3
Buletin Teknik Pertanian Vol. 14 No. 1, 2009: 6-8 B unga potong lili (Lilium longiflorum) adalah salah satu komoditas tanaman hias yang memiliki nilai jual cukup tinggi, umumnya digunakan untuk dekorasi atau penghias ruangan. Lili merupakan tanaman hias berumbi dan telah dikenal luas sebagai salah satu dari tiga besar tanaman hias berumbi (Robinson dan Firoozabady 1993). Tiga jenis lili yang dibudidayakan di Indonesia adalah Asiatic hibrida (warna menarik dan beragam), oriental hibrida (bunga besar putih dan warna), dan L. longiflorum. Jenis lili yang cocok ditanam di Indonesia yaitu lili oriental. Lili jenis ini juga lebih disukai konsumen karena bunganya indah dan wangi (Direktorat Tanaman Hias 2005). Perbanyakan lili pada umumnya dilakukan dengan benih umbi berukuran lebih dari 3,5 cm. Namun, perbanyakan dengan benih umbi kurang disukai karena hasil perbanyakan sangat rendah dan memakan waktu lama, sedangkan per- mintaan terhadap lili makin meningkat. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik perbanyakan yang dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Perbanyakan cepat dengan teknik kultur jaringan sangat menjanjikan untuk perbanyakan tanaman. Dengan teknik kultur jaringan diharapkan Indonesia tidak perlu mengimpor benih lili dari luar negeri seperti yang terjadi dewasa ini. Keberhasilan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan bergantung pada kombinasi jenis media, zat peng- atur tumbuh (ZPT), dan bagian eksplan yang digunakan. Media kultur merupakan salah satu faktor penentu ke- berhasilan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan (Yusnita 2003). Media kultur yang memenuhi syarat adalah media yang mengandung unsur hara makro, mikro, vitamin, dan sukrosa (sumber energi). Menurut Wattimena et al . (1992), auksin berperan dalam berbagai aspek pertumbuhan dan perkem- bangan tanaman, antara lain pembesaran sel, penghambatan mata tunas samping, aktivitas pada kambium, dan pertum- buhan akar, sedangkan sitokinin merangsang pertumbuhan dan pembentukan kuncup daun. Percobaan bertujuan mencari media yang sesuai untuk perbanyakan lili oriental dengan teknik kultur jaringan. TEKNIK PERBANYAKAN LILI DENGAN KULTUR JARINGAN Nina Marlina Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Penelitian Tanaman Hias, Jalan Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur 43253 Kotak Pos 8 Sindanglaya, Telp. (0263) 512607, Faks. (0263) 514138, E-mail: [email protected] BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Segunung, Pacet, Cianjur pada bulan Januari-Desember 2006. Bahan yang digunakan adalah tiga jenis umbi lili, yaitu oriental kuning, oriental merah marun, dan klon X. Media yang digunakan adalah media Murashige and Skoog (MS) dengan penambah- an ZPT yang dikombinasikan dengan perlakuan sebagai berikut: L1 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l kinetin L2 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l zeatin L3 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l kinetin L4 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l zeatin L5 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l kinetin L6 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l zeatin Ke dalam media ditambahkan sukrosa 30 g dan agar 7 g. Bahan pendukung lainnya adalah alkohol 80%, klorok 50%, 20%, dan 10% (bahan aktif sodium hipoklorit 5,25%), fungisida, bakterisida, aluminum foil, plastic wrap, dan karet gelang. Alat yang digunakan adalah botol kultur besar dan kecil, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, timbangan analitik, magnetic stirer, pH meter, autoklaf, pinset, pisau bedah, laminar air flow cabinet , dan penggaris. Inisiasi kultur yang bebas kontaminan dan sumber eksplan menentukan keberhasilan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Dalam pemilihan eksplan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah jenis tanaman, bagian tanaman yang akan digunakan, morfologi permukaan, kondisi tanam- an, dan waktu pengambilan eksplan. Eksplan yang diguna- kan dalam percobaan ini adalah sisik umbi lili. Tahapan kerja dalam kegiatan penanaman awal sisik umbi lili disajikan pada Gambar 1. a. Eksplan umbi sisik lili dari ketiga jenis lili dibersihkan dari kotoran lalu sisik umbi dipisah satu per satu, dicuci dengan detergen, dan dibilas dengan air mengalir. Sisik umbi lalu direndam dalam larutan fungisida dan bakteri- sida selama 30 menit, kemudian direndam lagi dalam klorok 50% selama 10 menit dan dibilas dengan akuades tiga kali. Selanjutnya, dilakukan sterilisasi dalam laminar. Eksplan

bt141092.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bt141092.pdf

Citation preview

  • 6 Nina Marlina: Teknik perbanyakan lili dengan kultur jaringanBuletin Teknik Pertanian Vol. 14 No. 1, 2009: 6-8

    Bunga potong lili (Lilium longiflorum) adalah salah satu komoditas tanaman hias yang memiliki nilai jual cukuptinggi, umumnya digunakan untuk dekorasi atau penghiasruangan. Lili merupakan tanaman hias berumbi dan telahdikenal luas sebagai salah satu dari tiga besar tanaman hiasberumbi (Robinson dan Firoozabady 1993). Tiga jenis liliyang dibudidayakan di Indonesia adalah Asiatic hibrida(warna menarik dan beragam), oriental hibrida (bunga besarputih dan warna), dan L. longiflorum. Jenis lili yang cocokditanam di Indonesia yaitu lili oriental. Lili jenis ini juga lebihdisukai konsumen karena bunganya indah dan wangi(Direktorat Tanaman Hias 2005).

    Perbanyakan lili pada umumnya dilakukan dengan benihumbi berukuran lebih dari 3,5 cm. Namun, perbanyakandengan benih umbi kurang disukai karena hasil perbanyakansangat rendah dan memakan waktu lama, sedangkan per-mintaan terhadap lili makin meningkat. Oleh karena itu, perludikembangkan teknik perbanyakan yang dapat menghasilkantanaman dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

    Perbanyakan cepat dengan teknik kultur jaringan sangatmenjanjikan untuk perbanyakan tanaman. Dengan teknikkultur jaringan diharapkan Indonesia tidak perlu mengimporbenih lili dari luar negeri seperti yang terjadi dewasa ini.

    Keberhasilan perbanyakan tanaman melalui kulturjaringan bergantung pada kombinasi jenis media, zat peng-atur tumbuh (ZPT), dan bagian eksplan yang digunakan.Media kultur merupakan salah satu faktor penentu ke-berhasilan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan(Yusnita 2003).

    Media kultur yang memenuhi syarat adalah media yangmengandung unsur hara makro, mikro, vitamin, dan sukrosa(sumber energi). Menurut Wattimena et al. (1992), auksinberperan dalam berbagai aspek pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman, antara lain pembesaran sel, penghambatanmata tunas samping, aktivitas pada kambium, dan pertum-buhan akar, sedangkan sitokinin merangsang pertumbuhandan pembentukan kuncup daun.

    Percobaan bertujuan mencari media yang sesuai untukperbanyakan lili oriental dengan teknik kultur jaringan.

    TEKNIK PERBANYAKAN LILI DENGAN KULTUR JARINGAN

    Nina Marlina

    Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Penelitian Tanaman Hias, Jalan Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur 43253Kotak Pos 8 Sindanglaya, Telp. (0263) 512607, Faks. (0263) 514138, E-mail: [email protected]

    BAHAN DAN METODE

    Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur JaringanBalai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Segunung, Pacet,Cianjur pada bulan Januari-Desember 2006. Bahan yangdigunakan adalah tiga jenis umbi lili, yaitu oriental kuning,oriental merah marun, dan klon X. Media yang digunakanadalah media Murashige and Skoog (MS) dengan penambah-an ZPT yang dikombinasikan dengan perlakuan sebagaiberikut:

    L1 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l kinetinL2 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l zeatinL3 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l kinetinL4 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l zeatinL5 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l kinetinL6 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l zeatin

    Ke dalam media ditambahkan sukrosa 30 g dan agar 7 g.Bahan pendukung lainnya adalah alkohol 80%, klorok 50%,20%, dan 10% (bahan aktif sodium hipoklorit 5,25%),fungisida, bakterisida, aluminum foil, plastic wrap, dan karetgelang. Alat yang digunakan adalah botol kultur besar dankecil, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, timbangan analitik,magnetic stirer, pH meter, autoklaf, pinset, pisau bedah,laminar air flow cabinet, dan penggaris.

    Inisiasi kultur yang bebas kontaminan dan sumbereksplan menentukan keberhasilan perbanyakan tanamanmelalui kultur jaringan. Dalam pemilihan eksplan, hal-hal yangperlu diperhatikan adalah jenis tanaman, bagian tanamanyang akan digunakan, morfologi permukaan, kondisi tanam-an, dan waktu pengambilan eksplan. Eksplan yang diguna-kan dalam percobaan ini adalah sisik umbi lili.

    Tahapan kerja dalam kegiatan penanaman awal sisikumbi lili disajikan pada Gambar 1.

    a. Eksplan umbi sisik lili dari ketiga jenis lili dibersihkan darikotoran lalu sisik umbi dipisah satu per satu, dicucidengan detergen, dan dibilas dengan air mengalir. Sisikumbi lalu direndam dalam larutan fungisida dan bakteri-sida selama 30 menit, kemudian direndam lagi dalam klorok50% selama 10 menit dan dibilas dengan akuades tiga kali.Selanjutnya, dilakukan sterilisasi dalam laminar. Eksplan

  • Nina Marlina: Teknik perbanyakan lili dengan kultur jaringan 7

    direndam dan dikocok dalam alkohol 80% selama 3 menit,lalu direndam dan dikocok dalam klorok 20% dan 10%masing-masing selama 10 menit. Terakhir eksplan dibilasdengan akuades steril lima kali masing-masing selama 5menit.

    Gambar 1. Diagram alur tahapan sterilisasi umbi sisik lili, Balithi,Segunung, 2006

    Sterilisasi di luar laminar

    Umbi lili dipanen dari lapang

    Dibersihkan dan dipisah menjadi sisik umbi

    Dicuci dengan detergen dan dibilas dengan air mengalir

    Sisik umbi dikocok dalam larutan fungisida dan bakterisida 1%selama 30 menit

    Sisik umbi dikocok dalam larutan klorok 50%selama 10 menit

    Dibilas dengan akuades tiga kali

    Sterilisasi di dalam laminar

    Sisik umbi disterilisasi dalam larutan alkohol 80%selama 3 menit

    Sisik umbi disterilisasi dalam larutan klorok 20%selama 10 menit

    Sisik umbi disterilisasi dalam larutan klorok 10%selama 10 menit

    Dibilas hingga bersih dengan air suling

    Sisik umbi ditanam pada media perlakuan

    Diinkubasi dalam ruang gelap selama 2 bulan

    Eksplan dipindah ke media regenerasi, diinkubasi dan diberi cahaya

    Pengamatan eksplan 4 minggu sekali

    t

    t

    t

    t

    t

    t

    t

    t

    t

    t

    t

    t

    b. Eksplan yang sudah disteril siap untuk ditanam padamedia yang telah diberi perlakuan. Eksplan steril di-potong-potong dalam cawan petri dan segera ditanampada masing-masing media perlakuan untuk inisiasi kalus.Kultur diinduksi pada kondisi gelap pada suhu 24-25Chingga kalus terinduksi.

    c. Eksplan sisik umbi yang sudah tumbuh membentuk kalussegera disubkultur ke dalam media untuk regenerasi tunasdan dipindah ke kondisi terang dengan pencahayaan se-cara bertahap. Pengamatan dilakukan secara periodiksetiap 4 minggu setelah eksplan ditanam. Pengamatanpertumbuhan eksplan dilakukan dengan cara menghitungjumlah kalus yang tumbuh, warna kalus, dan ukurankalus.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengamatan pada eksplan yang ditanam pada beberapamedia menunjukkan adanya respons yang berbeda. Komposi-si media dengan menggunakan kombinasi ZPT dari golonganauksin dan sitokinin dalam jumlah yang seimbang dapatmenginisiasi pembesaran sel. Senyawa tidiazuron dapatdiserap secara langsung dari medium oleh eksplan atautanaman in vitro. Karena pengaruhnya yang sangat kuat,hormon ini digunakan dalam konsentrasi yang sangat rendahdibanding hormon sitokinin lainnya (De Klerk et al. 1990).Secara umum, respons diawali dengan pembengkakaneksplan diikuti dengan pembentukan kalus. Jumlah kalustumbuh tertinggi pada klon X diperoleh dengan perlakuanL6 dengan rata-rata tumbuh 5 eksplan. Untuk oriental kuning,kalus tumbuh tertinggi dihasilkan pada perlakuan L5 denganjumlah rata-rata yang tumbuh 4,50 eksplan. Untuk orientalmerah marun, jumlah kalus tertinggi terdapat pada perlakuanL6 dengan rata-rata tumbuh 4,50 eksplan. Dari semuaperlakuan, jumlah kalus tumbuh tertinggi terdapat padaperlakuan media L6 (MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron+ 2 mg/l zeatin) (Tabel 1).

    Hasil pengamatan luas kalus disajikan pada Tabel 2.Luas kalus terbesar diperoleh pada klon X dengan mediaL6, yaitu 0,925 cm2. Pada oriental kuning, luas kalus terbesardihasilkan pada media L5 dengan rata-rata 0,850 cm2,sedangkan pada oriental merah marun luas kalus terbesarterdapat pada perlakuan L5 dengan rata-rata 0,850 cm2. Darihasil pengamatan tersebut, luas kalus terbesar terdapat padaklon X dengan media L6 dengan ukuran rata-rata 0,925 cm2.

    Tabel 3 menyajikan hasil pengamatan warna kalus yangtumbuh. Untuk klon X, kalus tumbuh yang memberikantanggapan positif untuk induksi tunas adalah yang berwarna

  • 8 Nina Marlina: Teknik perbanyakan lili dengan kultur jaringan

    Tabel 2. Rata-rata luas kalus tiga jenis lili pada beberapa media,Balithi, Segunung, 2006

    KlonLuas kalus (cm2)

    L1 L2 L3 L4 L5 L6

    Klon X 0,525 0,425 0,550 0,475 0,775 0,925Oriental kuning 0,600 0,475 0,675 0,675 0,850 0,800Oriental merah marun 0,750 0,750 0,575 0,700 0,850 0,775

    L1 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l kinetinL2 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l zeatinL3 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l kinetinL4 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l zeatinL5 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l kinetinL6 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l zeatin

    Tabel 1. Rata-rata jumlah kalus tumbuh tiga jenis lili pada beberapamedia, Balithi, Segunung, 2006

    KlonJumlah kalus

    L1 L2 L3 L4 L5 L6

    Klon X 3,25 2,75 3,50 3,50 4,50 5,00Oriental kuning 3,00 2,25 3,00 2,75 4,50 4,25Oriental merah marun 3,50 3,50 2,75 3,25 4,25 4,50

    L1 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l kinetinL2 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l zeatinL3 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l kinetinL4 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l zeatinL5 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l kinetinL6 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l zeatin

    kuning kehijauan pada perlakuan L1, L2, L3, L5, dan L6.Untuk kultivar oriental kuning, kalus tumbuh yang mem-berikan tanggapan positif untuk induksi tunas adalah yangberwarna kuning kehijauan pada perlakuan L3, L5, dan L6.Untuk kultivar oriental merah marun, kalus tumbuh yangmemberikan tanggapan positif untuk induksi tunas adalahyang berwarna kuning kehijauan pada perlakuan L4, L5, danL6. Dari semua perlakuan media yang dicoba, warna kalusyang memberikan tanggapan positif untuk induksi tunastertinggi terdapat pada klon X pada media L1, L2, L3, L5, danL6.

    Tabel 3. Warna kalus tiga jenis lili pada beberapa media tanam, Balithi, Segunung, 2006

    KlonWarna kalus

    L1 L2 L3 L4 L5 L6

    Klon X Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning Kuning kehijauan Kuning kehijauanOriental kuning Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan Kuning kehijauan Kuning kecoklatan Kuning kehijauan Kuning kehijauanOriental merah marun Kuning Kuning Kuning kecoklatan Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kehijauan

    L1 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l kinetin L4 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4D + 2 mg/l zeatinL2 = MS + 3 mg/l pikloram + 2 mg/l zeatin L5 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l kinetinL3 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l 2,4-D + 2 mg/l kinetin L6 = MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l zeatin

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Media dan jenis eksplan berpengaruh terhadap pertumbuhankalus pada perbanyakan tanaman lili dengan teknik kulturjaringan. Media yang memberikan tanggapan positif untukinduksi kalus adalah MS + 2 mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron+ 2 mg/l zeatin. Kombinasi auksin dan sitokinin berhasilmenginisiasi kalus pada eksplan sisik umbi lili. Senyawatidiazuron dapat diserap secara langsung dari medium oleheksplan atau tanaman in vitro. Selain media dan jenis eksplanyang digunakan, klon/kultivar tanaman juga mempengaruhipertumbuhan kultur. Klon X memberikan tanggapan positifuntuk jumlah kalus tumbuh dan ukuran kalus. Media MS + 2mg/l pikloram + 2 mg/l tidiazuron + 2 mg/l zeatin sesuai untukperbanyakan tanaman lili melalui induksi kalus.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis menyampaikan terima kasih kepada Fitri RachmawatiSP, MSi. dan Dewi Pramanik, SP yang telah memberikanbimbingan selama penulisan.

    DAFTAR PUSTAKA

    De Klerk, G.J., W.V.D Kreiken, and J.C de Jong. 1990. Theinformation of adventitious roots: New concepts, newpossibilities. In Vitro Cell Div. Biol-Plant 35: 189-199.

    Direktorat Tanaman Hias. 2005. http;/dithias.hortikultura. go.id./arsip-berita 2005/FFi,pdt. Diakses tanggal 10 Desember 2008.

    Robinson, K. and E. Firoozabady. 1993. Transformation offloriculture. Corp Sci. Hort. 55: 83-99.

    Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin,N.M.A Wendi, dan A. Ernawati. 1992. Bioteknologi Tanaman.PAU Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

    Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara memperbanyak tanamansecara efisien. Agro Media Pustaka, Jakarta.