14
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PENYULUHAN KESEHATAN MENGENAI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH I. Latar belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan spontan. Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun 1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita DBD antara lain karena kepadatan vektor penular, mobilitas penduduk, belum optimalnya program pemberantasan sarang nyamuk baik dilihat dari sarana maupun prasarana, perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat belum optimal. Selain itu kasus DBD biasanya meningkat selama musim penghujan. Data Dunia dan Nasional pada Januari-Oktober 2010 mencatat 2.106 kasus. Jumlah ini dilaporkan jauh

Brosur 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DBD

Citation preview

Page 1: Brosur 1

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PENYULUHAN

KESEHATAN MENGENAI DEMAM BERDARAH DENGUE

DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KUTA ALAM

KOTA BANDA ACEH

I. Latar belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik

akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan

Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa

demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata,

otot dan persendian, hingga perdarahan spontan.

Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada

tahun 1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi

ke sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

Banyak faktor yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita DBD

antara lain karena kepadatan vektor penular, mobilitas penduduk, belum

optimalnya program pemberantasan sarang nyamuk baik dilihat dari sarana

maupun prasarana, perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat belum

optimal. Selain itu kasus DBD biasanya meningkat selama musim penghujan.

Data Dunia dan Nasional pada Januari-Oktober 2010 mencatat 2.106

kasus. Jumlah ini dilaporkan jauh meningkat dibandingkan dengan kasus yang

terjadi pada 2009 yang hanya 1.859 kasus, sementara untuk tahun 2008 jauh

lebih tinggi hingga mencapai angka 2.436 kasus. Ada 4 kabupaten/kota di

Aceh yang tergolong endemis DBD sejak 2008 hingga Januari-Oktober 2010,

yaitu Lhoksemawe, Banda Aceh, Aceh Besar dan Aceh Tamiang.

Berdasarkan data Profil Dinas kesehatan Provinsi Aceh tahun 2009,

jumlah kasus DBD sebanyak 2.072 kasus. Sementara data yang didapatkan

dari Dinas Kesehatan kota Banda Aceh tahun 2010, jumlah kasus yang terjadi

sebanyak 750 kasus jauh lebih tinggi daripada angka kejadian pada tahun

2009 yang berjumlah 306 kasus.

Upaya-upaya untuk mengantisipasi dan menanggulangi berjangkitnya

DBD di daerah-daerah telah dilakukan oleh dinas terkait, seperti penanganan

Page 2: Brosur 1

kasus di Rumah Sakit, Puskesmas, dan fogging. Demikian juga bentuk-bentuk

upaya pemberdayaan masyarakat khususnya dalam pencegahan dan

penanggulangan DBD melalui gerakan 3M Plus, peningkatan derajat

kesehatan, upaya perlindungan khusus terhadap penyakit, upaya penemuan

kasus secara dini dan pengobatan segera, serta upaya untuk mencegah

kefatalan dan kecacatan ini terus dikembangkan dan ditingkatkan.

Namun pada kenyataannya penanganan DBD di tingkat masyarakat

belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini dilihat dari belum

banyaknya masyarakat yang memahami dan melakukan upaya penanganan

yang tepat yakni melalui gerakan 3M Plus sehingga angka kasus DBD ini

masih ada dan cukup tinggi.

Meskipun banyak upaya yang dilakukan, target pemerintah untuk

menurunkan kejadian DBD menjadi 20 per 100.000 penduduk didaerah

endemis masih tetap sulit dicapai, hal ini terlihat pada akhir 2008 saja jumlah

kasus DBD masih tetap tinggi. Secara nasional angka kejadian saat ini 48 per

100.000 dengan angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) pada tahun 2009

adalah 1,8%, tidak jauh berbeda dengan angka kejadian DBD tahun 2008

sebanyak 50 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 1%.

Adanya kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan oleh berbagai tenaga

kesehatan diharapkan mampu memberdayakan peran serta masyarakat untuk

dapat mencegah dan menurunkan angka Demam Berdarah Dengue. Promosi

kesehatan atau penyuluhan kesehatan yang di berikan tentang pertolongan

pertama pada penderita Demam Berdarah Dengue, dan selanjutnya dirujuk ke

rumah sakit bila perlu, penaburan bubuk abate pada tempat-tempat

penampungan air, pemberantasan sarang nyamuk dengan cara bergotong

royong yang melibatkan masyarakat, serta penyebaran leaflet pada

masyarakat.

Pada tahun 2009, Widia melakukan penelitian dan hasil penelitian

menunjukkan Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada

kontainer (p=0,001), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,001), ketersediaan

tutup pada kontainer (p=0,001), frekuensi pengurasan kontainer (p=0,027),

pengetahuan responden tentang DBD (p=0,030) dengan kejadian DBD di

Page 3: Brosur 1

Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Hal ini berarti bahwa

masyarakat harus aktif dalam kegiatan 3M plus dan harus lebih diintensifkan

secara mandiri agar dapat mengurangi keberadaan jentik, masyarakat juga

harus merubah kebiasaan menggantung pakaian dengan maksud untuk

menekan penularan penyakit DBD.

II. Judul Kegiatan

Kegiatan ini merupakan sebuah penyuluhan dengan judul “Demam

Berdarah Dengue”

III. Tujuan Kegiatan

Kegiatan ini bertujuan untuk :

1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat kecamatan Kuta Alam, supaya

menjaga tingkat kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal

2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat kecamatan Kuta Alam, tanda

dan gelaja awal dari DBD sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan

3. Memberikan pemahaman mengenai cara pencegahan penyakit DBD ini

dengan cara-cara yang sederhana, murah dan mudah.

4. Moment untuk mempererat silaturahmi dokter muda Unsyiah dengan

masyarakat Kuta Alam

5. Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama pendidikan kepada masyarakat

IV. Waktu dan tempat Kegiatan

Tempat : Puskesmas Kecamatan Kuta Alam

Waktu : Kamis, 11 Juni 2015

Peserta : Masyarakat kecamatan Kuta Alam

Pelaksana : Dokter Muda Fakultas Kedokteran Unsyiah

V. Metode Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan dalam bentuk pemaparan dalam bentuk edukasi dan

penjelasan tentang demam berdarah dengue, pencegahannya, dan tatalaksana awal

yang dapat dilakukan keluarga terhadap yang sakit.

Page 4: Brosur 1

Tabel 5.1 Metode penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respons Media1 Pembukaan

(3 Menit)- Memberi salam- Memperkenalkan diri- Menyampaikan tujuan

penyuluhan

- Warga menjawab salam

- Warga memahami maksud dan tujuan

2 Pelaksanaan (10 menit)

- Menyampaikan materi- Sesi tanya jawab

- Mendengarkan materi penyuluhan yang disampaikan

- Warga memperhatikan jalannya penyuluhan

- Warga bertanya

- Brosur/ leaflet

3 Penutup - Menyimpulkan, rencana tindak lanjut dan melakukan evaluasi.

- Menutup dengan salam

- Warga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan

- Menjawab salam

VI. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi

akut dan menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Dalam waktu yang relatif singkat,

penyakit ini dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak ditangani

secepatnya.

2. Penyebab

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang

termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Departemen

kesehatan mengatakan penyebab dari Demam Berdarah Dengue adalah

virus Dengue yang sampai sekarang di kenal 4 serotipe (Dengue-1,

Dengue-2, Dengue-3, Dengue-4), termasuk dalam grup B Arthopod Borne

virus (Arbovirus). Ke empat virus ini telah ditemukan di berbagai daerah

di indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3

sangat berkaitan dengan kasus Demam Berdarah Dengue berat dan

Page 5: Brosur 1

merupakan serotipe yang paling luas distribusinya di susul oleh Dengue-2,

Dengue-1 dan Dengue-4. Ke-empat serotipe ini menunjukkan gejala yang

berbeda-beda saat menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan

infeksi paling berat di Indonesia yaitu Dengue-3.

3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue yaitu mendadak panas

tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah dan lesu, sering terasa nyeri di ulu

hati karena perdarahan di lambung, dan tampak bintik merah pada kulit

seperti bekas gigitan nyamuk yang disebabkan karena pecahnya pembuluh

kapiler di kulit. Untuk membedakan dengan bintik merah bekas gigitan

nyamuk, renggangkan kulit, bila bintik merah itu hilang itu bukan tanda

demam berdarah.

Bila sudah parah penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan

berkeringat. Kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung/mimisan,

mungkin terjadi muntah atau bercak bercampur darah. Dapat terlihat dari

tampilan wajah yang cenderung memerah dan tinja yang berwarna hitam

atau mengandung darah. Syok ditandai dengan denyut nadi yang menjadi

cepat, lemah, penyempitan tekanan nadi ataupun timbulnya hipotensi

disertai rasa dingin, kulit terasa lembab dan pasien menjadi gelisah.

4. Penularan

Depkes RI tahun 2005 menyebutkan  cara penularan demam berdarah

dengue yaitu dengan cara bila penderita demam berdarah dengue digigit

nyamuk penular, maka virus dalam darah ikut terhisap masuk ke dalam

lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar

Page 6: Brosur 1

di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.

Kira-kira 1 (satu) minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk

tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap

berada dalam tubuh nyamuk  sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,

nyamuk Aedes Aegypti yang telah menghisap virus Dengue akan menjadi

penular sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali

nyamuk menusuk (menggigit), sebelum menghisap darah akan

mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya, agar darah yang

dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus Dengue dipindahkan

dari nyamuk ke manusia.

5. Pencegahan

Vaksin untuk mencegah Demam Berdarah Dengue belum ditemukan

karena itu satu-satunya upaya pencegahan yaitu dengan memberantas

nyamuk penularnya. Depkes RI tahun 2004 menyebutkan cara pencegahan

demam berdarah dengue yaitu dengan cara: penyemprotan, dimana

nyamuk Aedes Aegyptidapat diberantas dengan menyemprotkan racun

serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-hari di

rumah tangga. Melakukan penyemprotan saja tidak cukup, karena dengan

penyemprotan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Selama

nyentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang baru

menetas dari tempat berkembangbiaknya. Karena itu cara yang paling

tepat adalah memberantas jentiknya yang dikenal dengan istilah

pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD).

Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue dilakukan

dengan cara 3 M yaitu: menguras tempat-tempat penampungan air,

sekurang-kurangnya seminggu sekali. Menutup rapat-rapat tempat

Page 7: Brosur 1

penampungan air dan menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau

menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan

seperti kaleng bekas, plastik bekas dan lain-lain.

Selain itu, ditambah dengan cara lainnya yang dikenal dengan istilah

3 M plus seperti ganti air vas bunga, tempat minum burung dan tempat-

tempat lainnya seminggu sekali. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak

lancar/rusak, tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-

lain misalnya dengan tanah. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang bisa

menampung air separti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk

tempat-tempat  lain yang dapat menampung air hujan di perkarangan,

kebun, pemakaman, rumah kosong dan lain-lain. Lakukan larvasida yaitu

membubuhkan bubuk pembunuh jentik di tempat-tempat yang sulit

dikuras atau didaerah yang sulit air. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk,

pasang kawat kasa dirumah, pencahayaan dan ventilasi yang memadai.

Jangan biasakan menggantung pakaian di dalam rumah, tidur

menggunakan kelambu dan gunakan obat nyamuk (bakar atau gosok) dan

lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk.

6. Pengendalian penyakit DBD

Upaya pengendalian DBD di masyarakat, difokuskan pada

pencegahan penularan kasus DBD diantaranya melalui pemberantasan

sarang nyamuk (PSN), pemeriksaan jentik berkala, pengendalian vektor

penular melalui pemasangan Lavitrap dan penyelidikan Epidemiologi

(PE). Upaya pengendalian DBD pada tingkat klinis dilaksanakan pada

tingkat puskesmas dan rumah sakit yang difokuskan pada deteksi dini dan

Page 8: Brosur 1

pencegahan kematian akibat Demam Berdarah dengan diagnosa Demam

Dengue. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan angka

Bebas jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan

penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Kegiatan PSN dilakukan

dengan cara 3M (menguras atau menyikat tempat penampungan air,

menutup tempat-tempat air, serta mengubur barang bekas yang dapat

menimbulkan pertumbuhan jentik nyamuk). Angka bebas jentik selama

tahun 2008-2009 belum berhasil mencapai target (>95%). Begitu pula

dengan persentase kejadian DBD yang di tangani  sesuai standar, belum

mencapai target (80%).

VII. Tanya Jawab

1. Berapa lama efek dari pemakaian bubuk abate pada tempat air dan

bagaimana cara memakainya?

Jawab: Setelah dibubuhkan ABATE maka :

selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu

membunuh jentik aedes aegypti.

selama 3 bulan bila tempat penampungan tersebut akan dibersihkan

/ diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding

tempat penampungan air tersebut.

air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar tidak

membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum.

(Depkes,RI,2005)

2. Bagaimanakah contoh pencegahan dengan prinsip 3M?

Jawab: kegiatan 3 M yaitu :

1. menguras: Menyikat dengan baik bak mandi, bak wc, dan lain-lain,

2. menutup: menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan,

drum, dan lain-lain), 3. Mengubur: menyingkirkan atau memusnakan

barang-barang bekas (seperti kaleng, ban dan lain-lain), pengurasan

Page 9: Brosur 1

tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara teratur

sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat

berkembang biak ditempat itu. Bila hal ini dilaksanakan oleh seluruh

masyarakat, maka populasi nyamuk aedes aegypti dapat ditekan serendah-

rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi.

VIII. Penutup

Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui

adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan

dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi

sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).

Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari,

terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi

perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan

mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam

24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).

Beberapa ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD

melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah:

1.    Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,

modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan

manusia, dan perbaikan desain rumah.

2.    Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat

air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).

3.    Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan

fenthion).

4.    Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan

air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Page 10: Brosur 1

Banda Aceh, Juni 2015

Mengetahui :

Ka. UPTD PKM Kuta Alam Dokter Pembimbing I Dokter Pembimbing II

dr. Prita Amelia Siregar dr. Juliati Siska dr. Wilda Febrya MininNIP. 19620321 200112 2 001 NIP. 19770705 200701 2 006 NIP. 19840220 201412 2 001