuta Alam
5. Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama pendidikan kepada masyarakat
IV. Waktu dan tempat Kegiatan
Tempat : Puskesmas Kecamatan Kuta Alam
Waktu : Kamis, 11 Juni 2015
Peserta : Masyarakat kecamatan Kuta Alam
Pelaksana : Dokter Muda Fakultas Kedokteran Unsyiah
V. Metode Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dalam bentuk pemaparan dalam bentuk edukasi dan
penjelasan tentang demam berdarah dengue, pencegahannya, dan tatalaksana awal
yang dapat dilakukan keluarga terhadap yang sakit.
Tabel 5.1 Metode penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respons Media1 Pembukaan
(3 Menit)- Memberi salam- Memperkenalkan diri- Menyampaikan tujuan
penyuluhan
- Warga menjawab salam
- Warga memahami maksud dan tujuan
2 Pelaksanaan (10 menit)
- Menyampaikan materi- Sesi tanya jawab
- Mendengarkan materi penyuluhan yang disampaikan
- Warga memperhatikan jalannya penyuluhan
- Warga bertanya
- Brosur/ leaflet
3 Penutup - Menyimpulkan, rencana tindak lanjut dan melakukan evaluasi.
- Menutup dengan salam
- Warga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
- Menjawab salam
VI. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi
akut dan menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Dalam waktu yang relatif singkat,
penyakit ini dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak ditangani
secepatnya.
2. Penyebab
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Departemen
kesehatan mengatakan penyebab dari Demam Berdarah Dengue adalah
virus Dengue yang sampai sekarang di kenal 4 serotipe (Dengue-1,
Dengue-2, Dengue-3, Dengue-4), termasuk dalam grup B Arthopod Borne
virus (Arbovirus). Ke empat virus ini telah ditemukan di berbagai daerah
di indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3
sangat berkaitan dengan kasus Demam Berdarah Dengue berat dan
merupakan serotipe yang paling luas distribusinya di susul oleh Dengue-2,
Dengue-1 dan Dengue-4. Ke-empat serotipe ini menunjukkan gejala yang
berbeda-beda saat menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan
infeksi paling berat di Indonesia yaitu Dengue-3.
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue yaitu mendadak panas
tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah dan lesu, sering terasa nyeri di ulu
hati karena perdarahan di lambung, dan tampak bintik merah pada kulit
seperti bekas gigitan nyamuk yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
kapiler di kulit. Untuk membedakan dengan bintik merah bekas gigitan
nyamuk, renggangkan kulit, bila bintik merah itu hilang itu bukan tanda
demam berdarah.
Bila sudah parah penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan
berkeringat. Kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung/mimisan,
mungkin terjadi muntah atau bercak bercampur darah. Dapat terlihat dari
tampilan wajah yang cenderung memerah dan tinja yang berwarna hitam
atau mengandung darah. Syok ditandai dengan denyut nadi yang menjadi
cepat, lemah, penyempitan tekanan nadi ataupun timbulnya hipotensi
disertai rasa dingin, kulit terasa lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Penularan
Depkes RI tahun 2005 menyebutkan cara penularan demam berdarah
dengue yaitu dengan cara bila penderita demam berdarah dengue digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah ikut terhisap masuk ke dalam
lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar
di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.
Kira-kira 1 (satu) minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk
tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
nyamuk Aedes Aegypti yang telah menghisap virus Dengue akan menjadi
penular sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali
nyamuk menusuk (menggigit), sebelum menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya, agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus Dengue dipindahkan
dari nyamuk ke manusia.
5. Pencegahan
Vaksin untuk mencegah Demam Berdarah Dengue belum ditemukan
karena itu satu-satunya upaya pencegahan yaitu dengan memberantas
nyamuk penularnya. Depkes RI tahun 2004 menyebutkan cara pencegahan
demam berdarah dengue yaitu dengan cara: penyemprotan, dimana
nyamuk Aedes Aegyptidapat diberantas dengan menyemprotkan racun
serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-hari di
rumah tangga. Melakukan penyemprotan saja tidak cukup, karena dengan
penyemprotan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Selama
nyentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang baru
menetas dari tempat berkembangbiaknya. Karena itu cara yang paling
tepat adalah memberantas jentiknya yang dikenal dengan istilah
pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD).
Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue dilakukan
dengan cara 3 M yaitu: menguras tempat-tempat penampungan air,
sekurang-kurangnya seminggu sekali. Menutup rapat-rapat tempat
penampungan air dan menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau
menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
seperti kaleng bekas, plastik bekas dan lain-lain.
Selain itu, ditambah dengan cara lainnya yang dikenal dengan istilah
3 M plus seperti ganti air vas bunga, tempat minum burung dan tempat-
tempat lainnya seminggu sekali. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak
lancar/rusak, tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-
lain misalnya dengan tanah. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang bisa
menampung air separti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk
tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di perkarangan,
kebun, pemakaman, rumah kosong dan lain-lain. Lakukan larvasida yaitu
membubuhkan bubuk pembunuh jentik di tempat-tempat yang sulit
dikuras atau didaerah yang sulit air. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk,
pasang kawat kasa dirumah, pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
Jangan biasakan menggantung pakaian di dalam rumah, tidur
menggunakan kelambu dan gunakan obat nyamuk (bakar atau gosok) dan
lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk.
6. Pengendalian penyakit DBD
Upaya pengendalian DBD di masyarakat, difokuskan pada
pencegahan penularan kasus DBD diantaranya melalui pemberantasan
sarang nyamuk (PSN), pemeriksaan jentik berkala, pengendalian vektor
penular melalui pemasangan Lavitrap dan penyelidikan Epidemiologi
(PE). Upaya pengendalian DBD pada tingkat klinis dilaksanakan pada
tingkat puskesmas dan rumah sakit yang difokuskan pada deteksi dini dan
pencegahan kematian akibat Demam Berdarah dengan diagnosa Demam
Dengue. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan angka
Bebas jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Kegiatan PSN dilakukan
dengan cara 3M (menguras atau menyikat tempat penampungan air,
menutup tempat-tempat air, serta mengubur barang bekas yang dapat
menimbulkan pertumbuhan jentik nyamuk). Angka bebas jentik selama
tahun 2008-2009 belum berhasil mencapai target (>95%). Begitu pula
dengan persentase kejadian DBD yang di tangani sesuai standar, belum
mencapai target (80%).
VII. Tanya Jawab
1. Berapa lama efek dari pemakaian bubuk abate pada tempat air dan
bagaimana cara memakainya?
Jawab: Setelah dibubuhkan ABATE maka :
selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu
membunuh jentik aedes aegypti.
selama 3 bulan bila tempat penampungan tersebut akan dibersihkan
/ diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding
tempat penampungan air tersebut.
air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar tidak
membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum.
(Depkes,RI,2005)
2. Bagaimanakah contoh pencegahan dengan prinsip 3M?
Jawab: kegiatan 3 M yaitu :
1. menguras: Menyikat dengan baik bak mandi, bak wc, dan lain-lain,
2. menutup: menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan,
drum, dan lain-lain), 3. Mengubur: menyingkirkan atau memusnakan
barang-barang bekas (seperti kaleng, ban dan lain-lain), pengurasan
tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak ditempat itu. Bila hal ini dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat, maka populasi nyamuk aedes aegypti dapat ditekan serendah-
rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi.
VIII. Penutup
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui
adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan
dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi
sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).
Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari,
terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi
perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan
mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam
24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Beberapa ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD
melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah:
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat
air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
3. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion).
4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Banda Aceh, Juni 2015
Mengetahui :
Ka. UPTD PKM Kuta Alam Dokter Pembimbing I Dokter Pembimbing II
dr. Prita Amelia Siregar dr. Juliati Siska dr. Wilda Febrya MininNIP. 19620321 200112 2 001 NIP. 19770705 200701 2 006 NIP. 19840220 201412 2 001